You are on page 1of 8

REFORMASI

ISSN 2088-7469 (Paper) ISSN 2407-6864 (Online)


Volume XXX Nomor XXX (2020)

PERILAKU ELIT POLITIK DALAM BIROKRASI


PEMERINTAHAN DI MASA PANDEMI
Nama Penulis
Jurusan, Fakultas, Universitas
e-mail: nama.penulis@gmail.com

Abstrak
The spread of covid-19 first occurred in wuhan, hubei province, china. Then in january 2020 the turn has
been out to china, starting from tahiran, japan, and to the world health organization (who). This is
becoming a global health emergency. The writing of this article is a method of literature study and
descriptive qualitative. What other library studies lay the foundation on which to give proper direction
and guidance in the relationship of case study studies studied, where more tests on the relevant ones that
could be the source of evidence. The handling of health crises such as the covid-19 pandemic includes
government levels, various organizations, and the wider community. Fukuyama the main factor of
wisman state lies capacity in the state (state capacity), namely self-district, and disingenam.
Inconsistencies and weak coordination among government agencies in the handling of covid-19 have
been a negative public reaction on social media towards the government. This is exacerbated by what the
public is doing, when different reasons are not in accordance with health protocols to minimize the risk
of the spread of covid-19. During the pandemic, many elites walked in these difficult times, many elites
went through "ways to image them for the sake of personal image. The elites do their actions by
processing the community but on behalf of political parties, so that their image and the image of the party
both become and the community becomes sympatheticpandemi make government officials, both national
and local and citizens, fight together with the risk of dying in life this, coordination space which is
possible between the center and the region becomes important , especially in the system and build local
government from health issues to the economy. This investment for local government is one of the keys to
tough and long-lasting
Keywords: Political Elite; Pandemic; Government
Abstrak
Penyebaran COVID-19 pertama kali terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kemudian pada Januari
2020 dipastikan telah menyebar ke luar China, mulai dari Tahiran, Jepang, dan terakhir ke Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO). Wabah ini menjadi darurat kesehatan global. Penulisan artikel ini
menggunakan metode studi literatur dan deskriptif kualitatif. Studi pustaka adalah sebagai sebuah
landasan disiplin ilmu yang digunakan untuk memberi arahan yang tepat dan pedoman dalam hubungan
pembahasan studi kasus yang diteliti, dimana lebih terfokus pada bahan tertulis yang relevan yang dapat
menjadi sumber bukti. Penanganan krisis kesehatan seperti pandemi Covid-19 memerlukan keterlibatan
berbagai level pemerintahan, beragam organisasi, dan masyarakat luas. Fukuyama menyebutkan faktor
utama keberhasilan sebuah negara terletak pada kapasitas negara (state capacity), kepercayaan sosial,
dan kepemimpinan. Inkonsistensi dan lemahnya koordinasi di antara lembaga-lembaga pemerintahan
dalam penanganan COVID-19 telah menghasilkan reaksi negatif publik di media sosial terhadap kinerja
pemerintah. Hal ini diperburuk dengan ketidakpatuhan sebagian masyarakat, karena alasan yang
berbeda-beda, yang tidak mematuhi protokol kesehatan untuk meminimalisasi resiko penyebaran
COVID-19. Selama masa pandemi, banyak para elit yang mengambil keuntungan dimasa sulit seperti ini,
banyak para elit yang melalukan berbagai cara untuk menaikkan citra mereka demi untuk kepentingan
pribadi. Para elit melakukan tindakan tersebut dengan cara membagikan bantuan kepada masyarakat
namun atas nama partai politik, agar citra mereka dan citra partai menjadi baik dan msyarakat pun
menjadi simpatikPandemi membuat pejabat pemerintahan, baik nasional maupun lokal dan warga
negara, berjuang mengatasi bersama dengan ancaman tertular dan risiko kehilangan nyawa dalam hal
ini, mekanisme koordinasi yang efektif antara pemerintah pusat dan daerah menjadi penting, terutama
dalam memperkuat sistem dan membangun kapasitas pemerintahan lokal dari persoalan kesehatan
sampai ekonomi. Investasi seperti ini bagi pemerintah daerah enjadi salah satu kunci pemulihan dan
ketahanan jangka panjang
Kata kunci: Elite Politik; Pandemi; Pemerintahan

1
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/index
REFORMASI
ISSN 2088-7469 (Paper) ISSN 2407-6864 (Online)
Volume XXX Nomor XXX (2020)

PENDAHULUAN
Saat ini dunia sedang menghadapi masalah besar yang menimbulkan kerugian, mulai
dari ekonomi hingga hilangnya nyawa. Masalah besar yang dihadapi dunia, termasuk Indonesia,
dapat menghancurkan sendi-sendi masyarakat bahkan negara. Masalah besar yang dihadapi
Indonesia kini menjadi agenda besar negara, Covid-19 bukan hanya masalah kesehatan, tetapi
juga masalah ekonomi, sosial bahkan politik. Penyebaran COVID-19 semakin meningkat setiap
harinya. Dalam proses penanggulangan COVID-19, Indonesia dan negara maju dan berkembang
lainnya gagal merumuskan kebijakan untuk menangani COVID-19. Bahkan Amerika Serikat,
negara adidaya, tercatat sebagai negara yang paling terdampak COVID-19.
Penyebaran COVID-19 pertama kali terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Kemudian pada Januari 2020 dipastikan telah menyebar ke luar China, mulai dari Tahiran,
Jepang, dan terakhir ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Wabah ini menjadi darurat
kesehatan global. Kasus terkonfirmasi pertama Covid-19 terkonfirmasi pada 3 Maret, dan 2
pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Selama ini Indonesia menjadi salah satu negara di dunia
yang menyumbang angka positif dan angka kematian, bahkan negara dengan jumlah terbesar di
Asia Tenggara. Awalnya, siapa yang pernah menuding pemerintah Indonesia lamban menyikapi
wabah COVID-19? Meskipun pada Februari 2020 belum ada konfirmasi infeksi covid-19 yang
terdeteksi, namun dalam hal ini karena kurangnya alat untuk mendeteksi wabah tersebut, hal ini
menjadi salah satu penyebab masuknya covid-19 ke Indonesia.
Dampak Covid-19 yang begitu besar membuat pemerintah Indonesia menghadapi
berbagai masalah. Informasi yang diterima masyarakat tentang COVID-19 membingungkan,
inkonsistensi konfirmasi positif COVID-19 antar pusat wilayah, isolasi wilayah, PHK besar-
besaran, penetapan kedaruratan wilayah, vaksinasi, dll. Hal ini dapat mengindikasikan adanya
masalah dengan kebijakan pemerintah dalam menangani COVID-19. Kebijakan atau himbauan
tersebut antara lain perilaku hidup bersih dan sehat, social distancing kemudian menjadi
physical distance, bekerja dari rumah dan belajar dan beribadah di rumah, peningkatan dan
redistribusi APBN, pengutamaan anggaran bidang kesehatan, relaksasi kredit, insentif pajak,
bantuan sosial, Pengendalian Lalu Lintas, dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB.).
Namun demikian, terdapat inkonsistensi dan ketidaktegasan pemerintah dari beberapa kebijakan
ataupun imbauan yang ditetapkannya, terutama terkait boleh tidaknya ojek online mengangkut
penumpang dan larangan mudik. Dalam situasi pandemi seperti saat ini, pilihan dan kecepatan
penerapan kebijakan untuk mengatasi wabah dan dampaknya menjadi sangat penting. Terlebih
lagi, konsistensi dan ketegasan pemerintah dalam menetapkan kebijakan ataupun memberi
imbauan tersebut. Tulisan ini ditujukan untuk melakukan pembahasan mengenai bagaimana
perilaku elit politik dalam birokrasi pemerintahan di masa pandemi.

2
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/index
REFORMASI
ISSN 2088-7469 (Paper) ISSN 2407-6864 (Online)
Volume XXX Nomor XXX (2020)

KAJIAN PUSTAKA
Perilaku
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku
merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya. Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi
spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku adalah kumpulan berbagai
faktor yang saling berinteraksi. Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Respons terhadap stimulus
tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat orang lain.
Perilaku dapat berbentuk pasid atau perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilaku
tertutup merupakan espons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.
Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan
atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka merupaka respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan dari atau praktik, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.
Elit Politik
Menurut Pareto, setiap masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil orang yang
memiliki kualitas-kualitas yang diperlukan bagi kehadiran-kehadiran mereka pada kekuasaan
politik yang penuh. Mereka bisa menjangkau pusat kekuasaan adalah mereka yang terbaik.
Merekalah yang mampu menduduki kekuasaan tertinggi dalam lapisan masyarakat. Pareto juga
percaya bahwa elit yang ada pada pekerjaan dan lapisan masyarakat yang berbeda itu pada
dasarnya datang dari kelas yang sama yaitu orang-orang yang kaya juga pandai dan mempunyai
kelebihan dari masyarakat kebanyakan. Karena itu menurut-nya, masyarakat terdiri dari dua
kelas: Pertama, lapisan atas yaitu elit yang terbagi kedalam elit yang memerintah (Governing
Elit) dan elit yang tidak memerintah (NonGoverning Elit) sepeti tokoh agama, tokoh pemuda,
tuan tanah dan lain sebagainya. Kedua, lapisan yang lebih rendah yaitu non-elit seperti
masyarakat pada umummnya, petani dan lain sebagainya.
Dalam pengertian sosiologis dan politis, elite adalah the ruling class, suatu golongan
yang memegang kekuasaan baik secara formal maupun informal dalam suatu strata sosial.

3
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/index
REFORMASI
ISSN 2088-7469 (Paper) ISSN 2407-6864 (Online)
Volume XXX Nomor XXX (2020)

Dengan kedudukannya itu, mereka dapat memengaruhi perekmbangan masyarakat dalam


hubungan yang sifatnya timbale balik. Dengan demikina dapat dikatakan juga bahwa elite
adalah prosuk dari masyarakatnya. Dan, hubungan antarelite senantiasa terjalin komunikasi
sehingga kreasi maupun semangat daru suatu generasi dilanjutkan atau diteljemakan ke dalam
bentuknya yang baru oleh generasi berikutnya.
Elite politik sendiri dibagi menjadi dua bagian diantaranya elite politik lokal dan elite
non politik non lokal, elite politik lokal adalah merupakan seseorang yang menduduki jabatan-
jabatan politik (kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih melalui pemilihan umum dan
dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki jabatan politik
tinggi ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan politik. Elite politiknya seperti:
Gubenur, Bupati, Walikota, Ketua DPRD, dan pimpinan-pimpinan partai politik.

METODE PENELITIAN
Penulisan artikel ini menggunakan metode studi literatur dan deskriptif kualitatif. Studi
pustaka adalah sebagai sebuah landasan disiplin ilmu yang digunakan untuk memberi arahan
yang tepat dan pedoman dalam hubungan pembahasan studi kasus yang diteliti, dimana lebih
terfokus pada bahan tertulis yang relevan yang dapat menjadi sumber bukti. Adapun sumber
yang dapat dijadikan fokus dalam studi kepustakaan seperti berupa buku, majalah online, berita,
jurnal, serta literatur berkaitan dengan topik permasalahan. Penulis disini hanya akan menjadi
pengamat atas dasar adanya peristiwa yang menarik perhatian. Sedangkan pada deskriptif
kualitatif berupa metode dengan teknik penggambaran dan pengimpretasian arti dan penjelasan
data yang telah dikumpulan, dengan melakukan konsentrasi atensi dan observasi atas segala
aspek situasi dan kondisi yang diteliti, dan hasilnya dapat diperoleg gamabaran menyeluruh dari
keadaan sesungguhnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penanganan krisis kesehatan seperti pandemi Covid-19 memerlukan keterlibatan
berbagai level pemerintahan, beragam organisasi, dan masyarakat luas. Fukuyama menyebutkan
faktor utama keberhasilan sebuah negara terletak pada kapasitas negara (state capacity),
kepercayaan sosial, dan kepemimpinan. Negara yang disfungsional, terpolarisasi, serta
kepemimpinan yang buruk membuat masyarakat dan ekonomi negara sangat rentan terhadap
krisis.19 Mekanisme pengelolaan informasi, perumusan kebijakan, dan eksekusi juga menjadi
elemen penting yang harus diperhatikan dalam membangun dan mengoperasikan manajemen
kedaruratan kesehatan publik. Pandemi telah memperlihatkan bagaimana kepala-kepala daerah
tersebut merespons dan menyikapi dengan kebijakan-kebijakan yang ditujukan untuk
mengendalikan virus, menjaga kesehatan masyarakat, dan memperkuat ketahanan sosial-

4
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/index
REFORMASI
ISSN 2088-7469 (Paper) ISSN 2407-6864 (Online)
Volume XXX Nomor XXX (2020)

ekonomi. Pada saat yang bersamaan, publik juga mempersepsi sejauh mana kinerja kepala
daerah dengan tingkat keberhasilan atas kompleksitas yang ada di masing-masing daerah. Dapat
kita lihat bahwasanya dalam politik indonesia terdapat pasang surut secara menerus dan jelas
bahwasanya ia sangat mempengaruhi kestabilan sistem perpolitikan nasional apalagi selama
pandemi ini.
Merosotnya demokrasi Indonesia pada masa pandemi Covid-19 sekarang memunculkan
anti-saintisme populis yang berhimpitan dengan konservativisme keagamanaan di tingkat
massa, polarisasi politik kegamaan, korupsi dan klientelisme, serta kencangnya suara para aktor
anti-demokrasi. Kesalahan pemerintah tersebut dan penyebabnya tentu merupakan dua
penafsiran yang berbeda. Kedua tulisan itu pada dasarnya lebih bernuansa elite centered, tetapi
kurang memberikan ruang tentang bagaimana elite terhambat (constrained) oleh kondisi sosial
ekonomi yang ada. Namun demikian, Mietzner membuka ruang analisis lebih jauh tentang
kecenderungan konservatif masyarakat yang bisa mempengaruhi elite bersikap dan berperilaku
walaupun tulisan itu terlalu menyampingkan pertimbangan kondisi ekonomi yang sedang
dihadapi publik. Ia tak memberi ruang yang cukup untuk memahami hambatanhambatan besar
bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan lockdown.

Inkonsistensi
Inkonsistensi dan lemahnya koordinasi di antara lembaga-lembaga pemerintahan dalam
penanganan COVID-19 telah menghasilkan reaksi negatif publik di media sosial terhadap
kinerja pemerintah. Hal ini diperburuk dengan ketidakpatuhan sebagian masyarakat, karena
alasan yang berbeda-beda, yang tidak mematuhi protokol kesehatan untuk meminimalisasi
resiko penyebaran COVID-19. Dua masalah tersebut telah memantik kekecewaan sebagian
tenaga medis yang melihat bahwa kerja keras mereka tidak diikuti dengan komitmen,
kedisiplinan, dan konsistensi pemerintah dan sebagian masyarakat untuk mengatasi penyebaran
virus. Kepercayaan publik terhadap pemerintah memainkan peran penting agar kebijakan yang
diambil terkait dengan penanganan COVID-19 mendapatkan dukungan yang luas. Konsistensi
dalam prinsip dasar dan sinkronisasi antar kebijakan dalam penanganan COVID-19 serta
dukungan publik yang kuat dibayangkan akan membantu meningkatkan efektivitas dalam
menekan dan memutus rantai penyebaran COVID-19. Sebaliknya, inkonsistensi dan kegagalan
dalam sinkronisasi antar kebijakan dan antar elemen pemerintahan tidak hanya memperlama
masa pandemi, namun berpotensi memperdalam krisis ekonomi dan Kesehatan. Penindakan
terhadap kerumunan massa yang mengabaikan protokol Kesehatan pencegahan covid-19 masih
dinilai terhambat oleh inkonsistensi kebijakan pemerintah, kemauan politik dalam penanganan
pandemic ini pun masih di pertanyakan kerumunan massa mewarnai penangan pandemic virus

5
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/index
REFORMASI
ISSN 2088-7469 (Paper) ISSN 2407-6864 (Online)
Volume XXX Nomor XXX (2020)

covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Diketahu selama pandemic ini
pemerintah kerap melahirkan kebijakan yang dipandang kontradiksi pada pencegahan covid-19.

KKN
Selama masa pandemi, banyak para elit yang mengambil keuntungan dimasa sulit
seperti ini, banyak para elit yang melalukan berbagai cara untuk menaikkan citra mereka demi
untuk kepentingan pribadi. Para elit melakukan tindakan tersebut dengan cara membagikan
bantuan kepada masyarakat namun atas nama partai politik, agar citra mereka dan citra partai
menjadi baik dan msyarakat pun menjadi simpatik. Hal-hal seperti ini banyak terjadi selama
masa pandemi covid-19. Kasus seperti inilah yang membuat birokrasi di Indonesia menjadi
buruk, dimana para elit politik memanfaatkan kesempatan di masa pandemi seperti ini untuk
kepentingan politik mereka. Seharusnya di masa seperti ini, para elit membantu dan mengatasi
bagaimana agar masa sulit seperti ini cepat berakhir bukan malah berlomba-lomba mencari
simpatik masyarakat agar membuat citra baik mereka meningkat. Contoh kasus penyebaran
dana bansos yang terjadi seperti di Klaten, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Brebes. Para elit
memberikan bantuan dengan cara membuat simbol-simbol di kemasan yang akan di berikan
kepada masyarakat, dan tidak sedikit juga para elit yang turun langsung kelapangan agar mereka
mendapat simpatik dari masyarakat.
Berdasarkan uraian teoretik di atas, maka yang dimaksudkan dengan elit dalam penelitian ini
tidak hanya menyangkut elit-elit politik yang berkuasa, tetapi juga elit-elit yang berada di luar
arena politik yang memiliki potensi untuk mempengaruhi, menolak atau pun menerima setiap
kebijakan sosial yang dibuat oleh para elit politik yang berkuasa. Ini berarti bahwa elit dalam
konteks penelitian ini terdiri dari elit politik, ekonomi, budaya dan agama dan kelompok
organisasi masyarakat sipil.
Kekhawatiran masyarakat akan kelangsungan hidupnya sendiri berbanding terbalik
dengan sikap para elite yang masih merasa nyaman dan masih bisa tersenyum bahagia. Sebagai
orang dalam situasi ini, saya merasa perlu untuk menyampaikan apa yang terjadi di bawah
kepada orang-orang di atas. Karena kesedihan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
mungkin tidak didengar oleh elit. Indonesia adalah negara yang berdaulat, dihormati oleh negara
lain karena kekayaan alamnya yang kaya dan kondisi pulau surgawinya. Indonesia memiliki
cadangan sumber daya alam yang melimpah yang dapat dinikmati oleh semua orang dari waktu
ke waktu. Bahkan dari sisi suplai pangan, posisi Indonesia di Segitiga Terumbu Karang
merupakan aset strategis yang tidak dapat ditandingi oleh negara manapun. Hanya saja hal ini
belum sepenuhnya tereksplorasi.
Namun kekayaan bangsa ini nampaknya belum merata, dan hanya kalangan tertentu

6
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/index
REFORMASI
ISSN 2088-7469 (Paper) ISSN 2407-6864 (Online)
Volume XXX Nomor XXX (2020)

saja yang bisa menikmatinya. Hanya sebagian kecil dari kekayaan negara ini yang jatuh ke
tangan rakyat. Sulit bagi orang untuk merasakan kemakmuran di negaranya sendiri. Situasi
pandemi membuat situasi semakin buruk. Orang-orang menjauh dari impian hidup makmur.
Ironisnya, dalam kondisi sulit seperti itu, media justru memberitakan banyak orang di China
yang bekerja paruh waktu di BUMN dengan gaji Rp miliar. Ketika orang benar-benar
membutuhkan uang untuk bertahan hidup, bertanya mengapa uang orang terbuang sia-sia benar-
benar dilebih-lebihkan dan mengganggu hati nurani kita? Di antara kekhawatiran saat ini, ini
adalah kebijakan yang sangat melukai hati rakyat Indonesia.

PENUTUP
Covid-19 telah menjadi tantangan sosial yang kompleks, baik di level nasional maupun
lokal. Pandemi membuat pejabat pemerintahan, baik nasional maupun lokal dan warga negara,
berjuang mengatasi bersama dengan ancaman tertular dan risiko kehilangan nyawa dalam hal
ini, mekanisme koordinasi yang efektif antara pemerintah pusat dan daerah menjadi penting,
terutama dalam memperkuat sistem dan membangun kapasitas pemerintahan lokal dari
persoalan kesehatan sampai ekonomi. Investasi seperti ini bagi pemerintah daerah enjadi salah
satu kunci pemulihan dan ketahanan jangka panjang. Pemerintah daerah telah merespons dan
menghadapi pandemi covid-19 dengan segala tantangan dan persoalannya melalui
kebijakankebijakan daerah, koordinasi atau kerja sama dengan pemerintah pusat, dan partisipasi
aktif warga. Respons dan kebijakan ini berfokus, di antaranya, pada aspek kesehatan, ekonomi,
sosial, dan kemanusiaan. Meskipun terdapat beberapa oknum yang menyalahgunakan
wewenang dalam menjalankan kerjanya, sejauh ini Indonesia telah berada pada jalur yang
benar.

DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hanafi, Ridho Imawan., Syafii, Imam., Ramadhan, Mario Surya., Prayoga, Pandu. 2020.
Kepemimpinan Lokal di Masa Pandemi Covid-19: Respons, Kebijakan, dan
Panggung Elektoral. Jurnal Penelitian Politik Vol. 17 No. 2
HM, Nasruddin Anshoriy. 2008. Bangsa Gagal Mencari Identitas Kebangsaan. Yoyakarta:
LKiS
Madhavi Rajadyakhsha. 2020. Five Lessons for Local Governments During Covid-19. https://
www.opml.co.uk/blog/five-lessons-for-localgovernments-during-COVID-19 [diakses pada 2
Juni 2021]
Mujani, Saiful. 2020. Asesmen Publik Atas Kinerja Pemerintah Indonesia Menangani Wabah
Covid-19: Sebuah Penjelasan Ekonomi Politik. Jurnal Penelitian Politik Vol. 17 No. 2
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

7
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/index
REFORMASI
ISSN 2088-7469 (Paper) ISSN 2407-6864 (Online)
Volume XXX Nomor XXX (2020)

Permatasari, Lyta. 2020. Pandemi, Resesi, dan Tingkah Elit: Lingkaran Ketidaksepahaman
yang Harus Disepahamkan. https://birokratmenulis.org/pandemi-resesi-dan-tingkah-
elit-lingkaran-ketidaksepahaman-yang-harus-disepahamkan/ [diakses pada 2 Juni 2021]
Redaksi. 2018. Elite dan Kekuasaan. Jurnal Politik, Vol. 4, No. 1
Ruman, Yustinus Suhardi. 2011. Desentralisasi, Basis Sosial Dan Praktek Kekuasaan Elit
Politik Di Tingkat Lokal Pasca Penerapan Otonomi Daerah. Jurnal Humaniora Vol.2
No.1
Silvia, Irma. 2020. Para Pejabat Dalam Penanganan Covid-19 Berujung Kepada Patologi
Birokrasi. http://ilmupolitik.fisip.unsyiah.ac.id/id/para-pejabat-dalam-penanganan-
covid-19-berujung-kepada-patologi-birokrasi [diakses pada 2 Juni 2021]
Varma, Sp. 2010. Teori Politik Modern. Jakarta: Rajawali Pers
Wawan & Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan. Perilaku
Manusi.Cetakan II. Yogyakarta: Nuha Medika

8
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/index

You might also like