You are on page 1of 8

Jurnal Peternakan Vol 10 No 1 Februari 2013 (1 - 8) ISSN 1829 – 8729

MUTU FISIK DAN MIKROBIOLOGI DAGING SAPI


ASAL RUMAH POTONG HEWAN (RPH) KOTA PEKANBARU
B. KUNTORO1, R. R. A. MAHESWARI2, dan H. NURAINI2
1Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau
2Fakultas Peternakan IPB Bogor

Email : mbenk.qhalish@gmail.com

ABSTRACT

Meat is a food from animal that have a high nutrient contents (water, protein, fat, vitamins and minerals). This food is
very perishable, because its has enough elements of good nutrition. The nutrient content of meat makes a very suitable
medium for the growth of microorganisms, especially bacteria. The presence of bacterial contamination in meat will impact
on the meat quality of physical and microbiological. This study aimed to determine the physical and microbiological quality of
beef carcass and meat from the slaughterhouse in Pekanbaru and compared with the Indonesian National Standard (INS) No.
3932: 2008 on carcass and meat quality of beef. The results showed that the pH of beef muscle Longissimus Dorsi et
lumbarum (LD) is at 5:37, while the Biceps Femoris (BF) is 5.56. Meat color values in LD muscle have a score of 6 (red
light), while the flesh BF has a score of 7 (red is a bit darker). While the value of the percentage of free water in LD muscle is
61.80% higher than the BF muscle is 53.53%. Microbiological analysis of the microbial contamination Total Plate Count
(TPC), Eschericia coli and Coliform in fresh meat from slaughterhouses inPekanbaru city is above the maximum threshold
according to INS 3932: 2008, but negative for Salmonella contamination. The conclusion of this study that physical (pH,
color, and percentage of free water) origin beef slaughterhouses in Pekanbaru city still has a good quality and are in the
normal range of fresh meat. But in terms of microbiological contamination, especially bacteria TPC, E. coli and coliform were
above standard.
Keywords : meat quality, microbiological, physical property

PENDAHULUAN populasi ternak ini selaras dengan


Latar Belakang program pemerintah untuk mencapai
swasembada daging pada tahun 2014.
Pemenuhan kebutuhan masyarakat Peningkatan populasi ternak ini tidak
akan sumber pangan hewani yang bergizi diikuti dengan peningkatan sarana dan
sangat perlu dilakukan. Peningkatan prasarana penunjang untuk proses
produksi dan kualitas produk hasil ternak penanganan dan penyembelihan ternak,
khususnya daging perlu dikembangkan sehingga untuk menghasilkan karkas dan
secara optimal serta dilakukan daging yang berkualitas masih
pengawasan jaminan mutu hasil ternak memerlukan perhatian khusus.
hingga sampai ke konsumen. Rerata
konsumsi daging per kapita di Indonesia Mutu karkas dan daging sangat
tergolong masih rendah, dengan kisaran dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
dari 0-50 kg/kapita/tahun. Hal ini tidak sarana dan prasarana tempat pemotongan
terlepas dari tingkat daya beli masyarakat (RPH), kondisi ternak sebelum disembelih,
yang masih rendah dan produktivitas alur proses penyembelihan dan
ternak yang belum optimal. penanganan karkas, proses pengangkutan
daging, proses penjualan sampai pada
Di Provinsi Riau, populasi ternak proses pengolahan. Daging merupakan
mengalami peningkatan dari jumlah bahan pangan yang bersifat mudah rusak
pemotongan ternak sapi pada tahun 2009 (perishable food), hal ini disebabkan karena
mencapai 41.732 ekor, sedangkan daging mengandung unsur zat gizi yang
produksi daging mencapai 7.639 ton cukup baik. Unsur utama daging adalah
dengan tingkat konsumsi daging sebesar air, protein, lemak, vitamin dan mineral.
4,1 kg/kapita/tahun (Badan Pusat Adanya kandungan gizi tersebut
Statistik Provinsi Riau 2010). Peningkatan mengakibatkan daging mudah rusak dan

1
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan

menjadi media yang sangat cocok bagi Indonesia (SNI) nomor 3932: 2008 tentang
pertumbuhan mikroorganisme terutama mutu karkas dan daging sapi.
bakteri. Adanya kontaminasi bakteri pada
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
daging akan berdampak pada penurunan
memberikan manfaat berupa informasi
mutu daging tersebut. Penurunan kualitas
mengenai gambaran kualitas daging sapi
daging yang paling mudah dideteksi
asal RPH Kota Pekanbaru ditinjau dari
adalah menganalisis sifat fisik daging.
kualitas fisik dan mikrobiologi daging.
Tanaka dan Wiradarya (2009)
MATERI DAN METODE
melaporkan bahwa Total Plate Count (TPC)
sampel daging sapi yang berasal dari RPH Penelitian ini dilaksanakan pada
Kota Pekanbaru dengan sampel daging bulan Mei – Agustus 2011 di RPH Kota
bagian dada adalah 4,8x105 CFU/g, Pekanbaru. Analisis sampel dilakukan di
sedangkan pada bagian punggung 5,1x105 Laboratorium Pasca Panen Fakultas
CFU/g. Handoko et al. (2012) juga Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA
melaporkan bahwa daging sapi yang Riau, Laboratorium Mikrobiologi UPT
disembelih di RPH Kota Pekanbaru Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang
mengandung cemaran bakteri Eschericia Disperindag Provinsi Riau.
coli dan Coliform melebihi ambang batas Materi
maksimum yang telah ditetapkan. Hasil
penelitian Kuntoro et al. (2007) Bahan yang digunakan adalah daging
menyatakan sampel daging sapi asal RPH sapi (otot bagian Longissimus dorsi et
Pekanbaru yang dijual dibeberapa pasar lumbarum/LD dan Bicef femoris/BF), asal
tradisional di Kota Pekanbaru RPH kota Pekanbaru. Bahan untuk analisis
mengandung cemaran bakteri (Total Plate mutu fisik daging meliputi larutan Buffer
Count, TPC) sebesar 7,5x105 CFU/g. pH 4 dan pH 7, dan aquades, untuk
Handoko et al. (2012) menyatakan bahwa analisis mikrobiologi adalah Plate Count
daging sapi siap distribusi di RPH Kota Agar (PCA), Buffered Pepton Water (BPW)
Pekanbaru tercemar oleh E. coli dan 0.1%, Brilliant Green Lactose Bile Agar
Coliform. Lebih lanjut Handoko dan (BGLBB), Lauryl Sulfate tryptose Broth
Kuntoro (2012) menyatakan terdeteksi (LSTB), Eschericia Coli Broth (ECB), Levine
kontaminasi bakteri Eschericia coli dan Eosine Methylene Blue Agar (L-EMBA),
Coliform pada daging sapi yang dijual di Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP),
pasar tradisional dan pasar modern di Kalium Cyanide Broth (KCB), Simmons
Kota Pekanbaru. Daging yang dijual di Citrate Agar (SCA), Reagen kovas, Reagen
pasar tradisional belum memenuhi voges-proskauer (VP), Baird-Parker Agar
persyaratan SNI 3932 tahun 2008 tentang (BPA), egg yolk tellurite emultion, Brain
mutu karkas dan daging sapi untuk Heart Infusion Broth (BHIB), Triple Sugar
parameter Eschericia coli dan Coliform, Agar (TSA), coagulase rabbit plasma dengan
sedangkan daging sapi yang dijual di ethylene diamine tetra acetate (EDTA).
pasar modern telah memenuhi Alat yang digunakan adalah cawan
persyaratan SNI 3932 tahun 2008 untuk Petri, pipet serologis, tabung reaksi,
parameter Eschericia coli, tetapi parameter tabung Durham, gelas ukur, Beaker glass,
Coliform belum memenuhi persyaratan Erlenmeyer, botol medium, inkubator,
SNI tersebut. Stomach, colony counter, penangas air, tube
Penelitian ini bertujuan untuk mixer, timbangan, standard warna daging,
mengetahui mutu fisik dan mikrobiologi clean banch, gunting, pinset, plastik steril,
daging sapi asal rumah potong hewan timbangan, cool box, rak tabung, gelas
(RPH) Kota Pekanbaru serta preparat, jarum inokulum diameter 3 mm,
membandingkan dengan Standar Nasional

2
Vol 10 No 1 MUTU FISIK DAN MIKROBIOLOGI

mortar, rotary evaporator, kertas saring, pH Peubah yang Diukur


meter dan carper press.
Peubah yang diamati adalah mutu
Metode fisik daging sapi (nilai pH, warna dan
persentase air bebas) dan uji mikrobiologis
Pengambilan sampel dilakukan secara
(total plate count/TPC, E. coli, Coliform dan
acak sederhana (simple random sampling)
Salmonella) pada daging sapi bagian otot
terhadap sejumlah pemilik ternak yang
LD dan BF.
melakukan pemotongan di RPH Kota
Pekanbaru. Lima pemilik ternak yang Analisis Data
melaksanakan pemotongan di RPH
Data hasil uji laboratorium dianalisis
diambil sebagai sampel. Masing-masing
secara statistik dengan pengujian nilai
pemilik ternak diambil tiga ekor ternaknya
rata-rata, kemudian tiap nilai pengujian
untuk dianalisis tingkat cemaran mikroba
dibandingkan dengan SNI tentang mutu
(TPC, E.coli. Coliform dan Salmonella).
fisik karkas dan daging serta cemaran
Sampel yang digunakan untuk analisis
mikrobiologis pada daging sapi.
cemaran mikroba pada daging berupa
jaringan otot Bicep femoris (BF) dan HASIL DAN PEMBAHASAN
Longissimus dorsi et lumbarum (LD), Mutu Fisik Daging Sapi
masing-masing sampel diambil sebanyak
250 gram. Pengambilan sampel dilakukan Mutu fisik daging sapi yang diukur
pada pukul 01.00-06.00 WIB. Sampel yang pada penelitian ini meliputi pH, warna
telah diperoleh sesegera mungkin dibawa dan daya mengikat air. Hasil analisis
ke laboratorium untuk diuji. Sampel mutu fisik daging disajikan pada Tabel 1.
daging sapi ditempatkan dalam plastik pH daging
steril dan dimasukkan ke dalam cool box
Hasil penelitian memperlihatkan pH
yang telah diberi es batu.
daging pada otot Longissimus dorsi et
Rancangan yang digunakan untuk lumbarum (LD) adalah 5,37, sedangkan
mengevaluasi penerapan SSOP dan pada otot Bicep femoris (BF) sebesar 5,56.
cemaran mikroba, adalah secara deskriptif Hasil penelitian menunjukkan nilai pH
yang bertujuan untuk membuat gambaran daging masih berada pada kisaran pH
secara sistematis serta hubungan yang daging normal. Soeparno et al. (2011)
diselidiki (Nazir, 2005). Penentuan jumlah menyatakan pH normal daging berkisar
sampel yang diperlukan diambil secara 5,3-5,9, tergantung dari laju glikolisis
acak dengan cara menghitung sampel postmortem serta cadangan glikogen dalam
berdasarkan rumus (Levy dan Lemeshow, otot. Feiner (2006) menyatakan nilai pH
1999): daging dan produk daging secara umum
berkisar antara 4,6-6,4.
Kondisi ternak sebelum dan sesaat
sebelum dilakukan pemotongan dapat
Keterangan : mempengaruhi kadar glikogen dalam otot.
N = Jumlah sampel yang diperlukan Kondisi ternak yang mengalami stres
N = Jumlah pemilik ternak yang sebelum pemotongan juga akan
dipotong di RPH berpengaruh terhadap ketersediaan
e = Nilai error sebesar 30% glikogen dalam otot dan akan
z = 1,96 dengan a = 0,05 berpengaruh terhadap tinggi atau
Py = Peluang jawaban 50% karena ada rendahnya nilai pH daging pascamati.
2 pilihan jawaban, yaitu ya (1) Soeparno et al. (2011) mengemukakan pH
dan tidak (0) lebih dipengaruhi oleh stres sebelum
pemotongan, pemberian injeksi hormon

3
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan

atau obat-obatan, spesies, individu ternak, 2. Nilai pH menurun sedikit sekali pada
jenis otot, stimulasi listrik, aktivitas enzim jam-jam pertama setelah pemotongan
dan terjadinya glikolisis. Aberle et al. dan tetap sampai mencapai pH akhir
(2001) berpendapat banyak atau sekitar 6,5-6,8. Sifat daging yang
sedikitnya glikogen berpengaruh terhadap dihasilkan berwarna gelap, keras dan
pH akhir daging, dan hal ini tergantung kering atau dikenal dengan daging
pada kondisi ternak sebelum pemotongan dark firm dry (DFD).
sehingga memberi dampak terhadap
Nilai pH menurun relatif cepat
karakteristik daging pascamati.
sampai berkisar 5,4-5,5 pada jam pertama
Suhu lingkungan (penyimpanan) setelah pemotongan dan mencapai pH
mempunyai hubungan yang erat dengan akhir sekitar 5,3-5,6. Sifat daging yang
penurunan pH karkas post-mortem. Suhu dihasilkan berwarna pucat, lembek dan
tinggi pada dasarnya meningkatkan laju berair atau dikenal dengan daging pale soft
penurunan pH, sedangkan temperatur excudative (PSE).
rendah menghambat laju penurunan pH
Nilai pH daging akan berubah setelah
(Soeparno, 2005). Nilai pH sangat penting
ternak dipotong. Perubahan pH
untuk diperhatikan karena pH dapat
tergantung pada jumlah glikogen sebelum
menunjukkan penyimpangan kualitas
ternak dipotong. Apabila jumlah glikogen
daging yang berkaitan dengan warna,
dalam tubuh ternak normal, maka
keempukan, cita rasa, daya mengikat air
menurut Aberle et al. (2001) akan
dan masa simpan (Lukman et al., 2007).
mendapatkan daging yang berkualitas
Aberle et al. (2001) menyatakan secara
baik dan begitu sebaliknya. Henckle et al.
umum laju penurunan pH daging dibagi
(2000) menambahkan penurunan nilai pH
menjadi 3 yaitu:
setelah hewan mati ditentukan oleh
1. Nilai pH menurun secara bertahap kondisi fisiologis otot yang berhubungan
dari 7,0 sampai berkisar 5,6–5,7 dalam dengan produksi asam laktat atau
waktu 6-8 jam setelah pemotongan dan kapasitas produksi energi otot dalam
mencapai pH akhir sekitar 5,3-5,7. Pola bentuk ATP.
penurunan seperti ini disebut pola
penurunan pH secara normal.
Tabel 1. Rerata mutu fisik daging sapi asal RPH Kota Pekanbaru
Peubah Jenis Otot Rerata
pH Daging Longissimus dorsi et lumbarum 5,37 ± 0,09
Bicep femoris 5,56 ± 0,08
Warna Daging Longissimus dorsi et lumbarum 5,90 ± 0,88
Bicep femoris 7,08 ± 0,98
% Air Bebas Longissimus dorsi et lumbarum 61,80 ± 10,16
Bicep femoris 53,53 ± 15,03
Sumber : Data Primer (2011)
Warna Daging indikator kesegaran daging. Pengamatan
warna daging pada penelitian ini mengacu
Hasil penelitian (Tabel 1)
pada standard warna daging menurut SNI
menunjukkan warna daging LD memiliki
3932:2008 yang memiliki angka skor dari
skor 6 (merah terang), sedangkan daging
satu sampai sembilan. Nilai skor warna
BF memiliki skor 7 (merah agak sedikit
ditentukan berdasarkan skor warna yang
gelap). Warna daging merupakan salah
paling sesuai dengan warna daging.
satu faktor penting dalam menentukan
kualitas daging secara fisik dan menjadi

4
Vol 10 No 1 MUTU FISIK DAN MIKROBIOLOGI

Standard warna daging mulai dari merah waktu kontak antara mioglobin dengan
muda sampai merah tua. oksigen berlangsung lama, maka akan
terjadi oksidasi membentuk ferric-
Menurut Soeparno et al. (2011) dan
metmyoglobin (MetMb), sehingga daging
Lawrie (2003) warna daging dipengaruhi
berwarna coklat dan tidak menarik
oleh beberapa faktor yaitu pakan, spesies,
(Aberle et al., 2001; Jeong et al., 2009).
bangsa, umur, jenis kelamin, stres (tingkat
aktivitas dan tipe otot), pH dan oksigen. Daya Mengikat Air (digambarkan
Penentuan warna daging berdasarkan dengan persentase air bebas)
konsentrasi mioglobin (tipe molekul Hasil penelitian menunjukkan nilai
mioglobin dan status kimia mioglobin) persentase air bebas pada otot Longissimus
kondisi fisik dan kimia serta komponen dorsi et lumbarum lebih tinggi yaitu 61,80%
lainnya dalam daging. Soeparno (2005) dibandingkan dengan otot Bicep femoris
menyatakan mioglobin mengalami yaitu 53,53%. Lawrie (2003) menyatakan
perubahan pada potongan daging yang otot dengan kandungan lemak yang lebih
berwarna gelap. Warna gelap pada tinggi cenderung akan mempunyai daya
potongan daging mempunyai pH mengikat air yang lebih tinggi dari pada
postmortem dan daya ikat air yang tinggi otot yang kurang berlemak karena lemak
serta memiliki tekstur yang lekat. Warna akan melonggarkan mikrostruktur dari
gelap pada daging berhubungan tidak serat otot sehingga memberikan ruangan
langsung dengan pH dan berhubungan yang cukup bagi protein untuk mengikat
erat dengan respirasi mitokondrial, air.
sehingga konsentrasi oksimioglobin merah
terang tetap rendah. Daya mengikat air (DMA) merupakan
kemampuan daging untuk mengikat air
Warna daging juga dipengaruhi oleh atau air yang ditambahkan selama ada
pigmen yaitu mioglobin. Jenis molekul pengaruh kekuatan dari luar, misalnya
dan status kimia mioglobin, serta kondisi pemotongan daging, pemanasan,
kimia dan fisik yang terdapat dalam penggilingan dan tekanan. Daya mengikat
daging berperan besar dalam menentukan air juga dipengaruhi oleh bangsa, proses
warna daging (Lawrie, 2003; Jeong et al.,
rigormortis, temperatur, kelembaban,
2009). Mioglobin sebagai salah satu dari pelayuan, tipe dan lokasi otot, fungsi otot,
protein sarkoplasmik terbentuk dari suatu pakan dan lemak intramuskuler
rantai polipeptida tunggal terikat di (Soeparno, 2005).
sekeliling groupheme yang membawa
oksigen. Group heme tersusun dari suatu Soeparno et al. (2011) menyatakan
atom Fe dan suatu cincin porfirin. DMA dipengaruhi oleh beberapa faktor
Perbedaan warna daging antar spesies yaitu :
disebabkan konsentrasi mioglobin, yang (1) pH turun, DMA turun hingga titik
akan meningkat seiring dengan isoelektrik protein. Apabila pH di atas
meningkatnya umur ternak (Soeparno, isoelektrik maka muatan (+) bebas,
2005). muatan (-) surplus sehingga terjadi
Warna daging yang disukai penolakan miofilamen yang akan
konsumen adalah merah cerah yang mengakibatkan terbentuknya ruang untuk
menunjukkan mutu daging. Perubahan molekul air dan meningkatkan DMA.
warna daging dipengaruhi oleh banyak Apabila pH di bawah isoelektrik karena
faktor. Daging yang terekspos dengan akses muatan (+) akan terjadi penolakan
udara (O2), mioglobin dan oksigen dalam miofilamen yang berakibat terbentuknya
daging akan bereaksi membentuk ferrous- ruang untuk molekul air dan
oxymioglobin (OxyMb) sehingga daging meningkatkan DMA.
akan berwarna merah cerah. Apabila

5
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan

(2) periode pembentukan asam laktat Cemaran Mikrobiologis pada Daging


menyebabkan DMA menurun. Sapi
(3) terbentuknya miofilamen aktin-miosin, Cemaran mikrobiologi pada daging
yang berhubungan dengan proses sapi yang dipotong di RPH Kota
rigormortis yang dapat menurunkan Pekanbaru meliputi analisis cemaran
DMA. jumlah TPC, E. coli, Coliform dan
Salmonella. Hasil analisis cemaran bakteri
(4) pelayuan yang menyebabkan DMA
pada daging sapi disajikan pada Tabel 2.
meningkat (air protein) karena absorbsi K+
dan pembebasan Ca++, atau perubahan Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
struktur Z dan ban I. cemaran mikroba TPC, E.coli dan Coliform
pada daging segar yang diperoleh dari
(5) pemasakan akan menyebabkan
RPH kota Pekanbaru berada di atas
solubilitas protein sehingga DMA
ambang batas maksimum menurut SNI
menurun dan gugus asidik hilang yang
3932:2008, tetapi negatif untuk cemaran
mengakibatkan nilai pH naik.
Salmonella. Menurut SNI 3932:2008 batas
(6) spesies, umur dan fungsi otot dapat maksimum cemaran mikrobiologis pada
menyebabkan DMA berbeda antara otot. daging sapi terhadap kontaminasi TPC, E.
coli, Coliform dan Salmonella berturut-turut
(7) faktor pakan, transportasi, temperatur,
kelembaban, penyimpanan dan preservasi, adalah 1 x 106 CFU/g, 1 x 101 CFU/g, 1 x
jenis kelamin, kesehatan, perlakuan 102 CFU/g dan negatif. Hal tersebut
sebelum dan sesudah pemotongan dan membuktikan daging sapi segar telah
lemak intramuscular dapat juga terkontaminasi bakteri dimulai dari proses
mempengaruhi DMA. pemotongan sampai dihasilkan
karkas/daging di RPH. Selain itu, kualitas
Perbedaan DMA daging di antara otot air yang digunakan untuk proses produksi
atau pada otot yang sama, serta perbedaan di RPH juga berada di atas ambang batas
DMA pada fungsi dan gerakan otot maksimum kecuali cemaran Salmonella
berhubungan dengan jumlah glikogen otot menurut SNI 01-3553-2006 yang
setelah pemotongan. Daging steak dari mensyaratkan bahwa batas maksimum
bagian anterior otot Longissimus dorsiet cemaran bakteri TPC, E. coli, Coliform dan
lumbarum sapi cenderung mempunyai Salmonella berturut-turut adalah
DMA daging yang lebih tinggi daripada maksimum 1 x 105 CFU/ml, < 2 MPN/ml,
steak dari bagian posterior. Perbedaan < 2 MPN/ml dan negatif.
DMA daging dalam otot disebabkan
perbedaan pH ultimat pascamerta atau Indikator kontaminasi awal pada
perbedaan panjang sarkomer dan jumlah daging sapi segar salah satunya dapat
dilihat dari jumlah TPC dan E. coli, karena
serabut otot serta kandungan lemak
intermuskular yang berbeda. Daging bakteri tersebut terdapat secara alami
dengan kandungan lemak intramuskular pada daging sapi segar dan dapat
yang lebih tinggi, dapat mempunyai menimbulkan penyakit apabila
DMA yang lebih tinggi, karena keberadaanya berada di atas ambang batas
lemak intramuskular melonggarkan yang diperbolehkan. Kontaminasi pada
mikrostruktur daging dan memberikan daging berasal dari mikroorganisme yang
ruang yang lebih besar bagi protein untuk memasuki peredaran darah pada saat
mengikat molekul air (Hamm, 1975; penyembelihan, apalagi peralatan yang
Gregory dan Grandin 1998 dalam digunakan tidak bersih. Setelah proses
Soeparno, 2011). penyembelihan, kontaminasi selanjutnya
dapat terjadi pada saat pengulitan,
pengeluaran jeroan, pembelahan karkas,
pencucian karkas/ daging, pendinginan,

6
Vol 10 No 1 MUTU FISIK DAN MIKROBIOLOGI

pembekuan, proses thawing, preservasi, pengolahan bahkan sesaat sebelum


pengemasan, penyimpanan, distribusi, dikonsumsi.
Tabel 2. Jumlah cemaran bakteri pada daging sapi dan sampel air asal RPH Kota Pekanbaru
TPC E. Coli Coliform Salmonella
Sampel BF LD BF LD BF LD BF LD
---------(CFU/g)-------- -------------------(MPN/g)------------
Daging 1 6,5 x 106 2,0 x 106 >1100 11 >1100 >1100 negatif negatif
Daging 2 3,9 x 10 6 1,5 x 106 35 1100 >1100 >1100 negatif negatif
Daging 3 4,5 x 10 7 2,0 x 107 35 120 >1100 >1100 negatif negatif
Daging 4 9,0 x 106 1,8 x 106 150 35 >1100 >1100 negatif negatif
Daging 5 2,5 x 106 1,0 x 106 94 36 >1100 >1100 negatif negatif
--------(CFU/g)--------- -------------------(MPN/g)------------
Air 1 1,2 x 107 <3 <3 Negatif
Air 2 4,7 x 108 7 >2400 Negatif
Sumber : Data Primer (2011)
Tingginya tingkat kontaminasi TPC, Selain faktor-faktor di atas, tingginya
E. coli dan Coliform menandakan RPH kota tingkat kontaminasi pada karkas/daging
Pekanbaru belum menerapkan sistem sapi di RPH Kota Pekanbaru disebabkan
sanitasi dan higiene yang baik selama karena belum diterapkannya sistem
proses produksi karkas/daging. Hasil sanitasi ruangan yang baik, peralatan, dan
pengamatan menunjukkan tingginya higienis personal yang melaksanakan
tingkat kontaminasi karkas/daging di proses produksi di RPH. Tingginya
RPH kota Pekanbaru disebabkan oleh tingkat kontaminasi tempat, peralatan dan
beberapa hal antara lain: (1) tidak higienis personal dapat menjadi sumber
tersedianya tempat cuci tangan yang kontaminasi silang yang mempengaruhi
dengan fasilitas lengkap serta air kualitas produk akhir. Menurut Lukman
pembuangan yang dapat mengalir ke (2009) personal hygiene merupakan suatu
saluran pembuangan, (2) ruang bersih dan tahapan dasar yang harus dilaksanakan
ruang kotor yang tidak terpisah secara untuk menjamin produksi pangan yang
jelas sehingga kontaminasi silang sangat aman. Personal hygiene mengacu pada
mungkin terjadi, (3) kondisi ruang utama kebersihan tubuh perseorangan dan
RPH dan peralatan yang digunakan tidak merupakan hal yang berperan penting
berada dalam kondisi bersih dan tidak dalam proses sanitasi pangan. Menurut
didisinfektan setelah digunakan, (4) Komariah et al. (1996) semua hal yang
sebagian besar para pekerja tidak kontak langsung dengan daging seperti
menerapkan sanitasi dan higiene, hal ini meja, peralatan, penjual dan lingkungan
terbukti dengan tidak adanya pakaian dapat menjadi sumber kontaminasi.
khusus dan tertutup, tidak menggunakan
KESIMPULAN
sepatu bot, sarung tangan, masker dan
penutup kepala, (5) kualitas air yang Berdasarkan hasil penelitian dapat
digunakan untuk mencuci peralatan, cuci disimpulkan secara fisik (pH, warna dan
tangan, mencuci karkas/daging tidak persentase air bebas) daging sapi asal RPH
memenuhi persyaratan sebagai air bersih, kota Pekanbaru masih memiliki kualitas
(6) peralatan penunjang yang digunakan baik dan berada pada kisaran normal
tidak bersih, (7) rendahnya pengawasan daging segar, tetapi dilihat dari segi
dan kesadaran karyawan akan pentingnya cemaran mikrobiologis terutama bakteri
penerapan sanitasi di RPH serta (8) tidak TPC, E. coli, dan Coliform berada di atas
tersedianya fasilitas pengangkut standard yang ditetapkan berdasarkan
karkas/daging yang memadai. SNI 3932:2008 tentang mutu karkas dan
daging sapi.

7
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan

DAFTAR PUSTAKA Handoko, J. dan B. Kuntoro. 2012. Identifikasi


Bakteri Eschericia coli dan Coliform pada
Aberle, E.D., J.C. Forrest, D.E. Gerrard and
Daging Sapi yang di Jual di Pasar
E.W. Mills. 2001. Principles of Meat
Tradisional dan Pasar Modern. Laporan
Science. 4th edition. Kendal/Hunt
Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian dan
Publishing Company.
Peternakan UIN Suska Riau. Pekanbaru.
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. 2010. Riau
Jeong, J.Y. et al. 2009. Discoloration
dalam Angka 2010. Riau.
characteristic of 3 major muscle from
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. cattle during cold storage. J Food Sci. 74(1)
[SNI] Standar Nasional Indonesia Nomor : 1-5.
3932:2008. Tentang mutu karkas dan
Komariah, H. Nuraini, R.R.A. Maheswari.
daging sapi. Jakarta.
1996. Uji mikrobiologis terhadap daging
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. dan susu segar yang beredar dipasaran.
[SNI] Standar Nasional Indonesia Nomor Media Peternakan (20). Bogor.
2897:2008. Tentang metode pengujian
Kuntoro, B., I. Mirdhayati dan T. Adelina.
cemaran mikroba dalam daging, telur dan
2007. Penggunaan ekstrak daun katuk
susu serta hasil olahannya. Jakarta.
(Sauropus androgunus L.Merr) sebagai
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1999. bahan pengawet alami daging sapi segar.
[SNI] Standar Nasional Indonesia Nomor J. Peternakan. 4(1) : 6-12.
01-6159-1999. Tentang Rumah
Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. Parakkasi A:
Pemotongan Hewan. Jakarta.
penerjemah. UI Press. Jakarta. Terjemahan
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. dari: Meat Science
Wootton. 2009. Ilmu Pangan. Hari
Levy, P.S., and S. Lemeshow. 1999. Sampling
Purnomo dan Adiono : Penerjemah.
of Population. 3rd Edition. John Wiley and
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Sons Inc. Kanada.
Terjemahan dari: Food Science.
Lukman, D.W. et al. 2009. Higiene Pangan.
Departeman Pertanian. 2010. Pedoman Teknis
Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Kegiatan Penataan Rumah Potong Hewan
Pertanian Bogor. Bogor.
(RPH). Direktorat Kesmavet. Dirjen
Peternakan. Jakarta. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia. Bogor.
Feiner, G. 2006. Meat Products Handbook,
Practical Science and Technology. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging.
Woodhead Publishing Limited. Gadjah Mada University Press.
Cambridge. Yogyakarta.
Gregory, N.G. and T. Grandin. 1998. Animal Tanaka, A.B., dan T.R. Wiradarya. 2009.
Welfare and Meat Science. CABI Analisis kimiawi, organoleptik dan total
Publishing. New York. koloni bakteri daging sapi PO di Rumah
Potong Hewan Kota Pekanbaru dan di
Hamm, R. 1975. Water-holding capacity of
Pasar Cik Puan Pekanbaru. Skripsi.
meat. Didalam: Meat. Editor DJA Cole
Fakultas Pertanian dan Peternakan. UIN
dan RA Lawrie. Butterworth. London. Hal
Suska Riau. Pekanbaru.
321-328.
Handoko, J., W.N.H. Zain, B. Kuntoro dan E.
Purnamasari. 2012. Cemaran Eschericia coli
dan Coliform terhadap Daging Sapi Siap
Distribusi di Rumah Pemotongan Hewan
Kota Pekanbaru. Prosiding Seminar
Nasional dan Rapat Tahunan. BKS-PTN
Wilayah Barat. USU Press. Medan.

You might also like