You are on page 1of 5

PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN TUNTAS GIZI BURUK (RESTU IBU)

DI KABUPATEN NGAWI
(Studi Tentang Pelaksanaan Peraturan Bupati Nomor. 8 Tahun 2013
Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Penanganan Gizi Buruk)

Viska Widiatmadita Wijanarko, Sjamsiar Sjamsuddin, Hermawan


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: vwidiatmadita@gmail.com

Abstract: Implementation of Gerakan Tuntas Gizi Buruk (Restu Ibu) In Kabupaten Ngawi
(Study Of Implementation Regulation Of Ngawi Regent Nomor. 8 Of 2013 About The General
Manual Of Treatment Against Nutrient Deficiency. The commitment of the government of Ngawi
District to deal with nutrient problem in Kabupaten Ngawi in 2013 through Program Gerakan
Tuntas Gizi Buruk or abbreviated as Restu Ibu be based on The Regulation of Ngawi Regent
Nomor. 8 of 2013 about The General Manual of Treatment against Nutrient Deficiency. The
government of Kabupaten Ngawi maximizes the implementation of gerakan tuntas gizi buruk
(Restu Ibu) to deal with nutrient deficiency by constructing the installation of child-based nutrient
improvement at RSUD dr. Soeroto Ngawi in cooperation with Satuan Perangkat Kerja Daerah
(SKPD). Research method is descriptive analysis with qualitative approach. The analysis model is
Miles and Huberman’s qualitative study. Result of research indicates that the implementation of
program gerakan tuntas gizi buruk (Restu Ibu) consists of the treatment over toddlers with nutrient
deficiency and underweight cases and the improvement of nutrient status of toodlers based on
General Allocation Fund (DAU) from District Budget in 2013. The program malnutrition (Restu
Ibu) takes account two factors which are supporting and constraining factors involving satuan
perangkat kerja daerah (SKPD) and other side.

Keyword : The Implementation of Program, Malnutrition, Kabupaten Ngawi.

Abstrak: Pelaksanaan Program Gerakan Tuntas Gizi Buruk (Restu Ibu) Di Kabupaten
Ngawi (Studi Tentang Pelaksanaan Peraturan Bupati Nomor. 8 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Penangan Gizi Buruk). Komitmen Pemerintah Kabupaten
Ngawi untuk menuntaskan masalah gizi buruk pada tahun 2013 dilakukan melalui program
gerakan tuntas gizi buruk (Restu Ibu) yang berlandaskan pada Peraturan Bupati Nomor. 8 Tahun
2013 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Penanganan Gizi Buruk). Untuk memaksimalkan
pelaksanaan program gerakan tuntas gizi buruk (Restu Ibu) Pemerintah Kabupaten Ngawi
menyiapkan instalasi perbaikan gizi ramah anak di RSUD dr. Soeroto Ngawi dan Kerjasama
dengan SKPD terkait. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan analisis
data Miles Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan gerakan tuntas gizi buruk
terdapat tahapan perawatan balita gizi buruk dan balita sangat kurus serta adanya bantuan untuk
peningkatan status gizi balita yang menggunakan dana alokasi umum (DAU) Kabupaten 2013.
Selain itu dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat
yang melibatkan SKPD dan pihak-pihak terkait.

Kata kunci: pelaksanan program, penanganan gizi buruk, Kabupaten Ngawi

Pendahuluan oleh karena itu kesehatan merupakan kebutuhan


Modal utama dalam membangun sumber yang mendasar bagi setiap individu masyarakat
daya manusia di suatu negara adalah kesehatan. yang harus dipenuhi oleh bangsa dan negara”
Sumber daya manusia bergantung pada gizi yang (2010, h.68). Secara langsung maupun tidak
dimiliki oleh setiap individu, jika gizi yang langsung gizi buruk dapat menurunkan
dimilikinya baik tentu dapat menghasilkan kemampuan anak, terhambatnya pertumbuhan
sumber daya manusia yang baik pula. Seperti dan perkembangan anak serta menurunkan
yang dikatakan Krisnasari, “Gizi buruk dapat produktivitas. Sebelum lima tahun, otak anak
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, mengalami perkembangan pesat, masa-masa itu

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 546-549 | 546


biasa disebut golden period. Apabila pada masa Ngawi dan faktor pendukung dan penghambat
tersebut, anak sudah mengalami kekurangan gizi pelaksanaan program gerakan tuntas gizi buruk
atau gizi buruk berkepanjangan maka dampak (Restu Ibu) di Kabupaten Ngawi. Tujuan
yang akan ditimbulkan sangat besar, anak penelitian adalah untuk mendeskripsikan dan
tersebut tidak dapat tumbuh secara normal. menganlisa pelaksanaan program gerakan tuntas
Tidak ada organisasi yang wewenangnya gizi buruk (Restu Ibu) di Kabupaten Ngawi, dan
mencakup seluruh kebutuhan masyarakat kecuali faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
negara. Menurut Budiardjo (2008, h.47), program gerakan tuntas gizi buruk (Restu Ibu) di
menyatakan bahwa negara adalah organisasi Kabupaten Ngawi.
yang dalam suatu teritorial tertentu dapat
memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap Tinjauan Pustaka
semua golongan kekuasaan lainnya dan dapat 1. Implementasi Kebijakan
menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan Menurut Wahab (1991, h.67), implementasi
bersama melalui kebijakan-kebijakan yang kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses
dibuat dan disepakati. Oleh karena itu sudah melaksanakan keputusan kebijaksanaan (bia-
sepantasnya negara memiliki peran yang besar sanya dalam bentuk UU, peraturan pemerintah,
untuk menangani salah satu penyakit yang dapat keputusan peradilan, perintah eksekutif atau
menyebabkan kematian melalui suatu program. dekrit presiden). Menurut Wahab (1991, h.110)
Berdasarkan hasil pendataan Komisi mengemukakan untuk mengimplementasikan
Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) pada kebijaksanaan dapat digunakan beberapa
akhir tahun 2012, Indonesia berada pada pendekatan, yaitu:
peringkat nomor lima di dunia untuk angka balita a. Pendekatan Struktural (Struktur Approach)
kekurangan gizi dan delapan juta lebih balita Struktur organisasi tertentu hanya cocok
Indonesia mengalami gizi buruk. Pada tahun pada tipe tugas dan lingkungan tertentu
2013 di Jawa Timur tercatat ada sekitar 25.000 pola. Terdapat perbedaan-perbedaan
balita mengalami gizi buruk. Gizi buruk karakteristik antara organisasi satu dengan
merupakan salah satu masalah gizi yang utama yang lain.
bahkan dianggap sebagai mimpi buruk yang b. Pendekatan Prosedural dan Manajerial
sampai saat ini belum berakhir termasuk di (Procedural and Managerial Approach)
Kabupaten Ngawi. Pendekatan ini mengalami tahap-tahap
Pemerintah Daerah melalui Dinas berupa perencanaan jaringan kerja sampai
Kesehatan Kabupaten Ngawi melaksanakan dengan pengawasan. Pendekatan ini
program gerakan tuntas gizi buruk (Restu Ibu) memungkinkan untuk memberikan secara
sehingga balita gizi buruk yang ada dapat tepat jangka waktu penyesuain tiap-tiap
diberikan penanganan agar status gizinya dapat tugas, dengan jalan memonitor setiap
meningkat menjadi lebih baik. Pada tahun 2012 peluang waktu yang ada bagi penyesuaian
telah dilakukan intervensi melalui pos gizi di 13 tugas dalam jaringan kerja.
kecamatan dari pelaksanaan pos gizi tersebut c. Pendekatan Keperilakuan (Behavioral
keberhasilan dan upaya untuk meningkatkan Approach)
berat badan balita sebesar 63,76 %. Pada tahun Suatu pendekatan yang lebih memusatkan
2013 di Kabupaten Ngawi terdapat 420 balita pada sifat-sifat perilaku masyarakat
yang menjadi sasaran program Restu Ibu, terhadap suatu kebijaksanaan yang
landasan hukum yang digunakan yaitu Peraturan seringkali terjadi penolakan.
Bupati Nomor. 8 Tahun 2013 tentang Pedoman d. Pendekatan Politik (Political Approach)
Umum Pelaksanaan Penanganan Gizi Buruk. Keberhasilan dari suatu kebijaksanaan pada
Dalam melakukan penanganan masalah gizi akhirnya akan tergantung pada kesediaan
buruk terhadap anak diperlukan kesiapan bagi dan kemampuan kelompok-kelompok
pemerintah daerah yang meliputi fasilitas dan berpengaruh untuk memaksakan
tenaga kesehatan yang memadai, partisipasi kehendaknya, dengan kata lain pendekatan
semua pihak (pemerintah maupun swasta, serta ini mengacu kepada pola-pola kekuasaan
keterlibatan masyarakat). dan pengaruhnya di lingkungan organisasi.
Menurut Arnelia (2011, h.111), melalui
kerjasama yang baik dan partisipasi aktif dari 2. Pengertian Program
masyarakat diharapkan penanganan pada pasien Menurut Jones (1996, h.295),
anak gizi buruk dapat ditangani dengan cepat dan mengungkapkan bahwa program adalah cara
tepat. Untuk itu penulis merumuskan masalah yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa
bagaimanakah pelaksanaan program gerakan karakteristik tertentu yang dapat membantu
tuntas gizi buruk (Restu Ibu) di Kabupaten

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 546-549 | 546


sesorang untuk mengidentifikasikan suatu masyarakat mampu menjalankan peranan
aktivitas sebagai program atau tidak, yaitu: dan tugas-tugas kehidupannya.
a. Program cenderung membutuhkan staff, e. Pemeliharaan
misalnya untuk melaksanakan atau sebagai Memelihara kondisi yang kondusif agar
pelaku program. tetap terjadi keseimbangan distribusi
b. Program biasanya memiliki anggaran kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
tersendiri, program biasanya juga masyarakat.
diidentifikasikan melalui anggaran.
c. Program memiliki identitas sendiri, yang Metode Penelitian
bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
publik. kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yang
Program terbaik di dunia adalah program menjadi fokus penelitian adalah:
yang didasarkan pada model teoritis yang jelas. 1. Pelaksanaan program gerakan tuntas gizi
Sebelum menentukan masalah sosial yang ingin buruk (Restu Ibu) di Kabupaten Ngawi.
diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka a. Tahap perawatan balita gizi buruk dan
sebelumnya harus ada pemikiran yang serius sangat kurus
terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu b. Bantuan untuk peningkatan status gizi
terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik. balita gizi buruk
2. Faktor pendukung dan penghambat
3. Gizi Buruk pelaksanaan program gerakan tuntas gizi
Gizi buruk memiliki pengaruh dalam buruk (Restu Ibu) di Kabupaten Ngawi.
jangka waktu yang panjang, karena dapat Lokasi Penelitian di Kabupaten Ngawi dan
mempengaruhi kualitas SDM seseorang. situs penelitian pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Menurut PERSAGI (2009, h.75), Gizi buruk Ngawi. Sumber data diperoleh melalui data
adalah kondisi kurang gizi dalam tingkat berat primer dan data sekunder. Pengumpulan data
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan dilakukan melalui Observasi, Wawancara dan
protein dari makanan sehari-hari dan terjadi Dokumentasi. Instrumen Penelitian ada peneliti
dalam waktu yang waktu cukup lama. sendiri, pedoman wawancara dan perangkat
penunjang. Analisis data menggunakan Miles
4. Strategi dan Pendekatan Pemberdayaan dan Huberman yang diterjemahkan oleh Rohidi
Masyarakat (1992, h.20). Analisis model interaktif melalui 4
Menurut Suhendra (2006, h.77), tahap yakni pengumpulan data, reduksi data,
pemberdayaan masyarakat adalah upaya gerakan penyajian data dan menarik kesimpulan atau
terus menerus untuk menghasilkan suatu verifikasi.
kemandirian (self propelled development).
Menurut Suharto (2005, h.67), mengungkapkan Pembahasan
pendekatan pemberdayaan dapat disingkat 1. Pelaksanaan program gerakan tuntas gizi
menjadi 5P, yaitu: buruk (Restu Ibu) di Kabupaten Ngawi
a. Pemungkinan a. Tahap perawatan balita gizi buruk dan
Menciptakan suasana atau iklim yang sangat kurus
memungkinkan potensi masyarakat Program Restu Ibu dibuat untuk menangani
berkembang secara optimal. gizi buruk balita, yang memiliki beberapa
b. Penguatan gerakan dan tertuang dalam Keputusan Bupati
Memperkuat pengetahuan dan kemampuan Nomor. 8 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum
yang dimiliki masyarakat dalam Pelaksanaan Penanganan Gizi Buruk, namun
memecahkan masalah dan memenuhi oleh peneliti dikelompokkan agar lebih
kebutuhan-kebutuhannya. terkoordinir ketika penelitian. Sesuai dengan
c. Perlindungan yang diungkapkan Wahab (1991, h.67),
Melindungi masyarakat terutama implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai
kelompok-kelompok lemah agar tidak suatu proses melaksanakan keputusan
tertindas oleh kelompok yang kuat, kebijaksanaan (biasanya dalam bentuk UU,
menghindari terjadinya persaingan yang peraturan pemerintah, keputusan peradilan,
tidak seimbang dan mencegah terjadinya perintah eksekutif atau dekrit presiden). Pada
eksploitasi kelompok yang kuat terhadap tahap perawatan balita gizi buruk dan sangat
kelompok yang lemah. kurus terdapat lima gerakan didalamnnya, yaitu:
d. Penyokongan 1. Tahap perawatan balita gizi buruk dan
Memberikan bimbingan dan dukungan agar sangat kurus

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 546-549 | 547


Balita yang sudah terdaftar mendapat b. Bantuan untuk peningkatan status gizi
penanganan, ruang khusus di RSUD dr. balita gizi buruk
Soeroto dan bagi balita gizi buruk yang Pada pelaksanaan program gerakan tuntas
memiliki penyakit penyerta diberikan gizi buruk (Restu Ibu), Dinas Kesehatan
penanganan di TFC (Therapeutic Feeding bekerjasama dengan dinas-dinas terkait serta
Centre) lama perawatan selama 12 hari. masyarakat guna mendukung berjalannya
2. Pemulihan balita gizi buruk dan sangat program ini dengan baik, kerjasama yang
kurus paska perawatan dilakukan dikemas melalui gerakan yanga da di
Upaya pemulihan dan tindakan lanjut bagi program Restu Ibu, yaitu:
balita gizi buruk dan sangat kurus paska 1. Program bantuan keuangan desa untuk
perawatan di RSUD dr. Soeroto dan peningkatan pengadaan induk ayam buras
Puskesmas selain itu juga untuk petelur kepada keluarga balita gizi buruk.
meningkatkan status gizinya. Dengan Hal ini bertujuan untuk membantu
metode Pemberian Makanan Tambahan menunjang gizi utama harian balita, agar
(PMT). PMT yang diberikan ada empat tetap terjaga dengan membudidayakan
jenis yaitu Entrakid, Vineral, Susu ayam di pekarang rumah balita gizi buruk.
Lactogen dan Biskuit Sun. Pelaksananya 2. Program orang tua asuh balita kurang gizi.
berasal dari orang tua kandung atau Bertujuan untuk membantu memantau
pengasuh balita yang didampingi kader status gizi balita agar dapat mencapai status
posyandu atau pos gizi atau PKK yang gizi yang diingin dengan memberikan
dibimbing langsung oleh petugas kesehatan. dukungan baik secara moril atau finansial.
3. Revitalisasi posyandu dan surveilence 3. Program peningkatan ketahanan pangan
berbasis masyarakat Kegiatannya dengan membagikan bibit
Merupakan upaya pemenuhan kesehatan sayuran siap buah yang digunakan untuk
dasar balita, peningkatan status gizi menunjang asupan makan harian balita gizi
berbasis masyarakat, pemantauan dan buruk agar tetap terjaga.
pelacakan kasus gizi oleh masyarakat.
Disini masyarakat dilibatkan dengan 2. Faktor pendukung dan penghambat
melakukan pertemuan setiap bulannya yang pelaksanaan program gerakan tuntas gizi
biasanya dengan memberikan arahan buruk (Restu Ibu) di Kabupaten Ngawi
tentang gizi yang baik bagi balita. Selain itu Pada pelaksanaan program Restu Ibu dalam
masyarakat juga dapat bertukar informasi menangani gizi buruk di Kabupaten Ngawi
tentang gizi balitanya. Pada gerakan ini terdapat faktor pendukung, yaitu adanya
pendekatan melalui penguatan diberikan komitmen kebijakan dan tanggung jawab
yaitu dengan memberikan informasi pada pemerintah daerah. Selain faktor pendukung,
orang tua dan masyarakat di setiap juga terdapat faktor penghambat dalam
kecamatan yang ada di Kabupaten Ngawi. pelaksanaan gerakan tuntas gizi buruk (Restu
4. Pendampingan balita-balita gizi buruk Ibu) di Kabupaten Ngawi, yaitu berpindahnya
Merupakan upaya yang dilakukan untuk tempat tinggal balita gizi buruk yang menjadi
memantau perkembangan status gizi dan sasaran yang dapat menyulitkan atau
status kesehatan balita, dalam mengatasi memutuskan pemantauan yang telah dilakukan
kendala yang berkaitan dengan Pemberian dan adanya kasus baru yang muncul setiap saat.
Makanan Tambahan (PMT) pemulihan.
Yang dilakukan para kader posyandu, PKK, Kesimpulan
orang tua asuh balita gizi buruk dan tenaga Pelaksanaan program gerakan tuntas gizi
kesehatan. buruk (Restu Ibu) di Kabupaten Ngawi ini
5. Pos gizi berpedoman pada Keputusan Bupati Nomor. 8
Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan Tahun 2013 tentang Pedoman Umum
dan ketrampilan orang tua asuh atau Pelaksanaan Penanganan Gizi Buruk sehingga
pengasuh balita dalam hal pola asuh gizi, pada saat pelaksanaan memiliki tujuan dan hasil
perilaku hidup bersih dan sehat serta untuk pasti, untuk mewujudkannya melalui intervensi
meningkatkan kepedulian masyarakat yang ada dalam program gerakan tuntas gizi
terhadap gizi buruk di wilayahnya. Pos gizi buruk (Restu Ibu) bagi balita gizi buruk di
pada tahun 2012 terdapat di 13 kecamatan Kabupaten Ngawi. Faktor pendukungnya yaitu
dan bertambah pada tahun 2013 menjadi 19 adanya komitmen kebijakan dan tanggung jawab
kecamatan. pemerintah daerah sedangkan faktor
penghambatnya yaitu berpindahnya tempat
tinggal balita gizi buruk yang menjadi sasaran

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 546-549 | 548


yang dapat menyulitkan atau memutuskan 1. Diharapkan pemantauan balita yang
pemantauan yang telah dilakukan dan adanya berpindah tempat tinggal tetap dilakukan
kasus baru yang muncul setiap saat. melalui komunikasi dengan pihak keluarga.
2. Sebaiknya dalam program ini ditambahkan
Saran cara pencegahan bagi balita gizi buruk yang
Berdasarkan hasil pembahasan dan belum terkena gizi buruk.
kesimpulan dapat penulis kemukakan yaitu
sebagai berikut:

Daftar Pustaka
Arnelia. (2011) Kajian Penanganan Anak Gizi Buruk dan Prospelnya (Management of Severe
Malnutrition and It’s Prospect: A Review.
Budiardjo. (2008) Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Krisnasari. (2010) Nutrisi dan Gizi Buruk. Vol.4 Nomor. 1.
Peraturan Bupati Ngawi Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Penanganan Gizi
Buruk. Ngawi, Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). (2009). Kamus Gizi: Pelengkap Kesehatan Keluarga.
Jakarta, Kompas.
Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung, Refika Aditama.
Suhendra, K. (2006). Peran Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung, Alfabeta.
Wahab, Solichin Abdul. (1991). Analisis Kebijakan Dari Formulasi Ke Penyusunan Model-Model
Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta, PT. Bumi Aksara.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 546-549 | 549

You might also like