Professional Documents
Culture Documents
(Lanya, dkk)
Naskah ini diterima pada 16 Maret 2018; revisi pada 20 Juni 2020;
disetujui untuk dipublikasikan pada 20 Juni 2020
ABSTRACT
Farmers in Indonesia have not yet applied fertigation technology using venturimeters which can facilitate the
work of farmers to water and fertilize plants. This study aims to make a fertigation system tool using a venturimeter,
determine the discharge from the system circuit, and the discharge of nutrient output and the ratio of dissolved
nutrients. Fertilizer tool design using a PVC pipe and two parallel mounted venturimeters, with the size of one
inch. The test was carried out with three variations of the vertical distance of the nutrient fluid to the venturimeter
44 cm, 52 cm and 79 cm. This fertigation tool functions to produce a series of irrigation systems 0.778 l / s with
pressure on the main pipe M1 = 1.90 bar, pressure before passing venturi 0.9 bar (on M2 and M3), after veventuri
0.45 bar (on M4 and M5) and in the main pipe output M6 = 1.69 bar. Nutrient discharge was successively 5.19 ml
/ s, 4.31 ml / s and 2.13 ml / s, until the ratio of nutrition to irrigation water was obtained 0.67%, 0.55% and
0.27% (V / V) ). Nutrient ratio settings can be changed by adjusting the vertical suction distance between the
liquid surface on the nutrient container with a venturimeter, the greater the nutrient suction distance, the smaller
the ratio of nutrients to irrigation water.
ABSTRAK
Petani di Indonesia belum banyak menerapkan teknologi fertigasi yang menggunakan venturimeter yang dapat
mempermudah pekerjaan para petani melakukan penyiraman sekaligus memupuk tanaman. Penelitian ini
bertujuan membuat alat sistem fertigasi dengan menggunakan venturimeter, mengetahui debit dari rangkaian
sistem, dan debit keluaran nutrisi dan rasio nutrisi terlarut. Telah dihasilkan rancangan alat fertigasi menggunakan
pipa PVC dan dua venturimeter dipasang paralel, dengan ukuran satu inch. Pengujian dilakukan dengan tiga
variasi jarak vertikal cairan nutrisi terhadap venturimeter 44 cm, 52 cm, dan 79 cm. Alat fertigasi ini berfungsi
menghasilkan debit rangkaian sistem irigasi 0,778 l/s dengan tekanan pada pipa utama M1=1,90 bar, tekanan
sebelum melewati venturi 0,9 bar (pada M2 dan M3), sesudah veventuri 0,45 bar (pada M4 dan M5) dan di pipa
utama keluaran M6=1,69 bar. Debit nutrisi terhisap berturutan 5,19 ml/s, 4,31 ml/s dan 2,13 ml/s, hingga
diperoleh rasio nutrisi terhadap air irigasi 0,67 %, 0,55 % dan 0,27 % (V/V). Pengaturan rasio nutrisi dapat
diubah dengan mengatur jarak hisap vertikal antara permukaan cairan pada wadah nutrisi dengan venturimeter,
semakin besar jarak hisap nutrisi maka semakin kesil rasio nutrisi terhadap air irigasi.
122
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 122-130
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818
Pupuk adalah material yang pada umumnya sistem kerja alat dan performanya. Perancangan
ditambahkan di dalam media tanam atau tanaman alat dapat dipilih menggunakan bahan-bahan
untuk mencukupi kebutuhan hara yang sangat seperti PVC hingga dapat dibuat dengan biaya
dibutuhkan oleh tanaman sehingga tanaman murah. Dengan alat fertigasi yang menggunakan
dapat berproduksi dengan baik (Djunaedi dan venturimeter yang dapat melakukan
Wicaksono, 2013). Material pupuk dapat berupa penyiraman dan pemupukan dalam waktu yang
bahan-bahan organik maupun mineral. Pupuk bersamaan akan dapat meringankan kerja
berbeda dengan suplemen, pupuk mengandung petani. Alat fertigasi dengan venturimeter dapat
bahan baku yang diperlukan oleh tanaman untuk memberikan jumlah air penyiraman dan dosis
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pupuk tertentu yang seragam disesuaikan
sementara suplemen seperti hormon tumbuhan dengan kebutuhan tanaman. Teknik penyiraman
untuk membantu kelancaran metabolisme dang pemupukan secara bersamaan merupakan
(Saputro dkk., 2017). Dalam pemberian pupuk bagian dari sistem irigasi otomatis untuk
perlu diperhatikan kebutuhan tanaman tersebut, penyediaan air dan pupuk sesuai dengan yang
pemupukan dan penyiraman pada umumnya diinginkan (Saptomo dkk, 2012). Oleh karena
dilakukan secara bersamaan agar pencampuran itu diperlukan penelitian pembuatan rancangan
air dan pupuk/nutrisi dapat tercampur secara alat fertigasi dengan venturimeter dan menguji
merata. kinereja alat hasil penelitian.
123
Rancang bangun sistem fertigasi.... (Lanya, dkk)
Gambar 1. Rancangan Struktural Alat Fertigasi Rangkaian (a) Seri dan (b) Paralel
Gambar 2. Alat Fertigasi Hasil Penelitian Menggunakan Dua Venturimeter Dirangkai Paralel
124
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 122-130
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818
125
Rancang bangun sistem fertigasi.... (Lanya, dkk)
126
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 122-130
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818
Sedangkan pengujian bukaan kran 45° Pada pengujian bukaan kran penuh (90°)
didapatkan rata-rata tekanan pada manometer didapatkan rata-rata tekanan pada manometer
M1 = 1,93 bar, pada M2 dan M3 (sebelum air M1 = 1,87 bar, pada M2 dan M3 (sebelum air
memasuki venturimeter ) menunjukan angka memasuki venturimeter ) menunjukan angka
0,97 bar dan 0,93 bar, kemudian tekanan pada 0,90 bar dan 0,83 bar, kemudian tekanan pada
manometer M4 dan M5 (setelah venturimeter) manometer M4 dan M5 (setelah venturimeter)
keduanya menunjukkan angka 0,50 bar, keduanya menunjukkan angka 0,40 bar,
sedangkan tekanan akhir ditunjukan pada M6 sedangkan tekanan akhir ditunjukan pada M6
sebesar 1,73 bar. sebesar 1,69 bar. Besarnya tekanan yang melalui
lateral 1 (Gambar 3a), mulai pipa utama sebelum
Berikutnya pengujian bukaan kran 60° percabanagan (M1), setelah percabangan
didapatkan rata-rata tekanan pada manometer sebelum venturi (M2), setelah venturi (M4),
M1 = 1,87 bar, pada M2 dan M3 (sebelum air hingga kembali tergabung pada pipa utama (M6)
memasuki venturimeter ) menunjukan angka pada setiap tingkat bukaan kran disajikan pada
0,90 bar dan 0,83 bar, kemudian tekanan pada Gambar 3. Sedangkan besarnya tekanan yang
Tabel 2. Data Pengukuran dari Setiap Manometer pada Pipa Utama dan Dua Pipa Lateral
127
Rancang bangun sistem fertigasi.... (Lanya, dkk)
melalui pipa lateral 2, mulai pipa utama sebelum kedua venturi yang terdapat pada kedua pipa
percabanagan (M1), setelah percabangan lateral hampir identik, hal ini sesuai dengan
sebelum venturi (M3), setelah venturi (M5), selisih tekanan antara sebelum dan sesudah
hingga kembali tergabung pada pipa utama (M6) venturi dari kedua pipa lateral tersebut. Oleh
pada setiap tingkat bukaan kran disajikan pada karena itu penyajian volume, debit dan
Gambar 3b. Karakteristik perubahan tekanan persentase cairan nutrisi yang terhisap
yang melintasi pipa lateral 2 dan lateral 2 merupakan jumlah dari dua venturi. Jumlah
mempunyai tipikal yang sama, seperti disajikan larutan nutrisi yang terhisap dari dua venturi
pada Gambar 4. selama 3 menit pada setiap bukaan kran dan
ketinggian hisap nutrisi, disajikan pada Tabel 3.
Perbedaan tekanan antara sebelum dan sesudah
venturimeter, merupakan tekanan yang Pada jarak hisap vertikal 44 cm dari batas bawah
berfungsi untuk menghisap cairan nutrisi dari venturimeter ke batas permukaan larutan di
wadah hingga lubang masukan ke venturi. Nilai dalam drigen, didapatkan data jumlah larutan
perbedaan tekanan ini nilai hampir sama untuk nutrisi yang terhisap rata-rata 920 ml pada
semua tingkatan bukaan keran, hal ini bukaan kran 30°, 930 ml pada bukaan kran 45°,
menunjukan kemampuan hisap nutrisi juga 940 ml pada bukaan kran 60°, dan 950 ml pada
hampir sama pada semua tingkatan bukaan kran bukaan kran 90°, hingga didapatkan rata-rata
dari 30°, 45°, 60°, dan 90°. total sebesar 935 ml.
Pengujian juga melakukan pengamatan terhadap Pada jarak hisap vertikal 52 cm dari batas bawah
kemampuan hisap cairan nutrisi pada tiga venturimeter ke batas permukaan larutan di
tingkatan ketinggian hisap yaitu 44 cm, 52 cm dalam drigen, didapatkan data jumlah larutan
dan 79 cm. Variasi dari tiga tingkatan ketinggian nutrisi yang terhisap rata-rata 750 ml pada
hisap tersebut diuji pada empat tingkatan bukaan kran 30°, 790 ml pada bukaan kran 45°,
bukaan kran yaitu 30°, 45°, 60°, dan 90°. 790 ml pada bukaan kran 60°, dan 770 ml pada
Pengukuran volume cairan nutrisi yang terhisap bukaan kran 90°, hingga didapatkan rata-rata
dilakukan setiap satuan percobaan selama 3 total sebesar 775 ml.
menit. Jumlah volume cairan nutrisi terhisap dari
Tabel 3. Jumlah Larutan Nutrisi yang Terhisap dari Dua Venturi Selama 3 Menit pada Setiap Bukaan
Kran dan Ketinggian Hisap Nutrisi (ml)
Ketinggian Hisap Debit Larutan Nutrisi (m l)
Larutan Nutrisi 30 deg 45 deg 60 deg 90 deg Rata-rata
H = 44 cm 920 930 940 950 935
H = 52 cm 750 790 790 770 775
H = 79 cm 370 390 390 380 383
128
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 9, No. 2 (2020): 122-130
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818
Pada jarak hisap vertikal 79 cm dari batas bawah Dari data jumlah larutan nutrisi yang terhisap dari
venturimeter ke batas permukaan larutan di dua venturi selama 3 menit pada setiap bukaan
dalam drigen, didapatkan data jumlah larutan kran dan ketinggian hisap nutrisi pada Tabel 3,
nutrisi yang terhisap rata-rata 370 ml pada dapat diperoleh debit larutan nutrisi yang
bukaan kran 30°, 390 ml pada bukaan kran 45°, terhisap pada setiap bukaan kran dan ketinggian
390 ml pada bukaan kran 60°, dan 380 ml pada hisap nutrisi yang disajikan pada Tabel 4. Pada
bukaan kran 90°, hingga didapatkan rata-rata Tabel 4 nilai debit pada setiap tingkatan bukaan
total sebesar 383 ml. Jumlah volume cairan ktran hampir sama tetapi nilai debit terlihat
nutrisi terhisap dari kedua venturi yang terdapat berbanding terbalik dengan ketinggian hisap. Hal
pada kedua pipa lateral dan pada setiap tingkatan ini sejalan dengan hasil penelitian Solichin dan
bukaan kran hampir sama, hal ini juga sesuai Kustono (2003) dimana antara debit dan tekanan
dengan selisih tekanan antara sebelum dan berbanding lurus.
sesudah venturi pada setiap tingkatan bukaan
kran dari kedua pipa lateral tersebut. Dengan Selanjutnya dengan debit pompa sebesar 0,778
demikian perbedaan jumlah cairan nutrisi yang l/s dapat diperoleh besarnya rasio nutrisi yang
terhisap sangat bergantung pada ketinggian terkandung dalam air irigasi, yang dapat dilihat
hisap cairan nutrisi. Semakin besar jarak hisap pada Tabel 5. Penyajian secara grafik dari rasio
vertikal maka semakin rendah jumlah nutrisi nutrisi yang terlarut pada setiap bukaan kran dan
yang dapat diangkut memalui venturimeter. ketinggian hisap nutrisi (% V/V) dapat dilihat
Dengan demikian hubungan antara jumlah pada Gambar 5. Besarnya rasio nutrisi yang
larutan nutrisi yang dapat terangkut melalui terlarut pada ketinggian hisap 44 cm, 52 cm dan
venturimeter dengan jarak hisap vertikal adalah 79 cm masing-masing 0,67 %, 0,55 % dan 0,27
berbanding terbalik. % (V/V). Dengan demikian rasio nutrisi yang
Tabel 4. Debit Larutan Nutrisi yang Terhisap pada Setiap Bukaan Kran dan Ketinggian Hisap Nutrisi
(ml/s)
Ketinggian Hisap Debit Larutan Nutrisi (m l/s)
Larutan Nutrisi 30 deg 45 deg 60 deg 90 deg Rata-rata
H = 44 cm 5,11 5,17 5,22 5,28 5,19
H = 52 cm 4,17 4,39 4,39 4,28 4,31
H = 79 cm 2,06 2,17 2,17 2,11 2,13
Tabel 5. Rasio Nutrisi yang Terlarut pada Setiap Bukaan Kran dan Ketinggian Hisap Nutrisi (% V/V)
Ketinggian Hisap Rasio nutrisi terlarut (% V/V)
Larutan Nutrisi 30 deg 45 deg 60 deg 90 deg Rata-rata
H = 44 cm 0,66 0,66 0,67 0,68 0,67
H = 52 cm 0,54 0,56 0,56 0,55 0,55
H = 79 cm 0,26 0,28 0,28 0,27 0,27
129
Rancang bangun sistem fertigasi.... (Lanya, dkk)
terlarut dalam air irigasi sangat bergantung pada Direktorat Pengelolaan Air. 2010. Pedoman
ketinggian hisap, semakin besar ketinggian hisap Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan.
maka rasio nutrisi yang terlarut semakin kecil. Direktorat Jendera Pengelolaan Lahan dan
Rasio nutrisi tidak mengalami perubahan Air, Departemen Pertanian. Jakarta.
terhadap perubahan tingkat bukaan kran pada
pipa utama, hal ini sejalan dengan selisih tekanan Djunaedi, A.F. dan Wicaksono, M.A. 2013.
sebelum dan sesudah venturi yang nilainya Penyuluhan Dan Pembuatan Pupuk
hampir sama. Organik Unmeningkatkan Produksi Hasil
Panen. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 2 (3): 212-216
130