You are on page 1of 20

STUDI PERBANDINGAN KH.

ABDURRAHAMAN WAHID DENGAN


PAULO FREIRE TENTANG PEMIKIRAN HUMANISME DALAM
PENDIDIKAN ISLAM

Rosi Nuresa (200101220031)


rosi.nuresaa@gmail.com

abstrak

The theme raised by the author is important to study in order to provide insight to
the reader in gaining knowledge about humanism in Islamic education according
to several figures. Besides that, it gives views to the teacher to provide space for
students to play an active role in the learning process. The purpose of writing this
journal is to present a comparative study between the figures of Abdurrahman
Wahid and Paulo Freire about humanism in Islamic education. The method used in
this research is library research. Data collected by the document method can be
obtained through journals, books, articles, and others related to the subject matter.
The analytical method used is descriptive analysis, which describes the data as
descriptions in sentences, not numbers. The result of analysis of research data is
the application of Abdurrahman Wahid's humanistic philosophy, which connects
knowledge, behavior, and morality with human nature through the philosophy of
humanistic education, thus giving birth to education of tolerance and
indoctrination. At the same time, Freire's character puts forward awareness,
problem-oriented education and the concept of reading the alphabet. The relevance
of the concept of Humanism according to Gus Dur is mutual tolerance, setting a
good example, being able to act fairly. According to Paulo Freire, about Islamic
education teaching monotheism by making every human being as khalifatullah,
about the philosophy of iqra' which means "reading" being the first teaching
revealed by God to his people to learn all the knowledge we can get by reading.
Keyword: Humanism in Islamic education, Abdurrahman Wahid, Paulo Freire.

A. Pendahuluan
Keadaan saat ini mengenai rasa kemanusiaan menjadi semakin majemuk.
Sesuai dengan realita yang ada bahwa ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi pada
era sekarang yang dapat mengatasi dan memberikan solusi dalam kehidupan
manusia. Akan tetapi terdapat beberapa problem yang muncul dengan berbagai
permasalahan yang ada. Problem tersebut selalu ada karena seseorang yang mampu
menguasai berbagai keilmuan tetapi tidak disertai dengan kognisi dan memiliki
sikap yang peka terhadap lingkungan sekitar1. Pendidikan memiliki peran penting
dalam proses pembentukan budi pekerti yang baik. Selain itu juga dalam proses
pendidikan sering menjumpai dengan ada beberapa tindakan yang terjadi di
lingkungan sekolah contohnya; diskriminasi, bulliying, dan lain sebagainya2.
Terdapat berbagai cabang keilmuan yang mampu membantu melakukan
transfer of value dan mengajarkan tentang bagaimana bersikap memanusiakan
manusia salah satunya mampu diterapkan dalam proses pendidikan agama islam.
Pendidikan islam suatu lembaga pendidikan yang terfokuskan dalam ajaran islam
dan nilai yang terkandung didalam keyakinan umat islam. Saat ini, pendidikan
islam diharapkan tidak sekedar mencetak peserta didik dalam hal berkeyakinan
dalam beragama, akan tetapi dapat mencetak peserta didik yang mampu
menyetarakan antara pengetahuan tentang islam dengan pengetahuan umum.
Menciptakan pendidikan yang mampu memadukan dengan era sekarang, dengan
cara perlu adanya inovasi dan modernisasi yang selektif. Agar pendidikan mampu
mempertahankan pedomannya dan dapat mengambil referensi keilmuan dari barat
yang tidak berseberangan dengan kaidah islam. Sehingga pendidikan islam tidak
terkikis dengan perkembangan zaman3.
Terdapat beberapa fakta literatur yang melakukan penelitian dengan
pembahasan yang sama. Terdapat jurnal Skripsi menurut Wildan Fikri, dengan
judul Analisis Pendidikan Islam Tentang Konsep Humanisme Kahlil Gibran.
Pendidikan humanism menurut Kahlil Gibran memiliki akar satu pengertian dengan
humanism dalam pendidikan islam yaitu memiliki harapan dalam memambangun
kedamaian, kejayaan dalam kehidupan keseharian. Nilai humanisme menurut
Kahlil Gibran ialah adanya kebebasan, keadilan, pengembangan potensi. Terdapat
literatur lain yang disusun oleh Ida Nurjanah, berjudul Paradigma Humanisme
Religius Pendidikan Islam (Telaah Atas Pemikiran Abdurrahman Mas’ud).
Menurut beliau dalam pendidikan agama islam mengusulkan menggunakan
humanisme religious. Artinya ialah suatu presepsi dalam pendidikan yang
memausiakan manusia, mampu mengelaborasi kecakapan dalam dirinya baik

1
Sihontang. Kasdin, 2009, Filsafat Manusia, Yogyakarta: Kanisius, hal 11.
2
Arifin. Muzayyin, 2009, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, hlm 56.
3
Ibrahim. Sulaeman, 2000, Pendidikan sebagai Imperialisme dalam Memberontak Pola Pikir
Intelektualisme Muslim, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm 81.
secara psikologis ataupun religi tanpa mengabaikan kandungan nilai agama yang
menjadi akar ajaran agama islam. Terdapat Skripsi karya dari Ikhwan Fanani
menjelaskan tentang Pendidikan Humanis dalam Perspektif Ibnu Khaldun dan Ki
Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam. Penjelasan
tersebut menurut Ibnu Khaldun ialah pendidikan humanis mampu mengelaborasi
individu dalam pikiran dan kepribadian dalam aspek spiritual, keilmuan, dan
bersosial. Menurut Ki Hajar Dewantara mengelaborasikan individu dengan sikap,
pikiran, dan bersosial. Perbedaan dari kedua tokoh tersebut yaitu Ibnu Khaldun
berakar pada ajaran agama dan kebatinan, sedangkan Ki Hajar Dewantara yaitu
berakar pada spirit nasionalisme. Relevansi pendidikan humanis dengan tujuan
pendidikan islam mampu melakukan ekspansi dalam pandangan, kehidupan
bermasyarakat, sikap.
Dalam jurnal ini penulis akan memaparkan penjelasan mengenai
perbandingan antara tokoh Abdurrahman Wahid dengan Paulo Freire dalam konsep
humanisme dalam pendidikan agama islam. Menurut Gus Dur beliau mencoba
memusatkan dalam konsepsi pendidikan yang memiliki prinsip semangat tinggi
dalam pembelajaran dan mampu menjadikan peserta didik sebagai objek dari prose
pendidikan. Beliau juga menamkan sikap humanis harus dimulai sejak dini, agar
sudah tertanam dalam diri individu secara baik dan benar. Ketika sikap tersebut
sudah tertanam dalam dirinya, maka dalam setiap tindakan atau perilaku tidak akan
menimbulkan problem dalam lingkungan masyarakat4. Kemudian tokoh
selanjutnya yaitu Paulo Freire, ia memiliki konsep pendidikan guna melepaskan
individu dari penindasan dan menjadikan manusia memiliki keinginan dengan
sendirinya tanpa ada paksaan dari orang luar.
Alasan penulis mendiskusikan judul tersebut ialah agar pendidik dan peserta
didik saling membantu dalam proses pendidikan. Pendidik mampu memberlakukan
anak didiknya sebagai objek pendidikan dan peserta didik mampu memperoleh
tujuan pendidikan. Dengan begitu pendidik dan peserta didik dapat
memberlangsungkan pendidikannya dengan baik tanpa mengurangi sikap humani
dari proses pendidikan tersebut. Oleh karena itu, penulis membahas tentang kedua
tokoh tersebut karena beliau memberikan penjelasan konsep humanisme sesuai

4
Basuki, 2007, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, hlm 61.
dengan pandangan masing-masing dan sangat menarik untuk dilakukan sebagai
objek penelitian. Penulis melakukan penelitian lebih mendalam tentang konsep
humanisme dan menggambarkan pemikiran antara tokoh Abdurrahman Wahid dan
Paulo Freire.

B. Kajian Pustaka
Secara terminologi kata humanisme berasal dari bahasa latin yaitu humanus.
Kata homo berasal dari kata manusia, dan kata homanus memiliki arti kodrat
manusia atau dapat diartikan sebagai fitrah yang diberikan oleh Allah. Secara istilah
manusia memiliki arti lain yang mengacu pada tingkatan harkat dan nilai manusia
yang dimiliki setiap orang, pada umumnya mengacu pada upaya dalam
mengembangkan kemampuan fisik dan immaterial manusia.
Arti humanisme dapat dipahami dengan mudah jika kita menjabarkan arti dari
sisi sejarah dan cabang ilmu filsafat. Sisi sejarah humanism memiliki arti suatu
kegiatan yang dilakukan oleh komunitas intelektual dan bahasa yang muncul di
Italia pada abad ke 14 M. Kegiatan tersebut diartikan sebagai pencetus kebudayaan
pada zaman modern. Tokoh yang terlibat didalamnya antara lain Petrarca dan
Boccaeu5. Pengertian menurut filsafat adalah pemikiran yang menghormati harga
diri dan nilai manusia yang menjadi bagian utama dari segala aspek. Pada cabag
ilmu filsafat, humanism memiliki kedudukan yang penting secara pemikiran tokoh
ataupun pada kehidupan masyarakat.
Pendidikan menurut Ivan Illich menjelaskan bahwa seluruh hal yang berada
dalam kehidupan mampu memberikan pengaruh dalam semua proses tumbuh
kembang Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan menurut beliau adalah
pengetahuan yang berakar pada proses belajar seseorang selama hidupnya. Ivan
Illich juga berpendapat bahwa hak seorang yang melakukan proses pembelajaran
dipersempit dengan kewajiban yang ada dalam sekolah6.
Menurut Naquib al-Attas teori tentang humanistik memiliki pengertian ialah
sebuah pemikiran keagamaan yang memposisikan manusia atau individu dengan
mempertimbangkan tanggung jawab dalam dirinya. al-Attas tidak hanya

5
Abidin. Zainal, 2003, Filsafat Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat, Bandung: Remaja
Rosdakarya, hlm 25.
6
Illich. Ivan, 1982, Deschooling Society, New York: Harper & Row Publishers.
mengaktualkan manusia dalam mendapatkan sikap humanistik, akan tetapi beliau
juga bersemanyam guna terbentuknya manusia sesuai dengan fitrahnya7.
Pandangan Ibnu Khaldun mengenai pendidikan humanis meliputi aspek
spiritual dalam diri individu contohnya seperti moral, sikap, dalam lingkungan
bermasyarakat, gagasan atau ide dan kebudayaan dalam islam. Pemikiran yang
diusung oleh Ibnu Khaldun ini memiliki latar belakang terbentuknya dikarenakan
beliau menjadi salah seorang tokoh ulama pada zamannya8.
Dalam buku Marcel, terdapat tiga aspek dalam memahami teori humanisme9.
Pertama, mengobservasi manusia dalam kehidupan sehari-harinya dengan bengitu
bentuk dari hakikat manusia sendiri, para filsuf seringkali menerapkan ini. Kedua,
manusia mampu mengamati dengan cara mempusatkan semua perhatiannya dalam
akar berfikirnya tentang cara berfikir pada setiap individu dan memiliki keyakinan
dalam mengambil setiap lagkah dalam membentuk kepribadiannya. Aspek ini
sering diterapkan oleh para sosiolog dan psikologi yang bercabang dalam masalah
moral. Ketiga, aspek ini mempelajari presepsi individu dari etika dan hukum yang
telah disepakati oleh lingkungan masyarakat. aspek tersebut dapat memberikan
perlindungan pada setiap individu dan mensosialisasiakan tentang hak dan tugas
individu dengan saling menghargai antar masyarakat.
Terdapat pengertian humanis dalam berbagai aspek yang akan dijelaskan
sebagai berikut ini:
1. Humanisme sekuler
Secara terminologi sekuler berasal dari saeculum yang bermakna
abad, waktu, ataupun lokasi. Penjelasan waktu dapat dijabarkan sebagai
waktu saat ini, atapun yang akan datang. Pengertian lokasi bermakna
duniawi atau keduniaan. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa saeculum
berarti era sekarang. Sedangkan pengertian sekularisasi bermakna
pembebasan individu dengan melepaskan mereka dari sesuatu yang
membuat dia merasa terbebani dan menuntutnya. Konteks humanism ialah
melepaskan, membebaskan individu ari ciptaan Tuhan. Maksudnya disini

7
Mualim. Khusnul, Gagasan Pemikiran Humanistik dalam Pendidikan, Al-Asasiyya: Jurnal of Basic
Education Vol. 01 No. 02 Januari-Juni 2017 ISNN: 2548-9992
8
Hlm 70.
9
A Boisard. Marcel, 1980, Humanisme dalam islam, Jakarta: Bulan Bintang, hlm 92-93.
adalah membebaskan individu dari manusia yang membuat dia merasa
terbebani dan menuntu akan suatu hal. Akan tetapi menurut aspek ini
Tuhan dan manusia tidak memiliki hubungan dengan permasalahan yang
dihadapi oleh setiap individu manusia.
2. Humanism religius
Aspek ini tampak yang memberikan tanggapan pada humanism
sekuler, aspek religius beranggapan bahwa aspek sekuler memiliki corak
pemikiran yang dahriah, sedangkan aspek religius memiliki corak
pemikirannya bertumpu pada Tuhan. Setiap aliran keagamaan memiliki
pemikiran humanism religius tersendiri sesuai dengan ajaran agamanya.
Humanism religius bagi umat islam yang bertumpu pada ketauhitan yang
memiliki hubungannya antara manusia dengan Allah. Adanya hubungan
tersebut dapat menjadikan sebuah prinsip dalam kehidupan setiap manusia
dan mampu berperilaku baik pada sesaman lingkungan manusia10.
3. Humanisme pendidikan
Persepsi aspek ini memiliki pengertian yang dijelaskan dari
beberapa tokoh bajwa seorang pendidik tidak boleh memaksakan peserta
didiknya dalam melaksanakan proses pembelajaran. Justru pendidik
diminta untuk memberikan keyakinan dan menghargai segala keputusan
yang diambil oleh peserta didik11. Menurut Carl Rogers, kewajiban
pendidik adalah menjadi fasilitator bagi peserta didiknya. Keadaan kelas
perlu diciptakan sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. Agar mereka
bisa antusias dengan proses pembelajaran. Dengan begitu yang mejadi
harapan pendidik adalah peserta didik dapat terus memiliki rasa ingin tau
dan rasa ingin haus dengan ilmu agar mereka dapat berkembang dengan
baik12.

C. Metode Penelitian
Penelitian yang penulis gunakan yaitu penelitian pustaka (library research).
Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dapat diperoleh melalui

10
A Boisard. Marcel, hlm 151.
11
Abidin. Zainal, hlm 27.
12
Sadullah. Uyoh, 2015, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, hlm 174-175
jurnal, buku, artikel dan sebagainya yang relevan dengan pokok pembahasannya.
Sumber data yang digunakan berakar pada literatur kepustakaan yang memiliki
kaitannya dengan pemikiran humanis menurut Gus Dur dan Paulo Freire. Metode
analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif yang menjabarkan datanya
merupakan uraian dengan kalimat bukan dengan sebuah angka.

D. Hasil Penelitian
1. Pengertian Konsep Humanisme menurut Gus Dur dan Paulo Freire
Pengertian humanis menurut Gus Dur pandangan mengenai
kemanusiaan merupakan hakikat dari ajaran dalam islam. Pemahaman
mengenai nilai kemanusiaan mampu dijadikan sebuah landasan guna
memperoleh sikap humanistic yang diusung oleh beliau. Menurut beliau
kandungan dari nilai kemanusiaan berupa HAM, dan sikap memanusiakan
manusia13.
Pendangan humanisme menurut Paulo Freire ialah suatu sistem yang
mampu memberikan kebebasan dari suatu prosedur yang menekan dan
memberikan kesempatan pada peserta didik agar mampu memiliki pemikiran
yang kritis dan peserta didik dapat menjadi subjek dalam proses pembelajaran14.
Paulo beliau memiliki metode dalam pendidikannya dengan cara menghormati
segala pilihan yang dipilih oleh peserta didik dan memberikan kebebasan
terhadap mereka. Kebebasan tersebut mampu diluapkan dalam hal berpikir,
ataupun mengambil suatu tindakan. Guna akan mencetak peserta didik menjadi
seorang yang mampu berpikir secara kritis dan berani dalam mengambil segala
sesuai dan mengetahui resiko yang akan mereka peroleh.
2. Perbandingan Konsep Humanisme menurut Gus Dur dan Paulo
Freire
Gus Dur dan Paulo Freire ialah tokoh yang mengangkat tentang
pemikiran humanis. Walaupun keduanya menjadi tokoh pemikiran humanis
beliau memiliki perbedaan dalam pemikirannya. Keduanya mengusung

13
Supriyanto, Humanistic Education in Abdurrahman Wahid’s Perspective, EDUGAMA: Jurnal
Kependidikan dan Sosial Keagamaan, Vol 4. No 2 Desember 2018, IAIN Surakarta.
14
Akmal Firdaus, Fauzan, Humanistic Approch in Education According to Paulo Freire, At-Ta’dib.
Vol 12 No.2 Desember 2017 ISSN: 0216-9142, University of Darussalam Gontor.
pemikirannya dari kenyataan sosial yang terjadi dalam masyarakat seperti
penindasan, diskriminasi, pengekangan, dan sebagainya. Pemikiran humanis
menurut Gus Dur yakni humnisme berakar pada ajaran agama islam, dan
menginginkan adanya kebebasan dalam segala hal. Pemikiran pendidikan
humanism searah dengan rasionalis dalam islam, dapat memberikan sikap sesuai
dengan ajaran islam dalam proses pendidikan yang didalamnya terdapat
toleransi dan selaras dalam bersosial. Selain itu Gus Dur berakar dari negara
Indonesia yang masyarakatnya multicultural yang sering terjadi diskriminasi15.
Gus Dur dan Paulo memiliki interpretasi yang sama bahwa jika mereka
ingin menjaga kedudukan manusia, mereka harus merawat yang rentan dan
tertindas dengan menjamin perlindungan pada mereka. Karena Gus Dur dan
Paulo ingin membebaskan masyarakat yang tertindas dan membuat kehidupan
mereka mudah. Konsep pemikiran Gus Dur adalah tentang fitrah manusia.
Menurutnya, kitab suci dalam kitab-kitab agama juga disiapkan untuk seluruh
umat manusia. Sedangkan menurut Paulo konsep ideologis yang penting adalah
sifat manusia, karena tujuannya adalah pemahaman manusia tentang realitas
sosial.
Inti humanisme dalam pemikiran Gus Dur yaitu menjadikan manusia
dengan seutuhnya. Memiliki hak yang setara di hadapan Allah, selain itu tidak
boleh memiliki tindakan saling pilih kasih. Kecuali jika ada seseorang yang
merampas hak orang lain, maka akan dipertahankan haknya oleh orang tersebut.
Jika tidak mempertahankan maka akan merusak konsep sifat manusia. Gus Dur
menyatakan bahwa kita harus saling mencintai, karena jika kita mencintai orang
lain, sama seperti orang cinta kepada sang penciptanya.
Tidak berbeda dengan Gus Dur yang mengedepankan konsep “manusia
dengan sepenuhnya”. Paulo juga memulai konsep ini dengan pendidikan
konseptual menjadi sebuah kesadaran pembebasan manusia kemudian disebut
“manusia yang utuh”. Tujuan dari konsep ini adalah conscientizaca berarti
bahwa manusia yang setia akan dapat mengamati sistem ini. Megkritisi realitas
sosial secara kritis dan kreatif. Realisasi Paulo memiliki arti proses pendidikan.

15
Freire. Paulo, 2008, Pendidikan sebagai proses: surat menyurat pedagogis dengan para
pendidik Guinea-Bissau, terj. Agus Prihantoro, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, hlm 156
Pendidikan menurutnya ialah sebuah konten yang realistis, yang membahas
tentang fenomena keberadaan yang sebenarnya terjadi. Sehingga mereka akan
tau kapan mampu menerima pendidikan. Tantangan dan realitas sosial yang
dihadapi dunia, sama yang kasus yang dihadapi oleh Gus Dur, dalam konsep
modernisasi pendidikan islam. pendidikan terkhusus dalam cabang ilmu islam
harus mampu melihat realitas sosial yang ada16.

3. Implementasi konsep Humanisme dalam pendidikan islam


Gus Dur dan Paulo berpegang teguh dalam menekankan pada perihal
kemanusiaan, pada akhirnya konsep pemikiran dari keduanya adalah tentang
pendidikan humanism. Keduanya menyetujui bahwa pendidikan lahir sebagai
solusi untuk memisahkan permasalahan kehidupan yang akan mereka hadapi.
a) Gus Dur
Gus Dur mengetahui banyak tentang masyarakat Indonesia yang
multikultural. Beliau berpendapat bahwa dalam masyarakat Indonesia
konsep pendidikannya memiliki sikap yang humanis dan aktif. Karena
masyarakat yang multikultural suatu yang tidak dapat dirubah dan absolut.
Menurut Gus Dur masyarakat Indonesia tidak dapat mengela akan
kemajemukan tersebut. Akan tetapi berfikir untuk mampu hidup secara
berdampingan, memiliki sikap toleransi, saling menghargai antar suku, ras,
budaya, dan agama. Dengan begitu salah satu contoh perwujudan dari
pendidikan beragama yang bersifat humanis17.
Pemikiran humanism mampu diterapkan dalam sistem pendidikan di
era sekarang. Karena tindakan memanusiakan manusia perlu dikenalkan
sejak kecil, supaya setiap individu dapat saling menghargai, mengkasihi
antar individu dalam bermasyarakat. Saat sikap humanism telah mengakar
dalam diri individu maka akan sangat mudah dalam bersosialisai dalam
masyarakat. Karena tidak akan menimbulkan permasalahan pada saat
bermasyarakat.

16
A. Smith. William, Concientizaco: Tujuan Pendidikan Paulo Freire, hlm 278.
17
M Khoirul. Hadi, Abdurrahman Wahid dan Pribumisasi Pendidikan Islam, Jurnal Hunafa Studi
Islamika Vol,12 No. 1 Juni 2015, hlm 57.
Pemikiran humanism Gus Dur sangat selaras jika diletakkan dalam
konsep pendidikan islam. Sebab akan menimbulkan nilai yang memiliki
pengaruh dalam permasalahan kemanusiaan yang akan dihadapi. Pemikiran
beliau akan memberikan jalan dan jawaban dari setiap permasalahan dalam
lingkungan bermasyarakat. Menurut Gus Dur terdapat konsep penerapan
humanism dalam pendidikan islam sebagai berikut :
1) Islam mengarahkan untuk melakukan toleransi
Menurut Gus Dur agama islam ialah suatu jalur kehidupan untuk
mampu saling bertukar pengetahuan, saling terbuka dan menghormato
ideologi agama lain. Pemikiran ini sama dengan nilai yang terkandung
dalam pendidikan yang bisa disebut sebagai toleransi. Saling
menghargai baik sesama umat islam maupun dengan agama lain. Gus
Dur mempercayai bahwa ajaran islam adalah agama yang mengajarkan
dan memberikan penanaman nilai sosial yang akan membentuk nilai
kebudayaan. Nilai dari kebudayaan inilah akan mewujudkan
kebudayaan yang multipel dari berbagai ide, gagasan, nilai, norma. Hal
tersebut adalah bentuk ideal dari kebudayaan yang absolut yang
terdapat pada pemikiran masyarakat. Poin utama dalam pembelajaran
pendidikan agama islam adalah mentansferkan nilai sosial dalam
bermasyarakat18.
2) Agama memiliki hubungan erat dengan Allah
Gus Dur meyatakan dalam bukunya bahwa agama tidak boleh jauh
dari kemanusiaan. Tuhan menghargai manusiawi. Semakin tinggi
derajat manusia yang memeluk agama, maka akan tinggi juga derajat
agama itu. Yang dimaksud oleh Gus Dur ialah pendidikan islam mampu
merespon problem modernisasi dengan bertumpu pada pribumisasi
pendidikan islam. perlu adanya kesadaran mendidik peserta didik
dalam mengembangkan pendidikan islam19.

18
Wahid. Abdurrahman, 2010, Prisma Pemikiran Gus Dur, Yogyakarta: LKiS, hlm 70-73.
19
Ibid, 82
3) Islam sebagai faktor sosial bermasyarakat
Aspek ini perlu dikembangkan di era sekarang, karena jika saat
banyak peserta didik yang acuh akan hal keberagaman. Akan
menimbulkan dapak yang berbahaya bagi kehidupan bangsa dan
negara. Perlu adanya pembicaraan guna mencapai kemajemukan yang
aktif dalam bermasyarakat. Karena menurut Gus Dur Allah ingin setiap
individu dengan masyarakat mampu berinteraksi dan saling mengasihi
dengan kasih sayang20.
b) Paulo Freire
Pemikiran humanism yang diangkat oleh Paulo memiliki fokus kajian
dalam kalimat “pembebasan”. Yang beliau maksud adalah setiap individu
memiliki kebebasan dari penindasan, diskriminasi, kemiskinan, dan semua
hal yanga mampu membuat indiviudu tidak bisa melakukan sesuatu yang ia
inginkan. Menurut Paulo hal tersebut tidak dapat dibenarkan menurut agama
atau argument apapun. Dalam agama islam perlakukan penindasan merupak
perbuatan yang dzalim. Paulo beranggapan bahwa hal tersebut perilaku
yang sangat buruk dan dapat tertuju pada penyusunan pendidikan tentang
kebebasan21.
Paulo menjelaskan bahwa pembatasan dapat dilambangkan sebagai
sebuah kaidah lama yang membuat pendidik menguasai ruang kelas.
Kemudian peserta didik tidak mampu bergerak bebas dalam proses
pembelajaran. Hak dari peserta didik adalah dapat melakukan aktifitas yang
tidak terbataskan.
Pendidikan islam jika dipandang secara sejarah, telah menerapkan
pendidikan pembebasan. Pendidikan tersebut telah diimplementasikan oleh
Nabi Muhammad untuk startegi dalam berdakwah pada waktu islam menuju
modifikasi sosial. Nabi memiliki cara dalam meyalurkan ilmunya
menggunakan metode yang humanis, yang tertulis dalam QS. An-Nisa’ ayat
75 :

20
Wahid. Abdurrahman, 1998, Tabayun Gus Dur, Pribumisasi Islam, Hak Minoritas dan Reformasi
Kultural, Yogyakarta: LKiS, hlm 136.
21
Collins. Denis, 2011, Paulo Freire Kehidupan, Karya dan Pemikirannya, terj. Heyneardhi Dan
Anastasia P, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm 120.
Artinya :Mengapa kamu tidak berperang dijalan Allah dan membela orang
yang tertindas, laki-laki, perempuan dan anak-anak yang berkata “Tuhan
kami! Keluarkan kami dari kota ini yang penduduknya berbuat dzalim.
Berilah kami perlindungan dan pertolongan dari-Mu.

Berdasarkan ayat tersebut bukti bahwa Quran memberikan penekanan


pada kebebasan pada orang yang beriman. Untuk membantu membebaskan
golongan masyarakat yang lemah dan tertindas. Pokok pendidikan islam
berpusat pada nilai-nilai kemanusiaan yang berada pada konsep ajaran
islam. Ajaran islam menghormati dejarat manusia,
Terdapat tiga penerapan dalam konsep humanis Paulo sebagai berikut :
1) Penyandaran
Kognisi dalam berfikir adalah ciri utama manusia, karena makhluk lain
tidak dapat berfikir. Setiap manusia diharuskan menjadi individu yang aktif
dalam berfikir dan mengetahui realita yang sedang terjadi. Individu yang
melakukan kebebasan dalam berfikir dapat dikatakan sebagai individu yang
menyadari akan eksistensinya sebagai diri sendiri sebagai makhluk tuhan
yang memiliki akal yang berasal dari rasional22.
Dalam Al-Quran mengatakan bahwa orang yang memiliki akal diberi
kewajiban untuk melakukan meneliti isi alam semesta dengan akalnya. Agar
mengetahui apa yang dapat dijadikan landasan dengan keimanan. Syari’at
menyatakan bahwa memberikan kewajiban untuk menggunakan akal nalar
dalam segala sesuatu yang memiliki wujud dan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan.
2) Problem solving education
Paulo menyatakan dalam kenyataan kehidupan kita diberikan takdir
dengan penuh permasalahan. Manusia lahir dalam keadaan yang fitrah atau
suci belum memiliki dosa. Semakin beranjak dewasa manusia mulai
mendapatkan masalah yang absolut. Dengan begitu manusia perlu menuntut
ilmu guna mampu menyelesaikan permasalahan yang telah dihadapi23. Jika
kita dalam menghadapi suatu masalah dengan mengeluh dan tidak mau

22
Yamin. Muhammad, 2014, Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan Ki
hajar Dewantara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm 80.
23
Collins. Denis, Paulo Freire Kehidupan, Karya dan Pemikirannya, hlm 250.
mencari jalan keluar, maka manusia tidak akan belajar dan akan
mendapatkan semakin banyak permasalahan. Seperti yang terkandung
dalam QS. Yusuf ayat 87:
Artinya : Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf
dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir".

Konsep pembelajaran Paulo memberikan penekanan dalam prose belajar


dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi permasalahan. Pengertian
secara garis besar dari Problem solving education adalah mengetahui setiap
peserta didik atau individu mampu menjalani kehidupan dengan aktif dan
saat memiliki permasalahan mampu menyelesaikannya dengan baik.
3) Konsep Alfabetisasi
Terdapat berbagai cara yang dilakukan oleh Paulo dalam menciptakan
peserta didik mampu menjadi subjek dari pendidikan. Agar mampu
membaca dan tidak buta aksara. Alangkah baiknya jika ia dapat memperoleh
pendidikan dengan layak dan mampu membaca dan menulis. Paulo saat
berada di Brazil ia mendirikan program untuk memberikan pengajaran bagi
masyarakat yang belum bisa baca dan menulis. Beliau mengajari mereka
hingga mereka bisa24.
Mampu membaca ialah senjata yang mampu menjadikan peluru dalam
berkomunikasi dengan masyarakat luas dan menjadikan mereka sebuah
jembatan menuju peradaban dunia. Jika mereka mampu membaca dan
menulis maka, setiap individu mampu menciptakan akal nalar yang kritis.
Terkhusus bagi peserta didik dalam menyikapi lingkungan sekitarnya. Paulo
memberikan sebutan program ini sebagai konsep alfabetisasi. Jika dilihat
dalam sudut pandang agama islam, Allah memerintahkan umatnya untuk
membaca atau iqro’. Terdapat dalam QS. Al-Alaq’ yang berbunyi iqra’
yang memiliki arti bacalah. Dalam ajaran agama islam juga memberikan

24
Collins. Denis, Paulo Freire Kehidupan, Karya dan Pemikirannya, hlm 150.
penekanan pada setiap individu harus mampu menguasai suatu bidang
ilmu25.

E. Diskusi
1. Relevansi Konsep Humanisme
a) Menurut Gus Dur dengan Pendidikan Islam
Menurut Gus Dur islam memiliki konsep bahwa ajaran islam mampu
menjadi jalan kehidupan syari’ah yang mana mampu saling bertukar ilmu,
saling mendapatkan ilmu tentang sebuah ideologi yang tidak berasal dari
sebuah agama saja, menjadi tolak ukur dari agama lain. Berdasarkan
pembahasan tersebut mampu dikaitkan dengan nilai yang tertuang dalam
pendidikan islam yaitu dengan toleransi. Toleransi disini maksudnya
mampu saling menghargai apa yang menjadi keyakinannya, ataupun
semua hal dalam bermasyarakat.
Relevansi selanjutnya konsep yang diusung Gus Dur ialah agama
harus mampu melakukan perubahan dalam moral masyarakat dengan
sabar. Maksudnya disini ajaran agama yang telah diajarkan mampu
diyakini dan memberikan teladan baik sebagai suatu tujuan utama dalam
pembentukan moral yang ada dalam lingkungan masyarakat.
Gus Dur menjelaskan bahwa agama mampu menerapkan fungsi
sebagai landasan dalam beretika dalam lingunkungan masyarakat dan
bernegara. Penjelasan tersebut berkaitan dengan pendidikan agama islam
yang mengajarkan pada peserta didik untuk bisa berlaku adil pada segala
situasi yang ada. Contohnya, saat berada disekolah peserta didik harus
menghormati pada semua masyarakat yang ada dalam lingkungan sekolah.
Sekalipun itu pada tukang kebersihan, mereka harus menghormatinya.
Gambaran yang Gus Dur sampaikan mengenai ajaran agama tidak
boleh menjauhi kepada hal kemanusiaan, karena Allah menghormati
kemanusiaan. Artinya saat kita menyakini suatu ajaran agama hendaknya
perlu memahami esensi yang tertuang dalam agama tersebut. Supaya kita

25
Yamin. Muhammad, Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan Ki hajar
Dewantara, hlm 90.
selaku pengikut ajaran agama tidak tersesat. Setiap manusia atau individu
memiliki hak dalam berperilaku baik kepada sesama individu, itu suatu
kewajiban bagi kita untuk melakukan hal tersebut tanpa melihat mereka
menganut ajaran agama apa, mereka berideologi seperti apa. Karena
rahmat yang Allah berikan tidak melihat hal tersebut menjadi tolak ukur
kalian dalam berbuat kebaikan.
b) Menurut Paulo Freire dengan Pendidikan Islam
Kaitannya antara pemikiran humanis dengan Paulo dalam pendidikan
islam. Menurutnya tentang posisi dan peran manusia dalam kehidupan,
manusia mampu dipandang sebagai suatu subjek berdasarkan pada
aktualitas. Selain itu Paulo beranggapan setiap individu manusia mampu
melakukan perubahan atas kehidupannya. Dengan begitu manusia tersebut
mampu mengapai kehidupan yang lebih baik. Kaitan dengan pendidikan
islam seperti yang telah dijelaskan dalam ajaran ketauhidan dengan
menjadikan setiap manusia sebagai khalifatullah atau wakil yang Allah
turunkan guna untuk melakukan ajaran yang telah disampaikan oleh Nabi
Muhammad. Kondisi tersebut menuntut manusia untuk menjalankan
tanggung jawab yang sangat besar dalam menjalankan kehidupannya
didunia ini. Selain itu pendidikan islam mampu melakukan penerapan
sesuai dengan ajaran islam yaitu rahmatan lil alamin, yang berguna untuk
menumbuhkan rasa simpati dan empati kepada sesame manusia, makhluk
hidup, ataupun pada lingkungan masyarakat.
Pendidikan islam yang diturunkan oleh Allah melalui Nabi
Muhammad salah satunya tentang falsafah iqra’. Iqra’ memiliki arti
“bacalah” menjadi pengajaran pertama yang Allah turunkan kepada
umatnya untuk mempelajari segala ilmu kita mampu mendapatkan dengan
cara membaca. Manusia diberi kebebasan dalam mencari semua macam
ilmu yang ada dikehidupan ini. Seperti konsep pendidikan “kebebasan”
yang diusung oleh Paulo. Manusia berhak memilih cabang ilmu yang akan
mereka pelajari dan mereka dapatkan. Selain itu setiap individu telah
diberikan fitrah dengan segala kebabasan yang mereka miliki. Hal tersebut
berguna untuk mengelaborasikan dan mengimplementasikan semua
kemampuan yang mereka mikiki dalam mempelajari ajaran dalam agama
islam.

F. Kesimpulan
Pemikrian humanism menurut Abdurrahman Wahid pengetahuan yang
menjelaskan bahwa ajaran islam perlu adanya toleransi kepada ajaran agama
lainnya. Kemudian agama islam yang memiliki hubungan erat dengan Allah.
Selanjutanya yaitu agama islam sebagai faktor dalam bermasyarakat sosial.
Sedangkan pemikiran humanism menurut Paulo Freire memiliki tiga poin yaitu
kesadaran, problem solving education, kemudian yang terakhir konsep membaca
alfabetisasi. Relevansi konsep Humanisme menurut Gus Dur ialah saling toleransi,
perubahan dalam hal perilaku dan mampu memberikan teladan baik dalam
bermasyarakat, mampu untuk berlaku adil, untuk melakukan kebaikan pada semua
kalangan masyarakat. Menurut Paulo Freire berkaitan dengan pendidikan islam
mengajarkan ketauhidan dengan menjadikan setiap manusia sebagai khalifatullah,
tentang falsafah iqra’ memiliki arti “bacalah” menjadi pengajaran pertama yang
Allah turunkan kepada umatnya untuk mempelajari segala ilmu kita mampu
mendapatkan dengan cara membaca.
Penulis berharap dalam penelitian ini mampu dijadikan sebagai suatu
bacaan untuk penelitian selanjutnya. Mampu memberikan penjelasan yang lebih
luas. Penulis memiliki rasa kekurangan dalam memberikan penjelasan sehingga
perlu adanya masukan, saran dan kritik yang maembangun guna menyempurnakan
penelitian ini. Penulis harap penelitain ini mampu memberikan manfaat bagi
pembaca.
Daftar Pustaka

A Boisard. Marcel, 1980, Humanisme dalam islam, Jakarta: Bulan Bintang.

Abidin. Zainal, 2003, Filsafat Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat, Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Akmal Firdaus, Fauzan, Humanistic Approch in Education According to Paulo Freire, At-
Ta’dib. Vol 12 No.2 Desember 2017 ISSN: 0216-9142, University of Darussalam
Gontor.

Arifin. Muzayyin, 2009, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

A. Smith. William, Concientizaco: Tujuan Pendidikan Paulo Freire.

Basuki, 2007, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.

Collins. Denis, 2011, Paulo Freire Kehidupan, Karya dan Pemikirannya, terj. Heyneardhi
Dan Anastasia P, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Freire. Paulo, 2008, Pendidikan sebagai proses: surat menyurat pedagogis dengan para
pendidik Guinea-Bissau, terj. Agus Prihantoro, Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim. Sulaeman, 2000, Pendidikan sebagai Imperialisme dalam Memberontak Pola


Pikir Intelektualisme Muslim, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Illich. Ivan, 1982, Deschooling Society, New York: Harper & Row Publishers.

M Khoirul. Hadi, Abdurrahman Wahid dan Pribumisasi Pendidikan Islam, Jurnal Hunafa
Studi Islamika Vol,12 No. 1 Juni 2015.

Mualim. Khusnul, Gagasan Pemikiran Humanistik dalam Pendidikan, Al-Asasiyya: Jurnal


of Basic Education Vol. 01 No. 02 Januari-Juni 2017 ISNN: 2548-9992.

Sadullah. Uyoh, 2015, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Supriyanto, Humanistic Education in Abdurrahman Wahid’s Perspective, EDUGAMA:


Jurnal Kependidikan dan Sosial Keagamaan, Vol 4. No 2 Desember 2018, IAIN
Surakarta.

Wahid. Abdurrahman, 1998, Tabayun Gus Dur, Pribumisasi Islam, Hak Minoritas dan
Reformasi Kultural, Yogyakarta: LKiS.

Wahid. Abdurrahman, 2010, Prisma Pemikiran Gus Dur, Yogyakarta: LKiS.

Yamin. Muhammad, 2014, Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire
dan Ki hajar Dewantara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
filsafat pendidikan islam
ORIGINALITY REPORT

15 %
SIMILARITY INDEX
15%
INTERNET SOURCES
6%
PUBLICATIONS
5%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
repository.iainpurwokerto.ac.id
Internet Source 2%
2
repository.radenintan.ac.id
Internet Source 1%
3
digilib.uinsby.ac.id
Internet Source 1%
4
adoc.pub
Internet Source 1%
5
gengreceh.blogspot.com
Internet Source 1%
6
www.researchgate.net
Internet Source 1%
7
Submitted to University of Derby
Student Paper 1%
8
ejournal.uin-suka.ac.id
Internet Source 1%
9
wartagkjmedari.wordpress.com
Internet Source 1%
10
core.ac.uk
Internet Source 1%
11
id.123dok.com
Internet Source 1%
12
etheses.uin-malang.ac.id
Internet Source 1%
13
www.scribd.com
Internet Source 1%
14
jurnal.lp2msasbabel.ac.id
Internet Source 1%
15
journal.uinsgd.ac.id
Internet Source <1 %
16
jurnal.stai-alazharmenganti.ac.id
Internet Source <1 %
17
media.neliti.com
Internet Source <1 %
18
alverona.wordpress.com
Internet Source <1 %
19
Supriyanto Supriyanto. "Humanistic Education
in Abdurrahman Wahid’s", Edugama: Jurnal
<1 %
Kependidikan dan Sosial Keagamaan, 2018
Publication

20
Submitted to Universitas Pendidikan
Indonesia
<1 %
Student Paper
21
www.slideshare.net
Internet Source <1 %
22
www.kompasiana.com
Internet Source <1 %
23
anzdoc.com
Internet Source <1 %
24
nurudin-umm.blogspot.com
Internet Source <1 %
25
asepmaulanarohimat.wordpress.com
Internet Source <1 %
26
digilib.unimed.ac.id
Internet Source <1 %
27
dudukselingkar.blogspot.com
Internet Source <1 %
28
kodim0707.mil.id
Internet Source <1 %
29
pustaka.unwahas.ac.id
Internet Source <1 %
30
qdoc.tips
Internet Source <1 %

Exclude quotes Off Exclude matches Off


Exclude bibliography Off

You might also like