You are on page 1of 13

Hubungan Umur Kawin Pertama Dan Penggunaan Kontrasepsi« Yoni )

HUBUNGAN UMUR KAWIN PERTAMA DAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI


DENGAN FERTILITAS REMAJA BERSTATUS KAWIN (ANALISIS
RISKESDAS 2010)

The Relationship Between Age of First Marriage, Contraceptive Use and Fertility of
Currently Married Adolescent (Analysis of 2010 Riskesdas)

Yoni Malinda*

Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia


*Email: yoni.malinda@gmail.com

Abstract

Background: Fertility of adolescents contributes greatly to the total fertility of Indonesia. Based on the
2007 Indonesia Demographic and Health Survey, the Age-Specific Fertility Rate (ASFR) of adolescents
aged 15-19 years in 2002 to 2003 and 2007 remained unchanged, i.e. 51 births per 1.000 women.
Objective:To examine the relationship between age of first marriage and contraceptive use and fertility of
currently married adolescent aged 15-19 years.
Methods:Data were derived from Riskesdas 2010, a cross sectional study. This analysis used information
from 760 female adolescents. Odds Ratios (OR) were obtained from the bivariate and multivariate logistic
regression after adjusting for region, education, employment, and economic status.
Results:The results indicate that age of first marriage was not significantly associated with fertility among
adolescents (p>0,05). However, contraceptive use became a significant predictor (p<0.001) with
OR=76.42 (95% CI of 36.10 to 161.04) indicated that the odds of having one or more children was 76
times higher in contraceptive users than those not using any contraceptives.
Conclusions: The principle of temporality in the study was not met since it was a cross sectional design
and thereby adolescents who used contraceptive might be those with high fertility, to prevent them from
having more children.

Key words: Adolescents, fertility, age of first marriage, use of contraceptive

Abstrak

Latar belakang: Fertilitas remaja masih berkontribusi besar terhadap fertilitas total di Indonesia.
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, Age-Specific Fertility Rate (ASFR)
remaja usia 15-19 tahun pada tahun 2002-2003 dan 2007 tidak mengalami perubahan yaitu 51 per 1.000
perempuan.
Tujuan: Mengetahui hubungan faktor umur kawin pertama dan penggunaan kontrasepsi terhadap fertilitas
remaja pernah kawin usia 15-19 tahun.
Metode: Penelitian ini menggunakan data Riskesadas 2010. Desain studi penelitian adalah cross sectional
dengan jumlah populasi studi 760 remaja. Odds Ratio (OR) diperoleh pada analisis bivariat dan multivariat
dengan menggunakan logistik regresi setelah dilakukan adjustment pada tempat tinggal, pendidikan,
pekerjaan, dan status ekonomi.
Hasil: Diperoleh hasil bahwa umur kawin pertama tidak berhubungan secara signifikan dengan fertilitas
remaja (p>0,05). Sedangkan penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan fertilitas remaja (p<0,001)
dengan nilai OR=76,24 yang artinya remaja yang menggunakan kontrasepsi meningkatkan resiko 76,24
kali untuk mempunyai anak satu atau lebih dibandingkan yang tidak menggunakan (95% CI: 36,10-
161,04).
Kesimpulan: Asas temporalitas pada penelitian ini tidak terpenuhi karena desain studi adalah
crosssectional sehingga arti dari hubungan ini adalah remaja yang menggunakan kontrasepsi adalah mereka
yang fertilitasnya tinggi untuk mencegah fertilitas yang lebih tinggi lagi.

Kata kunci: Remaja, fertilitas, umur kawin pertama, penggunaan kontrasepsi

Naskah masuk: 4 Juni 2012, Review: 15 Juni 2012, Disetujui terbit: 18 Agustus 2012
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 69 ± 81

PENDAHULUAN Indonesia memiliki angka Total Fertility


Fertilitas adalah jumlah anak lahir hidup dari Rate (TFR) yang sama terhadap Malaysia
seorang wanita atau banyaknya bayi yang yaitu 2,6.8 Tetapi jika dilihat dari Age-
dilahirkan hidup oleh seorang wanita ataupun Specific Fertility Rate (ASFR) pada remaja
sekelompok wanita.1 Umur kawin pertama usia 15-19 tahun, Indonesia memiliki angka
dapat menjadi indikator saat dimulainya yang lebih tinggi dari Malaysia yaitu 51 per
resiko kehamilan dan melahirkan. Perempuan 1.000 perempuan remaja Indonesia
yang kawin pertama pada usia muda dibandingkan 13 per 1.000 perempuan
mempunyai resiko terhadap kehamilan yang remaja Malaysia.9 Hal ini menunjukkan
lebih lama daripada perempuan yang umur bahwa fertilitas remaja di Indonesia masih
kawin pertamanya lebih tua.2 Melahirkan berkontribusi besar dalam mempengaruhi
pada masa remaja, disertai kondisinya, kondisi fertilitas di Indonesia. Berkaitan
merupakan faktor dasar yang menentukan dengan Millenium Development Goals
kualitas hidup dan peranan perempuan di (MDGs) pada goal kelima yaitu menurunkan
masyarakat. Adapun masalah utama fertilitas angka kematian ibu, salah satu indikator dari
remaja, antara lain: 1) masalah kesehatan target kedua (universal access kesehatan
yang mengakibatkan angka kematian dan reproduksi) adalah tingkat kelahiran usia
kesakitan ibu dan bayi tinggi, 2) masalah muda per 1.000 perempuan usia 15-19
sosial-ekonomi yang berkaitan dengan tahun.10 Hal ini berarti fertilitas remaja
rendahnya pendidikan dan kesempatan kerja, mempunyai peran terhadap pencapaian
dan 3) masalah pertumbuhan penduduk yang MDGs khususnya goal kelima yaitu
semakin meningkat.3 menurunkan angka kematian ibu dan juga
goal keempat, yaitu menurunkan angka
Dalam laporan UNFPA (2007) dijelaskan kematian bayi.
bahwa di dunia setiap tahun diperkirakan ada
14 juta perempuan remaja usia 15-19 tahun Faktor umur kawin pertama dan penggunaan
yang telah melahirkan. Perempuan yang kontrasepsi mempengaruhi fertilitas remaja.
tinggal di negara berkembang paling beresiko Berdasarkan data SDKI 2007, 17 persen
untuk mengalami kehamilan remaja. Angka wanita yang saat ini berumur 45-49 tahun
fertilitas rata-rata (jumlah kelahiran per 1.000 menikah pada usia 15 tahun.8 Hal ini
perempuan muda) di antara usia 15-19 tahun menunjukkan bahwa masih ada perempuan
di negara-negara berkembang lebih dari 5 yang menikah pada usia muda. Menurut
kali lebih besar dibandingkan dengan negara Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
maju.4 Di Indonesia, perempuan pernah Perkawinan, seorang perempuan dapat
menikah berusia 15-24 tahun pada tahun menikah pada usia 16 tahun.11 Tetapi jika
2000 berkontribusi hampir 2,1 juta kelahiran dilihat dari sudut pandang kesehatan,
pada fertilitas total Indonesia, dan jumlah ini pernikahan di usia muda mempunyai dampak
akan terus meningkat sampai tahun 2020.5 yang tidak baik bagi kesehatan. Umur kawin
Jika dilihat dari Total Fertility Rate (TFR) pertama dapat menjadi indikator saat
atau Angka Kelahiran Total per perempuan dimulainya resiko kehamilan dan melahirkan
berdasarkan data SDKI 1997 dan SDKI pada remaja.2 Beberapa penelitian
2002-2003 di Indonesia mengalami menunjukkan bahwa kehamilan remaja
penurunan yaitu dari 2,78 menjadi 2,6.6,7 meningkatkan resiko kematian ibu dua
Tetapi pada SDKI 2007, TFR menunjukkan sampai empat kali lebih tinggi dibandingkan
angka yang sama atau tidak ada perubahan perempuan yang hamil di usia 20 tahun atau
seperti SDKI 2002-2003 yaitu 2,6 per lebih.5 Mengenai kontrasepsi, program
perempuan.8 Sedangkan Age-Specific Keluarga Berencana berkontribusi besar
Fertility Rate (ASFR) pada remaja usia 15- dalam meningkatkan prevalensi penggunaan
19 tahun juga menunjukkan pola yang sama kontrasepsi sebesar 10-60 persen dan
seperti Total Fertility Rate (TFR) yaitu menurunkan fertilitas di negara berkembang
masing-masing 62, 51, dan 51 per 1.000 dari 6 menjadi 3 kelahiran per wanita dalam
perempuan remaja pada SDKI 1997, SDKI 40 tahun terakhir.12 Walaupun Age-Specific
2002-2003, dan SDKI 2007.6,7,8 Berdasarkan Fertility Rate (ASFR) remaja berusia 15-19
data SDKI 2007, Total Fertility Rate (TFR) tahun di Indonesia menurun dari tahun 1997
di negara Asia Tenggara menunjukkan ke 2002-2003 dan tetap pada tahun 2007
Hubungan Umur Kawin Pertama Dan Penggunaan Kontrasepsi« Yoni )

berdasarkan data SDKI, tetapi penggunaan umur kawin pertama dan penggunaan
kontrasepsi di kalangan remaja berstatus kontrasepsi dengan rumus sebagai berikut14:
kawin masih rendah. Pada data SDKI 2007
menunjukkan remaja yang menggunakan PAR % = (= ‡1 ) x AR%
kontrasepsi yaitu 46,8 persen dan yang tidak AR % = [ (OR-1)/ OR ] x 100
menggunakan 53,2 persen.8 Hal ini Konsep penelitian diambil berdasarkan
menunjukkan bahwa remaja yang modifikasi teori Davis dan Blake (1956) dan
menggunakan kontrasepsi lebih rendah Bureau of the Census (1996). Berdasarkan
daripada yang tidak menggunakan. Hasil model, fertilitas remaja dipengaruhi oleh
penelitian yang dilakukan oleh Alene, Degu proximate determinants (eksposur hubungan
dan Worku (2008) menunjukkan bahwa seksual, eksposur melahirkan); variabel
penggunaan kontrasepsi menunjukkan sosial-ekonomi dan lingkungan; kematian
hubungan signifikan dengan fertilitas dan kesakitan ibu dan bayi. Fertilitas remaja
perempuan dalam analisis bivariat (p=0,04) adalah jumlah anak lahir hidup dari seorang
tetapi kurang signifikan (p=0,08) dalam wanita remaja berstatus kawin usia 15-19
analisis multivariat. Ada beberapa bukti tahun dengan unit analisis yaitu Children
SDGD QLODL . EDKZD SHUHPSXDQ \DQJ Ever Born (CEB). Fertilitas remaja sebagai
menggunakan kontrasepsi menurunkan variabel dependen dan umur kawin pertama
resiko fertilitas yang tinggi dibandingkan dan penggunaan kontrasepsi sebagai variabel
dengan yang tidak menggunakan (OR=0,8; independen. Sedangkan tempat tinggal, status
95% CI: 0,58-1,04).13 Adanya masalah- pendidikan, status pekerjaan, dan status
masalah yang ditimbulkan dari fertilitas ekonomi merupakan variabel kovariat. Pada
remaja ini membuat peneliti ingin meneliti analisis bivariat, variabel-variabel
hubungan antara umur kawin pertama dan independen dilakukan pengkategorian
penggunaan kontrasepsi dengan fertilitas menjadi dua seperti status pendidikan
remaja berstatus kawin berusia 15-19 tahun menjadi pendidikan rendah dan pendidikan
dengan menganalisis data Riskesdas 2010. tinggi. Pendidikan rendah terdiri dari tidak
sekolah, tidak tamat SD, dan tamat SD.
METODE Pendidikan tinggi terdiri dari tamat SLTP,
tamat SLTA, dan tamat Perguruan Tinggi.
Desain penelitian yang digunakan adalah
Sedangkan status pekerjaan dikategorikan
studi analitik dengan pendekatan
menjadi pertanian dan non-pertanian. Non-
crossectional. Dalam penelitian ini, peneliti
pertanian meliputi tidak bekerja, sekolah,
ingin meneliti hubungan antara umur kawin
nelayan, buruh, PNS/Pegawai, TNI/Polri, dan
pertama dan penggunaan kontrasepsi dengan
lainnya. Dan status ekonomi dikategorikan
fertilitas remaja berstatus kawin usia 15-19
menjadi kekayaan rendah dan tinggi.
tahun dalam waktu yang bersamaan dengan
Kekayaan rendah meliputi status sangat
menganalisis data sekunder Riset Kesehatan
miskin dan miskin, sedangkan kekayaan
Dasar 2010 (Riskesdas 2010). Penelitian
tinggi meliputi status ekonomi sedang, kaya,
dilakukan pada bulan Maret-Juni tahun 2012.
dan sangat kaya. Pada analisis multivariat,
Sampel adalah seluruh responden perempuan
model akhir akan diperoleh setelah
remaja usia subur berusia 15-19 tahun yang
melakukan pengontrolan terhadap variabel
berstatus kawin sampai pada saat
confounding. Proses statistik dilakukan
diwawancara ketika survei dilakukan. Jumlah
dengan menggunakan software SPSS 13.
populasi studi dalam penelitian ini adalah
760 remaja dari 1160 populasi studi setelah
dikurangi dengan kriteria eksklusi yaitu HASIL
missing data GDQ UHVSRQGHQ PHQMDZDE ³WLGDN
Karakteristik Sosial-Demografi dan
WDKX´ $QDOLVLV XQLYDULDW GLFDUL KLWXQJDQ
Fertilitas Pada Remaja
proporsi dalam satuan persentase dan analisis
bivariat dengan Chi-Square kemudian ukuran Tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi remaja
asosiasi dicari nilai Odds Ratio (OR). Pada berstatus kawin usia 15-19 tahun yang
analisis multivariat dicari adjusted OR bertempat tinggal di daerah pedesaan
dengan menggunakan regresi logistik. Selain (67,4%) lebih tinggi dibandingkan dengan
itu, akan dicari ukuran dampak pada faktor perkotaan (32,6%). Sedangkan status
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 69 ± 81

pendidikan, proporsi pendidikan tertinggi pada jenis pekerjaan PNS/TNI/Polri/Pegawai


terdapat pada remaja yang tamat SLTP yaitu 0,9 persen. Pada status ekonomi,
(38,2%). Proporsi terendah terdapat pada proporsi tertinggi terdapat pada remaja yang
yang tamat Perguruan Tinggi yaitu 0,1 berstatus ekonomi sangat miskin (27,6%).
persen. Pada status pekerjaan, proporsi Proporsi terendah terdapat pada status kaya
tertinggi terdapat pada remaja yang tidak yaitu 7,4 persen.
bekerja (65,8%). Proporsi terendah terdapat

Tabel 1. Proporsi Karakteristik Sosial-Demografi Pada RemajaBerstatus Kawin Usia 15-19 Tahun
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Tempat Tinggal
Perkotaan 248 32,6
Pedesaan 512 67,4
Status Pendidikan
Tidak sekolah 12 1,6
Tidak tamat SD 95 12,5
Tamat SD 271 35,7
Tamat SLTP 290 38,2
Tamat SLTA 91 12,0
Tamat PT 1 0,1
Status Pekerjaan
Tidak kerja 500 65,8
Sekolah 10 1,3
Petani/Nelayan/Buruh 128 16,8
Wiraswasta 36 4,7
PNS/TNI/Polri/Pegawai 7 0,9
Lainnya 79 10,4
Status Ekonomi
Sangat miskin 210 27,6
Miskin 190 25,0
Sedang 159 20,9
Kaya 145 19,1
Sangat kaya 56 7,4
Total 760 100,0

Tabel 2 Proporsi Karakteristik Fertilitas Pada Remaja Berstatus Kawin Usia 15-19 tahun

Variabel Jumlah (n) Persentase (%)


Jumlah anak lahir hidup
0 194 25,5
1 522 68,7
2+ 44 5,8
Mean ± SD = 1.80 ± 0.52
Umur Kawin Pertama
” 46 6,1
15 ± 17 456 60,0
18 ± 19 258 33,9
Penggunaan Kontrasepsi
Sekarang menggunakan 423 55,7
Pernah/tidak menggunakan lagi 100 13,2
Tidak pernah sama sekali 237 31,2
Total 760 100,0
Hubungan Umur Kawin Pertama Dan Penggunaan Kontrasepsi« Yoni )

Tabel 2 menunjukkan bahwa proporsi jumlah anak satu atau lebih sebesar 1,73 kali
anak lahir hidup tertinggi pada remaja dibandingkan remaja yang berpendidikan
berstatus kawin usia 15-19 tahun terdapat tinggi (95% CI: 1,24-2,41). Status pekerjaan
pada remaja dengan jumlah anak 1 (68,7%). juga menunjukkan adanya hubungan yang
Proporsi terendah terdapat pada jumlah anak signifikan dengan fertilitas remaja. Remaja
2+ yaitu 5,8 persen. Pada umur kawin yang bekerja di sektor pertanian
pertama, diketahui proporsi tertinggi terdapat meningkatkan resiko mempunyai anak satu
pada rentang usia 15-17 tahun (60,0%). atau lebih sebesar 1,50 kali dibandingkan
Proporsi terendah pada usia kurang dari 14 remaja yang bekerja di sektor non-pertanian
tahun yaitu 6,1 persen. Sedangkan (95% CI: 0,90-2,49). Selain itu, status
penggunaan kontrasepsi diketahui proporsi ekonomi juga secara signifikan berhubungan
tertinggi terdapat pada remaja yang sekarang dengan fertilitas remaja (p<0,001). Remaja
menggunakan kontrasepsi (55,7%). Proporsi yang memiliki kekayaan yang rendah
terendah terdapat pada remaja yang pernah meningkatkan resiko mempunyai anak satu
atau tidak menggunakan kontrasepsi lagi atau lebih sebesar 1,80 kali dibandingkan
(13,2%). remaja yang memiliki kekayaan tinggi (95%
CI: 1,30-2,51) (Tabel 3).
Hubungan Umur Kawin Pertama,
Penggunaan Kontrasepsi, dan Faktor Hubungan Umur Kawin Pertama dan
Sosial-Demografi dengan Fertilitas Penggunaan Kontrasepsi dengan Fertilitas
Remaja Remaja Pada Model Akhir
Analisis bivariat menunjukkan bahwa umur Pada model akhir tabel 3, diketahui bahwa
kawin pertama berhubungan secara umur kawin pertama menunjukkan tidak
signifikan dengan fertilitas remaja (p<0,05) adanya hubungan yang signifikan dengan
dengan OR 2,38. Remaja yang menikah pada fertilitas remaja (p>0,05) dengan nilai OR
usia 10-14 tahun meningkatkan resiko 1,90 (95% CI: 0,66-5,47) setelah dikontrol
mempunyai anak satu atau lebih sebesar 2,38 dengan variabel penggunaan kontrasepsi,
kali dibandingkan remaja yang menikah pada tempat tinggal, status pendidikan, status
usia 15-19 tahun (95% CI: 0,99-5,71). pekerjaan, dan status ekonomi. Sedangkan
Sedangkan penggunaan kontrasepsi juga penggunaan kontrasepsi berhubungan secara
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan fertilitas remaja (p<0,001)
signifikan terhadap fertilitas remaja setelah dikontrol dengan umur kawin
(p<0,001). Remaja yang menggunakan pertama, tempat tinggal, status pendidikan,
kontrasepsi meningkatkan resiko mempunyai status pekerjaan, dan status ekonomi. Nilai
anak satu atau lebih sebesar 63,90 kali adjusted OR yang dihasilkan adalah 76,24
dibandingkan yang tidak menggunakan (95% (95% CI: 36,10-161,04) yang berarti remaja
CI: 30,74-132,84). Pada hubungan ini, tidak yang menggunakan kontrasepsi meningkat-
terpenuhi asas temporality relationship kan resiko mempunyai anak satu atau lebih
sehingga hubungan dapat diartikan bahwa sebesar 76,24 kali dibandingkan remaja yang
remaja yang menggunakan kontrasepsi tidak menggunakan. Pada hubungan ini, tidak
adalah mereka yang fertilitasnya tinggi terpenuhi asas temporality relationship
(Tabel 3). sehingga hubungan dapat diartikan bahwa
remaja yang menggunakan kontrasepsi
Sedangkan tempat tinggal tidak berhubungan
adalah mereka yang fertilitasnya tinggi.
secara signifikan dengan fertilitas remaja
(p>0,05). Secara statistik, nilai OR yang Sedangkan pada variabel sosial-demografi,
diperoleh 0,89 menunjukkan bahwa remaja tempat tinggal tidak menunjukkan hubungan
yang tinggal di perkotaan menurunkan resiko yang signifikan dengan fertilitas remaja
mempunyai anak satu atau lebih 0,89 kali (p>0,05). Sedangkan status pendidikan
dibandingkan remaja yang tinggal di menunjukkan adanya hubungan yang
pedesaan (95% CI: 0,63-1,26). Sedangkan signifikan dengan fertilitas remaja (p<0,05)
status pendidikan menunjukkan adanya dengan nilai OR 2,15 yang berarti remaja
hubungan yang signifikan terhadap fertilitas yang pendidikan rendah meningkatkan resiko
remaja (p<0,05). Remaja yang berpendidikan mempunyai anak satu sebesar 2,15 kali
rendah meningkatkan resiko mempunyai dibandingkan remaja yang pendidikannya
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 69 ± 81

tinggi (95% CI: 1,37-3,36). Status pekerjaan juga menunjukkan adanya hubungan yang
juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan fertilitas remaja (p<0,05)
signifikan dengan fertilitas remaja (p<0,05) dengan nilai OR 1,70 (95% CI: 1,10-2,63)
dengan nilai OR 2,36 (95% CI: 1,26-4,43) yang berarti remaja yang memiliki kekayaan
yang berarti remaja yang bekerja sebagai yang rendah meningkatkan resiko
petani meningkatkan resiko mempunyai anak mempunyai anak satu atau lebih sebesar 1,70
satu atau lebih sebesar 2,36 kali kali dibandingkan remaja dengan kekayaan
dibandingkan remaja yang bekerja di sektor tinggi (Tabel 3).
non-pertanian. Sedangkan status ekonomi

Tabel 3. Model Akhir Hubungan Antara Umur Kawin Pertama dan Penggunaan Kontrasepsi dengan
Fertilitas Remaja Berstatus Kawin Usia 15-19 tahun
Fertilitas Crude Adjusted
Variabel • 0
OR 95% CI OR 95% CI
anak anak
Umur Kawin Pertama
10 ± 14 40 6 2,38b 0,99; 5,71 1,90 0,66; 5,47
15 ± 19 526 188 1,00 - 1,00 -
Penggunaan Kontrasepsi
Menggunakan kontrasepsi 415 8 63,90a 30,74; 132,84 76,24a 36,10; 161,04
Tidak menggunakan 151 186 1,00 - 1,00 -
Tempat Tinggal
Perkotaan 181 67 0,89 0,63; 1,26 0,83 0,51; 1,35
Pedesaan 385 127 1,00 - 1,00 -
Status Pendidikan
Pendidikan rendah 301 77 1,73b 1,24; 2,41 2,15b 1,37; 3,36
Pendidikan tinggi 265 117 1,00 - 1,00 -
Status Pekerjaan
Pertanian 87 21 1,50b 0,90; 2,49 2,36b 1,26; 4,43
Non-Pertanian 479 173 1,00 - 1,00 -
Status Ekonomi
Kekayaan rendah 319 81 1,80a 1,30; 2,51 1,70b 1,10; 2,63
Kekayaan tinggi 247 113 1,00 - 1,00 -
Total 566 194
Keterangan: a dan b menunjukkan masing-masing p<0,001 (sangat signifikan) dan p<0,05 (signifikan)

Ukuran Dampak pada analisis bivariat dengan nilai OR=2,38


(95% CI: 0,99-5,71). Setelah dikontrol
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh
dengan variabel confounding, umur kawin
hasil PAR% yaitu 3,35 persen. Hal ini berarti
pertama tidak menunjukkan adanya
persentase resiko mempunyai anak satu atau
hubungan yang signifikan dengan fertilitas
lebih di seluruh populasi studi remaja yang
remaja (p>0,05). Hasil penelitian ini tidak
dapat dicegah dengan mengeliminasi umur
sesuai dengan penelitian lain yang
kawin pertama 10-14 tahun adalah sebesar
menunjukkan bahwa umur kawin pertama
3,35 persen. Sedangkan pada variabel
berhubungan dengan fertilitas remaja.
penggunaan kontrasepsi, ukuran dampak
Penelitian yang dilakukan oleh Gebremedhin
tidak dapat dinilai karena temporal
dan Betre (2009) menemukan bahwa ibu
relationship tidak terpenuhi.
dengan usia kawin pertama yang lebih besar
PEMBAHASAN atau sama dengan 18 tahun memiliki
kecenderungan yang kurang untuk memiliki
Umur kawin pertama berhubungan secara 5 atau lebih anak yang dilahirkan
signifikan dengan fertilitas remaja (p<0,05) dibandingkan dengan ibu yang usia
Hubungan Umur Kawin Pertama Dan Penggunaan Kontrasepsi« Yoni )

perkawinan kurang dari 18 tahun dengan OR menikahi putri mereka di usia muda karena
0,31.15 Dijelaskan bahwa umur kawin perempuan adalah beban ekonomi yang dapat
pertama dapat menjadi indikator saat dikurangi melalui pernikahan. Selain itu, di
dimulainya resiko kehamilan dan melahirkan. banyak negara, keluarga miskin menuai
Perempuan yang kawin pertama pada usia keuntungan ekonomi dari kekayaan atau
muda mempunyai resiko terhadap kehamilan mahar pengantin dengan menikahi anak
yang lebih lama daripada perempuan yang perempuan di usia muda. Selain itu,
umur kawin pertamanya lebih tua. Dengan kemiskinan tidak hanya memberikan
demikian perbedaan paritas ditentukan oleh kontribusi untuk meningkatkan resiko dari
panjang pendeknya masa resiko terhadap pernikahan dini, tetapi juga meningkatkan
kehamilan.2 kemungkinan bahwa seorang gadis akan
melahirkan pada usia muda dan cenderung
Dari hasil penelitian yang diperoleh memiliki anak lebih awal.17
berdasarkan analisis univariat, ternyata
banyak remaja yang menikah pertama kali Sedangkan pendapatan, di sisi lain,
pada rentang usia 15-17 tahun (60,0%). cenderung untuk melindungi perempuan dari
Angka ini masih jauh terhadap Sasaran pernikahan dini karena keluarga mungkin
Strategis Tahun 2010-2014 program lebih bersedia untuk menunda pernikahan
Keluarga Berencana yaitu meningkatnya usia ketika seorang anak perempuan mendapatkan
kawin pertama perempuan menjadi 21 penghasilan.17 Sebagai contoh, hanya 31
tahun.16 Dari data SDKI 2007, perlu persen anak perempuan yang meninggalkan
diketahui juga bahwa perempuan yang pedesaan untuk bekerja di industri garmen di
berusia 45-49 tahun menikah pertama kali Bangladesh yang menikah pada usia 18 tahun
pada usia 15 tahun (17,0%) dengan anak dibandingkan dengan 71 persen anak
yang dilahirkan hidup sebanyak 10 anak atau perempuan yang tidak bekerja di komunitas
lebih (3,2%).8 Hal ini membenarkan teori yang sama.17 Serupa dengan status ekonomi,
bahwa perempuan yang kawin pertama pada status pendidikan yang rendah merupakan
usia muda akan memperpanjang masa faktor resiko untuk perkawinan anak, dan
reproduksi. Berdasarkan sosial-demografi, status pendidikan yang lebih tinggi
remaja dengan umur kawin pertama 15-17 merupakan faktor protektif bagi perempuan
tahun banyak yang tinggal di daerah muda. Sebuah studi yang kuat menunjukkan
pedesaan dengan pendidikan tertinggi yang bahwa tingkat sekolah yang lebih tinggi
beragam yaitu tamat SD dan tamat SLTP. menurunkan resiko perkawinan anak.17 Di
Sedangkan mengenai status pekerjaan, Tanzania, perempuan yang mengikuti
remaja dengan umur kawin pertama 15-17 sekolah menengah adalah 92 persen lebih
tahun banyak yang tidak bekerja dengan rendah untuk menikah sebelum usia 18 tahun
status ekonomi sangat miskin. Dijelaskan dibandingkan perempuan yang hanya
bahwa remaja yang menikah di usia muda bersekolah dasar.17 Pendidikan secara luas
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain dikenal sebagai faktor yang paling signifikan
status ekonomi, pekerjaan, pendidikan, dan untuk menunda usia pernikahan pada anak
tempat tinggal.17 Literatur menunjukkan perempuan. Selama beberapa dekade
bahwa kemiskinan dapat meningkatkan terakhir, orang tua sudah mulai menilai
resiko perkawinan anak dan dengan bekerja pendidikan bagi anak-anak mereka, dan
akan melindungi remaja dari perkawinan bersedia untuk menunda pernikahan putri
muda. Sebuah studi pada perempuan usia 20- mereka sehingga mereka dapat mencapai
24 tahun di 49 negara menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tinggi.17 Diperkirakan
perkawinan anak sangat umum terjadi di bahwa pendidikan meningkatkan otonomi
antara perempuan muda yang sangat miskin perempuan, memberikan mereka
yaitu 20 persen dari rumah tangga di setiap keterampilan negosiasi dalam memilih
negara. Sebagai contoh, seorang perempuan pasangan dan mempengaruhi waktu
dari rumah tangga yang sangat miskin di pernikahan. Pendidikan juga diyakini bisa
Senegal adalah 4 kali atau lebih untuk meningkatkan aspirasi anak perempuan dan
menikah di usia kurang dari 18 tahun memperpanjang proses menemukan
dibandingkan remaja yang sangat kaya.17 pasangan hidup yang ideal.17 Hubungan
Banyak keluarga menyatakan bahwa mereka antara tempat tinggal perkotaan atau
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 69 ± 81

pedesaan dan usia saat menikah berdasarkan variabel confounding juga menunjukkan
literatur menunjukkan bahwa perempuan adanya hubungan yang signifikan dengan
yang tinggal di daerah pedesaan fertilitas remaja (p<0,001) dengan nilai
meningkatkan kemungkinan menikah dini. OR=76.24 (95% CI 36,10-161,04). Hal ini
Perempuan yang bertempat tinggal di menunjukkan bahwa remaja yang
pedesaan lebih cenderung untuk menikah 1,5 menggunakan kontrasepsi meningkatkan
tahun lebih muda dibandingkan anak resiko mempunyai anak satu atau lebih
perempuan di daerah perkotaan.17 sebesar 76,24 kali dibandingkan yang tidak
menggunakan. Hasil penelitian ini tidak
Perkawinan anak menjadi perhatian global
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
karena adanya dampak buruk dari
Alene, Degu dan Worku (2008) yang
perkawinan anak yang terus diabaikan di
menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi
negara berkembang. Jutaan pengantin anak,
berhubungan secara signifikan dengan
yang beberapa dari mereka baru saja
fertilitas wanita, termasuk di dalamnya
melewati masa pubertas, tidak dapat
remaja usia 15-19 tahun, yang dalam analisis
mengakses kesehatan, pendidikan dan
bivariat menunjukkan nilai p<0,05 (p=0,04)
ekonomi. Mayoritas dari mereka dibebani
tetapi kurang signifikan pada analisis
dengan peran dan tanggung jawab isteri dan
multivariat (p=0,08). Ada beberapa bukti
ibu tanpa dukungan sumber daya atau
SDGD QLODL . EDKZD SHUHPSXDQ \DQJ
kemampuan yang memadai.18 Studi statistik
menggunakan kontrasepsi menurunkan
dari UNICEF mengenai perkawinan anak
resiko fertilitas yang tinggi dibandingkan
melaporkan bahwa praktik ini merupakan
yang tidak menggunakan (OR=0,8; 95% CI
kejadian umum yang terjadi di Asia
0,58-1,04).13 Hubungan atau asosiasi pada
Tenggara, dimana lebih dari 48 persen dari
faktor penggunaan kontrasepsi tidak
perempuan berusia 15-24 tahun menikah
memenuhi asas sebab akibat dikarenakan
sebelum mereka mencapai usia 18 tahun.18
desain penelitian ini adalah crossectional
Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974
sehingga tidak diketahui mana yang terjadi
tentang Perkawinan, wanita yang menikah
terlebih dahulu, sebab atau akibat. Jadi pada
pada usia 16 tahun diperbolehkan untuk
penelitian ini, konsep kausalnya tidak bisa
menikah11. Tetapi jika ditinjau dari sisi
dijelaskan bahwa penggunaan kontrasepsi
kesehatan, perkawinan remaja pada usia
mencegah fertilitas tinggi yaitu mempunyai
muda dapat menimbulkan resiko kematian
anak satu atau lebih. Tetapi justru remaja
jika remaja hamil dan melahirkan. Sehingga
yang mempunyai fertilitas tinggi
perkawinan anak tetap merupakan
menyebabkan peningkatan pemakaian
pelanggaran yang mengabaikan hak-hak
kontrasepsi. Oleh karena itu, penggunaan
kesehatan dan perkembangan anak
kontrasepsi merupakan konsekuensi dari
perempuan dan wanita muda. Pemerintah
fertilitas tinggi. Maka dapat disimpulkan
sering tidak mampu untuk menegakkan
bahwa remaja yang menggunakan
hukum yang ada, atau memperbaiki
kontrasepsi adalah mereka yang fertilitasnya
perbedaan antara hukum nasional tentang
tinggi untuk mencegah fertilitas yang lebih
usia perkawinan dengan hukum adat dan
tinggi lagi.
agama yang mengakar. Secara umum, jarang
ada kemauan politik untuk bertindak ketika Pada saat remaja belum mempunyai anak,
hal ini berhubungan dengan hak asasi biasanya mereka cenderung tidak
manusia untuk perempuan dan anak menggunakan kontrasepsi. Berdasarkan
perempuan. Selain itu, International survei yang dilakukan di India pada tahun
Development Community umumnya telah 1992-1993 menunjukkan bahwa 97 persen
gagal untuk menargetkan bantuan wanita tidak menggunakan kontrasepsi
pembangunan untuk mengatasi pelanggaran apapun sebelum anak pertama mereka lahir.18
hak asasi manusia yang berat.19 Dengan kontrasepsi, jarak antara satu
Sedangkan penggunaan kontrasepsi dari hasil kelahiran dengan kelahiran berikutnya dapat
analisis bivariat menunjukkan hubungan diatur (spacing) dan masa resiko terhadap
yang signifikan dengan fertilitas remaja kehamilan dapat dihentikan karena jumlah
(p<0,001) dengan nilai OR=63,90 (95% CI anak yang diinginkan sudah tercapai
30,74-132,84). Setelah dikontrol dengan (stopping).2 Seperti yang diketahui, bahwa
Hubungan Umur Kawin Pertama Dan Penggunaan Kontrasepsi« Yoni )

alat kontrasepsi berasal dari upaya program menunjukkan bahwa remaja dengan status
Keluarga Berencana dalam menjarangkan pendidikan rendah (tamat SD) sudah banyak
atau merencanakan jumlah dan jarak yang menggunakan alat kontrasepsi dan
kehamilan. Dijelaskan bahwa peningkatan bahkan sudah menggunakan jenis KB dengan
dan perluasan pelayanan keluarga berencana metode modern dibandingkan tradisional.
merupakan salah satu usaha untuk Dijelaskan bahwa di sebagian besar negara
menurunkan angka kesakitan dan kematian berkembang, kurang dari sepertiga pasangan
ibu yang tinggi akibat kehamilan yang telah dijangkau pelayanan Keluarga
dialami wanita di negara berkembang.20 Hal Berencana. Kemampuan wanita
ini sesuai dengan masalah remaja yang memanfaatkan pelayanan Keluarga
dengan kehamilan dan melahirkan, dapat Berencana tidak hanya berkaitan dengan
beresiko akan kesakitan dan kematian yang kedekatan jarak, ketepatan waktu pelayanan
terjadi baik pada ibu maupun bayi sehingga dan kesesuaian lokasi, tetapi juga meliputi
penggunaan kontrasepsi merupakan upaya pengetahuan tentang pelayanan, penerimaan
yang harus ditegakkan pada remaja. Jika metode kontrasepsi, pelayanan yang
dilihat dari distribusi frekuensi penggunaan disediakan, dan kurangnya kendala untuk
kontrasepsi, diketahui dari hasil analisis memperoleh pelayanan.20 Dari data SDKI
penelitian bahwa proporsi remaja yang 2007, diketahui bahwa pengetahuan remaja
menggunakan kontrasepsi adalah 55,7 di pedesaan mengenai metode kontrasepsi
persen, pernah atau tidak menggunakan lagi modern dan tradisional adalah 97,2 persen.
13,2 persen, dan tidak pernah menggunakan Pada remaja pernah menikah yang tinggal di
kontrasepsi adalah 31,2 persen. Hal ini pedesaan, keterpaparan terhadap Keluarga
menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi Berencana lebih banyak diperoleh dari
pada remaja sudah tinggi sehingga resiko petugas Keluarga Berencana (3,9%) dan
untuk mendapatkan anak lagi berkurang dan kepala desa (0,6%).8 Seperti yang diketahui,
kesakitan juga kematian pada ibu remaja bahwa hasil penelitian menunjukkan jenis
akibat kehamilan dan melahirkan dapat KB suntikan lebih banyak digunakan pada
dicegah atau resikonya menurun. remaja dibandingkan jenis KB lainnya. Jika
ditinjau dari data SDKI 2007, banyak
Dari hasil analisis univariat, diperoleh pengguna metode suntikan membeli metode
informasi bahwa remaja yang menggunakan tersebut dari fasilitas pribadi (78,7%)
kontrasepsi memiliki karakteristik fertilitas dibandingkan fasilitas pemerintah dan tempat
lebih tinggi pada jumlah anak 1 (92,0%) lain dan banyak dari mereka yang membayar
dibandingkan jumlah anak lainnya dengan lunas (67,0%). Tetapi pertimbangan ini
umur kawin pertama remaja antara 15-17 belum tentu berlaku untuk remaja karena
tahun (70,6%). Ditinjau dari karakteristik data hanya ditujukan pada seluruh pengguna
sosial-demografinya, diketahui bahwa remaja kontrasepsi dan tidak spesifik untuk remaja.
dengan rata-rata jumlah anak satu tersebut Tetapi dengan harga metode suntikan yang
memiliki latar belakang bertempat tinggal di murah yaitu Rp15.000 (pada fasilitas pribadi)
daerah pedesaan, status pendidikan terakhir dan Rp14.000 (pada fasilitas pemerintah),
adalah tamat SD, tidak bekerja, dan sangat remaja yang tinggal di pedesaan dan
miskin. Berdasarkan hasil analisis, remaja berstatus sangat miskin kemungkinan mampu
dengan anak 1 tersebut banyak yang untuk membeli metode tersebut karena rata-
menggunakan metode kontrasepsi modern rata dari mereka berpendapatan walaupun
yaitu jenis KB suntikan (92,0%) hanya bekerja di sektor pertanian. Dan
dibandingkan metode tradisional. Informasi penggunaan metode suntikan ini hanya
ini merupakan temuan yang bertolak diberikan setiap satu atau tiga bulan untuk
belakang dengan teori dari Phillips dan Ross mencegah kehamilan. Jadi, banyak dari
(1992) yang menjelaskan bahwa tingkat mereka yang menggunakan metode suntikan
pendidikan yang rendah pada wanita sering sebagai alat kontrasepsi mereka. Seperti
disebutkan sebagai faktor utama dari fertilitas penggunaan metode suntikan di Kenya juga
tinggi dan permintaan yang rendah untuk telah meningkat secara dramatis dari kurang
melakukan program keluarga berencana di dari 1 persen di tahun 1984 menjadi 12
banyak negara berkembang.21 Hal ini persen di tahun 1998. Remaja berusia 15-24
terbantahkan ketika hasil penelitian ini tahun hanya 10 persen yang menggunakan
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 69 ± 81

metode suntikan di tahun 1989, tetapi naik penggunaan kontrasepsi. Misalnya, remaja
dua kali lipat menjadi 22 persen di tahun yang aktif secara seksual yang belum
1998. Analisis pemilihan kontrasepsi di menikah memiliki kebutuhan yang sangat
Kenya menemukan bahwa penggunaan berbeda dari mereka yang sudah menikah
metode suntikan terkait dengan penduduk dan ingin menunda, menjarakkan atau
desa dibandingkan perkotaan. Perempuan membatasi kehamilan.22 Perluasan jumlah
yang mempunyai paritas tinggi cenderung metode yang diberikan dapat menyebabkan
memilih metode suntikan dibandingkan pil. meningkatnya kepuasan, penerimaan dan
Tetapi tidak hanya metode suntikan saja yang peningkatan prevalensi penggunaan
direkomendasikan kepada remaja untuk kontrasepsi. Pendidikan yang layak dan
digunakan. Mereka juga dapat memilih konseling, baik sebelum maupun pada saat
metode kontrasepsi yang lainnya. pemilihan metode dapat membantu remaja
mengatasi masalah-masalah khusus mereka
Berdasarkan WHO (2004), metode dan membuat keputusan dengan penuh
kontrasepsi yang tersedia untuk remaja kesadaran. Setiap upaya harus dilakukan
adalah metode dual dan dual proteksi, untuk menghindari adanya biaya pada
metode penghalang, kontrasepsi darurat, pelayanan dan metode sehingga tidak
kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah. membatasi remaja dalam memilih
kontrasepsi suntikan kombinasi, sistem kontrasepsi yang tersedia.22
pengiriman hormonal baru, pil progesteron,
Dengan adanya program Keluarga
suntikan progesteron, implan progesteron,
Berencana, remaja dapat menghindari
IUD, keluarga berencana alamiah, laktasi,
kehamilan sehingga resiko akan kesakitan
saggama terputus, dan sterilisasi pria dan
dan kematian ibu remaja dapat dicegah.
wanita (sterilisasi pria dan sterilisasi wanita
Walaupun Sasaran Strategis Tahun 2010±
jarang direkomendasikan walaupun secara
2014 program Keluarga Berencana belum
medis dapat dilakukan pada remaja).22
tercapai yaitu menurunnya angka kelahiran
Dijelaskan bahwa remaja berhak
total (TFR) menjadi 2,1 per perempuan dan
menggunakan setiap metode kontrasepsi dan
meningkatnya rata-rata usia perkawinan
memiliki akses ke berbagai pilihan
pertama perempuan menjadi 21 tahun, tetapi
kontrasepsi. Usia tidak menjadi alasan medis
dengan penggunaan kontrasepsi yang
yang menghalangi pemberian metode apapun
konsisten di antara remaja di masa yang akan
untuk remaja. Beberapa kondisi (misalnya,
datang dapat mencapai sasaran program dan
gangguan kardiovaskuler) yang dapat
membantu tercapainya Millenium
membatasi penggunaan beberapa metode
Developmnet Goals (MDGs) khususnya goal
kontrasepsi pada wanita yang lebih tua
keempat dan kelima yaitu menurunkan angka
umumnya tidak akan mempengaruhi orang-
kematian anak dan ibu. Dan terus
orang muda karena kondisi ini jarang terjadi
meningkatnya penggunaan kontrasepsi di
di kelompok usia ini. Isu sosial dan perilaku
kalangan remaja diharapkan dapat
harus menjadi pertimbangan penting dalam
mempercepat pencapaian target baik dari
pemilihan kontrasepsi remaja.22 Sebagai
program Keluarga Berencana maupun
contoh, di beberapa tempat, remaja juga
Millenium Developmnet Goals (MDGs) dan
beresiko terhadap Infeksi Menular Seksual
program lain yang terkait.
(IMS), termasuk HIV. Walaupun mereka
bebas memilih salah satu metode kontrasepsi Pada faktor sosial-demografi, tempat tinggal
yang tersedia di dalam komunitas mereka, menunjukkan tidak adanya hubungan yang
dalam beberapa kasus, metode yang lebih signifikan dengan fertilitas remaja (p>0,05)
tepat digunakan adalah metode yang tidak dengan nilai OR=0,83 (95% CI: 0,51-1,35).
membutuhkan pemakaian harian. Remaja, Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
menikah atau tidak, juga telah terbukti penelitian yang dilakukan oleh Alemayehu,
kurang toleran terhadap efek samping dan Haider, dan Habte (2010) yang menemukan
karena itu memiliki tingkat penghentian yang bahwa perempuan yang tinggal di pedesaan
tinggi.22 Pemilihan metode juga dapat cenderung untuk fertil dibandingkan rekan-
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pola rekan mereka yang tinggal di daerah
sanggama yang sporadis dan kebutuhan perkotaan.23 Tidak adanya hubungan yang
untuk menyembunyikan aktifitas seksual dan signifikan antara tempat tinggal dengan
Hubungan Umur Kawin Pertama Dan Penggunaan Kontrasepsi« Yoni )

fertilitas remaja ini dimungkinkan remaja kali dibandingkan remaja yang memiliki
tersebut bertempat tinggal di daerah kumuh kekayaan tinggi (95% CI: 1,10-2,63). Hasil
perkotaan sehingga tidak ada beda antara penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian
fertilitas remaja di perkotaan dengan yang dilakukan oleh Alemayehu, Haider, dan
pedesaan. Dijelaskan bahwa dalam daerah Habte (2010) yang menunjukkan tidak
perkotaan, perempuan miskin yang tinggal di adanya hubungan antara status kekayaan
daerah kumuh memiliki tingkat kesuburan dengan fertilitas remaja.23 Dijelaskan bahwa
yang lebih tinggi dibandingkan yang bukan kemiskinan merupakan faktor resiko utama.
tinggal di daerah kumuh.4 Perempuan miskin memiliki kesempatan
paling sedikit dalam hidup, dan karena itu
Status Pendidikan menunjukkan hubungan
mereka hanya mempunyai kemampuan
yang signifikan dengan fertilitas remaja
minimal dan insentif untuk menghindari
(p<0,001). Remaja yang berpendidikan
kehamilan yang tidak diinginkan. Oleh
rendah (tamat SD) meningkatkan resiko
karena itu, perempuan miskin jauh lebih
mempunyai anak satu atau lebih sebesar 2,15
mungkin untuk melahirkan pada masa remaja
kali dibandingkan remaja yang
dibandingkan anak perempuan lain yang taraf
berpendidikan tinggi (95% CI: 1,37-3,36).
hidupnya lebih baik.4
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Alemayehu, Haider, dan
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini
Habte (2010) yang menunjukkan bahwa
yaitu terdapatnya recall bias karena adanya
remaja yang tamat SD adalah tiga kali
pertanyaan mengenai masa lampau seperti
(AOR=2,8; 95% CI: 1,7-4,5) lebih besar
pada umur berapa pertama kali remaja
untuk melahirkan anak banyak dibandingkan
tersebut menikah sehingga ada kemungkinan
mereka yang berpendidikan SLTP ke atas.23
responden tidak dapat mengingatnya. Selain
Penelitian lain yang dilakukan Adioetomo
itu terdapatnya confounders yaitu tempat
(1984) yaitu setelah dilakukan standarisasi
tinggal, status pendidikan, status pekerjaan,
dengan umur kawin pertama, ditemukan pola
dan status ekonomi. Walaupun semua
hubungan yang negatif antara pendidikan
variabel tersebut sudah dikontrol, akan tetapi
dengan paritas. Hasil ini memberi kesan
masih ada residual confounding dari variabel
bahwa perempuan berpendidikan rendah
lain yang tidak dinilai pada penelitian ini.
menikah pada usia muda, dengan demikian
Sedangkan generalisasi dalam penelitian ini
masa resiko terhadap kehamilan lebih
dapat diterapkan pada remaja berstatus kawin
panjang dan paritasnya lebih banyak.2 Status
usia 15-19 tahun di Indonesia karena data
pekerjaan menunjukkan hubungan yang
Riskesdas merupakan survei yang mewakili
signifikan dengan fertilitas remaja (p<0,05)
populasi di Indonesia.
dengan nilai OR=2,36 (95% CI: 1,26-4,43).
Remaja yang bekerja di sektor pertanian
KESIMPULAN DAN SARAN
meningkatkan resiko mempunyai anak satu
atau lebih sebesar 2,36 kali dibandingkan Kesimpulan
remaja yang bekerja di sektor non-pertanian.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang Berdasarkan karakteristitik sosial-demografi
dilakukan oleh Hatmadji (1984) dan remaja, diketahui bahwa remaja berstatus
Adioetomo (1984) bahwa remaja yang kawin usia 15-19 tahun banyak yang tinggal
bekerja di sektor pertanian cenderung untuk di daerah pedesaan (67,40%), status
memiliki anak banyak. Sepertinya pendidikan terakhir adalah tamat SLTP
perempuan yang bekerja di sektor pertanian (38,20%), tidak bekerja (65,80%), dan sangat
tidak merasakan adanya hambatan dengan miskin (27,60%). Berdasarkan karakteristik
jumlah anak yang banyak atau justru fertilitas, diketahui bahwa banyak remaja
membantu pekerjaan di sektor tersebut.2 yang mempunyai jumlah anak lahir hidup
yaitu 1 anak (68,70%), menikah pertama kali
Status ekonomi menunjukkan hubungan yang pada rentang usia 15-17 tahun (60,00%), dan
signifikan dengan fertilitas remaja (p<0,05) menggunakan kontrasepsi (55,70%).
dengan nilai OR=1,70. Remaja yang
memiliki kekayaan yang rendah (sangat Analisis bivariat menunjukkan bahwa tempat
miskin dan miskin) meningkatkan resiko tinggal tidak berhubungan secara signifikan
mempunyai anak satu atau lebih sebesar 1,70 dengan fertilitas remaja (p>0,05). Sedangkan
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 2, Agustus 2012 : 69 ± 81

status pendidikan berhubungan dengan mendukung penundaan pernikahan dini


fertilitas remaja (p<0,05) dengan nilai sebagai salah satu pencegahan kesakitan dan
OR=1,73 yang berarti remaja berpendidikan kematian pada ibu remaja dan anak. Salah
rendah meningkatkan resiko mempunyai satu program dari BKKBN yaitu
anak satu atau lebih sebesar 1,73 kali Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
dibandingkan remaja yang berpendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan usia
tinggi (95% CI: 1,24-2,41). Pada status perkawinan pertama, sehingga mencapai usia
pekerjaan menunjukkan adanya hubungan minimal pada saat perkawinan usia 20 tahun
dengan fertilitas remaja dengan nilai bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. Salah
OR=1,50 yang berarti remaja yang bekerja di satu kendala dalam pelaksanaan program
sektor pertanian meningkatkan resiko PUP di lapangan adalah belum direvisinya
mempunyai anak satu atau lebih sebesar 1,50 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974
kali dibandingkan remaja yang bekerja di yang membolehkan perkawinan pada usia 16
sektor non-pertanian (95% CI: 0,90-2,49). tahun untuk wanita dan 18 tahun untuk pria.24
Pada status ekonomi juga menunjukkan Jadi sangat diharapkan perhatian dan peran
hubungan yang signifikan dengan fertilitas pemerintah terhadap urusan ini. Selain itu,
remaja (p<0,001) dengan nilai OR=1,80 yang dari segi sosial, pemerintah perlu
berarti remaja yang memiliki kekayaan meningkatkan kesempatan pendidikan remaja
rendah meningkatkan resiko mempunyai dengan memberikan beasiswa sekolah
anak satu atau lebih sebesar 1,80 kali sampai SLTA kepada remaja yang tidak
dibandingkan remaja yang memiliki mampu sehingga diharapkan remaja yang
kekayaan tinggi (95% CI: 1,30-2,51). sedang menamatkan sekolahnya dapat
menunda pernikahan di usia muda. Seperti
Model akhir menunjukkan bahwa umur
program yang dilaksanakan di Bangladesh
kawin pertama tidak berhubungan secara
yaitu The Female Secondary School
signifikan dengan fertilitas remaja (p>0,05).
Assistance Program (FSSAP) yang
Sedangkan penggunaan kontrasepsi
menunjukkan bahwa beasiswa sekolah sangat
menunjukkan adanya hubungan yang
besar pengaruhnya terhadap keputusan
signifikan dengan fertilitas remaja (p<0,001)
orangtua untuk tetap menyuruh anak
dengan nilai OR=76,24; yang artinya remaja
perempuan mereka bersekolah.
yang mempunyai anak satu atau lebih
meningkatkan penggunaan kontrasepsi
Bagi Kementerian Kesehatan RI,
sebesar 76,24 kali dibandingkan yang tidak
meningkatkan informasi atau promosi
menggunakan (95% CI: 36,10-161,04). Pada
kesehatan dan pelayanan kesehatan
hubungan ini, tidak terpenuhi asas
reproduksi remaja yang bertujuan untuk
temporality relationship karena desain studi
menekan fertilitas tinggi pada remaja agar
crossectional sehingga hubungan dapat
lebih memadai terutama di wilayah pedesaan,
diartikan bahwa remaja yang menggunakan
khususnya pelayanan kesehatan reproduksi
kontrasepsi adalah mereka yang fertilitasnya
remaja pada fasilitas kesehatan di tingkat
tinggi untuk mencegah fertilitas yang lebih
pelayanan dasar; dan tidak hanya ditangani
tinggi lagi. Ukuran dampak pada umur kawin
oleh lembaga swadaya masyarakat kota
pertama adalah 3,35 persen yang berarti
besar. Bagi BKKBN, melakukan
persentase resiko mempunyai anak satu atau
penyampaian informasi secara konsisten
lebih di seluruh populasi studi remaja yang
yang ditujukan pada remaja yang mempunyai
dapat dicegah dengan mengeliminasi umur
tingkat fertilitas tinggi (mempunyai anak satu
kawin pertama 10-14 tahun adalah sebesar
atau lebih) untuk menggunakan alat
3,35 persen.
kontrasepsi dengan tujuan menekan tingkat
Saran fertilitas yang lebih tinggi lagi melalui media
Walaupun umur kawin pertama tidak seperti poster, pamflet, penyuluhan di kantor
berhubungan secara signifikan terhadap desa, dan lainnya; peningkatan pelayanan
fertilitas remaja, tetapi umur kawin pertama (seperti konseling) dan akses; kemudahan
pada remaja perlu mendapatkan perhatian biaya; dan penyebarluasan informasi melalui
karena sangat terkait terhadap kesehatan suatu pertemuan dengan tokoh masyarakat
mereka. Saran bagi pemerintah adalah (tidak personal contact saja).
Hubungan Umur Kawin Pertama Dan Penggunaan Kontrasepsi« Yoni )

UCAPAN TERIMA KASIH 2007. 2008. Calverton, Maryland: BPS and


Macro.
Terima kasih kepada pihak Balitbangkes, 9. WHO. World health statistics. 2010. Geneva:
Kemenkes RI yang telah memberikan data World Health Organization.
Riskesdas 2010 yang penulis butuhkan 10. United Nations and BAPPENAS. Millennium
development goals (2nd ed.). 2008. United
sebagai sumber data dalam penelitian ini. Nations & Badan Perencanaan Pembangunan
Dan terima kasih juga kepada Ibu dr. Asri C. Nasional.
Adisasmita, MPH, PhD yang telah 11. Republik Indonesia. Undang-undang No. 1
memberikan banyak masukan selama proses tahun 1974 tentang perkawinan. 1974.
Lembaran Negara RI Tahun 1974 No. 1.
pengerjaan penelitian ini. Kepada teman- Menteri/Sekretaris Negara RI. Jakarta.
teman seangkatan Pascasarjana Epidemiologi 12. WHO. Family planning: the unfinished agenda.
Komunitas FKM UI yang terlibat selama [www.who.int/reproductivehealth/publications/
proses penelitian yang tidak bisa disebutkan general/lancet_3.pdf].
satu per satu disini, penulis mengucapkan 13. Alene, Degu, G., and Worku, A. Differentials
of fertility in North and South Gondar zones,
terima kasih atas bantuan terutama dukungan Northwest Ethiopia: A comparative cross-
selama proses pengerjaan penelitian ini. sectional study. BMC Public Health, 2008; 8:
Semoga informasi penelitian yang diperoleh 397.
memberikan banyak manfaat bagi pihak- 14. Zheng, T. Principle of epidemiology. 1998.
Yale University School of Public Health.
pihak yang membutuhkan. 15. Gebremedhin, S., and Betre, M. Level and
differentials of fertility in Awassa Town,
DAFTAR PUSTAKA Southern Ethiopia. African Journal of
Reproductive Health, 2009; 13(1): 93-112.
1. Ritonga, A. Kependudukan dan lingkungan 16. BKKBN. Arah kebijakan dan strategi BKKBN
hidup (2nd ed.). 2001. Lembaga Penerbit tahun 2013. 2012. Jakarta: Badan
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kependudukan dan Keluarga Berencana
2. Ananta, A. Kecenderungan dan faktor penentu Nasional.
fertilitas dan mortalitas di Indonesia. 1995. 17. USAID and ICRW. New insights on preventing
Jakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan child marriage. 2007. The United States
Republik Indonesia/BKKBN. Agency for International Development.
3. Bureau of the Census. Trends in adolescent 18. UNICEF. Early marriage: a harmful traditional
fertility and contraceptive use in the developing practice, a statistical exploration. 2005. New
world. 1996. Washington (DC): U.S. York, USA: The 8QLWHG 1DWLRQV &KLOGUHQ¶V
Government Printing Office. Fund.
4. UNFPA. Giving girls today and tomorrow: 19. IPPF and the Forum on Marriage and the
breaking the cycle of adolescent pregnancy. Rights of Women and Girls. Ending child
2007. New York, USA: UNFPA, the United marriage: a guide for global policy action.
Nations Population. 2006. London: International Planned
5. POLICY Project and STARH Program. Parenthood Federation.
Adolescent and youth reproductive health in 20. Koblinsky, M., Timyan, J., dan Gay, J.
Indonesia; status, issues, policies, and Kesehatan wanita sebuah perpektif global (1st
programs. 2004. Indonesian Reprinting. ed.). 1997. Yogyakarta: Gajah Mada University
6. Badan Pusat Statistik-Statistics Indonesia Press.
(BPS), National Family Planning Coordination 21. Phillips, J., and Ross, J. Family planning
Board, Ministry of Health, ORC Macro. programmes and fertility.1992. United States,
Indonesia Demographic and Health Survey New York: Oxford University Press.
1997. 1998. Calverton, Maryland: BPS and 22. WHO. Contraception: issues in adolescent
Macro. health and development. 2004. Geneva: World
7. Badan Pusat Statistik-Statistics Indonesia Health Organization.
(BPS), National Family Planning Coordination 23. Alemayehu, T., Haider, J., and Habte, D.
Board, Ministry of Health, ORC Macro. Determinants of adolescent fertility in Ethiopia.
Indonesia Demographic and Health Survey Ethiop. J. Health Dev., 2010; 24(1): 30-38.
2002-2003. 2003. Calverton, Maryland: BPS 24. Sriudiyani, I.A., dan Soebijanto. Perkawinan
and Macro. muda dikalangan perempuan: mengapa?. Policy
8. Badan Pusat Statistik-Statistics Indonesia Brief Puslitbang Kependudukan-BKKBN,
(BPS), National Family Planning Coordination 2011; 1(6): 1-4
Board, Ministry of Health, ORC Macro.
Indonesia Demographic and Health Survey

You might also like