You are on page 1of 5

Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia

Volume 7 Nomor 3 Desember 2019

Model Pengadaan Obat dengan Metode ABC VEN di RS X Semarang


Manajemen KesehatanSugiarto**
Siska Wulandari*, Manajemen
Kesehatan Indonesia
*RSIA Ananda Pasar Ace Semarang
**Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang
Email : siskawulandari83maz@gmail.com

ABSTRAK In conclusion, the Pharmacy Unit of X


At X Hospital, the Head of Pharmacy Unit Hospital does not use an efficient system, so
did not procure drugs systemically. Hence, the the economic loss to hospital drug
Hospital expenditure was inefficiently procurement is large. The total cost of drug
organized. The data in the hospital found an supplies had a difference of IDR. 355,089,998
inefficiency of a-year pharmacy supply so that prior and after the ABC VEN method was
the budget is inefficiently allocated. This study applied.
aimed to identify how the ABC VEN method as Keywords : Drug procurement, ABC
the basis of procuring system contributes to Method, VEN Method
the management of expenditure at the
Hospital. PENDAHULUAN
This study was quantitative and Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS)
pre-experimental using an bertugas dalam penyelenggaraan,
analytic-descriptive method. The samples are koordinasi, mengatur dan mengawasi
500 drug records in a year in the Pharmacy seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta
Unit of X Hospital which were then analyzed melaksanaan pembinaan teknis
using ABC and VEN method. kefarmasian di rumah sakit.1 Belanja
The findings show that 500 drugs were perbekalan farmasi yang besar harus
analyzed by the ABC methods. It was found dikelola dengan efektif dan efisien karena
Group A was 19.8%, Group B was 40%, dana kebutuhan obat di rumah sakit tidak
Group C was 40.2%. Whereas, the VEN selalu sesuai dengan kebutuhan.2
method explicates that Group V was 7.8%, Pengelompokan ABC membuat pengelolaan
Group E was 88.8%, Group N was 3.4%. The masing-masing item obat lebih mudah dalam
ABC VEN method shows that Group AV was perencanaan, pengendalian fisik, pengadaan,
2%, Group AE was 17.6%, Group AN was pengurangan stok dan pengaman dapat
0.3%, Group BV was 4.2%, Group BE was menjadi lebih baik.3
35%, Group BN was 1.2 %, Group CV was Rumah sakit X selama beroperasional
1.8 %, Group CE was 37%, and Group CN belum mempunyai sistem pengadaan obat
was 1.8%. Group CE (C Essential) is more dengan analisis logistik farmasi yang
available because it is used to prevent and adekuat seperti halnya ABC analysis, VEN
treat patient’s diseases. Before the ABC VEN analysis, EOQ (Efisien Order Quantity).
method was applied, the cost was IDR. Sistem pengadaan di RS X tidak satu pintu
6,188,183,555. However, the use of ABC VEN yaitu dokter dapat mengorder langsung obat
method can reduce the cost to be IDR. yang dibutuhkan kepada rumah sakit yang
5,833,095,547 with cost difference of IDR. membuat nilai persediaan obat macet dan
355,089,998 (6.8% out of the total drug kurang efisien dalam penggunaan. Penulis
expenditures). memilih penelitian dengan menggunakan
metode ABC VEN dikarenakan pengadaan
186
obat dapat dilihat dari pemakaian dan nilai kelompok A berdasarkan % kumulatif
investasinya. Metode ABC VEN memiliki item terkecil hingga <20%, Kelompok B
keunggulan dibanding metode lainnya % kumulatif item 20%- ,60% , Kelompok
yaitu metode ABC VEN dapat mengetahui C % kumulatif 60%-100%.
pola konsumsi untuk semua jenis obat 2) Langkah II, setelah mendapatkan hasil
beserta dananya, dapat mengetahui jenis perhitungan ABC lakukan analisis VEN,
obat yang memerlukan pengawasan lebih Kategorikan seluruh obat berdasarkan
karena nilai investasinya yang tinggi dan DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional).
mengelompokkan sesuai nilai investasinya, 3) Langkah ke III, masukkan harga pokok
dapat mementukan prioritas pembelian obat VEN.
obat beserta dengan harga penjualan obat. 4) Langkah ke IV, masukkan biaya
pembelian Obat. Hitung biaya pokok dan
METODE PENELITIAN biaya pemakaian masing - masing
Desain penelitian pada penelitian ini kelompok ABC dan kelompok VEN.
kuantitatif pre eksperimental. Metode analisis
5) Langkah ke VII, Kelompokkan Obat
yang digunakan adalah metode deskriptif
berdasarkan AV, AE, AN, BV, BE, BN,
analitik dengan ABC dan VEN dengan
CV, CE, CN. Hitung harga pokok dan
pendekatan waktu pengumpulan data secara
biaya pemakaiannya.
cross sectional. Metode pengumpulan data
dari pemakaian obat selama 1 tahun dari 6) Langkah V, menyusun rekomendasi
Januari 2016 sampai dengan desember 2016 di pengadaan obat berdasarkan hasil
Instalasi farmasi rumah sakit X Semarang. penelitian kepada pihak manajemen
Penelitian ini dilakukan melalui teknik rumah sakit.
pengolahan dengan melakukan pengumpulan
data, meliputi mencatat dan mengelompokkan Penelitian ini sudah lolos kaji etik oleh
semua jenis obat yang ada di Instalasi farmasi Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
rumah sakit X Semarang dengan langkah Kesehatan Masyarakat Universitas
sebagai berkut : Diponegoro dengan nomor:
90/EA/KEPK-FKM/2019
1) Langkah I, melakukan analisis ABC
dengan program excel dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
memeprhatikan total pemakaian,
Hasil analisis ABC dan analisis VEN di
kumulatif, % kontrol jual, % Kumulatif
gabungkan menjadi analisis ABC VEN
jual, % kontrol item, Kelompok ABC
dengan hasil pada tabel 1.
masing-masing obat berdasarkan

Tabel 1. Kelompok Obat dengan analisis ABC VEN


Kelompok  item % item Harga Pokok (Rp.) % Biaya Biaya Pemakaian (Rp)
AV 9 2% 61.409,5 4% 235.806.298
AE 88 17,6% 403.945 65% 3.785.789.501
AN 2 0,3% 1.420 0,3% 20.324.120
BV 21 4,2% 924.948,7 5,4% 312.347.525
BE 173 35% 4.881.593 21% 1.245.889.562
BN 6 1,2% 303.446 1,6% 95.581.398
CV 9 1,8% 893.283 0,02% 14.464.447
CE 183 37% 11.757.031 2% 120.529.014
CN 9 1,8% 267.679,7 0.003% 2.310.682
 500 100% 19.494.755,9 100% 5.833.042.547

Hasil analisis ABC VEN menghasilkan biaya pemakaian. Kelompok A Esensial (AE)
obat kelompok A Vital (AV) dengan jumlah 9 sebesar 88 item (17,6%) dari 500 item obat,
item (2%) dari 500 item obat dengan biaya biaya pemakaiannya Rp 3.785.789.501 (65%)
pemakaian Rp. 235.806.298 (4%) dari total dari total biaya pemakaian. Kelompok A Non

187
Esensial (AN) sebesar 2 item (0,3%) dari 500 Esensial) lebih banyak, dikarenakan fungsinya
item obat dengan biaya pemakaian Rp. sebagai penanggulangan penyakit pasien,
20.324.120 (0,3%) dari total biaya pemakaian. secara biaya banyak dikeluarkan dalam
Pada penelitian lain menyebutkan bahwa pengadaannya. Hasil analisis ini menentukan
kelompok AV, AE terdiri dari 20 item obat prioritas pilihan obat yang dapat dikurangi
(15,5%) dari total keseluruhan obat dengan pengadaannya karena pemakaiannya yang
biaya pemakaian yang mahal dan tidak boleh tidak efektif atau sedikit maupun yang
kehabisan stok.4,5 memiliki kesamaan manfaatnya. Hasil
Kelompok B Vital (BV) jumlah item penelitian ini sejalan dengan penelitian lain.6,7
obat 21 item ( 4,2%) dari 500 item obat, Hasil analisis ini dapat memberi prioritas
dengan biaya pemakaian Rp. 312.347.525 obat yang dapat dikurangi atau dihilangkan
(5,4%) dari total biaya pemakaian. Kelompok dalam rencana kebutuhan atau pengadaan obat
B Esensial (BE) sebesar 173 item obat (35%) berkaitan dengan anggaran yang disediakan
dari 500 item obat dengan biaya pemakaian rumah sakit. Obat pada kelompok CN (C Non
Rp.1.245.889.562. Esensial) dengan biaya pemakaian Rp.
Kelompok B Non Esensial (BN) sebesar 2.310.682 menjadi prioritas utama untuk
6 item obat (1,2%) dari 500 item obat dengan dikurangi, apabila dana rumah sakit masih
biaya pemakaian Rp.95. 581.398. Kelompok C kurang dapat melakukan pengurangan obat
Vital (CV) 9 item obat (1,8%) dari 500 item yang masuk pada kelompok BN (B non
obat,dengan biaya pemakaian Rp.14.464.447 esensial) dengan biaya pemakaian
(0,02%) dari total biaya pemakaian. Kelompok Rp.95.581.398, dan obat yang masuk
C Esensial (CE) sebesar 183 item (37%) dari kelompok selanjutnya apabila dana RS masih
500 item obat dengan biaya pemakaian kurang adalah obat yang masuk dalam
Rp.120.529.014 (2%) dari total biaya kelompok AN (A non esensial) dengan biaya
pemakaian. Kelompok C Non Esensial (CN) pemakaian Rp.20.324.120. obat kelompok CN,
sebanyak 9 item (1,8%) dari 500 item dengan BN, AN termasuk tidak berbahaya jika
biaya pemakaian Rp.2.310.682 (0,003%) dari persediaannya habis dan dalam pengadaannya
total biaya pemakaian. tidak masuk dalam anggaran, dikarenakan
Hasil analisis ABC VEN yang untuk kasus pasien yang dapat sembuh sendiri
dikelompokkan menjadi AV, AE, AN, BV, BE, dan manfaatnya sedikit terhadap pasien.8,9
BN, CV, CE, CN, menggambarkan Efisisensi Hasil analisis ABC VEN dengan biaya
dan efektifitas. Hasil kelompok AE (A stok dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Kelompok ABC VEN dengan biaya stok


Kelompok  item Biaya Pemakaian (Rp) Biaya Stok (Rp) Total (Rp)
AV 9 235.806.298 26.037.239 443.151.537
AE 88 3.785.789.501 134.092.531 3.738.574.042
AN 2 20.324.120 8.100 20.332.220
BV 21 312.347.525 35.698.390 348.045.915
BE 173 1.245.889.562 114.808.871 1.360.688.433
BN 6 95.581.398 2.981.616 98.563.014
CV 9 14.464.447 5.034.432 19.498.879
CE 183 120.529.014 35.636.540 156.228.554
CN 9 2.310.682 792.280 3.102.962
 500 5.833.042.547 355.089.999 6.188.185.555

Hasil Analisa terhadap 500 item obat Rp. 355.089.999 (6,08%) dari total
dalam 1 tahun sebelum dilakukan ABC VEN keseluruhan biaya.
pada tabel 2 terdapat pengeluaran anggaran Hasil penelitian Pudjaningsih tentang
sebesar Rp. 6.188.185.555, dengan selisih pengembangan indikator efisiensi pengelolaan
setelah dilakukan analisa ABC VEN sebesar obat di farmasi RS menyebutkan persentase

188
selisih penyerapan dana yang tersedia dengan Rp. 355.089.998 (6,08%) dari total biaya
keseluruhan dana yang sesungguhnya pemakaian obat.
seharusnya adalah 0%.10 Penelitian oleh Astari
Budhi Utami di RS Condong catur Yogyakarta UCAPAN TERIMA KASIH
dengan hasil 3,59% dan penelitian oleh Terima kasih kepada Dr. J. Sugiarto, PH. SU,
Madania di RS Muhammadiyah Gresik Farid Agushybana,SKM.,DEA, Ph.D, Dr. M
sebesar 3,31%. Nilai selisih menjadi dasar Zen Rahfiludin, SKM. M.Kes, Dr. Yuliani
dalam pengadaan obat selanjutnya sehingga Setyaningsih., SKM., M.Kes, Seluruh dosen
RS dapat menentukan obat yang banyak atau Program Pasca Sarjana Magister Kesehatan
sedikit digunakan. Jumlah obat yang menjadi Masyarakat Universitas Diponegoro yang
selisih tersebut juga merupakan nilai telah memberikan ilmu masukan dan saran
perputaran uang dalam rumah sakit.11,12 yang sangat berharga bagi penulis.
Hasil analisis ABC VEN ini dapat
mengetahui prioritas pengadaan obat mana DAFTAR PUSTAKA
yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan 1. Kementerian Kesehatan Republik
anggaran. Rumah sakit dalam menentukan Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
dan menyusun rencana pengadaan obat dapat Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
terbantu karena hasil dapat diketahui secara 2016 tentang Standar Pelayanan
langsung dan mudah. Penelitian ini sejalan Kefarmasian di Rumah Sakit. 72/2016,
dengan penelitian lain yang menunjukkan Indonesia, 2016.
bahwa metode analisis ABC VEN pada obat 2. World Health Organization. Managing
dapat membuat efisiensi keuangan.13,14 Drug Supply,
Pengadaan obat dalam manajemen http://www.who.int/selection_medicines/
rumah sakit harus memperhatikan standar en/ (1997, accessed 20 July 2019).
penggunaan obat dan memperhatikan 3. Quick JD, Hogerzeil H V, Rankin JR, et al.
terjadinya pengembangan atau perubahan Managing drug supply : the selection,
diagnosa selama perawatan pasien, serta procurement, distribution, and use of
kepatuhan pada standar terapi, konfirmasi pharmaceuticals. 1997.
penggunaan obat, periode pengadaan, prioritas 4. Anand T, Ingle GK, Kishore J, et al.
medis, ekonomi, farmakologi, alokasi ABC-VED analysis of a drug store in the
anggaran, dan strategi pengadaan hal ini Department of Community Medicine of a
sejalan dengan penelitian lainnya.15,16 Sistem Medical College in Delhi. Indian J Pharm
satu pintu dalam pengadaan obat di RS dan Sci 2013; 75: 113–117.
membuat regulasi untuk menjamin tata kelola 5. Devnani M, Gupta AK, Nigah R. ABC
perbekalan farmasi yang baik.17,18 and VED analysis of the pharmacy store
of a tertiary care teaching, research and
SIMPULAN referral healthcare institute of India. J
Hasil Penelitian Sistem pengadaan obat Young Pharm 2010; 2: 201–205.
dengan metode ABC VEN di RS X Semarang 6. Migbaru S, Yigeremu M, Woldegerima B,
dapat disimpulkan bahwa sistem pengadaan et al. ABC-VEN matrix analysis of
yang saat ini dilakukan RS belum efisien pharmaceutical inventory management in
sehingga menyebabkan kerugian bagi rumah Tikur Anbessa. Indian J Basic Appl Med
sakit. RS X selama beroperasional belum Res 2016; 5: 734–743.
memiliki sistem pengadaan obat yang adekuat 7. Maimun A. Perencanaan Obat Antibiotik
seperti halnya Analisis ABC , Analisis VEN, berdasarkan Kombinasi Metode
dan lainnya. Konsumsi dengan Analisis ABC dan
Hasil Analisa terhadap 500 item obat Reorder Point terhadap Nilai Persediaan
dalam 1 tahun sebelum dilakukan ABC VEN dan Turn Over Ratio di Instalasi Farmasi
terdapat pengeluaran anggaran sebesar Rp. RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal.
6.188.185.555, selisih anggaran setelah Universitas Diponegoro, 2008.
dilakukan analisa ABC VEN adalah sebesar 8. Monton C, Charoenchai L, Suksaeree J.
Purchasing and inventory management by

189
pharmacist of a private hospital in Hospital. J Supply Chain Manag Healthc
northeast of Thailand. Int J Pharm Pharm 2015; 4: 11–19.
Sci 2014; 6: 401–405. 14. Singh S, Gupta AK, Latika L, et al. ABC
9. Suryantini NL, Citraningtyas G, Sudewi S. and VED analysis of the pharmacy store
Evaluasi Perencanaan Dan Pengadaan of a tertiary care, Academic Institute of
Obat Antibiotik Dengan Menggunakan the Northern India to identify the
Analisis Abc Terhadap Nilai Persediaan categories of drugs needing strict
Di Instalasi Farmasi Rsup Prof. Dr. R. D. management control. J Young Pharm
Kandou Manado. J Ilm Farm UNSRAT 2015; 7: 76–80.
2016; 5: 12–22. 15. Triana M, Suryawati C, Sriyatmi A.
10. Pudjaningsih D. Pengembangan Indikator Evaluasi Perencanaan Obat Pelayanan
Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Kesehatan Dasar (PKD) di Gudang
Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada, Farmasi Kabupaten Gunung Mas Provinsi
1996. Epub ahead of print 1996. DOI: Kalimantan Tengah. J Manaj Kesehat
10.20885/logika.vol3.iss1.art2. Indones 2014; 2: 44–51.
11. Utami AB. Evaluasi Kinerja Efisiensi 16. Febreani SH, Chalidyanto D. Pengelolaan
Ketersediaan Obat dengan Kombinasi Sediaan Obat Pada Logistik Farmasi
ABC-VEN di Instalasi Farmasi Rumah Rumah Sakit Umum Tipe B di Jawa
Sakit Condong Catur Yogyakarta. Timur. J Adm Kesehat Indones 2016; 4:
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 136–145.
2016. 17. Suciati S, Adisasmito W. Analisis
12. Santhi G, Karthikeyan K. Recent review Perencanaan Obat Berdasarkan ABC
article on pharmaceutical inventory Index kritis di Instalasi Farmasi. J Manaj
models. Int J PharmTech Res 2016; 9: Pelayanan Kesehat; 9.
434–443. 18. Sabarguna B. Buku Pegangan Mahasiswa
13. Lyombe TH. Analysis of medicine Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Sagung
expenditures and pharmautical inventory Seto, 2009.
control manajemen at Muhimbili National

190

You might also like