Professional Documents
Culture Documents
Irsyad Rafi
Keywords : ABSTRACT
category, rukhshah, fasting, This study described the groups granted with Rukhsah (concession)
law consequence in Fasting and its Legal Consequence. The method used in this study
is library research. Various literature was collected to obtain data
and facts. These data are collected, sorted, selected and then analyzed
to answer the four primary studies that are what is the definition of
Rukhsah in general, what are the obstacles that allow Rukhsah to
be granted, what is the concept of Rukhsah in fasting? And which
categories are granted with the Rukhsah in fasting and what are the
legal consequences? The results of the study showed that the Rukhsah
is a law that applies based on an argument, which violates existing
legal arguments (the original law / azīmah) due to udzur (obstacles).
The obstacles as the cause of Rukhshah includes: journey (safar),
sickness, necessity, forgetfulness, ignorance, conditions that are very
difficult to avoid, and insufficiency. Briefly udzur (obstacles) or the
requirements of Rukhsah could be: emergency (ad-ḍarūrah), or the
existence of difficulties (al-masyaqqah) or just needs (al-hājah).
Rukhṣah is concession and the form of concession is concession
granted for not fasting in the month of Ramadhan with the
consequence of replacing the missed fasting in accordance with the
Shari'ah known as qaḍā ’or fidyah. The Groups that are granted
with the Rukhshah in Fasting are sick people, travelers, menstrual
and pureperal women, old people, pregnant or breastfeeding woman.
Those are udzur or the causes of a woman to be granted with
Rukhsah for not fasting.
204
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
206
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
hambaNya, terutama ketika kondisi adapula yang tidak kuat walaupun dari
tidak memungkinkan untuk segi medis kadar penyakitnya sama.
melaksanakan ‘azīmah tersebut. Tapi rukhṣah disini diperuntukkan
hanya kepada orang yang tidak kuat
B. Ketentuan udzur yang dianggap saja.
sebagai sebab rukhṣah. Contoh lain: Seorang yang
Sudah diketahui melalui terbiasa bersabar dengan rasa lapar
defenisi rukhsah yang telah dan tidak mempengaruhi keadaannya,
disebutkan, bahwa faktor udzur lah ia tidak diberi rukhsah untuk makan
yang menjadi sebab seseorang bangkai. Beda halnya dengan
mengambil rukhṣah. Sebelum menuju seseorang yang tidak terbiasa dengan
ke pembahasan lebih lanjut, terlebih rasa lapar, ia dibolehkan makan
dahulu kita harus mengetahui udzur bangkai. Karena kalau tidak,
mana saja yang dimaksudkan. Para dikhawatirkan akan mendatangkan
ulama telah menyebutkan udzur atau mudharat pada dirinya.
sebab rukhṣah diantaranya al-Suyuthi Maka sekali lagi udzur tidak
yang menyebutkan tujuh sebab memiliki ukuran yang paten, dan
rukhṣah sebagai berikut6 kesulitan hendaknya dikembalikan
1. Safar ()السفر. kepada setiap person. Tergantung
dengan ijtihad masing-masing yang
2. Sakit ()املرض. bersandarkan pada kekuatannya dalam
3. Paksaan ()اإلكراه. menghadapi kesulitan tersebut,
4. Lupa ()النسيان. keimanan serta sifat wara’nya.
Akan tetapi satu hal yang perlu
5. Kebodohan ()اجلهل. diperhatikan bahwa dalam mengambil
6. Keadaan yang sangat sulit rukhṣah, hendaklah setiap orang
dihindari ()العسر وعموم البلوى. berhati-hati sebisa mungkin. Artinya ia
7. Kekurangan ()النقص tidak mengambil rukhṣah tersebut
Secara singkat udzur atau kecuali ia telah benar-benar yakin
sebab seseorang mengambil rukhṣah bahwa ia sangat membutuhkan
itu bisa berupa adanya keterpaksaan rukhṣah tersebut. Karena ada sebagian
(ad-ḍarūrah), atau adanya kesulitan (al- orang “tatabbu’ rukhaṣ” hanya sekedar
masyaqqah) ataupun sekedar kebutuhan mencari kemudahan dan lari dari
(al-hājah). Akan tetapi hal ini tidak perintah dan larangan syariat, maka hal
memiliki ukuran yang pasti antara ini merupakan suatu yang dilarang.7
setiap orang dengan yang lainnya. C. Rukhṣah Dalam Ibadah Puasa
Kapan ia harus bertahan dengan Ditinjau dari segi hukum,
‘azīmah (hukum asal), dan kapan ia puasa terbagi menjadi dua yakni: puasa
sudah bisa mengambil wajib dan puasa sunnah. Akan tetapi
rukhṣah/keringanan. pembahasan pokok dalam rangkaian
Sebagai contoh: Masalah udzur tulisan ini adalah mengenai puasa
sakit, sebagian orang ada yang kuat wajib di bulan ramadhan.
dengan penyakit yang ia derita, Setiap muslim seyogyanya
memahami bahwa Ibadah puasa tidak
6Al-Suyūṭī, Al-Asybāh wa Al-Naẓāir,
(Cet.1, Beirut; Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1983), h. 7Abdul Karim Al-Namlah, Al-Rukhaṣ Al-
207
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
Terjemahya, h.83.
208
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
tidak berpuasa dan dimakruhkan jika untuk kamu dalam agama suatu
tetap ingin berpuasa. kesempitan”12
Kondisi ketiga adalah apabila
tetap berpuasa akan menyusahkan 4. Sebuah hadis yang
dirinya, bahkan bisa mengantarkan diriwayatkan oleh imam
pada kematian. Untuk kondisi ini Bukharī dan Muslim.
diharamkan untuknya berpuasa. Hal ط ْعت ُ ْم ْ َوإِذَا أ َ َم ْرت ُ ُك ْم بِأ َ ْم ٍر َفأْت ُوا مِ ْنهُ َما ا
َ َ ست
ini berdasarkan firman Allah swt. QS. Artinya:
al-Nisā’/4: 29. “Jika aku memerintahkan kalian
َ َُوال ت َ ْقتُلُوا أ َ ْنف
س ُك ْم untuk melakukan suatu perkara,
Terjemahnya maka lakukanlah semampu
“Dan janganlah kamu kalian.”(13)
membunuh dirimu.” 10
Masalah: Apakah orang yang dalam b. Musafir (orang yang bepergian
kondisi sehat boleh tidak berpuasa jauh).
karena jika berpuasa dia ditakutkan Musafir yang melakukan
sakit? perjalanan jauh sehingga mendapatkan
Boleh untuk tidak berpuasa keringanan untuk mengqaṣar shalat14
bagi orang yang dalam kondisi sehat dibolehkan untuk tidak berpuasa. Dan
yang ditakutkan akan menderita sakit dia diharuskan meng-qaḍā’ puasanya
jika dia berpuasa. Karena orang ini yakni menggantinya kapan pun diluar
dianggap seperti orang sakit yang jika bulan ramadhan sebelum datangnya
berpuasa sakitnya akan bertambah ramadhan berikutnya. Dalilnya adalah
parah atau akan bertambah lama firman Allah swt. QS. al-Baqarah/2
sembuhnya. Allah swt. Berfirman: 185.
1. QS. al-Nisā’/4: 29. س َف ٍر َف ِع َّدةٌ مِ ْن أَيَّ ٍام َ َو َم ْن كَانَ َم ِريضًا أَ ْو
َ علَى
س ُك ْمَ َُوال تَ ْقتُلُوا أَ ْنف أ ُ َخ َر
Terjemahnya: Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu Dan barang siapa sakit atau
membunuh dirimu.” dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah
2. QS. al-Baqarah/2: 185. baginya berpuasa), sebanyak hari
َّللا بِ ُك ُم ا ْليُس َْر َوال يُ ِري ُد بِ ُك ُم ا ْلعُس َْر
ُ َّ يُ ِري ُد
Terjemahnya:
“Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu”11 12 Kementrian Agama, Al-Qur’an dan
Terjemahya, h.341.
3. QS. al-Hājj/22 :78. 13Muḥammad ibn Ismāīl ibn Ibrāhīm ibn
209
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
Terjemahya, h.28.
16Muḥammad ibn Ismāīl ibn Ibrāhīm ibn 17Muslim Ibn Al-Hajjāj Al- Qusyairī Al-
Al-Mugīrah Al-Bukharī, Ṣaḥīḥ Al-Bukharī, Juz IX, Naisāburī, Ṣaḥīḥ Muslim, Juz II (Bairūt; Dār Al-
h. 34. Kutub Al-Arābiyah, 2010), h. 790.
210
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
ج عَا َم َ َخ َر-صلى هللا عليه وسلم- َّللا ِ َّ سو َل ُ أَنَّ َر mudik. Apakah mereka boleh tidak
َ ح ِإلَى َمكَّة فِى َر َمضَانَ َفصَا َم َحتَّى بَلَ َغ ك َُرا َ
ع ِ ْا ْلفَت berpuasa?
َُح مِ ْن َماءٍ َف َر َفعَه َ ُ
ٍ اس ث َّم َدعَا بِقد َّ
ُ يم فصَا َم الن َ ِ ِا ْلغَم Ulama menjelaskan bahwa
َ َ
َب فقِي َل لَهُ بَ ْع َد ذ ِلك َ اس إِلَ ْي ِه ث ُ َّم ش َِر
ُ ََّحتَّى نَ َظ َر الن sopir jika ke luar kota dan
ُاس َق ْد صَا َم َفقَا َل « أُولَ ِئكَ ا ْلعُصَاة ِ َِّإنَّ َبعْضَ الن perjalanannya dikatagorikan termasuk
ُأُولَئِكَ ا ْلعُصَاة safar, maka mereka mendapatkan
Artinya: semua rukhṣah (keringanan) safar
Sesungguhnya Rasulullah seperti menqaṣar dan menjamak shalat,
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengusap khuff selama tiga hari.
keluar pada tahun (Fathu Begitupula ia mendapatkan rukhṣah
Makkah) menuju Makkah di tidak berpuasa pada bulan ramadhan
bulan Ramadhan. Beliau ketika dan mengqaḍā’nya di hari yang lain.
itu berpuasa, hingga ketika Dan tentunya juga berlaku hukum
sampai di Kurā’ al-Gamīm lebih utama mana baginya berbuka
(suatu lembah antara Mekkah atau berpuasa, sebagaimana yang telah
dan Madinah), orang-orang dijelaskan. Hal ini sebagaimana yang
ketika itu masih berpuasa. difatwakan oleh Syaikh al-‘Uṡaimin19,
Kemudian beliau meminta Syaikh bin Baz20 dan juga merupakan
diambilkan segelas air. Lalu fatwa resmi dari lembaga komisi fatwa
beliau mengangkatnya dan Saudi Arabiyah, al-Lajnah ad-
orang-orang pun Dāimah.21
memperhatikan beliau c. Wanita Haid dan Nifas
meminum air tersebut. Setelah Para ulama sepakat bahwa
beliau melakukannya, ada yang wanita yang tengah menjalani masa
mengatakan: “Sesungguhnya haid dan nifas tidak boleh berpuasa.
sebagian orang ada yang tetap Keduanya dibolehkan berbuka, tetapi
berpuasa.” Rasulullah shallallahu harus menggantinya pada hari-hari
‘alaihi wa sallam pun yang lain. Dan jika keduanya tetap
mengatakan, “Mereka itu adalah berpuasa, maka puasanya tidak sah.
orang yang durhaka. Mereka itu Sebagaimana sebuah riwayat dari
adalah orang yang durhaka.18 Aisyah raḍiyallahu ‘anhā beliau
Nabi saw. mencela orang- mengatakan :
orang tersebut karena mereka كنا نحيض على عهد رسول هللا فنؤمر بقضاء
berpuasa dalam kondisi sangat sulit الصوم وال نؤمر بقضاء الصالة
seperti ini. Artinya:
Masalah: Apakah hukum musafir “Kami haidh di zaman
berlaku bagi para sopir mobil, bus, Rasulullah, maka kami
atau truk? Karena pekerjaan mereka
yang terus-menerus di siang hari pada 19Faḥd al-Sulaiman, Majmū’ Fatāwā wa
bulan Ramadhan. Bahkan para sopir
rasāil Syaikh al-‘Uṡaimīn, Juz XIX (Riyadh; Dar al-
luar kota mungkin lebih bekerja giat di Ṡurayyā, 2003), h. 141-142.
bulan ramadhan, terlebih di musim 20Abdullah Bin Baz, Fatwa Nūrun ‘alā Al-
Ṣaḥīh Ibn Khuzaimah, Juz III (Bairūt; Al-Maktab ad-Dāimah, Juz.X (cet 1, Riyāḍ; Dar al-‘Āṣimah,
Al-Islamiyah, 1970), h. 255. 1996), h. 204.
211
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
mampu melakukan puasa sehingga dia Dar Ihyā’ al-Turāṡ al-‘Arabī, 1992), h. 223.
25Faḥd al-Sulaiman, Majmū’ Fatāwā wa
diharuskan membayar fidyah.
rasāil Syaikh al-‘Uṡaimīn, h. 161-162.
26 Trimester kehamilan adalah
22MuslimIbn Al-Hajjāj Al- Qusyairī Al- pembagian usia kehamilan menjadi tiga fase.
Naisāburī, Ṣaḥīḥ Muslim, Juz I, h. 265. Trimester pertama adalah fase pertama pada
23 Kementrian Agama, Al-Qur’an dan usia kehamilan 0-12 pekan atau 3 bulan pertama
Terjemahya, h.28. usia kehamilan.
212
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
Semua wanita hamil (selain ibu hamil Tidak ada perselisihan bahwa
pada trimester pertama yang ia tidak wajib berpuasa dan wajib
mengalami muntah) dan menyusui mengqodho puasanya, diqiyaskan
(selain ibu menyusui ASI eksklusif) terhadap orang yang sakit.
bisa berpuasa dengan memenuhi Sebagaimana yang dinukilkan oleh
asuapan nutrisi dan cairan selama Ibnu Qudamah ra27) dan Imam
berpuasa agar tidak bermudharat Nawawi ra.28
(seperti mengalami dehidrasi atau 2. Untuk wanita hamil dan
menurunnya kualitas ASI yang menyusui yang
berakibat pada kesehatan bayi). Bisa mengkhawatirkan keadaan
disiasati pada saat berbuka dan sahur, dirinya dan buah hati
serta menghindari mengkonsumsi Kondisi ini sama seperti kondisi yang
makanan atau minuman yang cepat pertama.
menurunkan vitalitas tubuh saat 3. Untuk wanita hamil dan
berpuasa (atau dengan berkonsultasi menyusui yang
dengan ahli). mengkhawatirkan keadaan si
Kondisi kedua: Kondisi fisik wanita buah hati saja
hamil dan menyusui yang tidak prima Kondisi seperti ini, sebenarnya
atau tidak memungkinkan untuk sang wanita mampu untuk berpuasa.
berpuasa, seperti: Akan tetapi akan berdampak buruk
1. Ibu hamil yang mengalami muntah kepada anaknya jika ia tetap berpuasa
pada trimester pertama. walaupun telah memenuhi asupan
2. Ibu hamil dan menyusui, yang jika nutrisi dan cairannya pada saat sahur
ia berpuasa maka akan dan berbuka. Hal ini tentu
mengakibatkan mudharat pada diri berdasarkan pengalaman atau diagnosa
dan atau anaknya atas diagnosa dokter.
ahli/dokter. Untuk kondisi ketiga ini, juga
3. Ibu menyusui ASI eksklusif (6 dibolehkan tidak berpuasa. Tetapi para
bulan pertama), yang jika ia ulama berbeda pendapat tentang
berpuasa maka kualitas ASInya konsekuensi hukum puasa yang
menurun yang berakibat buruk ditinggalkannya. Berikut sedikit
pada kesehatan anaknya. paparan tentang perbedaan pendapat
Kondisi seperti ini, walaupun sudah di tersebut(29) :
siasati pola nutrisinya tetap a. Pertama, mewajibkan wanita
memberikan mudharat jika ia tetap hamil dan menyusui untuk
berpuasa. Maka pada kondisi ini ia mengqaḍā’ saja
hendaknya berbuka. Dalil yang digunakan adalah
Kondisi kedua ini yakni wanita sama sebagaimana kondisi pertama
hamil atau menyusui mendapatkan
rukhṣah untuk tidak berpuasa terbagi 27Ibnu Qudamah Al-Maqdisī, Al-Mugnī,
menjadi tiga keadaan, berikut Juz IV (Cet.3, Riyadh; Dār ‘Ālam al-Kutub, 1997),
penjelasannya disertai rincian h. 394.
konsekuensi hukumnya: 28Al-Nawawī, Al-Majmū’ Syarḥ al-
1. Untuk wanita hamil dan Muhażżab Juz VI (Cet.1, Beirut; Dar al-Turaṡ al-
menyusui yang ‘Arabī, 2001) h. 177.
mengkhawatirkan keadaan 29Kamal bin Sayyid Salim, Ṣaḥīḥ Fiqḥ
213
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
dan kedua, yakni sang wanita hamil memberi makan seroang miskin
atau menyusui ini disamakan statusnya untuk setiap harinya.32
atau diqiyaskan sebagaimana orang Dan ayat QS. al-Baqarah/2:
sakit. Pendapat ini dipilih oleh Imam 184 yang dijadikan dalil bahwa wanita
Abu Hanifah rahimahullah. hamil dan menyusui hanya membayar
b. Kedua, mewajibkan wanita hamil fidyah adalah :
dan menyusui untuk membayar “Dan wajib bagi orang yang
fidyah saja berat menjalankannya (jika
Di antara dalil mereka yaitu : mereka tidak berpuasa)
1. Sebuah riwayat dari Ibnu ‘Abbās ra membayar fidyah (yaitu)
bahwa beliau berkata: memberi makan satu orang
َ علَى أَ ْوالَ ِد ِه َما أَ ْف
ط َرتَا َ الحَامِ ُل َوال ُم ْر ِض ُع إِذَا َخا َفتَا miskin.”33
َوأَ ْطعَ َمتَا Hal ini disebabkan wanita
Artinya: hamil dan menyusui yang
Wanita hamil atau menyusui mengkhawatirkan anaknya dianggap
dalam keadaan keduanya takut sebagai orang yang tercakup dalam
terhadap anaknya boleh bagi ayat ini.
keduanya berbuka (tidak Pendapat ini adalah pendapat
berpuasa) dan wajib bagi yang dikuatkan oleh Syaikh al-Albani
keduanya membayar fidyah.30 ra34 Juga pendapat ini dipilih oleh
2. Juga riwayat Ibnu Abbas penulis buku Ṣaḥiḥ Fiqh as-Sunnah.35
radhiallahu‘anhuma, beliau berkata c. Ketiga, mewajibkan wanita hamil
kepada seorang wanita hamil dan dan menyusui untuk mengqaḍā’
menyusui : disertai membayar fidyah.
Engkau posisinya seperti orang Dalil kewajiban wanita
tua renta yang tidak mampu mengqaḍā’ adalah sebagaimana dalil
(berpuasa). Wajib atasmu pada kondisi pertama dan kedua, yaitu
memberi makan satu orang wajibnya bagi orang yang tidak
miskin untuk setiap hari (yang berpuasa untuk mengqaḍā’ dihari lain
engkau tidak berpuasa) seperdua ketika telah memiliki kemampuan.
ṣā’ hinṭah.31 Para ulama berpendapat tetap wajib
3. Sebuah riwayat dari Nafi’ Mawlā mengqaḍā’ puasa ini karena tidak ada
Ibnu ‘Umar ra, beliau berkata: dalam syari’at yang menggugurkan
Ibnu umar memiliki putri yang qaḍā’ bagi orang yang mampu
dipersunting oleh seorang mengerjakannya.
Quraysy, ia sedang hamil dan
suatu ketika ia merasa kehausan
yang sangat dibulan ramadhan,
maka ia pun diperintahkan oleh
Ibnu ‘Umar untuk berbuka dan 32Muhammad Nashiruddin Al-Albani,
Irwā’ al-Galīl, Juz IV (Cet.1, Beirut; al-Maktab al-
Islami, 1979), h. 18.
33 Kementrian Agama, Al-Qur’an dan
Terjemahya, h.28.
30HR. Abu Dawud no. 2318. Dishahihkan 34Muhammad Nashiruddin Al-Albani,
oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Al- Irwā’ al-Galīl, Juz IV, h. 17-25.
Irwa` no. 912 35Kamal bin Sayyid Salim, Ṣaḥīḥ Fiqḥ
31HR. Abdurrazzaq no. 7567, dan ad- Sunnah, Juz II (Cet.1, Cairo; al-Maktabah al-
Daraqutni (2/206). Tawfīqīyyah), h. 127.
214
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
36An-Nawawī, Al-Majmū’ Syarḥ al- 38HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah,
215
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
Terjemahya, h.28.
41Abdullah Bin Baz, Fatwa nūrun ‘alā ad- 42Faḥd al-Sulaiman, Majmū’ Fatāwā wa
darb, Juz XVI (Cet.1, Riyadh, ar-Riāsah al-‘Āmmah rasāil Syaikh al-‘Uṡaimīn, Juz XIX(Riyadh, Dar al-
lil Buhūṡ al-‘Ilmiyyah wal Iftā, 2010), h. 359-362. ṡurayyā, 2003), h. 159-160.
216
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
217
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
218
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 4, No. 2 (2018) : Hal. 204-219
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)
219
Irsya Rafi. Golongan yang Mendapatkan Rukhshah…