You are on page 1of 7

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian Gastritis

di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado

Elizabeth P. Rantung
Wulan P. J. Kaunang
Nancy S. H. Malonda

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado


Email: rantungelizabeth@gmail.com

.
Abstract: Gastrirtis occurs in people who have irregular eating patterns and consume food
that stimulates the production of stomach acid. According to WHO, the prevalence of gastritis
in several regions in Indonesia is quite high. This study was aimed to evaluate the
relationships between diet and gastritis among teenagers at Puskesmas Ranotana Weru,
Manado. This was a quantitative study with a cross sectional design. Respondents were
teenagers at Puskesmas Ranotana Weru with a total number of 124 respondents obtained by
using stratified random sampling method. Data were statistically analyzed by using the chi-
squre test. The result of univariate analysis showed that 55% of respondents had gastritis. The
results of the chi-square test showed that there were relationships between age and gastritis
(p= 0.003); sex and gastritis (p=0.0004); food type and gastritis (p=0.023); and eating pattern
and gastritis (p=0.000). Moreover, there were no relationship between meal frequency and
gastritis (p=0.165), and between food portion and gastritis (p=0.436). In conclusion, there
were significant relationships between age, sex, and food type and the occurence of gastritis.
Albeit, there were no relationship between meal frequency and food portion and the occurence
of gastritis.
Keywords: gastritis, diet

Abstrak: Penyakit gastritis terjadi pada individu yang memiliki pola makan tidak teratur dan
mengonsumsi makanan yang merangsang produksi asam lambung. Menurut WHO, angka
kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja di Puskesmas Ranotana
Weru, Manado. Jenis penelitian ialah kuantitatif dengan desain potong lintang. Responden
penelitian ialah remaja di Puskesmas Ranotana Weru, Manado berjumlah 124 orang yang diambil
dengan metode stratified random sampling. Data yang diperoleh dilakukan uji statistik chi-
square. Hasil analisis univariat menunjukkan 55% responden menderita gastritis. Analisis
bivariat dengan uji chi-square mendapatkan adanya hubungan antar variabel sebagai berikut:
antara usia dengan gastritis (p=0,003); jenis kelamin dengan gastritis (p=0,004); jenis makanan
dengan gastritis (p=0,023); serta pola makan dengan gastritis (p=0,000). Tidak didapatkan
hubungan antara frekuensi makan dengan gastritis (p=0,165), dan antara porsi makan dengan
gastritis (p=0,436). Simpulan penelitian ini ialah terdapat hubungan bermakna antara usia, jenis
kelamin, dan jenis makanan dengan kejadian gastritis serta tidak terdapat hubungan antara
frekuensi makan dan porsi makan dengan kejadian gastritis.
Kata kunci: gastritis, pola makan

Gastritis merupakan peradangan mukosa akut, kronik difus atau lokal.1 WHO meng-
lambung yang disebabkan oleh kuman adakan tinjauan terhadap beberapa Negara
Helicobacter pylori yang dapat bersifat di dunia dan mendapatkan persentase angka

130
Rantung, Kaunang, Malonda: Faktor-faktor yang memengaruhi ... 131

kejadian gastritis di dunia, di antaranya perut yang harusnya diisi tetapi dibiarkan
Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5 %, kosong atau ditunda pengisiannya maka
Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia asam lambung akan meningkat dan men-
insiden gastritis berkisar sekitar 1,8-2,1 juta cerna lapisan mukosa lambung dan menim-
dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden bulkan rasa nyeri. Usia merupakan perma-
terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar salahan yang timbul pada saat remaja yaitu
583.635 dari jumlah penduduk setiap kebiasaan makan yang buruk seperti kebia-
tahunnya.2 Prevalensi gastritis yang dikon- saan tidak makan pagi terjebak dengan pola
firmasi melalui endoskopi pada populasi di makan tidak sehat yaitu menginginkan
Shanghai sekitar 17,2% yang secara penurunan berat badan secara drastis
substansial lebih tinggi daripada populasi di sehingga melakukan pengaturan makan/diet
barat yang berkisar 4,1% dan bersifat yang salah.7
asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap Jenis kelamin menentukan pula besar
sebagai suatu hal yang biasa namun gas- kecilnya gizi seseorang. Laki-laki lebih
tritis merupakan awal dari sebuah penyakit banyak membutuhkan zat tenaga dan
yang dapat menyusahkan.3 protein daripada perempuan. Demikian
Angka kejadian gastritis di Indonesia pula kebutuhan energi pada laki-laki lebih
didapatkan mencapai 40,8%. Berdasarkan besar daripada perempuan. Individu perem-
profil kesehatan Indonesia tahun 2009, puan lebih sering mengalami kesulitan
gastritis merupakan salah satu penyakit di untuk mendapatkan vitamin dan mineral
dalam sepuluh penyakit terbanyak pada yang cukup dalam makanan sesuai dengan
pasien rawat inap di rumah sakit di jumlah kalori yang dibutuhkan. Stres psikis
Indonesia dengan jumlah 30,154 kasus berisiko terjadi iritasi mukosa lambung
(4,9%). Angka kejadian gastritis pada bebe- karena produksi asam lambung akan
rapa daerah di Indonesia cukup tinggi meningkat pada saat keadaan stres, dan jika
dengan prevalensi 274,396 kasus dari hal itu berlangsung lama maka akan
238,452,952 jiwa penduduk.4 menyebabkan terjadinya gastritis.8
Data Dinas Kesehatan Kota Manado Hasil penelitian sebelumnya menun-
pada tahun 2015 menurut urutan besar di jukkan bahwa faktor tipe kepribadian,
puskesmas memperlihatkan bahwa gastritis tempat tinggal, keteraturan makan,
menempati urutan ke-4 dengan jumlah frekuensi makan, kebiasaan makan pedas,
penderita sebesar 10.260 orang.5 Berdasar- frekuensi makan pedas, kebiasaan makan
kan survei awal di Puskesmas Ranotana asam, frekuensi minuman iritatif, pema-
Weru Kota Manado, gastritis menempati kaian NSAID, dosis atau jumlah NSAID,
urutan ke-4 dari 10 penyakit menonjol dan stres berhubungan dengan terjadinya
dengan jumlah kasus sebanyak 585 kasus.6 gastritis.9
Secara garis besar penyebab gastritis Berdasarkan uraian di atas maka pene-
dibedakan atas faktor internal yaitu adanya liti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor
kondisi yang memicu pengeluaran asam yang berhubungan dengan kejadian gastri-
lambung yang berlebihan, dan faktor eks- tis di wilayah kerja Puskesmas Ranotana
ternal yang menyebabkan iritasi dan infek- Weru Kota Manado.
si. Beberapa faktor risiko gastritis ialah
menggunakan obat aspirin atau anti radang METODE PENELITIAN
non steroid, infeksi kuman Helicobacter Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
pylori, kebiasaan minum minuman beral- Ranotana Weru pada bulan Maret-Mei
kohol, kebiasaan merokok, sering menga- 2018. Jenis penelitian ialah survei analitik
lami stres, kebiasaan makan yaitu waktu dengan desain potong lintang. Responden
makan tidak teratur, serta terlalu banyak penelitian berjumlah 124 remaja dan
mengonsumsi makanan yang pedas dan pengambilan data menggunakan kuesioner.
asam. Pola makan yang tidak teratur dapat Pengolahan dan analisis data menggunakan
menyebabkan terjadinya gastritis. Pada saat bantuan komputer program SPSS.
132 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2019

HASIL PENELITIAN terjadi gastritis. Hasil uji statistik menda-


Tabel 1 memperlihatkan bahwa res- patkan adanya hubungan antara jenis kela-
ponden penderita gastritis sebagian besar min dan kejadian gastritis (p=0,007). Hasil
berada pada usia remaja >16 tahun yaitu 64 odd ratio menunjukkan bahwa perempuan
(62,7%) orang dengan gastritis dan 6 berpeluang 6,667 kali terjadi gastritis dari
(27,3%) orang tanpa gastritis sedangkan pada laki-laki; dengan kata lain perempuan
pada responden berusia <16 tahun terdapat lebih berisiko untuk terjadinya gastritis.
38 (37,3%) orang dengan gastritis dan 16 Tabel 3 memperlihatkan hasil analisis
(72,7%) orang tanpa gastritis. Hasil uji hubungan frekuensi makan dengan gastri-
statistik mendapatkan adanya hubungan tis. Dari 77 responden dengan frekuensi
bermakna antara usia dengan kejadian makan baik terdapat 47 orang (61,10%)
gastritis (p=0,003) sedangkan hasil odd terjadi gastritis dan 30 orang (39,0%) tanpa
ratio menunjukkan bahwa responden gastritis. Dari 47 responden dengan fre-
berusia >16 tahun berpeluang 0,737 kali kuensi makan kurang terdapat 33 orang
untuk terjadi gastritis daripada responden (70,2%) terjadi gastritis dan 14 orang
berusia <16 tahun. (29,8%) tanpa gastritis. Hasil uji statistik
Tabel 2 memperlihatkan hasil analisis menyatakan bahwa tidak terdapat hubung-
hubungan jenis kelamin dengan gastritis. an bermakna antara frekuensi makan
Pada responden perempuan terdapat 38 dengan gastritis (p=0,165). Hasil odd ratio
(37,3%) orang tanpa gastritis dan 66 menunjukkan bahwa responden dengan
(62,7%) orang dengan gastritis. Pada res- frekuensi makan yang kurang berpeluang
ponden laki-laki terdapat 6 (27,3%) orang 0,469 kali untuk terjadi gastritis daripada
tanpa gastritis, sedangkan 14 (72,7%) orang responden dengan frekuensi makan baik.

Tabel 1. Hubungan antara usia dengan kejadian gastritis


Usia Terjadi Tidak terjadi Total p
gastritis gastritis
N % N % N %
>16 tahun 64 62,7 6 27,3 70 100
<16 tahun 38 37,3 16 72,7 54 100 0,003
Total 102 64,5 22 35,5 124 100

Tabel 2. Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian gastritis


Jenis kelamin Terjadi Tidak terjadi Total p
gastritis gastritis
N % N % N %
Laki-laki 14 72,7 6 27,3 20 100
Perempuan 66 62,7 38 37,3 104 100 0,007
Total 80 64,5 44 35,5 124 100

Tabel 3. Hubungan frekuensi makan dengan kejadian gastritis


Frekuensi makan Terjadi Tidak terjadi Total p
gastritis gastritis
N % N % N %
Baik 47 61,0 30 39,0 77 100
Kurang 33 70,2 14 29,8 47 100 0,165
Total 80 64,5 44 35,5 124 100
Rantung, Kaunang, Malonda: Faktor-faktor yang memengaruhi ... 133

Tabel 4 memperlihatkan hasil analisis mengiritasi.


hubungan jenis makanan dengan gastritis. Tabel 5 memperlihatkan hasil anallisis
Pada 51 responden yang tidak menyukai hubungan porsi makan dengan gastritis.
jenis makan yang mengiritasi terdapat 17 Dari 3 responden dengan porsi makan baik
orang (33,3%) tanpa gastritis dan 34 orang terdapat 2 orang (66,7%) terjadi gastritis
(66,7%) dengan gastritis. Pada 73 respon- dan 1 orang (33,3%) tanpa gastritis. Dari
den yang menyukai jenis makan yang 121 responden dengan porsi makan kurang
mengiritasi terdapat 46 orang (63,0%) terdapat 42 orang (34,7%) terjadi gastritis
terjadi gastritis sedangkan 27 orang dan 79 orang (65,3%) tanpa gastritis. Hasil
(37,0%) tanpa gastritis. Hasil uji statistik uji statistik menyatakan tidak terdapat
mendapatkan adanya hubungan bermakna hubungan bermakna antara porsi makan
antara jenis makan dengan gastritis, dengan kejadian gastritis (p=0,436). Hasil
(p=0,023). Hasil odd ratio menunjukkan odd ratio menunjukkan bahwa responden
bahwa responden yang menyukai jenis dengan jumlah makan kurang berpeluang
makan mengiritasi berpeluang 7,343 kali 1,500 kali terjadi gastritis daripada
untuk terjadi gastritis daripada responden responden dengan jumlah makan baik.
yang menyukai jenis makanan yang tidak

Tabel 4. Hubungan jenis makan dengan kejadian gastritis


Kejadian gastritis Terjadi Tidak terjadi Total p
gastritis gastritis
N % N % N %
Makanan tidak mengiritasi 34 66,7 17 33,3 51 100
Makanan mengiritasi 46 63,0 27 37,0 73 100 0,023
Total 80 64,5 44 35,5 124 100

Tabel 5. Hubungan porsi makan dengan kejadian gastritis


Porsi makan Terjadi Tidak terjadi Total p
gastritis gastritis
N % N % N %
Sebanyak 300-500gr (Baik) 2 66,7 1 33,3 3 100
Kurang dari 300-500gr 0,436
(Kurang) 42 34,7 79 65,3 121 100
Total 44 35,5 80 64,5 124 100

BAHASAN adalah masa mencari identitas diri, adanya


Hasil penelitian ini memperlihatkan keinginan untuk dapat diterima oleh teman
bahwa responden penderita gastritis ysang sebaya, dan mulai tertarik pada lawan jenis
berusia >16 tahun lebih banyak daripada yang menyebabkan remaja sangat menjaga
yang berusia <16 tahun dengan persentase penampilan. Kesemuanya itu sangat meme-
kejadian gastritis 62,7% vs 37,3%. Hasil uji ngaruhi pola makan remaja, termasuk
statistik mendapatkan adanya hubungan pemilihan bahan makanan dan frekuensi
bermakna antara usia dengan kejadian makan. Remaja takut menjadi gemuk
gastritis (p=0,003; OR=0,737). Hasil pene- sehingga remaja menghindari sarapan dan
litian ini sejalan dengan penelitian oleh makan siang atau hanya makan sehari
Oktaviani10 yang menyimpulkan bahwa sekali yang memicu terjadinya gastritis.
usia memiliki hubungan bermakna dengan Hasil penelitian ini mengasumsikan bahwa
gastritis. Menurut Oktaviani masa remaja para remaja di Puskesmas Ranotana Weru
134 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2019

sedang masuk dalam usia remaja yaitu Hasil uji statistik menyatakan bahwa
masa mencari identitas diri dan mulai tidak terdapat hubungan bermakna antara
tertarik dengan lawan jenis menyebabkan frekuensi makan dengan gastritis (p=0,165;
para remaja sanagat menjaga penampilan OR=0,469). Responden dengan frekuensi
dan terjebak terhadap pola makan yang makan yang kurang berpeluang 0,469 kali
salah. Hal ini sesuai dengan pernyataan untuk terjadi gastritis daripada responden
Soetjiningsih11 mengenai permasalahan gizi dengan frekuensi makan yang baik. Teori
yang salah, yaitu remaja sering memiliki Hudha menyatakan bahwa responden yang
pemahaman bahwa tubuh idaman ialah memiliki frekuensi makan <2 kali sehari
tubuh yang langsing, sehingga untuk lebih mudah untuk terjadinya gastritis
mempertahankan kelangsingannya remaja diban-dingkan dengan responden yang
melakukan pengaturan makan yang salah memiliki frekuensi makan >2 kali sehari.
dan usia remaja merupakan usia yang Frekuensi makan yang dimaksud adalah
mudah tertarik dengan hal-hal baru, frekuensi makan utama atau frekuensi
termasuk produk makanan yang diiklankan, makan yang setiap harinya 3 kali makan
padahal makanan tersebut belum tentu dalam makanan utama, yaitu makan pagi,
memiliki kandungan gizi yang baik. makan siang, dan makan malam atau
Hasil analisis hubungan jenis kelamin sore.15 Secara alamiah makanan diolah
dengan gastritis mendapatkan bahwa pada dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan
jenis kelamin perempuan terdapat 38 mulai dari mulut sampai usus halus. Lama
(37,3%) responden tanpa gastritis dan 66 makanan dalam lambung tergantung sifat
(62,7%) responden terjadi gastritis sedang- dan jenis makanan. Umumnya lambung
kan pada responden laki-laki 6 (27,3%) akan kosong antara 3-4 jam. Frekuensi
orang tanpa gastritis dan 14 (72,7%) orang makan yang <2 kali sehari dapat
terjadi gastritis. Hasil uji statistik menda- menyebabkan gastritis, dan seseorang akan
patkan adanya hubungan bermakna antara terserang gastritis bila sering terlambat
jenis kelamin dan kejadian gastritis makan.16
(p=0,007; OR=6,667). Kebutuhan zat gizi Hasil penelitian ini sesuai dengan
antara laki-laki dan perempuan berbeda penelitian Nasution13 yang menyatakan
terutama pada usia remaja.12 Hasil tidak terdapat hubungan bermakna antara
penelitian ini selaras dengan penelitian oleh frekuensi makan dengan gastritis, yang
Nasution13 yang menyatakan terdapat berarti tidak terdapat perbedaan frekuensi
hubungan antara jenis kelamin dengan makan antara >2 kali sehari dengan <2 kali
kejadian gastritis. Adanya perbedaan pola sehari dengan terjadinya gastritis. Dengan
makan berdasarkan jenis kelamin antara kata lain, tidak terdapat hubungan antara
perempuan dengan laki-laki dapat menim- frekuensi makan dengan kejadian gastritis.
bulkan terjadinya gastritis. Pada penelitian Secara alami lambung akan memroduksi
tersebut juga didapatkan bahwa perempuan asam lambung setiap waktu dalam jumlah
lebih banyak mengalami gastritis daripada yang kecil dan 4-6 jam sesudah makan
laki-laki yang sejalan dengan hasil pene- biasanya kadar glukosa dalam darah telah
litian ini. Hal ini dapat disebabkan karena banyak terserap dan terpakai sehingga
para remaja memiliki pola makan kurang tubuh akan merasakan lapar dan pada saat
baik dan memiliki kecendrungan yang itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila
berbeda pada masing-masing jenis kelamin seseorang terlambat makan 2 sampai 3 jam,
terhadap pola makan. Selain itu dapat maka asam lambung yang diproduksi
diasumsikan bahwa remaja perempuan semakin banyak dan berlebih. Walaupun
lebih memperhatikan postur tubuh diban- frekuensi makan utama > 2 kali sehari, bila
dingkan dengan remaja laki-laki, yang diselingi dengan mengonsumsi makanan
sesuai dengan pernyataan Apriadji14 bahwa ringan (cemilan) asam lambung akan tetap
anak perempuan lebih mementingkan terkontrol.
penampilannya dibandingkan laki-laki Hasil uji statistik pada penelitian ini
Rantung, Kaunang, Malonda: Faktor-faktor yang memengaruhi ... 135

mendapatkan adanya hubungan bermakna SIMPULAN


antara jenis makan dengan gastritis Berdasarkan hasil penelitian di wilayah
(p=0,023; OR=7,347). Responden yang kerja Puskesmas Ranotana Weru dapat
menyukai jenis makan mengiritasi disimpulkan bahwa terdapat hubungan
berpeluang 7,343 kali terjadi gastritis dari bermakna antara usia, jenis kelamin, dan
pada responden yang menyukai jenis jenis makanan dengan kejadian gastritis
makanan yang tidak mengiritasi. Jenis tetapi tidak terdapat hubungan antara
makanan yang mengiritasi seperti makanan frekuensi makan dan porsi makan dengan
pedas, zat-zat korosif (cuka dan lada) dapat kejadian gastritis.
meyebabkan kerusakan mukosa gaster dan Bagi Puskesmas Ranotana Weru, disa-
menimbulkan luka pada dinding lambung. rankan untuk meningkatkan promosi kese-
Hasil penelitian Nasution13 menyatakan hatan di wilayah kerjanya, khususnya bagi
terdapat hubungan antara jenis makanan penderita gastritis. Bagi masyarakat, perlu
dengan gastritis. Selain itu dapat diasumsi- diberikan edukasi untuk meningkatkan
kan bahwa mengonsumsi makanan pedas upaya pencegahan kejadian gastritis dengan
atau asam akan merangsang sistem pencer- mengatur pola makan yang baik.
naan, terutama lambung dan usus. Mengon-
sumsi makanan pedas dan asam secara DAFTAR PUSTAKA
berlebihan dapat mengakibatkan rasa panas 1. Apriadji. Gizi Keluarga. Jakarta: Swadaya,
dan nyeri di ulu hati yang disertai rasa mual 1986.
dan muntah. Gejala tersebut membuat 2. Brunner & Suddarth. Keperawatan Medical
penderita makin berkurang nafsu makan- Bedah. Jakarta : EGC, 2001.
nya. Bila kebiasaan mengonsumsi makanan 3. DepKes RI. Pedoman Umum Gizi Seimbang.
Jakarta: Ditjen Pembinaan Kesehatan
pedas dan asam >1 x dalam seminggu
Masyarakat, Direktorat Bina Gizi
selama 6 bulan dibiarkan terus menerus Masyarakat, 2008.
dapat menyebabkan iritasi pada lambung 4. Dinkes Provinsi Sulut. Data penyakit gastritis
yang disebut gastritis.17 tahun 2014-2015 di Sulawesi Utara.
Hasil uji statistik penelitian ini menda- Manado: UKR Dinkes Propinsi
patkan tidak ada hubungan bermakna Sulawesi Utara, 2015
antara porsi makan dengan kejadian 5. Hirlan. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 (4th ed).
gastritis (p=0,436; OR=1,500). Responden Jakarta: FKUI, 2005.
dengan jumlah makan kurang berpeluang 6. Nasution M. Faktor-faktor yang berhubungan
1,500 kali untuk terjadi gastritis daripada pola konsumsi dengan gastritis maha-
responden dengan jumlah makan yang siswa Universitas Negeri Jakarta tahun
2002 [Skripsi]. Jakarta: Universitas
baik. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa
Indonesia; 2001.
responden yang memiliki porsi makan 7. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyrakat.
kurang dari 300-500gr (<3-5 piring nasi/ Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
hari) maupun sebanyak 300-500gr (>3-5 8. Oktaviani W. Hubungan pola makan dengan
piring nasi/hari) berhubungan dengan keja- gastritis pada mahasiswa S.I Kepera-
dian gastritis. Hasil penelitian Nasution13 watan Pogram A Fikes UPN. Jakarta:
menyatakan terdapat hubungan bermakna Universitas Pembangunan Nasional;
antara porsi makan dengan gastritis. Bila 2011.
seseorang sering terlambat makan 2 samapi 9. Hayes PC. Gastroenterologi dan Hepatologi.
3 jam, maka asam lambung yang dipro- Jakarta: Binarupa Aksara, 2000.
duksi semakin banyak dan berlebih akan 10. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI,
tetapi walaupun porsi makan kecil (<300-
2015.
500 gram), bila diselingi dengan mengon- 11. Ratna Y. Hubungan antara karakteristik
smsi makanan ringan (cemilan) maka responden, kebiasaan makan dan
produksi asam lambung akan tetap minum, serta pemakaian NSAID
terkontrol.16 dengan terjadinya gastritis pada maha-
siswa kedokteran (Studi di Klinik
136 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2019

Keluarga Fakultas Kedokteran Unair). nesia; 2009.


Surabaya: Universitas Airlangga; 2009. 15. Suhardjo. Sosio Budaya Gizi. Bogor: IPB,
12. Smeltzer SC, Bare BG. Brunner & Suddarth 1989.
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: 16. Li Z, Zou D, Ma X, Chen J, Shi X, Gong Y,
EGC, 2001. et al. Epidemiology of peptic ulcer
13. Sistem Informasi Statistik WHO, 2015, disease: endoscopic results of the
Mortalitas gastritis dan duodenitis systematic investigation of gastro-
menurut negara. [cited 2016 Jun 19]. intestinal disease in Chinma. Am J
Available from: http://www.nation Gastroenterol. 2010;105(12):2570-7.
master.com/graph/mor_gas_ and_duo- 17. Profil Puskesmas Ranotana Weru, 2016. Data
mortality-gastritis-and-duodenitis. penyakit gastritis tahun 2015-2016 di
14. Soetjiningsih. Gambaran gizi pada remaja di Puskesmas Ranotana Weru Kota
4 SMA di Jakarta Barat tahun 2009 Manado.
[Skripsi]. Jakarta: Universitas Indo-

You might also like