You are on page 1of 9

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUKURAN DALAM

MATEMATIKA AWAL MELALUI METODE DISCOVERY


LEARNING (PENELITIAN TINDAKAN DI TK B PERTIWI I
KANTOR GUBERNUR PADANG TAHUN 2015)

Tesya Cahyani Kusuma


STKIP Adzkia Padang
E-mail: tesya.cahyani@gmail.com

Abstract: This study aims to determine the increase measurement in early math skills in early
childhood learning through discovery methods. The research was conducted on a group B2
Kindergarten Pertiwi I Kantor Gubernur Padang with of fifteen children. The research was
conducted from March to April 2015. This study used action research by Kemmis and Taggart.
This study consisted of two cycles, each cycle consisting of 8 sessions. Each cycle has four
main activities: planning, action, observation and reflection. Analysis of the data used
quantitative and qualitative approaches. Analysis of quantitative data used descriptive
statistics that compare the results obtained from the Pre cycle, first cycle and the second cycle.
While the analysis of qualitative data used analyzing data from the field notes and interviews
during the research by steps of data reduction, data display and data verification . The results
showed an increase measurement in Early Mathematics Ability in early childhood B2 group
conducted through discovery learning method. In the pre-cycle measurement in Early
Mathematics level of Ability percentage yield 45.90%, in measurement in Early Mathematics
level of Ability increased to 65.83% after the act of the first cycle and level increased to
89.10% second cycle becomes. Discovery Learning Methods stimulate student observer,
classification, measure, guess and infer for increase measurement in Early Mathematics
Ability.

Keywords: Early Mathematics Ability, Discovery Learning Method, action research

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pengukuran


dalam matematika awal anak usia dini melalui metode discovery learning. Penelitian
dilaksanakan pada kelompok B2 Taman Kanak-Kanak Pertiwi I Kantor Gubernur Padang
dengan jumlah 15 orang anak. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai April 2015.
Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan (Action research) model Kemmis dan
Taggart. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari 8 kali
pertemuan. Setiap siklus mempunyai empat kegiatan utama yaitu perencanaan, pelaksanaan
dan pengamatan serta refleksi. Analisis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif. Analisis
kualitatif dengan cara menganalisis data dari hasil catatan lapangan dan wawancara selama
penelitian. Analisis data kuantitatif dengan statistik deskriptif yaitu membandingkan hasil yang
diperoleh dari pra siklus, siklus pertama dan siklus kedua. Hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan pengukuran dalam matematika awal pada anak usia dini
kelompok B2 yang dilakukan melalui metode discovery learning. Pada tahap pra siklus tercatat
data tingkat kemampuan pengukuran dalam matematika awal sebesar 45,90%. Tingkat
kemampuan pengukuran dalam matematika awal meningkat menjadi 65,83% pada akhir siklus
I dan terus meningkat menjadi 89,10% pada akhir siklus II. Kegiatan discovery learning
dilakukan dengan cara mendorong siswa mengamati, menggolongkan, mengukur, menduga
dan mengambil kesimpulan dalam meningkatkan kemampuan pengukuran dalam matematika
awal.

Kata kunci : Kemampuan Matematika Awal, Metode Discovery Learning, Penelitian


Tindakan

76
Peningkatan Kemampuan Pengukuran Dalam Matematika Awal, Tesya Cahyani Kusuma 77

PENDAHULUAN “momok”, tersendiri bagi anak. Anak masih


Pendidikan anak usia dini adalah menganggap matematika itu sebagai sesuatu
jendela pembuka dunia bagi anak. Masa usia yang abstrak.
dini adalah masa yang sangat strategis untuk Melihat kenyataan tersebut maka
mengenalkan berbagai pengetahuan diperlukan adanya suatu metode dalam
diantaranya matematika, bahasa, sosial dan meningkatkan pembelajaran matematika awal,
sebagainya. Seiring dengan kebutuhan anak khususnya dalam aspek pengukuran melalui
usia dini maka pendidikan untuk anak usia metode Discovery Learning. Alasan memilih
dini harus sangat diperhatikan dengan metode Discovery Learning karena dengan
memberikan fasilitas pendidikan yang sesuai menggunakan metode Discovery Learning
bagi anak, agar anak memiliki kesiapan baik ini anak mengkontruksi pengetahuan sendiri
secara fisik, mental, sosial maupun emosional dan anak terlibat aktif dalam proses
dalam rangka memasuki pendidikan pembelajaran serta berpikir secara sistematis
selanjutnya. Menurut Yuliani (2012:6) Anak berdasarkan fakta yang ditemukan anak itu
usia dini adalah sosok individu yang sendiri. Maka peneliti tertarik untuk
menjalani suatu proses perkembangan dengan melakukan penelitian tentang Peningkatan
pesat dan fundamental bagi kehidupan Kemampuan Matematika Awal Melalui
selanjutnya. Metode Discovery Learning Di TK Pertiwi I
Pendidikan anak usia dini masih jauh Kantor Gubernur Padang.
dari yang diharapkan. Anak belum mampu
memiliki kemampuan berfikir secara logis, Kemampuan Matematika Awal
berpikir kritis, dapat memberi alasan dan Menurut NAEYC dan NCTM (2002)
mampu memecahkan masalah. Salah satu Istilah matematika permulaan untuk anak usia
lingkup perkembangan yang belum tercapai dini ditujukan untuk menerangkan sesuatu dan
dengan maksimal pada tingkat pencapaian berinteraksi dengan materi-materi yang
perkembangan anak usia 5-6 tahun adalah menunjang untuk mendapatkan pengetahuan
kemampuan kognitif pada kemampuan tentang konsep mendalam tentang
matematika, konsep bentuk, ukuran, pola, matematika. Brewer (2007:350)
konsep bilangan dan lambang bilangan. Anak mengemukakan bahwa matematika adalah
terlihat kurang respon atau kurang tertarik pengetahuan tentang bilangan, hubungan,
pada saat guru mengenalkan pengukuran penyamartaan, pemisahaan, bentuk, ruang,
sehingga anak belum mengerti konsep serta susunannya, transpormasi, perubahaan,
pengukuran. Guru hanya mengenalkan dan pernyataan. Namun menurut brewer
pengukuran dengan metode yang klasikal matematika untuk anak adalah cara pandang
serta menggunakan metode berceramah. anak terhadap dunia dan pengalaman yang dia
Adanya kekeliruan dalam pengenalan miliki. Dapat dilihat bahwa matematika untuk
budaya matematika dari awal anak belajar, anak usia dini merupakan jalan atau cara anak
dimana pembelajaran yang bersifat hafalan untuk menyelesaikan masalah yang
dan tidak menarik misalnya hanya dihadapinya, bagaimana cara anak memahami
menggunakan LKS dan belajar dengan situasi bilangan, operasi bilangan, fungsi dan
formal yang membuat anak mudah stres. hubungan, kemungkinan dan ukur.
Pembelajaran matematika yang berkaitan Konsep matematika yang perlu
dengan angka-angka kerap kali menjadi diberikan pada anak menurut Susanto
78 JURNAL TUMBUHKEMBANG, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2017

(2011:101) adalah berupa bilangan atau Discovery Learning, bila ia melakukan proses
berhitung, pola dan fungsinya, geometri, mental seperti mengamati, mengolongkan,
ukuran-ukuran, grafis, estimasi, probabilitas mengukur, menduga dan mengambil simpulan
dan pemecahan masalah. Konsep ini perlu dalam rangka menemukan konsep-konsep dan
diperkenalkan kepada anak secara bertahap prinsip-prinsip.
sesuai tingkat penguasaan tahapan yang Menurut bruner dalam Winataputra
dimiliki anak. (2012:3.18) menyatakan bahwa Discovery
Konsep matematika untuk anak usia Learning merupakan salah satu
dini menurut Smith (2011:71) menyebutkan pembelajar/belajar kognitif yang
ada beberapa konsep matematika anak usia dikembangkan oleh Bruner, Menurut Bruner
dini yaitu, a) matching is the concept of one to belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui
one correspondence, b) classification, c) belajar penemuan. Menurut Bruner dalam
comparing and d) ordering or seriation. Trianto (2007:26) menganggap bahwa belajar
Pendapat disamping menjelaskan bahwa penemuan sesuai dengan pencarian
matematika untuk anak usia dini itu dimulai pengetahuan secara aktif oleh manusia dan
dari anak belajar mencocokan, dengan sendirinya memberi hasil yang paling
menglasifikasikan atau menempatkan benda- baik. Sedangkan menurut Dahar dalam
benda sesuai bentuk atau kategori tertentu, Trianto menyebutkan bahwa Discovery
membandingkan dan persamaan. Learning itu berusaha sendiri untuk mencari
Berdasarkan teori diatas dapat pemecahan masalah serta pengetahuan yang
disimpulkan bahwa kemampuan matematika benar-benar bermakna.
awal merupakan kemampuan anak dalam Berdasarkan uraian diatas
berinteraksi dengan suatu benda dan ukuran disimpulkan bahwa Discovery Learning
tertentu, sehingga dapat membandingkan serta adalah melakukan proses mengamati serta
mengklasifikan sesuai dengan kemampuan menduga dan mengambil kesimpulan dari
anak dan cara anak memahami bilangan, konsep-konsep yang ditemukan. Sehingga
operasi bilangan, fungsi dan hubungan, metode Discovery Learning ini sekiranya
kemungkinan dan ukur. dapat meningkatkan kemampuan matematika
awal anak. Karena disini anak akan
DISCOVERY LEARNING menemukan sendiri serta mendapatkan
Belajar penemuan mendorong anak pemahaman yang dijumpai dalam kenyataan
untuk mencari jawaban sendiri karena yang terjadi dilapangan.
stimulus yang diberikan. Menurut Cahyo
(2013:101) metode Discovery Learning adalah METODE PENELITIAN
metode mengajar yang mengatur pengajaran Metode yang digunakan dalam
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh penelitian ini adalah Action Research dengan
pengetahuan yang sebelumnya belum menggunakan pendekatan kuantitatif dan
diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, pendekatan kualitatif. Desain penelitian ini
namun ditemukan sendiri. Seorang guru menggunakan model penelitian Kemmis dan
dianjurkan untuk tidak memberian materi Taggart. Meliputi empat tahap yaitu (1)
pelajaran secara utuh. perencanaan (planning), (2) tindakan (action),
Menurut Swadarma (2013:57) (3) pengamatan (observation), (4) refleksi
menyatakan discovery adalah proses mental (reflection). Terlebih dahulu dilakukan tes
saat peserta dapat mengasimilasi konsep dan awal sebelum membuat perencanaan program
prinsip. Peserta didik dikatakan melakukan kegiatan. Tes awal dilakukan untuk
Peningkatan Kemampuan Pengukuran Dalam Matematika Awal, Tesya Cahyani Kusuma 79

mengetahui kemampuan matematika awal pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Peneliti


yang dimiliki anak. hasil dari tes tersebut melakukan analisis data kualitatif
berguna untuk membandingkan hasil akhir menggunakan proses reduksi data, penyajian
tindakan tersebut sudah menunjukan data dan kesimpulan. Analisis kualitatif
peningkatan atau belum. Keberhasilan secara dengan cara menganalisis data dari hasil
klasikal mengikuti standar George E. Mills catatan lapangan dan wawancara selama
(2000:96) dalam penelitiannya yaitu penelitian. Analisis data kuantitatif dengan
menetapkan persentase 71%. statistik deskriptif yaitu membandingkan hasil
Teknik pengumpulan data yang yang diperoleh dari pra siklus, siklus pertama
digunakan dalam penelitian ini adalah dan siklus kedua. Analisis data kuantitatif
dokumentasi, wawancara, observasi dan digunakan untuk mengetahui peningkatan
instrumen. Dokumentasi dalam penelitian ini kemampuan matematika awal yang di peroleh
yaitu mengumpulkan informasi tentang dari pra siklus, siklus pertama dan siklus
laporan hasil perkembangan kemampuan kedua.
matematika awal, foto kegiatan metode 1.
discovery learning. Wawancara dilakukan 2. HASIL DAN PEMBAHASAN
kepada kepala sekolah dan guru kelas untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa
memperoleh informasi secara mendalam kemampuan matematika awal anak kelompok
tentang kemampuan matematika awal anak B2 sudah mulai meningkat pada setiap
sebelum dan sesudah diberi tindakan. pertemuannya dari tindakan pra siklus, siklus
Observasi dilakukan dengan menggunakan pertama hingga siklus kedua.
catatan lapangan, untuk mencatat berbagai Pra Siklus
kegiatan yang sedang berlangsung oleh Pra siklus dilakukan untuk
peneliti dalam rangka mengumpulkan data. mengetahui kondisi awal kemampuan
Kisi-kisi instrumen dikembangkan matematika awal anak. adapun hasil pra siklus
melalui definesi konseptual dan operasional disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
yang menjelaskan bahwa Kemampuan
matematika awal adalah penguasaan anak PRA SIKLUS
terhadap konsep matematika permulaan yang 60
50
Axis Title

dijadikan target pemahamannya yaitu 40


pengukuran. Pengukuran membandingkan 30
20
sesuatu ukuran yang bersifat numerik. Adapun 10
0
empat aspek dalam pengukuran yaitu panjang, A M
AF AK A FF M MSL
AS APARAHM KRHF OI
tinggi, berat dan waktu. Cara pemberian skor KS S QSM A KA
S A
adalah melihat kemampuan matematika awal
PRA SIKLUS 444444454241465248464446544847
dengan tingkatan : Belum Berkembang,
Mulai Berkembang, berkembang sesuai Grafik 1. Pengamatan Pra Siklus
Harapan dan Berkembang sangat
baik.Pengujian validitas dilakukan dengan Berdasarkan grafik di atas, menunjukkan
expert judgement. bahwa 15 orang anak yang diamati pada tahap
Peneliti melakukan analisis terhadap pra siklus berada pada kategori mulai
keseluruhan temuan dalam proses upaya berkembang dengan pencapaian persentase
meningkatkan kemampuan matematika awal hanya 45,90%. Berdasarkan hasil pengamatan
anak kelompok B2 melalu metode discovery di atas, dapat dikatakan bahwa kemampuan
learning. Analisis data menggunakan matematika awal anak belum mencapai target
80 JURNAL TUMBUHKEMBANG, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2017

yang dicapai yaitu kategori berkembang tertinggi adalah AQS dan MOI sebesar
sangat baik diatas 71 %. 77,08%, Sedangkan hasil terendah diperoleh
Siklus I oleh AR sebesar 58,33%. Dengan demikian
Pemberian tindakan pada siklus I, hasil pelaksanaan tindakan siklus I mengalami
maka peneliti dan kolaborator melakukan peningkatan, akan tetapi belum mencapai
asesmen terhadap kemampuan matematika target yang maksimal yaitu >71% dengan
awal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kategori berkembang sangat baik sehingga
skor yang diperoleh anak setelah pemberian belum mencapai target yang diharapkan
tindakan pada siklus I. hasil pengamatan pada peneliti, penelitian ini dilanjutkan pada siklus
pra siklus dengan pelaksanan tindakan siklus I II.
mengalami peningkatan dari nilai persentase Siklus II
kondisi awal 45,90% menjadi 65,83%. Adapun hasil asesmen setelah
Dengan demikian discovery learning mampu pemberian tindakan pada siklus II
meningkatkan matematika awal anak. akan menunjukkan nilai persentase peningkatan
tetapi, peningkatan yang diperoleh pada siklus kemampuan matematika awal anak
I belum mencapai target yaitu >71%. memperoleh pada akhir siklus I 65,83%
Gambaran dari peningkatan kemampuan meningkat pada akhir siklus II menjadi
matematika awal dapat dilihat dengan grafik 89,10%. Hasil pelaksanaan tindakan siklus II
berikut: mengalami peningkatan yang signifikan dan
melebihi standar keberhasilan >71%. Dengan
demikian penelitian dihentikan pada siklus II
Siklus I karena hasilnya sudah tercapai. Peningkatan
100 kemampuan matematika awal pada siklus II
Axis Title

50
0 dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
AF AK A AFF MMMSL
AS APARAH KRHF 100
KS S M…QSM A O…KA
80
Axis Title

Pra Siklus 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 60
Siklus I 766656676666767 40
20
Grafik2 . hasil peningkatan kemampuan 0
A M
matematika awal siklus I AF AK A FF M M SL
AS APARAHM KRHF OI
Grafik diatas menunjukkan bahwa dari KS S QSM A KA
S A
15 orang anak yang mengikuti kegiatan pra siklus 444444454241465248464446544847
pembelajaran melalui metode discovery siklus I 716063605860637765696363776773
learning pada siklus I sebanyak dua orang siklus II 898990899182849391898685959294
berada dalam kategori berkembang sangat
baik dan dengan tiga belas orang anak belum Grafik 3. Perbandingan Pra siklus, siklus I dan
mencapai kategori berkembang sangat baik Siklus II
standar pencapaian kurang dari 71%. Jadi Grafik di atas menunjukkan bahwa
dengan demikian terjadi peningkatan nilai persentase rata-rata peningkatan
kemampuan matematika awal dibandingkan kemampuan matematika awal pra siklus 45,90
dengan pencapaian hasil pra siklus atau % meningkat pada siklus I sebesar 65,83%
kondisi awal. Dengan ditandai dengan setelah dilakukan tindakan dengan kategori
persentase kemampuan matematika awal anak berkembang sesuai harapan, kemudian
memperoleh pencapaian persentase akhir meningkat pada akhir siklus II menjadi
siklus I 65,83. Anak yang mendapat skor 89,10% dengan kategori berkembang sangat
baik. MOI mendapat nilai yang tertinggi pada
Peningkatan Kemampuan Pengukuran Dalam Matematika Awal, Tesya Cahyani Kusuma 81

siklus II ini sebesar 94,79% dan nilai Berdasarkan data yang disajikan
persentase terendah AH sebesar 82,29%. diatas, terlihat bahwa terjadinya peningkatan
Kemudian 13 orang anak lainnya sudah kemampuan matematika awal melalui metode
mencapai target pencapaian melebihi 71%. discovery learning. Dari rata-rata kelas yang
Dengan hasil pelaksanaan siklus II mengalami didapat pada pra siklus 45,90% mengalami
peningkatan dan telah mencapai target >71% peningkatan yang signifikan setelah
pada kategori berkembang sangat baik. dilakukannya tindakan pada siklus I sebesar
Dengan demikian penelitian dihentikan pada 65,83% dan meningkat menjadi 89,10% pada
siklus II karena hasilnya sudah dicapai pada akhir siklus II. Peningkatan yang terjadi pada
siklus II sudah mencapai target. siklus I adalah 19,93% dari rata-rata
Disamping itu, pada akhir pertemuan persentase pra siklus 45,90% menjadi 65,83%.
siklus II peneliti dan kolaborator melakukan Peningkatan yang terjadi belum mencapai
pengamatan tentang kemampuan matematika target yang sudah ditentukan sebesar 71%.
awal dengan menggunakan intstrumen yang Maka dilanjutkan tindakan pada siklus II,
telah disediakan. Dari hasil pengamatan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar
tersebut terlihat bahwa kemampuan 23,21% dari rata-rata persentase siklus I
matematika awal sudah mulai meningkta dari 65,83% menjadi 89,10%. Peningkatan yang
setiap pertemuannya. Hal tersebut dapat tercapai pada siklus I mencapai target yang
dilihat dari tabel peningkatan kemampuan ditentukan yaitu >71% maka keputusan
matematika awal anak mulai dari pra siklus, peneliti dan kolaborator penelitian dihentikan.
siklus I dan siklus II. Penelitian ini menggunakan metode
Tabel 4.36: Peningkatan hasil setiap discovery learning dalam meningkatkan
anak dari pra siklus, siklus I dan siklus II: kemampuan matematika awal anak di TK
Nama Pra Siklus I Pening Siklus II Peningkat Pertiwi I Kantor Gubernur Padang. Metode
siklus (%) katan (%) an siklus I discovery learning ini dipilih dalam
(%) pra ke II (%)
siklus
meningkatkan kemampuan pengukuran dalam
ke matematika awal pada anak usia 5-6 tahun
siklus I karena sesuai dengan karakteristik anak.
(%) Untuk mencapai target dalam
AFK 43,75% 70,83% 27,08% 88,54% 17,71%
penelitian ini, peneliti terlebih dahulu
AS 43,75% 60,42% 16,67% 88,54% 28,12%
AKS 43,75% 62,50% 18,75% 89,58% 27,08%
melakukan pengkajian teori yang digunakan
AP 44,79% 60,42% 15,63% 88,54% 28,12% dalam penelitian ini melibatkan beberapa
AR 41,67% 58,33% 16,66% 90,63% 32,30% pendapat para ahli dan pakar. Pada dasarnya
AH 40,63% 60,42% 19,79% 82,29% 21,07% mengemukakan hal yang sama. Menurut
AMS 45,83% 62,50% 16,67% 84,38% 21,88% NAEYC dan NCTM (2002) Istilah
AQS 52,08% 77,08% 25% 92,71% 15,63%
matematika permulaan untuk anak usia dini
FFM 47,92% 64,58% 16,66% 90,63% 26,05%
KR 45,83% 68,75% 22,92% 88,54% 19,79%
ditujukan untuk menerangkan sesuatu dan
HF 43,75% 62,50% 18,75% 86,46% 23,96% berinteraksi dengan materi-materi yang
MA 45,83% 62,50% 16,67% 85,42% 22,92% menunjang untuk mendapatkan pengetahuan
MOI 54,17% 77,08% 22,91% 94,79% 17,70% tentang konsep mendalam tentang
MK 47,92% 66,67% 18,75% 91,67% 25% matematika.
SLA 46,88% 72,92% 26,04% 93,75% 20,83
Dengan mengacu pada pendapat
Rata- 45,90 65,83 19,93 89,10 23,21
rata diatas, maka peneliti mencapai target yang
Persen akan dicapai, anak mampu memiliki aspek-
tase
kelas
aspek kemampuan matematika awal dengan
82 JURNAL TUMBUHKEMBANG, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2017

baik, aspek yang dimaksud adalah konsep digunakan otak anak untuk membentuk
panjang, tinggi, berat dan waktu. perkembangan kemampuan matematika awal.
Pembelajaran dilakukan dalam bentuk Kajian dari sudut pandang psikologi,
discovery learning menggunakan tema yang Psikologi menurut Syah (2001) psikologi
berkaitan dengan empat aspek matematika adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
awal untuk meningkatkan kemampuan terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku
matematika awal anak. individu maupun kelompok, dalam
Selain pembahasan menggunakan hubungannya dengan lingkungan.
teori atau pendapat para ahli diatas, penelitian Peningkatan kemampuan matematika awal
ini juga dapat dikaji menggunakan pendekatan ditandai ketika anak berinteraksi dengan
multidisipliner. Kemampuan matematika awal temannya pada saat melakukan proses
memiliki empat aspek dari pengukuran, discovery berlangsung dalam pembelajaran
dimana anak dituntut untuk mampu matematika awal.
memahami pengukuran dengan tepat dan Kajian dari sudut pandang
benar dalam kemampuan matematika awal, matematika, Matematika menurut Johnson
oleh karena itu kajian multidisipliner dapat dan Myklebust dalam Abdurrahman
dikaji dari sudut pandang pedagogic, (2012:202) adalah bahasa simbolis yang
sosiologi, neurosains, psikologi, kognitif. fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
Kajian dari sudut pandang pedagogik, hubungan-hubungan kuantitatif dan
menurut Hoogveld dalam Sadulloh (2010:2) keruangan sedangkan fungsi teoritis adalah
pedagogik adalah ilmu yang mempelajari memudahkan untuk berpikir. Peningkatan
masalah membimbing anak ke arah tujuan kemampuan matematika awal ditandai dengan
tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara anak yang mampu mengamati objek yang ada
mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. di lingkungan dan menunjukkan konsep
Penelitian ini memiliki tujuan untuk jumlah, waktu dalam proses menemukan pada
meningkatkan kemampuan matematika awal kemampuan pengukuran oleh anak tersebut.
melalui metode discovery learning sehingga Selain hubungan antara disiplin ilmu
anak mampu menguasai matematika awal diatas dengan kemampuan matematika awal
pada aspek pengukuran. anak, disiplin ilmu pedagogik, neurosains,
Kajian dari sudut pandang Neurosains psikologi dan matematika juga memiliki
(Harun, 2003) pengertian neurosains dapat keterkaitan antara satu sama lain, semua
membuat hubungan diantara proses kognitif disiplin ilmu tersebut. Pedagogik adalah Ilmu
yang terdapat di dala otak dengan tingkah yang mempelajari masalah membimbing anak
laku yang akan dihasilkan. Hal ini dapat ke arah tujuan tertentu dan jika dihubungkan
diartikan bahwa, setiap perintah yang diproses dengan psikologi adalah ilmu-ilmu yang
oleh otak akan mengaktifkan bagian-bagian mempelajari prilaku-prilaku manusia dengan
penting otak itu sendiri. Peningkatan kemampuan mempelajari prilaku-prilaku
kemampuan matematika awal yang akan manusia dalam kehidupan sehari pada saat
dilakukan dalam penelitian ini melibatkan berinteraksi. Hal ini jika digabungkan dengan
kemampuan otak anak dalam mencerna neurosains dapat membangun hubungan
sebuah stimulus yang diterima anak dalam antara perintah yang diproses oleh otak anak,
kegiatan discovery learning sehingga anak akan mengaktifkan bagian-bagian
kemampuan matematika awal meningkat penting dari otak sehingga akan menunjukkan
seiring dengan pengalaman-pengalaman yang kemampuan otak anak dalam mencerna
sebuah stimulus yang diterima. Jika
Peningkatan Kemampuan Pengukuran Dalam Matematika Awal, Tesya Cahyani Kusuma 83

digabungkan dengan kemampuan matematika terlihat konsep panjang, konsep berat dan
awal pengalaman-pengalaman yang konsep waktu dengan tepat dan benar
digunakan otak anak untuk membentuk melakukannya. Sebaliknya terjadi pada AH,
perkembangan kemampuan matematika dalam pada saat proses pembelajaran belum mampu
mengamati objek yang ada di lingkungan dan mengamati, menduga, mengukur dan
menunjukkan konsep jumlah, waktu dalam mengambil simpulan terlihat masih rendah
proses menemukan pada kemampuan pada aspek pengukuran seperti konsep
pengukuran oleh anak tersebut. panjang dan konsep tinggi, Namun pada
Berdasarkan uraian diatas, maka konsep berat dan konsep waktu anak sudah
tindakan yang dilakukan melalui metode baik. Dengan hasil pada akhir siklus II yang
discovery learning akan mampu menunjukkan skor persentase 89,10% sudah
meningkatkan kemampuan matematika awal mencapai target yang ditentukan yaitu >71%
pada anak kelompok B di TK Pertiwi I Kantor maka penelitian dihentikan pada siklus II.
Gubernur. Tindakan yang telah diberikan kepada
Hasil dari tindakan yang sudah anak menggunakan metode discovery learning
dilaksanakan, terdapat anak yang mendapat berdampak pada peningkatan kemampuan
skor tertinggi dan skor terendah. Kemudian matematika awal anak. hal ini karena anak
peningkatan bervariasi dalam menerapkan menggunakan media langsung dan nyata
metode discovery learning. hal ini sehingga mendapatkan pengalaman langsung
dikarenakan perbedaan kemampuan masing- serta menemukan sendiri konsep-konsep dari
masing anak dalam merespon stimulus yang aspek pengukuran. Kemudian juga
diberikan. memperhatikan hal yang sesuai dengan teori
Penjelasan di atas dapat dibuktikan, yan sudah dikemukakan oleh para ahli dan
bahwa pada siklus I yang sudah dilaksanakan para pakar sehingga keberhasilan dalam
mendapat skor persentase 65,83%, artinya sebuah tindakan akan lebih besar.
masih jauh dari target yang sudah ditentukan.
Peneliti akhirnya melakukan pengamatan SIMPULAN
bersama kolaborator dan memperhatikan Berdasarkan temuan secara khusus
kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya. dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan
Pada akhir siklus II peneliti melakukan sebagai berikut yaitu: (1) anak yang memiliki
pengamatan pada anak dan hasilnya kemampuan matematika awal rendah dan
menunjukkan peningkatan yang baik. Anak diberikan tindakan melalui metode discovery
terlihat mampu mengamati, menduga serta learning dapat mengalami peningkatan yang
mengukur dalam mengukur suatu benda baik. Jika kemampuan matematika awal anak
dengan tepat dan benar. Hal ini ditunjang juga berkembang dengan optimal maka
dengan hasil persentase pada siklus II 89,10%. kemampuan kognitif anak berkembang
Perolehan skor persentase ini meningkat dengan baik lagi. (2) berdasarkan temuan
23,21% dari skor persentase pada siklus I yang terdapat pada penelitian ini metode
sebesar 65,83%. Perolehan skor tertinggi discovery learning dapat meningkatkan
pada siklus II adalah MOI sebesar 94,79% dan kemampuan matematika awal anak melebihi
skor terendah diperoleh oleh AH sebesar >71%. Pada tahap pra siklus tercatat data
82,29%. MOI terlihat mampu mengamati, tingkat kemampuan matematika awal sebesar
menduga, mengukur dan mengambil simpulan 45,90%. Tingkat kemampuan matematika
pada saat proses pembelajaran pengukuran awal meningkat menjadi 65,83% pada akhir
matematika awal pada aspek pengukuran siklus I dan terus meningkat menjadi 89,10%
84 JURNAL TUMBUHKEMBANG, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2017

pada akhir siklus II. Pada data pra siklus kelompok B2 berada pada kategori mulai
sebanyak 8 orang dari 15 orang anak pada berkembang (MB) dan 7 orang berada pada
kategori belum berkembang (BB). kemampuan matematika awal anak dan guru
Namun pada akhir siklus I setelah dilakukan lebih kreatif dalam mengkombinasikan
tindakan anak baru mencapai rata-rata berbagai kegiatan yang ada di lingkungan
65,83%, belum mencapai pada kriteria sekitar, baik dengan media permainan baru
keberhasilan 71% kemudian dilanjutkan pada ataupun media permainan yang ada di
siklus II dan pada akhir siklus II terjadi sekolah; (2) Pengelola/penyelenggara PAUD,
peningkatan menjadi 89,10% dan seluruh Pengelolaan kelas yang optimal dan efektif
anak berada pada kategori berkembang sangat sangat diperlukan dalam kegiatan
baik (BSB). pembelajaran di taman kanak-kanak, apalagi
kegiatan yang dilakukan di luar kelas ketika
REKOMENDASI metode discovery learning; (3) Peneliti lain,
Berdasarkan kesimpulan diatas, hendaknya melakukan penelitian
adapun saran yang dapat diberikan yaitu: (1) pengembangan untuk mengetahui metode atau
Guru, hendaknya guru lebih banyak kegiatan yang tepat untuk dapat meningkatkan
memberikan kesempatan kepada anak untuk kemampuan matematika awal anak.
melakukan kegiatan yang bisa menstimulasi

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Susan Speery Smith.2011. Early childhood
berkesulitan belajar,Jakarta: Rineka mathematics,(United states of
Cipta. America: Pearson.

Cahyo, N Agus. 2013. Panduan Aplikasi WinataPutra,S.Udin. 2012. Teori Belajar dan
Teori-Teori Belajar Mengajar Pembelajaran (Tangerang Selatan:
Teraktual Dan Terpopuler .Jogjakarta: Universitas terbuka.
Diva Press.
Sujiono,Yuliani Nurani. 2012.Konsep Dasar
Harun, Jamaluddin. 2003. Teori Pendidikan Anak Usia Dini,
pembelajaran serta kesannya dalam Jakarta:Indeks.
reka bentuk aplikasi multimedia
pendidikan (online), diakses tanggal 02 Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak
Juli 2015. Usia Dini- Pengantar Dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Prenada Media
Jo Ann Brewer. 2007.Early Childhood Group.
Education prescholl though Primary
(Boston: Pearson Education. Swadharma, Doni. 2013. Penerapan mind
mapping dalam kurikulum
Mills E. Geoffrey.2000. Action Research, A pembelajaran Jakarta:Kelompok
Guide For The Teacher Researcher, Gramedia.
New Jersey: Practice Hall.
Trianto. 2007.Model-model pembelajaran
Sadulloh, Uyoh.2010. Pedagogik (ilmu inovatif berorientasi konstruktivistik
mendidik). Bandung:Alfabeta. Jakarta: Prestasi Pustaka.

You might also like