Professional Documents
Culture Documents
net/publication/333915539
CITATION READS
1 378
2 authors, including:
Adnan Albahry
Ministry of Agriculture
20 PUBLICATIONS 26 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Adnan Albahry on 21 June 2019.
ABSTRACT
The research aim is to conduct an adaptation test of 5 new improved rice varieties and to
obtain suitable varieties for a specific location in Merauke Regency. Breeder seeds were used as
materials. The location was held in 4 different villages as replication. Experimental design is one-
factor randomized block design with variety used as factor design: Aek Sibundong, Inpago 1,
Inpari 17, Inpari 18 dan Inpari 19. The results show that Inpari 17 and Inpari 19 gain the best result
of productivity, which is 4.5 and 4.2 ton/ ha, respectively. The productivity correlated to panicle
length (0.48), the number of productive tillers (0.39), and the number of filled grains (0.43). These
results indicate Inpari 17 and Inpari 19 adapted to Merauke regency agroecosystem and their
productivity is still possible to be increased as similar to its characteristics potential.
bulan September dan suhu tertinggi terjadi memperoleh varietas yang sesuai dengan
pada bulan Desember sebesar 32.8°C. Jumlah kondisi spesifik lokasi kabupaten Merauke.
hari hujan adalah 174 hari dengan curah
hujan tertinggi pada bulan April dengan besar METODE PENELITIAN
482.7 mm dan terendah bulan Oktober
Bahan
sebesar 2.6 mm (BPS, 2015). Kondisi
Varietas unggul baru (VUB) padi
ekosistem kabupaten Merauke tersebut bisa
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jadi berbeda dengan kondisi saat perakitan
Aek Sibundong, Inpago 1, Inpari 17, Inpari
VUB berlangsung sehingga uji adaptasi
18 dan Inpari 19 dengan kelas benih penjenis.
menjadi penting untuk dilakukan.
Karakteristik VUB tersebut ditampilkan pada
Tujuan penelitian adalah melakukan
Tabel 1.
uji adaptasi terhadap 5 VUB padi untuk
Gambar 1. Lokasi penelitian di distrik: (a) Kurik, (b) Semangga, (c) Tanah Miring, Kabupaten
Merauke
Tinggi tanaman terbesar adalah Inpari tertinggi terdapat pada varietas Inpari 17
19 (104.5 cm) tetapi tidak berbeda nyata (22.5) dan berbeda nyata dengan varietas
dengan varietas lainnya kecuali Inpari 17. lainnya. Inpago 1 memiliki jumlah anakan
Nilai terendah tinggi tanaman adalah Inpari produktif terendah sebesar 14.6.
17 (66.5 cm). Jumlah anakan produktif
Parameter panjang malai menunjukkan panjang malai terdapat pada varietas Aek
bahwa Inpari 19 memberikan hasil tertinggi Sibundong sebesar 24.3 cm. Varietas Inpari
sebesar 27.9 cm dan berbeda nyata dengan 19 memiliki gabah hampa terbanyak
varietas lain kecuali Inpari 17. Nilai terendah sebanyak 69.4 serta berbeda nyata dengan
138
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 134-141 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545
varietas lain kecuali Inpari 18. Sedangkan varietas lainnya kecuali varietas Inpari 19
Inpago 1 memberikan hasil gabah hampa sebesar 4.2 ton/ ha. Sedangkan Inpari 18
terendah sebesar 28.9. Gabah isi terbanyak memberikan produktifitas terendah sebesar
sebanyak 130.0 terdapat pada varietas Inpari 2.4 ton/ ha.
19 dan berbeda nyata dengan varietas
Korelasi antar parameter
lainnya. Sedangkan Inpago 1 memiliki gabah
Pada Tabel 6 disajikan korelasi antar
isi terendah dengan nilai 75.1. Produktifitas
parameter agronomi dan produktifitas.
tertinggi terdapat pada varietas Inpari 17
sebesar 4.5 ton/ ha serta berbeda nyata dari
karakteristik VUB. Perbedaan terendah gabah isi (0.58**) yang bisa diintepretasikan
terdapat pada Inpari 17 (-26.9%) sedangkan sebagai peningkatan panjang malai akan
perbedaan tertinggi adalah varietas Inpari 18 meningkatkan jumlah gabah isi.
(-63.6%). Data korelasi pada penelitian ini
Inpari 19 menunjukkan penampilan didukung oleh penelitian sebelumnya yang
agronomi yang cenderung lebih tinggi memberikan hasil bahwa produktifitas
dibandingkan varietas lain, seperti pada berkorelasi positif dengan jumlah anakan
parameter tinggi tanaman (104.5 cm), produktif (0.41**), panjang malai (0.18) dan
panjang malai (27.9 cm), dan jumlah gabah gabah isi (0.54**) (Syafii et al., 2018). Hasil
isi (130). Inpari 19 menghasilkan tersebut mengindikasikan bahwa varietas
produktifitas tertinggi kedua (4.2 ton/ ha) yang memiliki karakter jumlah anakan
tetapi tidak berbeda nyata dengan Inpari 17. produktif, panjang malai dan jumlah gabah isi
Namun, Inpari 19 tidak menunjukkan hasil tinggi akan memberikan produktifitas yang
terbaik pada parameter jumlah anakan tinggi.
produktif dan gabah hampa (Tabel 5). Data Berdasarkan penampilan parameter
tersebut menunjukkan bahwa varietas unggul agronomi dan hasil produksi, Inpari 17 dan
tidak selalu menunjukkan hasil terbaik pada Inpari 19 memberikan hasil terbaik. Namun,
setiap parameter uji. produktifitas semua varietas uji (Tabel 5)
Pada umumnya, produktivitas berada dibawah nilai karakteristik VUB
menjadi fokus utama pada uji multilokasi (Tabel 1). Perbedaan produktifitas tersebut
VUB padi. Namun, karakteristik lain tetap berkisar antara -26.9 sampai -63.6%. Kondisi
perlu untuk diketahui seperti tinggi tanaman. ini diduga karena kondisi agroekosistem
Parameter ini penting diperhatikan untuk perakitan varietas tersebut tidak mencakup
mengurangi resiko tanaman rebah ketika spesifik lokasi di kabupaten Merauke.
menghadapi situasi spesifik lokasi seperti Namun, produktifitas uji adaptasi
daerah dengan kontur miring atau intensitas yang relatif rendah tersebut masih bisa
angin tinggi (Sa’diyah et al., 2014). ditingkatkan. Gabah hampa pada penelitian
Penelitian sebelumnya menunjukkan ini relatif tinggi, berkisar 38.5-72.6%
galur atau varietas padi memiliki karakter dibandingkan dari jumlah gabah isi (Tabel 5).
parameter utama yang berbeda. Galur Sebagai pembanding pada penelitian lain,
BP11252-2-PN-12-2-2-2-1-7-MR-6 gabah hampa berada pada kisaran 11.7-
memiliki keunggulan di parameter jumlah 42.5% dibandingkan jumlah gabah isi
anakan, Galur BP3300-2C-2-3 menghasilkan (Kartina et al., 2016). Persentase gabah
jumlah gabah isi dan gabah hampa tertinggi, hampa yang tinggi tersebut diduga akibat
galur IPB-6 unggu pada karakter tinggi serangan hama walang sangit pada lokasi
tanaman, sedangkan varietas dengan karakter penelitian.
produktifitas tertinggi adalah Cimelati dan Hama walang sangit berpotensi merugikan
Inpari (Sa’diyah et al., 2014). jika berada dalam jumlah banyak. Tipe mulut
Produktifitas berkorelasi positif dan hama tersebut adalah menusuk menghisap.
berbeda nyata terhadap panjang malai (0.48*) Walang sangit menghisap cairan yang
serta berkorelasi positif terhadap jumlah terdapat dalam gabah ketika belum keras
anakan produktif (0.39) dan gabah isi (0.43) pada fase pengisian biji sehingga banyak
(Tabel 6). Nilai tersebut menunjukkan bahwa didapat gabah hampa saat panen (Nasution et
peningkatan jumlah anakan produktif, al., 2017). Walang sangit berpotensi
panjang malai dan gabah isi akan menurunkan produksi gabah sampai 23.9%
meningkatkan produktifitas. Kondisi ini pada tanaman kontrol dibandingkan tanaman
didukung oleh nilai korelasi positif dan yang mendapatkan perlakuan pestisida nabati
berbeda sangat nyata panjang malai terhadap (Afifah et al., 2015).
View publication stats
141
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 2, Juni 2019 Halaman 134-141 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545
KESIMPULAN
Kartina, N., Wibowo, B.P., Widyastuti, Y.,
Inpari 17 dan Inpari 19 memberikan
Rumanti, I.A., Satoto, 2016. Korelasi
penampilan terbaik, tetapi semua varietas
dan Sidik Lintas Karakter Agronomi
berada dibawah penampilan seharusnya
Padi Hibrida. J. Ilmu Pertan. Indones.
sesuai karakteristik VUB. Potensi hasil panen
21, 76–83.
masih bisa ditingkatkan jika persentase gabah
https://doi.org/10.18343/jipi.21.2.76
hampa dikurangi. Pengembangan VUB harus
terus dilakukan agar VUB tersebut dapat
Nasution, M.N.H., Syarif, A., Anwar, A.,
beradaptasi dengan agroekosistem kabupaten
Silitonga, Y.W., 2017. Pengaruh
Merauke dan memberikan hasil sesuai
Beberapa Jenis Bahan Organik
karakteristik.
Terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza
sativa L) Metode SRI. J u r n a l A g r o
DAFTAR PUSTAKA
h i t a 1, 28–37.
Afifah, F., Rahayu, Y.S., Faizah, U., 2015.
Efektivitas Kombinasi Filtrat Daun Sa’diyah, H., Sitaresmi, R., Hadi, D.F., 2014.
Tembakau (Nicotiana tabacum) dan Karakterisasi Galur Harapan Padi
Filtrat Daun Paitan (Thitonia Sawah Hasil Penelitian Konsorsium
diversifolia) sebagai Pestisida Nabati Padi Nasional. Bionatura-Jurnal Ilmu-
Hama Walang Sangit (Leptocorisa ilmu Hayati dan Fis. 16, 142–145.
oratorius) pada Tanaman Padi.
LenteraBio 40, 25–31. Silitonga, T.S., 2004. Pengelolaan dan
Pemanfaatan Plasma Nutfah Padi di
BBPadi, 2019. Daftar Varietas Unggul Indonesia. Bul. Plasma Nutfah 10, 56–
[WWW Document]. URL 71.
http://www.litbang.pertanian.go.id/vari
etas/ (accessed 2.6.19). Sitaresmi, T., Gunarsih, C., Nugraha, Y.,
Abdullah, B., Hanarida, I.,
BPS, 2018. Provinsi Papua Dalam Angka Aswidinnoor, H., Daradjat, A.A., 2016.
2018. BPS Provinsi Papua, Jayapura, Interaksi Genotipe x Lingkungan untuk
Papua. Hasil Gabah Padi Sawah. Penelit.
Pertan. Tanam. Pangan 35, 89–98.
BPS, 2015. Merauke Dalam Angka 2015.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sitaresmi, T., Wening, R.H., Rakhmi, A.T.,
Merauke, Merauke. Yunani, N., Susanto, U., 2013.
Pemanfaatan Plasma Nutfah Padi
Ikhwani, Pratiwi, G.R., Paturrohman, E., Varietas Lokal dalam Perakitan Varietas
Makarim, A.K., 2013. Peningkatan Unggul. IPTEK Tanam. Pangan 8, 22–
Produktivitas Padi Melalui Penerapan 30.
Jarak Tanam Jajar Legowo. Iptek
Tanam. Pangan 8, 72–79. Syafii, M., Purwoko, B.S., Dewi, I.S.,
Suwarno, W.B., 2018. Karakter
Jamil, A., Abdulrachman, S., Syam, M., Agronomi Galur Padi Dihaploid Asal
2014. Dinamika Anjuran Dosis Kultur Antera Hasil Persilangan Three
Pemupukan N , P , dan K pada Padi Way Cross. J. Agron. Indones. 46, 9–16.
Sawah. IPTEK Tanam. Pangan 9, 63–
77.