You are on page 1of 12

1

PENGGUNAAN KOMUNIKASI FATIS


DALAM PENGELOLAAN HUBUNGAN DI TEMPAT KERJA

Sari Ramadanty
Bina Nusantara University Jakarta
e-mail: sari.ramadanty@gmail.com

Abstract: This study aims to identify the use of Verbal and Nonverbal Communication nature of
phatic communication in building relationships and developing relationships in the workplace.
This study also look at the context of the relationship Management Organizational Commu-
nication. This study was conducted to obtain a description of the role of verbal and nonverbal
communication in the context of fascist communication and how to build interpersonal
relationships that occur in the workplace. From the research, it was found that the use of fascist
komunilasi very often occur in the workplace, because it is considered as an opener in a more
intimate relationship. Phatic communication is important in making a relationship and create a
close relationship between co-workers. Cultural context of someone very important role in the
use of phatic communication, someone with a high-context culture tends to be more frequent
use fascist communication communicates interpersonal relationships. But for those who are on
a low cultural context also puts phatic communication to connect with colleagues in the interest
of the work. The conclusion of this study, phatic communication is essential in building and
managing relationships. This also applies in the workplace, phatic communication context is
also related to the management of verbal and non-verbal language.

Key Words: interpersonal communication, phatic communication, verbal and non-verbal communication

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
yang bersifat Komunikasi Fatis dalam membangun hubungan serta mengembangkan hubungan
di tempat kerja. Penelitian ini juga melihat Pengelolaan hubungan pada konteks Komunikasi
Organisasi. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan deskripsi mengenai peranan komuni-
kasi verbal dan nonverbak dalam konteks komunikasi fatis serta bagaimana membangun hubu-
ngan secara interpersonal yang terjadi di tempat kerja. Dari hasil penelitian didapati bahwa
Penggunaan komunilasi fatis sangat sering terjadi ditempat kerja, karena dianggap sebagai
pembuka dalam hubungan yang lebih akrab. Komunikasi fatis sangat berperan dalam pem-
bentukan hubungan dan menciptakan hubungan yang erat antar sesama rekan kerja. Konteks
budaya seseorang sangat berperan dalam penggunaan komunikasi fatis, seseorang dengan
konteks budaya tinggi cenderung lebih sering menggunakan komunikasi fatis dalam hubungan
komuniksi interpersonalnya. Namun bagi mereka yang berada pada konteks budaya rendah
juga menempatkan komunikasi fatis untuk berhubungan dengan para rekan kerja dalam
kepentingan pekerjaan. Kesimpulan dari penelitian ini, komunikasi fatis sangat penting dalam
membangun dan pengelolaan hubungan. Hal tersebut juga berlaku di tempat kerja, konteks
komunikasi fatis juga berkaitan dengan pengelolaan bahasa verbal dan non verbal.

Kata Kunci: komunikasi interpersonal, komunikasi fatis, komunikasi verbal dan non verbal

PENDAHULUAN antarpribadi memiliki fungsi untuk membantu


Komunikasi merupakan bagian paling mengumpulkan informasi mengenai individu
mendasar dalam kehidupan manusia. Komu- sehingga dapat memprediksikan respon yang
nikasi yang memungkinkan manusia memba- akan timbul. Hal tersebut didukung oleh
ngun suatu kerangka rujukan dan meng- Wiryanto (2006: 32), komunikasi antarpribadi
gunakannya sebagai panduan untuk me- sebagai komunikasi yang berlangsung dalam
nafsirkan situasi apapun yang mereka hadapi. situasi tatap muka antara dua orang atau lebih,
Dengan komunikasi, manusia mempelajari dan baik secara teroganisasi maupun pada
menerapkan cara-cara untuk mengatasi per- kerumunan orang.
masalahan dalam kehidupan sosial (Mulyana, Komunikasi memiliki peranan penting,
2010). terutama pada konteks komunikasi di tempat
Komunikasi antarpribadi dianggap seba- kerja. Dalam komunikasi organisasi, setiap
gai salah satu strategi untuk membangun dan individu dalam organisasi tersebut mendapat-
mempertahankan hubungan yang efektif an- kan komunikasi untuk menjalankan fungsi dan
tara organisasi dengan publik. Komunikasi tugas masing-masing. Komunikasi tersebut

1
2 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 5, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 1-118

dikelola dengan Komunikasi Internal. Komu- rasa kesenangan saat berkomunikasi adalah
nikasi internal menjadi suatu hal yang penting dengan menggunakan apa yang disebut de-
dalam sebuah perusahaan. Komunikasi inter- ngan komunikasi fatis (phatic communication)
nal merupakan proses pertukaran informasi (2009). Yaitu suatu kondisi dimana komunikasi
dan komunikasi di antara pimpinan dan para yang berlangsung tidak bertujuan untuk mem-
karyawan dalam suatu perusahaan yang peroleh suatu informasi yang berarti melain-
menyebabkan terwujudnya struktur yang khas kan hanya untuk menimbulkan kesenangan di
dan pertukaran gagasan secara horizontal dan antara pihak yang terlibat didalamnya semata.
vertikal yang menyebabkan pekerjaan dapat Meskipun komunikasi fatis ini cukup
berlangsung secara efektif (Effendy, 2004). jarang dibicarakan dalam kajian komunikasi,
Ketika seseorang beinteraksi dengan namun keberadaan komunikasi fatis di sekitar
orang lain, maka saat itulah komunikasi me- lingkungan sosial ternyata sangat diperlukan
ngambil peranan penting dalam hubungan dan mudah ditemukan. Misalnya seseorang
yang tercipta. Komunikasi yang sedang ber- menanyakan kabar dari lawan bicaranya, maka
langsung antar individu terbagi atas apa yang sebenarnya hal itu hanya merupakan basa-basi
dimaksud dengan komunikasi verbal atau pun saja. Si penanya tidak bermaksud benar-benar
komunikasi non verbal. Komunikasi verbal ingin mencari tahu bagaimana kabar lawan
adalah komunikasi yang bersifat lisan atau bicaranya, melainkan hanya ingin menimbul-
komunikasi dengan menggunakan kata-kata kan suasana keakraban semata.
(lisan) maupun tulisan (Devito, 2012). Melalui Komunikasi fatis sebenarnya mencakup
kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, seluruh ruang lingkup komunikasi. Namun,
emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud me- komunikasi fatis biasanya dilakukan melalui
reka, menyampaikan fakta, data, dan informasi komunikasi verbal dan nonverbal. Bentuk
serta menjelaskannya, saling bertukar pera- komunikasi nonverbal adalah sentuhan di
saan dan pemikiran. pundak atau di punggung lawan bicara juga
Komunikasi nonverbal identik dengan ko- dapat mengekspresikan gaya komunikasi fatis.
munikasi tanpa menggunakan kata-kata atau Meskipun komunikasi fatis ini cukup jarang
lebih menekankan terhadap pemaknaan simbol- dibicarakan dalam kajian komunikasi, namun
simbol yang berlaku di sosial masyarakat. Baik keberadaan komunikasi fatis disekitar ling-
komunikasi verbal maupun komunikasi non kungan sosial ternyata sangat diperlukan dan
verbal memiliki fungsi yang saling terkait pada mudah ditemukan.
komunikasi yang dilakukan dalam sebuah Menurut Tubbs dan Sylvia Moss (2009),
interaksi. Menurut penelitian mengenai ko- Komunikasi fatis sangat berguna untuk mem-
munikasi verbal dan non verbal menunjukkan pertahankan kelangsungan hubungan sosial
bahwa 80% komunikasi antara manusia di- dalam keadaan yang baik dan menyenangkan.
lakukan secara non verbal. Hubungan yang baik dan menyenangkan ini
Komunikasi dikatakan baik apabila komu- sangat diperlukan bagi seseorang untuk
nikasi itu efektif. Dengan komunikasi yang mengembangkan kepribadiannya.
efektif diharapkan pesan yang disampaikan Komunikasi fatis sangat lekat dengan pe-
dapat diterima dengan baik oleh komunikan. ngaruh budaya masing-masing individu.
Salah satu indikator keefektifan komunikasi Adanya perbedaan konteks komunikasi dalam
adalah apabila memenuhi sejumlah syarat ter- keberagaman komunikasi antar budaya ter-
tentu, dimana salah satunya adalah komunikasi kadang menjadikan komunikasi yang berjalan
yang mampu menimbulkan kesenangan tidak efektif. Hal ini terjadi karena kebe-
diantara pihak yang terlibat di dalamnya. ragaman budaya yang melatarbelakangi
Upaya untuk menimbulkan rasa kesena- individu sangat berperan terhadap gaya
ngan saat berkomunikasi adalah dengan me- komunikasi seseorang. Gaya komunikasi ini
nggunakan apa yang disebut dengan komu- juga akan berpengaruh ketika individu berbaur
nikasi fatis (phatic communication). Menurut di tempat kerja.
Vladimir Zegarac dalam “What is Phatic Asumsi tersebut menghantarkan pada
Communication” Upaya untuk menimbulkan satu pemikiran bahwa komunikasi fatis dapat
Penggunaan Komunikasi Fatis dalam Pengelolaan Hubungan di Tempat Kerja (Ramadanty) 3

memunculkan komunikasi yang efektif dalam maksud harus ditanamkan dan dipahami
interaksi antara komunikator dan komunikan, (Robbins, Coulter, 2007).
baik bersifat pribadi ataupun kelompok dalam Dapat disimpulkan bahwa pentingnya
konteks organisasi. komunikasi yang terjalin dengan baik antar
Berdasarkan pembahasan diatas maka setiap pribadi dalam suatu organisasi menjadi
penelitian ini membahas menganai “Analisis perhatian serius, karena jika makna dalam pe-
Penggunaan Komunikasi Fatis di Tempat Kerja”. san yang disampaikan tidak sesuai dengan
Penelitian ini bertujuan secara khususnya maksud dari penyampai pesan, hal tersebut
untuk menjelaskan hal-hal: Mengidentifikasi akan menimbulkan masalah yakni perbedaan
Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal pemahaman maksud. Perbedaan pemahaman
yang bersifat Fatis di tempat kerja, Mengiden- maksud tersebut dapat memicu kesalahpa-
tifikasi Penggunaan Komunikasi Verbal dan haman dalam menerima pesan dan membuat
Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Pen- pesan yang dimaksud tidak tersampaikan de-
ciptaan Komunikasi Efektif di tempat kerja, ngan baik.
Mengidentifikasi Peran Komunikasi Fatis Terdapat empat fungsi utama komunikasi
Dalam Pengelolaan hubungan dalam konteks menurut Robbins dan Coulter (2007) adalah :
komunikasi Organisasi. a. Kontrol
Secara umum dari hasil penelitian ini da- Komunikasi bertindak sebagai kontrol
pat dimanfaatkan untuk mendapatkan des- perilaku anggota dalam berbagai cara
kripsi mengenai peranan komunikasi verbal b. Motivasi
dan nonverbak dlam konteks komunikasi fatis Komunikasi mendorong motivasi dengan
yang terjadi di tempat kerja. Secara khusus menjelaskan pada karyawan apa yang
penelitian ini ingin melihat penggunaan komu- harus diselesaikan, seberapa baik mereka
nikasi fatis digunakan dalam pengolahan hubu- melakukannya, dan apa yang dapat
ngan, khususnya dalam konteks komunikasi dilakukan untuk meningkatkan kinerja
interpersonal. jika tidak sejajar. Ketika karyawan me-
Penelitian ini membatasi ruang lingkup netapkan tujuan tertentu, bekerja untuk
tujuan itu, dan menerima umpan balik
pada komunikasi interpersonal beberapa pro-
dari perkembangan tujuan itu, maka
fesi pekerjaan yang melibatkan konteks komu-
komunikasi diperlukan.
nikasi verbal dan non verbal dalam komunikasi
c. Ekspresi emosional
fatis. Hal ini berkaitan dengan pola hubungan
Komunikasi yang terjadi di dalam ke-
interpersonal yang terjadi sehari. Tanpa di-
lompok adalah mekanisme fundamen-
sadari komunikasi fatisi banyak mengambil
tal di mana anggotanya berbagi rasa
peranan penting dalam pembentukan dan
frustasi dan perasaan puas. Komunikasi
pengelolaan hubungan. Peneliti menyadari
memberikan penyaluran perasaan bagi
bahwa penelitian ini merupakan sebuah studi
ekspresi emosional dan untuk meme-
pendahuluan, yang nantinya dapat dilakukan
nuhi kebutuhan sosial.
pada ruang lingkup yang lebih luas lagi, untuk
d. Informasi
membuktikan komunikasi fatis memiliki Individu dan kelompok memerlukan
pengaruh terhadap pengelolaan hubungan informasi untuk menyelesaikan sesuatu
yang tercipta dari komuniksi interpersonal di dalam organisasi. Komunikasi menyedia-
tempat kerja dengan metode observasi yang kan informasi tersebut.
lebih mendalam.
Komunikasi Antar Pribadi
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi antarpribadi (interpersonal
Komunikasi communication) merupakan komunikasi yang
Komunikasi merupakan penyampaian berlangsung dalam situasi tahap muka antara
dan pemahaman suatu maksud. Jika tidak ada dua orang atau lebih, baik secara teroganisasi
informasi atau ide yang disampaikan, komu- maupun pada kerumunan orang (Wiryanto,
nikasi tidak terjadi. Agar komunikasi berhasil, 2006). Komunikasi antarpribadi (interpersonal
4 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 5, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 1-118

communication) adalah komunikasi antara dalam arti fisik, artinya para pelaku saling
orang-orang secara tatap-muka, yang memung- bertatap muka, berada pada satu lokasi
kinkan setiap pesertanya menangkap reaksi tempat tertentu dan secara psikologis
orang lain secara langsung, baik secara verbal menunjukkan keintiman hubungan
ataupun nonverbal (Mulyana, 2010: 81). antarindividu.
Menurut Devito (2012) dalam bukunya 5. Peserta komunikasi mengirim dan
The Interpersonal Communication Book, menerima pesan secara simultan dan
Komunikasi didefinisikan sebagai: “Proses spontan, baik secara verbal maupun non-
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan verbal. Untuk meningkatkan keefektifan
antara dua orang atau di antara sekelompok komunikasi antarpribadi, pemanfaatan
kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan kekuatan pesan verbal maupun nonver-
beberapa umpan balik seketika”. (The process bal, untuk berupaya saling meyakinkan,
of sending and receiving messages, between dengan mengoptimalkan penggunaan
two persons, or among a small group of person, pesan verbal maupun nonverbal secara
with same effect and same immediate bersamaan, saling mengisi, saling mem-
feedback). perkuat sesuai dengan tujuan komu-
nikasi.
Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Devito (2012) mengemukakan bahwa
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
komunikasi Interpersonal adalah komunikasi
proses pengiriman dan penerimaan pesan-
yang terjadi antara dua orang atau lebih yang
pesan antara dua orang atau lebih yang ber-
mempunyai hubungan yaqng mantap dan
langsung secara tatap muka dan memung-
jelas.
kinkan pesertanya menangkap reaksi orang lain
dan mendapatkan umpan balik pada waktu itu Komunikasi interpersonal adalah terma-
juga, baik secara verbal atau nonverbal. suk pesan pengiriman dan penerimaan pesan
antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat
mencakup semua aspek komunikasi seperti
Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi mendengarkan, membujuk, menegaskan,
Aw (2011) mengemukakan bahwa apa- komunikasi nonverbal , dan banyak lagi.
bila diamati dan dikomparasikan dengan jenis Sebuah konsep utama komunikasi inter-
komunikasi lainnya, maka dapat dikemukakan personal terlihat pada tindakan komunikatif
lima ciri-ciri komunikasi antarpribadi, antara ketika ada individu yang terlibat tidak seperti
lain: bidang komunikasi seperti interaksi kelompok,
1. Arus pesan dua arah. Komunikasi dimana mungkin ada sejumlah besar individu
antarpribadi menempatkan sumber yang terlibat dalam tindak komunikatif
pesan dan penerima dalam posisi yang (Sarwono, 2009). Mulyana (2010) menyatakan
sejajar, sehingga memicu terjadinya pola “komunikasi antarpribadi (interpersonal
penyebaran pesan mengikuti arus dua communication) adalah komunikasi antara
arah. orang-orang secara tatap muka, yang me-
2. Suasana nonformal. Komunikasi antar- mungkinkan setiap pesertanya menangkap
pribadi biasanya berlangsung dalam reaksi orang lain secara langsung, baik verbal
suasana nonformal. ataupun nonverbal”
3. Umpan balik segera. Komunikasi antar- Pada dasarnya ada dua bentuk dasar
pribadi biasanya mempertemukan para komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia
pelau komunikasi secara bertatap muka, bisnis, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal
maka umpan balik dapat diketahui de- (Purwanto, 2006:5).
ngan segera, baik secara verbal maupun
1. Komunikasi Verbal (verbal communica-
nonverbal.
tion)
4. Peserta komunikasi berada dalam jarak
yang dekat. Komunikasi antarpribadi Komunikasi Verbal (Verbal communicaton)
menuntut agar peserta komunikasinya merupakan salah satu salah satu bentuk
berada dalam jarak dekat, baik jarak fisik komunikasi yang lazim di gunakan untuk
maupun psikologis. Jarak yang dekat menyampaikan pesan-pesan bisnis
Penggunaan Komunikasi Fatis dalam Pengelolaan Hubungan di Tempat Kerja (Ramadanty) 5

kepada pihak lain melalui tulisan mau- 4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan


pun lisan. Bentuk komunikasi ini memi- adanya kedekatan fisik antara pihak-
liki struktur yang teratur dan terorganisi pihak yang berkomunikasi, dengan saling
dengan baik, komunikasi bisnis yang bertatap muka.
efektif sangat tergantung pada kete- 5. Komunikasi antarpribadi menempatkan
rampilan seseorang dalam mengirim kedua belah pihak yang berkomunikasi
atau menerima pesan. Secara umum saling tergantung satu dengan lainnya
untuk menmyampaikan pesan-pesan (interdependensi), bahwa komunikasi
bisnis, seseorang dapat menggunakan antarpribadi melibatkan ranah emosi,
tulisan dan lisan. Sedangkan untuk me- sehingga terdapat saling ketergantungan
nerima pesan-pesan bisnis, seseorang emosional di antara pihak-pihak yang
dapat menggunakan pendengaran dan berkomunikasi.
bacaan.
6. Komunikasi antarpribadi tidak dapat
2. Komunikasi Nonverbal (Non Verbal com-
diubah maupun diulang. Artinya, ketika
munication)
seseorang sudah terlanjur mengucapkan
Menurut teori Antropologi, manusia sesuatu kepada orang lain, maka ucapan
menggunakan kata-kata, manusia telah itu sudah tidak dapat diubah atau
menggunakan gerakan-gerakan tubuh, diulang, karena sudah terlanjur diterima
bahasa tubuh (body language) sebagai oleh komunikan.
alat komunikasi dengan orang lain.
Di dalam suatu badan yang memiliki tu-
Efektifitas Komunikasi Interpersonal
juan untuk mensejahterakan anggotanya pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya, Dalam penelitian ini komunikasi inter-
maka komunikasi sangat dibutuhkan untuk personal diukur dengan menggunakan skala
meyakinkan konsumen agar konsumen merasa komunikasi interpersonal yang disusun ber-
nyaman dan memutuskan untuk membeli ke- dasarkan efektivitas komunikasi interpersonal
butuhan atau produk yang mereka butuhkan oleh Devito (2012) yang meliputi:
di tempat tersebut. 1. Keterbukaan (openness)
Kedekatan antar pribadi mengakibat-
Karakteristik Komunikasi Antarpribadi kan seseorang bias dan mampu me-
Pearson dalam Aw (2011) menyebutkan nyatakan pendapatnya dengan bebas
ada enam karakteristik komunikasi antar- dan terbuka. Kebebasan dan keter-
pribadi, yaitu: bukaan akan memengaruhi berbagai
variasi pesan baik verbal maupun
1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan
nonverbal
diri sendiri (self). Artinya bahwa segala
bentuk proses penafsiran pesan maupun 2. Perilaku positif (positiviness)
penilaian mengenai orang lain, be- Komunikasi interpersonal akan ber-
rangkat dari diri sendiri. hasil jika terdapat perhatian yang po-
2. Komunikasi antarpribadi bersifat tran- sitif terhadap diri seseorang, komu-
saksional. Ciri komunikasi seperti ini nikasi interpersonal akan terpelihara
terlihat dari kenyataan bahwa komu- baik jika suatu perasaan positif
nikasi antarpribadi bersifat dinamis, terhadap orang lain itu dikomuni-
merupakan pertukaran pesan secara kasikan, suatu perasaan positif dalam
timbal balik dan berkelanjutan. situasi umum amat bermanfaat untuk
3. Komunikasi antarpribadi menyangkut mengefektifkan kerjasama.
aspek isi pesan dan hubungan antar- 3. Empati (empathy)
pribadi. Bahwa efektivitas komunikasi Kemampuan memproyeksikan diri ke-
antarpribadi tidak hanya ditentukan oleh pada peranan orang lain maupun men-
kualitas pesan, melainkan juga ditentu- coba merasakan dalam cara yang sama
kan dari kadar hubungan antar individu. dengan perasaan orang lain.
6 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 5, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 1-118

4. Sikap positif (positiveness) formal, mereka berkomunikasi satu sama


Sikap positif mengacu pada sedikitnya lain bukan pada waktu mereka sedang
dua aspek dari komunikasi interper- bekerja, melainkan pada saat istirahat,
sonal. Pertama, komunikasi interper- sedang rekreasi atau pada waktu pulang
sonal terbina jika seseorang memiliki kerja.
sikap positif terhadap diri mereka
sendiri. Kedua, perasaan positif untuk
situasi komunikasi pada umumnya Komunikasi Fatis
sangat penting untuk interaksi yang
Vladimir Zegarac (2009), apa itu komu-
efektif
nikasi fatis atau What is Phatic communication
5. Kesetaraan (Equality) adalah pertanyaan untuk jawaban yang dapat
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi diberikan dalam suatu konteks penjelasan
ketidaksetaraan. Salah seorang mung- mengenai tingkah laku yang bersifat komu-
kin lebih pandai. Lebih kaya, lebih nikatif. Ada sedikit bantahan bahwa teori prag-
tampan atau cantik, atau lebih atletis matis harusnya memiliki suatu istilah untuk
daripada yang lain. Tidak pernah ada menyebutkan jenis bahasa yang digunakan
dua orang yang benar-benar setara tersebut. Pertama, pertukaran bersifat fatis
dalam segala hal. sangat umum dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, pendekatan logis (plausible) dari interaksi
Komunikasi Organisasi Internal verbal dapat menjelaskannya. Kedua, hubu-
ngan yang bersifat fatis memunculkan kesulitan-
Menurut Brennan dalam Effendy (2004),
kesulitan yang spesifik untuk analisis prag-
komunikasi internal adalah proses pertukaran
matis. Jadi, ada suatu istilah untuk mengatakan
informasi dan komunikasi di antara pimpinan
dan para karyawan dalam suatu perusahaan tentangnya dimana seseorang tidak akan
yang menyebabkan terwujudnya struktur yang benar-benar membutuhkan istilah tersebut
khas (organisasi) dan pertukaran gagasan se- untuk disebutkan dengan tipe-tipe hubungan
cara horizontal dan vertikal yang menyebabkan lainnya. Ketiga, komunikasi fatis sering di-
pekerjaan dapat berlangsung secara efektif. singgung dan kadang-kadang dijelaskan namun
memang belum pernah dijelaskan secara
Menurut Effendy (2011) dalam upaya
terperinci.
menyampaikan pesan, ide, gagasan serta
informasi lainnya dapat terjadi dalam kontek Komunikasi fatis dalam bahasa Inggris
secara vertikal dan horizontal, maupun terjadi disebut juga small talk atau chit chat. Orang-
komunikasi internal sebagai berikut : orang menyadari bahwa beberapa ungkapan
seperti, “hari yang cerah, bukan?” dan “bagai-
a. Komunikasi Vertikal
mana dengan liburanmu?” adalah percakapan
Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang bersifat social. Mereka juga memahami
dari atas ke bawah dan sebaliknya adalah cara melakukan komunikasi fatis tertentu yang
komunikasi dari pimpinan kepada ba- mempersyaratkan terlibatnya mental dan
wahan dan dari bawahan kepada pim-
memakan waktu. Komunikasi Fatis adalah
pinan secara timbal balik. Pimpinan
komunikasi yang bertujuan untuk menimbul-
perlu mengetahui laporan, tanggapan,
kan kesenangan diantara pihak-pihak yang
atau saran para karyawan sehingga suatu
terlibat didalamnya (Devito, 2012).
kebijaksanaan dapat diambil dalam rang-
ka mencapai tujuan yang telah ditetap- ‘Phatic communion serves to establish
kan. bonds of personal union between people
brought together by the mere need of
b. Komunikasi Horizontal
companionship and does not serve any
Komunikasi horizontal adalah komuni- purpose of communicating ideas.
kasi secara mendatar, antar anggota staf
dengan anggota staf, karyawan sesama
karyawan, dan sebagainya. Komunikasi Malinowski dalam jurnal Phatic Commu-
horizontal seringkali berlangsung tidak nion (Senft, 2009), menjelaskan bahwa komu-
Penggunaan Komunikasi Fatis dalam Pengelolaan Hubungan di Tempat Kerja (Ramadanty) 7

nikasi fatis adalah komunikasi yang tidak dapat Budaya High Contex dan Low Contex
dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi Antarbudaya menjelaskan
Penggunaan komunikasi fatis kita dengan orang tentang komunikasi antarbudaya yaitu meru-
lain sanagat terkait dengan bagaimana budaya pakan interaksi dan komunikasi antarpribadi
kita berperan membantuknya. Lebih lanjut yang dilakukan oleh beberapa orang yang
Malinowski menjelaskan bahwakomunikasi memilki latarbelakang kebudayaan yang
fatis bisa jadi bukan hanya bentuk basa-basi berbeda (Liliweri, 2009). Salah satu analisis
atau small talk dalam proses komuniasi ter- mengenai perbedaan gaya berkomunikasi
sebut, tetapi bisa menjadi pembentuk hubu- dikemukakan oleh Hall dalam Andriani (2012).
ngan antar individu. Menurut Hall budaya dapat diklasifikasikan
Menurut Fawcett dalam Senft (2009), kedalam gaya komunikasi konteks tinggi dan
komunikasi fatis bukanlah mengenai pemba- gaya komunikasi konteks rendah. Dalam bu-
gian informasi saat kita mengatakan “hari daya konteks tinggi, maka terinternalisasi pada
sangat cerah” sementara kelihatannya hujan orang yang bersangkutan, dan pesan nonverbal
akan turun segera, yang berarti tujuan in- lebih ditekankan. Kebanyakan masyarakat
formasinya lemah. (… it is not that we are not berbudaya konteks tinggi mengidentifikasi
sharing information when we say nice day but hubungan dengan melibatkan komunikasi non
it looks as if it may rain soon, but that the verbal sebagai pemaknaan dalam berhubungan.
informational purpose is rather weak). Komunikasi konteks tinggi adalah komu-
Jumanto (2008) mendeskripsikan fungsi nikasi yang bersifat bias makna dan ambigu,
dan bentuk komunikasi fatis serta keterkaitan yang menuntut penerima pesan agar menaf-
keduanya dengan situasi informal dan formal. sirkannya sendiri. Komunikasi konteks tinggi
Selain itu, Jumanto juga mendeskripsikan bersifat tidak langsung, tidak apa adanya.
elaborasi empat tipe petutur dalam hal kuasa Komunikasi konteks tinggi mengandung pesan
dan solidaritas seperti yang dingkapkan Brown implisit dan banyak terdapat dalam konteks
dan Gilman. Menurutnya, bentuk komunikasi fisik (physical context), sehingga makna pesan
fatis terdiri atas tiga struktur, yaitu pembuka, hanya dapat dipahami dalam konteks pesan
isi, dan penutup percakapan, yang masing- tersebut. Dalam komunikasi konteks tinggi,
masing mengambil fungsi untuk memecahkan makna terinternalisasikan pada orang yang
kesenyapan, memulai percakapan, melakukan bersangkutan, dan pesan lebih ditekankan
basa-basi dan sopan santu, menjaga agar pada aspek non verbal (internalized in the
percakapan tetap berlangsung, mengung- person while very little is in the coded).
kapkan solidaritas, menciptakan harmoni dan Ciri-ciri Komunikasi Konteks Tinggi ada-
perasaan nyaman, serta mengungkapkan em- lah Typically short, pithy, and poetic (komu-
pati, persahabatan, penghormatan dan kesan- nikasinya yang singkat, penuh arti, dan puitis).
tunan. Fungsi tersebut mencakup kuasa dan Komunikasi konteks tinggi sangat mungkin
solidaritas yang ada dalam diri petutur, dan dipahami jika digunakan di dalam kelom-
situasi informal dan formal. poknya sendiri (in group), tidak untuk kelom-
Zegarac menyatakan bahwa komunikasi pok luar (outsiders). Komunikasi konteks-
fatis sebagai institusi sosial (Phatic commu- tinggi bertipikal sedikit berbicara, implisit, dan
nication as a social institution). Sebagai institusi puitis. Orang berbudaya konteks-tinggi me-
sosial dalam proses penginstitusiannya me- nekankan isyarat kontekstual, sehingga
miliki dua tipe, yaitu standarisasi (standardi- ekspresi wajah, tensi, gerakan, kecepatan
zation) dan konvensionalisasi (conventionali- interaksi dan lokasi interaksi lebih bermakna.
zation). Standarisasi berarti bahwa dalam Orang dalam berbudaya konteks-tinggi
komunikasi fatis interpretasi yang terjadi mengharapkan orang lain memahami suasana
dalam makna yang terungkap dan dipahami hati yang tak terucapkan, isyarat halus dan
tanpa ada konvensional. Sedangkan Konven- isyarat lingkungan.
sionalisasi yaitu komunikasi fatis yang dila- Komunikasi konteks rendah adalah ko-
kukan dengan ekspresi yang bersifat konven- munikasi yang bersifat langsung, apa adanya,
sional, seperti penggunaan kata hai dan halo. lugas tanpa berbelit-belit. Karakter komunikasi
8 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 5, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 1-118

semacam ini biasa terjadi di Barat, mereka tidak kriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor
suka basa-basi. Pada umumnya, komunikasi (Moleong, 2012) penelitian kualitatif merupa-
konteks-rendah ditujukan pada pola komu- kan prosedur penelitian yang menghasilkan
nikasi mode lisan langsung (direct verbal data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis
mode)- pembicaraan lurus, kesiapan non atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
verbal (nonverbal immediacy) dan mengirim dapat diamati. Penelitian deskriptif ditujukan
berorientasi nilai (sender-oriented values). untuk:(1) mengumpulkan informasi aktual
Pengirim bersikap tanggung jawab untuk secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
menyampaikan secara jelas. Dalam komunikasi (2) mengidentifikasikan masalah atau me-
konteks rendah, pembicara diharapkan untuk meriksa kondisi dan praktek-praktek yang
lebih bertanggung jawab untuk membangun berlaku, (3) membuat perbandingan atau
sebuah kejelasan, pesan yang meyakinkan evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan
sehingga pendengar dapat membaca sandi orang lain dalam menghadapi masalah yang
(decode) dengan mudah.Ciri-ciri Komunikasi sama dan belajar dari pengalaman mereka
Konteks Rendah yaitu, must be longer, more untuk menetapkan rencana dan keputusan
elaborated, and explicit (komunikasinya pada waktu yang akan datang (Rakhmat, 2005).
menggambarkan atau menjelaskan hingga Metode analisis data yang peneliti gu-
cukup tampak rinci dan panjang, dan saat itu nakan adalah metode analisis data deskriptif,
juga disampaikan secara eksplisit). karena penelitian ini secara khususnya untuk
Dalam komunikasi antarbudaya, kesaba- menjelaskan hal-hal: Mengidentifikasi Peng-
ran penting untuk memahamai bahasa konteks gunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang
tinggi dan bahasa konteks rendah. Untuk itu bersifat Fatis di tempat kerja, Mengidentifikasi
kita sering meng gunakan eufimisme, yaitu Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
ungkapan – ungkapan yang menghaluskan yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komu-
situasi yang sebenarnya buruk, juga keboho- nikasi Efektif di tempat kerja, Mengidentifikasi
ngan putih (white lies) untuk tidak menyinggung Peran Komunikasi Fatis Dalam Pengelolaan
perasaan atau memperlakukan orang lain. hubungan dalam konteks komunikasi Orga-
nisasi.
Sebenarnya gaya komunikasi tidak dapat
dikategorikan menjadi komunikasi konteks – Menurut Arikunto (2005) metode analisis
tinggi dan komunikasi konteks – rendah. deskriptif merupakan penelitian bukan ekspe-
Namun persepsi budaya dapat menjadi suatu rimen, karena tidak dimaksudkan untuk me-
rujukan kenapa hal tersebut menjadi suatu ngetahui akibat dari suatu perlakuan. Dengan
acuan. Meskipun diakui bahwa kedua gaya penelitian deskriptif peneliti hanya bermaksud
komunikasi tersebut boleh jadi ada dalam menggambarkan (mendeskripsikan) atau me-
budaya yang sama, tetapi biasanya salah nerangkan gejala yang sedang terjadi.
satunya mendominasi (Mulyana, 2010). Bogdan dalam Sugiyono (2008) menyata-
kan bahwa analisis data adalah proses mencari
dan menyusun data secara sistematis data yang
METODE
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapa-
Ditinjau dari jenis datanya pendekatan ngan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mudah dipahami dan temuannya dapat diin-
adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang formasikan kepada orang lain.
dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu Adapun prosedur dalam menganalisis
penelitian yang bermaksud untuk memahami data kualitatif, menurut Miles dan Huberman
fenomena tentang apa yang dialami oleh dalam Sugiyono (2008) sebagai berikut:
subjek penelitian secara holistik, dan dengan
1. Reduksi Data,
cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang ala- 2. Penyajian Data,
miah dan dengan memanfaatkan berbagai 3. Kesimpulan atau Verifikasi,
metode ilmiah (Moleong, 2012). Berdasarkan keterangan di atas, maka
Penelitian ini menggunakan metode des- setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan
Penggunaan Komunikasi Fatis dalam Pengelolaan Hubungan di Tempat Kerja (Ramadanty) 9

untuk mendapatkan keabsahan data dengan yang mengikat profesi dan posisi atau jabatan
menelaah seluruh data yang ada dari berbagai seseorang sangat berpengaruh terhadap
sumber yang telah didapat dari lapangan dan bagaimana seseorang berinteraksi dengan
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, orang lain. Di tempat kerja, komunikasi inter-
foto dan sebagainya melalui metode wawan- personal yang terjalin lebih kompleks dan
cara yang didukung dengan studi dokumentasi dinamis dibandingkan dengan komunikasi
Bungin (2009). interpersonal di lingkungan sosial seharu-hari.
Dalam usaha mencari keabsahan data Hal ini berkaitan dengan hubungan yang
dari penelitian ini, maka peneliti berusaha un- terjalin yang sangat berkaitan dengan profesi
tuk dapat memenuhi standar dengan melaku- dan citra seseorang di tempat kerjanya. Untuk
kan triangulasi. Seperti yang dinyatakan oleh itu komunikasi fatis menjadi salah satu cara
Denzin dalam Bungin (2009), maka pelaksanaan untuk meningkatkan hubungan di tempat kerja.
teknis dari langkah pengujian keabsahan ter- Menurut teori mengenai komunikasi fa-
dapat empat triangulasi yaitu peneliti, sumber, tis, komunikasi fatis merupakan komunkasi
metode, dan teori. dilakukan dalam konteks komunikasi inter-
Penelitian menggunakan triangulasi personal untuk komunikasi yang mampu me-
sumber untuk memeriksa keabsahan data, nimbulkan kesenangan diantara pihak yang
yaitu dengan membandingkan keadaan dan terlibat. Kesenangan dalam komunikasi inter-
perspektif seseorang dengan berbagai pen- personal sangat erat kaitannya dengan bagai-
dapat dan pandangan orang seperti rakyat mana hubungan yang sedang berlangsung.
Kedekatan dalam komunikasi interpersonal
biasa, orang yang berpendidikan menengah
dapat memberikan kesenangan yang lebih
atau tinggi, orang berada, atau orang pemerin-
banyak. Dengan kesenangan dalam hubungan
tahan, yang pada akhirnya akan diketahui
tersebut, maka akan berdampak pada bentuk
berbagai pendapat dan pemikiran yang berbeda.
hubungan yang lebih erat dan intim.
Kesenangan yang dimaksud adalah ben-
HASIL DAN PEMBAHASAN tuk basa-basi, saling menyapa, bertegur sapa,
Dalam penelitian ini peneliti menggu- menanyakan kabar, komentar mengenai opini
nakan triangulasi sumber, yaitu dengan mem- terhadap hal-hal yang sedang menjadi topik
bandingkan hasil wawancara, observasi par- bahasan ataupun hanya saling melakukan eye
tisipan, dan pandangan peneliti sendiri. Pem- contact atau menepuk bahu teman. Hampir
bahasan ini mengangkat mengenai proses dan setiap hari, sapaan dan small talk atau basa-
mengkaitkan dengan teori yang berkaitan basi yang dilakukan adalah bentuk komunikasi
tentang hasil proses penelitian tersebut. Telah fatis dengan tujuan untuk menjalin hubungan
dijelaskan diawal penelitian in mengangkat yang baik dengan lawan bicara.
tema mengenai Penggunaan dan Peranan Ko- Kesenangan dalam berkomunikasi terse-
muniksi Fatis yang terjadi di Tempat Kerja. Da- but memberikan dampak yang baik dalam
lam pembahasan kali ini mengaitkan antara hubungan komunikasi internal suatu perusa-
konsep dan hasil yang ada dilapangan di- haan. Konteks komunikasi interpersonal dalam
kaitkan secara lebih dalam lagi. suatu organisasi perlu suatu keterikatan yang
khusus dibandingkan dengan kehidupan sosial
Pengunaan Komunikasi Fatis di Tempat Kerja kebanyakan. Dalam komuniksi organisasi,
kesenangan pada berhubungan interpersonal
Menurut penelitian yang dilakukan me-
akan berimbas pada efektifitas kinerja para
lalui teknik wawancara mendalam dengan para
anggota organisasi.
informan, menunjukkan bahwa komunikasi
fatis merupakan komuniksi yang sangat ber- Berdasarkan hasil wawancara dengan
peran dan penting dalam hubungan yang para informan, diketahui bahwa komunikasi
tercipta di tempat kerja. Komunikasi yang fatis merupakan komunkasi yang paling sering
terjalin di tempat kerja sangat berbeda jika mereka gunakan untuk menjalin hubungan
dibandingkan dengan komunikasi sehari-hari. ataupun untuk mempertahankan hubungan
Dalam komunikasi di tempat kerja, struktur dengan sesama rekan kerja. Komunikasi fatis
10 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 5, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 1-118

yang sering dilakukan adalah berbasa-basi dan daya tinggi biasanya lebih fasih dalam peng-
saling menyapa ketika berpapasan. Bentuk lain gunaan komuniksi fatis sebagai bentuk komu-
dari komuniksi fatis yang sering digunakan nikasi yang wajib dalam hubungan interper-
adalah menanyakan mengenai beberapa sonal. Bahasa yang digunakan pun memang
kegiatan yang sering dilakukan. Small talk atau benar-benar untuk mengungkapkan kedekatan
basa-basi yang dilakukan tak jarang berkaitan (proximity) yang terjaling antara komunikasi
dengan beberapa hal yang terjadi disekitar, interpersoanal yang ada. Bentuk kedekatan
seperti menanyakan jam, menanyakan kabar, tersebut biasa diperlihatkan dengan sentuhan,
berkomentar tentang cuaca hari tersebut, intensitas small talk yang lebih sering dan
berkomentar mengenai apa yang sedang bentuk ekspresi yang lebih terbuka ketika
dilakukan lawan bicara merupakan beberapa berinteraksi.
bentuk komunikasi fatis yang biasa dilakukan Sedangkan untuk beberapa orang dengan
di tempat kerja. latarbelakang konteks budaya rendah, komu-
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa nikasi fatis menjadi suatu bentuk paksaan atau
komunikasi nonverbal ternyata merupakan tekanan dalam hubungan interpersonal yang
bentuk komunikasi fatis yang sering digunakan. terjalin. Bagi mereka yang berasal dari konteks
Komunikasi nonverbal yang paling sering di- budaya rendah, penggunaan komuniksai fatis
gunakan adalah saling menyapa diikuti dengan yang bersifat small talk atau basi-basi sangat
saling bersalaman atau berjabat tangan, tidak efisien dalam hubungan dan hanya mem-
menyapa dengan cara menepuk punggung buat mereka merasa tidak nyaman. Pola komu-
rekan kerja, saling melakukan eye contact atau nikasi yang terjalin menurut hasil wawancara
saling menaikan alis ketika berpapasan, saling dengan beberapa informan juga lebih me-
melambaikan tangan atau hanya saling se- ngarah pada bentuk komuniksi formal. Artinya
nyum ketika bertatap muka. Komunikasi non- hubungan yang terjalin juga hanya sebatas
verbal dalam konteks komunikasi fatis biasanya hubungan kerjaan dan sebatas menyapa saja.
merupakan komplemen dari proses komu- Namun walaupun demikian kominikasi fatis
nikasi interpersonal yang dilakukan. tetap menjadi suatu bentuk komunikasi wajib
dalam hubungan interpersonal terutama
Devito menjelaskan bahwa hubungan
ditempat kerja.
komunikasi nonverbal pada interaski meli-
batkan peserta komunikasi mengirim dan
menerima pesan secara simultan dan spontan, Peranan Komunikasi Fatis di Tempat Kerja
baik secara verbal maupun nonverbal. Untuk Berdasarkan hasil wawancara, didapati
meningkatkan keefektifan komunikasi antar- bahwa para informan secara keseluruhan
pribadi, pemanfaatan kekuatan pesan verbal mengatakan bahhwa peranan dari komunikasi
maupun nonverbal, untuk berupaya saling fatis yang mereka lakukan adalah untuk me-
meyakinkan, dengan mengoptimalkan peng- mulai hubungan hingga untuk menjaga hubu-
gunaan pesan verbal maupun nonverbal secara ngan. Komunikasi interpersonal, merupakan
bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat komunikasi yang melibatkan antara dua
sesuai dengan tujuan komunikasi (DeVito, individu. Dalam pengelolaan hubungannya,
2012). sering kali terjadi kecanggungan atau ketidak
Dalam dunia kerja, konteks budaya sa- nyamanan dalam hubungan tersebut. Jika sua-
ngat berperan dalam pengelolaan komuniksi sana canggung terus terjadi, bisa saja tingkatan
fatis. Kebanyakan dalam tempat kerja, para hubungan yang sudah berlangsung menjadi
karyawan menjadi dangat fasih berkomunikasi mundur atau bahkan berakhir. Komunikasi fatis
fatis guna untuk meningkatkan hubungan atau merupakan ice breaking atau pemecah suasana
hanya untuk menjaga hubungan dengan atasan, canggung yang kadang terjadi dalam hubungan
sesama rekan kerja atau kepada pelanggan atau komunikasi interpersonal.
menjadi lebih baik. Latarbelakang konteks Menurut teori komunikasi interpesonal,
budaya sangat berperan dalam pengguanaan kedekatan seseorang dalam suatu hubungan
komuniksi fatis di tempat kerja. dipengaruhi oleh keterbukaan dan sikap yang
Seseorang yang berasal dari konteks bu- positif. Komunikasi fatis merupakan small talk
Penggunaan Komunikasi Fatis dalam Pengelolaan Hubungan di Tempat Kerja (Ramadanty) 11

atau basi-basi yang dapat meningkatkan komunikasi fatis memiliki konteks formal
keterbukaan dan memberikan umpan balik ketika bersentuhan dengan komunikasi orga-
yang positif terhadap orang lain. Dalam nisasi. Keakraban atau Proksimity yang terjadi
berkomunikasi, kita selalu memperhatikan merupakan buah dari bagaimana hubungan
umpan balik yang diberikan oleh laawan bicara interpersonal yang manfaatkan oleh para
kita. Dari umpan balik tersebut biasanya kita individu. Dalam berkomunikasi, pola hubungan
dapat menentukan apakah komunikasi yang horizontal memiliki jenis komunikasi fatis yang
terjadi sudah efektif atau belum. Namun ter- berbeda dengan pola hubungan komuniksi
kadang, komunikasi efektif saja belum cukup organisasi internal vertical. Hal tersebut se-
untuk dapat menciptakan suasana yang nyaman nada dengan apa yang disampaikan oleh
bagi orang lain. Basa-basi menjadi kata kunci Jumanto (2008), bahwa fungsi dan bentuk
untuk menciptakan suasana tersebut. Basa basi komunikasi fatis serta keterkaitan keduanya
juga harus dilakukan sawajarnya dan tidak dengan situasi informal dan formal.
berlebihan.
Pada komunikasi horizontal, komunikasi
Menurut hasil wawancara dan teori yang fatis yang digunakan berperan sebagai penguat
digunakan, peranan lain dari penggunaan ko- hubungan dalam komunikasi interpersonal.
munikasi fatis adalah untuk membentuk Seorang karyawan dengan senang hati akan
kesenangan dan menciptakan hubungan yang langsung menegur rekan kerjanya jika mereka
lebih akrab antara sesama rekan kerja di memiliki hubungan yang cukup casual. Ini
tempat kerja. Terkadang, banyaknya pekerjaan menunjukkan bahwa interaksi yang terjaling
dan tekanan yang terjadi di tempat kerja lebih mementingkan bagaimana proses
membuat seseorang merasa tertekan dan bisa hubungan tersebut diperkuat oleh sapaan dan
saja stres. Dengan berbasa-basi dengan sesama percakapan sebelum memulai rutinitas kerja
rekan kerja maka tekanan tersebut dapat setiap hari.
berkurang dam menjalin hubungan yang baik
dengan rekan kerja. Komunikasi fatis yang Pada komunikasi vertical yang melibatkan
dilakukandalam bentuk sapaan atau hanya komunikasi fatis, seorang karyawan menem-
berbicara santai merupakan cara yang efektif patkan diri sebagai seornag pribadi yang ramah
untuk melekatkan hubungan kepada rekan dan di senangi oleh atasan. Pola hubungan
kerja. Keterbukaan yng terjadi seiring dengan yang dilakukan bisa dikategorikan untuk mem-
komunikasi fatis yang dilakukan menaciptakan pertahankan hubungan yang telah berlang-
suatu kedekatan dalam hubungan komunikasi sung. Persamaan makna yang menjadi focus
interpersonal yang terbentuk di tempat kerja. interaksi lebih pada bagaimana agar pesan
dapat di sampaikan dengan efektif dan terjadi
Penggunaan komunikasi fatis erat kaitan-
persamaan makna.
nya dengan budaya dan latar belakang sese-
orang. Basa-basi atau small talk yang dilakukan
terkait dengan kontek budaya yang dimiliki SIMPULAN
oleh tiap individu. Konteks komunikasi di tem- Berdasarkan hasil penelitian, didapati
pat kerja, berbedaan mengenai kontek latar beberapa kesimpulan yang merangkum me-
belakang budaya tersebut disesuaikan dengan ngenai penggunaan dan peran komuniasi fatis
bagaimana budaya dan iklim dari komunikasi yang terjadi di tempat kerja. Beberpa kesim-
organisasi. Setiap perusahaan memiliki budaya pulan tersebut adalah:
yang berbeda. Budaya organisasi tersebut yang
terkadang sangat dominan membentuk pola 1. Penggunaan komunikasi fatis sangat
hubungan komunikasi interpersonal yang sering terjadi di tempat kerja, karena
terjadi didalamnya. dianggap sebagai pembuka dalam hubu-
ngan yang lebuh akrab.
Pengelolaan hubungan yang didasari
oleh komunikasi fatis berkaitan dengan bagai- 2. Komunikasi fatis sangat berperan dalam
mana proses komunikasi internal yang berla- pembentukan hubungan dan mencipta-
ngsung. Menurut hasil wawancara mendalam kan hubungan yang erat antar sesama
dengan para informan di dapati juga bahwa rekan kerja.
12 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 5, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 1-118

3. Konteks budaya seseorang sangat ber- Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset
peran dalam penggunaan komunikasi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
fatis, seseorang dengan konteks budaya Liliweri, Alo. 2009. Makna Budaya Dalam
tinggi cenderung lebih sering meng- Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta:
gunakan komunikasi fatis dalam hubu- LKIS
ngan komuniksi interpersonalnya.
Moleong, Lexy J. 2012. Metode Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
awal untuk penelitian-penelitian yang mem-
Mulyana, Deddy. 2010. Komunikasi Bisnis Lintas
bahas mengenai komunikasi interpersonal da-
Budaya, Bandung: RosdaKarya
lam kaitan dengan komunikasi fatis khususnya
di tempat kerja. Penelitian ini diharapkan da- Neuman, L.W. 2006. Social Research Methods:
pat menjadi awal dalam pengelolaan hubu- Qualitative and Quantitative Approaches.
ngan komunikasi interpersonal yang terjadi di Pearson Education Inc.
tempat kerja. Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis.
Jakarta: Erlangga
DAFTAR PUSTAKA Rakhmat, J. 2005. Metode Penelitian
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta. Robbins, S. P., & Coulter, M. 2007. Manajemen.
Jakarta: PT Indeks
Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal.
Yogyakarta: Graha Ilmu Sarwono, Sarlito W dan Meinarno, Eko A. 2009.
Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Kencana Senft, Gunter. 2009. Phatic Communion. Max
Planck Institute for Psycholinguistics,
Devito, Joseph.A. 2012. The Interpersonal
Nijmegen
Communication Book, 13th Edition. NYC:
Longman Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alphabeta
Effendy, O. U. 2011. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tubbs, Stewart L., Moss, Sylvia. 2012. Human
Communication: Principle and Context
Flick, U. 2008. An Introduction to Qualitative
13th Edition. McGraw-Hill Education
Research. Second Edition. London: SAGE
Publications Ltd. Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jumanto. 2008. Komunikasi Fatis di Kalangan
Penutur Jati Bahasa Inggris. Semarang: Zegarac, Vladimir. 2009. What is Phatic
World Pro. Communication, Cambridge Journal Online.

You might also like