Professional Documents
Culture Documents
Mutu Fisik Dan Mikrobiologi Daging Sapi Asal Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Pekanbaru
Mutu Fisik Dan Mikrobiologi Daging Sapi Asal Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Pekanbaru
Email : mbenk.qhalish@gmail.com
ABSTRACT
Meat is a food from animal that have a high nutrient contents (water, protein, fat, vitamins and minerals). This food is
very perishable, because its has enough elements of good nutrition. The nutrient content of meat makes a very suitable
medium for the growth of microorganisms, especially bacteria. The presence of bacterial contamination in meat will impact
on the meat quality of physical and microbiological. This study aimed to determine the physical and microbiological quality of
beef carcass and meat from the slaughterhouse in Pekanbaru and compared with the Indonesian National Standard (INS) No.
3932: 2008 on carcass and meat quality of beef. The results showed that the pH of beef muscle Longissimus Dorsi et
lumbarum (LD) is at 5:37, while the Biceps Femoris (BF) is 5.56. Meat color values in LD muscle have a score of 6 (red
light), while the flesh BF has a score of 7 (red is a bit darker). While the value of the percentage of free water in LD muscle is
61.80% higher than the BF muscle is 53.53%. Microbiological analysis of the microbial contamination Total Plate Count
(TPC), Eschericia coli and Coliform in fresh meat from slaughterhouses inPekanbaru city is above the maximum threshold
according to INS 3932: 2008, but negative for Salmonella contamination. The conclusion of this study that physical (pH,
color, and percentage of free water) origin beef slaughterhouses in Pekanbaru city still has a good quality and are in the
normal range of fresh meat. But in terms of microbiological contamination, especially bacteria TPC, E. coli and coliform were
above standard.
Keywords : meat quality, microbiological, physical property
1
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan
menjadi media yang sangat cocok bagi Indonesia (SNI) nomor 3932: 2008 tentang
pertumbuhan mikroorganisme terutama mutu karkas dan daging sapi.
bakteri. Adanya kontaminasi bakteri pada
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
daging akan berdampak pada penurunan
memberikan manfaat berupa informasi
mutu daging tersebut. Penurunan kualitas
mengenai gambaran kualitas daging sapi
daging yang paling mudah dideteksi
asal RPH Kota Pekanbaru ditinjau dari
adalah menganalisis sifat fisik daging.
kualitas fisik dan mikrobiologi daging.
Tanaka dan Wiradarya (2009)
MATERI DAN METODE
melaporkan bahwa Total Plate Count (TPC)
sampel daging sapi yang berasal dari RPH Penelitian ini dilaksanakan pada
Kota Pekanbaru dengan sampel daging bulan Mei – Agustus 2011 di RPH Kota
bagian dada adalah 4,8x105 CFU/g, Pekanbaru. Analisis sampel dilakukan di
sedangkan pada bagian punggung 5,1x105 Laboratorium Pasca Panen Fakultas
CFU/g. Handoko et al. (2012) juga Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA
melaporkan bahwa daging sapi yang Riau, Laboratorium Mikrobiologi UPT
disembelih di RPH Kota Pekanbaru Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang
mengandung cemaran bakteri Eschericia Disperindag Provinsi Riau.
coli dan Coliform melebihi ambang batas Materi
maksimum yang telah ditetapkan. Hasil
penelitian Kuntoro et al. (2007) Bahan yang digunakan adalah daging
menyatakan sampel daging sapi asal RPH sapi (otot bagian Longissimus dorsi et
Pekanbaru yang dijual dibeberapa pasar lumbarum/LD dan Bicef femoris/BF), asal
tradisional di Kota Pekanbaru RPH kota Pekanbaru. Bahan untuk analisis
mengandung cemaran bakteri (Total Plate mutu fisik daging meliputi larutan Buffer
Count, TPC) sebesar 7,5x105 CFU/g. pH 4 dan pH 7, dan aquades, untuk
Handoko et al. (2012) menyatakan bahwa analisis mikrobiologi adalah Plate Count
daging sapi siap distribusi di RPH Kota Agar (PCA), Buffered Pepton Water (BPW)
Pekanbaru tercemar oleh E. coli dan 0.1%, Brilliant Green Lactose Bile Agar
Coliform. Lebih lanjut Handoko dan (BGLBB), Lauryl Sulfate tryptose Broth
Kuntoro (2012) menyatakan terdeteksi (LSTB), Eschericia Coli Broth (ECB), Levine
kontaminasi bakteri Eschericia coli dan Eosine Methylene Blue Agar (L-EMBA),
Coliform pada daging sapi yang dijual di Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP),
pasar tradisional dan pasar modern di Kalium Cyanide Broth (KCB), Simmons
Kota Pekanbaru. Daging yang dijual di Citrate Agar (SCA), Reagen kovas, Reagen
pasar tradisional belum memenuhi voges-proskauer (VP), Baird-Parker Agar
persyaratan SNI 3932 tahun 2008 tentang (BPA), egg yolk tellurite emultion, Brain
mutu karkas dan daging sapi untuk Heart Infusion Broth (BHIB), Triple Sugar
parameter Eschericia coli dan Coliform, Agar (TSA), coagulase rabbit plasma dengan
sedangkan daging sapi yang dijual di ethylene diamine tetra acetate (EDTA).
pasar modern telah memenuhi Alat yang digunakan adalah cawan
persyaratan SNI 3932 tahun 2008 untuk Petri, pipet serologis, tabung reaksi,
parameter Eschericia coli, tetapi parameter tabung Durham, gelas ukur, Beaker glass,
Coliform belum memenuhi persyaratan Erlenmeyer, botol medium, inkubator,
SNI tersebut. Stomach, colony counter, penangas air, tube
Penelitian ini bertujuan untuk mixer, timbangan, standard warna daging,
mengetahui mutu fisik dan mikrobiologi clean banch, gunting, pinset, plastik steril,
daging sapi asal rumah potong hewan timbangan, cool box, rak tabung, gelas
(RPH) Kota Pekanbaru serta preparat, jarum inokulum diameter 3 mm,
membandingkan dengan Standar Nasional
2
Vol 10 No 1 MUTU FISIK DAN MIKROBIOLOGI
3
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan
atau obat-obatan, spesies, individu ternak, 2. Nilai pH menurun sedikit sekali pada
jenis otot, stimulasi listrik, aktivitas enzim jam-jam pertama setelah pemotongan
dan terjadinya glikolisis. Aberle et al. dan tetap sampai mencapai pH akhir
(2001) berpendapat banyak atau sekitar 6,5-6,8. Sifat daging yang
sedikitnya glikogen berpengaruh terhadap dihasilkan berwarna gelap, keras dan
pH akhir daging, dan hal ini tergantung kering atau dikenal dengan daging
pada kondisi ternak sebelum pemotongan dark firm dry (DFD).
sehingga memberi dampak terhadap
Nilai pH menurun relatif cepat
karakteristik daging pascamati.
sampai berkisar 5,4-5,5 pada jam pertama
Suhu lingkungan (penyimpanan) setelah pemotongan dan mencapai pH
mempunyai hubungan yang erat dengan akhir sekitar 5,3-5,6. Sifat daging yang
penurunan pH karkas post-mortem. Suhu dihasilkan berwarna pucat, lembek dan
tinggi pada dasarnya meningkatkan laju berair atau dikenal dengan daging pale soft
penurunan pH, sedangkan temperatur excudative (PSE).
rendah menghambat laju penurunan pH
Nilai pH daging akan berubah setelah
(Soeparno, 2005). Nilai pH sangat penting
ternak dipotong. Perubahan pH
untuk diperhatikan karena pH dapat
tergantung pada jumlah glikogen sebelum
menunjukkan penyimpangan kualitas
ternak dipotong. Apabila jumlah glikogen
daging yang berkaitan dengan warna,
dalam tubuh ternak normal, maka
keempukan, cita rasa, daya mengikat air
menurut Aberle et al. (2001) akan
dan masa simpan (Lukman et al., 2007).
mendapatkan daging yang berkualitas
Aberle et al. (2001) menyatakan secara
baik dan begitu sebaliknya. Henckle et al.
umum laju penurunan pH daging dibagi
(2000) menambahkan penurunan nilai pH
menjadi 3 yaitu:
setelah hewan mati ditentukan oleh
1. Nilai pH menurun secara bertahap kondisi fisiologis otot yang berhubungan
dari 7,0 sampai berkisar 5,6–5,7 dalam dengan produksi asam laktat atau
waktu 6-8 jam setelah pemotongan dan kapasitas produksi energi otot dalam
mencapai pH akhir sekitar 5,3-5,7. Pola bentuk ATP.
penurunan seperti ini disebut pola
penurunan pH secara normal.
Tabel 1. Rerata mutu fisik daging sapi asal RPH Kota Pekanbaru
Peubah Jenis Otot Rerata
pH Daging Longissimus dorsi et lumbarum 5,37 ± 0,09
Bicep femoris 5,56 ± 0,08
Warna Daging Longissimus dorsi et lumbarum 5,90 ± 0,88
Bicep femoris 7,08 ± 0,98
% Air Bebas Longissimus dorsi et lumbarum 61,80 ± 10,16
Bicep femoris 53,53 ± 15,03
Sumber : Data Primer (2011)
Warna Daging indikator kesegaran daging. Pengamatan
warna daging pada penelitian ini mengacu
Hasil penelitian (Tabel 1)
pada standard warna daging menurut SNI
menunjukkan warna daging LD memiliki
3932:2008 yang memiliki angka skor dari
skor 6 (merah terang), sedangkan daging
satu sampai sembilan. Nilai skor warna
BF memiliki skor 7 (merah agak sedikit
ditentukan berdasarkan skor warna yang
gelap). Warna daging merupakan salah
paling sesuai dengan warna daging.
satu faktor penting dalam menentukan
kualitas daging secara fisik dan menjadi
4
Vol 10 No 1 MUTU FISIK DAN MIKROBIOLOGI
Standard warna daging mulai dari merah waktu kontak antara mioglobin dengan
muda sampai merah tua. oksigen berlangsung lama, maka akan
terjadi oksidasi membentuk ferric-
Menurut Soeparno et al. (2011) dan
metmyoglobin (MetMb), sehingga daging
Lawrie (2003) warna daging dipengaruhi
berwarna coklat dan tidak menarik
oleh beberapa faktor yaitu pakan, spesies,
(Aberle et al., 2001; Jeong et al., 2009).
bangsa, umur, jenis kelamin, stres (tingkat
aktivitas dan tipe otot), pH dan oksigen. Daya Mengikat Air (digambarkan
Penentuan warna daging berdasarkan dengan persentase air bebas)
konsentrasi mioglobin (tipe molekul Hasil penelitian menunjukkan nilai
mioglobin dan status kimia mioglobin) persentase air bebas pada otot Longissimus
kondisi fisik dan kimia serta komponen dorsi et lumbarum lebih tinggi yaitu 61,80%
lainnya dalam daging. Soeparno (2005) dibandingkan dengan otot Bicep femoris
menyatakan mioglobin mengalami yaitu 53,53%. Lawrie (2003) menyatakan
perubahan pada potongan daging yang otot dengan kandungan lemak yang lebih
berwarna gelap. Warna gelap pada tinggi cenderung akan mempunyai daya
potongan daging mempunyai pH mengikat air yang lebih tinggi dari pada
postmortem dan daya ikat air yang tinggi otot yang kurang berlemak karena lemak
serta memiliki tekstur yang lekat. Warna akan melonggarkan mikrostruktur dari
gelap pada daging berhubungan tidak serat otot sehingga memberikan ruangan
langsung dengan pH dan berhubungan yang cukup bagi protein untuk mengikat
erat dengan respirasi mitokondrial, air.
sehingga konsentrasi oksimioglobin merah
terang tetap rendah. Daya mengikat air (DMA) merupakan
kemampuan daging untuk mengikat air
Warna daging juga dipengaruhi oleh atau air yang ditambahkan selama ada
pigmen yaitu mioglobin. Jenis molekul pengaruh kekuatan dari luar, misalnya
dan status kimia mioglobin, serta kondisi pemotongan daging, pemanasan,
kimia dan fisik yang terdapat dalam penggilingan dan tekanan. Daya mengikat
daging berperan besar dalam menentukan air juga dipengaruhi oleh bangsa, proses
warna daging (Lawrie, 2003; Jeong et al.,
rigormortis, temperatur, kelembaban,
2009). Mioglobin sebagai salah satu dari pelayuan, tipe dan lokasi otot, fungsi otot,
protein sarkoplasmik terbentuk dari suatu pakan dan lemak intramuskuler
rantai polipeptida tunggal terikat di (Soeparno, 2005).
sekeliling groupheme yang membawa
oksigen. Group heme tersusun dari suatu Soeparno et al. (2011) menyatakan
atom Fe dan suatu cincin porfirin. DMA dipengaruhi oleh beberapa faktor
Perbedaan warna daging antar spesies yaitu :
disebabkan konsentrasi mioglobin, yang (1) pH turun, DMA turun hingga titik
akan meningkat seiring dengan isoelektrik protein. Apabila pH di atas
meningkatnya umur ternak (Soeparno, isoelektrik maka muatan (+) bebas,
2005). muatan (-) surplus sehingga terjadi
Warna daging yang disukai penolakan miofilamen yang akan
konsumen adalah merah cerah yang mengakibatkan terbentuknya ruang untuk
menunjukkan mutu daging. Perubahan molekul air dan meningkatkan DMA.
warna daging dipengaruhi oleh banyak Apabila pH di bawah isoelektrik karena
faktor. Daging yang terekspos dengan akses muatan (+) akan terjadi penolakan
udara (O2), mioglobin dan oksigen dalam miofilamen yang berakibat terbentuknya
daging akan bereaksi membentuk ferrous- ruang untuk molekul air dan
oxymioglobin (OxyMb) sehingga daging meningkatkan DMA.
akan berwarna merah cerah. Apabila
5
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan
6
Vol 10 No 1 MUTU FISIK DAN MIKROBIOLOGI
7
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan