You are on page 1of 11

102

Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar IPS


Arleni Tarigan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III
SD NEGERI 013 LUBUK KEMBANG SARI KECAMATAN UKUI

Arleni Tarigan
arleni.tarigan@gmail.com
SD Negeri 013 Silikuan Hulu Kecamatan Ukui
Kabupaten Pelalawan

ABSTRACT
This study aims to improve student learning outcomes in social studies on the subject matter
of buying and selling activities of home and school environment, with the application of
learning to play a role (role playing) in the third grade students of SD Negeri 013 Lubuk
Kembang Sari Kecamatan Ukui. Low grade III student learning outcomes SD Negeri 013
Lubuk Kembang Sari Kecamatan Ukui in teaching social studies teacher is caused by not
applying the appropriate learning model in presenting the material. so that students are
difficult to understand the material presented teacher. The subjects were students of class III
with a whole number of students is 18 people consisting of 12 men and 6 women. Parameters
measured were the activities of teachers, student activities and student learning outcomes.
The data were analyzed descriptively. Results of data analysis obtained by percentage of
activity the teachers at the first meeting of the first cycle of 75% with good category, the
second meeting of the first cycle of 77.8% with good category and at the first meeting of the
second cycle percentage teacher activity 86.1% with a very good category, the second
meeting of the cycle II percentage teacher activity which was 88.9% with very good category.
At the first meeting of the percentage of student activity activity 61.1% with good category,
the second meeting of the first cycle is 77.8% with a good category and at the first meeting of
the second cycle the percentage of student activity 80.6% with very good categories, namely
the second meeting of the second cycle 86.1% with very good category. And the classical
completeness students on basic score is 39.5% (not finished), the first daily test classical
completeness of students was 81.6% (complete), and in the daily test II classical completeness
of students is 92.1% (complete). Based on this study concluded that the application of
learning models play a role (Role Playing) can improve student learning outcomes IPS.

Keywords: learning model role playing, learning outcomes IPS

PENDAHULUAN studi yang mempelajari dan menelaah serta


Ilmu pengetahuan sosial (IPS) pada menganalisis gejala dan masalah sosial di
satuan pendidikan SD memuat kajian masyarakat ditinjau dari berbagai aspek
manusia, tempat dan lingkungan, sistem kehidupan secara terpadu. Untuk
sosial budaya, perilaku ekonomi dan membangun kemampuan siswa dalam
kesejahteraan, serta waktu, keberlanjutan kehidupan bermasyarakat, guru dituntut
dan perubahan. Melalui pelajaran IPS, harus dapat menciptakan suasana belajar
siswa diarahkan, dibimbing dan dibantu yang menarik, nyaman dan aman.
untuk menjadi warga negara Indonesia Berdasarkan pengalaman peneliti
yang efektif . IPS sebagai salah satu bidang sebagai guru kelas III SD Negeri 013

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 3 | Edisi Khusus HUT PGRI Ke-71 Tanggal 25 November 2016 | ISSN: 2303-1514 |
103

Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar IPS


Arleni Tarigan

Lubuk Kembang Sari Kecamatan Ukui masih rendah. Rendahnya hasil belajar
Kabupaten Pelalawan diperoleh data hasil siswa dalam pembelajaran IPS dapat dilihat
belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada tabel berikut.

Tabel 1. Data Awal Hasil IPS


Jumlah Siswa
No Jumlah Siswa KKM Rata-rata kelas
Tuntas Tidak Tuntas
1 18 70 6 (39,47%) 12 (60,53%) 67,89

Setelah diamati penulis menemukan siswa diberikan kesempatan untuk


gejala-gejala dalam proses pembelajaran, menggambarkan atau mengekspresikan
yang mengakibatkan rendahnya hasil suatu tokoh yang diperankan dan siswa lain
belajar siswa dalam pembelajaran IPS. mengamati tentang jalannya drama,
Gejala-gejala tersebut antara lain: dipertengahan drama dihentikan agar siswa
a) Siswa kurang memperhatikan penjelasan dapat saling mengeluarkan pendapat serta
guru; kritik mengenai materi pembelajaran.
b) Siswa tidak mampu mengikuti petunjuk Berdasarkan masalah-masalah yang
yang diberikan guru; telah dijelaskan di atas, penulis tertarik
c) Siswa merasa bosan dan kurang untuk melakukan penelitian tindakan kelas
perhatian ketika pembelajaran sedang yang berjudul “Penerapan model
berlangsung; pembelajaran bermain peran (role playing)
d) Kurangnya aktivitas siswa dalam proses untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada
pembelajaran karena guru kurang siswa kelas III SD Negeri 013 Lubuk
melibatkan siswa dalam pembelajaran Kembang Sari Kecamatan Ukui Kabupaten
(teacher center); Pelalawan”. Rumusan masalah dalam
e) Kurangnya minat dan motivasi siswa penelitian ini adalah “Apakah penerapan
dalam proses pembelajaran model pembelajaran bermain peran (role
playing) dapat meningkatkan hasil belajar
Penyebab terjadinya gejala-gejala di IPS pada siswa kelas III SD Negeri 013
atas adalah model pembelajaran yang Lubuk Kembang Sari Kecamatan Ukui
digunakan guru kurang variatif. Guru Kabupaten Pelalawan?” Tujuan penelitian
dominan menggunakan metode ceramah ini adalah untuk meningkatan hasil belajar
sehingga proses pembelajaran menjadi IPS pada siswa kelas III SD Negeri 013
membosankan, tidak merangsang minat dan Lubuk Kembang Sari Kecamatan Ukui
motivasi siswa, sehingga mengakibatkan Kabupaten Pelalawan dengan menerapkan
rendahnya hasil belajar siswa dalam model pembelajaran bermain peran (role
pembelajaran IPS. Untuk mengatasi playing).
masalah rendahnya hasil belajar siswa perlu Model pembelajaran bermain peran
diadakan suatu tindakan pembelajaran (role playing) merupakan salah satu model
inovatif. Salah satu model pembelajaran pembelajaran sosial, yaitu suatu model
inovatif yang dapat dilakukan adalah pembelajaran dengan menugaskan siswa
dengan menerapkan model pembelajaran untuk memerankan suatu tokoh yang ada
bermain peran (role playing), dimana siswa dalam materi atau peristiwa yang
langsung memerankan suatu masalah yang diungkapkan dalam bentuk cerita
memfokuskan pada masalah-masalah sederhana. Model pembelajaran bermain
tentang hubungan manusia. Dalam model peran (role playing) dipelopori oleh George
bermain peran (role playing) beberapa Shaftel dengan asumsi bahwa bermain

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 3 | Edisi Khusus HUT PGRI Ke-71 Tanggal 25 November 2016 | ISSN: 2303-1514 |
104

Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar IPS


Arleni Tarigan

peran dapat mendorong siswa dalam f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi
mengekspresikan perasaan serta bahasa yang baik agar mudah dipahami
mengarahkan pada kesadaran melalui orang lain.
keterlibatan spontan yang disertai analisis
pada situasi permasalahan kehidupan nyata Selain kelebihan-kelebihan tersebut
(Uno, 2012). model pembelajaran bermain peran juga
Menurut Djamarah (2010) model mempunyai beberapa kelemahan sebagai
role playing (bermain peran) dapat berikut (Djamarah, 2010).
dikatakan sama dengan sosiodrama, yang a. Sebagian besar anak yang tidak ikut
pada dasarnya mendramatisasikan tingkah bermain drama mereka jadi kurang
laku dalam hubungannya dengan masalah kreatif.
sosial. Bermain peran pada prinsipnya b. Banyak memakan waktu, baik waktu
merupakan pembelajaran untuk persiapan dalam rangka pemahaman isi
menghadirkan peran-peran yang ada dalam bahan pelajaran maupun pelaksanaan
dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan pertunjukan.
peran di dalam kelas, yang kemudian c. Memerlukan tempat yang cukup luas,
dijadikan sebagai bahan refleksi agar jika tempat bermain sempit menjadi
peserta memberikan penilaian terhadap kurang bebas.
pembelajaran yang telah dilaksanakan dan d. Sering kelas lain terganggu oleh suara
kemudian memberikan saran/ alternatif pemain dan para penonton yang kadang-
pendapat bagi pengembangan peran-peran kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.
tersebut. (Hamdayana, 2014). Berdasarkan Menurut Uno, (2012) langkah-
beberapa pengertian di atas maka dapat langkah penerapan model pembelajaran
disimpulkan bahwa model role playing bermain peran (role playing) adalah sebagai
adalah uatu model pembelajaran dengan berikut.
menugaskan siswa untuk memerankan a. Persiapan atau pemanasan
suatu tokoh yang ada dalam materi atau Guru berupaya memperkenalkan
peristiwa yang diungkapkan dalam bentuk siswa pada permasalahan yang mereka
cerita sederhana yang telah dirancang oleh sadari sebagai suatu hal yang bagi semua
guru. Beberapa kelebihan penerapan model orang perlu mempelajari dan
pembelajaran bermain peran (role playing) menguasainya. Hal ini bisa muncul dari
menurut (Djamarah, 2010), yaitu: imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh
a. Siswa melatih dirinya untuk melatih, guru. Sebagai contoh, guru menyediakan
memahami, dan mengingat isi bahan suatu cerita untuk dibaca di depan kelas.
yang akan didramakan. Pembacaan cerita berhenti jika dilema atau
b. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan masalah dalam cerita menjadi jelas.
berkreatif. Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan
c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat pertanyaan oleh guru yang membuat siswa
dipupuk sehingga dimungkinkan akan berpikir tentang hal tersebut.
muncul tumbuh seni drama dari sekolah. b. Memilih pemain (partisipan)
d. Kerja sama antar pemain dapat Siswa dan guru membahas karakter
ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik- dari setiap pemain dan menentukan siapa
baiknya. yang akan memainkannya. Dalam
e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk pemilihan pemain, guru dapat memilih
menerima dan membagi tanggung jawab siswa yang sesuai untuk memainkannya
dengan sesamanya. (jika siswa pasif atau diduga memiliki

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 3 | Edisi Khusus HUT PGRI Ke-71 Tanggal 25 November 2016 | ISSN: 2303-1514 |
105

Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar IPS


Arleni Tarigan

keterampilan berbicara yang rendah) atau Siswa diajak untuk berbagi


siswa sendiri yang mengusulkannya. pengalaman tentang tema permainan peran
c. Menata panggung (ruang kelas) yang telah dilakukan dan dilanjutkan
Guru mendiskusikan dengan siswa dengan membuat kesimpulan. Misalnya
di mana dan bagaimana peran itu akan siswa akan berbagi pengalaman tentang
dimainkan serta apa saja kebutuhan yang bagaimana ia dimarahi habis-habisan oleh
diperlukan. ayahnya. Kemudian guru membahas
d. Menyiapkan pengamat (observer) bagaimana sebaiknya siswa menghadapi
Guru menunjuk siswa sebagai situasi tersebut. Seandainya jadi Ayah dari
pengamat, namun demikian penting untuk siswa tersebut, sikap seperti apa yang
dicatat bahwa pengamat di sini harus juga sebaiknya dilakukan. Dengan cara ini,
terlibat aktif dalam permainan peran. siswa akan belajar tentang kehidupan.
e. Memainkan peran
Permainan peran dilaksanakan Menurut Slameto (2013) belajar
secara spontan. Pada awalnya akan banyak adalah suatu proses usaha yang dilakukan
siswa yang masih bingung memainkan seseorang untuk memperoleh suatu
perannya atau bahkan tidak sesuai dengan perubahan tingkah laku yang baru secara
peran yang seharusnya ia lakukan. Bahkan keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
mungkin ada yang memainkan peran yang sendiri dalam berinteraksi dengan
bukan perannya. Jika permainan peran lingkungannya. Menurut Djamarah (2010)
sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat belajar adalah proses perubahan prilaku
menghentikannya untuk segera masuk ke berkat pengalaman dan latihan. Sanjaya
langkah berikutnya. (2011) mengatakan belajar bukanlah
f. Diskusi dan evaluasi sekedar mengumpulkan pengetahuan,
Guru bersama dengan siswa belajar adalah proses mental yang terjadi
mendiskusikan permainan tadi dan dalam diri seseorang, sehingga
melakukan evaluasi terhadap peran-peran menyebabkan munculnya perubahan
yang dilakukan. Usulan perbaikan akan perilaku. Dapat disimpulkan bahwa belajar
muncul, mungkin ada siswa yang meminta adalah proses perubahan tingkah laku
untuk berganti peran atau bahkan alur individu sebagai akibat dari pengalaman
ceritanya akan sedikit berubah. dan interaksi dengan lingkungan yang
g. Bermain peran ulang melibatkan proses perubahan dalam diri
Permainan peran ulang seharusnya baik berupa pengetahuan, keterampilan
berjalan lebih baik, siswa dapat memainkan maupun nilai dan sikap.
perannya lebih sesuai dengan skenario. Menurut Slameto, (2013) Faktor-
h. Diskusi dan evaluasi kedua faktor yang mempengaruhi belajar banyak
Pembahasan diskusi dan evaluasi jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi
kedua diarahkan pada realitas. Mengapa dua golongan saja, yaitu faktor intern dan
demikian? Pada saat permainan peran faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
dilakukan banyak peran yang melampaui yang ada dalam diri individu yang sedang
batas kenyataan, sebagai contoh seorang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah
siswa memainkan peran sebagai pembeli, ia faktor yang ada diluar individu.
membeli barang dengan harga yang tidak Faktor-faktor intern antara lain
realistis. Hal ini dapat menjadi bahan faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan
diskusi. faktor kelelahan. Faktor jasmani antara
i. Berbagi pengalaman dan kesimpulan. meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.
Faktor psikologis meliputi intelegensi,

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 3 | Edisi Khusus HUT PGRI Ke-71 Tanggal 25 November 2016 | ISSN: 2303-1514 |
106

Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar IPS


Arleni Tarigan

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, Kemampuan menyampaikan bahan


dan kesiapan. Faktor kelelahan meliputi pelajaran merupakan syarat yang amat
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. penting dalam proses belajar-mengajar yang
Faktor-faktor ekstern yang berpengaruh baik. Hasil belajar adalah penilaian
terhadap belajar, dapat dikelompokkan pendidik tentang perkembangan dan
menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, kemajuan siswa yang berkemauan dengan
faktor sekolah, dan faktor masyarakat. penguasaan bahan pelajaran yang disajikan
Faktor keluarga antara lain cara orang tua kepada mereka serta nilai-nilai yang
mendidik, relasi antar anggota keluarga, terdapat dalam kurikulum. Hasil belajar
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dalam kegiatan belajar mengajar tidak saja
pengertian orang tua, dan latar belakang dipandang dari sudut kognitif akan tetapi
kebudayaan. Faktor sekolah meliputi juga dari sudut efektif dan psikomotor.
metode mengajar, kurikulum, relasi guru Biasanya hasil belajar dinyatakan dalam
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, bentuk nilai dengan menggunakan tes.
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu Maksud tes yang utama adalah untuk
sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, mengukur hasil belajar. Di samping itu, tes
keadaan gedung, metode belajar, dan tugas juga dipergunakan untuk menentukan
rumah. Sedangkan faktor masyarakat seberapa jauh hasil belajar siswa tentang
meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, materi yang telah dipelajari, karena itu tes
mass media, teman bergaul, dan bentuk dapat digunakan sebagai penilaian dalam
kehidupan masyarakat. penentuan tingkat pencapaian.
Kemampuan siswa dapat dilihat dari Menurut Sudjana (2009) inti
proses pembelajaran langsung, namun penilaian adalah proses memberikan atau
adakalanya siswa mampu menyerap semua menentukan nilai objek tertentu
materi yang diberikan, namun ada kala berdasarkan suatu kriteria tertentu.
yang hanya setengah atau sebagian kecil Penilaian dilakukan dalam proses belajar
saja. Kemampuan siswa dalam menyerap mengajar berfungsi sebagai berikut :
materi pelajaran dikenal dengan hasil a. Untuk mengetahui tercapai tidaknya
belajar. Menurut Bloom dalam Suprijono tujuan pengajaran.
(2014), hasil belajar mencakup kemampuan b. Umpan balik bagi perbaikan proses
kognitif, efektif, dan psikomotorik. pembelajaran.
Menurut Suprijono (2014) bahwa hasil c. Dasar dalam menyusun laporan
belajar adalah perubahan perilaku secara kemajuan belajar siswa kepada orang
keseluruhan bukan hanya pada satu aspek tuanya.
potensi kemanusian saja, hasil belajar juga
dipengaruhi oleh banyak faktor. Hasil Untuk itu guru dituntut kreatif
belajar adalah terjadinya perubahan tingkah dalam memilih dan menggunakan metode
laku pada diri siswa yang dapat diamati dan atau model yang tepat dalam setiap mata
diukur dalam bentuk perubahan pelajaran. Hasil belajar IPS adalah tingkat
pengetahuan. Perubahan tersebut dapat penguasaan siswa terhadap materi
diartikan terjadinya peningkatan dan pembelajaran yang dilihat dari skor hasil
pengembangan yang lebih baik. Dalam belajar siswa melalui penerapan model
mengajarkan IPS, tidak saja dituntut pembelajaran bermain peran (role playing).
kemampuan dalam hal menguasai materi Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
yang akan diajarkan, namun harus mampu adalah pengetahuan yang dimiliki siswa
pula menyajikannya, baik dalam kelas setelah melakukan kegiatan pembelajaran,
maupun di luar kelas. sedangkan hasil belajar IPS dalam

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 3 | Edisi Khusus HUT PGRI Ke-71 Tanggal 25 November 2016 | ISSN: 2303-1514 |
107

Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar IPS


Arleni Tarigan

penelitian ini adalah tingkat penguasaan III SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari
siswa terhadap materi pembelajaran yang Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan
dilihat dari skor hasil belajar siswa melalui dengan jumlah 18 orang siswa yang terdiri
penerapan model pembelajaran bermain dari 12 orang siswa laki-laki dan 6 orang
peran. siswa perempuan. Data dalam penelitian ini
dikumpulkan menggunakan teknik
observasi dan teknik tes. Analisis yang
METODE PENELITIAN dilakukan dalam penelitian ini adalah:
Penelitian ini dilakukan di kelas III 1. Analisis Aktivitas Guru dan siswa
SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari Observasi aktivitas guru dan siswa
Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan. dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
Desain penelitian yang digunakan ini kegiatan pembelajaran, pelaksaan observasi
adalah PTK (penelitian tindakan kelas) guru dan siswa dilakukan observer dangan
yang berguna untuk memperbaiki masalah- menggunakan lembaran observasi yang
masalah yang ditemukan dalam proses mengacu pada kegiatan pembelajaran
pembelajaran. Penelitian akan dilakukan bermain peran (role playing). Kemudian
dalam 2 siklus, yang terdiri dari 3 kali dihitung dengan menggunakan rumus :
pertemuan tiap siklusnya. Tiap siklus terdiri NR = x100 (KTSP dalam Syahrilfuddin,
dari 2 kali pertemuan pelaksanaan tindakan
dkk., 2011)
dengan menerapkan model pembelajaran
Keterangan:
role playing, dan pertemuan ketiga
NR : Persentase rata-rata aktivitas
pelaksanaan UH. Sesuai dengan jenis
guru dan siswa
penelitian ini, maka desain penelitian
JS : Jumlah skor aktivitas yang
tindakan kelas yang dilakukan adalah
dilakukan
model siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu
SM : Skor maksimum yang di dapat
tahap rencana, tahap tindakan, tahap
dari aktivitas guru dan siswa
observasi dan tahap refleksi (Arikunto,
2010). Subjek penelitian adalah siswa kelas

Tabel 2. Interval dan Kategori Aktivitas Guru dan Siswa


No Interval Persentase Kategori
1 81- 100 Amat baik
2 61-80 Baik
3 51-60 Cukup
4 Kurang dari 50 Kurang
Syahrifuddin, (2011)

2. Hasil Belajar Matematika Siswa SM = Skor Maksimum


a) Hasil Belajar Individu
Ketuntasan individu dihitung b) Ketuntasan Klasikal
dengan rumus sebagai berikut: Ketuntasan klasikal dihitung dengan
HB = (KTSP dalam rumus:
Syahrilfuddin, dkk, 2011) PK = (Purwanto, 2008)
Keterangan:
HB = Hasil Belajar Keterangan:
SP = Skor yang diperoleh siswa PK = Ketuntasan Klasikal

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 3 | Edisi Khusus HUT PGRI Ke-71 Tanggal 25 November 2016 | ISSN: 2303-1514 |
108

Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar IPS


Arleni Tarigan

ST = Jumlah siswa yang tuntas siswa, data hasil belajar siswa, melalui
N = Jumlah siswa seluruhnya proses pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran bermain peran (role
c) Peningkatan hasil belajar siswa playing) pada materi kegiatan jual beli.
P = × 100 % (Purwanto, 1. Aktivitas Guru
Observasi aktivitas guru dilakukan
2008)
bersama dengan pelaksanaan kegiatan
Keterangan:
pembelajaran. Pelaksanaan observasi
P = Peningkatan hasil belajar
dilakukan oleh observer dengan
Posrate = Nilai sesudah diberi tindakan
menggunakan lembar observasi yang
Basarate = Nilai sebelum tindakan
mengacu pada kegiatan belajar mengajar
menggunakan penerapan model
pembelajaran bermain peran, adapun
HASIL DAN PEMBAHASAN
aktivitas guru yang diperoleh dapat dilihat
Analisis Hasil Tindakan
pada tabel 3 di bawah ini.
Data yang dianalisis dalam
penelitian ini adalah aktivitas guru dan

Tabel 3. Data Aktivitas Guru dengan Penerapan Model Pembelajaran Role Playing
Siklus I Siklus II
No Uraian
Pertemuan 1 Pertemuan2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Jumlah 8 10 12 14
2 Persentase 75% 77,8% 86,1% 88,9%
3 Kategori Baik Baik Amat Baik Amat Baik

Dari tabel di atas dapat disimpulkan memperoleh skor 14 (88,90%) dengan


bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru kategori amat baik.
pada setiap pertemuannya, siklus I
pertemuan pertama aktivitas guru 2. Aktivitas Siswa
memperoleh skor 8 (75,00%) dengan Pelaksanaan observasi dilakukan
kategori baik, pertemuan kedua aktivitas oleh observer dengan menggunakan lembar
guru skor 10 (77,80%) dengan kategori observasi yang mengacu pada kegiatan
baik. Pada siklus II pertemuan pertama belajar mengajar menggunakan penerapan
aktivitas guru memperoleh skor 12 model pembelajaran bermain peran, adapun
(86,10%) dengan kategori amat baik dan aktivitas siswa yang diperoleh dapat dilihat
pertemuan kedua aktivitas guru pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Data Aktivitas Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Role Playing
Siklus I Siklus II
No Uraian
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Jumlah 7 11 13 15
2 Persentase 61,1% 77,8% 80,6% 86,1%
3 Kategori Baik Baik Amat Baik Amat Baik

Dari tabel di atas dapat disimpulkan pertemuan pertama aktivitas siswa


bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa memperoleh skor 7 (61.10%) dengan
pada setiap pertemuannya, siklus I kategori baik, pertemuan kedua aktivitas

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 3 | Edisi Khusus HUT PGRI Ke-71 Tanggal 25 November 2016 | ISSN: 2303-1514 |
109

Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar IPS


Arleni Tarigan

siswa skor 11 (77,80%) dengan kategori Setelah proses pembelajaran dengan


baik. Pada siklus II pertemuan pertama penerapan model pembelajaran bermain
aktivitas siswa memperoleh skor 13 peran pada materi kegiatan jual beli, hasil
(80,60%) dengan kategori amat baik dan belajar ulangan harian dengan menganalisa
pertemuan kedua aktivitas guru hasil ulangan harian pada siklus I dan siklus
memperoleh skor 15 (86,10%) dengan II. Berikut adalah rata-rata hasil belajar
kategori amat baik. siswa pada siklus I dan siklus II.
3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Tabel 5. Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari
No Aspek Skor Dasar Ulangan Harian I Ulangan Harian II
1 Jumlah 1540 2140 2370
2 Rata-Rata 66,84 82,63 88,68

Pada tabel di atas dapat diketahui UH siklus II semakin meningkat menjadi


bahwa rata-rata hasil belajar siswa 88,68. Selanjutnya berdasarkan rata-rata
mengalami peningkatan setelah diterapkan hasil belajar yang diperoleh pada UH siklus
model pembelajaran role playing pada I dan UH siklus II akan dilakukan analisa
pembelajaran IPS terhadap siswa kelas III peningkatan hasil belajar sebelum dan
SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari sesudah tindakan. Untuk mengetahui
Kecamatan Ukui. Sebelum diberi tindakan, persentase peningkatan hasil belajar siswa
rata-rata hasil belajar siswa pada skor dasar dalam pembelajaran IPS setelah
yaitu 66,84. Setelah dilaksanakan tindakan menerapkan model pembelajaran role
pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa playing pada siswa kelas III SDN 013
pada UH siklus I meningkat menjadi 82,63. Lubuk Kembang Sari Kecamatan Ukui
Selanjutnya dilaksanakan tindakan pada dapat dapat dilihat pada tabel 6 di bawah
siklus II rata-rata hasil belajar siswa pada ini.

Tabel 6. Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa


Peningkatan
No Data Rata-rata
Siklus I Siklus II
1 Skor Dasar 66,84
2 UH I 82,63 23,6% 32,7%
3 UH II 88,68

Pada tabel di atas diketahui bahwa II. Selanjutnya akan di analisis hasil belajar
setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, siswa berdasarkan ketuntasan klasikal.
maka diperoleh peningkatan hasil belajar Ketuntasan klasikal pada penelitian ini
dari skor dasar ke UH siklus I sebesar adalah 75%. Berikut ketuntasan klasikal
23,6%, yaitu rata-rata hasil belajar pada sebelum dan setelah melaksanakan
skor dasar 66,84 meningkat menjadi 82,63 pembelajaran dengan penerapan model
pada UH siklus I. Selanjutnya pada siklus II pembelajaran role playing di kelas III SD
diperoleh peningkatan hasil belajar sebesar Negeri 013 Lubuk Kembang Sari
32,7% dari skor dasar ke UH siklus II, yaitu Kecamatan Ukui, data tersebut dapat dilihat
rata-rata hasil belajar pada skor dasar 66,84 pada tabel di bawah ini.
meningkat menjadi 88,68 pada UH siklus

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 3 | Edisi Khusus HUT PGRI Ke-71 Tanggal 25 November 2016 | ISSN: 2303-1514 |
110

Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar IPS


Arleni Tarigan

Tabel 7. Peningkatan Ketuntasan Belajar IPS


Ketuntasan Ketuntasan
Data KKM Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas Klasikal
Skor Dasar 7 11 75 39,5% Tidak tuntas
UH Siklus I 12 8 75 81,6% Tuntas
UH Siklus II 15 3 75 92,1% Tuntas

Dari tabel di atas diketahui bahwa sehingga pembelajaran ini berjalan sesuai
pada skor dasar siswa yang tuntas sebanyak dengan yang diharapkan. Pada siklus I
7 siswa dan yang tidak tuntas 11 siswa pertemuan I persentase aktivitas guru yaitu
(ketuntasan klasikalnya 39,5%), berarti 75% berada pada kategori baik, sedangkan
ketuntasan secara klasikal kategori belum pada pertemuan II angka persentase 77,8%
tuntas. Pada siklus I pada ulangan harian I dengan kategori baik. Pada siklus I guru
yang tuntas sebanyak 12 siswa dan yang masih belum memahami keseluruhan
tidak tuntas sebanyak 8 siswa (ketuntasan penerapan model pembelajaran role
klasikalnya 81,6%), berarti ketuntasan playing. Pada siklus II pertemuan I
secara klasikal dinyatakan tuntas. persentase aktivitas guru meningkat
Sedangkan pada siklus II, ulangan harian II menjadi 86,1% dengan kategori amat baik.
yang tuntas 18 siswa dan yang tidak tuntas Sedangkan pada pertemuan II dengan angka
3 siswa (ketuntasan klasikalnya 92,1%), persentase 88,9% dan dikategorikan amat
ketuntasan secara klasikal dinyatakan baik. Dari penjelasan diatas maka diketahui
tuntas. Pada ketuntasan belajar secara guru telah melakukan upaya untuk
individu telah tercapai apabila nilai yang meningkatkan kualitas pengajarannya.
diperoleh siswa minimal 70 sesuai dengan Kualitas pengajaran guru merupakan
KKM yang ditetapkan. Sedangkan penentu hasil belajar siswa, ini sesuai
ketuntasan secara klasikal, jika seluruh dengan pendapat Sudjana (2009) faktor
siswa yang tuntas mencapai 75% dari dominan yang mempengaruhi hasil belajar
jumlah seluruh siswa yang hadir pada setiap ialah kualitas pengajaran.
pertemuan. Hasil belajar yang maksimal
ditentukan oleh proses pembelajaran yang
Pembahasan Hasil Tindakan bermakna. Selain aktivitas guru, aktivitas
Berdasarkan analisis hasil tindakan siswa dalam proses pembelajaran juga
diperoleh kesimpulan tentang aktivitas guru mempengaruhi keberhasilan tindakan. Pada
dan siswa, data hasil belajar siswa, dan siklus I pertemuan pertama persentase
keberhasilan tindakan. Analisis aktivitas aktivitas siswa 61,1% dengan kategori baik.
guru dalam pelaksanaan role playing Sedangkan pada pertemuan kedua
meningkat pada setiap pertemuan. persentase aktivitas siswa meningkat
Meningkatnya aktivitas guru dalam proses menjadi 77,80% dengan kategori baik. Pada
pembelajaran berarti guru sudah siklus I siswa masih belum memahami
menempatkan dirinya sebagai pendidik keseluruhan penerapan model pembelajaran
dalam proses pembelajaran yang berfungsi role playing. Pada siklus II pertemuan
sebagai fasilitator dan motivator dalam pertama persentase aktivitas siswa
pembelajaran yang akan membuat meningkat dengan angka persentase 80,6%
pembelajaran semakin bermakna. dengan dikategorikan amat baik. Sedangkan
Penggunaan waktu dalam penerapan model pada pertemuan kedua semakin meningkat
pembelajaran bermain peran (role playing) menjadi 86,1% dikategorikan amat baik.
juga harus dijadwalkan sedemikian rupa Pada siklus II siswa sudah banyak yang

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 3 | Edisi Khusus HUT PGRI Ke-71 Tanggal 25 November 2016 | ISSN: 2303-1514 |
111

Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar IPS


Arleni Tarigan

aktif dan serius dalam mengikuti semua tuntas 3 orang (ketuntasan klasikal 92,1%
tahap pelajaran. Dari uraian di atas dan dinyatakan tuntas secara klasikal).
dijelaskan bahwa dengan penerapan model Sedangkan peningkatan hasil belajar antara
pembelajaran role playing secara benar skor dasar dan siklus I yaitu 23,6%,
maka aktivitas siswa menjadi lebih aktif sedangkan peningkatan antara skor dasar
dan motivasi siswa menjadi lebih baik. dan siklus II yaitu 32,7%. Berdasarkan skor
Siswa tidak hanya sebagai penerima dasar dan ulangan harian pada siklus I dan
informasi, tapi proses pembelajaran II dengan memperhatikan pembahasan di
berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pernyataan Hamzah (2013) yang hipotesis yang diajukan dapat diterima
menyatakan dengan bermain peran (role kebenarannya. Dengan kata lain bahwa
playing) dapat mendorong siswa dalam penerapan model pembelajaran bermain
mengekspresikan perasaan serta peran (role playing) dapat meningkatkan
mengarahkan pada kesadaran melalui hasil belajar IPS padasiswa kelas III SD
keterlibatan spontan yang disertai analisis. Negeri 013 Lubuk Kembang Sari, pada
Hasil penelitian pada penelitian materi pokok kegiatan jual beli
tindakan kelas ini adalah hasil belajar siswa dilingkungan rumah dan sekolah.
berupa skor yang diperoleh siswa pada UH
siklus I dan UH siklus II. Hasil belajar yang
diperoleh setelah melaksanakan proses SIMPULAN DAN REKOMENDASI
pembelajaran dengan menerapkan model Berdasarkan hasil penelitian dapat
pembelajaran role playing mengalami disimpulkan bahwa penerapan model
peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada data pembelajaran role playing dapat
hasil belajar siswa berdasarkan skor dasar meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas
dan ulangan harian siklus I dan II. Hasil III SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari
belajar siswa pada skor dasar adalah rata- Kecamatan Ukui. Hal ini dapat dilihat pada:
rata 66,84 dengan persentase jumlah siswa 1. Aktivitas guru dan aktivitas siswa
yang tuntas 11 orang dan persentase siswa semakin baik dalam proses
yang tidak tuntas 7 orang (ketuntasan pembelajaran. Pada siklus I aktivitas
klasikalnya 39,5% dan dinyatakan tidak guru pertemuan pertama adalah 75%
tuntas). Pada waktu itu guru belum dengan kategori baik, dan meningkat
menerapkan penerapan model pembelajaran pada pertemuan kedua menjadi 77,8%.
bermain peran (role playing). Kemudian Selanjutnya pada siklus II persentase
untuk meningkatkan hasil belajar, penulis aktivitas guru pertemuan pertama
melakukan peningkatan pembelajaran meningkat menjadi 86,1% dengan
dengan penerapan model pembelajaran kategori amat baik, dan semakin
bermain peran (role playing). Dan diperoleh meningkat pada pertemuan II menjadi
rata-rata nilai ulangan harian siswa pada 88,9% dengan kategori amat baik.
siklus I yaitu 82,63 dengan persentase Seperti halnya aktivitas guru, aktivitas
jumlah siswa yang tuntas 12 orang dan siswa juga mengalami peningkatan, pada
persentase jumlah siswa yang tidak tuntas 6 siklus I pertemuan pertama persentase
orang (ketuntasan klasikalnya 81,6% dan aktivitas siswa 61,1% dengan kategori
dinyatakan tuntas). Selanjutnya diadakan baik, sedangkan pada pertemuan kedua
lagi pertemuan siklus II diperoleh rata-rata persentase aktivitas siswa meningkat
nilai ulangan harian siswa yaitu 88,68 menjadi 77,8% dengan kategori baik.
dengan persentase jumlah siswa yang tuntas Selanjutnya pada siklus II pertemuan
15 orangdan persentase siswa yang tidak pertama persentase aktivitas siswa

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 3 | Edisi Khusus HUT PGRI Ke-71 Tanggal 25 November 2016 | ISSN: 2303-1514 |
112

Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar IPS


Arleni Tarigan

meningkat dengan angka persentase Djamarah, S. Bahri dan Zain Aswan. 2010.
80,6% dengan dikategorikan amat baik. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta.
Sedangkan pada pertemuan kedua PT. Rineka Cipta
semakin meningkat menjadi 86,1% Hamdayana, J. 2014. Model dan Metode
dengan kategori amat baik. Pembelajaran Kreatif dan
2. Hasil belajar siswa mengalami Berkarakter. Bogor. Ghalia
peningkatan dari rata-rata skor dasar Indonesia
66,84 dan ketuntasan klasikal 39,5% Sanjaya, Wina. 2011. Strategi
(tidak tuntas). Setelah dilakukan Pembelajaran Berorientasi Standar
tindakan, maka pada siklus I mengalami Proses Pendidikan. Bandung.
peningkatan sebesar 23,6% dengan rata- Kencana Prenada Group
rata 82,63 dan ketuntasan klasikal 81,6% Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor
(tuntas) . Dan pada siklus II yang Mempengaruhi. Jakarta Rineka
peningkatannya sebesar 32,7% dengan Cipta
rata-rata 88,68 dan ketuntasan klasikal Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses
92.1% (tuntas). Belajar Mengajar. Bandung. Sinar
Baru Aleasindo
Berdasarkan simpulan penelitian di Suprijono, Agus. 2014. Cooperative
atas, penulis menyampaikan beberapa Learning dan Aplikasi Paikem.
rekomendasi sebagai berikut : Yogyakarta. Pustaka Pelajar
1. Penerapan model pembelajaran role Syahrilfuddin, dkk. 2011. Penelitian
playing dapat dijadikan salah satu Tindakan Kelas. Pekanbaru.
alternatif untuk meningkatkan hasil Cendekia Insani
belajar IPS siswa. Hal ini karena dengan Uno, Hamzah. 2012. Model Pembelajaran.
kegiatan bermain peran akan Jakarta. Bumi Aksara
menimbulkan rangsangan pada siswa
untuk memahami materi pembelajaran.
2. Guru hendaknya lebih memberi
bimbingan dan motivasi kepada siswa.
Selain itu, guru yang ingin menerapkan
model pembelajaran role playing harus
mengalokasikan waktu dengan sebaik-
baiknya agar semua tahapan dapat
terlaksana dengan baik.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian
ini dapat dijadikan referensi, masukan,
dan perbandingan untuk dijadikan
penelitian lanjutan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi
Aksara

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 5 | Nomor 3 | Edisi Khusus HUT PGRI Ke-71 Tanggal 25 November 2016 | ISSN: 2303-1514 |

You might also like