You are on page 1of 16

Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi

Vol. 6 No. 1 Juni 2020


E-ISSN: 2580-5134, P-ISSN: 2442-6822
Web: http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/yurisprudentia

EFEKTIVITAS RUKHSHAH DALAM PELAKSANAAN IBADAH MASA


PANDEMI COVID-19

Muhammad Arsad Nasution


Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum
Email: arsadnasution@gmail.com

Abstract

The Corona virus, known as COVID-19, is different from previous viruses


such as SARS, which has a very rapid spread. The form of its spread is also
very easy, namely contact with objects exposed to the virus such as holding it
and then accidentally hand touch the mouth, nose, and eyes then the virus
will infect a person, or through breathing droplets produced by people
infected with the virus that are spread with sneezing or coughing. Nutmeg
spreading like this can only be limited by social distanching. The policy of
distance protection has an impact on the prohibition of the implementation of
worship involving worshipers such as Friday prayers, tarawih, praying five
time in congregation, and ‘Idaini. Rukhshah becomes an offer to this
problem by giving lightness to the red and orange zones leaving the
implementation of worship in congregation and carrying out worship at
home, the yellow zone giving leeway to carry out worship in congregation at
a minimum distance of one meter between worshipers by observing the
appeals The government avoids contacting and washing hands, the green
zone can carry out regular worship in congregation but heed the government
rules of distance and washing hands (keep clean)
Kata Kunci : COVID-19, Rukhshah, Ibadah Mahdah

A. Pendahuluan Ramadhan, atau shalat jenazah. Dalam kondisi


Pelaksanaan ibadah dalam ajaran Islam normal pelaksanaan ibadah disertai dengan
sering melibatkan jam’ah untuk sah atau jam’ah tidak mengalami permasalahan,
sempurnanya pelaksanaan ibadah. bahkan ibadah itu semakin sempurna dan sah
Adakalanya ibadah itu tidak sah kalau tidak secara syara’. Namun ketika terjadi pandemi
ada jama’ah yang mengiringi pelaksanaanya COVID-19 pelaksanaan ibadah yang
seperti shalat jum’at, shalat ‘idul fitri dan melibatkan jama’ah menimbulkan
‘idhul adhha, di sisi lain ada ibadah yang permasalahan tersendiri. Hal ini disebabkan
keberadaan jama’ah menjadi lebih penyebaran virus COVID-19 lebih cepat
sempurnanya ibadah tersebut seperti shalat penularannya karena sistem penyebaran virus
lima waktu, shalat tarawih di bulan ini berkaitan dengan dropler yang bisasanya

59
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

muncul akibat bersin atau batuk. Droplet dari segi rukun, syarat dan ketentuan-
orang yang terjangkit virus ini kalau terhirup ketentuan lain yang berkenaan dengan
oleh orang sehat maka berakibat terjangkitnya aturan hukum tersebut. Seperti puasa
virus ini kepadanya, atau droplet yang bulan Ramadhan, dalil pengwajibannya
tercemar oleh virus COVID-19 ini jatuh ke dijelaskan Allah dalam al-Qur’an,
suatu tempat lalu tempat itu dipegang atau petunjuk pelaksanaannya secara detail
disentuk orang lain, kemudian secara tidak dijelaskan dalam Hadits Nabi saw. dan
sengaja ia memasukkan tangannya ke mulut, dirinci serta diperkuat lagi dengan
hidung, atau matanya maka ia akan terjangkit pendapat para sahabat, dan fuqaha
oleh virus ini. mazhab dalam petunjuk pelaksanaanya.
Berdasarkan sistem penyebaran virus Namun apa yang telah diatur oleh Allah
ini yang diyakini penyebarannya akan dan RasulNya tentang puasa ini
semakin cepat kalau terjadi perkumpulan digugurkan oleh dalil hukum lain yang
massa maka ibadah yang melibatkan jama’ah lebih kuat untuk tidak melaksanakan
atau mengumpulkan banyak orang menjadi puasa ini yaitu kondisi sakit, musafir, atau
masalah tersendiri. Benturan kedua keadaan ketidak mampuan melaksanakan puasa
inilah yang diselesaikan melalui pendekatan karena kondisi fisik yang sudah tua dan
teori hukum Islam rukhshah. Pada lemah. Oleh karena itu perpindahan
pembahasan di bawah ini akan diuraikan pelaksanaan puasa sebagai kewajiban
bagaimana rukhshah menyelesaikan kepada tidak puasa karena adanya uzur
pelaksanaan ibadah yang melibatkan jam’ah syara’ yang memalingkannya merupakan
untuk sah atau sempurnanya sebuah ibadah. makna rukhshah. Dengan demikian
rukhshah secara sederhana bisa disebut
B. Pembahasan dengan keringanan dalam melaksanakan
1. Pengertian Rukhshah aturan karena adanya dalil yang
Rukhshah merupakan pelaksanaan hukum membolehkannya. Amir Syarifuddin
yang kuat dalilnya menyalahi dalil hukum dalam bukunya menjelaskan rukhshah
lain karena ada dalil yang kuat untuk sebagai keringanan yang diberikan oleh
menyalahinya.1 Hukum yang kuat Allah swt. sebagai syari’ kepada
dalilnya dalam definisi ini adalah aturan hambanya pada suatu keadaan khusus
yang sudah baku dan tetap dijelaskan karena adanya keadaan tertentu yang
Allah swt. dan Rasulullah saw. baik dari mempengaruhinya.2 Wahbah al-Zuhaily
1
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta:
2
Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999), hal., 323 Ibid., hal., 324

60
Efektivitas Rukhshah…|Mhd Arsad Nasution

mendefiniskan Rukhshah dengan dengan mazhab mereka yaitu Hanabilah


uangkapannya sebagai berikut: membagi rukhshah kepada empat bagian:
‫الرخصت فى الحقيقت عبارة عن وضع الشارع وصفا من‬ a. Wajib, seperti memakan bangkai
3
‫االوصاف سببا فى التخفيف‬
karena dharurat menjaga jiwa dari
Artinya: Rukhshah pada hakikatnya
adalah suatu ibarat tentang kebinasaan.
penetapan pembuat syara’ (Allah
b. Sunat, seperti menqasgar shalat bagi
swt) terhadap satu sifat dari
beberapa sifat sebagai penyebb musafir. Mengqasar shalat dalam hal
diringankannya (hukum)
ini hukumnya mandub berdasarkan
Defenisi ini menggambarkan bahwa perkataan Umar bin Khaththab
rukhshah merupakan keringanan dalam mengqasar shalat merupakan salah
mengerjakan atau meninggalkan hukum. satu sedekah dari Allah swt yang
Namun penetapan keringanan itu bukan dari harus deterima sedekahnya.
mukallaf tetapi dari pembuat syara’ yaitu c. Mubah, seperti jual beli salam, jual
Allah swt. Artinya pembuat syara’ beli rutab dengan tamar, ijarah,
menetapkan suatu sifat yang memberikan musaqah, dan berbagai jenis akad
kebolehan peraturan (hukum) tersebut lainnya. Salam dan ijarah merupakan
dikerjakan atau ditinggalkan. Seperti puasa akad yang ma’dum dan majhul boleh
bulan Ramadhan, Allah swt. sebagai syari’ melakukannya karena hajat.
menetapkan safar (bepergian), atau maridh d. Khilaf al-Ula, seperti seorang musafir
(sakit), atau yuthiqunah (ketidakmampuan yang berbuka puasa pada bulan
sebab usia) sebagai sebab diringankannya Rmadhan karena ada kemudharatan
hukum (puasa bulan Ramadhan) dari baginya.
kewajiban untuk megerjakannya berpindah
Adapun Hanafiyah membagi rukhshah
pada keizinan untuk meninggalkannya. Oleh
kepada tiga macam yaitu:
karena itulah tukhshah secara bahasa disebut
dengan al-taisir wa al-tashil (memberikan a. Kebolehan melakukan yang haram
kemudahan). karena ada dharurat dan hajat seperti
kehalalan memakan bangkai karena
2. Bentuk-bentuk Rukhshah dalam Ibadah
dharurat dan hajat.
Rukhshah dibeda-bedakan ulama
b. Kebolehan meninggalkan yang wajib
Syafi’iah dan Hanafiyah dalam berbagai
jika pelaksanaannya menimbulkan
bentuk. Adapun Syafi’iah dan yang sama
mustaqqah bagi mukallaf seperti
3
Wahbah al-Zuhaily, Ushul al-Fiqh al-Islamy, keizinan berbuka puasa bagi musafir
(Mesir: Dar al-Fikr, 1986) Juz Pertama, h., 111

61
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

dan orang sakit pada bulan kemudian ditinggalkan karena musafir


Ramadhan. atau sakit.
c. Kebolehan akad dan tasharruf yang c. Rukhshah tidak menerapkan hukum –
sangat dibutuhkan manusia walaupun hukum yang diberlakukan terhadap
berbeda dengan prinsip-prinsip akad umat sebelumnya karena terlalu berat
yang disyari’atkan, seperti keizinan untuk dilaksanakan umat Muhammad
jual beli salam dan akad ijarah atau saw. seperti syari’at untuk bunuh diri
sewa menyewa.4 dalam bertaubat kepada Allah swt.
sebagai syari’at Nabi Musa as.
Amir Syarifuddin dalam bukunya
kemudian diringankan dengan shalat
menjelaskan pembagian rukhshah lebih
taubat bagi umat Muhammad saw.
rinci lagi, beliau membagi rukhshah dari
d. Rukhshah dalam melaksanakan akad-
segi bentuk hukum asalnya kepada dua
akad yang tidak memenuhi syarat
bentuk yaitu:
menurut syara’ karena adanya
a. Rukhshah memperbuat, yaitu
kebutuhan umum yang
keringanan untuk melakukan sesuatu
menghendakinya seperti jual beli
yang menurut hukum asalnya
salam.
dilarang. Dalam bentuk ini hukum
awal yang dilakukan adalah haram Rukhshah dari segi bentuk keringanan
tetapi karena ada keringanan maka yang diberikan terbagi pada 7 macam
memperbuatnya menjadi dibolehkan. bentuk:
Seperti kebolehan memakan daging a. Keringanan dalam meninggalkan
babi karena dharurat, atau kebolehan yang diwajibkan seperti kebolehan
melihat perempuan yang halal meninggalkan jum’at karena musafir.
dinikahi dalam proses peminangan. b. Keringanan dalam mengurangi
b. Rukhshah meninggalkan yaitu kewajiban seperti mengqasar shalat
keringanan meninggalkan sesuatu dari empat raka’at menjadi dua rakaat.
perbuatan bukum yang pada awalnya c. Keringanan dalam bentuk mengganti
diwajibkan kemudian diberikan kewajiban seperti mengganti wudhu’
keringanan untuk meninggalkannya dengan tayammum, atau mengganti
seperti kebolehkan meninggalkan penggunaan air dalam thaharah
puasa bulan Ramadhan yang pada dengan batu.
awalnya wajib dilaksanakan tetapi d. Keringanan dalam bentuk

4
penangguhan pelaksanaan seperti
Wahbah al-Zuhaily, ibid., hal., 117

62
Efektivitas Rukhshah…|Mhd Arsad Nasution

melakukan jama’takhir dalam menggunakan rukhshah ada beberapa


melaksanakan shalat zhuhur pada persyaratan yang mesti dipenuhi oleh oleh
waktu ashar, shalat magrib pada mukallaf yaitu:
waktu isya.
Jumhur ulama berpendapat hukum
e. Keringanan dalam bentuk
menggunakan rukhshah berkaitan dengan
mendahulukan pelaksanaan yang
kondisi mudharat yang dihadapinya. Ada
diwajibkan seperti membayar zakat
kalanya hukum menggunakan rukhshah itu
fitrah pada bulan Ramadhan padahal
wajib ketika mukallaf akan menghadapi
pengwajibannya pada akhir bulan
kebinasaan kalau ia tidak menggunakan
Ramdhan, atau mendahulukan shalat
rukhshah dalam pelaksanaan ibadahnya
ashar pada waktu zhuhur,
seperti seseorang yang berada ditengah
mendahulukan shalat isya pada waktu
Padang Pasir luas tidak menemukan makanan
maghrib.
lagi kecuali ada ular padang pasir yang
f. Keringanan dalam bentuk mengubah
diburunya maka ia wajib memkan ular itu
kewajiban seperti perobahan shalat
sekedar untuk mempertahankan dirinya dari
bagi orang sakit dari berdiri keduduk
kebinasaan. Rukhshah juga dapat
atau berbaring, atau shalat khouf.5
dipergunakan dalam kondisi hukum yang
disunnahkan. Pada bagian ini qarinah yang
3. Hukum menggunakan rukhshah
memberikan keringanan untuk
Menggunakan rukhshah dalam
mempergunakan hukum rukhshah tidak
pelaksanaan ibadah hukumnya dibolehkan
sampai pada tingkat dharurat yang
karena dapat memberikan keringanan bagi
membinasakan agama, jiwa, akal,
mukallaf dalam melaksanakan ibadah.
keturunanan, dan harta (dharuriat al-
Penggunaan rukhshah berarti memberikan
khamsah). seperti melakukan tayammum
pembebasan bagi mukallaf dari berbagai hal
sebagai pengganti air ketika tidak ditemukan
yang memudharatkan ketika pelaksanaan
air untuk melakukan thaharah dalam
ibadah tersebut dilakukan sesuai keadaan
menghilangkan hadats, atau berbuka puasa
normal (ketentuan syara’ pada kebiasaan).
bagi orang yang dalam keadaan musafir atau
Seperti seseorang akan terbebas dari sakit
sakit. Bentuk ketiga adalah menggunakan
yang semakin parah ketika ia diberikan
ruhshah hukumnya mubah artinya boleh
keringanan untuk tidak melaksanakan puasa
melakukannya atau tidak melakukan tidak
ketika ia sedang sakit. Namun dalam
ada hal yang memberatinya seperti
melakukan jual beli salam boleh dilakukan
5
Amir Syarifuddin, op.cit., hal., 327-328

63
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

atau boleh tidak melakukakannya karena ia tepatnya di Kota Wuhan, Propinsi Hubei.
hanya berkaitan dengan muamalah yang Virus ini terdetiksi tepatnya pada tanggal 7
hukum dasarnya adalah ibahah. januari 2020 sebagai bentuk jenis virus baru
disebut dengan coronavirus (novel
Imam al-Syathibi memberikan
coronavirus). Virus ini menyebar dari kota
penjelasan yang berbeda yaitu penggunaan
Wuhan cina keberbagai negara-negara di
ruhkshah menurut beliau adalah boleh atau
dunia seperti Italia, Prancis, Amerika, dan
ibahah secara muthlak. Pendapat ini
negara-negara lainnya. Kemudian WHO
didasarkan pada rukhshah hanyaslah semata-
sebagai organisasi kesehatan dunia
mata keringanan agar mukallaf memperoleh
menjadikan COVID-19 ini sebagai Public
kelonggaran dalam memilih melakukannya
Health Emergency of International Concern
atau tidak melakukannya. Menurut beliau
(PHEIC) atau dalam istilah lain dikenal di
rukhshah tersebut sering berkaitan dengan
Indonesia dengan Kedaruratan Kesehatan
kata “laa junaha” (artinya tidak ada dosa)
Masyarakat yang Meresahkan Dunia
dalam beberapa Firman Allah swt. seperti al-
(KKMD). Penamaan virus corona ini dengan
Baqarah: 173 atau al-Nisa: 101.6
sebutan Covid-19 ditetapkan oleh WHO
sekitar tanggal 12 Januari 2020 karena virus
4. Sekilas Perkembangan Covid-19 ini masih termasuk keluarga virus SARS-
Virus corona (selanjutnya disebut COV2 sebagai keluarga besar coronavirus
COVID-19) telah menyebar keseluruh dunia yang berdasarkan berbagai penelitian
pada tahun 2020. World Heald Organitation penyebabnya sama dengan penyebab SARS
(WHO) sebagai badan kesehatan dunia pada tahun 2003 yang berbeda hanya jenis
menyatakan dunia berada pada kondisi virusnya saja, dari segi gejala yang
darurat global penyebaran pandemi covid-19 ditimbulkan kedua virus ini memiliki
sekitar tanggal 30 bulan januari tahun 2020.7 kesamaan. Perbedaan yang menyolok
Pernyataan ini dibuat karena sejumlah diantara kedua virus ini adalah angka
negara-negara telah terjangkit oleh virus ini. kematian yang disebabkan oleh COVID-19
Covid-19 pada awalnya muncul di negar Cina jauh labih tinggi dibandingkan dengan SARS.
Disamping itu kecepatan berjangkitnya
6
Abu Ishaq al-Sathiby, al-Muwafaqat fi Ushul kepada orang lain jauh lebih cepat
al-syari’ah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tt), Juz
pertama, hal., 229 dibandingkan dengan SARS.
7
Dana Riksa Buana, Anlisa Prilaku
Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Sebenarnya virus ini tidak hanya
Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesehatan
Jiwa, Jurnal : Salam: Jurnal Sosial dan Buana Syar’i menyerang manusia saja tetapi hewan pun
Vol.7, No 3 (2020) hal., 3

64
Efektivitas Rukhshah…|Mhd Arsad Nasution

dapat diserang oleh virus ini. Gejala yang sel alveolar tipe II paru-paru. COVID-19 ini
sering terjadi pada manusia kalau sudah memakai glikoprotein permukaan khusus
dihinggapi oleh virus ini adalah infeksi yang diistilahkan dengan “spike” untuk
saluran pernafasan. Pada awalnya sering bersambung ke ACE2 dan menyusup sel
terlihat hanya flu biasa saja, lama kelamaan inang. Kepadatan ACE2 disetiap jaringan
menyerang pernapasan sehingga berkorelasi dengan tingkat parahnya penyakit
mengakibatkan sindrom pernapasan akut pada jaringan tersebut. Sejumlah ahli
berat. Penyebaran virus ini lebih rentan mengatakan penurunan aktivitas ACE2 bisa
melalui pernapasan yang diakibatkan oleh jadi bersifat protektif. Seiring dengan
8
tetasan batuk dan bersin. Corona virus jenis perkembangan penyakit alveolar, kegagalan
baru yang ditemukan pertamakali di Wuhan pernapasan mungkin terjadi dan berujung
Cina pada desember 2019 diberi nama Severe pada kematian.9
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 Indonesia tanggal 2 Maret dikejutkan
(SARS-COV2) dan menyebabkan penyakit oleh pengumuman Presiden Republik
corona disease-2019 (COVID-19) termasuk Indonesia tentang terjangkitnya warga negara
dalam genus dengan flor eliptic dan sering Indonesia oleh COVID-19 yaitu seorang ibu
berbentuk pleomorfik, dan berdiameter 60- berusia 61 tahun yang bertempat tinggal di
140 mm. Virus ini secara genetic sangat Depok Jawa Barat dan anaknya yang berusia
berbeda dengan virus SARS-CoV. Penelitian 31 tahun . Ketika itu Presiden RI langsung
menunjukkan homolog antara COVID-19 dan menyatakan siap menangani kasus virus ini.
memiliki karakteristik DNA coronavirus pada Hari itu juga Menteri Kesehatan Agus
kelelawar-SARS yaitu dengan kemiripan Putranto menjelaskan penularan pertama
lebih dari 85%. Ketika dikultur pada vitr, virus COVID-19 di Indonesia terjadi pada
COVID-19 dapat ditemukan dalam sel epitel pasien umur 31 tahun. Semenjak saat itu
pernapasan manusia selama 96 jam. virus ini berkembang dengan cepat sampai
Sementara itu untuk mengisolasi dan tanggal 25 Maret 2020 virus ini telah
mengkultur vero E6 dan Huh-7 garis sel menyebar keberbagai daerah di Indonesia10
dibutuhkan waktu sekitar 6 hari. Organ vital sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini
yang sering dihinggapi oleh virus ini adalah
paru-paru karena virus ini mengakses inang
melalui enzim ACE2, yang paling melimpa di

8 9
Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri, Ibid. hal. 10
10
Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid-19 Bagi https://voi.id/artikel/baca/4162/mencatat-
Pemerintah Daerah: Pencegahan, Pengendalian, sejarah-tentang-respons-indonesia-hadapi-covid-19, 30
Diagnosis, dan Manajemen. hal., 9 Mar 2020 10:40 | Tim Editor

65
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

orang sehat karena durasi waktu yang terlalu


lama dengan penderita. Ruang tertutup
menjadi tempat yang nyaman bagi aerosol
untuk berkonsentrasi sehingga
mengakibatkan penularan yang lebih cepat,
mudah dan tinggi.11 Dengan demikian bentuk
penyebaran virus ini adalah:
1. Penyebaran melalui kontak dekat
lingkungan atau benda yang
terkontaminasi virus12 artinya seseorang
yang secara tidak sadar memegang atau
menyentuh orng atau benda yang sudah
terkontaminasi virus, kemudian ia
menyentuhkan tangannya kemata, hidung,
atau mulut pada hal tangannya telah
terpapar virus ini dimungkinkan ia akan
terpapar virus ini melalui mata. atau
hidung, atau mulutnya. Oleh karena itu
pembersihan tangan harus sering
dilakukan apalagi ada kontak yang
diragukan pada tempat-tembat, benda, atau
orang yang terpapar virus ini. Pencucian
tangan dapat dilakukan dengan hand
sanitizer jika tangan tidak terlihat terlalu
kotor atau pencucian tangan dengan sabun
apa saja jika tangan dalam kondisi kotor.
Pencucian tangan dilakukan dengan cara
pembilasan setidaknya 20 detik . Selain itu
5. Bentuk-bentuk Penyebaran Covid-19
Bentuk-bentuk penularan virus ini
ditransmisikan melalui tetesan aerosol
penderita dan dengan hubungan langsung. 11
Ibid. hal. 11
12
Aerosol kemungkinan terjadi ketika ada Erlna Burhan dkk. (Tim Penyusun),
Pneumonia COVID-19, (Jakarta: Perhimpunan Dokter
kontak langsung antara penderita dengan Paru Indonesia (PDPI), 2020 Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (PDPI)), hal., 40

66
Efektivitas Rukhshah…|Mhd Arsad Nasution

pencucian tangan dapat dilakukan dengan kebijakan yang berkaitan dengan hal ini
menggunakan al-kohol 70-80% handrup.13 adalah:
2. Penyebaran melalui pernafasan yaitu a) Isolasi rumah artinya untuk membatsi
droplet saluran pernapasan dan patikel perkembangan virus ini setiap warga
airborne. Droplet ini merupakan partikel dianjurkan untuk lebih banyak tinggal
berisi air dengan diameter >5nm. Droplet dirumah kecuali ada keperluan penting
bisa terjadi pada jarak 1 meter pada dan sangat mendesak. Kebijkan isolasi
kebiasaanya produksi droplet dari rumah ini terimbas pada aspek-aspek
pernapasan dilakukan melalui batuk, formal harus meliburkan kegiatan-
14
bersin atau berbicara , artinya seorang kegiatannya. Sepeti pendidikan pada
yang terpapar virus ini dapat menularkan masa COVID-19 ini harus diliburkan
virus kepada orang lain melalui pernafasan agar setiap keluarga dapat membatasi
ketika ia batuk atau bersin pada jarak ruang gerak anggota keluarga masing-
dekat dengan orang disekitarnya. Penderita masing untuk keluar rumah.
dianjurkan menerapkan etika bersin b) Menghindari pertemuan-pertemuan
dengan menutup hidung dan mulut ketika dalam sekala besar atinya pertemuan-
batuk atau bersin dengan lengan atas pertemuan yang melibatkan sejumlah
bagian dalam atau dengan tisu lalu tisu orang tidak dibenarkan. Hal ini
tersebut dibuang ke tong sampah. Dalam dianggap sebagai upaya yang sangat
kondisi sepert ini pasien dianjurkan efekstif dalam membatasi pergerakan
15
memakai masker medis. penyebararan virus ini. Oleh karena itu
Berdasarkan pola penyebaran virus seluruh kegiatan bisnis, pendidikan,
COVID-19 ini maka kebijakan yang dapat acara keagamaan dan bentuk kegiatan
dilakukan untuk membatasi penyebaran lain yang memungkinkan
virus ini adalah penerapan social menghadirkan sejumlah orang tidak
distancing atau menjaga jarak minimal dibenarkan.
16
satu meter dari orang yang mengalami c) Membentuk pola hidup bersih dan sehat
gejala gangguan pernapasan yang didduga dengan selalu mencuci tangan
pengaruh COVID-19. Adapun diantara menggunakan sabun atau sanitizer
lainnya. Pola hidup sehat juga
13 berkaitan dengan pola makan dan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus minum yang teratur dan berkualitas
Disease (Covid-19), Maret 2020, hal., 79
14
Erlna Burhan dkk. (Tim Penyusun), loc.cit. agar kekebalan tubuh lebih terjamin
15
Ibid., hal.67
16
ibid.

67
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

sehingga virus yang tersebar tidak dapat sendiri. Oleh karena itu pelaksanaan ibadah
mempengaruhi kondisi fisik.17 dari segi perlu atau tidaknya dilakukan
d) Lock down artinya karantina rumah, berjama’ah terbagi kepada dua bagian yaitu:
karantina wilayah, karantina rumah a. Pelaksanaan ibadah yang wajib dilakukan
sakit, dan pembatasan sosial skala besar berjama’ah. artinya ibadah yang hanya
(PSPB). Karantina rumah dimaksudkan dapat dilakukan secara berjama’ah kalau
larang untuk keluar rumah yang tidak berjama’ah maka ibadah tersebut
diperuntukkan bagi Orang Dalam tidak dianggap sah. diantara bentuk-bentuk
Pemantauan (ODP) atau Pasien Dalam ibadah sepeti ini adalah:
Pengawasan (PDP). Karantina rumah 1) Shalat Jum’at
sakit artinya orang yang dikarantina di Para ulama sepakat bahwa shalat
rumah karena positif sudah mengindap jum’at hanya sah dilakukan secara
virus COVID-19. Karantina wilayah berjama’ah mereka hanya berbeda
maksudnya adalah melakukan pendapat tentang jumlah jama’ah yang
pembatasan sosial yang diistilahkan menjadi persyaratan untuk sahnya shalat
dengan social distancing artinya jum’at.
mengurangi kerumunan-kerumunan Menurut pendapat Malikiyah
massa atau bisa saja melakukan jumlah jama’ah yang dapat dianggap sah
karantina diri sendiri yang disebut melaksanakan shalat jum’at paling sedikit
dengan self carantina.18 12 orang laki-laki kecuali imam. dengan
demikian jumlah keseluruhan jama’ah
6. Bentuk kesulitan Pelaksanaan Ibadah sebanyak 13 orang tidak boleh kurang.
pengaruh penyebaran Covid-19 Persyaratan ketiga belas orang jama’ah ini
Dalam pelaksanaan ibadah ada adalah mereka haruslah orang dewasa
beberapa jenis ibadah yang melibatkan yang memenuhi persyaratan untuk sahnya
banyak orang , bahkan ada sejumlah ibadah shalat, bukan anak-anak,bukan
yang hanya dapat dilakukan dengan sjumlah perempuan, dan bukan pula orang gila.
orang dan tidak dapat dilakuan secara sendiri- Seluruh jama’ah yang tiga belas orang ini
17
Nur Rohim Yunus, Kebijakan Pemberlakuan
adalah orang yang mukim bukan orang
Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona yang musafir. Seorang saja diantara
Virus COVID-19, Article (PDF Available) · March
2020 with 14,939 Reads DOI: mereka ada yang musyafir maka jum’at
10.15408/sjsbs.v7i3.15083
18
Debora Sanur, Wacana Kebijakan lockdown
tidak bisa dilaksanakan. Selain itu mereka
dalam Menhadapi COVID-19 di Indonesia, Jurnal semua harus hadir pelaksanaan jum’at
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Vol. XII,
No.6/II/Puslit/Maret/2020, hal., 25

68
Efektivitas Rukhshah…|Mhd Arsad Nasution

mulai dari awal khuthbah sampai selesai Diantara empat imam mazhab
pelaksanaan shalat jum’at. Seandainya tersebut hanya Hanafyah yang
satu saja dari mereka batal shalatnya maka memberikan persyaratan sahnya jum’at
jum’at mereka tidak sah. dari segi jumlah jama’ah yang paling
Menurut Syafi’iyah mensyaratkan sedikit yaitu hanya tiga orang jam’ah dan
jumlah jama’ah untuk sahnya shalat jum’at satu orang imam. Dengan demikian
sebanyak 40 orang termasuk imam kalau jumlah jama’ah yang menjadi syarat
jumlah mereka kurang dari empat puluh sahnya shalat jum’at menurut Hanafiyah
orang tersebut maka shalat jum’at cukup empat orang saja. Hanafiyah juga
dianggap tidak sah. Mereka yang empat mensyaratkan keempat orang jama’ah ini
puluh orang ini juma mesti orang yang harus orang yang mukim bukan musyafir,
mukim bukan musafir, bukan anak-anak, bukan anak-anak, dukan 8perempuan,dan
bukan perempuan, dan bukan orang gila. bukan hamba. Hanafiyah juga
Apabila salah seorang mereka batal mensyaratkan keempat orang jama’ah ini
shalatnya selama pelaksanaan jum’at maka harus melaksanakan jum’ah secara
shalat jum’at ketika itu menjadi bathal. sempurna mulai dari awal khuthbah
Oleh karena itu disyarat jumlah jama’ah sampai sempurna pelaksanaan shalatnya.19
itu tetap empat puluh orang mulai dari
awal jum’at sampai berakhirnya shalat 2) Shalat hari raya Idul Fitri dan Idhul
jum’ah. Adha
Hanabilah mensyaratkan jumlah Kedua shalat ini pada dasarnya
jama’ah untuk sahnya shalat jum’at hukum melaksanakannya adalah sunnah
sebanyak empat puluhorang juga. Mereka muakkadah atau diistilahkan oleh Wahbah
yang empat puluh orang ini juga harus al-Zuhaily dalam Ushul Fiqhnya dengan
oarang yang terpenuhi syarat wajib jum’at, “mandub fi’luhu ‘ala Wajhi al-Ta’kid”
tidak termasuk anak-anak, orang gila, dengan arti ‘ibadah yang tidak diberi
hamba, musafir, atau perempuan. Mereka hukuman ketika meninggalkannya akan
juga harus menghadiri jum’at mulai dari tetapi sangat dibenci dan dicela oleh Allah
awal jum’at sampai sempurna shalat swt. ketika tidak dilaksanakan.20 Dengan
jum’at, kalau salah seorang dari mereka demikian kedua shalat ini mesti
batal shalatnya atau ia meninggalkan dekerjakan kecuali ada hal-hal yang sangat
shalat sebelum sempurna jum’at maka 19
Abdurrahman al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ‘ala
shalat jum’at menjadi batal. al-Mazhahib al-Arba’ah, (al-Arabiyah: Dar al-Haya al-
Turats, 1986), cet. ke-7, hal., 387-390
20
Wahbah al-Zuhaily, op.cit., hal., 78

69
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

genting yang mengakibatkan shalat itu Malikiyah juga mensunnahkannya


tidak dapat dilaksanakan. berjama’ah dengan istilah “mandub”,
Hanafiyah memberikan pendapat yang
Shalat ini tidak sah dilaksanakan
berbeda dengan istilah Sunnah kifayah
secara sendiri-sendiri Hanafiyah
artinya kalau sebagian jama’ah
mengatakan berjama’ah merupakan syarat
melaksanakannya maka gugur tuntutan
sah mengerjakan dua shalat ini. Hanabilah
melaksanakannya dari yang lain.
juga berpendapat sama dengan pendapat
c. Penyelenggaraan jenazah.
Hanafiyah. Malikiyah juga berpendapat
Penyelenggaraan zenazah merupakan
mengerjakannya harus berjama’ah karena
fardhu kifayah dimana pelaksanaanya tidak
demikianlah sunnah yang dikerjakan
ditentukan kepada orang tertentu atau
Rasulullah saw.21
kelompok orang yang dikhususkan akan
3) Shalat berjama’ah pada shalat lima tetapi ditunjuk kewajibannya kepada seluruh
waktu umat muslimin mukallaf apabila sekelompok
Shalat berjama’ah pada shalat lima mukallaf melaksanakannya gugurlah
waktu hukumnya adalah sunnah kewajiban itu dari yang lainnya.23 Dengan
muakkadah sebagaimana hadits telah demikian apabila sekelompok mukallaf sudah
datang menjelaskan hal ini dalam jumlah melaksanakan kewajiban jenazah seperti
yang sangat banyak salah satunya adalah memandikan, menshalatkan, mengkafani dan
hadits dari Ibn Umar r.a yang menjelaskan menguburkannya maka gugurlah kewajiban
bahwa Rasulullah saw bersabda bahwa yang lainnya. Semua penyelenggaraan
shalat berjama’ah itu lebih afdhal dari jenazah ini biasanya dilaksanakan secara
shalat sendirian dengan dua puluh tujuh berjama’ah sebagai sebuah kewajiban
22
derajat. Tingginya derajat shalat kifayah bagi anggota msyarakat. Disamping
berjama’ah dibanding shalat sendirian itu melayat jenazah juga merupkan sunnah
menyebabkan shalat berjama’ah menjadi muakkadah yang sangat dianjurkan. Oleh
budaya yang sangat kental dalam karena itu kesempurnaan penyelenggaraan
masyarakat muslim. junazah terlihat dari banyak tidaknya jama’ah
yang melayat dan mengikuti
b. Adapun Shalat yang disunnahkan padanya
penyelenggaraan jenazah. Penomena ini
berjama’ah adalah shalat tarawih
didasarkan pada nash-nash syara’ dan tradisi
sebagaimana dikatakan oleh Syafi’iah,

21
Abdurrahman al-Jaziry, op.cit., h., 349
22 23
Fiqh Sunnah jilid 1 hal., 163 Wahbah al-Zuhaily, op.cit., hal., 62

70
Efektivitas Rukhshah…|Mhd Arsad Nasution

sosial yang berkembang dalam masyarakat atau wilayah tersebut telah terpapar oleh
secara turun temurun. virus dalam kondisi mempertahankan
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa transmisi komunitas seperti umpamanya
keberadaan jama’ah sangat penting dalam China, Korea, atau Itali. Fatwa MUI
mendudukkan sah atau tidaknya suatu Nomor 14 tahun 2020 juga memberikan
ibadah, sempurna tidaknya suatu peribadatan. garisan bahwa pada daerah atau
Di sisi lain menghadirkan jama’ah dalam masyarakat tertentu peneyebaran virus
masa COVID-19 merupakan hal yang COVID-19 berpotensi penularan sangat
membahayakan bagi keselamatan umat tinggi berdasarkan penetapan pemerintah
manusia. Perkumpulan manusia pada setiap yang berwewenang maka pelaksanaan
ibadah memicu semakin cepatnya ibadah yang sifatnya melibatkan jama’ah
penyebaran virus COVID-19. Dengan diberikan keringanan untuk meninggalkan
demikian ada dua hal yang kontradiktif, satu berjama’ah. Oleh karena itu ibadah jum’at
sisi keberadaan jama’ah sangat penting untuk boleh ditinggalkan dan diganti dengan
eksistensi ibadah, sisi lain jama’ah yang shalat zhuhur di rumah, demikian juga
mengimpun banyak orang dapat shalat tarawih, shalat ‘Idul fitri atau ‘Idul
membahayakan penyebaran virus COVID-19 adha. Semua kegiatan ibadah ini
semakin cepat berjangkitnya. ditinggalkan berjama’ah dan diganti
dengan shalal dirumah. Daerah-daerah
7. Solusi yang Ditawarkan Rukhshah dalam yang sudah teridentifikasi dengan jumlah
pelaksanaan Ibadan masa penyebarn pasien positif COVID-19 yang banyak dan
Covid-19 dinyatakan lockdown maka daerah ini
Penyelesaian masalah yang berlaku keringanan rukhsah petama
dihabadapi umat dalam beribadah yang yaitu boleh meninggalkan bentuk ibadah
sifatnya berjama’ah pada masa pandemi berjama’ah dan mengantinya dengan
COVID-19 ini dapat dirujuk langkah- ibadah munfarid di rumah masing-
langkah yang diberikan oleh ruhkshah masing. Keadaan seperti inilah yang
sebagai teori hukum Islam yaitu: terjadi pada masa Rasulullah ketika terjadi
a. Keringanan dalam meninggalkan yang penyakit Tha’un, beliau memerinthkan
diwajibkan seperti kebolehan para sahabat dan seluruh penduduk negeri
meninggalkan jum’at karena musafir. Madinah untuk berdiam diri di rumah
Kondisi rukhshah seperti ini diambil dari tidak keluar agar penyakit tha’un tersebut
keadaan daerah penyebaran COVID-19 tidak menyebar keseuruh pelosok negeri
pada kondisi zona merah dimana degara Madinah. Hadits diriwayatkan dari ‘Abd

71
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

al-Shamad dari Daud yaitu Ibn Aby Furat belum dijumpai orang yang fositip terkenak
ia berkata: “menceritakan kepada kami virus COVID-19). Dalam kondisi seperti ini
‘Abdullah ibn Burdah, dari Yahya bin penyelenggaraan ibadah secara berjama’ah
Ya’mar dari ‘Aisyah ia berkata: “Aku diberikan pembatasan dan penjagaan jarak
bertanya kepada Rasulullah tentang yang sangat ketat. Maksudnya adalah
penyakit Tha’un, lalu Rasulullah saw. rukhshah yang diberikan bentuknya
menceritakan kepadaku: “Sesungguhnya keringanan yang sifatnya mengurangi
penyakit tha’un itu adalah ‘azab yang kewajiban bukan keringanan dengan
diberikan Allah kepada siapa yang ia meninggalkan pelaksanawaan kewajiban.
kehendaki dan ia menjadikannya rahmat Mengurangi kewajiban dimaknai dengan
bagi orang-orang beriman, maka tidak ada pengaturan jarak antara satu jama’ah dengan
seorang pun yang tertimpa penyakit tha’un jama’ah lain dengan ketat, dan pembatasan
kalau ia berdiam diri di rumah ia sabar, jama’ah dalam melaksanakan ibadah
bermuhasabah dan menyadari bahwa berjama’ah. Apabila pembatasan ini
penyakit itu tidak akan tertimpa kepada mengakibatkan banyak jama’ah yang tidak
seseorang kecuali dengan kehendak Allah dapat mengikuti ibadah di masjid secara
swt. dan adalah orang yang meninggal berjama’ah diharuskan mereka kembali
karena penyakti tersebut menjadi mati kerumah dan melaksanakan ibadah sendiri
syahid.24 dirumah masing-masing. Dengan demikian
pada zona kuning ini masyarakat masih
b. Keringanan dalam mengurangi kewajiban diizinkan melaksanakan ibadah secara
seperti mengqasar shalat dari empat berjama’ah tetap dilangsungkan tetapi dalam
raka’at menjadi dua rakaat. jumlah yang sangat terbatas. jarak antara
Keringanan dalam bentuk seperti ini jam’ah diberikan satu setengah meter antara
berkaitan dengan kondisi wilayah dalam satu jama’ah dengan jama’ah yang lain, tidak
kondisi Zona kunig yaitu wilayah dalam boleh rapat barisannya seperti berjama’ah
infeksi ringan dimana aktivitas kehidupan biasa. Mereka yang melakukan ibadah
masih berjalan seperti biasa. Kondisi berjama’ah harus tetap disiplin untuk tidak
penyebaran pada daerah ini berada pada melakukan kontak fisik seperti berjabat
status ODP (orang dalam Pemantauan) dan tangan, berpelukan, atau mencium tangan.
PDP (Pasien dalam Pengawasan) artinya Selain itu mereka harus melakukan pencucian
tangan dengan sabun semaksimal mungkin.
24
Musnad Ahmad bin Hambal, (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 2001), Juz 44, hal., 235 no.
Hadits 26139

72
Efektivitas Rukhshah…|Mhd Arsad Nasution

c. Pada daerah kategori zona hijau tangan. Si samping itu tetap membawa
pelaksanaan ibadah kembali dilaksanakan sajadah sendiri dan sering membasuh
dalam bentuk asalnya yaitu ‘azimah. Hal tangan dengan sabun.
ini disebabkan zona hijau merupakan
daerah yang belum terindentifiksi oleh C. Kesimpulan
ODP dan PDP dalam sistem penyebaran Berdsarkan uraian di atas dapat
virus COVID-19. Pada daerah zona hijau disimpulkan bahwa Rukhshah memberikan
dapat dikatan daerah tanpa kasus yang keringanan kepada mukallaf untuk
dikonfirmasi COVID-19. melaksanakan ibadah yang melibatkan
d. Dalam kaitan ini Lembaga Bahtsul Masail jama’ah dengan tiga pola pelaksanaan.
(LBM) Pengurus Wilayah Nahdatul Pertama meninggalkan pelaksanaan ibadah
Ulama (PWNU) Jawa Tengah menetapkan berjama’ah di Masjid dengan
keputusan resmi tentang persetujuannya melaksanakannya di rumah masing-masing
untuk tetap melaksanaan ibadah ketika penyebaran pandemi COVID-19 berada
berjama’ah seperti shalat jum’at dengan pada daerah zona orange dan merah. Kedua,
nomor suratnya memebrikan keringanan melaksanaan ibadah
08/LBM/PWNUJATENG/III/20 yang berjamaah di mesjid dengan persyaratan
dikeluarkan di Semarang 30 Rajab memberikan jarak minimal satu meter antara
25
1441H/ 25 Maret 2020. Ketatapan yang satu jama’ah dengan jam’ah lainnya, dan
dibuat oleh LBM NU. Jawa Tengah ini mengindahkan anjuran pemerintah untuk tidak
sebenarnya merupakan respon terhadap melakukan kontak fisik seperi berjabatan
Fatwa MUI Nomor 14 tahun 2020 yang tangan,berpelukan, atau berciuman, serta
menjelaskan bahwa pada daerah sering mencuci tangan dengan sabun. Ketiga,
penyebaran virus COVID-19 yang masih memberikan keringanan melaksanakan ibadah
rendah berdasarkan keputusan pemerintah secara normal pada daerah zona hijau
yang berwewenang pelaksanaan ibadah sebagaimana ibadah berjama’ah normal
sebagaimana biasanya dapat dilaksanakan dengan memperhatikan himbauan pemerintah
tetapi tetap mematuhi aturan pemerintah seperti di atas.
tentang kontak pisik artinya tidak
bersalaman atau berpelukan atau sium

25
https://republika.co.id/berita/q7t2ci396/s
halat-jumat-hukumnya-wajib-bagi-zona-hijau-
corona

73
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

REFERENCE
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Pedoman
Abdurrahman al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ‘ala Pencegahan dan Pengendalian
al-Mazhahib al-Arba’ah, al- Coronavirus Disease (Covid-
Arabiyah, Dar al-Haya al- 19), Maret 2020.
Turats, 1986, cet. ke-7.
Musnad Ahmad bin Hambal, Beirut,
Abu Ishaq al-Sathiby, al-Muwafaqat fi Muassasah al-Risalah, 2001, Juz
Ushul al-syari’ah, Beirut Dar al-
44, no. Hadits 26139
Kutub al-Ilmiyah, tt, Juz
pertama. Nur Rohim Yunus, Kebijakan
Pemberlakuan Lock Down
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jakarta, Sebagai Antisipasi Penyebaran
Logos Wacana Ilmu dan Corona Virus COVID-19,
Pemikiran, 1999. Article (PDF Available) · March
2020 with 14,939 Reads DOI:
Dana Riksa Buana, Anlisa Prilaku 10.15408/sjsbs.v7i3.15083
Masyarakat Indonesia dalam
Menghadapi Pandemi Virus
Corona (Covid-19) dan Kiat Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri,
Menjaga Kesehatan Jiwa, Pedoman Umum Menghadapi
Jurnal : Salam: Jurnal Sosial Pandemi Covid-19 Bagi
dan Buana Syar’i Vol.7, No 3 Pemerintah Daerah:
(2020). Pencegahan, Pengendalian,
Diagnosis, dan Manajemen.
Debora Sanur, Wacana Kebijakan
lockdown dalam Menhadapi Wahbah al-Zuhaily, Ushul al-Fiqh al-
COVID-19 di Indonesia, Jurnal Islamy, Mesir, Dar al-Fikr,
Pusat Penelitian Badan Keahlian 1986, Juz Pertama.
DPR RI, Vol. XII,
No.6/II/Puslit/Maret/2020.

Erlna Burhan dkk. (Tim Penyusun),


Pneumonia COVID-19, Jakarta,
Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (PDPI), 2020
Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (PDPI)).

https://republika.co.id/berita/q7t2ci396/sha
lat-jumat-hukumnya-wajib-bagi-
zona-hijau-corona

https://voi.id/artikel/baca/4162/mencatat-
sejarah-tentang-respons-
indonesia-hadapi-covid-19, 30
Mar 2020 10:40 | Tim Editor

74

You might also like