Professional Documents
Culture Documents
3
ISSN. 2655-4399 September 2020
THE EFFECT OF COUNSELING ON KNOWLEDGE AND ATTITUDES TOWARD MENARCHE IN CLASS
VII STUDENTS OF MTSN 1 KUTA BAROE KEC. IDI TUNONG KAB. EAST ACEH IN 2019
KAMELIA SINAGA
STIKES MITRA HUSADA MEDAN
ABSTRACT
Menarche occurs during adolescence and brings unbalanced changes between physical and mental health, making young
women sad, anxious and less eager to carry out tasks at school that cause unstable achievement of young women so that it
can be said that female students do not have the readiness to face menarche. Menarche counseling has never been done at
this school. To determine the Effect of Counseling About Menarche On Knowledge and Attitudes Toward Menarche. Type of
Research Quasy Experiment with One Group Pre Test - Post Test Design. A sample of 40 students, taken by purposive
sampling technique. Data collection tool is SAP about menarche and questionnaire. Data were tested with Wilcoxon test.
The Effect of Counseling on Knowledge and Attitudes Toward Menarche in Class VII Students at MTsN 1 Kuta Baroe in
2019, with a sample of 40 Class VII students, it was concluded that: From the statistical test results obtained p-value (0,000
<0.05) . Then it can be concluded that there is an influence between Counseling on Knowledge and Attitudes Toward
Significant Menarche. There is an influence between Counseling on Knowledge and Attitudes Toward a Significant
Menarche in Class VII Students at MTsN 1 Kuta Baroe.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa remaja awal disebut masa pubertas karena pada periode ini remaja mengalami pematangan organ reproduksi dan
perubahan fisik yang sangat cepat yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan yang meliputi mental dan emosional.
Perubahan kejiwaan pada remaja berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik. Perubahan tersebut umumnya
membingungkan remaja yang mengalaminya, sehingga perlu adanya pengertian, bimbingan, dan dukungan dari lingkungan
di sekitarnya agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani, mental, dan sosial (Fi‟ani, 2016).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/ MENKES/52/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015–2019, salah satu sasaran strategis yang akan dicapai Kementerian
Kesehatan adalah pembinaan ketahanan remaja. Indikator keberhasilan diukur dari peningkatan persentase pengetahuan
dan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi sebesar 75%. Data demografi menunjukan bahwa remaja
merupakan populasi yang paling besar dari penduduk dunia. WHO dalam seperlima dari penduduk dunia adalah remaja
yang berumur 10-19 tahun, sekitar 900 juta berada di Negara sedang berkembang (Puspita, 2015). Hasil Riskesdas (2014)
menunjukan bahwa berdasarkan laporan responden yang sudah mengalami haid rata-rata usia menarche di Indonesia 13
tahun (20%) dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun. Secara nasional rata-rata usia menarche 13-14
tahun terjadi pada 37,5% anak Indonesia, dan ada juga yang baru berusia 8 tahun sudah memulai siklus haid namun jumlah
ini sedikit sekali (Puspita, 2015). Remaja putri yang menghadapi menarche mayoritas mengalami kecemasan yaitu
sebanyak 79,9%, dan hanya 20,1% remaja yang tidak merasa cemas. Sudjana (2015), menyatakan bahwa hampir seluruh
remaja putri yang menghadapi menarche mengalami kecemasan yaitu sebesar 96,5% dan hanya 3,4% remaja yang tidak
merasa cemas. Remaja putri saat mengalami menstruasi dalam siklus kurang dari 3 kali, menunjukkan bahwa 100% remaja
putri mengalami kecemasan (Fi‟ani, 2016). Hasil SDKI 2014 menyatakan bahwa 23% perempuan usia 12 tahun dan 7% usia
10–11 tahun sudah mengalami menarche dan 89% usia menarche remaja Indonesia termasuk dalam rentang usia 12-15
tahun remaja putri yang mengalami menarche. Masa remaja akan dihadapkan dengan kematangan seksual yang disebut
37
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
dengan fase pubertas. Remaja akan menghadapi perubahan baru dalam hidupnya. Hal ini membutuhkan penyesuaian
secara mental. Perubahan bentuk tubuh dan kematangan seksual akan sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan
remaja. Penolakan biasa terjadi pada fase ini. Belakangan ini, usia datangnya menstruasi semakin dini di Indonesia
(Khalifah, 2015). Menstruasi pertama (menarche) dimulai pada usia 9 sampai 14 tahun, dengan diikuti oleh pertumbuhan
rambut pubis dan payudara, sebelum pertumbuhan payudara berlanjut, berat badan harus mencapai 45 kg sebelum
menstruasi dimulai dan proporsi lemak tubuh sekitar 16-24% diperlukan untuk mempertahankan siklus menstruasi yang
normal, perempuan yang berolahraga berat seperti senam, renang, balet, dan lari akan mengalami perkembangan
reproduksi (menstruasi) akan terlambat, di pengaruhi oleh mekanisme hormonal karena telah menurunkan produksi
progesteron dan akibatnya menunda kematangan endometrium (lapisan dalam dinding rahim). Sedangkan perempuan yang
memiliki berat badan lebih akan cepat mengalami mentruasi lebih awal (Kholifah, 2015). Remaja yang belum siap
menghadapi menarche akan timbul keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut, mereka akan merasa haid sebagai
sesuatu yang kejam dan mengancam, keadaan ini dapat berlanjut ke arah yang lebih negatif. Tetapi berbeda bagi mereka
yang telah siap dalam menghadapi menarche, mereka akan merasa senang dan bangga, dikarenakan mereka menganggap
dirinya sudah dewasa secara biologis (Fi‟ani, 2016). Kecemasan yang timbul secara terus menerus dan tidak segera diatasi,
dapat menimbulkan rasa takut yang berlebihan dan berulang-ulang terhadap menstuasi. Dampak dari perubahan psikologis
mengakibatkan minimnya kemampuan remaja untuk menguasai dan mengontrol emosi. Kondisi ini membuat remaja putri
menjadi kurang bertenaga, keengganan bekerja, bosan pada setiap kegiatan yang melibatkan perorangan, kurang bergairah
melaksanakan tugas - tugas disekolah yang menyebabkan tidak stabilnya prestasi remaja putri (Hemmi, 2016). Faktor yang
mempengaruhi kesiapan menghadapi menarche diantaranya informasi sebelum menstruasi, dukungan dari lingkungan,
persepsi terhadap dirinya, emosi, dan sikap sebelum menarche terhadap menstruasi (Proverawati, 2017). Remaja dalam
mempersiapkan datangnya menarche memerlukan dukungan, baik dukungan secara emosional, informasi, penghargaan
dan instrumental. Dukungan tersebut dapat diperoleh dari lingkungan keluarga (orang tua), lingkungan sekolah (guru),
lingkungan teman sebaya, dan lingkungan masyarakat (sosial budaya dan media massa). Lingkungan dalam keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak (Hemmi, 2016). Solusi untuk mengatasi berbagai sikap
remaja dalam menghadapi menarche ini antara lain dengan cara memberikan informasi, konseling serta dukungan orang tua
dan dengan cara memberikan health education, promosi kesehatan, dan juga memberikan informasi tentang faktor - faktor
menarche pada remaja (Hemmi, 2016). Berdasarkan survey pendahuluan menunjukkan ada 92 orang siswi kelas VII dan
diantaranya 40 orang (43,4 %) yang belum mengalami menarche, dan yang sudah mengalami menarche tanpa ada keluhan
sebanyak 20 orang (21,8 %), dan yang sudah mengalami menarche dengan berbagai keluhan sebanyak 32 orang (34,8 %).
Penyuluhan menarche belum pernah dilakukan di sekolah ini, Sebagian siswi sering banyak diam atau menangis dan timbul
kecemasan secara terus menerus ketika mengalami menarche, Kondisi ini membuat remaja putri menjadi kurang bertenaga,
keengganan bekerja, bosan pada setiap kegiatan yang melibatkan perorangan, kurang bergairah melaksanakan tugas-tugas
disekolah yang menyebabkan tidak stabilnya prestasi remaja putri sehingga dapat dikatakan siswi belum mempunyai
kesiapan dalam menghadapi menarche. Peneliti berkeinginan melakukan penyuluhan dan melihat ada tidaknya pengaruh
bagi siswi saat mengalami menarche.
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan keempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,
mengetahui bagaimana caranya dan melakukan dan apa yang bisa dilakukan secara perseorangan secara kelompok
dengan meminta pertolongan (Effendy, 2015).
Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakupi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada
individu dapat dilakukan dirumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan
kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita, penyakit menular,
keluarga dengan social ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk sanitasi lingkungan yang buruk dan
sebagainya (Effendy, 2015).
38
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai
anak balita. Kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan seperti, kelompok lansia, kelompok yang ada
diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan
kesehatan pada sasaran masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan,
masyarakat pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2015).
Materi Penyuluhan
Materi atau pesan yang di sampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan keehatan dari individu,
keluarga kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang
disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah di mengerti, tidak terlalu sulit untuk mempermudah pemahaman
dan untuk menarik perhatian sasaran (Effendy, 2015).
Metode Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2017), Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil
penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain :
a. Metode penyuluhan perorangan (individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai
tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang
mempunyai masalah yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.
b. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan
dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau klien belum menerima perubahan, ia tertarik atau
belum menerima perubahan untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai
dasar pengertian dan kesadran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
c. Metode penyuluhan kelompok
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan
formal pada sasaran untuk kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
penyuluhan. Metode ini mencakup kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang kelompok
ini adalah ceramah dan seminar :
1. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
2. Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah
suatu penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
dianggap hangat di masyarakat.
Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh
komunikasi sebagai sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah
positif terhadap kesehatan penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media pesan yang disampaikan
dapat lebih menarik dan dipahami, sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sehingga dapat memutuskan untuk
mengadopsinya ke perilaku yang positif (Effendy, 2015). Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan didalam
pelaksanaan penyuluhan keadaan antara lain :
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi
b. Media dapat menghindari kesalahan perseps
c. Media dapat mempermudah pengertian
d. Media dapat menampilkan objek
e. Media dapat mempelancar komunikasi.
39
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Penyuluhan
Menurut (Effendy, 2015), keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh :
a. Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan dijelaskan, penampilan kurang
meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan kurang
dapat didengar serta penyampaian materi penyuluhan terlalu menonton sehingga membosankan.
b. Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima pesan yang disampaikan, tingkat
sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih
memikirkan kebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit
untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.
c. Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran,
tempat penyuluhan dekat dengan keramaian sehingga menganggu proses penyuluhan yuang dilakukan jumlah
sasaran penyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metode yang digunakan kurang tepat sehingga
membosankan sasaran serta bahasa yang digunakan kurang dimengerti oleh sasaran.
Pelaksanaan Penyuluhan
Penyuluhan merupakan sarana menambah pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui instruksi dengan tujuan
mengubah atau mempengaruhi perilaku, individu, kelompok atau masyarakat lebih mandiri dalam mencapai hidup sehat.
Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah penyuluhan maka dilakukan pre test dan post
test. Pelaksanaan pre test dan post test berjarak 15 hari (Notoatmodjo, 2017). Hal ini sesuai yang menyatakan bahwa jarak
idealnya pre test dan post test adalah 15 - 30 hari. Apabila selang waktu terlalu pendek, kemungkinan responden masih
ingat pertanyaan – pertanyaan tes yang pertama. Sedangkan jika selang waktu terlalu lama, kemungkinan pada responden
sudah terjadi perubahan dalam variabel yang diukur (Riska, 2014).
Defenisi Menarche
Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di
tengah masa pubertas sebelum mamasuki masa reproduksi. Hal tersebut merupakan suatu tanda awal adanya perubahan
seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut daerah kemaluan dan aksila, serta lemak pada daerah pinggul
(Heffner, 2012). Selama ini sebagian masyarakat merasa tabu untuk membicarakan tentang masalah menstruasi dalam
keluarga, sehingga remaja awal kurang memiliki pengetahuan dan sikap yang cukup baik tentang perubahan-perubahan
fisik dan psikologis terkait menarche. Kesiapan mental sangat diperlukan sebelum menarche karena cemas dan takut akan
muncul, selain itu juga kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri yang diperlukan saat menstruasi (Proverawati, 2017).
Remaja putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh pada usia rata-rata 8-9 tahun dan mengalami menarche pada rata-rata
usia 12 tahun. Menarche adalah perdarahan dari uterus karena perubahan hormonal yang teratur atau berdaur teratur, kira-
kira empat minggu sekali (Aryani, 2014).
40
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
selama masa menstruasi dengan mengganti pembalut minimal dua kali sehari, karena penggantian pembalut dapat
mengurangi perkembangbiakan bakteri, minum obat apabila merasa nyeri yang berlebihan dan memeriksakan diri ke dokter,
juga pemberian vitamin B1, B6 dan B12 berguna untuk individu yang menderita keluhan sakit pada saat menstruasi dan
diminum sesuai dengan dosis yang dianjurkan (Proverawati, 2017). Menstruasi yang terjadi di saat-saat awal memang
cenderung tidak teratur. Setelah pertama kali datang bulan, bulan berikutnya bisa saja menghilang dan hal ini merupakan
kondisi yang normal. Seiring dengan bertambahnya usia, menstruasi akan datang secara teratur setiap bulannya (Aryani,
2014).
Fisiologi Menarche
Menurut (Fi‟ani, 2016) Fisiologi menarche diantaranya, meliputi :
a. Peningkatan pelepasan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) dari kelenjar hipofisis.
b. Pengenalan dan respons ovarium terhadap gonadrotropin sehingga memungkinkan terjadinya produksi steroid ovarium
(estrogen dan progresteron).
c. Terbentuknya peraturan umpan balik positif pada kelenjar hipotalamus dan hipofisis oleh esterogen.
41
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Kerangka Teori
Pengetahuan Sikap
Menghadapi Menarche
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode quasy eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan
(pengetahuan dan sikap menghadapi menarche), sebagai suatu akibat dari adanya intervensi (penyuluhan tentang
menarche) (Notoatmodjo, 2017). Desain yang digunakan adalah One Group Pre Test – Post Test Design yaitu tidak ada
kelompok pembanding (kontrol), tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (post test) (Sugiyono, 2017). Penelitian ini untuk bertujuan
mengetahui “Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Menghadapi Menarche Pada Siswi Kelas VII MTsN 1
Kuta Baroe Kec. Idi Tunong Kab. Aceh Timur Tahun 2019”.
O₁ X O₂
Keterangan :
O₁ = Nilai Pre test (sebelum diberi intervensi)
42
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
O₂ = Nilai Post test (setelah diberi intervensi)
X = Perlakuan.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan konsep lainnya, atau antara
variabel satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2017).
Keterangan :
Variabel Independen (bebas) : Penyuluhan
Variabel Dependen (Terikat) : Pengetahuan dan Sikap Menghadapi Menarche
Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi yang ada
sehingga jumlah sampel mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2017). Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Syarat dan ketentuan
sampel yang akan di teliti adalah siswi yang belum mengalami menstruasi yaitu berjumlah sebanyak 40 orang siswi. Kriteria
inklusi sampel, yaitu :
a. Siswi kelas VII
b. Siswi yang belum menarche
c. Siswi yang bersedia menjadi responden.
43
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk melihat perubahan peningkatan sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan pada
siswi kelas VII MTsN 1 Kuta Baroe Kec. Idi Tunong Kab. Aceh Timur Tahun 2019.
Berdasarkan Tabel dapat diketahui adanya peningkatan nilai penyuluhan sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan
responden. Adanya peningkatan nilai mengerti pre test yaitu 7 orang (17,5 %) setelah post test menjadi 28 orang (70 %),
dan adanya penurunan nilai ctidak mengerti pre test yaitu 33 orang (82,5 %) setelah post test menjadi 12 orang (30 %).
Berdasarkan Tabel dapat diketahui adanya peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan
responden. Adanya peningkatan nilai baik pre test yaitu 3 orang (7,5 %) setelah post test menjadi 30 orang (75 %), dan
adanya penurunan nilai cukup pre test yaitu 30 orang (92,5 %) setelah post test menjadi 10 orang (25 %), sedangkan pada
nilai kurang sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tidak ada perubahan.
Berdasarkan Tabel dapat diketahui adanya peningkatan sikap sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan responden.
Adanya peningkatan nilai positif pre test yaitu 31 orang (77,5 %) setelah post test menjadi 40 orang (100 %), dan adanya
penurunan nilai negatif pre test yaitu 9 orang ( 22,5 %) setelah post test menjadi 0 orang (0 %).
44
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
Pembahasan
Analisis Univariat
Analisa Pre Test Dan Post Test Penyuluhan
Dapat diketahui adanya peningkatan nilai penyuluhan sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan responden. Adanya
peningkatan nilai mengerti pre test yaitu 7 orang (17,5 %) setelah post test menjadi 28 orang (70 %), dan adanya penurunan
nilai ctidak mengerti pre test yaitu 33 orang (82,5 %) setelah post test menjadi 12 orang (30 %). Faktor penyuluhan
kesehatan, harapannya pesan yang disampaikan mensugesti dan menentukan arah sikap. Dengan bertambahnya Informasi
yang didapat akan berpengaruh terhadap 9 opini dan kepercayaan serta memberikan landasan kognitif terbentuknya sikap
(Kholid, 2015).
Analisis Bivariat
Menunjukkan bahwa didapatkan adanya perubahan pengetahuan dan sikap responden sebelum dilakukan dan sesudah
dilakukan penyuluhan. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh hasil uji Wilcoxon didapatkan p value 0,000. Nilai p value
<0,05 yang berarti ada nya pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Menghadapi Menarche. Sehingga
dapat disimpulkan ada pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Menghadapi Menarche Pada Siswi Kelas
VII di MTsN 1 Kuta Baroe. Hasil penelitian ini juga sejalan yang dilakukan oleh (Siska, 2011), Hasil uji statistik dengan
program SPSS 17.0 menggunakan Wilcoxon Match Paired Test didapatkan hasil untuk kelompok perlakuan nilai Asymp sig
(2-tiled) 0,011. Nilai Asymp sig (2-tiled) pada kelompok perlakuan 0,011 sehingga Asymp sig (2-tiled) < 0,05 dapat
45
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
disimpulkan bahwa ha diterima dan ho ditolak berarti ada pengaruh penyuluhan tentang menarche terhadap kesiapan
menghadapi menarche pada siswi kelas V dan VI di SDN Pacar Tahun 2011. Hasil Penelitian (Fi‟ani, 2016), hasil analisis
dengan menggunakan paired t test menunjukkan t-hitung sebesar -5,16667 dengan p-value sebesar 0,000 < 0,05 yang
artinya ada antara pengaruh penyuluhan terhadap kesiapan menghadapi menarche pada siswi kelas V dan VI SDN Panjer
Kebumen. Adanya pengaruh penyuluhan tentang menarche terhadap kesiapan responden dalam menghadapi menarche ini.
Setelah diberikan penyuluhan tentang menarche maka pengetahuan dan pemahaman responden menjadi lebih baik.
Peningkatan pengetahuan dan pemahaman responden tentang menarche menyebabkan responden berpikiran positif
terhadap menarche. Dari hasil penelitian (Amar, 2013) berdasarkan tabel silang diketahui bahwa responden yang memiliki
pengetahuan baik tentang menstruasi cenderung memiliki sikap yang positif dalam menghadapi premenstrual syndrome.
Responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang menstruasi cenderung memiliki sikap yang negatif dalam
menghadapi premenstrual syndrome. Kecenderungan dan hubungan itu telah dibuktikan dengan uji kendal tau dengan
bantuan computer, hasil uji korelasi Kendall-Tau diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,352 dengan p value 0,000< α =
0,05 ; yang menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang menstruasi mempunyai hubungan signifikan dengan sikap
menghadapi premenstrual syndrome pada remaja putri di SMP N 1 Sedayu. Hasil jurnal (Hastuti, 2014) memperkuat dengan
menyebutkan bahwa pengetahuan tentang menstruasi berpengaruh terhadap kesiapan menarche. Menurut hasil
penelitiannya, remaja putri dengan pengetahuan baik memiliki persentase lebih besar (61,8%), untuk siap menarche
dibanding responden dengan tingkat pengetahuan kurang, disebutkan juga bahwa pengetahuan sebagai salah satu faktor
predisposisi yang mempengaruhi sikap seseorang. Hasil Jurnal (Indah, 2016) uji regresi logistik dilakukan untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi kesiapan siswi SDN Pacarkembang 1/192, Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya dalam
menghadapi menarche. Hasil uji pengaruh dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel pengetahuan
responden dengan tingkat kepercayaan α = 0,05 memiliki pengaruh signifikan terhadap kesiapan menghadapi menarche.
Tingkat pengetahuan dengan nilai signifikan sebesar 0,012 dan rasio prevalensi.
Saran
a. Bagi Remaja
Diharapkan penelitian ini dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja dalam menghadapi
kesiapan menarche yang bermanfaat bagi persiapan kesehatan reproduksi remaja.
b. Bagi Institusi
Diharapkan penelitian ini bisa sebagai bahan perbandingan serta dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa lain yang
ingin melakukan penelitian.
c. Bagi Rumah Sekolah MTsN Kuta Baroe
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai penilaian dan pemikiran terhadap guru yang juga ikut berperan pada
remaja dalam kesiapan menghadapi menarche.
46
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 5 No. 3
ISSN. 2655-4399 September 2020
d. Bagi penulis
Diharapkan penelitian ini sebagai sarana dalam mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di dapat
selama pendidikan dengan kenyataan yang ada di lapangan dan pengalaman yang sangat berguna untuk pembuatan
karya tulis ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani. 2014. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.
Fi‟ani Shaghira. 2016. Pengaruh Penyuluhan Tentang Menarche Terhadap Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi
Kelas V Dan VI Sd N 5 Panjer Kebumen Universitas „Aisyiyah Yogyakarta. Skripsi.
Hemmi Fitriani. 2016. Pengaruh Konseling Terhadap Kecemasan Remaja Putri Yang Mengalami Menarche. Jurnal Ilmu
Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016.
Julia. 2012. Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan. Universitas Sumatera
Utara. Skripsi.
Kholifah. 2016. Gambaran Tingkat Stres Pada Anak Usia Sekolah Menghadapi Menstruasi Pertama (Menarche) Di Sdn
Gegerkalong Girang 2. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia Vol.1 No.2 Desember 2015.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/ MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan.
Leliana. 2012. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan Dalam Menghadapi Menarche di SD ALAzhar
Medan. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
Proverawati. 2017. MENARCHE Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika.
Riska. 2014. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap Sikap Berpacaran Siswa Kelas XI di SMK N 1
Sewon Bantul Yogyakarta. STIKes „Aisyiyah. Skripsi.
Siska. 2011. Pengaruh Penyuluhan Tentang Menarche Terhadap Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Kelas V Dan
VI Di SDN Pacar Bantul Yogyakarta. Stikes Ahmad Yani. Skripsi.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Wawan. 2016. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
47