Professional Documents
Culture Documents
Algia Amia Fanesa - Jurnal Metabolisme Protein
Algia Amia Fanesa - Jurnal Metabolisme Protein
ABSTRACT
Gout arthritis is the disease because of purine abnormal metabolism marked by the increase of uric
acid level in blood. Gout arthritis can also cause disorder in kidney. This research aims to analyze the
correlation between protein consumption, nutrient status, and gout arthritis occurance on the visitors
of Community Health Center Harapan Raya in 2019. This research used cross sectional study design
and was conducted on 11-29th of July 2019 with population all visitors at Community Health Center
Harapan Raya Pekanbaru City and total samples were 87 people obtained by using Accidental
Sampling. The techniques of data collection were by using questionnaire and food recall 2 x 24 hours
method, body weight measurement and body height measurement and uric acid level check. Data
analysis was by using univariate and bivariate with Chi Square test. Respondents’ protein
consumption is categorized into low and their nutrient status is excessive. There is correlation
between protein consumption (p=0.024) and nutrient status value (p=0.000).There is correlation
between protein consumption, nutrient status and gout arthritis occurance on the visitors at
Community Health Center Harapan Raya in 2019.
ABSTRAK
Gout arthritis merupakan penyakit akibat metabolisme abnormal purin yang ditandai dengan
meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Gout arthritis juga dapat mengakibatkan gangguan pada
ginjal. penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan konsumsi protein, status gizi kejadian
gout arthritis pada pengunjung di Puskesmas Harapan Raya tahun 2019. Penelitian ini menggunakan
rancangan cross sectional study dan dilakukan pada tanggal 29–11 Juli 2019 dengan populasi seluruh
pengunjung di Puskesmas Harapan Raya Kota Pekanbaru dan jumlah sampel 87 orang diperoleh
dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan metode food recall 2 x 24 jam, pengukuran berat badan dan tinggi badan serta
pengecekan kadar asam urat. Analisa data yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan uji
Chi Square. Konsumsi protein responden tergolong rendah dan status gizi responden tergolong
berlebih. Ada hubungan antara konsumsi protein nilai (p=0.024), status gizi nilai (p=0.000). Ada
hubungan antara konsumsi protein dan status gizi dengan kejadian gout arthritis pada pengunjung di
Puskesmas Harapan Raya tahun 2019.
laki-laki mempunyai kadar asam urat yang makanan dan minuman yang dapat
tinggi dalam darahnya, kemudian kadar merangsang pembentukan asam urat
asam urat pada wanita umumnya rendah seperti makanan yang mempunyai kadar
dan baru meningkat setelah menopouse. karbohidrat dan protein yang tinggi. Faktor
Berdasarkan data World Health lainnya adalah obesitas (kegemukan),
Organization (WHO, 2017), prevalensi penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida
gout arthritis di dunia sebanyak 34,2%. yang tinggi.2
Gout arthritis sering terjadi di negara maju Konsumsi protein dalam jumlah yang
seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis tinggi merupakan salah satu penyebab
di negara Amerika sebesar 26,3% dari total terjadinya gout arthritis. Purin dihasilkan
penduduk. Peningkatan kejadian gout dari protein dan asam urat merupakan hasil
arthritis tidak hanya terjadi di negara maju katabolisme purin. Semakin tinggi
saja. Namun, peningkatan juga terjadi di konsumsi makanan berprotein maka kadar
negara berkembang, salah satunya di asam urat dalam tubuh juga akan semakin
negara Indonesia. Prevalensi gout arthritis meningkat. Dalam kadar normal purin
di Indonesia mengalami peningkatan dari sangat bermanfaat bagi tubuh namun jika
tahun ketahun. Pada tahun 2013 kejadian kadarnya berlebihan maka akan
gout arthritis sebesar 11,9%. Meningkat menyebabkan terbentuknya kristal asam
pada tahun 2016 sebesar 45% untuk usia urat.
55-64 tahun, 51,9% untuk usia 65-74 Hal ini sejalan dengan penelitian
tahun dan 54,8% untuk usia 75+ tahun dan Mulyasari (2015) bahwa terdapat
gout arthritis menduduki urutan kedua hubungan antara asupan protein hewani
setelah hipertensi. Berdasarkan Dinas yang berlebih dengan peningkatan kadar
Kesehatan Provinsi Riau (2015) prevalensi asam urat darah pada wanita
gout arthritis sebesar 3,74%. Dinas postmenopause di wilayah kerja
Kesehatan Kota Pekanbaru (2018) Puskesmas Ngemplak Simongan
melaporkan bahwa gout arthritis termasuk (Kelurahan Ngemplak Simongan dan
sepuluh jenis penyakit terbesar di kota Kelurahan Bongsari, Kecamatan Semarang
Pekanbaru yaitu sebanyak 844 jiwa. Barat), Kota Semarang. Gout arthritis
Tingginya kadar asam urat dalam selain disebabkan karena konsumsi protein
tubuh dapat menimbulkan multiple effect, yang berlebih juga disebabkan karena
tidak hanya penyakit asam urat namun status gizi yang berlebih.
seseorang dengan kadar asam urat yang Seseorang yang memiliki berat badan
tinggi dapat menyebabkan berbagai berlebih biasanya memiliki pola makan
gangguan kesehatan tubuh seperti yang berlebih daripada yang
gangguan ginjal dan penyakit jantung dibutuhkannya, pada pola makan tersebut
koroner.7 kemungkinan juga terjadi asupan purin
Faktor-faktor penyebab terjadinya yang berlebihan pula di samping asupan
penyakit gout arthritis dapat dibagi karbohidrat, protein dan lemak. Selain itu
menjadi tiga faktor yaitu faktor umum, berat badan berlebih menyebabkan
faktor khusus dan faktor-faktor lainnya. penekanan pada bagian sendi sehingga
Faktor umum Penyakit ini banyak ragam asam urat sulit dikeluarkan dalam tubuh
penyebabnya diantaranya adalah kurang dan juga memicu terjadinya resistensi
tidur, Selain itu penggunaan sendi yang insulin.
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya Seseorang dengan berat badan lebih
peradangan. Faktor khusus seperti faktor biasanya terjadi peningkatan asam urat
dari dalam lebih banyak terjadi akibat sedangkan pengelurannya sedikit. Hal ini
proses penyimpanan metabolisme yang sesuai dengan hasil penelitian Lumunon
umumnya berkaitan dengan faktor usia. dkk. (2015) yang menemukan adanya
Faktor dari luar dapat berupa konsumsi hubungan yang signifikan antara indeks
massa tubuh (IMT) dengan kejadian tingkat ketelitian 0,1 kg. Kategori
arthritis gout pada lansia di Puskesmas penilaian status gizi berdasarkan
Wawowasa Manado (p<0,05). KemenKes RI 2014. Data kadar asam urat
Dari uraian diatas, peneliti tertarik diukur dengan menggunakan Autocheck
untuk melakukan penelitian tentang Blood Uric Acid Test Meter. Kemudian
“Hubungan Konsumsi Protein, Status Gizi dilakukan pengkategorian berdasarkan
dengan kejadian gout arthritis pada buku Damayanti,2012.
pengunjung di Puskesmas Harapan Raya Data yang terkumpul kemudian
Tahun 2019”. dilakukan tahap editing, coding dan entry.
Analisis bivariat untuk melihat hubungan
METODE pengetahuan gizi, konsumsi protein dan
status gizi dengan kejadian gout arthritis
Penelitian ini termasuk dalam lingkup menggunakan uji Chi-Square.
penelitian gizi masyarakat dan
menggunakan rancangan penelitian HASIL
kuantitatif pendekatan analitik dengan
Analisa univariat dalam penelitian
menggunakan desain cross sectional yang
ini memaparkan distribusi frekuensi dan
dilaksanakan pada 29 sampai 11 Juli tahun
persentase tentang karakteristik responden
2019 di Puskesmas Harapan Raya Kota
yang meliputi usia, jenis kelamin,
Pekanbaru. Populasi pada penelitian ini
pendidikan, pekerjaan, konsumsi protein,
adalah seluruh pengunjung yang datang ke
status gizi dan kejadian gout arthritis dari
Puskesmas Harapan Raya.
87 responden berdasarkan lembaran
Besar sampel dihitung dengan rumus
kuesioner, lemba wawancara tabel food
Issac Michael sehingga diperoleh hasil
recall, dan pengukuran.
perhitungan sampel minimal ditambah
dengan 10% formula koreksi jumlah Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
sampel sebesar 87 orang responden. Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan,
Kriteria inklusi pemilihan sampel meliputi Pekerjaan (n=87)
pengunjung lansia yang datang untuk
berobat, bersedia menjadi responden, Karakteristik n %
Usia
mampu berkomunikasi dengan baik dan Pra Lansia (45 - 59 tahun) 66 75.8
lancar. Pengambilan sampel pada Lansia (60-70 tahun) 21 24.1
penelitian ini diambil secara Accidental Jenis Kelamin
Sampling. Laki-laki 20 23
Data konsumsi protein diperoleh Perempuan 67 77
Pendidikan
dengan melakukan wawancara food recall Tidak Sekolah 8 9.2
2 x 24 jam.. Data konsumsi protein hasil SD 40 46
wawancara food recall 2 x 24 kemudian SMP 10 11.5
diolah menggunakan program nutrisurvey. SMA 22 25.3
Kategori kosumsi protein dikategorikan Perguruan Tinggi 7 8.0
Pekerjaan
berdasarkan Depkes RI,2003. Data status Tidak Bekerja 3 3.4
gizi (Indeks Massa tubuh) didapatkan dari Ibu Rumah Tangga 58 66.7
pengukuran antropometri yang dibantu Buruh 8 9.2
oleh enumerator, tinggi badan Ngojek 1 1.1
menggunakan mikrotoa kapasitas 2 meter Pedagang 13 14.9
Guru 4 4.6
dengan tingkat ketelitian 0,1 cm dan berat
badan ditimbang dengan menggunakan
timbangan digital kapasitas 120 kg dan
Hasil penelitian seperti yang tertera pada pendidikan hampir saparuh berpendidikan
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas SD yaitu sebanyak 40 responden (46%)
responden berada pada rentang usia (45-59 dan sebagian kecil 7 reponden (8.0%)
tahun) sebanyak 75.8% (66 orang), dan berpendidikan perguruan tinggi. Untuk
sebagian responden berada pada usia (≥60 Pekerjaan lebih dari separuh bekerja
tahun) sebanyak 24.1% (21 orang). sebagai IRT (ibu rumah tangga) yaitu
Berjenis kelamin perempuan sebanyak sebanyak 58 orang (66.7%) dan 1
77% (67 orang), berjenis kelamin laki-laki responden (1.1%) memiliki pekerjaan
sebanyak 23% (20 orang). Untuk ngojek.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi, Konsumsi Protein, dan Status
Gizi serta Kejadian Gout Arthritis (n=87)
Variabel n %
Konsumsi Protein
Kurang 53 60.9
Baik 34 39.1
Status Gizi
Kurang 11 12.6
Normal 33 37.9
Lebih 43 49.4
Kejadian Gout Arthritis (mg/dl)
Gout Arthritis 47 54.0
Tidak Gout Arthritis 40 46.0
Hasil penelitian seperti yang tertera pada Analisa bivariat pada penelitian ini
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas. menyajikan hubungan konsumsi protein
Konsumsi protein responden lebih banyak dan status gizi dengan kejadian gout
pada kategori kurang yaitu 60.9%. Status arthritis. Hasil analisa bivariat yang
gizi responden hampir separuh pada diperoleh pada penelitian ini adalah
kategori lebih yaitu 49% dan kejadian gout sebagai berikut:
arthrtitis pada responden yaitu 54% yang
mengalami gout arthritis.
Tabel 3. Hubungan Antara Konsumsi Protein, dan Status Gizi dengan Kejadian Gout Arthritis
Kejadian Gout Arthritis
total P Value
Gout Tidak Gout
n % n % N %
Konsumsi Protein
Kurang 23 43.4 30 56.6 53 100 0.024
Baik 24 70.6 10 29.4 34 100
Status Gizi
Kurang 3 27.3 8 72.7 11 100 0.000
Normal 11 33.3 22 66.7 33 100
Lebih 33 76.7 10 23.3 43 100
Hasil uji statistik chi-square pada 0.024 yang artinya ada hubungan yang
Tabel 3 antara konsumsi protein dengan signifikan (p ≤ 0.05) antara konsumsi
kejadian gout arthritis diperoleh P Value = protein dengan kejadian gout arthritis. dan
juga, hasil uji statistik chi square antara dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan
status gizi dengan kejadian gout arthritis terjadinya penumpukan kristal asam urat
diperoleh P Value = 0.000 yang artinya pada area persendian.
ada hubungan yang signifikan (p ≤ 0.05) Berdasarkan uji Chi-square
antara status gizi dengan kejadian gout menunjukan terdapat hubungan yang
arthritis. signifikan antara konsumsi protein dengan
kejadian gout arthritis di Puskesmas
PEMBAHASAN Harapan Raya.
Penelitian ini sejalan dengan
Gout Arthritis adalah penyakit penelitian yang dilakukan Lande’eo dkk
metabolik yang ditandai dengan (2014) yang menyatakan terdapat
penumpukan asam urat yang nyeri pada hubungan yang bermakna antara konsumsi
tulang sendi. Kadar asam urat normal protein dengan kejadian gout arthritis. Hal
untuk wanita berkisar 2,6-6,0 mg/dl dan ini juga didukung oleh penelitian
untuk pria berkisar 3,5-7,0 mg/dl. Jika Mulyasari (2015) yang menyatakan bahwa
kadar asam urat serum melebihi standar, asupan protein hewani yang berlebih
disebut hiperurisemia. Hiperurisemia berhubungan dengan peningkatan kadar
terjadi ketika asam urat serum melebihi asam urat darah pada wanita
batas tinggi (upper limit) dari jarak yang postmenopause.
direkomendasikan. Hiperurisemia dapat Hasil penelitian menunjukan bahwa
berasal dari peningkatan produksi purin dari 53 orang responden yang
atau penurunan ekresi asam urat di ginjal.2 mengonsumsi protein kurang terdapat 23
Secara normal asam urat dikeluarkan responden (43.4%) yang mengalami gout
melalui urin. Jika ada kelebihan asam urat arthritis. Hal ini menunjukkan bahwa
yang diproduksi, dapat menumpuk dan bahwa konsumsi protein tidak langsung
membentuk kristal-kristal kecil di sendi mempengaruhi kadar asam urat responden
dan tempat lain. Jika kristal ini masuk ke tersebut. Terdapat faktor lain yang menjadi
dalam ruang sendi, maka terjadilah radang, penyebabnya yaitu usia responden.
bengak, dan nyeri yang parah keadaan Dimana berdasarkan wawancara sebagian
inilah yang disebut dengan gout. Asupan responden mengatakan mengalami
purin berhubungan dengan kadar asam kesulitan mengunyah dikarenakan usia
urat, karena asam urat merupakan hasil reponden yang sudah lansia sehingga
akhir metabolisme purin. Purin banyak terjadi masalah sistem pencernaan, serta
ditemukan pada makanan sumber protein, jumlah dan frekuensi makan responden
baik protein hewani maupun nabati. juga berkurang. Usia responden juga
Sumber protein yang mengandung purin beresiko besar mengalami gout arthritis
banyak dihubungkan dengan kejadian yaitu usia diatas 40 tahun pada pria dan
hiperurisemia, baik protein nabati maupun setelah menopause pada wanita namun
protein hewani. Seseorang yang memiliki seseorang dengan usia produktif juga bisa
penyakit gout biasanya direkomendasikan terserang penyakit ini. Dimana
untuk mengurangi konsumsi protein berdasarkan teori yang ada usia > 50 tahun
terutama yang mengandung purin kategori akan memasuki masa monopause, pada
tinggi dan sedang seperti seafood, daging masa ini akan mengalami berbagai
sapi, tempe, bayam dan melinjo. Sumber penurunun fungsi tubuh. Hal ini
protein yang disarankan yang berasal dari disebabkan karna terjadinya proses
susu, keju dan telur. Konsumsi makanan degeneratif yang menyebabkan penurunan
yang mengandung purin tinggi dapat fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal akan
menyebabkan ginjal kesulitan untuk menghambat ekresi asam urat, sehingga
mengeluarkan kelebihan asam urat di terjadi deposit atau timbunan asam urat
pada persendian.