Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Natural disasters that occur in Indonesia are disasters caused by climate change, such as
landslides, floods, flash floods, droughts, forest and land fires, crop failures and another
natural disaster. Climate change such as rainfall trends, temperature trends, normal changes
in rainfall, extreme climate changes greatly affect the balance of the environmental
ecosystem which then becomes one of the triggers of natural disasters that occur. For
example, changes in high rainfall will affect the physical, biological, and chemical nature of
the soil which makes soil prone to erosion and even landslides can occur. Extreme changes
in air temperature also affect soil degradation resulting in soil compaction, fractures,
acidification and reduced soil organic matter and biodiversity of soil biota, so that plants lack
nutrients and eventually crop failure occurs. Because of that basis, the study of the impacts
of climate change on soil properties needs to be done in the hope that they can take the right
steps in dealing with climate change so that the environment has resilience in dealing with
climate change.
ABSTRAK
Bencana alam yang terjadi di Indonesia merupakan bencana yang banyak disebabkan oleh
adanya perubahan iklim, seperti tanah longsor, banjir, banjir bandang, kekeringan,
kebakaran hutan dan lahan, gagal panen serta bencana alam lainnya. Perubahan iklim
seperti tren curah hujan, tren suhu, perubahan normal curah hujan, ekstrem perubahan iklim
sangat mempengaruhi keseimbangan ekosistem lingkungan yang kemudian menjadi salah
satu trigger bencana alam itu terjadi. Sebagai contoh, perubahan curah hujan yang tinggi
akan mempergaruhi sifat tanah secara fisik, biologi, dan kimiawi yang menjadikan tanah
menjadi rawan terkena erosi bahkan dapat terjadi tanah longsor. Perubahan suhu udara
yang ekstrem juga berpengaruh terhadap degradasi tanah sehingga terjadi pemadatan
tanah, rekahan, pengasaman serta berkurangnya bahan organik tanah serta biodiversitas
biota tanah, sehingga tanaman kekurangan unsur hara dan akhirnya terjadi gagal panen.
Karena dasar itulah kajian dampak perubahan iklim terhadap sifat-sifat tanah perlu dilakukan
dengan harapan dapat mengambil langkah yang tepat dalam menghadapi perubahan iklim,
sehingga lingkungan mempunyai ketangguhan (resilience) dalam menghadapi perubahan
iklim.
keragaman hayati, dan kenaikan muka air serta kebakaran hutan dan lahan 1.192
laut. kejadian. Dari sekian banyak bencana alam
Dengan peningkatan rata-rata suhu yang terjadi mempengaruhi terjadinya
tersebut maka dampaknya sangat luas bagi degradasi lahan yang turut serta
manusia dan lingkungannya. Perubahan iklim mempengaruhi kondisi fisik tanah yang
telah mengakibatkan terjadinya pergeseran berakibat terjadinya perubahan sifat-sifat
musim dan perubahan sistem hidrologi yang tanah. Dalam kajian ini digambarkan sifat-
berdampak pada meningkatnya intensitas sifat tanah yang mengalami perubahan akibat
banjir, menghangatnya suhu di laut (IPCC, adanya degradasi lahan akibat dari terjadinya
2007), perubahan ekosistem di laut serta perubahan iklim.
meningkatnya risiko bencana
hidrometeorologi di kawasan pesisir (Hidayati 1.2. Tujuan Penelitian
et al., 2011).
Bencana hidrometeorologi yang sering Tujuan kajian ini adalah untuk
terjadi di Indonesia adalah tanah longsor, mengetahui dampak perubahan iklim
banjir, banjir bandang, kekeringan, kebakaran terhadap perubahan atau dinamika sifat-sifat
hutan dan lahan. Berbagai macam bencana tanah baik secara fisik, kimia, dan biologi
tersebut menimbulkan dampak negatif salah beserta pengaruhnya terhadap pertumbuhan
satunya yaitu produktivitas hutan dan lahan tanaman.
menurun akibat ketidakseimbangan
lingkungan sehingga degradasi lahan tidak II. METODOLOGI PENELITIAN
mampu terelakkan, baik lahan pertanian,
perkebunan, ataupun lahan yang Kajian tentang dampak perubahan iklim
diperuntukan untuk kawasan lindung. terhadap sifat-sifat tanah dan pengaruh
Berdasarkan laporan pemeriksaan teknologi konservasi tanah dalam
gerakan tanah di Kabupaten Sukabumi tahun meningkatkan daya adaptasi terhadap
2019, terdapat dua lokasi longsor yaitu di Kp. perubahan iklim dilakukan dengan beberapa
Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kec. langkah dan metode yaitu
Nyalindung dan Kp. Legoknyenang, Desa 1. Melakukan studi pustaka dan literatur
Sukamaju, Kec. Kadudampit. Pemicu baik data, informasi, maupun penelitian
terjadinya tanah longsor adalah curah hujan sebelumnya melalui penelusuran literatur
yang tinggi dan berdurasi lama yang turun berupa jurnal, buku atau website, terkait:
sebelum dan saat terjadinya tanah longsor a. Pengertian perubahan iklim
(PVMBG, 2019). b. Ruang lingkup perubahan iklim
Berikut di bawah tren kejadian bencana c. Perubahan iklim global
10 tahun terakhir di Indonesia (BNPB, 2019) d. Perubahan iklim di Indonesia
e. Dampak perubahan iklim kaitannya
dengan bencana alam di Indonesia
f. Dampak perubahan iklim terhadap
dinamika perubahan sifat tanah
g. Teknologi konservasi tanah dalam
meningkatkan daya adaptasi
terhadap perubahan iklim.
2. Mendeskripsikan beberapa pengertian
perubahan iklim serta ruang lingkupnya
dari berbagai sumber yang telah
diperoleh.
3. Melakukan analisis data tentang
parameter-parameter perubahan iklim.
Gambar 1. Tren Kejadian Bencana 10 Tahun 4. Melakukan interpretasi hasil analisis data
Terakhir. perubahan iklim yang berpengaruh
terhadap terjadinya degradasi tanah.
Berdasarkan grafik di atas, bencana alam
seperti banjir, tanah longsor, puting beliung, III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kekeringan, kebakaran hutan dan lahan
menjadi bencana yang setiap tahun terjadi di 3.1 Pengertian Perubahan Iklim
Indonesia. Selama 10 tahun terakhir terjadi
bencana banjir sebanyak 7.272 kejadian, Berdasarkan UU No. 31 Tahun 2009,
tanah longsor 5.018 kejadian, puting beliung perubahan iklim adalah berubahnya iklim
6.462 kejadian, kekeringan 721 kejadian, yang diakibatkan, langsung atau tidak
langsung, oleh aktivitas manusia yang Perubahan iklim di sini yang dimaksud
menyebabkan perubahan komposisi atmosfer tidak hanya perubahan suhu, tetapi meliputi:
secara global serta perubahan variabilitas 1. Peningkatan suhu bumi (tren suhu)
iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu 2. Perubahan curah hujan (tren curah
yang dapat dibandingkan. hujan)
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa 3. Kenaikan suhu dan tinggi muka laut
(PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan (TML)
Iklim (United Nations Framework Convention 4. Peningkatan kejadian iklim dan cuaca
on Climate Change/UNFCCC) ekstrem.
mendefinisikan perubahan iklim sebagai Pemanasan global berakibat langsung
perubahan iklim yang disebabkan baik secara pada peningkatan suhu bumi. Suhu bumi
langsung atau tidak langsung oleh aktivitas yang meningkat dapat berdampak langsung
manusia sehingga mengubah komposisi dari terhadap kehidupan manusia melalui: (1)
atmosfer global dan variabilitas iklim alami evapotranspirasi yang berlebihan pada hutan
pada periode waktu yang dapat dan lahan sehingga ketersediaan air menjadi
diperbandingkan. Komposisi atmosfer global sangat terbatas yang berakibat terjadinya
yang dimaksud adalah komposisi material peningkatan konsumsi energi dan
atmosfer bumi berupa Gas Rumah Kaca meningkatnya ancaman kelaparan akibat
(GRK) yang diantaranya, terdiri dari karbon penurunan produksi tanaman atau gagal
dioksida, metana, nitrogen, dan sebagainya. panen; (2) kebakaran hutan dan lahan yang
Adapun definisi perubahan iklim adalah menyebabkan kabut asap sehingga
berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara menganggu pernafasan (Hairiah et al., 2016).
lain suhu dan distribusi curah hujan yang Tren curah hujan yang ditunjukkan
membawa dampak luas terhadap berbagai dengan adanya perubahan yang terjadi
sektor kehidupan manusia (Kementerian ditunjukkan dengan adanya ketidak-
Lingkungan Hidup, 2018). Sedangkan LAPAN menentuan musim, meningkatnya curah
(2013) mendefinisikan perubahan iklim hujan pada saat musim penghujan sehingga
adalah perubahan rata-rata salah satu atau meningkatkan potensi kejadian banjir dan
lebih elemen cuaca pada suatu daerah longsor yang dapat mengurangi luasan lahan
tertentu. Sedangkan istilah perubahan iklim pertanian, kekeringan, dan penurunan
skala global adalah perubahan iklim dengan ketersediaan air berkepanjangan yang akan
acuan wilayah bumi secara keseluruhan. mempengaruhi pasokan air untuk wilayah
IPCC (2007) menyatakan bahwa perkotaan dan pertanian, serta meluasnya
perubahan iklim merujuk pada variasi rata- kebakaran hutan.
rata kondisi iklim suatu tempat atau pada Kenaikan suhu permukaan laut
variabilitasnya yang nyata secara statistik berdampak terhadap 2 hal: (1) merusak
untuk jangka waktu yang panjang (biasanya terumbu karang (coral bleaching) dan
dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas mengubah arus laut yang berakibat pada pola
bahwa perubahan iklim dapat terjadi karena migrasi ikan di laut yang berdampak besar
proses alam internal maupun ada kekuatan terhadap penghasilan nelayan, (2) meluasnya
eksternal, atau ulah manusia yang terus- genangan air laut dan abrasi di wilayah
menerus merubah komposisi atmosfer dan pesisir serta peningkatan intrusi air laut ke
tata guna lahan. daratan sehingga mengancam kehidupan di
Istilah perubahan iklim sering digunakan wilayah pesisir (Hairiah et al., 2016).
secara tertukar dengan istilah ’pemanasan Dampak terjadinya cuaca ekstrem bisa
global’, padahal fenomena pemanasan global beragam, bisa terjadi secara spontan dan
hanya merupakan bagian dari perubahan memakan banyak korban dalam jumlah besar
iklim, karena parameter iklim tidak hanya (bencana), tetapi juga bisa berdampak tidak
temperatur saja, melainkan ada parameter langsung yaitu melalui hilangnya beberapa
lain yang terkait seperti presipitasi, kondisi jasa lingkungan di lingkup sektor pertanian,
awan, angin, maupun radiasi matahari. perikanan dan kelautan serta kesehatan.
Pemanasan global merupakan peningkatan
rata-rata temperatur atmosfer yang dekat 3.3 Perubahan Iklim Global
dengan permukaan bumi dan di troposfer,
yang dapat berkontribusi pada perubahan Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh
pola iklim global. keseimbangan panas yang terjadi di bumi.
Aliran panas yang selama ini berada dalam
3.2 Ruang Lingkup Perubahan Iklim sistem iklim di bumi bekerja karena adanya
proses radiasi. Sumber utama radiasi di bumi
adalah matahari. Dari seluruh jumlah radiasi
matahari yang menuju ke permukaan bumi, terjadi pada rentang 1,5-2°C. Pada masa-
sepertiganya dipantulkan kembali ke ruang masa ini, kenaikan temperatur yang paling
angkasa oleh atmosfer dan permukaan bumi tinggi akan terkonsentrasi di daerah-daerah
(lihat Gambar 2). Sebagian kecil panas yang bagian Barat Laut yaitu di negara-negara
ada di bumi, yang disebut panas laten, seperti Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja,
digunakan untuk menguapkan air. Panas dan Vietnam. Untuk jangka panjang (2081-
laten ini dilepaskan kembali ketika uap air 2100), kenaikan temperatur akan berada di
terkondensasi di awan (Hidayati et al., 2012). rentang 2-4°C yang akan menyebar ke
seluruh daratan secara merata. Suhu tertinggi
di siang hari akan mencapai 3-4°C lebih tinggi
dari temperatur rata-rata saat ini yang
menyebar secara merata di seluruh daratan
di kawasan Asia Tenggara.
Curah hujan diperkirakan akan meningkat
di negara-negara seperti Indonesia dan
Papua Nugini. Sedangkan di negara-negara
seperti Thailand, Laos, Myanmar, Kamboja,
dan Vietnam, curah hujan diperkirakan akan
menurun sebesar 10%-20% di bulan Maret-
Mei. Secara keseluruhan, curah hujan
Gambar 2. Keseimbangan Radiasi Matahari di
tahunan diperkirakan akan meningkat, kecuali
Bumi (Hidayati et al., 2012)
di bagian Barat Daya Indonesia.
Sementara itu, pengertian dari Kelembaban tanah akan meningkat
pemanasan global pada dasarnya adalah hingga 1 mm di bagian Barat Daya dari
peningkatan suhu rata-rata atmosfer di dekat kawasan ini (Papua Nugini) dan penurunan
permukaan bumi dan laut selama beberapa sekitar 0,6 mm di bagian barat region ini,
dekade terakhir dan proyeksi untuk beberapa yaitu di negara-negara Laos, Vietnam,
waktu yang akan datang. Berdasarkan Kamboja, Thailand, Malaysia, sebagian
laporan IPCC 2019 dalam Special Report: Indonesia, dan sebagian Myanmar. Data dan
Global Warming if 1.5°C Summary for temuan IPCC ini juga menguatkan laporan
Policymakers aktivitas manusia diperkirakan Bank Dunia dengan judul “Turn Down the
menyebabkan sekitar 1,0°C pemanasan Heat – Climate Extremes, Regional Impacts
global di atas tingkat pra-industri, dengan and the Case for Resilience” yang dirilis pada
kisaran kemungkinan 0,8°C hingga 1,2°C. bulan Juni 2013. Laporan tersebut
Pemanasan global kemungkinan akan menyatakan bahwa kawasan pesisir pantai di
mencapai 1,5°C antara 2030 dan 2052 jika seluruh Asia Tenggara akan mengalami
terus meningkat pada tingkat saat ini kenaikan muka air laut 10-15 persen lebih
(Gambar 3). tinggi dibandingkan dengan rata-rata
kenaikan muka air laut global. Kenaikan
muka air laut di tahun 2050 akan mencapai
hingga 50 cm dan 100 cm di tahun 2090,
dimana kota-kota besar di Asia Tenggara
seperti Jakarta, Bangkok, Ho Chi Minh,
Manila, dan Yangon, akan terkena dampak
yang paling besar (WWF, 2013)
Data tren curah hujan observasi BMKG mulai sehingga anomali peningkatan suhu udara
dari tahun 1981-2018 menunjukkan bahwa: rata-rata sebesar 0,9°C.
(1) tren hari hujan cenderung bertambah Peta di bawah ini adalah peta Anomali
sebanyak 0,1149 hari setiap tahunnya atau Suhu Udara Bulanan Juli 2019 terhadap
1,149 hari setiap dekadenya, (2) Tren fraksi Periode 1981-2010. Anomali suhu udara rata-
curah hujan (perbandingan curah hujan rata bulan Juli 2019 yang diamati di seluruh
tertentu dibandingkan dengan hari hujannya) stasuin pengamatan BMKG di Indonesia
dengan intensitas 20 mm/hari cenderung umumnya bernilai positif, kecuali di Stasiun
meningkat sebesar 0,624 persen setiap Meteorologi Cilacap dan Sumatubun Tual
dekadenya. yang memperlihatkan anomali suhu udara
Indikasi fenomena perubahan iklim di rata-rata bulan Juli 2019 bernilai negatif
Indonesia dapat diamati dari perubahan pola (Gambar 5). Anomali maksimum terjadi di
curah hujan rata-rata di beberapa wilayah di Stasiun Geofisika Tangerang, sebesar 1,6°C,
Indonesia. Guna mengidentifikasi wilayah- sedangkan anomali minimum tercatat di
wilayah yang mengalami perubahan pola Stasiun Cilacap, sebesar -0,28°C.
curah hujan jangka panjang di Indonesia,
maka BMKG mengeluarkan produk informasi
perubahan normal curah hujan dalam bentuk
atlas.
2. temperatur;
3.5 Dampak Perubahan Iklim terhadap 3. tanah: tipe, jenis substratum dan
Degradasi Tanah topografi (tanah berpasir akan
mempunyai laju aliran permukaan yang
Perubahan iklim mempunyai pengaruh lebih rendah dibandingkan dengan
terhadap degradasi tanah, air, dan tanah berliat);
pertumbuhan serta produksi tanaman. 4. luas daerah aliran dan panjang lereng
Degradasi tanah dapat dipicu oleh berbagai (laju aliran permukaan akan lebih tinggi
faktor kemunduran sifat fisik, kimia, dan dengan semakin panjangnya lereng);
proses biologi tanah. Kemunduran sifat fisik 5. keberadaan, tinggi, dan bentuk kanopi
tanah disebabkan karena erosi, pemadatan, serta kerapatan tanaman/tumbuhan
dan rekahan. Kemunduran sifat kimia tanah penutup tanah; dan
disebabkan pencucian hara, pengasaman, 6. sistem pengelolaan tanah
dan salinisasi, sedangkan kemunduran sifat (Agus dan Widianto 2004; Arsyad 2010).
biologi tanah karena berkurangnya bahan Kejadian erosi dapat mengakibatkan
organik tanah dan biodiversitas biota tanah. kehilangan hara yang dibutuhkan tanaman
untuk tumbuh dan berkembang secara
a. Percepatan Erosi dan Aliran optimal. Sudirman et al. (1986) menyatakan
Permukaan bahwa hilangnya lapisan atas tanah dapat
Erosi tanah merupakan pengangkutan menyebabkan penurunan kadar bahan
bahan-bahan material tanah yang disebabkan organik, peningkatan pemadatan tanah,
oleh pergerakan air maupun angin. penurunan stabilitas agregat tanah,
Perubahan iklim yang meningkatkan curah peningkatan kejenuhan alumunium serta
hujan yang turun dapat menyebabkan erosi. penurunan kapasitas tukar kation (KTK)
Erosi dapat mengakibatkan merosotnya tanah. Kejadian erosi yang semakin sering
produktivitas dan daya dukung tanah untuk dapat menurunkan kadar bahan organik dan
produksi pertanian dan lingkungan hidup, unsur hara dalam tanah. Hal ini dapat
karena pada prosesnya terjadi pengangkutan menurunkan kualitas tanah yang pada
tanah lapisan atas yang kaya hara. Erosi akhirnya menurunkan produktivitas tanah.
yang berjalan intensif pada permukaan tanah
dapat menyebabkan terangkutnya komplek b. Dinamika Karbon Organik Tanah
liat dan humus serta partikel tanah lainnya Pada proses erosi, terjadi proses
yang kaya akan unsur hara yang diperlukan translokasi karbon organik tanah yang
oleh tanaman. Erosi ini merupakan masalah terdeposisi dan selanjutnya ke badan air.
yang serius sebab tidak hanya menurunkan Sebagian lainnya terdeposisi dan terdistribusi
kualitas fisik dan kimia tanah, tetapi juga ke tempat lain, dan sebagiannya ada yang
menurunkan kualitas air. mengalami emisi ke atmosfer. Pengurangan
Perubahan pola hujan yang karbon organik tanah dapat mengakibatkan
mengakibatkan intensitas hujan meningkat penurunan kualitas tanah, mengurangi
dapat menimbulkan peningkatan aliran aktivitas mikroba, berdampak terhadap pori
permukaan dan erosi (Nearing et al., 2004). air
Aliran permukaan berasal dari kelebihan tersedia untuk tanaman dan juga terhadap
infiltrasi (infiltration excess overland flow) produktivitas tanaman. Ketersediaan karbon
yang terjadi bila intensitas hujan melebihi laju organik tanah dipengaruhi oleh vegetasi
infiltrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi (Tabel 1), tekstur tanah, iklim, tingkat
sifat aliran permukaan antara lain: dekomposisi, pengolahan tanah, dan
1. curah hujan: jumlah, intensitas dan karakteristik profil tanah.
distribusi;
Tabel 1. Biomass di atas Permukaan Tanah, C Stok di atas Permukaan Tanah, dan Karbon Stok
Tanah di Hutan dan Padang Alang-Alang
Biomass di
C stok di atas Karbon Total
atas Rasio
Lokasi permukaan stok tanah karbon stok
permukaan A/B
tanah (t/ha) A (t/ha) (t/ha) B
tanah (t/ha)
Sumatra
Hutan primer - 219,6 84,4 305 0,72
Kalimantan Timur
geser tanah naik, sedang saat wetting mengakibatkan fosfor tidak tersedia untuk
tegangan geser tanah mengalami penurunan. pertumbuhan tanaman (Sudaryono, 2009).
Archenita et al., (2013) juga meneliti Semakin tingginya konsentrasi besi di
tentang Perilaku potensi mengembang dan dalam tanah akan berakibat terjadinya
kuat geser tanah lempung ekspansif akibat perubahan sifat kimia tanah serta
siklus basah dan kering. Hasil studi menyebabkan perakaran tanaman menjadi
menunjukkan bahwa terjadi penurunan hitam dan pertumbuhan tanaman tidak
persentase mengembang dan tekanan optimal (Bartholomew et al., 2003). Pada
mengembang tanah lempung ekspansif penelitian ini, faktor besi tanah memiliki
apabila jumlah siklus berulang basah kering pengaruh yang dominan dalam dinamika sifat
meningkat. Sebaliknya, kuat geser tanah kimia tanah pada kondisi tergenang.
lempung ekspansif akan meningkat setelah Komara (2006) menjelaskan bahwa pH
melewati siklus berulang basah-kering yang tanah yang mengalami reduksi besi karena
cukup tinggi. mengalami penggenangan, pada minggu ke 2
sampai ke 4 menuju keseimbangan pH. Nilai
e. Kelebihan Air pH tanah sangat menentukan ketersediaan
Banjir merupakan salah satu dampak unsur-unsur yang dapat diserap oleh
yang muncul akibat perubahan iklim. Pola tanaman.
hujan yang berubah dengan kejadian curah
hujan ekstrem dapat menimbulkan kerugian IV. KESIMPULAN
tidak hanya pada sektor perumahan,
perkantoran, transportasi, akan tetapi Permasalahan yang dijumpai dalam
memiliki imbas terhadap sektor lingkungan, kajian ini adalah perlunya rekomendasi
seperti menurunnya kualitas tanah. teknologi konservasi tanah dan air yang
Berdasarkan BMKG, tren curah hujan di adaptif terhadap perubahan iklim sehingga
Indonesia secara umum bernilai posisif yang sektor pertanian dapat sustainable. Teknik
berarti hari hujan dan intensitas hujan konservasi tanah merupakan suatu
cenderung bertambah. Data ini didukung penggunaan tanah sesuai dengan
dengan data dari BNPB yang menyatakan kemampuannya dan sesuai dengan syarat-
bahwa bencana banjir selama tahun 2019 ini syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
sudah mencapai 535 dari total 1.963 kejadian degradasi tanah. Pada wilayah yang
bencana. Dari data tersebut dipastikan bahwa mengalami curah hujan ekstrem, teknik
bencana banjir membawa pengaruh terhadap konservasi tanah berfungsi untuk menjaga
kualitas dan sifat tanah yang mengalami agar tanah dapat terlindungi dari kejadian
bencana banjir, ataupun hanya berupa erosi dan aliran permukaan yang mengangkut
genangan air. partikel-partikel tanah dan unsur hara dari
Genangan dapat terjadi apabila jumlah lapisan atas tanah, sedangkan pada wilayah
curah hujan yang jatuh melebihi nilai laju dengan curah hujan lebih kecil (musim
infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi, air kemarau lebih panjang), aplikasi teknologi
mulai mengisi cekungan permukaan tanah. konservasi tanah dapat menjaga kelembapan
(Hadisusanto, 2010). Perubahan sifat kimia tanah/kandungan air tanah.
dan biologi tanah yang terjadi dapat dilihat Teknik konservasi tanah mekanik
secara langsung dan ada yang mengalami merupakan perlakuan fisik mekanis yang
perubahan sejalan dengan waktu akibat dari diberikan terhadap tanah yang sering disebut
faktor genangan dan atau banjir yang terjadi dengan teknik konservasi sipil teknis. Teknik
pada tanah tersebut. Kelembaban tanah akan konservasi tanah vegetatif merupakan
menjadi parameter pertama yang mudah tindakan konservasi yang menggunakan
dilihat akibat adanya kelebihan air pada tumbuh-tumbuhan (vegetasi), baik tanaman
tanah. Kelembaban tanah menjadi legum yang menjalar, semak atau perdu,
meningkat, dari kelembaban tanah meningkat maupun pohon, rumput-rumputan serta
ini pH tanah akan berubah. tumbuh-tumbuhan lain.
Tanah tergenang dapat mengakibatkan Teknologi konservasi tanah dan air yang
terjadinya perubahan sifat-sifat kimia tanah adaptif terhadap perubahan iklim sangat
yaitu reaksi reduksi yang menjadi lebih diperlukan agar keberlangsungan sektor
dominan dan unsur fosfor menjadi lebih pertanian dapat sustainable. Teknik
tersedia. Namun apabila genangan air terjadi konservasi tanah merupakan suatu
secara terus-menerus dapat menyebabkan penggunaan tanah sesuai dengan
terjadinya reduksi besi yang berdampak pada kemampuannya dan sesuai dengan syarat-
pengikatan fosfor di dalam tanah sehingga syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
degradasi tanah. Pada wilayah yang
mengalami curah hujan ekstrem, teknik kemarau lebih panjang), aplikasi teknologi
konservasi tanah berfungsi untuk menjaga konservasi tanah dapat menjaga kelembapan
agar tanah dapat terlindungi dari kejadian tanah/ kandungan air tanah.
erosi dan aliran permukaan yang mengangkut
Berikut dibawah contoh teknologi
partikel-partikel tanah dan unsur hara dari
konservasi tanah dan air yang adaptif
lapisan atas tanah, sedangkan pada wilayah
terhadap perubahan iklim.
dengan curah hujan lebih kecil (musim
Tabel 2. Teknik Konservasi Tanah dan Air yang Adaptif Terhadap Perubakan Iklim
Praktek Konvensional Praktek Pertanian yang direkomendasikan
1. Membajak tanah 1. Pengolahan konservasi, olah tanah minimum atau tanpa olah tanah (no
till)
2. Pembuangan residu tanaman atau 2. Residu dikembalikan sebagai mulsa atau kompos
pembakaran
3. Bera 3. Penanaman penutup tanah dan intensifikasi pertanian
4. Input pertanian rendah 4. Penggunaan pupuk dan bahan organik untuk meningkatkan dan
menyeimbangkan ketersediaan hara sesuai kebutuhan tanaman.
5. Penggunaan pupuk secara reguler 5. Spesifik manajemen dan precision farming
6. Tidak ada kontrol air 6. Konservasi air, panen daur ulang air, irigasi tetes, sub-surface irigasi,
manajemen muka air tanah
7. Alley cropping 7. Konservasi vegetatif dengan memanfaatkan vegetasi natural (tidak
selalu harus ditanam)
8. Monokultur 8. Penanaman berbagai tanaman (multiple cropping system)
9. Pengelolaan lahan dipengaruhi 9. Manajemen skala daerah aliran sungai (DAS)
demarkasi administratif
10. Drainase lahan gambut 10. Merehabilitasi lahan gambut terdegradasi
Sumber : Yustika dan Fahmuddin (2014)