You are on page 1of 8

FishtecH – Jurnal Teknologi Hasil Perikanan

ISSN: 2302-6936 (Print), (Online, http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/fishtech)


Vol. 4, No.2: 120-127, November 2015

Analisis Proksimat, Protein Larut Air, dan Protein Larut Garam


pada Beberapa Jenis Ikan Air Tawar Sumatera Selatan
Proximate Analysis, Water-Soluble Protein and Salt-Soluble Protein
in Some Species of Fresh Water Fish Indigenous South Sumatera
Oka Weniarti Gultom, Susi Lestari*), Rodiana Nopianti
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir 30662 Sumatera Selatan
Telp./Fax. (0711) 580934
*)
Penulis untuk korespondensi: susilestari32@yahoo.com

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the water-soluble protein and salt-soluble protein in
some species of fresh water fish indigenous South Sumatera. This research was conducted on
September 2014 until October 2014. The results obtained in this study were analyzed by using
descriptive methods. The parameters used are chemical analysis (water content, protein content, fat
content, ash content), water-soluble protein and salt-soluble protein. Chemical characteristics of some
of the fish used in this study is the water content for 78% catfish (Cryptopteru limpok), climbing
gouramies78.13%, 77.47 catfish (Mystus nemurus), marble goby 77.76%, 77.28% snakeheads. Ash
content for 3.32% catfish (Cryptopteru limpok), climbing gouramies 1.98%, 3.31% catfish (Mystus
nemurus), marble goby 1.97%, 3.24% snakeheads. Protein content for 5.19 mg/g catfish (Cryptopteru
limpok), climbing gouramies 9.06 mg/g, 5.33 mg/g catfish (Mystus nemurus), marble goby 5.95 mg/g,
5.36 mg/g snakeheads. Fat content for 2.36% catfish (Cryptopteru limpok), climbing gouramies 3.09%,
3.3% catfish (Mystus nemurus), marble goby 1.83%, 2.23% snakeheads. Water-soluble protein for
5.17 mg/g catfish (Cryptopteru limpok), climbing gouramies 6.46 mg/g, 6.63 mg/g catfish (Mystus
nemurus), marble goby 6.7 mg/g, 5.53 mg/g snakeheads. Salt-soluble protein for 4.08 mg/g catfish
(Cryptopteru limpok), climbing gouramies 3.40 mg/g, 4.38 mg/g catfish (Mystus nemurus), sleepers
3.50 mg/g, 3.65 mg/g snakeheads.
Keywords: Chemical quality, fish, salt-soluble protein, water-soluble protein

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menentukan kadar protein larut air serta protein larut garam yang
terdapat pada beberapa jenis ikan di Sumatera selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September 2014 sampai Oktober 2014. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif. Parameter yang diamati meliputi analisis kimia (kadar air, kadar
protein, kadar lemak, kadar abu), analisis protein larut air serta analisis protein larut garam.
Karakteristik kimia dari beberapa ikan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kadar air 78%
ikan lais, ikan betok 78,13%, 77,47% ikan baung, ikan betutu 77,76%, dan 77,28% ikan gabus. Kadar
abu ikan lais 3,32%, 1,98% ikan betok, ikan baung 3,31%, ikan betutu 1,97%, dan 3,24% ikan gabus.
Kadar protein ikan lais 5,19 mg/g, ikan betok 9,06 mg/g, 5,33 mg/g ikan baung, ikan betutu
5,95 mg/g, dan 5,36 mg/g ikan gabus. Kadar lemak ikan lais 2,36%, 3,09 ikan betok, 3,3% ikan baung,
ikan betutu 1,83%, dan 2,23% ikan gabus. Kadar protein larut air ikan lais 5,17 mg/g, ikan betok
6,46 mg/g, 6,63 mg/g ikan baung, ikan betutu 6,7 mg/g, dan 5,53 mg/g ikan gabus. Kadar protein
larut garam ikan lais 4,08 mg/g, 3,40 mg/g ikan betok, ikan baung 4,38 mg/g, ikan betutu 3,50 mg/g,
dan 3,65 mg/g ikan gabus.
Kata kunci: Ikan, mutu kimia, protein larut air, protein larut garam

PENDAHULUAN dan aliran sungai. Potensi khas perikanan air


tawar di Sumatera Selatan antara lain ikan
Sumatera Selatan merupakan salah satu
betok (Anabas testudineus), ikan baung (Mystus
provinsi yang memiliki potensi sumberdaya
nemurus), ikan lais (Cryptopteru limpok), ikan
perairan air tawar yang cukup besar. Hal ini
betutu (Oxyeleotris marmorata) dan ikan gabus
ditunjang oleh banyaknya rawa, sungai, danau
Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 121

(Ophiocephalus stiatus). Data Biro Pusat ikan baung, ikan lais dan ikan betutu, ikan
Statistik Provinsi Sumatera Selatan (2010) gabus.Serta bahan yang digunakan terdiri dari
menunjukkan bahwa tahun 2009 produksi larutan bovine serum albumin, NaOH 1 N,
ikan lais, ikan gabus dan ikan betutu Na.K tartrat 1%, EDTA, KCl, dan kalium
mencapai 18.218.808 ton, 62.636.658 ton, fosfat.
dan 74.402.927 ton. Alat-alat yang digunakan dalam
Protein miofibril merupakan bagian penelitian ini adalah cawan porselen, oven,
terbesar dalam jaringan daging ikan, dimana desikator, timbangan, cawan pengabuan,
protein ini bersifat larut dalam larutan garam tanur pengabuan, tabung reaksi, sentrifus,
Protein ini terdiri dari miosin, aktin dan spektrofotometer, kertas saring, Soxhlet,
protein regulasi (tropomiosin, troponin dan homogenizer polytron, desikator, waring blender.
aktinin). Gabungan antara aktin dan miosin
akan membentuk aktomiosin. Protein Metode Penelitian
miofibril berfungsi untuk kontraksi otot Penelitian ini menggunakan metode
(Andini 2006). deskriptif berdasarkan hasil uji laboratorium.
Protein sarkoplasma merupakan Sampel yang diambil adalah ikan betok, ikan
protein yang larut air dan secara normal baung, ikan lais, ikan betutu, ikan gabus yang
ditemukan dalam plasma sel dimana protein diambil dari Pasar Indralaya. Masing-masing
tersebut berperan penting sebagai enzim yang kelompok dideskripsikan kandungan
diperlukan untuk metabolisme anaerob sel proksimatnya yang meliputi air, protein,
otot dan pembawa oksigen (Andini 2006). lemak, abu, protein larut air serta protein
Protein sarkoplasma yang mengandung larut garam.
berbagai jenis protein yang larut dalam air
disebut dengan miogen. Kandungan miogen Parameter Pengamatan
dalam otot ikan tergantung pada spesiesnya, Parameter uji yang dilakukan pada
namun pada umumnya lebih tinggi pada ikan penelitian ini adalah adalah analisis kimia
pelagis bila dibandingkan dengan ikan yang meliputi kadar air (AOAC 2005) dengan
domersal. Pencucian dengan air terhadap metode oven, kadar abu (AOAC 2005)
daging lumat ikan sangat diperlukan untuk dengan metode muffle furnace, kadar
menghilangkan darah, bau ikan dan juga proteindengan metode Lowry menurut
membuang protein sarkoplasma yang (Apriyantono et al. 1989), kadar lemak
menghalangi kemampuan pembentukan gel. (AOAC 2005) dengan metode Soxhlet,
Informasi mengenai kandungan Protein larut air dengan metode Biuret
proksimat, protein larut air dan protein larut (Ladrat et al. 2003) serta protein larut garam
garam yang terdapat pada beberapa jenis ikan menggunakan metode Biuret (Jin et al. 2003).
yang berada di Sumatera Selatan belum
diketahui secara lengkap. Oleh karena itu,
HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini dilakukan sehingga dapat
diperoleh informasi mengenai kandungan Kadar Air
protein larut air dan protein larut garam dari Kadar air didalam daging ikan betok,
beberapa ikan lokal di Sumatera Selatan agar baung, lais, betutu dan gabus menunjukkan
dapat dimanfaatkan secara optimum. presentase tertinggi bila dibandingkan dengan
Penelitian ini bertujuan menentukan protein kadar abu, lemak, protein, protein larut air
sarkoplasma (protein larut air) serta miofibril dan protein larut garam. Kadar air yang tinggi
(protein larut garam) yang terdapat pada dalam ikan segar menunjukkan air yang
beberapa jenis ikan lokal di Sumatera Selatan. terikat dalam jaringan suatu bahan atau air
murni (Alhana 2011). Kandungan kadar air
BAHAN DAN METODE pada beberapa jenis ikan di Sumatera Selatan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu ikan patin, ikan betok,

Gultom et al.: Analisis proksimat, protein larut air


122 Gultom et al.: Analisis proksimat, protein larut air

Tabel 1. Hasil analisa kadar air pada beberapa glomerulus dieksresikan dengan komplemen
jenis ikan air tawar di Sumatera Selatan garamnya yang normal. Keuntungan yang
Jenis Ikan Kadar Air (%) diperoleh dengan mengeksresikan urin urin
Ikan Betok 78,13 lebih encer dari pada plasma. Keuntungan
Ikan Lais 78,00 fisiologis lebih lanjut pada beberapa jenis ikan
Ikan Betutu 77,76 adalah tereksresinya sejumlah kecil nitrogen
Ikan Baung 77,47
Ikan Gabus 77,28 yang terpakai dalam urin). Ketika cairan dari
badan malpighi memasuki dan melewati
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rata- tubuli ginjal, beberapa substansi diserap pada
rata kadar air pada ikan yang digunakan yaitu bagian-bagian tertentu. Glukosa diserap
ikan betok 78,13%, ikan lais 78%, ikan betutu kembali pada tubuli proksimalis, dan garam-
77,76%, ikan baung 77,47%, dan ikan gabus garam diserap kembali pada tubuli distalis.
77,28%. Dari hasil tersebut didapat kadar air Dinding tubuli ginjal tersebut bersifat
terendah terdapat pada ikan gabus dan kadar impermeabel terhadap air pada beberapa
air tertinggi terdapat pada ikan betok. ikan. Pada golongan teleostei terdapat suatu
Kandungan air sangat berpengaruh gelembung yang dinamakan vesica urinaria
terhadap tekstur bahan pangan dimana untuk menampung air seni. Gelembung ini
sebagian besar bahan pangan segar memiliki fungsi dalam osmoregulasi. Dinding
mengandung air 70% atau lebih. Kandungan gelembung impermeabel terhadap air, tempat
air ikan umumnya berkisar 70-80%. Pada penyerapan kembali ion-ion. Air seni yang
umumnya derajat kesegaran ikan bahan dikeluarkan sangat encer dan mengandung
pangan mempunyai hubungan dengan air sejumlah kecil senyawa nitrogen seperti asam
yang dikandunganya. Kadar air juga sangat urat, keratin, kreatinin dan ammonia.
berpengaruh terhadap daya awet bahan Tekanan osmotik pada berbagai spesies dan
pangan (Nuarisma 2012). kondisi berkisar 16-55 mOsm/kg
Daging ikan memiliki kadar air yang (Rahardjo et al. 2011).
banyak (Suwandi et al. 2014). Ikan yang hidup Meskipun air seni mengandung sedikit
diperairan tawar memiliki tekanan osmotik garam, keluarnya air yang berlimpah akan
yang lebih besar (hiperosmotik) daripada menyebabkan jumlah kumulatif kehilangan
tekanan osmotik lingkungannya sehingga air garam signifikan. Garam-garam juga hilang
cenderung berdifusi masuk kedalam tubuh karena difusi dari tubuh. Kehilangan garam
ikan melalui permukaan tubuh yang ini diimbangi oleh garam-garam yang terdapat
semipermiable. Bila hal ini tidak dikendalikan pada makanan dan penyerapan aktif melalui
atau diimbangi, maka akan menyebabkan insang (Rahardjo et al. 2011). Tingginya kadar
hilangnya garam-garam tubuh dan air pada daging disebabkan oleh kemampuan
mengencernya cairan tubuh sehingga cairan bahan untuk mengikat air yang disebut water
tubuh tidak dapat menyokong fungsi-fungsi holding capacity (WHC). Molekul air akan
fisiologis secara normal, karena tekanan terikat melalui ikatan hidrogen berenergi
osmotiknya menurun menurut pengenceran. besar. Kadar air yang tinggi dalam ikan segar
Kehilangan garam tubuh bervariasi menurut menunjukkan air yang tidak terikat dalam
spesies (Rahardjo et al. 2011). jaringan suatu bahan atau air murni
Ikan air tawar mengatur keseimbangan (Alhana 2011).
garam dengan cara menghilangkan sejumlah Ikan betok memiliki sifat biologis yang
besar urin yang encer. Penghilangan ini jauh lebih menguntungkan bila dibandingkan
dilakukan oleh ginjal yang memompa keluar dengan jenis ikan tawar lainnya dalam hal
kelebihan air tersebut sebagai air seni. pemanfaatan air sebagai media hidupnya.
Glomerulus sebagai penyaring memiliki Salah satu kelebihan tersebut adalah ikan
jumlah yang banyak dengan jumlah diameter betok memiliki labirynth yang berfungsi
yang besar. Tidak ada keuntungan sebagai alat pernapasan tambahan. Ikan betok
osmoregulasi yang diperoleh ikan air tawar merupakan jenis organisme air yang memiliki
jika filtrat yang diambil oleh darah pada sifat euryhaline, hiperosmotik terhadap air laut

Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 4 No. 2 Tahun 2015


Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 123

dan hiperosmotik terhadap air tawar Menurut Jhingran (1975), ikan betok
(Thoyibah 2012). memiliki jenis makanan yang berbeda pada
setiap fase hidupnya. Pada masa larva, ikan
Kadar Abu betok akan memakan protozoa, dan kutu air.
Kadar abu merupakan residu anorganik Kemudian ketika pada tahap juvenil, ikan
yang didapat dengan cara mengabukan betok akan memakan nyamuk atau insekta air
komponen-komponen organik dalam bahan lainnya misalnya kutu air. Pada tahap dewasa,
pangan. Kadar abu yang terdapat pada ikan ikan akan memakan insekta, kutu air, fragmen
dipengaruhi oleh habitat dan makanan. Kadar tumbuhan, serta ikan. Namun, secara
abu dari suatu bahan menunjukkan total keseluruhan makanan utamaikan betok
mineral yang terkandung dalam bahan adalah serangga. Menurut Samuel et al. (2002)
tersebut (Apriyantono 1989). Abu dan juga disebutkan bahwa berdasarkan analisa
mineral dalam bahan pangan umumnya organisme makanan ikan betok dominan
berasal dari bahan pangan itu sendiri detritus, kemudian juga terdapat cacing dan
(indigenous). Abu dalam bahan pangan ikan. Axelrod dan Schultz (1983)
dibedakan menjadi abu total, abu terlarut dan mengemukakan bahwa pada tahap larva, ikan
abu tak larut (Puspitasari 1991). betok memakan alga kecil bersel tunggal,
Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai selanjutnya alga besar bersel tunggal atau alga
persentase kadar abu pada beberapa jenis bersel banyak.
ikan yang digunakan yaitu 3,32% ikan lais, Menurut Heltonika (2009), ikan baung
3,31% ikan baung, 3.24% ikan gabus, 1,98% memiliki kebiasaan mengkonsumsi
ikan betok, dan 1,97% ikan betutu. Dari hasil gastropoda dalam memenuhi kebutuhannya
tersebut di kadar abu terendah dimiliki oleh dalam reproduksi, jenis gastropoda yang
ikan betutu dan ikan lais memiliki kadar air dikonsumsi oleh ikan baung adalah
yang tertinggi. Pleurocea sp. Ikan gabus memiliki kebiasaan
mengkonsumsi udang, katak, cacing, serangga
Tabel 2. Hasil analisa kadar abu pada beberapa dan semua jenis ikan. Pada masa larva, ikan
jenis ikan air tawar di Sumatera Selatan gabus memakan zooplankton misalnya
Jenis Ikan Kadar Abu (%) Daphnia dan Cyclops (Makmur et al. 2003).
Ikan Lais 3,32 Pada ukuran benih/fingerling makanan berupa
Ikan Baung 3,31 serangga, udang dan ikan kecil, sedangkan
Ikan Gabus 3.24 ukuran dewasa memakan udang, serangga,
Ikan Betok 1,98 katak, cacing dan ikan (Sinaga et al. 2000;
Ikan Betutu 1,97 Muflikha et al. 2005).

Perbedaan kadar abu tersebut Kadar Protein


dipengaruhi oleh habitat hidup. Kandungan Secara kuantitatif fungsi utama protein
abu pada ikan bergantung pada habitat hidup adalah sebagai sumber asam amino esensial
ikan tersebut yang berhubungan dengan yang akan digunakan untuk mensintesis asam
kandungan mineral yang terdapat dalam amino non- esensial dan sintesis protein
tubuh ikan (Suwandi et al., 2014). Kadar abu didalam tubuh (Muchtandi 2009). Protein
yang terkandung didalam ikan dipengaruhi ikan banyak mengandung asam amino
oleh kandungan mineral yang terdapat pada esensial dan kandungan asam amino ini
habitat hidup ikan (Suwandi et al., 2014). Hal sangat bervariasi tergantung pada jenis ikan.
ini mengidentifikasi kebiasaan makan ikan lais Secara umum kandungan asam amino dalam
adalah karnivora yang merupakan jenis ikan daging ikan kaya akan lisin tetapi kurang akan
predator, memiliki gigi yang tajam dan kuat kandungan triptofan. Protein ikan dapat
serta memakan potongan hewan dan diklasifikasikan menjadi protein miofibril,
serangga air disekitar perairan selain itu juga sarkoplasma dan stroma. Komposisi setiga
disebabkan oleh adanya perbedaan rangka jenis protein pada daging ikan terdiri dari
tubuh yang dimiliki oleh masing-masing ikan.

Gultom et al.: Analisis proksimat, protein larut air


124 Gultom et al.: Analisis proksimat, protein larut air

65-75% miofibril, 20-30% sarkoplasma, lemak pada daging ikan berwarna merah lebih
dan 1-3% stroma (Samsundari 2007). tinggi dari pada daging ikan berwarna putih,
Kandungan kadar protein pada tetapi pada daging ikan berwarna merah
beberapa jenis ikan di Sumatera Selatan dapat kandungan proteinnya lebih sedikit
dilihat pada Tabel 3. dibandingkan dengan ikan berwarna putih
(Samsundari 2007).
Tabel 3. Hasil analisa kadar protein pada Proses kerusakan lemak ketengikan
beberapa jenis ikan air tawar dengan ditandai oleh bau dan rasa tengik.
di Sumatera Selatan Ketengikan diartikan sebagai kerusakan atau
Jenis Ikan Kadar Protein (mg/g) perubahan bau dan rasa dalam lemak atau
Ikan Betok 9,06 bahan pangan berlemak. Sifat lemak antara
Ikan Betutu 5,95
Ikan Gabus 5,36 lain adalah tidak larut dalam air tetapi larut
Ikan Baung 5,33 dalam pelarut-pelarut organik tertentu.
Ikan Lais 5,19 Lemak akan terhidrolisa apabila dibiarkan
tanpa mendapat perlakuan. Kandungan kadar
Tabel 3 menunjukan bahwa persentase lemak pada beberapa jenis ikan di Sumatera
kadar protein pada ikan yang digunakan yaitu Selatan dapat dilihat pada Tabel 4.
9,06 mg/g ikan betok, ikan betutu 5,95 mg/g, Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-
5,36 mg/g ikan gabus, 5,33 mg/g ikan baung, rata kadar lemak pada beberapa jenis ikan
dan 5,19 mg/g ikan lais. Dari hasil tersebut yang digunakan yaitu 3,09% ikan betok, 3,3%
didapat kadar protein tertinggi terdapat pada ikan baung, 2,36 ikan lais, 2,23% ikan gabus,
ikan betok dan kadar protein terendah dan 1,83% ikan betutu. Kadar lemak pada
terdapat pada ikan lais. setiap jenis ikan berbeda, hal ini disebabkan
Berbedanya hasil persentase dari kadar oleh peningkatan kadar air. Peningkatan
protein pada ikan-ikan melalui analisa kadar air bahan menyebabkan proporsi lemak
laboratorium, dikarenakan ikan yang berbeda menurun (Amir 2004).
spesies dan tingkat kedalaman hidup. Hal ini
mengidentifikasi kebiasaan ikan betok adalah Tabel 4. Hasil analisa kadar protein pada
omnivora yang merupakan ikan pemakan beberapa jenis ikan air tawar
segalanya dan memangsa aneka serangga dan di Sumatera Selatan
hewan-hewan air yang berukuran kecil. Jenis Ikan Kadar Lemak (%)
Ikan betok 3,09
Menurut Damayanti (2005), protein
Ikan baung 3,30
tinggi yang dimiliki oleh ikan pada umumnya Ikan lais 2,36
dikarenakan protein dalam tubuh ikan Ikan gabus 2,23
berfungsi sebagai komponen struktural dan Ikan betutu 1,83
sebagai sumber energi. Komponen protein
tergantung pada asam amino dan habitat Kadar PLA
ikan tersebut. Protein larut air tidak berperan dalam
pembentukan gel dan kemungkinan dapat
Kadar Lemak menggganggu proses pembentukkan gel
Lemak merupakan golongan senyawa (Suzuki, 1981). Protein sarkoplasma diekstrak
organik kedua yang menjadi sumber menggunakan suhu, dengan kisaran 3-27 oC.
makanan. Lemak ikan banyak mengandung Ekstraksi meningkat secara linear dengan
asam lemak tidak jenuh dan jenis asam lemak peningkatan suhu air (Douglas dan Lee
tidak jenuh yang paling banyak adalah asam 1988). Protein sarkoplasma terdapat didalam
linoleat, linoleat dan arachidonat. Ketiga jenis cairan dan antar serat otot dan mencangkup
asam lemak ini merupakan asam lemak banyak enzim metabolik yang dapat
essensial (Samsundari 2007). mengurangi stabilitas fungsional protein
Lemak pada daging ikan terdiri dari selama penyimpanan (Park dan Lin 1996).
95% trigliserida dan asam-asam lemak Adanya protein yang larut dalam air pada
penyusunnya berantai lurus. Kandungan daging ikan yang akan dibuat produk gel ikan,

Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 4 No. 2 Tahun 2015


Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 125

memiliki pengaruh yang merugikan dalam larutan yang memiliki kekuatan ion yang
pembentukkan gel (ashi) karena menghambat sangat rendah (Hennigar et al. 1988). Protein
pembentukkan gel (Irianto 1990). miofibril menjadi lebih larut karena adanya
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai rata- degradasi dari rantai miosin terlebih pada
rata kandungan protein larut air pada kekuatan ionik rendah atau adanya protease
beberapa jenis ikan yang dianalisa yaitu ikan (Andini 2006).
betutu 6,7 mg/g, 6,62 mg/g ikan baung, Sifat fungsional protein miofibril
6,45 mg/g ikan betok, 5,52 mg/g ikan gabus, didefinisikan sebagai sifat-sifat protein yang
dan 5,17 mg/g ikan lais. dapat mempengaruhi karakter pangan selama
pengolahan, penyimpanan dan konsumsinya,
Tabel 5. Hasil analisa kandungan protein larut air sehingga menentukan penggunaannya dalam
pada beberapa jenis ikan air tawar pangan. Sifat yang disebabkan oleh interaksi
di Sumatera Selatan protein dengan komponen-komponen
Jenis Ikan PLA (mg/g) lainnya, baik langsung maupun tidak langsung
Ikan betutu 6,70 akan berpengaruh pada proses aplikasinya,
Ikan baung 6,63
Ikan betok 6,46 mutu dan penerimaan bahan (Subagio et al.
Ikan gabus 5,53 2004). Sifat kelarutan protein myofibril
Ikan lais 5,17 umumnya meningkat pada saat pencampuran
sehingga dapat meningkatkan potensi dalam
Dari hasil tersebut didapat kadar pembentukkan gel (Wu 1985).
protein larut air terendah terdapat pada ikan Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai rata-
lais dan kadar protein larut air tertinggi rata kandungan protein larut garam pada
terdapat pada ikan betutu. Berbedanya beberapa jenis ikan yang dianalisa yaitu
kandungan protein larut air pada setiap jenis 4,39 mg/g ikan baung, 4,08 mg/g ikan
ikan dikarenakan habitat dan makanan yang lais,3,65 mg/g gabus, 3,52 mg/g ikan betutu,
dimakan yang berbeda. Hal ini 3,40 mg/g ikan betok. Dari hasil tersebut
mengidentifikasi kebiasaan ikan betutu adalah didapat kadar protein larut garam terendah
omnivora, jenis makanan yang berubah sesuai terdapat pada ikan betok dan kadar protein
dengan bertambahnya umur. larut garam tertinggi terdapat pada ikan
baung. Kandungan protein larut garam pada
Kadar PLG beberapa jenis ikan di Sumatera Selatan dapat
Daging ikan mengandung dua pertiga dilihat pada Tabel 6.
protein miofibril. Sisanya terdiri dari darah,
mioglobin, lemak dan protein sarkoplasma Tabel 6. Hasil analisa kandungan protein larut
yang dapat menghambat kualitas akhir garam pada beberapa jenis ikan air
produk (Wu et al. 1991). Protein miofibril tawar di Sumatera Selatan
secara umum digolongkan sebagai protein Jenis Ikan P LG (mg/g)
larut garam yang merupakan komponen Ikan baung 4,39
Ikan lais 4,08
utama yang memiliki kemampuan untuk Ikan gabus 3,65
membentuk jaringan sekitar 70% dari total Ikan betutu 3,52
protein didalam daging ikan giling (Park dan Ikan betok 3,40
Lin, 1995). Protein ini terdiri dari miosin,
aktin dan protein regulasi (tropomiosin, Ikan baung memiliki sirip ekor
troponin, dan aktinin). bercagak, memiliki sirip pektoral yang
Gabungan aktin dan miosin panjang dan meruncing, memiliki sirip dorsal
membentuk aktomiosin. Protein miofibril dua buah, dapat bergerak dengan cepat dan
sangat berperan dalam pembentukan gel aktif saat menyergap mangsa.Ikan gabus
terutama dari fraksi aktomiosin (Suzuki memiliki sirip ekor berbentuk bundar,
1981). Gel dapat disusun dengan memiliki sirip dorsal yang memanjang, sirip
menggunakan otot ikan tanpa NaCl, pektoral yang berbentuk bundar.Ikan betok
melainkan protein miofibril dapat larut memiliki sirip ekor berbentuk berpinggiran

Gultom et al.: Analisis proksimat, protein larut air


126 Gultom et al.: Analisis proksimat, protein larut air

tegak, sirip pektoral berbentuk bundar dan Amir N. 2004. Peningkatan daya tahan dan
sirip dorsal yang memanjang.Ikan betutu mutu produk ikan kembung
memiliki sirip ekor yang berbentuk bundar, perempuan (Restelliger brachysoma) Asin
memiliki sirip dorsal dua buah, sirip pektoral
kering melalui penggunaan bumbu.
yang berbentuk bundar.Ikan lais memiliki
sirip ekor berbentuk garpu/bercagak, [Tesis]. Bogor: Fakultas Perikanan Dan
memiliki sirip anal yang memanjang dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
menyatu dengan sirip kaudal (sirip ekor), Bogor.
memiliki sirip pektoral yang memanjang, Andini YS. 2006. Karakteristik surimi hasil
dapat bergerak dengan cepat dan aktif saat ozonisasi daging merah ikan tongkol.
menyergap mangsa. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan
Berbedanya kandungan protein larut dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
garam pada setiap jenis ikan dikarenakan
Bogor.
habitat atau lingkungan hidup yang berbeda
dan makanan yang di makan. Hal ini [AOAC]_Association Official Analitical
mengidentifikasi kebiasaan ikan baung adalah Chemistry. 2005. Official Methods of
omnivora, pemakan segalanya namun, ada Analysis. Arlington. New York.
juga yang menggolongkan dirinya sebagai Apriyantono. 1989. Analisis Pangan. Bogor:
ikan karnivora karena lebih dominan PAU Pangan dan Gizi IPB.
memakan hewan-hewan kecil (Sinaga 2008). Axelrod HR. dan Schultz LP. 1983. Handbook
Kekuatan gel dari protein miofibril of Tropical Aquarium Fishes. New York,
yang dimiliki oleh ikan baung sangat
Mc Graw-Hill Book Company, Inc.
diperlukan pada aplikasi produk-produk
berbasis gel, misalnya bakso, surimi, sosis dan [BPS]_Biro Pusat Statistik. 2010. Statistik
nugget. Dengan interaksi antar protein- Pertanian Sumatera Selatan. Palembang:
protein dalam hal ini adalah ikatan sulfide BPS Palembang.
antar aktin-miosin atau miosin-miosin, Damayanti A. 2005. Kajian pemanfaatan
miofibril dapat membentuk gel yang sangat beberapa ikan laut dalam perairan barat
penting bagi industi pangan. sumatera sebagai sumber pangan dan
obat-obatan. [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
KESIMPULAN Pertanian Bogor.
Jenis ikan air tawar yang dipergunakan Douglas SM, Lee CM 1988. Comparison of
menghasilkan nilai kadar air tertinggi 78,13% the thermostability of red hake and
yang dimiliki oleh ikan betok, nilai kadar abu Alaska Pollock surimi during
tertinggi 3,32% dimiliki oleh ikan lais, nilai processing. J. Food Sci. 53: 1347-1351.
kadar protein tertinggi 9,06 mg/g dimiliki Heltonika B. 2009. Kajian makanan dan
oleh ikan betok, nilai kadar lemak tertinggi kaitannya dengan reproduksi ikan
3, 3% dimiliki oleh ikan baung, nilai protein baung (Mystus nemurus) di Sungai
larut airtertinggi 6,7 mg/g dimiliki oleh ikan Klawing Purbalingga Jawa Tengah.
betutu dan protein larut garam dimiliki oleh [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana,
ikan baung sebesar 4,39 mg/g. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hennigar CJ, Buck EM, Hultin HO, Peleg M,
Vareltzis K. 1988. The effect of
DAFTAR PUSTAKA washing and sodium chloride on
Alhana. 2011. Analisis asam amino dan mechanical properties of fish muscle
pengamatan jaringan daging fillet ikan gels. J. Food Sci. 53: 963-964.
Irianto B. 1990. Teknologi surimi salah satu
patin (Pangasius hypophthalmus). [Skripsi].
cara mempelajari nilai tambah ikan
Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu yang kurang dimanfaatkan. Jurnal
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dan Pengembangan Pertanian
9(2): 35-39.

Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 4 No. 2 Tahun 2015


Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 127

Jhingran VG. 1975. Fish and Fisheries of India. Penelitian Perikanan Indonesia Edisi
India: Hindustan Bublishing Publications. Sumber Daya dan Penangkapan 8(1): 1-8.
Jin SK, Kim S, Kim SJ, Jeong KJ, Choi YJ, Samsundari S. 2007. Identifikasi ikan segar
Hur SJ. 2007. Effect of muscle type yang dipilih konsumen beserta
and washing times on physico-chemical kandungan gizinya pada beberapa pasar
characteristics and qualities of surimi. tradisional di Kota Malang. J. Protein.
J. Food Engin. 81: 618-623. 14(1).
Ladrat C, Verrez V, Jonel J, Fleurence J. Sinaga IM. 2008. Analisis isi lambung ikan
2003. In vitro proteolysis of miofibril baung di perairan Sungai Siak
and sarcoplasmic proteins of white kecamatan Rumbai pesisir Provinsi
muscle of sea bass (Dicentrarchus Riau. [Skripsi]. Universitas Binawidya.
labrax L.). J. Food Chemistry 81: 517-525. Sinaga TP, Rahardjo MF, Djaja S. 2000.
Makmur S, Rahardjo MF, Sukimin S. 2003. Biologi ikan gabus (Channa striata) pada
Biologi reproduksi ikan gabus (Channa aliran sungai banjaran Purwakerto.
striata Bloch) di daerah banjiran sungai Proseding Seminar Nasional
musi Sumatera Selatan. J. Ikhtiologi Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ikan.
Indonesia 3(2): 57-62. Hlm. 133-140.
Muchtandi D. 2009. Prinsip Teknologi Pangan Subagio A, Wiwik SW, Muhammad F,
Sumber Protein. Bandug: Penerbit Yuli W. 2004. Karakteristik protein
Alfabeta. miofibril dari ikan kuniran (Upeneus
Muflikha N, Nurdawati S, Fatah K. 2005. moluccensis) dan ikan mata besar (Selar
Pertumbuhan ikan gabus (Channa crumenophthalmus). J. Teknol. dan Industri
striata) dengan padat tebar berbeda. Pangan 15(1).
Proseding Seminar Nasional dan Kongres Suwandi R, Nurjanah., Margaretha M. 2014.
Biologi XII. Yogyakarta. Proporsi bagian tubuh dan kadar
Nuarisma F. 2012. Analisa kadar air belut proksimat ikan gabus. JPHPI 17(1).
sawah (Monopterus albus). [Skripsi]. Suzuki T. 1981. Frozen minced meat (surimi).
Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu In Fish and Krill Protein: Processing
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Technology. London: Applied Scince.
Park JW, Lin TM. 1996. Protein solubility in Thoyibah Z. 2012. Pertumbuhan dan
Pacific whiting afffected by proteolysis kelangsungan hidup ikan betok (Anabas
during storage. J. Food Sci. 61: 536-539. testudineus) yang dipelihara pada salinitas
Park JW, Lin TM. 1995. Study of myofibrillar berbeda. J. Ikan Betok 9(2): 1-8.
protein solubility during surimi Wu MC. 1985. Rheological and calorimetric
processing: effects of washing cycles investigations on the thermal
and ionic strength. Presented at the transitions of fish proteins and
PFT Annual Meeting, Mazatlan, Mexico. proteins-starch systems-relationship to
Puspitasari. 1991. Teknik Penelitian Mineral structural failure of fish gels containing
Pangan. Bogor: IPB Press. starches. [Disertaion]. Raleigh: North
Rahardjo MF, Dadja S, Affandi R, Sulistiono. Carolina State University.
2011. Iktiologi. Bandung: Penerbit Wu YJ, Atallah MT, Hultin HO. 1991. The
Lubuk Agung. proteins of washed, minced fish muscle
Samuel S, Adjie, Nasution Z. 2002. Aspek have significant solubility in water.
lingkungan dan biologi ikan di danau J. Food Biochem. 15: 209-218.
arang-arang, Propinsi Jambi. Jurnal

Gultom et al.: Analisis proksimat, protein larut air

You might also like