Professional Documents
Culture Documents
1191-File Utama Naskah-3570-2-10-20190314
1191-File Utama Naskah-3570-2-10-20190314
2018
e-ISSN: 2597-436X
ABSTRACT
Potential of marine and fishery of Pasuruan Regency covers sea territory which reaches
about 48 km starting from Nguling, Lekok, Rejoso, and Bangil Subdistricts. Tambaklekok
Village is a coastal village in Lekok sub-district, Pasuruan regency, known as a place for
processing fishery products, such as fish crackers, fish chips, fish pets, salted fish, smoked fish,
shrimp paste, and others. Shrimp paste has high economic value, Tambaklekok Villagers whose
livelihoods as fishermen reach 45% of the total population, and there are only 5 (five) heads of
households who have business making shrimp paste. This indicates that Tambaklekok area has
potential for the development of shrimp paste making business.The purpose of this study is to
analyze the potential feasibility of making shrimp paste in Tambaklekok Village. The method
used in this study is a case study, by approaching through observation, interviews, and
questionnaires. The business feasibility analysis is done by price production approach, Break
Even Point (BEP), R/C Ratio (Return Cost of Ratio), B/C Ratio (Benefit Cost of Ratio).The
results of the financial analysis it is known that from the calculation of the average R/C ratio
and B/C ratio, which can determine the feasibility of the shrimp paste business in Tambaklekok
Village. It is known that the shrimp paste business gets a B/C ratio < 1 that is 0.82. This shows
that the shrimp paste business in Tambaklekok Village is not feasible. However, if according to
the R/C ratio criteria, the R/C ratio > 1 is equal to 1.82. This shows that the shrimp paste
business in Tambaklekok Village can be said to be feasible to continue and develop.These
results indicate the calculation of the average value of the R/C ratio, the shrimp paste business
in Tambaklekok Village is in the profitable category and deserves to continue.
Keywords: Tambaklekok Village, shrimp paste, financial analysis, feasibility
ABSTRAK
Potensi kelautan dan perikanan Kabupaten Pasuruan meliputi wilayah perairan laut yang
mencapai sekitar 48 km mulai Kecamatan Nguling, Lekok, Rejoso, hingga Bangil. Desa
Tambaklekok merupakan desa pesisir di Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan, dikenal
sebagai tempat pengolahan hasil perikanan, seperti kerupuk ikan, keripik ikan, petis ikan, ikan
asin, ikan asap, terasi, dan lain-lain. Terasi memiliki nilai ekonomis tinggi. Penduduk Desa
Tambaklekok yang mata pencaharian sebagai nelayan mencapai 45% dari jumlah total
penduduk, dan hanya ada 5 (lima) kepala keluarga yang memiliki usaha pembuatan terasi. Hal
ini mengindikasikan wilayah Tambaklekok berpotensi bagi pengembangan usaha pembuatan
terasi.Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis potensi kelayakan usaha pembuatan terasi
udang di Desa Tambaklekok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus,
dengan melakukan pendekatan melalui observasi, wawancara, dan kuesioner. Analisis
kelayakan usaha dilakukan dengan pendekatan harga produksi, Break Even Point (BEP), R/C
Ratio (Return Cost of Ratio), B/C Ratio (Benefit Cost of Ratio).Hasil analisis finansial diketahui
bahwa dari perhitungan rata-rata nilai R/C ratio dan B/C ratio, yang dapat menentukan
kelayakan usaha terasi di Desa Tambaklekok. Diketahui bahwa usaha terasi mendapat nilai B/C
ratio < 1 yaitu 0,82. Hal ini menunjukkan bahwa usaha terasi di Desa Tambaklekok tidak layak
dijalankan. Namun, jika menurut kriteria R/C ratio, nilai R/C ratio > 1 yaitu sebesar 1,82. Hal
ini menunjukkan usaha terasi di Desa Tambaklekok dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan dan
123
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (2): 123-131 Th. 2018
e-ISSN: 2597-436X
dikembangkan.Hasil tersebut menunjukan perhitungan rata-rata nilai R/C ratio, usaha terasi di
Desa Tambaklekok termasuk kategori menguntungkan dan layak dilanjutkan.
Kata Kunci: Desa Tambaklekok, terasi, analisis finansial, kelayakan
124
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (2): 123-131 Th. 2018
e-ISSN: 2597-436X
diambil berjumlah 5 orang pemilik usaha Suatu usaha pembuatan terasi layak
pembuatan terasi. dilaksanakan dan dikembangkan jika
telah memiliki izin hukum dari pihak
Pengumpulan Data pemerintah, misal dari Dinas
Dalam penelitian ini data yang Perdagangan Daerah atau Dinas
digunakan terdiri dari data primer dan data Kesehatan.
sekunder. Data primer diperoleh langsung 4. Kondisi Sosial Ekonomi Responden
dari sumber penelitian melalui beberapa Masri (2010) dalam Ningsih (2013)
kegiatan, antara lain: mengemukakan, dalam menganalisis
a. Observasi: pengumpulan data melalui data kondisi sosial ekonomi digunakan
pengamatan secara langsung terkait analisis deskriptif untuk meng-
usaha terasi udang di Desa gambarkan karakteristik dan
Tambaklekok. mengetahui keterkaitan antar berbagai
b. Wawancara: pengumpulan data dengan variabel dengan kondisi usaha
cara kegiatan tanya-jawab langsung pembuatan terasi.
dengan pemilik usaha terasi. 5. Aspek Finansial
c. Dokumentasi; data yang diperoleh
dalam bentuk tertulis berupa pustaka Penerimaan dan Pendapatan
mengenai desa Tambaklekok. Untuk mengetahui total penerimaan
d. Kuesioner; teknik pengumpulan data usaha pembuatan terasi dapat dihitung
melalui pengisian kuesioner oleh dengan menggunakan rumus:
pemilik usaha terasi.
Sedangkan data sekunder diperoleh TR = P ∙ Q
secara tidak langsung serta penunjang data
Ket: TR =Total Penerimaan
primer melalui studi pustaka dan lembaga
P = Harga Jual Produk/kg
pemerintahan berupa jumlah penduduk,
Q = Total Produksi (kg)
letak geografis, dan hal-hal terkait dengan
penelitian ini.
Untuk mengetahui total pendapatan
Analisis Data bersih dari usaha terasi dapat dihitung
menggunakan rumus:
Semua data yang dikumpulkan akan I = TR – TC
dianalisis secara deskriptif kualitatif, dan
deskriptif kuantitatif berdasarkan aspek Ket: I = Pendapatan/Input
yang diperoleh dari hasil observasi, TR = Total Penerimaan
wawancara, dan pengisian kuesiner oleh TC = Total Cost/Biaya Total
responden.
1. Teknik Produksi Analisis Kelayakan
Analisis teknis dilakukan dengan Break Event Point (BEP)
deskriptif, yaitu menggambarkan
BEP merupakan titik impas dari suatu
kegiatan usaha pembuatan terasi Desa
usaha. Menurut Maulidah (2012), BEP
Tambaklekok, meliputi peralatan dan
adalah suatu keadaan dimana perusahaan
hasil produksi.
dalam operasinya tidak memperoleh laba
2. Pasar/Pemasaran
dan juga tidak menderita kerugian dengan
Peluang pasar merupakan penentu dari
kata lain total biaya sama dengan total
minat konsumen terhadap produk. Jika
penjualan sehingga tidak ada laba dan rugi.
peluang tehadap hasil perikanan masih
Rumus BEP sebagai berikut:
terbuka maka usaha terasi dapat
𝐓𝐂
diterima oleh konsumen atau pasar. 𝐁𝐄𝐏𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 =
3. Izin Hukum 𝐏
125
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (2): 123-131 Th. 2018
e-ISSN: 2597-436X
126
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (2): 123-131 Th. 2018
e-ISSN: 2597-436X
Pemerintahan Desa Tambaklekok terletak di untuk tetap produktif dan juga tidak
dusun Batu Ampar RT 001/RW 001. mengurangi minat konsumen terhadap
Ditinjau dari segi geografis terletak pada produk yang dihasilkan oleh para pemilik
batas-batas sebagai berikut: usaha terasi.
a. Sebelah Utara :Selat Madura Di dalam proses pengolahannya, usaha
b. Sebelah Timur :Desa Jatirejo pembuatan terasi di Desa Tambaklekok
Kecamatan Lekok sudah mengupayakan beberapa tindakan dan
c. Sebelah Selatan :Desa Segoropuro prinsip dari sanitasi, misalnya membuang
Kecamatan Rejoso sumber kontaminan pada bahan seperti
d. Sebelah Barat :Desa Patuguran kotoran yang masih menempel di lapisan
Kecamatan Rejoso permukaan kulit, pencucian bahan dan alat
Wilayah Desa Tambaklekok terletak dengan menggunakan air bersih. Akan tetapi
pada dataran rendah koordinat antara 2 masih ada tindakan yang belum sesuai
meter dari dataran tinggi dengan luas sanitasi dan hygiene, misalnya kebersihan
±609.09 ha dengan jumlah total penduduk dan kesehatan pekerja yang belum terjamin,
sebanyak 6133 jiwa terdiri dari laki-laki tindakan pengemasan yang belum sesuai
2990 jiwa dan perempuan 3143 jiwa. Mata dengan persyaratan standar.
pencaharian penduduk cukup beragam yaitu b. Izin Hukum Usaha
pada bidang perikanan, pertanian, industri, Setiap usaha pada dasarnya dikatakan
perdagangan, angkutan, dan jasa lainnya. layak jika usaha tersebut sudah memiliki
Akan tetapi mayoritas penduduk Desa izin usaha dari Dinas Pemerintah terkait,
Tambaklekok bermata pencaharian sebagai sebagai jaminan akan produk yang
nelayan. Jumlah nelayan mencapai 45% dari dihasilkan. Dalam sebuah usaha minimal
jumlah total penduduk desa (RPJM Desa sudah memiliki Perizinan Industri Rumah
Tambaklekok, 2016). Tangga (P-IRT). Belum ada perizinan
Hasil tangkapan para nelayan juga minimal dalam usaha terasi di Desa
beraneka ragam jenis perikanan misal jenis Tambaklekok, hal ini dikarenakan tidak
hasil tangkapannya adalah ikan kembung, adanya pengaruh peraturan hukum
teri, bawal putih, tembang, tongkol, pemerintah terhadap kesadaran pemilik
cakalang, belanak, kepiting, rajungan, cumi- usaha akan pentingnya perizinan hukum
cumi, kerang, udang rebon, dan lain-lain. usaha.
Udang rebon ini yang nantinya dijadikan c. Karakteristik Responden
bahan baku dari usaha pembuatan terasi. Karakteristik responden dapat
Usaha terasi di wilayah ini masih menjadi dibedakan berdasarkan beberapa hal yang
sampingan. Selain peralatan yang masih bertujuan untuk mengetahui ciri identitas
sederhana, tenaga kerja dilakukan anggota responden satu dengan yang lain, yaitu:
keluarga sendiri, dan masih ada 5 keluarga 1. Jenis Kelamin
yang menjalankan usaha pembuatan terasi. Dalam penelitian ini responden
berjumlah 5 orang pemilik usaha terasi.
Analisis Non Finansial Berdasarkan pengisian kuesioner oleh
responden pemilik usaha pembuatan
a. Teknik Produksi
terasi terdiri dari 2 laki-laki dan 3
Pelaku usaha pembuatan terasi di Desa
perempuan yaitu Syairi (A), Samsudin
Tambaklekok dalam melakukan kegiatan
(B), Siti Shoimah (C), Hj. Karsinah (D),
produksi terasi yaitu dengan menggunakan
dan Hj. Pujiyah (E). Berdasarkan hasil
peralatan tradisional, meskipun pada zaman
produksi yang dihasilkan setiap
modern ini sudah ada peralatan yang lebih
responden, usaha terasi pemilik
canggih, misal penggiling terasi dan
perempuan lebih produktif dari pada laki-
sebagainya. Namun dengan peralatan yang
laki. Hal tersebut disebabkan oleh
ada tidak menghambat pelaku usaha
pembuatan terasi di Desa Tambaklekok
127
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (2): 123-131 Th. 2018
e-ISSN: 2597-436X
perempuan memiliki waktu lebih untuk Rata-rata pemilik usaha terasi Desa
memproduksi terasi. Tambaklekok berdasarkan pengisian
2. Umur kuesioner pengalaman lama berusaha
Umur adalah hal yang mempengaruhi sudah lebih dari 10 tahun. Namun ada
kemampuan mempelajari, memahami dan juga pemilik yang masih baru 3 tahun
peningkatan produktivitas kerja dalam menjalankan usaha pembuatan
seseorang. Rata-rata umur pemilik usaha terasi. Pengalaman lama usaha
terasi Desa Tambaklekok 50 tahun. Umur berpengaruh terhadap produktifitas usaha
minimal pemilik usaha terasi yaitu 30 terasi di Desa Tambaklekok, semakin
tahun dan umur maksimal pemilik usaha lama pengalaman usaha pemilik, semakin
terasi adalah 60 tahun. Pada dasarnya menambah tingkat produktifitas usaha
usia muda lebih produktif dalam terasi yang dijalankan.
menjalankan usaha, namun dalam
menjalankan usaha terasi di Desa Analisis Finansial
Tambaklekok usia tua tidak menutup
Berdasarkan aspek finansial usaha
kemungkinan lebih produktif
terasi di Desa Tambaklekok yang dilakukan
dibandingkan usia muda.
dapat diketahui dengan menggunakan
3. Jenjang Pendidikan
perhitungan analisis BEP, perubahan harga,
Menurut Ningsih (2013), pendidikan
R/C ratio, dan B/C ratio. Hasil perhitungan
merupakan suatu parameter yang dapat
analisis BEP, perubahan harga, R/C ratio,
menentukan perkembangan dan
dan B/C ratio dengan hasil sebagai berikut
kemajuan suatu usaha yang dijalankan.
pada Tabel 1.
Semakin tinggi pendidikan, semakin
Setiap responden memiliki tingkat
besar pengaruh teknologi dalam
kelayakan usahanya sendiri. Berdasarkan
mengembangkan usaha. Tingkat
perhitungan rata-rata analisis R/C ratio dan
pendidikan pemilik usaha terasi Desa
B/C ratio, yang dapat menentukan
Tambaklekok masih rendah, rata-rata
kelayakan usaha terasi di Desa
masih tingkat Sekolah Dasar (SD). Hal
Tambaklekok. Diketahui dari Tabel 4.2
ini berpengaruh terhadap pekembangan
bahwa usaha terasi mendapat nilai B/C ratio
dan kemajuan usaha. Akan tetapi, dengan
< 1 yaitu 0,82. Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan rendah pemilik berusaha
usaha terasi di Desa Tambaklekok tidak
sebaik mungkin dalam menjalankan
layak dijalankan. Namun, jika menurut
usaha agar tetap bisa bersaing dengan
kriteria R/C ratio, nilai R/C ratio > 1 yaitu
usaha-usaha yang memiliki teknologi
sebesar 1,82. Hal ini menunjukkan usaha
modern, meskipun dengan menggunakan
terasi di Desa Tambaklekok dapat dikatakan
peralatan tradisional.
layak untuk dilanjutkan dan dikembangkan.
4. Lama Usaha
128
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (2): 123-131 Th. 2018
e-ISSN: 2597-436X
Rata-
Komponen Pemilik 'A' Pemilik 'B' Pemilik 'C' Pemilik 'D' Pemilik 'E'
rata
Permodalan
Biaya Rp.162.000, Rp.408.000, Rp.245.000,
Rp.474.000,- Rp.624.000,-
variabel - - -
129
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (2): 123-131 Th. 2018
e-ISSN: 2597-436X
130
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (2): 123-131 Th. 2018
e-ISSN: 2597-436X
131