Professional Documents
Culture Documents
5 Tahun 2017
Pengawasan Pemasukan Bahan Obat Dan Makanan Ke
Judul
Dalam Wilayah Indonesia
Bahwa dalam rangka memperlancar arus barang untuk
kepentingan perdagangan (custom clearance dan cargo release)
Latar Belakang dalam kerangka Indonesia National Single Window perlu
penyempurnaan ketentuan pengawasan pemasukan bahan Obat
dan Makanan.
UU 8/1999, UU 18/2009, UU 36/2009, UU 18/2012, PP
72/1998, PP 69/1999, PP 28/2004, PP 48/2010, PP 10/2012,
PerPres 10/2008, PerPres 76/2014, KePres 103/2001, KePres
110/2001, PKaBPOM HK.00.05.41.1381, Permenkes
1010/Menkes/Per/XI/2008, Permenkes
1176/Menkes/Per/VIII/2010, Permenkes 1977/Menkes XII/2010,
PKaBPOM HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010, PKaBPOM
HK.03.1.23.12.10.12459 Tahun 2010, PKaBPOM
HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011, PKaBPOM
HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011, PKaBPOM
HK.03.1.23.12.11.10052 Tahun 2011, PKaBPOM
HK.03.1.23.12.11.10719 Tahun 2011, PMK 213/PMK.011/2011,
Permenkes 1148/Menkes/Per/VI/2011, Permenkes 007/2012,
PKaBPOM 4/2013, PKaBPOM 5/2013, PKaBPOM 6/2013,
Dasar Hukum PKaBPOM 7/2013, PKaBPOM 8/2013, PKaBPOM 9/2013,
PKaBPOM 10/2013, PKaBPOM 11/2013, PKaBPOM 12/2013,
PKaBPOM 13/2013, PKaBPOM 13/2013, PKaBPOM 14/2013,
PKaBPOM 15/2013, PKaBPOM 16/2013, PKaBPOM 17/2013,
PKaBPOM 18/2013, PKaBPOM 19/2013, PKaBPOM 20/2013,
PKaBPOM 21/2013, PKaBPOM 22/2013, PKaBPOM 23/2013,
PKaBPOM 24/2013, PKaBPOM 25/2013, PKaBPOM 36/2013,
PKaBPOM 37/2013, PKaBPOM 38/2013, PKaBPOM 4/2014,
PKaBPOM 12/2014, PKaBPOM 14/2014, Permendag 48/M-
DAG/PER/7/2015, PKaBPOM 7/2016, PKaBPOM 16/2016,
PKaBPOM 21/2016, PKaBPOM 22/2016, Permendag
24/MDAG/PER/4/2016, KBPOM 02001/SK/KBPOM Tahun
2001, KBPOM HK.00.05.5.00617 Tahun 2001, KBPOM
HK.00.05.23.3644 Tahun 2004, KBPOM HK.00.05.23.4415
Tahun 2008.
Defenisi: bahan obat dan makanan, surat keterangan impor,
pelayanan prioritas, surat keterangan komoditas non obat dan
Ketentuan Umum makanan, pemohon SKI, service level arrangement, bahan obat,
bahan obat tertentu, bahan obat kuasi, bahan obat tradisional,
bahan kosmetik, bahan suplemen kesehatan, bahan pangan,
KATALOG 1
bahan tambahan pangan, nomor aju, hari, e-payment, kepala
badan, deputi.
Untuk menjamin dan melindungi ketersediaan bahan obat dan
Tujuan
makanan di dalam wilayah Indonesia.
Ruang lingkup, persyaratan pemasukan, tata cara permohonan,
Materi Muatan/Aspek
persetujuan pemasukan SKI, SKK-NOM, dokumentasi, biaya,
yang Diatur
pemasukan kembali, pelaporan bahan obat, sanksi
Defenisi bahan obat dan makanan, bahan obat, bahan obat
Materi Farmasi tertentu, bahan obat kuasi, bahan obat tradisional, bahan
kosmetik, bahan suplemen kesehatan.
Sanksi Administratif
Aturan Peralihan Permohonan SKI tetap diproses berdasarkan PKaBPOM 13/2015
Aspek PerKa BPOM No. 34 Tahun 2018
Judul Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik
1. Perlu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
Latar Belakang/Alasan teknologi di bidang pembuatan obat dan bahan obat
Diterbitkan 2. Perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik
1. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1799/
MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 16 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Dasar Hukum 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi.
3. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 26
Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan
4. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 12
Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan
Definisi: Cara Pembuatan Obat yang Baik, Industri Farmasi,
Ketentuan Umum
Obat, Bahan Obat, Sertifikat CPOB, Kepala Badan
1. Memberikan acuan bagi industri farmasi dan sarana yang
melakukan kegiatan pembuatan Obat dan Bahan Obat
Tujuan
2. Menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan
dan sesuai dengan tujuan penggunaannya
Materi Muatan/Aspek Ketentuan Umum; CPOB; Ketentuan Penutup; Lampiran
Utama yg Diatur Pedoman CPOB
1. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian
mutu
2. Pedoman CPOB wajib menjadi acuan bagi industri farmasi dan
sarana yang melakukan kegiatan pembuatan Obat dan Bahan
Obat
3. Pedoman CPOB meliputi:
a) Sistem mutu industri farmasi
b) Personalia
c) Bangunan-fasilitas
d) Peralatan
Materi Farmasi
e) Produksi
f) Cara penyimpanan dan pengiriman obat yang baik
g) Pengawasan mutu
h) Inspeksi diri
i) Keluhan dan penarikan produk
j) Dokumentasi
k) Kegiatan alih daya
l) Kualifikasi dan validasi
m) Pembuatan produk steril
KATALOG 2
n) Pembuatan bahan dan produk biologi untuk penggunaan
manusia
o) Pembuatan gas medisinal
p) Pembuatan inhalasi dosis terukur bertekanan
q) Pembuatan produk darah
r) Pembuatan obat uji klinik
s) Sistem komputerisasi
t) Cara pembuatan bahan baku aktif obat yang baik
u) Pembuatan radiofarmaka
v) Penggunaan radiasi pengion dalam pembuatan obat
w) Sampel pembanding dan sampel pertinggal
x) Pelulusan real time dan pelulusan parasimetris
y) Manajemen resiko mutu
4. Sarana yang melakukan kegiatan pembuatan obat dan bahan
obat adalah lembaga yang melakukan proses pembuatan sediaan
radiofarmaka dan IFRS yang melakukan pembuatan obat untuk
keperluan pelayanan Kesehatan di RS
5. Penerapan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB
(penerbitan sertifikat CPOB dilaksanakan sesuai per-UU-an.
1. Industri farmasi dan sarana yang tidak mengikuti acuan CPOB
dikenai sanksi administrative sbb:
a) Peringatan
b)Peringatan keras
c) Penghentian sementara kegiatan
Sanksi
d)Pembekuan sertifikat CPOB
e) Pencabutan sertifikat CPOB dan/atau
f) Rekomendasi pencabuatan izin industri farmasi
2. Tata cara pengenaan sanksi administratif dilaksanakan sesuai
ketentuan per-UU-an
Pada saat peraturan Badan ini mulai berlaku sejak tanggal
Aturan diundangkan pada 7 Desember 2018, PerKa BPOM
Peralihan/Penutup HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman
CPOB dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Aspek PerKa BPOM No. 10 Tahun 2019
Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu yang Sering
Judul
Disalahgunakan
1. Melindungi masyarakat dari penyalahgunaan dan penggunaan
yang salah atas obat-obat tertentu, perlu dilakukan pengawasan
secara lebih optimal
2. Penggunaan obat-obat tertentu yang sering disalahgunakan
perlu dikelola dengan baik oleh industri farmasi, pedagang
besar farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, instalasi
farmasi klinik, pusat kesehatan masyarakat, dan toko obat
Latar Belakang / untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan kebocoran
Alasan Diterbitkan 3. Ketentuan mengenai pengelolaan obat-obat tertentu yang
sering disalahgunakan sebagaimana telah diatur dalam
peraturan badan pengawas obat dan makanan nomor 28 tahun
2018 sudah tidak sesuai dengan kondisi dan/atau kebutuhan
terkini sehingga perlu diganti
4. Berdasarkan pertimbangan perlu menetapkan peraturan badan
pengawas obat dan makanan tentang pedoman pengelolaan
obat-obat tertentu yang sering disalahgunakan.
1. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 180)
2. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 26
Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Dasar Hukum Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1745)
3. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 12
Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 784)
Definisi: Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan (Obat-
Obat Tertentu), Bahan Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan
(Bahan Obat), Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi (PBF),
Ketentuan Umum PBF Cabang, Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Pelayanan
Kefarmasian, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi
Farmasi Klinik, Toko Obat/Pedagang Eceran Obat (Toko Obat),
Surat Keterangan Impor Border (SKI Border) Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang Sering
Tujuan Disalahgunakan bertujuan melindungi masyarakat dari
penyalahgunaan dan penggunaan yang salah atas obat-obat
tertentu,
Obat-Obat Tertentu, Sanksi Administratif, Ketentuan Peralihan,
Materi Muatan/Aspek Ketentuan Penutup, Lampiran: Pengelolaan Bahan Obat/Obat-
yang Diatur Obat Tertentu Di Industri Farmasi, Pengelolaan Bahan Obat/Obat-
Obat Tertentu Di Pedagang Besar Farmasi
Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan (Obat-Obat
Materi Farmasi
Tertentu), Bahan Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan
KATALOG 3
(Bahan Obat), Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi (PBF),
PBF Cabang, Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Pelayanan
Kefarmasian, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi
Farmasi Klinik, Toko Obat/Pedagang Eceran Obat (Toko Obat)
Sanksi Sanksi administratif
1. Setiap Industri Farmasi, PBF, Apotek, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, dan Toko Obat yang
mengelola Bahan Obat dan/atau Obat-Obat Tertentu yang
mengandung dekstrometorfan sebelum berlakunya Peraturan
Badan ini, wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam
Peraturan Badan ini paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak
Peraturan Badan ini diundangkan.
Aturan Peralihan 2. Kegiatan pemasukan obat atau Bahan Obat ke dalam wilayah
Indonesia sebelum berlakunya Peraturan Badan ini wajib
Penutup
menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Badan ini
paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak Peraturan Badan ini
diundangkan.
3. Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 28 Tahun 2018 tentang
Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu yang Sering
Disalahgunakan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 1161), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
ASPEK Per Ka BPOM Nomor 35 Tahun 2019
JUDUL PELAPORAN KEGIATAN INDUSTRI FARMASI
LATAR BELAKANG 1. Sesuai Pasal 25 ayat (1) PMK 1799 tahun 2010 tentang
Industri Farmasi, BPOM memiliki kewenangan dalam
melakukan pengawasan industri farmasi
2. Perlu data atau informasi mengenai kegiatan industri
farmasi yang lengkap dan berkelanjutan serta didukung
informasi yang jelas dan memadai
3. Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.23.3874
Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Pelaporan Industri
Farmasi sudah tidak sesuai dengan kebutuhan hukum
serta perkembangan IPTEK
4. Perlu menetapkan Per BPOM tentang Pelaporan Kegiatan
Industri Farmasi
DASAR HUKUM 1. PP No 80 Th 2017 tentang BPOM
2. Per Ka BPOM No 24 Th 2017 tentang Kriteria dan Tata
Laksana Registrasi Obat
3. Per BPOM No 26 Th 2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja BPOM
KETENTUAN UMUM Definisi: Obat, Bahan Aktif Obat, Industri Farmasi,
Narkotika, Psikotropika, Prekursor Farmasi, OOT, Kepala
Badan
TUJUAN Perlu menetapkan Per BPOM tentang Pelaporan Kegiatan
Industri Farmasi serta untuk menjalankan kewenangan
BPOM dalam melakukan pengawasan industri maka perlu
data atau informasi mengenai kegiatan industri farmasi yang
lengkap, berkelanjutan, jelas dan memadai
ASPEK YANG DIATUR/ Pelaporan
MATERI MUATAN
MATERI FARMASI Definisi: Obat, Bahan Aktif Obat, Industri Farmasi,
Narkotika, Psikotropika, Prekursor Farmasi, OOT. Laporan
kegiatan produksi termasuk profil Industri Farmasi,
pemasukan penggunaan, distribusi, impor dan ekspor Obat
dan Bahan Aktif Obat secara berkala kepada Kepala Badan.
SANKSI Sanksi administratif berupa:
a. Peringatan
b. Peringatan keras
c. Pembekuan izin edar
ATURAN 1. Pelaporan untuk Narkotika, Psikotropika, Prekursor
PERALIHAN/PENUTUP Farmasi, dan OOT sebelum menggunakan laman http://e-
was.pom.go.id, tetap disampaikan oleh Industri Farmasi
secara elektronik melalui subsite BPOM dengan laman
http://e-napza.pom.go.id paling lambat 1 tahun sejak
Peraturan Badan ini diundangkan
2. Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.23.3874
Tahun 2003 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
KATALOG 4
KATALOG 5
DASAR HUKUM
UU No 8/1999, UU no 36/2009, PP no 72/1998, KePres no 103/2001, KePres
no 110/2001, PMK no 1175/Menkes/Per/VII/2010, PMK no
1176/Menkes/Per/VII/2010, KepKa BPOM no 02001/SK/KBPOM/2001,
PerKa BPOM no HK.03.1.23.12.10.11983/2010, PerKa BPOM no
HK.03.1.23.12.10.12123/2010, PerKa BPOM no
HK.03.1.23.12.10.12459/2010, PerKa BPOM no 14/2014
Materi muatan
Pelanggaran atas ketentuan CPKB, dan pengajuan Sertifikat
CPKB
KETENTUAN
Definisi: Izin Edar, Pemasukan kosmetika, dan Kepala Badan
UMUM
1. Agar masyarakat terlindungi dari peredaran kosmetika yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan, kemanfaatan, dan mutu
TUJUAN 2. Penyesuaian terkait Pengawasan Pemasukan Kosmetika yang masuk
ke Indonesia
MATERI
MUATAN /
Pemasukan Kosmetika, Tata Cara Pemasukan Kosmetika, Pengawasan,
ASPEK YG
DIATUR
MATERI 1. Izin Edar adalah bentuk persetujuan pendaftaran kosmetika dalam
FARMASI bentuk notifikasi yang diberikan oleh Kepala Badan untuk dapat
diedarkan di wilayah Indonesia.
2. Pemasukan kosmetika adalah importasi kosmetika melalui angkutan
darat, laut, dan/atau udara ke dalam wilayah Indonesia
3. Setiap pemasukan kosmetika harus memenuhi ketentuan peraturan
perundangundangan di bidang impor. Persetujuan berupa Surat
Keterangan Impor (SKI).
4. Kosmetika yang dapat dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia
untuk diedarkan adalah kosmetika yang telah memiliki izin edar
berupa notifikasi.
5. Kosmetika hanya dapat dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia
oleh importir kosmetika yang memiliki Angka Pengenal Impor (API)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
6. SKI diberikan atas dasar permohonan. Permohonan diajukan secara
tertulis kepada Kepala Badan oleh Pemegang Notifikasi Kosmetika
atau kuasanya dengan melampiri dokumen sebagai berikut:
a. sertifikat analisis kosmetika;
b. invoice;
c. Bill of Lading (B/L) atau Air Ways Bill (AWB);
d. fotokopi NPWP pemohon; dan
e. fotokopi API pemohon.
7. SKI hanya berlaku untuk satu kali pemasukan (setiap shipment).
8. Tata cara permohonan diajukan secara elektronik melalui website
BPOM (http://e-bpom.pom.go.id)
SANKSI Sanksi administratif
1. PerKaBPOM HK.00.05.1.42.4974 Tahun 2008 tentang Pengawasan
ATURAN
Pemasukan Bahan Kosmetika dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
PERALIHAN /
2. PerKaBPOM HK.00.05.42.2995 Tahun 2008 tentang Pengawasan
PENUTUP
Pemasukan Kosmetika dicabut dan dinyatakan tidak berlaku