Professional Documents
Culture Documents
ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 32-41
Analysis Of Total Suspensed Solid (TSS) And Total Chrom Metal (Cr) In
Textile Waste In Sukoharjo Environmental Service
Analisis Kadar Padatan Tersuspensi Total (TSS) Dan Logam Krom Total
(Cr) Pada Limbah Tekstil Di Dinas Lingkungan Hidup Sukoharjo
ABSTRACT
Textile waste is one of the most common liquid wastes and has the potential to pollute the environment.
This is due to the high level of water pollution and the degree of water contamination indicating the
presence of TSS solids which increase the density of waste and textile waste water also contains very
complex pollutants such as metal Chrome (Cr). Based on the Regulation of the Minister of Environment
and Forestry of the Republic of Indonesia Quality standards for wastewater for businesses and / or
activities of the textile industry for total suspended solids (TSS) parameters of 50mg / L and for total
chromium (Cr) metal parameters of 1.0 mg / L To overcome this problem, it is necessary to analyze
TSS levels and total chromium metal whether it is in accordance with the textile industry wastewater
quality standards. Analysis of TSS levels can be done using gravimetric methods and analysis of total
chromium metal levels using the AAS instrument. From the analysis, it was found that the total TSS and
chromium metal levels in the waste were still below the standard threshold for wastewater quality,
namely 20 mg / L for TSS levels and total chromium metal at 0.112 mg / L.
ABSTRAK
Limbah tekstil merupakan salah satu limbah cair yang sangat sering dijumpai dan berpotensi mencemari
lingkungan. Hal ini disebabkan oleh tingginya pencemaran air dan derajat kekotoran air menunjukkan
adanya zat padat TSS yang meningkatkan kepekatan limbah dan air limbah tekstil tersebut juga
mengandung bahan-bahan pencemar yang sangat kompleks seperti logam Krom (Cr). Berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Standar baku mutu bagi air
limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri tekstil untuk parameter padatan tersuspensi total (TSS)
sebesar 50mg/L dan untuk parameter logam Krom Total (Cr) sebesar 1,0 mg/L Untuk mengatasi hal
tersebut perlu dilakukan analisis kadar TSS dan logam krom total apakah sudah sesuai dengan standar
baku mutu air limbah industri tekstil. Analisis kadar TSS dapat dilakukan dengan metode gravimetri
dan analisis kadar logam krom total menggunakan instrument AAS. Dari hasil analisis diperoleh bahwa
kadar TSS dan logam krom total dalam limbah tersebut masih dibawah ambang batas standar baku
mutu air limbah yaitu sebesar 20 mg/L untuk kadar TSS dan logam krom total sebesar 0,112 mg/L.
Kata Kunci: Limbah Tekstil, TSS, Logam Krom, Gravimetri, AAS
32
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 32-41
PENDAHULUAN
Pencemaran limbah cair industri lainnya. Banyaknya TSS di dalam air akan
sering kali dijumpai dan menjadi menurunkan suplai oksigen terlarut.
permasalahan lingkungan. Limbah cair Apabila ketersediaan oksigen menurun
yang tidak diolah dan dikelola akan dalam waktu yang lama dapat
berdampak buruk terhadap perairan, menyebabkan badan air menjadi anaerob
khususnya sumber daya air (Priya, 2011). sehingga menyebabkan kematian
Limbah tekstil merupakan salah satu organisme aerob. TSS yang tinggi secara
limbah cair yang sangat sering dijumpai langsung dapat mengganggu organisme
dan berpotensi mencemari lingkungan. Hal akuatik seperti ikan dan makhluk biota air
ini disebabkan oleh tingginya pencemaran lainnya (Rinawati, 2016).
air dan derajat kekotoran air menunjukkan Dalam limbah tekstil juga terdapat
adanya zat padat TSS yang meningkatkan senyawa-senyawa kimia yang memiliki
kepekatan limbah dan air limbah tekstil bahan aktif dari logam-logam berat seperti
tersebut juga mengandung bahan-bahan logam krom (Cr) yang bisa mencemari air.
pencemar yang sangat kompleks seperti Keberadaan kromium di perairan dapat
logam Krom (Cr). mengakibatkan penurunan kualitas air
TSS ialah zat tersuspensi yang dapat hingga membahayakan lingkungan serta
menimbulkan kekeruhan pada air yang organisme akuatik. Akibat yang
terdiri atas lumpur, pasir halus dan jasad- ditimbulkan bagi organisme akuatik adalah
jasad renik yang paling utama disebabkan terganggunya metabolisme tubuh akibat
oleh kikisan tanah ataupun erosi yang terhalangnya kerja enzim dalam proses
terbawa oleh air (Effendi, 2003). TSS fisiologis. Kromium bisa menumpuk dalam
adalah salah satu aspek penting dalam tubuh dan bersifat kronis sehingga dapat
penurunan kualitas perairan sehingga menyebabkan kematian organisme akuatik.
menyebabkan perubahan secara fisika, Logam kromium (Cr) ialah logam berat
kimia dan biologi (Bilotta, 2008). yang bersifat toksik. Sifat toksik yang
Perubahan fisik meliputi penambahan dibawa oleh logam ini bisa menyebabkan
padatan zat organik atau anorganik ke terjadinya keracunan akut dan keracunan
dalam air untuk meningkatkan kekeruhan, kronis. Logam Cr dapat masuk ke dalam
sehingga membatasi penetrasi sinar semua strata lingkungan, apakah itu pada
matahari ke dalam air. Penurunan penetrasi strata perairan, tanah atau pun udara
sinar matahari akan mempengaruhi proses (lapisan atmosfir). Kromium (Cr) bisa
fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air masuk ke dalam perairan dengan dua cara,
33
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 32-41
yaitu secara alamiah serta non-alamiah. Cr 0,7 µm sampai dengan 1,5 µm dan air bebas
masuk secara alamiah disebabkan oleh mineral.
beberapa faktor fisika, semacam erosi Alat-alat yang digunakan dalam
(pengikisan) yang terjadi pada batuan penelitian ini adalah desikator yang berisi
mineral. Debu-debu dan partikel Cr yang di desikan, oven, timbangan analitik, pipet
udara akan dibawa turun oleh air hujan. Cr volumetrik atau gelas ukur, cawan petri,
masuk secara non-alamiah ialah dampak sistem penyaring vakum, pinset, dan sistem
atau efek dari kegiatan manusia. Sumber- vakum.
sumber Cr yang berkaitan dengan kegiatan
manusia bisa berupa limbah atau buangan Persiapan Media Penyaring atau Cawan
industri sampai buangan rumah tangga Gooch
(Listiana, 2013). Media penyaring diletakan pada filter
Berdasarkan Peraturan Menteri filtrasi, dipasang sistem vakum dan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dihidupkan pompa vakum kemudian dibilas
Republik Indonesia Nomor media penyaring dengan air bebas mineral
P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 20 ml, dilanjutkan pengisapan hingga tiris
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan dan dimatikan pompa vakum, setelah itu
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun dipindahkan media penyaring dari
2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah peralatan filtrasi ke media penimbang, lalu
Standar baku mutu bagi air limbah bagi dikeringkan media penimbang atau cawan
usaha dan/atau kegiatan industri tekstil gooch yang berisi media penyaring dalam
adalah untuk parameter padatan tersuspensi oven pada suhu 103oC sampai dengan
total (TSS) sebesar 50mg/L dan untuk 105oC selama 1 jam, didinginkan media
parameter logam Krom Total (Cr) sebesar penimbang atau cawan gooch dalam
1,0 mg/L. desikator kemudian ditimbang, diulangi
pengovenan dan pendinginan hingga
METODE PENELITIAN diperoleh berat tetap.
Uji Padatan Tersuspensi Total (TSS)
Secara Gravimetri Prosedur Kerja
Alat dan Bahan Penyaringan dilakukan dengan
Bahan-bahan yang digunakan dalam peralatan penyaring. Media penyaring
penelitian ini adalah media penyaring dibasahi dengan sedikit air bebas mineral,
microglass-fiber dengan ukuran porositas diaduk contoh uji hingga diperoleh contoh
uji yang homogen kemudian diambil
34
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 32-41
contoh uji secara kuantitatif sebanyak 50- larutan pengencer, larutan pencuci, dan
56 mL dan dimasukan ke dalam media udara tekan.
penyaring, dan dinyalakan sistem vakum, Alat-alat yang digunakan dalam
media penyaring dibilas 3 kali dengan percobaan ini adalah Spektrometer Serapan
masing-masing 10 ml air bebas mineral, Atom (SSA)-nyala, lampu katoda berongga
dilanjutkan penyaringan dengan sistem (Hollow Cathode Lamp) Cr, gelas ukur 250
vakum hingga tiris, setelah itu dipindahkan mL dan 1000 mL, pipet volumetrik 1 mL, 2
media penyaring (glass-fiber filter) dari alat mL, 5 mL, 10 mL, 25 mL, dan 100 mL labu
penyaring ke media penimbang, media ukur 50 mL, 100 mL, dan 1000mL,
penimbang atau cawan gooch yang berisi erlenmeyer 250 mL corong gelas, pemanas
media penyaring dikeringkan dalam oven listrik, sistem penyaring vakum dan labu
minimal 1 jam pada kisaran suhu 103oC semprot.
sampai dengan 105oC didinginkan dalam
Persiapan Contoh Uji Logam
desikator dan ditimbang, dan diulangi
Contoh uji diambil secara
pengovenan dan pendinginan hingga
kuantitatif sebanyak 100 mL lalu
diperoleh berat tetap sebagai W1.
dimasukan ke dalam erlenmeyer 250 mL,
Perhitungan setelah itu ditambahkan 5 mL HNO3 pekat
(W1−W0) x 1000 dan 1 mL H2O2 30% lalu ditutup dengan
TSS (mg/L) = V
Keterangan: corong kaca, kemudian dipanaskan
W0 : berat media penimbang yang
berisi media penyaring (mg); perlahan-lahan hingga volumenya berkisar
W1 : berat media penimbang yang 10-20 mL kemudian dipindahkan contoh uji
berisi media penyaring dan residu
kering (mg); ke dalam labu ukur 100 mL dan
V : volume contoh uji (ml);
1000 : konversi mililiter ke liter. ditambahkan air bebas mineral sampai
tanda batas kemudian dihomogenkan.
35
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 32-41
36
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 32-41
dioven pada suhu 103oC sampai dengan dan sampel. Setelah itu, dipindahkan media
105oC selama 1 jam, tujuan dari penyaring dari sistem vakum ke media
pengovenan ini adalah untuk penimbang untuk kemudian dioven pada
menghilangkan kadar air dalam media suhu 103oC sampai dengan 105oC selama
penyaring. Setelah itu, media penyaring minimal 1 jam tujuan dari pengovenan ini
yang telah dioven sebelumnya didinginkan adalah untuk menghilangkan kadar air
dalam desikator untuk menyeimbangkan dalam media penyaring lalu didinginkan
suhu setelah dioven agar diperoleh berat dalam desikator untuk menyeimbangkan
media penyaring yang stabil kemudian suhu setelah dioven agar diperoleh berat
media penyaring ditimbang untuk media penyaring yang stabil, lalu ditimbang
mengetahui beratnya yaitu sebesar 104,6 media penyaring yang berisi sampel limbah
mg. Agar diperoleh berat media penyaring industri tekstil dan diperoleh berat media
yang tetap/konstan, media penyaring penyaring yang berisi sampel yaitu sebesar
dioven dan didinginkan kembali untuk 105,6 mg. Agar diperoleh berat media
menghasilkan berat tetap dan diperoleh penyaring yang tetap, dilakukan kembali
berat media penyaring sebenarnya yaitu pengovenan dan pendinginan media
sebesar 104,4 mg. penyaring berisi sampel untuk
Setelah itu, media penyaring yang telah menghasilkan berat tetap dan berat media
dipreparasi sebelumnya sedikit dibasahi penyaring yang berisi sampel setelah
dengan air bebas mineral agar media penimbangan kedua yaitu sebesar 105,5
penyaring bebas dari pengotor dan steril, mg.
setelah itu sampel limbah industri tekstil Dari hasil berat media penimbang
diaduk agar homogen kemudian diambil yang berisi sampel dapat diketahui berat
sampel sebanyak 50 mL sampai dengan 56 sampel limbah industri tekstil yaitu sebesar
mL setelah itu divakum untuk 1 mg dan dapat diketahui kadar TSS dari
menghisap/mengurangi kadar air yang ada sampel tersebut yaitu sebesar 20,0 mg/L.
dalam media penyaring dan sampel. Setelah Sebagai kontrol ketelitian analisis/
itu media penyaring dibilas 3 kali secara mpengendalian mutu diperoleh nilai
berkala dengan masing-masing 10 mL air Relative Percent Different (RPD) dari
bebas mineral tujuannya agar steril dan analisis duplo yaitu sebesar 1,10% dimana
tidak ada pengotor lain yang ikut terdeteksi ≤ 15%, sehingga hasil analisis uji kadar
lalu divakum kembali hingga tiris TSS dalam sampel dapat diterima.
tujuannya untuk menghisap/mengurangi
kadar air yang ada dalam media penyaring
37
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 32-41
erlenmeyer tujuannya agar tidak ada sampel Tabel 1. Hasil analisis larutan standard dan
sampel
uji yang tertinggal/menempel pada corong Konsentrasi (mg/L) Absorbansi
kaca. Kemudian larutan hasil destruksi 0 0,0019
0,1 0,0032
didinginkan sampai tidak benar-benar 0,2 0,0066
0,4 0,0116
panas, lalu larutan hasil destruksi yang telah 0,6 0,0188
dingin dimasukan ke dalam labu ukur 100 0,8 0,0228
1 0,029
mL dan diencerkan dengan air bebas Blanko -0,0004
Standar 0,4 mg/L 0,0122
mineral hingga tanda batas lalu
Spike 0,0144
dihomogenkan. Sampel 0,0033
Untuk preparasi larutan kerja logam Berdasarkan dari tabel 1 dapat
dibuat deret larutan kerja logam Cr dari disimpulkan bahwa konsentrasi larutan
larutan baku logam Cr 10 mg/L dengan kerja berbanding lurus dengan nilai
masing-masing konsentrasi yang berbeda absorbansinya, karena nilai absorbansi
yaitu 0 mg/L; 0,1 mg/L; 0,2 mg/L; 0,4 yang menunjukkan semakin besar seiring
mg/L; 0,6 mg/L; 0,8 mg/L; dan 1 mg/L dan dengan konsentrasi larutan standar yang
satu larutan blanko. Setelah itu dibuat kurva semakin besar. Dari data tersebut kemudian
kalibrasi dengan cara mengoperasikan dan di buat kurva persamaan regresi untuk
mengoptimasi instrumen SSA, menentukan konsentrasi dari logam krom
diaspirasikan larutan blanko ke dalam SSA- total, konsentrasi tersebut dapat diketahui
nyala sebagai re-zero atau diatur dengan melihat nilai liniearitas dari kurva
serapannya hingga nol, lalu larutan kerja regresi yakni dengan melihat nilai dari
satu per satu diaspirasikan ke dalam SSA- koefisien korelasi yang diperoleh. Kurva
nyala dan diukur serapannya pada panjang persamaan regresi diperoleh dari data
gelombang nya yaitu 357,9 nm. Setiap absorbansi dan konsentrasi dimana
pergantian konsentrasi larutan kerja, larutan absorbansi sebagai sumbu y dan
sampel uji, larutan standar, spike dan konsentrasi sebagai sumbu x, yang terdapat
blanko selang aspirator dibilas dengan pada gambar 1.
larutan pencuci tujuannya adalah agar
selang aspirator tidak terkontaminasi oleh
larutan sebelumnya. Dari pengukuran
tersebut diperoleh data absorbansi yang
ditunjukan pada Tabel 1.
39
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 1, Hal. 32-41
40
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: 2354-9610, e. ISSN:2614-5081
Vol. 6, No. 2, Hal. 32-41
41