Professional Documents
Culture Documents
1, Februari 2021:56–68
Available online at https://jurnal.ugm.ac.id/jbp
DOI: https://doi.org/10.22146/veg.47339
p-ISSN: 2302-4054 | e-ISSN: 2622-7452
ABSTRACT
Selection on F4 generation of tomato had been conducted using selected lines based on fruit
firmness and fruit shape. The research aimed to obtain intra and inter lines variances,
heritability, and selected lines with firmness, fruit shape, and yield components. The
experiment was conducted at Boyong Street, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta had been since
February-September 2018. This experiment was arranged in Randomized Complete Block
Design with three blocks as replication. Data were analysed by analysis of variance,
heritability and principle component analysis. Post hoc analysis used were tukey honest
significant difference with significance level 5%. Component variance analysis result in all
variables indicated intra-line variance was greater than inter-lines variance. Fourty one
selected plant candidates exhibited high yield, round/oval fruit shape, and high fruit firmness
were observed in F4 generation, i. e. 1A (2/30/1/1), 1A (3/4/2/3), 1A (3/4/2/2), 1B (3/22/1/2), 1B
(3/22/1/6), 1A (1/13/1/6), 1A (3/4/4/6), 1A (3/4/4/2), 1A (3/4/4/1), 1A (1/27/4/1), 1A (3/4/1/9), 1A
(3/4/1/8), 1A (3/4/3/8), 1A (1/27/3/8); 2A (2/30/2/7), 2A (1/13/1/2), 2A (1/13/1/4), 2A (1/13/1/10), 2A
(1/13/1/1), 2A (1/13/1/5), 2A (3/4/4/2), 2A (3/4/4/5), 2A (1/27/3/6), 2A (3/4/2/2), 2A (3/4/1/7), 2A
(3/4/3/7), 2B (3/22/1/8); 3A (3/4/3/2), 3A (3/4/3/9), 3A (3/4/3/1), 3A (3/4/3/8), 3A (1/13/1/8), 3A
(1/13/1/7), 3A (1/27/4/9), 3A (3/4/2/2), 3A (1/27/1/10), 3A (1/27/1/7), 3A (1/27/1/2), 3A (3/4/1/6), 3A
(3/4/4/7), and 3A (3/4/4/8).
INTISARI
tanaman, rasio panjang per diameter, panjang, diameter, kekerasan, dan bobot buah.
Pada generasi F4 diperoleh sebanyak 41 individu calon tanaman terpilih yang
memiliki daya hasil tinggi, bentuk buah bulat/oval, dan kekerasan buah tinggi adalah
pada 1A (2/30/1/1), 1A (3/4/2/3), 1A (3/4/2/2), 1B (3/22/1/2), 1B (3/22/1/6), 1A (1/13/1/6),
1A (3/4/4/6), 1A (3/4/4/2), 1A (3/4/4/1), 1A (1/27/4/1), 1A (3/4/1/9), 1A (3/4/1/8), 1A
(3/4/3/8), 1A (1/27/3/8); 2A (2/30/2/7), 2A (1/13/1/2), 2A (1/13/1/4), 2A (1/13/1/10), 2A
(1/13/1/1), 2A (1/13/1/5), 2A (3/4/4/2), 2A (3/4/4/5), 2A (1/27/3/6), 2A (3/4/2/2), 2A (3/4/1/7),
2A (3/4/3/7), 2B (3/22/1/8); 3A (3/4/3/2), 3A (3/4/3/9), 3A (3/4/3/1), 3A (3/4/3/8), 3A
(1/13/1/8), 3A (1/13/1/7), 3A (1/27/4/9), 3A (3/4/2/2), 3A (1/27/1/10), 3A (1/27/1/7), 3A
(1/27/1/2), 3A (3/4/1/6), 3A (3/4/4/7), dan 3A (3/4/4/8).
Kata kunci: analisis komponen utama; galur terpilih; heritabilitas; kekerasan buah; tomat
Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.47339
58
Kelompok Lengkap (RAKL) sub-sampel faktor (galur), maka dilakukan uji lanjut berupa uji Beda
tunggal dengan 3 ulangan sebagai blok. Setiap Nyata Jujur (Honest Significant Difference/HSD)
blok terdapat 15 nomor galur F4 yang merupa- pada taraf kepercayaan 95%. Nilai heritabilitas
kan keturunan tanaman terpilih dari generasi F3, dalam arti luas diduga dengan persamaan
pada setiap nomor tersebut ditanam sepuluh (Singh dan Chaudary, 1985).
tanaman. 𝜎2𝐺
𝐻2 =
Rancangan pada penelitian ini disusun 𝜎 2𝑃
dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap Keterangan :
(RAKL) sub-sampel. Rancangan Acak Kelom- H2 : Heritabilitas dalam arti luas
pok Lengkap sub-sampel dapat dituliskan dalam σ2G : Nilai varian genotipe atau galur
model linear sebagai berikut (Gomez and σ2P : Nilai varian fenotipe (nilai varian genotipe
Gomez, 1984) : + nilai varian experimental error)
Yijk = µ + τi + βj + εij + δijk Penelitian ini juga menggunakan Analisis
Keterangan : i = 1,2,3……t Komponen Utama sebagai dasar dalam seleksi
j = 1,2,3……b individu. Persamaan dari Analisis Komponen
k = 1,2,3.......s Utama adalah sebagai berikut :
Yijk : data atau angka pengamatan yang C1 = b11 (X1) + b12 (X 2) + ... +b1p (Xp)
diperoleh dari sampel ke-k dari blok Keterangan :
ke-j pada perlakuan ke-i C : nilai variabel untuk komponen utama 1.
µ : rerata umum atau rerata angka b1p : koefisien regresi untuk variabel p yang
pengamatan secara keseluruhan membentuk komponen utama 1.
τi : pengaruh yang ditimbulkan oleh Xp : nilai variabel p
perlakuan ke-i Untuk menjaga kadar lengas tanah dapat
βj : pengaruh yang ditimbulkan oleh digunakan mulsa. Secara umum, mulsa
blok ke-j memang sudah popular di kalangan petani
εij : pengaruh yang diberikan oleh unit tanaman hortikultura, baik mulsa organik
percobaan pada blok ke-j dari maupun mulsa plastik hitam-perak. Penggunaan
perlakuan ke-i mulsa merupakan salah satu cara memodifikasi
δijk : pengaruh sesatan atau pengaruh lingkungan untuk menekan gulma dan
yang diberikan oleh sampel ke-k dari mengurangi evaporasi. Anggorowati et al.
1. blok ke-j pada perlakuan ke-i (2016) menyatakan bahwa penggunaan mulsa
Data variabel pengamatan lapangan yang jerami dengan ketebalan 4,5 cm pada tanaman
diperoleh berdasarkan Rancangan Acak tomat dapat menekan pertumbuhan gulma
Kelompok Lengkap (RAKL) sub-sampel sebesar 59,71% dan mampu menurunkan suhu
dianalisis menggunakan analisis varian dan tanah pada pagi dan siang hari sebesar 5,30%
komponen varian. Jika hasil analisis varian dan 1,68% sehingga berpengaruh langsung
menunjukkan beda nyata antar perlakuan
Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.47339
59
pada peningkatan jumlah buah dan bobot segar Penggunaan irigasi tetes dan mulsa
buah sebesar 103,83% dan 98,90% . diduga mampu meningkatkan pertumbuhan
Penelitian ini bertujuan untuk me- tanaman tomat pada musim kemarau di lahan
ngetahui pengaruh irigasi tetes dan penggunaan kering Gunungkidul.
mulsa terhadap pertumbuhan tanaman tomat di
HASIL DAN PEMBAHASAN
lahan kering Gunungkidul. Penggunaan irigasi
Pada analisis sub sampel diperoleh hasil tabel 1
tetes dengan penggunaan beberapa jenis mulsa
di bawah ini dengan hasil menunjukkan terdapat
diharapkan dapat menjadi solusi untuk meng-
beda nyata antar karakter yang diamati. Hasil
atasi permasalahan cekaman kekeringan di
yang berbeda nyata menunjukkan bahwa galur
daerah kering seperti di Gunungkidul.
yang diteliti menampilkan keragaan yang
berbeda-beda.
.Tabel 1. Nilai kuadrat tengah galur, F-hitung galur, varian dalam galur, varian antar galur dan
heritabilitas dalam arti luas karakter-karakter pada 15 galur tomat
Klasifikasi
Fhitung Varian Varian H
Karakter KTG heritabilita
galur dalam antar (%)
s **)
Umur berbunga 652,21 4,26* 153,16 12,72 7,81 Rendah
Jumlah bunga per tandan 70,18 5,51* 12,74 1,44 9,21 Rendah
1358,4
Jumlah buah per tanaman Rendah
0 4,62* 293,81 22,79 10,09
Jumlah buah per tandan 30,94 3,78* 8,19 0,43 6,97 Rendah
Jumlah tandan per
Rendah
tanaman 34,87 4,00* 8,71 0,72 11,28
Panjang buah 21,72 5,85* 3,71 0,52 13,52 Rendah
Diameter buah 20,12 5,78* 3,48 0,50 13,67 Rendah
2168,2
Kekerasan buah Rendah
4 4,02* 539,85 36,05 6,20
5708,5
Bobot buah Rendah
4 6,71* 850,90 150,38 18,27
Rasio p/d 1,26 7,16* 0,18 0,03 13,91 Rendah
Keterangan : KTG : Kuadrat Tengah Galur; H : Heritabilitas dalam arti luas; Nilai F-hitung galur yang
diikuti tanda * menunjukkan beda nyata antar galur pada taraf signifikan 5%. *) Klasifikasi Menurut
Elrod dan Stansfield (2002), nilai duga heritabilitas diklasifikasikan berdasarkan heritabilitas rendah
= h2bs < 20%, heritabilitas sedang = 20% ≤ h2bs < 50%, dan heritabilitas tinggi = h2bs ≥ 50%
Hasil dari perhitungan menunjukkan antar galur merupakan dasar dalam melakukan
bahwa nilai varian dalam galur lebih besar seleksi. Jika nilai varian dalam galur lebih besar
dibandingkan dengan varian antar galur pada dari nilai varian antar galur maka menunjukkan
karakter umur berbunga, jumlah bunga per keragaman dalam galur lebih besar, sehingga
tandan, jumlah buah per tanaman, jumlah buah seleksi selanjutnya dilakukan pada individu
per tandan, jumlah tandan per tanaman, panjang tanaman dalam galur. Sedangkan, varian antar
buah, diameter buah, kekerasan buah, bobot galur yang lebih rendah menunjukkan
buah, dan rasio p/d. Nilai varian dalam galur dan keragaman antar galur lebih kecil. Seleksi tidak
Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.47339
60
menciptakan keragaman namun seleksi dalam buah, dan rasio p/d. Nilai heritabilitas pada
populasi yang beragam dapat mengubah karakter tersebut memiliki nilai rendah karena
banyak sifat dalam populasi (Crowder, 2006). dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu
Nilai heritabilitas dalam arti luas pada serangan hama dan penyakit yang tinggi di
Tabel 4 memiliki nilai yang rendah pada karakter lahan. Tingginya nilai heritabilitas suatu karakter
umur berbunga, jumlah bunga per tandan, sangat dipengaruhi oleh faktor genetik
jumlah buah per tanaman, jumlah buah per keturunannya, sehingga persentase untuk
tandan, jumlah tandan per tanaman, panjang turunan generasi berikutnya akan lebih besar.
buah, diameter buah, kekerasan buah, bobot
Tabel 2. Umur berbunga, jumlah bunga per tandan, dan jumlah tandan per tanaman
Jumlah Jumlah
Galur Umur berbunga (hst)
bunga/tandan tandan/tanaman
Marta x A131 (1/27/1) 31,37 a 6,87 a 9,57 a
Lentana x A175 (3/22/1) 19,33 bc 4,20 bc 5,07 dc
Marta x A131 (3/4/1) 13,47 c 3,23 c 3,57 d
Marta x A131 (1/27/2) 25,88 ab 5,60 abc 6,13 bcd
Marta x A 131 (1/3/1) 27,80 ab 6,17 ab 7,23 abc
Marta x A131 (3/4/2) 27,20 ab 5,37 abc 6,13 bcd
Marta x A131 (3/4/3) 24,93 ab 4,83 abc 6,53 abcd
Marta x A131 (1/27/3) 25,50 ab 6,03 ab 7,33 abc
Marta x A131 (1/13/1) 23,50 abc 4,87 abc 6,57 abcd
Marta x A131 (3/4/4) 27,40 ab 5,97 ab 7,37 abc
Marta x A131 (2/30/1) 21,47 abc 4,97 abc 6,10 bcd
Marta x A131 (2/30/2) 29,83 ab 6,90 a 7,83 abc
Marta x A131 (1/27/4) 26,47 ab 6,33 ab 7,17 abc
Marta x A131 (1/27/5) 28,10 ab 6,57 ab 9,13 ab
Marta x A131 (3/19/1) 19,50 bc 4,20 bc 5,13 dc
CV (%) 49,95 53,07 53,93
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji HSD Tukey pada taraf signifikansi 5%
Umur berbunga pada tanaman tomat (3/19/1). Sedangkan umur berbunga paling lama
adalah penentu waktu di mana tanaman tomat adalah Marta x A131 (1/27/1) dengan nilai 31,37
mulai mengeluarkan bunga mekar sempurna hst yang tidak berbeda nyata dengan Marta x
yang akan berkembang menjadi bakal buah. A131 (2/30/2), Lentana x A131 (3/22/1), Marta x
Umur berbunga dipengaruhi oleh suhu, A131 (1/27/2), Marta x A131 (1/3/1), Marta x
ketinggian tempat, dan intensitas cahaya A131 (3/4/2), Marta x A131 (3/4/3), Marta x A131
matahari (Safa’ah et al., 2018). (1/27/3), Marta x A131 (1/13/1), Marta x A131
Hasil dari umur berbunga paling cepat (2/30/1), Marta x A131 (1/27/4), Marta x A131
berbunga Marta x A131 (3/4/1) yaitu 13,47 hst, (1/27/5), dan Marta x A131 (3/19/1).
hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan Dari data Tabel 2 ada beberapa galur
Lentana x A175 (3/22/1), Marta x A131(1/13/1), yang memiliki umur muncul bunga lebih pendek
Marta x A131 (2/30/1), dan Marta x A131 sekitar 13-19 hst. Munculnya bunga lebih cepat
Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.47339
61
dapat memberi keuntungan, yaitu dari segi Jumlah bunga per tandan memiliki hasil
waktu karena semakin cepat tanaman tomat tinggi dapat memiliki potensi menjadi buah lebih
mengeluarkan bunga maka akan cepat dalam banyak begitu juga sebaliknya jumlah bunga
menghasilkan buah. Terutama dalam segi waktu sedikit per tandan akan menghasilkan jumlah
produksi menghasilkan buah akan lebih cepat buah yang sedikit pula. Bunga yang banyak
sehingga kebutuhan akan tomat di pasaran diharapkan mampu menjadi buah seluruhnya
terus tercukupi. Umur muncul bunga lebih cepat dan dari sisi petani diharapkan mampu
bisa disebabkan oleh faktor lingkungan yang meningkatkan hasil produksi. Namun, bila
berpengaruh terhadap munculnya bunga tomat jumlah bunga per tandan rendah hasil buah yang
saat di lapangan, meliputi faktor internal dan terbentuk juga akan sedikit.
faktor eksternal. Faktor internal bisa dari sifat Tandan bunga terbentuk pada ruas-ruas
genetis tanaman dan juga fito hormon yang batang meskipun pada tanaman indeterminate
mudah terangsang untuk menginisiasi tandan tidak muncul di setiap ruas batang.
munculnya bunga. Faktor eksternal terutama Banyaknya tandan yang muncul pada tanaman
adalah cahaya matahari dan nutrisi yang berpengaruh terhadap jumlah buah per tanaman
diberikan. yang pada akhirnya akan mempengaruhi total
Jumlah bunga per tandan merupakan daya hasil. Persentase kemampuan
potensi bunga setiap tandan dapat menjadi pembentukan buah dari total bunga yang
buah. Jumlah bunga per tandan menunjukkan terbentuk juga menjadi faktor penting yang
potensi bunga yang bisa terbentuk menjadi mempengaruhi daya hasil, selain itu tidak semua
buah. Pembentukan bunga dapat dipengaruhi bunga berhasil membentuk buah karena faktor
oleh sifat genetis tanaman. Hasil dari Tabel 2 lingkungan seperti curah hujan tinggi (Mahfud,
menunjukkan jumlah bunga per tandan terendah 2015). Jumlah tandan per tanaman memiliki nilai
yaitu Marta x A131(3/4/1) dengan nilai 3,23 tidak terendah yaitu Marta x A131 (3/4/1) dengan nilai
berbeda nyata dengan Lentana x A175 (3/22/1), 3,57. Hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan
Marta x A131 (1/27/2), Marta x A131 (3/4/2), Lentana x A175 (3/22/1), Marta x A131 (1/27/2),
Marta x A131 (3/4/3), Marta x A131 (1/13/1), Marta x A131 (3/4/2), Marta x A131 (3/4/3),
Marta x A131 (2/30/1), dan Marta x A131 Marta x A131 (1/13/1), Martax A131 (2/30/1),
(3/19/1). Marta x A131 (3/19/1).
Hasil jumlah bunga per tandan tertinggi Hasil rerata tertinggi yang dapat dilihat di
adalah Marta x A131 (2/30/2) dengan nilai 6,90 Tabel 2 yaitu, Marta x A131 (1/27/1) dengan nilai
tidak berbeda nyata dengan Marta x A131 9,57. Hasil tersebut tidak terdapat beda nyata
(1/27/1), Marta x A131 (1/27/2), Marta x A 131 dengan Marta x A131 (1/3/1), Marta x A131
(1/3/1), Marta x A131 (3/4/2), Marta x A131 (3/4/3), Marta x A131 (1/27/3), Marta x A131
(3/4/3), Marta x A131 (1/27/3), Marta x A131 (1/13/3), Marta x A131 (3/4/4), Marta x A131
(1/13/1), Marta x A131 (3/4/4), Marta x A131 2/30/2), Marta x A131 (1/27/4), dan Marta x
(2/30/1), Marta x A131 (1/27/4), dan Marta x A131 (1/27/5).
A131 (1/27/5).
Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.47339
62
Parameter penting yang lain selain di tabel 5 tertinggi pada jumlah buah per tandan
pembungaan dan jumlah bunga adalah jumlah pada tabel di atas yaitu, Marta x A131 (1/27/1)
buah per tandan. Jumlah buah per tandan dengan hasil 6,50. Hasil tersebut tidak berbeda
mempengaruhi persentase fruitset. Fruitset nyata dengan Marta x A131 (1/27/2), Marta x
adalah persentase pembentukan buah dari A131 (1/3/1), Marta x A131 (3/4/2), Marta x A131
bunga yang terbentuk dalam satu tandan. (3/4/3), Marta x A131 (1/27/3), Marta x A131 (
Pembentukan buah lebih dipengaruhi oleh 1/13/1), Marta x A131 (3/4/4), Marta x A131
lingkungan, terutama suhu udara dan curah (2/30/1), Marta x A131 (2/30/2), Marta x A131
hujan. Curah hujan yang terlalu tinggi dapat (1/27/4), Marta x A131 (1/27/5).
menghambat pembuahan (Mahfud, 2015). Hasil
Tabel 3. Jumlah buah per tandan dan jumlah buah per tanaman
Galur Jumlah buah/tandan Jumlah buah/tanaman
Marta x A131 (1/27/1) 6,50 a 38,70 a
Lentana x A175 (3/22/1) 3,77 bc 19,50 b
Marta x A131 (3/4/1) 2,87 c 17,47 b
Marta x A131 (1/27/2) 4,57 abc 24,60 ab
Marta x A 131 (1/3/1) 5,30 abc 32,40 ab
Marta x A131 (3/4/2) 4,67 abc 25,30 ab
Marta x A131 (3/4/3) 5,23 abc 26,00 ab
Marta x A131 (1/27/3) 5,77 ab 31,67 ab
Marta x A131 (1/13/1) 5,33 abc 31,63 ab
Marta x A131 (3/4/4) 5,03 abc 26,87 ab
Marta x A131 (2/30/1) 4,57 abc 30,17 ab
Marta x A131 (2/30/2) 6,13 ab 39,13 a
Marta x A131 (1/27/4) 5,30 abc 32,40 ab
Marta x A131 (1/27/5) 6,43 a 39,00 a
Marta x A131 (3/19/1) 3,83 bc 23,57 b
CV (%) 57,01 58,65
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji HSD Tukey pada taraf signifikansi 5%.
Hasil terendah panjang buah adalah terbentuk pada setiap tandan. Apabila jumlah
Marta x A131 (3/4/1) yaitu 2,34 cm. Hasilnya buah per tandan tidak sama jumlahnya dengan
tidak berbeda nyata dengan Lentana x A175 bunga yang terbentuk, maka hal tersebut
(3/22/1), Marta x A131 (1/3/1), Marta x A131 diakibatkan oleh rontoknya bunga sebelum
(3/4/3), Marta x A131 (1/13/1), Marta x A131 menjadi bakal buah. Faktor yang berpengaruh
(2/30), dan Marta x A131 (3/19/1). Jumlah buah hama penyakit dan translokasi yang masuk ke
per tandan menunjukkan kondisi aktual jumlah buah yang telah terlebih dulu terbentuk,
bunga yang berhasil membentuk buah. Bunga sehingga bunga yang telah lama terbentuk
yang bertahan telah melalui proses pembuahan menjadi rontok karena tidak terbagi nutrisi.
dan menghadapi tekanan lingkungan selama Perbedaan jumlah buah antar galur
pembentukan buah. Jumlah buah per tandan cenderung disebabkan oleh interaksi antara
merupakan realisasi dari jumlah bunga yang genotipe dan lingkungan. Variasi lingkungan
Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.47339
63
terbagi dalam dua kelompok. Pertama adalah pada Tabel 4 hasil tertinggi pada panjang buah
variasi lingkungan yang dapat dikendalikan, dari tabel di atas adalah Marta x A131 (1/27/1)
meliputi sifat-sifat umum seperti iklim dan tipe dengan nilai 5,64 cm. Hasil tersebut tidak
tanah. Golongan kedua, yaitu variasi lingkungan berbeda nyata dengan Marta x A131 (1/27/2),
yang sukar dikendalikan, seperti fluktuasi cuaca Marta x A131 (3/4/2), Marta x A131 (3/4/3),
yang meliputi jumlah curah hujan dan Marta x A131 (1/27/3), Marta x A131 (3/4/4),
temperatur. Jadi karakter-karakter yang terdapat Marta x A131 (2/30/2), Marta x A131 (1/27/4),
pada tanaman secara terus menerus akan dan Marta x A131 (1/27/5). Hasil terendah
memberikan tanggapan dan penyesuaian panjang buah adalah Marta x A131 (3/4/1)
terhadap lingkungannya, sehingga terjadi yaitu 2,34 cm. Hasilnya tidak berbeda nyata
perbedaan antara yang satu dengan yang dengan Lentana x A175 (3/22/1), Marta x A131
lainnya (Suryadi dan Permadi, 1998). (1/3/1), Marta x A131 (3/4/3), Marta x A131
Hasil dari Tabel 3 nilai tertinggi pada (1/13/1), Marta x A131 (2/30), dan Marta x
jumlah buah per tanaman pada tabel di atas A131 (3/19/1).
yaitu, Marta x A131 (2/30/2) dengan hasil Diameter buah adalah faktor yang
39,13. Hasil tersebut tidak beda nyata dengan mencirikan ukuran buah. Buah dengan
Marta x A131(1/27/1), Marta x A131 (1/27/2), diameter yang besar mempunyai ukuran buah
Marta x A131 (1/3/1), Marta x A131 (3/4/2), yang besar meskipun sering berbanding
Marta x A131 (3/4/3), Marta x A131 (1/27/3), terbalik dengan jumlah buah yang dihasilkan
Marta x A131 (1/13/1), Marta x A131 (3/4/4), baik dalam satu tandan maupun dalam satu
Marta x A131 (2/30/1), Marta x A131 (1/27/4), tanaman (Soedomo, 2012). Hasil tertinggi
Marta x A131 (1/27/5). Nilai terendah untuk diameter pada Tabel 4 yaitu Marta x A131
jumlah per tanaman yaitu Marta x A131 (3/4/1) (1/27/2) dengan nilai 4,79 cm. Hasil tersebut
dengan nilai 17,47. Hasil tersebut tidak tidak berbeda nyata dengan Marta x A131
berbeda nyata dengan galur Lentana x A175 (1/27/1), Marta x A131 (1/3/1), Marta x A131
(3/22/1), Marta x A131 (1/27/2), Marta x A131 (3/4/2), Marta x A131 (3/4/3), Marta x A131
(1/3/1), Marta x A131 (3/4/2), Marta x A131 (1/27/3), Marta x A131 (3/4/4), Marta x A131
(3/4/3), Marta x A131 (1/27/3), Marta x A131 (2/30/2), Marta x A131 (1/27/4), dan Marta x
(1/13/1), Marta x A131 (3/4/4), Marta x A131 A131 (1/27/5). Hasil terendah yang dapat
(2/30/1), Marta x A131 (1/27/4), Marta x A131 dilihat dari Tabel 4 adalah Marta x A131 (3/4/1)
(3/19/1). Panjang dan diameter buah dengan nilai 2,18 cm. Memiliki hasil yang tidak
merupakan komponen penting yang berbeda nyata dengan Lentana x A175
menentukan ukuran buah dan bentuk buah. (3/22/1), Marta x A131 (1/27/3), Marta x A131
Ukuran buah lebih banyak dipengaruhi oleh (1/13/1), Marta x A131 (2/30/1), dan Marta x
faktor genetik (Rick dan Holle, 1990), meskipun A131 (3/19/1).
keadaan lingkungan yang cukup ekstrim juga
sering berpengaruh terhadap ukuran buah.
Hasil analisis varian sub-sampel panjang buah
Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.47339
Tabel 4. Panjang buah, diameter buah, kekerasan buah, dan bobot buah
Galur Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Kekerasan buah (newton) Bobot buah (gram)
Tebal daging buah berkaitan dengan Hasil pada karakter kekerasan buah di
tingkat kekerasan buah tomat. Semakin tebal Tabel 4 yang memiliki nilai tertinggi yaitu, Marta
daging buah tomat, diharapkan buah tomat x A131 (1/27/1) besar nilai 55,79 newton. Hasil
semakin keras apalagi ditunjang dengan tersebut tidak berbeda nyata dengan Marta x
jumlah rongga buah yang banyak. Jumlah A131 (1/27/2), Marta x A131 (1/3/1), Marta x
rongga buah yang banyak, maka volume atau A131 (3/4/2), Marta x A131 (3/4/3), Marta x
ruang buah akan terbagi menjadi ruang-ruang A131 (1/27/3), Marta x A131 (1/13/1), Marta x
kecil yang menyebabkan dinding buah dan A131 (3/4/4), Marta x A131 (2/30/1), Marta x
sekat antar ruang menjadi tebal sehingga buah A131 (2/30/2), Marta x A131 (1/27/4), Marta x
menjadi keras (Ambarwati, 2009). A131 (1/27/5).
Nilai terendah dapat dilihat pada Tabel 4 Kekerasan buah menjadi petunjuk
yaitu pada galur Marta x A131 (3/4/1) bernilai kualitas yang penting pada komoditas buah.
24,45 newton. Hasil tersebut tidak berbeda Tomat adalah salah satu komoditas yang
nyata dengan Lentana x A175 (3/22/1), Marta mudah sekali mengalami kerusakan setelah
x A131 (1/27/2), Marta x A131 (3/4/2), Marta x dipanen. Kekerasan (firmness) akan
A131 (3/4/3), Marta x A131 (1/13/1), Marta x berpengaruh terhadap ketahanan buah tomat
A131 (2/30/1), Marta x A131 (1/27/4), dan terhadap kerusakan mekanis selama
Marta x A131 (3/19/1). pengangkutan. Tindakan meminimalkan
kerusakan selama pe-ngangkutan merupakan
65
salah satu upaya untuk memperpanjang masa Bobot buah dari Tabel 4 yang terendah
simpan buah, karena kerusakan buah akan adalah galur Marta x A131 (3/4/1) bernilai
mem-pengaruhi daya simpan buah tersebut. 30,40. Hasil tersebut tidak berbeda nyata
Kekerasan buah dipengaruhi oleh keuletan dengan Lentana x A175 (3/22/1), Marta x A131
kulit buah, kekentalan cairan buah, dan struktur (1/3/1), Marta x A131 (1/27/3), Marta x A131
bagian dalam buah (perbandingan antara tebal (1/13/1), Marta x A131 (2/30/1), Marta x A131
daging dengan rongga buah) (Grierson and (2/30/2), Marta x A131 (1/27/5), dan Marta x
Kader, 1986). A131 (3/19/1). Dari tabel di atas diperoleh hasil
Menurut Zuhry et al. (2012) menyatakan bobot buah tertinggi yaitu, galur Marta x A131
bahwa genotipe yang memiliki bobot per buah (1/27/2) bernilai 71,72. Hasil tersebut tidak
rendah diikuti dengan bobot per tanaman berbeda nyata dengan Marta x A131 (1/27/1),
rendah, begitu juga sebaliknya, hal ini Marta x A131 (1/3/1), Marta x A131 (3/4/2),
disebabkan masing-masing genotipe memiliki Marta x A131 (3/4/3), Marta x A131 (3/4/4),
potensi hasil yang berbeda-beda sesuai Marta x A131 (2/30/2), Marta x A131 (1/27/4),
dengan gen yang dimilikinya dan sesuai Marta x A131 (1/27/5).
lingkungan tempat tumbuh yang dimanfaatkan
secara optimal oleh tanaman.
Hasil uji lanjut HSD Tukey berdasarkan A 131 (1/3/1), Marta x A131 (3/4/2), Marta x
Tabel 5 menunjukkan rasio p/d tertinggi adalah A131 (3/4/3), Marta x A131 (1/13/1), Marta x
Marta x A131 (1/27/1) bernilai 1,32 berbeda A131 (3/4/4), Marta x A131 (2/30/1), Marta x
nyata dengan Lentana x A175 (3/22/1), Marta A131 (1/27/4), dan Marta x A131 (3/19/1). Hasil
x A131 (3/4/1), Marta x A131 (1/27/2), Marta x Marta x A131 (1/27/1) tidak berbeda nyata
Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.47339
66
PCA INDIVIDU
4
3
PC 2 (6,24%)
2
1
0
-6 -4 -2 -1 0 2 4 6
-2
-3
-4
PC 1 (83,28%)
bentuk buah bulat adalah Lentana x A175 (1/27/3) sampel 1, 2A (3/4/2) sampel 1, 2A
(3/22/1), Marta x A131 (3/4/1), Marta x A131 (3/4/2) sampel 1, 2A (3/4/1) sampel 1, 2A (3/4/3)
(1/27/2), Marta x A 131 (1/3/1), Marta x A131 sampel 1, 2B (3/22/1) sampel 1; 3A (3/4/3)
(3/4/2), Marta x A131 (3/4/3), Marta x A131 sampel 4, 3A (1/13/1) sampel 2, 3A (1/27/4)
(1/27/3), Marta x A131 (1/13/1), Marta x A131 sampel 1, 3A (3/4/2) sampel 1, 3A (1/27/1)
(3/4/4), Marta x A131 (2/30/1), Marta x A131 sampel 3, 3A (3/4/1) sampel 1, dan 3A (3/4/4)
(1/27/4), dan Marta x A131 (3/19/1). sampel 2. Di kuadran tiga sifat galur yang saling
Berdasarkan Gambar 1 di atas jika dilihat mendekati yaitu 1B (3/22/1), 2B (3/22/1), 2A
dari nilai PC 1 dan PC 2 apabila dijumlahkan nilai (3/4/1), 3A (3/4/1), 2A (1/27/3), 2A (3/4/4), 1A
proporsi 83,28% berarti nilai tersebut (3/4/3). Kuadran empat terdapat galur 2A
menjelaskan bahwa setiap galur mewakili (1/13/1), 3A (2/30/1), 2A (1/27/5), 3A (3/19/1),
sebagian besar sifat yang hampir mendekati dan 1A (3/4/3).
lebih dari 80%. Seleksi dapat dilakukan pada KESIMPULAN
kuadran yang memiliki nilai positif. Pada
1. Nilai varian dalam lebih besar dari varian
kuadran satu rata-rata galur yang memiliki sifat
antar galur pada karakter umur berbunga,
hampir mendekati adalah 3A (1/27/5), 2A
jumlah bunga per tandan, jumlah buah per
(3/4/1), 2A (1/27/2), dan 2A (3/4/4). Pada
tanaman, jumlah buah per tandan, jumlah
kuadran dua galur yang memiliki kedekatan sifat
tandan per tanaman, rasio panjang per
adalah 1A (2/30/1) sampel 1, 1A (3/4/2) sampel
2, 1B (3/22/1) sampel 2, 1A (1/13/1) sampel 1,
Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.47339
67
diameter, panjang buah, diameter buah, arch. John Wiley and Sons, Inc.,
kekerasan buah, dan bobot buah. USA.
2. Pada generasi F4 diperoleh sebanyak 41
individu calon tanaman terpilih yang memiliki Mahfud. 2015. Evaluasi Daya Hasil dan
daya hasil tinggi, bentuk buah bulat/oval, dan Kualitas Buah Tiga Belas Hibrida
kekerasan buah tinggi adalah pada 1A Tomat (Solanum lycopersicum L.).
(2/30/1/1), 1A (3/4/2/3), 1A (3/4/2/2), 1B Fakultas Pertanian Universitas
(3/22/1/2), 1B (3/22/1/6), 1A (1/13/1/6), 1A Gadjah Mada. Skripsi.
(3/4/4/6), 1A (3/4/4/2), 1A (3/4/4/1), 1A
(1/27/4/1), 1A (3/4/1/9), 1A (3/4/1/8), 1A Poespodarsono, S. 1988. Dasar-Dasar
(3/4/3/8), 1A (1/27/3/8); 2A (2/30/2/7), 2A Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar.
(1/13/1/2), 2A (1/13/1/4), 2A (1/13/1/10), 2A Institut Pertanian Bogor, Bogor.
(1/13/1/1), 2A (1/13/1/5), 2A (3/4/4/2), 2A
(3/4/4/5), 2A (1/27/3/6), 2A (3/4/2/2), 2A Purwati, E. 1997. Pemuliaan Tanaman
(3/4/1/7), 2A (3/4/3/7), 2B (3/22/1/8); 3A Tomat. Puslitbanghorti, Badan
(3/4/3/2), 3A (3/4/3/9), 3A (3/4/3/1), 3A Litbang Pertanian.
(3/4/3/8), 3A (1/13/1/8), 3A (1/13/1/7), 3A
(1/27/4/9), 3A (3/4/2/2), 3A (1/27/1/10), 3A Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.
(1/27/1/7), 3A (1/27/1/2), 3A (3/4/1/6), 3A 2014. Outlook Komoditi Tomat.
(3/4/4/7), dan 3A (3/4/4/8). Sekretariat Jenderal Kementerian
Pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Rick, C. M. & Holle, M. 1990. Andean
Ambarwati, E., Murti, R. H., dan Trisnowati,
Lycopersicon esculentum var.
S. 2009. Perakitan Tomat
Cerasiforme: Genetic variation and
Berproduksi Tinggi untuk Dataran
its evolutionary significance. Econo-
Tinggi dan Dataran Rendah.
mic Botany. 44:66-78.
Laporan Akhir Hasil Penelitian.
Fakultas Pertanian. Universitas Safa’ah, N. & N. R. Ardiarini. 2018.
Gadjah Mada. Pendugaan nilai heritabilitas pada
Sembilan genotipe tomat cherry
Elrod, S.L, W.D. Stansfield. 2002. Schaum's
(Lycopersicum esculentum Mill Var.
Outline of Theory and Problems of
Cerasiforme alef). Jurnal Produksi
Genetics, 4th ed. Mc Graw-Hill, New
Tanaman. 6(7):1488-1495.
York.
Singh, R.K. & B.D. Chaudhary. 1985.
Gomez, K.A. & A.A. Gomez. 1984. Statistical
Biometrical Methods in Quantitative
Procedures for Agricultural Rese-
Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.47339
68
Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.47339