You are on page 1of 12

Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1581 (Online)

ISSN 2623-1573 (Print)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


DISPEPSIA PADA PASIEN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BANGKINANG KOTA

Rinda Fithriyana
Dosen DII Kebidanan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
rindafithriyana@gmail.com

ABSTRACT
People often equate dyspepsia with ulcer disease, because there are similarities
between the symptoms of both. Irregular eating patterns and lifestyles that tend to
be easily swept away are generally a problem that arises in society. In addition to
irregular eating patterns, the types of foods consumed also stimulate the increase
in stomach acid such as spicy foods, acids and alcoholic beverages, coffee. The
case of dyspepsia in the world reaches 13-14% every year, and cases in
Kab.Kampar 2016 by 7%. The purpose of this study was to look at factors related
to the incidence of dyspepsia in patients in the work area of Puskesmas
Bangkinang Kota in 2017. This study used Cross Sectional design, the sample in
this study were 133 outpatients in adult poly. The sampling technique used
purposive sampling technique. The measuring tool used is questionnaires with
research analysis used are univariate and bivariate. The results of the study found
that between diet, the use of AINs drugs and the consumption of food and
beverages that stimulate HCL associated with the incidence of dyspepsia in
patients in the Work Area Puskesmas Bangkinang City Year 2017 (p value =
0.000, 0.000, 0.000 <0.05). It is expected that the respondent can maintain the
diet, and not consume food that can stimulate HCL so that it will worsen the state
of dyspepsia by listening to information provided by health workers and
counseling during the poly treatment.

Keyword : dyspepsia, diet, drug AINs, consumption of food and drink that
stimulates HCL

PENDAHULUAN Peningkatan derajat kesehat


Tujuan sistem kesehatan masyarakat masih ditemukan
Indonesia adalah untuk berbagai masalah yang menghambat
meningkatkan kualitas sumber daya pembangunan kesehatan. Salah satu
manusia, kualitas hidup, usia harapan masalah dalam mencapai derajat
hidup, tingkat kesejahteraan keluarga kesehatan tersebut adalah tingginya
dan masyarakat, kepedulian akan angka kesakitan dan kematian di
pola hidup sehat (DepKes, 2012).

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 43


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

Indonesia setiap tahunnya (Mubarak, perubahan pada gaya hidup dan


2009). perubahan pada pola makan masih
menjadi salah satu penyebab
Penyakit tidak menular pada tersering terjadinya gangguan
beberapa waktu terakhir menjadi pencernaan, termasuk dispepsia. Pola
penyebab morbiditas dan mortalitas makan yang tidak teratur dan gaya
di beberapa negara termasuk hidup yang cenderung mudah
Indonesia. WHO memprediksi pada terbawa arus umumnya menjadi
tahun 2020, proporsi angka kematian
masalah yang timbul pada
karena penyakit tidak menular akan masyarakat. Kecenderungan
meningkat menjadi 73% dan mengkonsumsi makanan cepat saji
proporsi kesakitan menjadi 60% di dan makanan instan, gaya hidup
dunia, sedangkan untuk negara
menjadi lebih sedentary, stres, dan
SEARO (South East Asian Regional polusi telah menjadi bagian dari
Office) pada tahun 2020 diprediksi
kehidupan sehari-hari. Gaya hidup
angka kematian dan kesakitan karena dan kebiasaan makan yang salah
penyakit tidak menular akan
akan secara langsung akan
meningkat menjadi 50% dan 42%. mempengaruhi organ-organ
Dispepsia merupakan salah satu jenis pencernaan dan menjadi pencetus
penyakit tidak menular yang terjadi penyakit pencernaan (Susilawati,
tidak hanya di Indonesia, tetapi juga
2013).
di dunia. Kasus dispepsia di dunia
mencapai 13-40% dari total populasi Dispepsia adalah suatu kondisi
setiap tahun. Dispepsia kini menjadi medis yang ditandai dengan nyeri
kasus penyakit yang diprediksi akan atau rasa tidak nyaman pada perut
meningkat dari tahun ke tahun bagian atas atau ulu hati (Irianto,
(WHO, 2007, dalam Lusisusanti, 2015). Makan yang tidak teratur
2012) memicu timbulnya berbagai penyakit
karena terjadi ketidak seimbangan
Di dalam masyarakat penyakit dalam tubuh. Ketidak teraturan ini
dispepsia sering disamakan dengan berhubungan dengan waktu makan.
penyakit maag, dikarenakan terdapat Biasanya, ia berada dalam kondisi
kesamaan gejala antara keduanya. terlalu lapar namun kadang-kadang
Hal ini sebenarnya kurang tepat, terlalu kenyang. Sehingga kondisi
karena kata maag berasal dari bahasa lambung dan pencernaannya menjadi
Belanda, yang berarti lambung, terganggu. Faktor yang memicu
sedangkan kata dispepsia berasal dari produksi asam lambung berlebihan,
bahasa Yunani, yang terdiri dari dua diantaranya beberapa zat kimia,
kata yaitu “dys” yang berarti buruk seperti alcohol, umumnya obat
dan “peptei “ yang berarti penahan nyeri, asam cuka. Makanan
pencernaan. Jadi dispepsia berarti dan minuman yang bersifat asam,
pencernaan yang buruk. Adanya

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 44


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

makanan yang pedas serta bumbu faktor usia seperti atritis akan
yang merangsang, semua faktor semakin meningkat sehingga
pemicu tersebut dapat penggunaan obat Non Steroid Anti
mengakibatkan dispepsia (Warianto, Inflamatory Drugs (NSAID)
2011). meningkat. Hasil penelitian tersebut
sejalan dengan penelitian yang
Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Christensen et al
dilakukan oleh Ervianti (2008) pada (2006) di Denmark, menunjukkan
48 orang tentang faktor yang bahwa ada hubungan yang signifikan
berhubungan dengan kejadian antara penggunaan obat NSAID
dispepsia, didapatkan salah satu kejadian dispepsia 2 kali dengan
faktor yang berhubungan dengan orang tidak mengkonsumsi NSAID
kejadian dispepsia adalah keteraturan (Masyuda, 2012, dalam Irawan, 2015
makan. Salah satu faktor yang ).
berperan pada kejadian dispepsia
diantaranya adalah pola makan. Selain pola makan yang tidak
Selain jenis-jenis makanan yang di teratur, jenis – jenis makanan yang
konsumsi oleh remaja, pola makan dikonsumsipun yang merangsang
yang tidak teratur seperti jadwal peningkatan asam lambung seperti
makan yang tidak sesuai serta makanan pedas, asam serta minuman
kebiasaan yang dilakukan dapat beralkohol, kopi dimana kafein yang
berpengaruh sehingga dapat terdapat pada kopi pada sistem
menyebabkan dispepsia. Hal ini gastrointestinal akan meningkatkan
dapat dilihat dari data penelitian sekresi gastrin sehingga akan
frekuensi makan yang tidak teratur 2 merangsang produksi asam lambung.
kali dalam sehari 48% dan kebiasaan Tingginya asam menyebabkan
yang kurang baik adalah olahraga peradangan serta erosi pada mukosa
dengan perut yang kosong sebanyak lambung sehingga dapat
20% remaja di Madrasah Aliyah memunculkan gangguan dispepsia.
Negeri Model Manado yang Penelitian yang dilakukan Putri et al,
menunjukkan pola makan yang tidak (2015) yang menunjukkan adanya
teratur (Susilawati, 2013). hubungan antara kebiasaan minum
kopi dengan kejadian dispepsia,
Menurut hasil studi morbiditas dalam penelitian tersebut didapatkan
pada Survei Kesehatan Rumah orang yang memiliki kebiasaan
Tangga (SKRT) sedang terjadi minum kopi dan mengalami
transisi epidemiologi dan demografi. dispepsia sebanyak 50,6% dari
Peningkatan urbanisasi, industri keseluruhan responden (Husna,
peningkatan penyakit kronis dan 2016).
meningkatnya penduduk lanjut usia
yang sakit, cacat degradasi maka Menurut data World Health
penyakit yang berhubungan dengan Organization (WHO) bahwa

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 45


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

Indonesiaa menempati urutan ke 3 sedangkan untuk sepuluh besar


dengan jumlah penderita terbanyak penyakit rawat jalan dispepsia
dispepsia setelah negara Amerika berada pada urutan ke‐6 dengan
dan Inggris sebanyak 450 penderita angka kejadian kasus sebesar 34.981
dispepsia (Depkes RI, 2011). kasus pada pria dan 53.618 kasus
Menurut profil data kesehatan tahun pada wanita, jumlah kasus baru
2011, dispepsia termasuk dalam sebesar 88.59 9 kasus.
sepuluh besar penyakit rawat inap,
Angka

kejadian dispepsia pada tahun dispepsia pada tahun 2014 sebanyak


2016 di Kabupaten Kampar adalah 30,8% (741 kasus), di tahun 2015
sebesar 7% (4138 kasus) dan berada sebanyak 33,1% (794 kasus), di
pada urutan ke-3 tertinggi dari 10 tahun 2016 36,1% (867 kasus)
penyakit terbanyak yang dilaporkan dengan jumlah kunjungan selama
ke Dinas Kesehatan Kabupaten tiga tahun terakhir adalah sebanyak
Kampar (Profil Kesehatan 2.402 kasus.
Kab.Kampar, 2016). Dari sepuluh
puskesmas di Kabupaten Kampar Berdasarkan wawancara yang
pada tahun 2016, Puskesmas dilakukan peneliti pada 5 orang
Bangkinang berada pada posisi ke 5 pasien yang saat itu sedang berobat
dengan angka kejadian 8,4% (235 rawat jalan di Poli Puskesmas
kasus). Bangkinang Kota, didapat 3 dari 5
pasien mengatakan bahwa mereka
Walaupun Puskesmas memilik kebiasaan pola makan yang
Bangkinang Kota menempati urutan tidak teratur dalam sehari-harinya
ke lima pada tahun 2016, namun serta sering mengkonsumsi makanan
angka kejadian dispepsia mengalami yang pedas, & 1 dari 5 pasien
peningkatan setiap tahunnya. sedang mengkonsumsi obat-obat
Berdasarkan studi pendahuluan di yang diresepkan dokter dalam jangka
poli Puskesmas Bangkinang Kota waktu ≤ 2 minggu, kemudian 2 dari
yang peneliti lakukan pada tanggal 5 pasien mengatakan memiliki
30 Maret 2017, didapat bahwa kebiasaan merokok.
penyakit dispepsia dari 3 tahun
terakhir masih mengalami Dari uraian diatas dapat dilihat
peningkatan meskipun tidak terlalu bahwa masih banyaknya pasien yang
jauh peningkatannya dari tahun ke kurang memperhatikan pola hidup
sehat tidak serta tidak peka terhadap
tahun. Berdasarkan jumlah
kunjungan pasien dispepsia di Poli kebiasaan-kebiasaan mereka yang
Puskesmas Bangkinang Kota Tahun tidak baik bagi kesehatan. Oleh
2014 s.d 2016 dapat di uraikan karena itu, peneliti tertarik untuk
bahwa jumlah kunjungan pasien mengetahui dan mengkaji faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 46


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

kejadian dispepsia pada pasien rawat Sampel pada penelitian ini adalah
jalan di Poli Puskesmas Bangkinang pasien rawat jalan di poli dewasa
Kota Tahun 2017 Puskesmas Bangkinang Kota tahun
2017. Besar sampel dalam penelitian
METODE PENELITIAN ini adalah 133 orang. Teknik
Desain Penelitian
sampling yang digunakan adalah
Rancangan penelitian yang
digunakan adalah deskriptif dengan purposive sampling dimana
pendekatan cross sectional. pengambilan sampel dilakukan
Kelebihan dari penelitian dengan dengan cara memilih sampel di
menggunakan pendekatan cross antara populasi sesuai dengan yang
sectional adalah mudah untuk dikehendaki penelitian
dilakukan, murah karena tidak (tujuan/masalah dalam penelitian)
memerlukan follow up, serta dapat
sehingga sampel tersebut mewakili
digunakan untuk meneliti banyak
faktor risiko, penyakit dan waktu populasi (Nursalam, 2014).
yang digunakan singkat. Sedangkan
Alat Pengumpulan Data
kelemahan dari penelitian ini adalah
membutuhkan subyek penelitian Instrumen yang digunakan
yang relative banyak, tidak cocok
dalam penelitian ini adalah
dalam menentukan etiologi karena
responden tidak diketahui apakah kuesioner, yaitu daftar pertanyaan
telah lama atau baru terpapar oleh yang disusun secara tertulis dalam
faktor risiko saat penelitian, kurang rangka pengumpulkan data suatu
dapat menggambarkan proses penelitian. Pertanyaan kuesioner
perkembangan penyakit secara tepat tentang variabel independen
dan daya ramal pada penelitian ini
meliputi: pola makan, konsumsi
lemah atau kurang tepat.
obat AINs, minuman dan makanan
yang merangsang asam lambung.
Lokasi dan Waktu Penelitian Peneliti menggunakan kuesioner
yang telah dikembangkan dalam
Penelitian ini dilakukan di Poli peneliti Inluthfiani (2012) tentang
dewasa Puskesmas Bangkinang Kota dispepsia. Untuk pertanyaan variabel
pada tanggal 31 Agustus - 8 independen berjumlah 17 soal, untuk
September 2017. pertanyaan dispepsia jumlah soal 1
Populasi buah soal yang telah valid dan
reliabel.
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua pasien rawat jalan di Analisa Data
poli dewasa Puskesmas Bangkinang Analisa yang digunakan adalah
Kota dimana rata-rata kunjungan tiap analisa univariat dan analisa bivariat.
bulannya adalah 200 orang. Analisis bivariat menggunakan uji
Sampel chi-square dengan tingkat
kepercayaan 95% dan tingkat

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 47


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

kemaknaan p value <0,05. Analisa komputerisasi.


data menggunakan bantuan program
HASIL PENELITIAN 0.000 < 0.05 yang artinya ada
Analisa Univariat hubungan antara pola makan dengan
Hasil penelitian diketahui kejadian Dispepsia. Kemudian dari
bahwa dari 133 orang pasien yang hasil analisis diperoleh POR =
berkunjung di Poli Dewasa 21.212 artinya pola makan pasien
Puskesmas Bangkinang Kota yang tidak teratur mempunyai resiko
sebagian besar (42.9%) memiliki 21 kali lebih banyak akan mengalami
usia > 36 Tahun, sebagian besar dyspepsia
(55.6%) berjenis kelamin laki-laki,
sebagian besar (36.8%) Hasil penelitian juga diketahui
berpendidikan SD. bahwa dari 64 orang pasien yang
mengkonsumsi obat yang
Hasil penelitian juga mengandung AINs yang sudah lama
menunjukkan bahwa pasien yang terdapat 51 orang (79.7%)
berkunjung di Poli Dewasa mengalami dyspepsia dan terdapat
Puskesmas Bangkinang Kota 13 orang (20.3%) tidak mengalami
sebagian besar (61.7%) memiliki dispepsia. Sedangkan 69 pasien yang
pola makan teratur, sebagian besar baru mengkonsumsi obat yang
(51.9%) memiliki riwayat AINs, mengandung AINs terdapat 39 orang
sebagian besar 7 (56.4%) tidak rutin (56.5%) tidak mengalami dispepsia
memakan makanan dan minuman dan 30 orang (43.5%) mengalami
yang mengandung HCL, dan dispepsia. Berdasarkan hasil uji
sebagian besar (60.9%) responden statistik diperoleh nilai p value =
menderita dispepsia. 0.000 < 0.05 yang artinya ada
hubungan antara pasien yang
Analisa Bivariat
mengkonsummsi obat OAINs sudah
Berdasarkan hasil penelitian lama dengan kejadian Dispepsia.
dapat diketahui bahwa dari 51 orang Kemudian dari hasil analisis
pasien yang pola makan teratur diperoleh POR = 5.100 artinya
terdapat 40 orang (78.4%) tidak pasien pasien yang mengkonsummsi
mengalami dispepsia dan terdapat 11 obat OAINs mempunyai resiko 5 kali
orang (21.6%) yang mengalami lebih banyak akan mengalami
dispepsia. Sedangkan dari 82 pasien dispepsia.
yang pola makanan yang tidak
Hasil penelitian juga
teratur terdapat 70 orang (85.4%)
menunjukkan bahwa dari 58 orang
mengalami dispepsia dan terdapat 12
pasien yang mengkonsumsi makanan
orang (14.6%) tidak mengalami
dan Minuman yang merangsang
dispepsia. Berdasarkan hasil uji
HCL secara teratur terdapat 49 orang
statistik diperoleh nilai p value =
(57.4%) mengalami dispepsia dan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 48


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

terdapat 9 orang (15.5%). Sedangkan makanan dan minuman yang


75 orang pasien yang makanan dan merangsang HCL secara teratur
Minuman yang merangsang HCL dengan kejadian dispepsia.
terdapat 43 orang (57.3%) tidak Kemudian dari hasil analisis
mengalami dispepsia dan terdapat 32 diperoleh POR = 7.316 artinya
orang (42.7%) mengalami dispepsia. pasien pasien yang mengkonsummsi
Berdasarkan hasil uji statistik makanan dan Minuman yang
diperoleh nilai p value = 0.000 < merangsang HCL mempunyai resiko
0.05 yang artinya ada hubungan 7 kali lebih banyak akan mengalami
antara pasien yang mengkonsumsi dispepsia.
bahwa pola makan yang tidak
baik atau kebiasaan makan
PEMBAHASAN makanan pedas, asam, minum
teh, kopi, dan minuman
1. Hubungan Faktor Pola Makan
berkarbonasi dapat meningkatkan
Dengan Kejadian Dispepsia
resiko munculnya gejala
Pada Pasien Di Wilayah Kerja
dispepsia.
Puskesmas Bangkinang Kota
Sedangkan dari 82 pasien
Tahun 2017
yang pola makanan yang tidak
Berdasarkan hasil penelitian
teratur pada umumnya
terdapat 51 orang pasien di
mengalami dispepsia terdapat 70
Wilayah Kerja Puskesmas
orang (85.4%) mengalami
Bangkinang Kota Tahun 2017
dispepsia tetapi masih ada 12
dapat di ketahui sebagian
orang (14.6%) tidak mengalami
responden yang pola makan
dispepsia dikarenakan perilaku
teratur terdapat 40 orang (78.4%)
yang dapat merangsang dispepsia
tidak mengalami dispepsia tetapi
tidak dilakukan. Seperti makan-
terdapat 11 orang (21.6%) yang
makanan yang mengandung asam
mengalami dispepsia,
dan pedas. Kemudian dari hasil
dikarenakan kebanyakan umur
analisis diperoleh POR = 21.212
responden yang sudah tua dan
artinya pola makan pasien yang
kebiasaan mengkonsumsi
tidak teratur mempunyai resiko
makanan dan minuman yang
21 kali lebih banyak akan
dapat merangsang HCL seperti
mengalami dispepsia.
makan pedas, asam,
Menurut Yayuk dkk (2014)
meningkatkan resiko munculnya
Pola makan atau pola konsumsi
gejala dispepsia. Serta faktor lain
pangan merupakan susunan jenis
seperti mengkonsumsi obat AINs
dan jumlah pangan yang
dalam jangka waktu yang lama.
dikonsumsi seseorang atau
Hal ini dapat disebabkan karena
kelompok orang pada waktu
kurangnya pemahaman pasien
tertentu. Kebiasaan
tentang pola makan atau pun pola
mengkonsumsi makanan dan
konsumsi makanan serta perilaku
minuman, seperti makan
sehari-hari yang dapat
pedas, asam, meningkatkan
menyebabkan dispepsia.
resiko munculnya gejala
Sehingga dapat disimpulkan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 49


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

dispepsia. Suasana yang sangat adalah kebutuhan manusia yang


asam di dalam lambung dapat seharusnya dilakukan secara
membunuh organisme patogen teratur setiap pagi (Waryono,
yang tertelan bersama makanan. 2010). Makan pagi atau sarapan
Namun, bila barier lambung telah sangat bermanfaat bagi setiap
rusak, maka suasana yang sangat orang. Sarapan pagi memiliki
asam di lambung akan fungsi untuk memenuhi
memperberat iritasi pada dinding kecukupan energi yang
lambung . Faktor yang memicu diperlukan untuk jam pertama
produksi asam lambung dalam melakukan aktivitas,
berlebihan, diantaranya beberapa pertumbuhan, dan pemeliharaan
zat kimia, seperti alkohol, jaringan tubuh serta mengatur
umumnya obat penahan nyeri, proses tubuh (Almatsier, 2012).
asam cuka. Makanan dan Bagi orang dewasa, sarapan pagi
minuman yang bersifat asam, dapat memelihara ketahanan
makanan yang pedas serta bumbu fisik, mempertahankan daya
yang merangsang, misalnya jahe, tahan saat bekerja dan
merica. meningkatkan produktivitas
Kondisi perut yang kosong kerja. Bagi remaja sekolah,
berarti terjadi pengosongan pada sarapan pagi dapat meningkatkan
lambung. Faktor yang konsentrasi belajar dan
berhubungan dengan pengisian memudahkan menyerap
dan pengosongan lambung ialah pelajaran, sehingga prestasi
jeda waktu makan dan frekuensi belajar menjadi lebih baik. Selain
makan. Makan teratur berkaitan itu, sarapan pagi juga berperan
dengan frekuensi makan, pola melindungi tubuh terhadap
makan, dan jadwal makan. dampak negatif kondisi perut
Jadwal makan dapat kosong selama berjam-jam
diinterpretasikan dengan (Irianto, 2015).
frekuensi makan sehari-hari. 2. Faktor Konsumsi Obat yang
Makan yang tidak teratur mengandung AINs Dengan
termasuk meniadakan sarapan Kejadian Dispepsia Pada
pagi menyebabkan pemasukan Pasien Di Wilayah Kerja
makanan dalam perut menjadi Puskesmas Bangkinang Kota
berkurang sehingga lambung Tahun 2017
akan kosong. Kekosongan pada Berdasarkan hasil penelitian
lambung dapat mengakibatkan dapat dilihat bahwa dari 64 orang
erosi pada lambung akibat pasien yang mengkonsumsi obat
gesekan antara dinding-dinding yang mengandung AINs yang
lambung. Kondisi ini dapat sudah lama terdapat 51 orang
mengakibatkan peningkatan (79.7%) mengalami dispepsia
produksi asam lambung (HCl) dan terdapat 13 orang (20.3%)
yang akan merangsang terjadinya tidak mengalami dispepsia.
kondisi asam pada lambung Menurut asumsi peneliti,
(Susanti, 2011). responden yang mengkonsumsi
Penelitian ini didukung oleh obat yang mengandung AINs
teori yang menyatakan sarapan umumnya mengalami penyakit

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 50


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

dispepsia, namun ada 13 orang signifikan antara kebiasaan


(20.3%) tetap mengalami kebiasaan konsumsi obat dengan
dispepsia dikarenakan beberapa kejadian dispepsia. Selain itu
usia responden ada yang belum didapatkan nilai POR = 7,620,
memasuki dewasa lanjut dan ini berarti pasien dengan
penggunaan OAINs dikonsumsi kebiasaan mengkonsumsi obat-
dalam takaran dosis yang tidak obatan beresiko mengalami
terlalu tinggi sehingga tidak dispepsia 7 kali lebih besar
memicu timbulnya gejala dibandingkan dengan yang baru
dispepsia. mengkonsumsi obat-obatan.
Sedangkan 69 pasien yang Hasil penelitian ini di
baru mengkonsumsi obat yang dukung oleh teori Lumbreras
mengandung AINs terdapat 39 (2011) penggunaan jangka
orang (56.5%) tidak mengalami panjang 1 - 6 bulan dari OAINS
dispepsia dan 30 orang (43.5%) menyebabkan efek samping yang
mengalami dispepsia. Responden bervariasi mulai dari gejala
yang baru mengkonsumsi obat seperti mual dan dispepsia
AINs pada umumnya tidak sampai komplikasi ulserasi. Hal
mengalami dispepsia namun ini juga dipengaruhi oleh faktor -
masih ada (43.5%) yang faktor lain seperti usia, riwayat
mengalami dispepsia ulserasi terdahulu, penggunaan
dikarenakan responden yang kortikosteroid, penggunaan dosis
tidak mengetahui bahwa obat- tinggi AINs, penggunaan
obat tradisional, jamu dan beberapa AINs, penggunaan
vitamin serta obat yang antikoagulan, dan penyakit
mengandung AINs yang sistemik yang serius.
dikonsumsi dalam dosis yang 3. Faktor Mengkonsumsi
tinggi dapat menyebabkan makanan dan Minuman yang
rangsangan terhadap penyakit merangsang HCL dengan
dispepsia. Selain itu dari hasil Dispepsia Pada Pasien Di
analisis diperoleh POR = 5.100 Wilayah Kerja Puskesmas
artinya pasien yang Bangkinang Kota Tahun 2017
mengkonsummsi obat AINs yang Berdasarkan hasil penelitian
sudah lama mempunyai resiko 5 yang telah dilakukan, diperoleh
kali lebih banyak akan bahwa ada hubungan yang
mengalami dispepsia. signifikan antara mengkonsumsi
Hasil penelitian ini juga di makanan dan minuman yang
dukung oleh penelitian Ade teri merangsang HCL dengan
Irawan (2015) dengan judul kejadian dispepsia pada pasien di
“Faktor Resiko Mengkonsumsi Wilayah Kerja Pukesmas
Obat –Obatan Terhadap Kejadian Bangkinang Kota Tahun 2017
Dispepsia Di Ruang Rawat Inap dengan nilai p = 0.000 (p value
RSUD Majalengka” dengan < 0.05). Kemudian dari hasil
hasil peneleitian nilai P-value = analisis diperoleh POR = 7.316
0,000 (< 0.005), maka dapat artinya pasien pasien yang
disimpulkan bahwa H0 ditolak, mengkonsummsi makanan dan
yang berarti terdapat hubungan minuman yang merangsang HCL

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 51


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

mempunyai resiko 7 kali lebih lambung walaupun tidak secara


banyak akan mengalami rutin mengkonsumsinya. Serta
dispepsia. diikuti faktor lainya seperti pola
Dalam hasil penelitian ini makan yang tidak baik.
dapat dilihat bahwa dari 58 orang Hasil penelitian ini di
pasien yang mengkonsumsi dukung oleh teori Susanti (2014),
makanan dan minuman yang kebiasaan mengkonsumsi
merangsang HCL secara rutin makanan dan minuman, seperti
terdapat 49 orang (57.4%) makan pedas, asam, minum teh,
mengalami dispepsia dan kopi, dan minuman berkarbonasi
terdapat 9 orang (15.5%) tidak dapat meningkatkan resiko
dispepsia. Responden yang tidak munculnya gejala dispepsia.
mengalami dispepsia sedangkan Suasana yang sangat asam di
kesehariannya sering dalam lambung dapat membunuh
mengkonsumsi makan dan organisme patogen yang tertelan
minuman yang merangsang HCL bersama makanan. Namun, bila
hal ini dapat disebabkan barier lambung telah rusak, maka
frekuensi makan dan suasana yang sangat asam di
meminuman bersoda belum lama lambung akan memperberat
dan tidak banyak, misalkan iritasi pada dinding lambung.
responden yang mengkonsumsi Hal ini sejalan juga dengan
minuman bersoda dalam kurun teori Herman yang mengatakan
waktu 3 bulan belum produksi asam lambung
menunjukkan hasil atau dampak berlangsung terus–menerus
akan menimbulkan gejala sepanjang hari. Pengaturan
dispepsia. sekresi lambung terdapat
Sedangkan 75 orang pasien beberapa fase termasuk fase
yang tidak rutin makan-makanan sefalik yang dimulai bahkan
dan minuman yang merangsang sebelum makanan masuk ke
HCL terdapat 43 orang (57.3%) lambung yang berasal dari
tidak mengalami dispepsia dan korteks serebri yang kemudian
terdapat 32 orang (42.7%) dihantar oleh nervus vagus ke
mengalami dispepsia. Dalam lambung yang mengakibatkan
penelitian ini bahwa ada 32 orang kelenjar gastrik terangsang
responden yang mengalami untuk menyekresi HCL,
dispepsia meskipun pepsinogen, dan menambah
mengkonsumsi makanan dan mukus. Hal ini menghasilkan
minuman yang mengandung sekitar 10% dari sekresi lambung
HCL secara tidak rutin , namun normal yang berhubungan
responden ada saja yang dengan makanan.
mengalami dispepsia Berdasarkan penelitian yang
dikarenakan tetap mengkonsumsi telah dilakukan di Wilayah Kerja
makanan dan minuman yang Pukesmas Bangkinang Kota
mengandung HCL seperti Tahun 2017, peneliti melakukan
minuman yang bersoda sehingga wawancara terhadap petugas
asam lambung meningkat yang kesehatan dimana masih
dapat memperberat gangguan banyaknya pasien yang kurang

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 52


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

mengetahui informasi-informasi informasi yang diberikan


kesehatan dikarenakan jarangnya petugas kesehatan selama di
petugas memberikan penyuluhan poli pengobatan.
secara menyeluruh tentang
kesehatan dan faktor-faktor DAFTAR PUSTAKA
penyebab penyakit tersebut Annisa, (2009). Hubungan
kepada pasien yang datang. Ketidakteraturan Makan
dengan Sindroma Dispepsia
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat Remaja Perempuan di SMA
disimpulkan bahwa: Plus Al- Azhar Medan.
1. Ada Hubungan Pola Makan Diperoleh tanggal 17 Mei
dengan kejadian dispepsia 2017 pukul 11.15 dari :
pada pasien di Wilayah Kerja http://repository.usu.ac.id/bitsr
Puskesmas Bangkinang Kota
eam.pdf
Tahun 2017.
2. Ada Hubungan penggunaan Dinas Kesehatan Kab.Kampar,
obat AINs dengan kejadian
(2016). Data Jumlah
dispepsia pada pasien di
Wilayah Kerja Puskesmas Penyakit Terbesar 2016.
Bangkinang Kota Tahun 2017.
DepKes RI, (2012). Profil Data
3. Ada Hubungan Konsumsi
makanan dan Minuman yang Kesehatan Indonesia Tahun
merangsang HCL dengan 2011 Republik Indonesia. At :
kejadian dispepsia pada pasien http://www.depkesgo.id
di Wilayah Kerja Puskesmas (Diperoleh tanggal 13 April
Bangkinang Tahun Kota 2017 2017 pukul 23.17)

SARAN Husna, A. (2016). Hubungan


1. Hasil penelitian ini Tingkat Kekerapan
diharapkan dapat diterapkan
Mengkonsumsi Kopi Dengan
pada petugas kesehatan
terutama petugas di Wilayah Kejadian Dispepsia
Kerja Pukesmas Bangkinang DiPuskesmas Kartasuro
Kota Tahun 2017 dapat
meningkatkan penyuluhan- Inri, (2012). Faktor-faktor penyebab
penyuluhan tentang faktor- Kejadian Sindroma Dispepsia
faktor yang dapat Pada Siswa-Siswi Kelas Xi Di
meningkatkan kejadian Sma Negeri 1 Manado
dispepsia.
2. Diharapkan responden dapat Irianto, (2015). Memahami
menjaga pola makan, dan Berbagai Macam Penyakit.
tidak mengkonsumsi makanan Bandung: Penerbit Alfabeta
yang dapat merangsang HCL
sehingga akan memperburuk Susilawati, (2013). Hubungan Pola
keadaan penyakit dispepsia Makan dengan Kejadian
dengan mendengarkan Sindrom Dispepsia

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 53


Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

Fungsional pada Remaja di


Madrasah Alitah Negeri
Model Manado.

Susanti, A. (2011). Faktor Risiko


Dispepsia pada Mahasiswa
Institusi Pertanian Bogor
(IPB). Diperoleh tanggal 9
Juni 2017 dari :
http://fema.ipb.ac.id

Tedi, A. (2015). Faktor Resiko


Terhadap Kejadian Dispepsia
di Instalasi Rawat Inap
RSUD Cideres Kabupaten
Majalengka. Diperoleh
tanggal 10 April 2017.

Tria, Ayang putri. (2017). Hubungan


Stres Kerja dan Keteraturan
Makan dengan Kejadian
Sindrom Dispepsia pada
Perawat Instalasi Rawat Inap
RSUD Abdul Moeloek
Lampung.

UPTD Puskesmas Bangkinang


Kota, (2016). Data Jumlah
Kunjungan Dispepsis Tahun
2016.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 54

You might also like