You are on page 1of 8

Jurnal Ilmiah Mappadising Volume 2 Nomor 1 Maret 2020

ISSN: 2686-3324

HUBUNGAN POLA MAKAN FAST FOOD DENGAN PENINGKATAN


PENDERITA KOLESTEROL PADA ORANG DEWASA UMUR
35 – 40 DI UPTD PUSKESMAS TANASITOLO

Mien Burhanuddin1, Tetti Surianti2, Fatmawati2, Ruslang2*


1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan FKK Universitas Puangrimaggalatung, Sengkang Wajo
2
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung, Sengkang Wajo

*
Corresponding author : email: ruslangners@gmail.com

Abstract
People's lifestyle to consume fast food has become a habit. The habit of consuming fast food is due to
its practical and easy-to-reach processing. Without realizing the state of cholesterol in the body has
increased. This is because fast food contains high levels of salt, sugar, fat or calories, but low in
nutrients, low in vitamins, minerals, and fiber. The purpose of this study was to determine the
relationship between fast food eating patterns and an increase in cholesterol sufferers in adults aged
35-40 at the UPTD Tanasitolo Health Center. This type of research is quantitative research using a
Cross Sectional approach. The population in this study were all adults aged 35-40 at the UPTD
Tanasitolo Health Center, totaling 26 students. The sampling technique used a total sampling of 26
students. Data were collected through a questionnaire. The analysis test used a computer program,
namely SPSS 22 to assess statistical frequency data and the Chi-Square Test on the Fisher Exact Test
on bivariate variables, the value of Exact sing was obtained. (2-sided) on the variable, fast food pattern,
namely the value (p) = 0.000 means < 0.05 so it can be concluded that there is a significant relationship
to the increase in cholesterol sufferers in this variable.

Keywords: Lifestyle, Fast Food, Cholesterol.

Abstrak
Pola hidup masyarakat untuk mengkonsumsi makanan cepat saji sudah menjadi kebiasaan. Kebiasaan
mengkonsumsi makanan cepat saji disebabkan pengolahannya yang praktis dan mudah dijangkau.
Tanpa disadari keadaan kolesterol dalam tubuh mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan
kandungan makanan cepat saji yang memiliki kadar garam, gula, lemak, atau kalori yang tinggi, tetapi
rendah nutrisi, rendah vitamin, mineral, juga serat. Tujuan peneilitian ini mengetahui hubungan pola
makan fast food dengan peningkatan penderita kolesterol pada orang dewasa umur 35 – 40 di UPTD
Puskesmas Tanasitolo. Jenis penelitian yaitu peneltian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini semua orang dewasa berumur 35 - 40 di UPTD
Puskesmas Tanasitolo yang berjumlah 26 Siswa. Teknik Pengambilan Sampel menggunakan total
sampling berjumlah 26 siswa. Data dikumpulkan melalui kuesioner. Uji analisis menggunakan program
komputer yaitu SPSS 22 untuk menilai data statistik frekuensi dan Uji Chi – Square pada Fisher Exact
Test pada variabel bivariat diperoleh nilai Exact sing.(2-sided) pada variabel, pola fast food yaitu
diperoleh nilai (p) = 0,000 berarti α < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna terhadap peningkatan penderita kolesterol pada variabel tersebut.

Kata Kunci : Gaya Hidup, Fast Food, Kolesterol.

http://ojs.lppmuniprima.org/index.php/mappadising 63
Jurnal Ilmiah Mappadising Volume 2 Nomor 1 Maret 2020
ISSN: 2686-3324

PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini, makanan mudah dijumpai di berbagai tempat. Pola hidup
masyarakat untuk mengonsumsi makanan cepat saji sudah menjadi kebiasaan. Makanan cepat
saji yang biasanya tinggi lemak dan gula, namun rendah vitamin, serat, mineral serta
mikronutrien semakin disukai. Dapat dilihat dari persentase perolehan data yang ada dengan
tingkat kebiasaan konsumsi makanan cepat saji sebesar 67,6%, sedangkan persentase
responden yang mempunyai alasan memilih makanan cepat saji lebih praktis sebesar 73 % dan
karena alasan enak sebesar 27 % (Rizki, 2015).
World Health Organization (WHO) and Food Agricultural Organization (FAO)
menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia
dibagi dalam 3 kategori yaitu aspek toksikologis berupa residu bahan makanan yang dapat
bersifat racun terhadap organ-organ tubuh, aspek mikrobiologis berupa mikroba dalam bahan
makanan yang dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, dan
aspek imunopatologis yaitu keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh
(Boenga, 2011).
Dokter spesialis penyakit dalam dan jantung Djoko Maryono mengatakan kadar
kolesterol dan kematian orang Indonesia dengan orang Amerika berada dalam kisaran yang
sama. Hal ini disinyalir akibat gaya hidup dan konsumsi makanan yang hampir serupa di kedua
negara tersebut. Jumlah pengidap kolesterol yang mengarah pada penyakit jantung maupun
stroke pun bertambah banyak. Kenaikan serangan jantung di bawah 50 tahun hampir 60 persen
tahun 2009-2011. Kenaikan itu terutama di Asia Pasifik dan Indonesia, Salah satu penyebab
terjadinya peningkatan kolesterol pada orang Amerika dan orang Indonesia adalah konsumsi
makanan yang mengandung kolesterol seperti daging merah. Seperti diketahui daging merah
adalah salah satu sumber makanan yang bis ameningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh.
Orang Indonesia suka makan enak tapi tidak suka aktivitas fisik. Kurang olahraga ini yang juga
memicu peningkatan kolesterol (Wahyuni, 2015).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013). Data Kesehatan di Sulawesi selatan
menunjukkan persentase penyakit jantung koroner meningkat dari 0,3 % menjadi 1,3%,
persentase penyakit gagal jantung dari 0,05% menjadi 0,1%, persentase penyakit stroke 2,5%
menjadi 6,4% yang diakibat dari perilaku makanan beresiko di mana persentase rata – rata
makanan yang di konsumsi yaitu manis 50,8%, Asam 19,4%, Berlemak 25 %, Dibakar 10,4
%, Hewani berpengawet 4%, Penyedap 77,1%, dan Mie Instant 16,9%. Karena cepat saji dan
praktis, banyak orangtua merestui anak-anaknya menyantap makanan di restoran cepat saji,
bahkan mereka sendiri turut menikmati. Padahal fast food dan soft drink tidak berguna bagi
tubuh kita (Kemendikes, 2013).
Menurut Riskesdas (2013) masyarakat di Indonesia mempunyai perilaku konsumsi
makanan yang berlemak, mengandung kolesterol dan makanan gorengan sebesar 40,7%
dengan mengonsumsi ≤ 1 kali dalam sehari. Pola konsumsi makanan yang berlemak,
mengandung kolesterol dan makanan gorengan untuk wilayah Jawa Tengah mempunyai
prevalensi 60,3%, angka ini tergolong tinggi dibandingkan dengan provinsi yaitu DIY (Daerah
Istimewa Yogyakarta) 50,7%, Jawa Barat 50,1%, Jawa Timur 49,5%, dan Banten
48,8% (Riskesdas, 2013).

http://ojs.lppmuniprima.org/index.php/mappadising 64
Jurnal Ilmiah Mappadising Volume 2 Nomor 1 Maret 2020
ISSN: 2686-3324

Dari data yang dihasilkan dari penelitian terbaru belum ada yang melakukan penelitian
terbaru yang menghubungkan antara makanan cepat saji dengan peningkatan kolesterol
khususnya di Sulawesi Selatan dan tepatnya di daerah saya UPTD Puskesmas Tanasitolo
dengan ini jumlah penderita kolesterol berjumlah 70 orang, jadi dengan alasan ini peneliti
tertarik untuk menemukan masalah makanan cepat saji ini dengan mengangkat judul
“Hubungan Pola Makan Fast Food dengan Peningkatan Penderita Kolesterol Pada Orang
Dewasa Umur 35 – 40 Di UPTD Puskesmas Tanasitolo Kabupaten Wajo.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pola Makan Fast Food dengan
Peningkatan Penderita Kolesterol Pada Orang Dewasa Umur 35 – 40 Di UPTD Puskesmas
Tanasitolo Kabupaten Wajo.

METODE
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan deskriptif analitik dengan
pendekatan Cross sectional, yaitu suatu penelitian dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan, atau melakukan pemeriksaan status paparan dan status
penyakit pada titik yang sama.
Populasi dalam penelitian ini adalah 26 Orang Dewasa Umur 35-40 tahun yang
melakukan Pola Makan Fast Food dan menderita Kolesterol. Peneliti mengambil sampel
dengan cara Total Sampling. Total Sampling didasarkan pada terbatasnya jumlah populasi dan
jumlah sampel disesuaikan dengan jumlah populasi 26 orang.
Teknik pegumpulan data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah
data diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat
pengambil data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Suryono, 2013).
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik survey dan
kuesioner. Data sekunder adalah adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh dari subjek penelitiannya (Saryono, 2013). Data yang diperoleh dari UPTD
Puskesmas Tanasitolo beserta referensi-referensi yang digunakan dalam penelitian ini. Teknik
penyajian data meliputi editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi formulir
atau kuesioner. Coding (pengkodean) merupakan kegiatan merubah data berbentuk
hurufmenjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk
mempermudah pada saat analis data dan juga mempercepat pada saat entry data. Processing
(Memasukkan data) yakni jawaban dari masing – masing responden yang dalam bentuk “kode”
(angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer. Cleaning
(Pembersihan data) merupakan apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini
disebut pembersihan data (data cleaning).
Analisis yang dugunakana adalah analisis univariat merupakan data yang diperoleh dari
hasil pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi
sentral atau grafik. Jika data mempunyai distribusi normal, maka mean dapat digunakan
sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran. Analisis
bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua variabel, baik berupa kompratif,
asosiatif maupun koleratif. Terdapat uji parametik dan non parametik pada analisis bivariat
(Suryono, 2013). Uji yang digunakan menggunakan uji chi square dengan menggunakan SPSS

http://ojs.lppmuniprima.org/index.php/mappadising 65
Jurnal Ilmiah Mappadising Volume 2 Nomor 1 Maret 2020
ISSN: 2686-3324

22, dimana apabila nilai p (value) < α (0,05) maka terdapat hubungan dari variabel yang diteliti.
Etika penelitian yaitu Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Kesediaan responden
dinyatakan dengan menandatangani pernyataan bersedia menjadi responden. Anonymity
merupakan nama responden tidak dicantumkan melainkan menggunakan kode atau inisial pada
lembar pengumpulan data dan hasil penelitian dan Confidentially merupakan yaitu data atau
informasi yang didapat selama penelitian akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dapat melihat
data tersebut serta hanya data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN
Karakteristik Umum Responden
Umur
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi %
1 35-37 13 50
2 38-40 13 50
Total 26 100

Berdasarkan tabel 1 yang menunjukkan bahwa dari 26 jumlah responden yang berumur
35 - 37 tahun terdapat 13 responden (50,0%) dan yang berumur 38 - 40 tahun terdapat 13
responden (50,0%).

Jenis Kelamin
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi %
1 Perempuan 24 92,3
2 Laki-laki 2 7,7
Total 26 100

Berdasarkan tabel 2 yang menunjukkan bahwa dari 26 jumlah responden yang berjenis
kelamin laki-laki terdapat 2 responden (7,7%) dan berjenis kelamin perempuan terdapat 24
responden (92,3%).

Variabel Independen
Variabel Independen dalam penelitian ini yaitu pola fast food dimana frekuesinya dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini :

http://ojs.lppmuniprima.org/index.php/mappadising 66
Jurnal Ilmiah Mappadising Volume 2 Nomor 1 Maret 2020
ISSN: 2686-3324

Pola Fast Food


Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Fast Food
No Pola Fast Food Frekuensi %
1 Sering 22 84,6
2 Tidak Sering 4 15,4
Total 26 100

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan menunjukkan bahwa dari 26 jumlah responden


terdapat 22 responden (84,6%) yang memiliki pola makan fast food sering dan 6 responden
(15,4%) yang memilki pola makan fast food tidak sering.

Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kadar Kolesterol Sesudah
Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tes Kadar Kolesterol Sesudah Mengkonsumsi
Makanan Cepat Saji

No Kondisi Kolestrol Post Test Frekuensi %


1 Ada Peningkatan Kolesterol 21 80,8
2 Tidak Ada PeningkataN Kolesterol 5 19,2
Total 26 100

Berdasarkan tabel 4 yang menunjukkan bahwa dari 26 jumlah responden dengan


kategori ada peningkatan penderita kolesterol terdapat 21 responden (80,8%) dan tidak ada
peningkatan penderita kolesterol terdapat 5 responden (19,2%).
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
Tabel 5
Hubungan Pola Makan Fast Food Dengan Peningkatan Penderita Kolesterol
Pada Orang Dewasa Umur 35 – 40 Tahun Di Puskesmas Tanasitolo Kabupaten Wajo
Peningkatan Penderita Kolesterol
Pola Makan Total
Fast Food Ada Tidak Ada

N % N % n %
Sering 21 80,8 1 3,8 22 84,6
Tidak Sering 0 0 4 15,4 4 15,4
Total 21 80,8 5 19,2 26 100
p = 0,000 α = 0,05

http://ojs.lppmuniprima.org/index.php/mappadising 67
Jurnal Ilmiah Mappadising Volume 2 Nomor 1 Maret 2020
ISSN: 2686-3324

Berdasarkan tabel 5 dari hasil penelitian di UPTD Puskesmas Tanasitolo Kabupaten


Wajo didapatkan responden yang sering melakukan pola makan fast food dan mengalami
peningkatan kadar kolesterol sebanyak 21 responden (80,8%), tidak mengalami peningkatan
kadar kolesterol sebanyak 1 orang (3,8%) sedangkan yang tidak sering melakukan pola makan
fast food dan mengalami peningkatan kadar kolesterol sebanyak 0 responden (0%), tidak
mengalami peningkatan kadar kolesterol sebanyak 4 responden (15,4%).
Hasil uji Chi –Square pada Fisher Exact Tes diperoleh nilai (p) = 0,000 berarti α < 0,05
maka disimpulkan untuk hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak yaitu ada
hubungan pola makan fast food dengan peningkatan penderita Kolesterol pada orang dewasa
umur 35 - 40 di UPTD Puskesmas Tanasitolo Kabupaten Wajo.

PEMBAHASAN
Hubungan Pola Makan Fast Food dengan Peningkatan Penderita Kolesterol pada Orang
Dewasa Umur 35-40 Tahun
Penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa dari 26 jumlah responden di UPTD
Puskesmas Tanasitolo, setelah mengkonsumsi makanan cepat saji, diketahui bahwa kategori
ada peningkatan penderita kolesterol terdapat 21 responden (80,8%) dan tidak ada peningkatan
penderita kolesterol terdapat 5 responden (19,2%). Ini membuktikan bahwa setelah
mengkonsumsi makanan cepat saji selama seminggu terakhir kadar kolesterol dalam tubuh
responden meningkat secara signifikan dibandingkan sebelum mengkonsumsi makanan cepat
saji.
Hal diatas menyatakan bahwa responden yang mengalami peningkatan kadar kolesterol
disebabkan karena mengkonsumsi makanan cepat saji yang memiliki kandungan kadar garam,
gula, lemak, atau kalori yang tinggi, tetapi rendah nutrisi, rendah vitamin, mineral, juga serat.
Seperti pernyataan penelitian Ida Cholidatul (2016) bahwa menyantap fast food secara
berlebihan dan terus menerus atau sering, tanpa diimbangi dengan asupan makanan sehat dan
kaya serat akan meningkatkan risiko gangguan kesehatan yang serius. Salah gangguan
kesehatan yang dimaksud adalah meningkatnya kadar lemak darah, baik kolesterol total,
kolesterol LDL, maupun trigliserida
Selain itu, responden yang mengalami peningkatan kadar kolesterol juga disebabkan
perilaku hidup yang tidak sehat, dimana responden sering mengkonsumsi makanan cepat saji
tapi jarang melakukan aktifitas fisik yang menyebabkan penumpukan lemak dalam tubuh
sehingga kadar kolesterol menjadi berlebih atau mengalami peningkatan.
Kadar kolesterol yang tinggi dapat menimbulkan deposit atau simpanan lemak dalam
pembuluh darah. Selanjutnya, deposit lemak ini akan menyebabkan kesulitan aliran darah
dalam pembuluh darah arteri.
Akibatnya, saat melakukan aktivitas sedang-berat yang memerlukan asupan oksigen
dan makanan yang lebih banyak, otot jantung mengalami kekurangan oksigen (disebut dengan
iskemia), sehingga menimbulkan nyeri angina yang khas di dada. Ketika sumbatan tersebut
menjadi total, maka terjadilah kematian otot jantung yang menyebabkan serangan jantung.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolesterol tinggi atau dislipidemia adalah plak
lemak. Dalam dunia kedokteran disebut aterosklerosis, yang awalnya terbentuk karena
tingginya kadar LDL dalam darah. LDL ini akan menumpuk di dinding pembuluh darah, yang
lama-kelamaan akan bertambah sampai menyumbat pembuluh darah. Apabila sumbatan terjadi

http://ojs.lppmuniprima.org/index.php/mappadising 68
Jurnal Ilmiah Mappadising Volume 2 Nomor 1 Maret 2020
ISSN: 2686-3324

di otak, maka bisa terjadi stroke sumbatan. Sementara itu jika terjadi di pembuluh darah
tungkai, bisa terjadi penyakit arteri perifer.
Pernyataan diatas diperkuat dalam dr. Alberta Jesslyn (2018) dalam laman websitenya
bahwa jarang berolahraga juga dapat menyebabkan kadar kolesterol baik (HDL) Anda rendah.
Gaya hidup kurang aktif membuat tubuh kehilangan kemampuan untuk mengubah lemak
menjadi energi. Akhirnya, lemak disimpan dan menumpuk pada tubuh. Lemak tersebut
menyebabkan kadar kolesterol jahat meningkat. Oleh sebab itu, berolahraga baik untuk
kesehatan jantung maupun untuk menjaga kadar kolesterol tetap dalam batas normal.
Sedangkan responden yang tidak mengalami peningkatan kadar kolesterol setelah
mengkonsumsi makanan cepat saji dipengaruhi oleh faktor – faktor lain. Menurut Yulaika
Ramadhani (2018) faktor yang dapat menurunkan kadar kolesterol adalah Pola makan nabati
meliputi sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian, yang kaya komponen serat,
protein Pola makan nabati dapat menurunkan kolesterol total hingga 29,2 mg/dL. Selanjutnya,
dalam uji klinis, diet nabati menurunkan kolesterol total sebesar 12,5 mg/dL. Dengan
melakukan pola makan nabati dapat mengendalikan kadar kolesterol yang ada dalam tubuh
agar tidak berlebih setelah mengkonsumsi makanan cepat saji.
Penelitian yang telah dilakukan dari 26 responden dengan menggunakan uji chi square
diperoleh nilai p (0,000) < α (0,05) yang berarti nilai lebih kecil dari nilai α pada derajat
kepercayaan 95% maka disimpulkan untuk hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol
ditolak yaitu ada Hubungan pola makan fast food dengan peningkatan penderita kolesterol
pada orang dewasa umur 35 – 40 tahun di UPTD Puskesmas Tanasitolo Kabupaten Wajo.
Pernyataan diatas diperkuat oleh Teori menurut Sastriamidjojo (2009) menyebutkan bahwa
konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kolesterol akan meningkatkan kadar kolesterol total
dan kadar LDL. Hati akan mempunyai cukup kadar kolesterol dan akan menghentikan
pengambilan LDL yang dapat meningkatkan kadar kolesterol total.
Dari teori diatas sejalan dengan hasil penelitian Nurrahmani (2012) menyatakan orang
yang berisiko memiliki kadar kolesterol tinggi adalah mereka yang menerapkan pola makan
yang mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi. Lemak jenuh (ditemukan pada daging,
mentega, keju dan krim) dapat meningkat-kan kadar kolesterol LDL dalam darah.
Maka peneliti beramsumsi bahwa ada hubungan pola makan fast food dengan peningkatan
penderita kolesterol pada orang dewasa umur 35 – 40 tahun di UPTD Puskesmas Tanasitolo
Kabupaten Wajo.

KESIMPULAN
Penelitian yang telah dilakukan dengan judul tentang “Hubungan Pola Makan Fast Food
dengan Peningkatan Penderita Kolesterol Pada Orang Dewasa Umur 35 – 40 Tahun Di UPTD
Puskesmas Tanasitolo Kabupaten Wajo” yang dilakukan selama 1 bulan mulai 2 Mei sampai
28 Juni 2019, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola makan fast food dengan
peningkatan penderita Kolesterol di UPTD Puskesmas Tanasitolo Kabupaten Wajo yang
dibuktikan dengan hasil statistik uji chi square pada Fisher Exact Test diperoleh nilai p (0,000)
< α (0,05) yang berarti nilai p lebih kecil dari nilai α pada derajat kepercayaan 95% maka
disimpulkan untuk hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak.

http://ojs.lppmuniprima.org/index.php/mappadising 69
Jurnal Ilmiah Mappadising Volume 2 Nomor 1 Maret 2020
ISSN: 2686-3324

REFERENSI

Cholidatul, I. (2016). Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji Berdasarkan Penelitian


Universitas Negeri Yogyakarta.

Jesslyn, d. A. (2018, Juni 20). Kenapa Penderita Kolesterol Tinggi Tak Boleh Olahraga
Ekstrem? Retrieved Juni 21, 2019, from Info Sehat Klikdokter.com:
https://www.klikdokter.com/ info-sehat /read /3569991 /kenapa-penderita-kolesterol-
tinggi-tak-boleh-olahraga-ekstrem

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S.(2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurrahmani U. (2012). Stop Kolesterol Tinggi. Jogjakarta: Group Relasi Inti Media

Ramadhani, Y. (2018). November 08). Kolesterol Tinggi Berujung Kematian, Ini Penyebab
& Pencegahannya. Retrieved Juni 21, 2019, from tirto.id: https:// tirto.id/ kolesterol-
tinggi-berujung-kematian-ini-penyebab –pencegahannya - c9Al

Rizki, (2015). Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian
Jantung Koroner pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD DR. MOEWARDI. (SKRIPSI).
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pdf

Sastromidjodjo. (2009). Pegangan Penatalaksana Nutrisi Pasien. Jakarta: Binarupa Askara

Suryono & Anggaraeni, D. (2013). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitaf dalam Bidang
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika..

Wahyuni, T. (2015, September 16). Kadar Kolesterol Orang Indonesia Sama dengan Orang
Amerika . Dipetik Mei 15, 2019, dari cnnindonesia:
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150916165846-255-79191/ kadar-
kolesterol-orang-indonesia-sama-dengan-orang-amerika

http://ojs.lppmuniprima.org/index.php/mappadising 70

You might also like