You are on page 1of 12

Hamruni, .RQVHS 'DVDU GDQ ,PSOHPHQWDVL 3HPEHODMDUDQ .

RQWHNVWXDO

KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN


KONTEKSTUAL

Hamruni
Guru Besar FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
e-mail : hamruni@uin-suka.ac.id

Abstract
/HDUQLQJ VWUDWHJLHV LV RQH DVSHFW WR EH SUHSDUHG E\ WHDFKHUV LQ SHUIRUPLQJ WKHLU WDVNV /HDUQLQJ VWUDWHJ\
RXWOLQHV D FRXUVH RI DFWLRQ LQ RUGHU WR DFKLHYH WKH REMHFWLYHV %\ LPSOHPHQWLQJ D VWUDWHJ\ WHDFKHU FDQ
DFW EDVHG RQ JXLGHOLQHV UHJDUGLQJ WKH YDULRXV DOWHUQDWLYHV WKDW PD\ EH SXUVXHG VR WKDW WHDFKLQJ DQG
OHDUQLQJ FDQ WDNH SODFH LQ D V\VWHPDWLF SXUSRVHIXO VPRRWK DQG HIIHFWLYH ZD\ 2QH VWUDWHJ\ WKDW FDQ
EH GHYHORSHG E\ WHDFKHU LV FRQWH[WXDO OHDUQLQJ &RQWH[WXDO OHDUQLQJ RU DOVR NQRZQ DV &7/ &RQWH[WXDO
7HDFKLQJ DQG OHDUQLQJ LV D SURFHVV RI OHDUQLQJ WKDW HPSKDVL]HV WKH LQYROYHPHQW RI VWXGHQWV WR EH DEOH
WR ÀQG WKH PDWHULDO VWXGLHG DQG FRQQHFW ZLWK UHDO OLIH VLWXDWLRQV WKXV HQFRXUDJLQJ VWXGHQWV WR EH DEOH
WR DSSO\ LW LQ WKHLU OLYHV 7KLV DUWLFOH GLVFXVVHV WKH FRQFHSW DQG LPSOHPHQWDWLRQ RI OHDUQLQJ FRQWH[WXDO
ZKHUH OHDUQLQJ LV PRUH HPSKDVLV RQ VWXGHQW DFWLYLW\ IXOO\ ERWK SK\VLFDOO\ DQG PHQWDOO\ WKH FODVV
UDWKHU WKDQ DV D SODFH WR REWDLQ LQIRUPDWLRQ EXW UDWKHU D SODFH WR H[DPLQH GDWD IURP WKHLU ÀQGLQJV LQ
WKH ÀHOG OHDUQLQJ LV QRW MXVW PHPRUL]H EXW WKH SURFHVV H[SHULHQFHG LQ UHDO OLIH
Keywords /HDUQLQJ VWUDWHJLHV &RQWH[WXDO OHDUQLQJ &7/.

Abstrak
6WUDWHJL SHPEHODMDUDQ PHUXSDNDQ VDODK VDWX DVSHN \DQJ KDUXV GLSHUVLDSNDQ JXUX GL GDODP PHODN-
VDQDNDQ WXJDVQ\D 6WUDWHJL SHPEHODMDUDQ PHUXSDNDQ JDULV JDULV EHVDU KDOXDQ EHUWLQGDN GDODP UDQJND
PHQFDSDL VDVDUDQ \DQJ GLJDULVNDQ 'HQJDQ PHQHUDSNDQ VHEXDK VWUDWHJL VHRUDQJ JXUX PHPSXQ\DL
SHGRPDQ GDODP EHUWLQGDN \DQJ EHUNHQDDQ GHQJDQ EHUEDJDL DOWHUQDWLI SLOLKDQ \DQJ PXQJNLQ GDSDW
GLWHPSXK VHKLQJJD NHJLDWDQ EHODMDU PHQJDMDU GDSDW EHUODQJVXQJ VHFDUD VLVWHPDWLV WHUDUDK ODQFDU GDQ
HIHNWLI 6DODK VDWX VWUDWHJL \DQJ ELVD GLNHPEDQJNDQ JXUX DGDODK SHPEHODMDUDQ NRQWHNVWXDO 3HPEHODMD-
UDQ NRQWHNVWXDO DWDX \DQJ MXJD GLNHQDO GHQJDQ &7/ &RQWH[WXDO 7HDFKLQJ DQG /HDUQLQJ DGDODK SHP-
EHODMDUDQ \DQJ PHQHNDQNDQ NHSDGD SURVHV NHWHUOLEDWDQ VLVZD XQWXN GDSDW PHQHPXNDQ PDWHUL \DQJ
GLSHODMDUL GDQ PHQJKXEXQJNDQ GHQJDQ VLWXDVL NHKLGXSDQ Q\DWD VHKLQJJD PHQGRURQJ VLVZD XQWXN
GDSDW PHQHUDSNDQQ\D GDODP NHKLGXSDQ PHUHND $UWLNHO LQL PHPEDKDV NRQVHS GDQ LPSOHPHQWDVL GDUL
SHPEHODMDUDQ NRQWHNVWXDO GLPDQD SHPEHODMDUDQ OHELK PHQHNDQNDQ SDGD DNWLYLWDV VLVZD VHFDUD SHQXK
EDLN ÀVLN PDXSXQ PHQWDO NHODV EXNDQ VHEDJDL WHPSDW XQWXN PHPSHUROHK LQIRUPDVL PHODLQNDQ WHPSDW
XQWXN PHQJXML GDWD KDVLO WHPXDQ PHUHND GL ODSDQJDQ EHODMDU EXNDQ KDQ\D PHQJKDIDO WHWDSL SURVHV
PHQJDODPL GDODP NHKLGXSDQ Q\DWD
Kata kunci: 6WUDWHJL 3HPEHODMDUDQ 3HPEHODMDUDQ .RQWHNVWXDO &7/

177
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

Pendahuluan alami siswa dalam lingkungannya. Se-


Guru memerlukan wawasan yang jalan dengan teori kognitif-konstruktiv-
luas dan utuh tentang kegiatan belajar istik, pembelajaran yang berfokus pada
mengajar agar bisa melaksanakan tu- pengembangan kemampuan intelektual
gasnya secara profesional. Guru harus yang berlangsung secara sosial dan kul-
mengetahui gambaran yang menyelu- tural, akan mendorong siswa memba-
ruh mengenai bagaimana proses bela- ngun pemahaman dan pengetahuannya
jar mengajar itu terjadi, serta langkah- sendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa
langkah apa yang diperlukan sehingga siswa akan masuk dalam pembelajaran
tugas-tugas keguruan dapat dilaksana- yang menarik dan memacu mereka leb-
kan dengan baik dan memperoleh hasil ih cepat dalam kualitas intelektual.
sesuai tujuan yang diharapkan.
Salah satu wawasan yang perlu Pengertian Pembelajaran Kontekstual
dimiliki guru menurut Mansyur ada- Pembelajaran kontekstual atau
lah tentang strategi pembelajaran yang yang juga dikenal dengan CTL (&RQWH[-
merupakan garis-garis besar haluan WXDO 7HDFKLQJ DQG /HDUQLQJ) adalah suatu
bertindak dalam rangka mencapai sasa- strategi mengajar dimana konsep yang
ran yang digariskan. (Mufarokah, 2013: sedang dipelajari diberikan dalam situa-
28). si nyata sehingga siswa memahami kon-
Dengan menerapkan sebuah strate- sep tersebut dan melihat keterkaitannya
gi, seorang guru mempunyai pedoman dalam penggunaanyanya di kehidupan
dalam bertindak yang berkenaan de- sehari-hari. (Hamruni, 2009: 172).
ngan berbagai alternatif pilihan yang Kata FRQWH[WXDO berasal dari kata
mungkin dapat ditempuh, sehingga FRQWH[ yang berarti “hubungan, kon-
kegiatan belajar mengajar dapat ber- teks, suasana atau keadaan”. Dengan
langsung secara sistematis, terarah, demikian, FRQWH[WXDO diartikan “yang
lancar dan efektif. Dengan demikian berhubunagn dengan suasan (kon-
strategi diharapkan sedikit banyak akan teks)”. Sehingga FRQWH[WXDO WHDFKLQJ DQG
membantu memudahkan para guru da- OHDUQLQJ (CTL) dapat diartikan sebgai
lam melaksanakan tugas. Sebaliknya, suatu pembelajaran yang berhubungan
suatu kegiatan pembelajaran yang di- dengan susana tertentu. (Hosnan, 2014:
lakukan tanpa strategi, maka kegiatan 267).
tersebut berjalan tanpa pedoman dan Pembelajaran kontekstual adalah
arah yang jelas. Suatu kegiatan yang di- pembelajaran yang menekankan kepa-
lakukan tanpa pedoman dan arah yang da proses keterlibatan siswa untuk da-
jelas dapat menyebabkan terjadinya pe- pat menemukan materi yang dipelajari
nyimpangan yang pada gilirannya da- dan menghubungkan dengan situasi
pat mengakibatkan tidak tercapainya kehidupan nyata, sehingga mendorong
tujuannya yang digariskan. siswa untuk dapat menerapkannya
Pembelajaran kontekstual memo- dalam kehidupan mereka. (Hamruni,
kuskan proses pembelajaran kearah 2009: 173).
yang sesuai dengan keadaaan yang di- Pembelajaran kontekstual melibat-

178
Hamruni, .RQVHS 'DVDU GDQ ,PSOHPHQWDVL 3HPEHODMDUDQ .RQWHNVWXDO

kan siswa secara penuh dalam proses nyak pengalaman maka akan semakin
pembelajaran. Siswa didorong untuk banyak pula pengetahuan yang mereka
beraktivitas mempelajari pelajaran se- proleh. Belajar bukan sekedar memper-
suai topik yang akan dipelajarinya. Da- oleh pengetahuan dengan mengumpul-
lam pembelajaran kontekstual, belajar kan fakta yang lepas-lepas, tetapi meru-
bukan hanya sekedar mendengarkan pakan organisasi dari semua yang dia-
dan mencatat, tetapi belajar adalah lami, sehingga pengetahuan yang dimi-
proses mengalami secara langsung. liki akan berpengaruh terhadap pola
Melalui proses mengalami itu diharap- SULODNX PDQXVLD VHSHUWL SROD EHUÀNLU
kan perkembangan siswa terjadi secara pola bertindak, kemampuan memecah-
utuh dan tidak hanya berkembang da- kan persoalan termasuk penampilan
lam aspek kognitif saja, tetapi juga as- seseorang.
pek afektif dan psikomotorik. Melalui
pembelajaran kontekstual diharapkan Konsep Dasar Pembelajaran
siswa dapat menentukan sendiri materi Kontekstual
yang dipelajarinya. Pembelajaran kontekstual dipe-
Pembelajaran kontekstual me- QJDUXKL ROHK ÀOVDIDW NRQVWUXNWLYLVPH
ngarahkan siswa kepada upaya untuk yang dikemukakan oleh Mark Baldwin
membangun kemampuan berpikir dan dan disempurnakan oleh Jean Piaget
kemampuan menguasai materi pembe- dan Vgotsky. Menurut aliran ini bahwa
lajaran. Pengetahuan yang sumbernya belajar bukanlah sekedar menghafal,
dari luar diri dikonstruksi dalam diri tetapi proses mengkonstruksi pengeta-
siswa. Dalam hal ini pengetahuan tidak huan melalui pengalaman. Pengetahuan
diproleh dengan cara diberikan atau bukanlah hasil pemberian dari orang
ditransfer dari orang lain melainkan lain seperti guru, melainkan hasil dari
dibentuk dan konstruksi oleh siswa proses merekonstruksi yang dilakukan
sendiri, sehingga bisa mengembangkan setiap individu.
intelektualnya. Dalam proses pembe- Konstruktivisme menurut Bru-
lajaran guru harus memahami hakikat ning dalam Schunk (2012: 320) adalah
materi pelajaran yang diajarkan sebaga SHUVSHNWLI SVLNRORJL GDQ ÀORVRÀV \DQJ
suatu pelajaran yang dapat mengem- memandang bahwa masing-masing in-
bangkan kemampuan berpikir siswa dividu membentuk atau membangun
dan memahami berbagai model pem- sebagian besar dari apa yang mereka
belajaran yang dapat merangsang ke- pelajari dan pahami. Menurut Schunk
mampuan siswa untuk belajar dengan Konstruktivisme adalah sebuah episte-
perencanaan pengajaran yang matang PRORJL DWDX SHQMHODVDQ ÀORVRÀV WHQWDQJ
oleh guru. sifat pembelajaran, dan aliran ini meno-
Dalam pembelajaran kontekstual, lak gagasan bahwa pengetahuan itu
belajar bukanlah menghafal akan tetapi didapat dari menunggu, pengetahuan
proses merekonstruksi pengetahuan se- tidak diatur dari orang lain melainkan
suai dengan pengalaman yang mereka terbentuk dari pencarian dalam diri.
miliki. Oleh karena itulah, semakin ba- (Schunk, 2012: 384).

179
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

Asumsi penting dari konstrukti- jar bukanlah pristiwa mekanis seperti


visme adalalah VLWXDWHG FRJQLWLRQ (kog- keterkaitan stimulus dengan respon.
nisi yang ditempatkan), konsep ini me- Belajar tidak sesederhana itu. Belajar
ngacu pada ide bahwa pemikiran selalu melibatkan proses mental yang nampak
ditempatkan atau disituasikan dalam seperti emosi, minat, motivasi dan ke-
NRQWHNV VRVLDO GDQ ÀVLN EXNDQ GDODP mampuan atau pengalaman. Apa yang
ÀNLUDQ VHVHRUDQJ SHQJHWDKXDQ GLOHWDN- tampak pada dasarnya adalah wujud
kan dan dihubungkan dengan konteks dari adanya dorongan yang berkem-
dimana pengetahuan tersebut dikem- bang dalam diri seseorang.
bangkan (Suprijono, 2012: 78-79). Berdasarkan konsep dasar pembe-
Pembelajaran kontekstual sebagai lajaran di atas maka ada tiga hal yang
suatu model pembelajaran yang mem- harus dipahami dalam pembelajaran
berikan fasilitas kegiatan belajar siswa kontekstual.
untuk mencari, mengolah, dan mene- 1. Pembelajaran kontekstual mene-
mukan pengalaman belajar yang lebih kankan kepada proses keterlibatan
bersifat konkret melalui keterlibatan ak- siswa untuk menemukan materi,
tivitas siswa dalam mencoba, melaku- artinya proses belajar diorientasikan
kan, dan mengalami sendiri. Dengan kepada proses pengalaman secara
demikian, pembelajaran tidak sekedar langsung. Proses belajar tidak ha-
dilihat dari sisi produk, akan tetapi nya mengharapkan siswa menerima
yang terpenting adalah proses. (Rus- pelajaran, tetapi juga proses men-
man, 2011: 90). cari dan menemukan sendiri materi
Menurut Nurhadi dalam Rus- pelajaran.
man (2011: 90) mengatakan pembela- 2. Pembelajaran kontekstual mendor-
jaran kontekstual (FRQWH[WXDO WHDFKLQJ ong siswa dapat menemukan hubu-
DQG OHUDQLQJ) merupakan konsep be- ngan antara materi yang dipelajari
lajar yang dapat membantu guru me- dengan situasi kehidupan nyata,
ngaitkan antara materi yang diajarkan artinya siswa dituntut untuk dapat
dengan situasi dunia nyata siswa dan menangkap hubungan antara pen-
mendorong siswa membuat hubungan galaman belajar di sekolah dengan
antara pengetahuan yang dimilikinya kehidupan nyata. Hal ini penting,
dengan penerapannya dalam kehidu- karena dengan dapat mengkorelasi-
pan mereka sebgai anggota keluarga kan materi yang ditemukan dengan
dan masyarakat. kehidupan nyata, maka materi itu
.HPXGLDQ VHVXDL GHQJDQ ÀOVDIDW tidak hanya bermakna secara fung-
yang mendasarinya bahwa pengeta- sional, melainkan juga tertanam erat
huan terbentuk karena peran aktif sub- dalam memori siswa sehingga tidak
jek, maka difahami bahwa pembelaja- mudah untuk dilupakan.
ran kontekstual ini berpijak pada aliran 3. Pembelajaran kontekstual mendo-
psikologis kognitif. Menurut aliran ini rong siswa dapat menerapkan da-
proses belajar terjadi karena pemaha- lam kehidupan, artinya siswa tidak
man individu akan lingkungan. Bela- hanya diharapkan dapat memaha-

180
Hamruni, .RQVHS 'DVDU GDQ ,PSOHPHQWDVL 3HPEHODMDUDQ .RQWHNVWXDO

mi materi yang dipelajarinya, akan maka guu harus menghindari mengajar


tetapi bagaimana materi pelajaran sebagai proses penyampaian informasi
itu dapat mewarnai prilakunya da- semata, akan tetapi ada proses mem-
lam kehidupan sehari-hari. Materi bangun pengetahuan melalui share dan
pelajaran tidak ditumpuk di otak dan diskusi. Guru perlu memandang siswa
kemudian dilupakan, akan tetapi se- sebagai subjek belajar dengan segala
bagai bekal mereka dalam menga- keunikannya. Siswa adalah organisme
rungi kehidupan nyata. (Hamruni, yang aktif serta memiliki potensi untuk
2009: 176-177). membangun pengetahuannya sendiri.
Menurut Zahronik dalam Abdul Kalaupun guru memberikan informasi
Majid terdapat lima elemen yang harus kepada siswa, guru harus memberiakan
diperhatikan dalam praktik pembelaja- kesempatan kepada siswa untuk meng-
ran kontekstual. (Majid, 2013: 229; Poer- gali informasi itu agar lebih bermakna
wanti, 2013: 62; Hamruni, 2009: 177). utuk kehidupan mereka.
1. Pengaktifan pengetahuan yang su- Pembelajaran kontekstual sebagai
dah ada (DFWLYLWLQJ NQRZOHGJH) suatu pendekatan pembelajaran memili-
2. Memperoleh dan menambah penge- ki tujuh asas (komponen). Asas-asas ini-
tahuan baru ($FTXLULQJ NQRZOHGJH). lah yang melandasi pelaksanaan pem-
Pengetahuan baru itu diperoleh belajarann kontekstual (CTL), yaitu:
dengan cara deduktif, artinya pem- 1. Konstruktivisme
belajaran dimulai dengan mempela- .RQVWUXNWLYLVPH DGDODK VHEXDK ÀOR-
jari secara keseluruhan, kemudian VRÀ SHPEHODMDUDQ \DQJ GLGDVDUL SUH-
memperhatikan detailnya. PLV EDKZD GHQJDQ PHUHÁHNVLNDQ
3. Memahami pengetahuan (XQGHU- pengalaman, siswa membangun,
VWDQGLQJ NQRZOHGJH), artinya penge- mengkonstruksi pemahaman dan
tahuan yang diperoleh bukan untuk pengetahuan tentang dunia tempat
dihafal tetapi untuk difahami dan mereka hidup. (Suyono, 2013: 105).
diyakini, misalnya dengan didis- Istilah Konstruktivisme sendiri sebe-
kusikan. narnya sudah dapat dilacak dalam
4. Mempraktikkan pengetahuan dan karya Barlett (1932), kemudian juga
pengalaman tersebut (DSSO\LQJ Mark Baldwin yang secara lebih rin-
NQRZOHGJH) ci diperdalam oleh Jean Piaget, ke-
5. 0HODNXNDQ UHÁHNVL UHÁHFWLQJ NQRZO- mudian konsep Piaget ini diperluas
HGJH). oleh Ernst Von Glasersfeld bahkan
telah diungkapkan oleh Giambat-
Asas-Asas Pembelajaran Kontekstual tista Vico pada tahun 1710 sebelum
Sesuai dengan asumsi yang men- po-puler dengan sebutan konstrukti-
dasarinya, bahwa pengetahuan itu visme dalam Suyono dan Hariyanto
diperoleh anak bukan dari informasi mengatakan bahwa “makna menge-
yang diberikan oleh orang lain ter- tahui berarti mengetahui bagaimana
masuk guru, akan tetapi dari proses me- membuat sesuatu”. (Suyono, 2013:
nemukan dan mengkonstruksi sendiri, 105)

181
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

Ini berarti bahwa seseorang itu da- akan tetapi merancang pembelaja-
pat dikatakan mengetahui sesuatu ran yang memungkinkan siswa da-
bila dia dapat menjelaskan unsur- pat menemukan sendiri materi yang
unsur apa yang membangun sesuatu harus dipahaminya. Belajar pada
itu, sebagai hasil proses berpikirnya dasarnya merupakan proses mental
(SURFFHV RI PLQG), jadi sesuatu itu te- seseorang yang tidak terjadi secara
lah diketahuinya karena dikonstruk- mekanis. Melalui proses mental itu-
sikan dalam pikirannya. lah, diharapkan siswa berkembang
Konstruktivisme adalah proses secara utuh baik intelektual, mental,
membangun atau menyusun penge- emosional, maupun pribadinya.
tahuan baru dalam struktur kognitif 3. Bertanya (4XHVWLRQLQJ)
siswa berdasarkan pengalaman. Belajar pada hakikatnya adalah ber-
Filsafat konstruktivisme mengang- tanya dan menjawab pertanyaan.
gap bahwa pengetahuan terbentuk Bertanya dapat dipandang seba-
bukan hanya dari objek semata, JDL UHÁHNVL GDUL NHLQJLQWDKXDQ VHW-
tetapi juga dari kemampuan indi- iap individu, sedangkan menjawab
vidu sebagai subjek yang menang- pertanyaanmencerminkan kemam-
kap setiap objek yang diamatinya. SXDQ VHVHRUDQJ GDODP EHUÀNLU 'D-
Menurut konstruktivisme, pengeta- lam pembelajaran kontekstual, guru
huan itu memang berasal dari luar, tidak menyampaikan informasi
akan tetapi dikonstruksi oleh dan begitu saja, melainkan memancing
dari dalam diri seseorang. Oleh se- agar siswa dapat menemukan send-
bab itu pengetahuan terbentuk oleh iri. Karena itu peran bertanya sangat
dua faktor penting, yaitu objek yang penting, sebab melalui pertanyaan-
menjadi bahan pengamatan dan ke- pertanyaan guru dapat membim-
mampuan subjek untuk menginter- bing dan mengarahkan siswa un-
pretasikan objek tersebut. Dengan tuk menemukan setiap materi yang
demikian pengetahuan itu tidak ber- dipelajarinya.
sifat statis tetapi bersifat dinamis, Dalam suatu pembelajaran yang
tergantung individu yang melihat produktif kemampuan bertanya
dan mengkonstruksinya. sangat penting, karena digunakan
2. Inkuiri untuk berbagai tujuan, antara lain:
Inkuiri berarti proses pembela- a. Menggali informasi tentang
jaran didasarkan pada pencaraian kemampuan siswa dalam
dan penemuan melalui proses ber- penguasan materi pelajaran
ÀNLU VHFDUD VLVWHPDWLV 3HQJHWDKXDQ b. Membangkitkan motivasi
bukanlah sejumlah fakta hasil me- siswa untuk belajar.
ngingat, akan tetapi hasil dari pros- c. Merangsang keingintahuan
es menemukan sendiri. Dengan de- siswa terhadap sesuatu
mikian dalam proses perencanaan, d. Memfokuskan siswa pada se-
guru bukanlah mempersiapkan se- suatu yang diinginkan
jumlah materi yang harus dihafal, e. Membimbing siswa untuk

182
Hamruni, .RQVHS 'DVDU GDQ ,PSOHPHQWDVL 3HPEHODMDUDQ .RQWHNVWXDO

menemukan atau menyim- memeparagakan gerakan tari.


pulkan sesuatu. (Suyono, Proses PRGHOLQJ tidak terba-
2013: 183) tas dari guru saja, akan tetapi da-
4. Masyarakat Belajar (/HDUQLQJ &RP- pat juga guru memanfaatkan siswa
PXQLW\) yang dianggap memiliki kemam-
Vgotsky dalam Suyono (2013: puan. Seperti siswa yang memiliki
184) menyatakan bahwa pengeta- kemampuan bagus dalam membaca
huan dan pemahaman anak ditopang Al-Quran, siswa tersebut dapat men-
banyak oleh komunikasi orang lain. contohkan kepada teman-temanya
Suatu permasalahan tidak mungkin bagaimana cara membaca Al-Quran
dapat dipecahkan sendirian, tetapi yang baik dan benar sesuai dengan
membutuhkan bantuan orang lain. ilmu tajwidnya, dengan demikian
Kerja sama saling memberi dan siswa dapat dikatakan sebagai mo-
menerima sangat dibutuhkan un- del. 0RGHOLQJ merupakan asas yang
tuk memecahkan suatu persoalan. cukup penting dalam pembelajaran
Konsep masyarakat belajar (OHDUQ- kontekstual, sebab melalui PRGHOLQJ
LQJ FRPPXQLW\) dalam pembelajaran siswa dapat terhindar dari pembela-
kontekstual menyarankan agar ha- jaran yang teoretik-abstrak.
sil pembelajaran diperoleh melalui 6. 5HÁHNVL 5HÁHFWLRQ)
kerja sama dengan orang lain. Kerja 5HÁHNVL DGDODK SURVHV SHQ-
sama itu dapat dilakukan dalam ber- gendapan pengalaman yang telah
bagai bentuk, baik dalam kelompok dipelajari dan dilakukan dengan
belajar secara formal maupun dalam cara mengurutkan kembali kejadi-
lingkungan yang terjadi secara ala- an-kejadian atau peristiwa pembe-
miah. Hasil belajar dapat diperoleh lajan yang telah dilaluinya. Melalui
dari hasil sharing dengan orang lain, SURVHV UHÁHNVL SHQJDODPDQ EHODMDU
antara teman, antar kelompok, yang itu akan dimasukkan dalam struk-
sudah tahu memberi tahu kepada tur kognitif siswa pada akhirnya
yang belum tahu, yang memiliki akan menjadi bagian dari pengeta-
pengalaman membagi pengalaman- huan yang dimilikinya. Bisa terjadi
nya kepada yang lain. Inilah hakikat PHODOXL SURVHV UHÁHNVL VLVZD DNDQ
masyarkat belajar, masyarakat yang memperbarui pengetahuan yang
saling membagi. telah dibentuknya atau menambah
NKD]DQDK SHQJHWDKXDQQ\D
5. Pemodelan (0RGHOLQJ) Dalam pembelajaran kontekstu-
0RGHOLQJ adalah proses pem- al, setiap berakhir proses pembelaja-
belajaran dengan memperagakan ran, guru memberikan kesemp[atan
sesuatu sebagai contoh yang dapat kepada siswa untuk merenung atau
ditiru oleh siswa. Misalnya guru PAI mengingat kembali apa yang telah
yang memperagakan gerakan sholat, dipelajarinya. Biarkan secara bebas
guru olah raga memperagakan gera- siswa menafsirkan pengalaman be-
kan senam dan guru kesenian yang lajarnya sendiri, sehingga ia dapat

183
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

menyimpulkannya. Pola Tahapan Pembelajaran


7. Penilaian Nyata ($XWKHQWLF $VVHVV- Kontekstual
PHQW) Untuk lebih memahami bagaimana
Proses pembelajaran konven- aplikasikan pembelajaran kontekstual
sional yang sering dilakukan guru dalam proses pembelajaran, berikut
pada saat ini, biasanya ditekankan disajikan contoh penerapannya. Dalam
kepada perkembangan aspek intelek- contoh tersebut dipaparkan bagaimana
tual, sehingga alat evaluasi yang di- guru menerapkan pembelajaran den-
gunakan terbatas pada perkemban- gan pola konvensional dan dengan pola
gan aspek intelektual, sehingga alat kontekstual.
evaluasi yang digunakan terbatas Hal ini dimaksudkan agar kita dap-
pada penggunaan tes. Dengan tes at memahami pola pembelajaran terse-
dapat diketahui seberapa jauh siswa but.
telah menguasai materi pelajaran. 1. Pola pembelajaran konvensional
Dalam pelajaran. Dalam pembelaja- Untuk mencapai tujuan kompetensi
ran kontekstual, keberhasilan pem- diatas, mungkin guru menerapkan
belajaran tidak hanya ditentukan strategi pembelajaran sebagai beri-
oleh perkembangan kemampuan kut:
intelektual saja, akan tetapi perkem- a. Siswa disuruh untuk membaca
bangan seluruh aspek. Oleh sebab itu EXNX WHQWDQJ ]DNDW
penilaian keberhasilan tidak hanya b. Guru menyampaikan materi
ditentukan oleh aspek hasil belajar pelajaran sesuai pokok-pokok
seperti hasil tes, melaikan juga pros- materi pelajaran seperti yang
es belajar melalui penilain nyata. terkandung dalam indikator ha-
Penilaian nyata (DXWKHQWLF DVVHVV- sil belajar.
PHQW) adalah proses yang dilakukan c. Guru memberi kesempatan
guru untuk mengumpulkan infor- kepada siswa untuk bertanya
masi tentang perkembangan belajar bila ada hal-hal yang dianggap
yang dilakukan siswa penilaian ini kurang jelas (diskusi)
diperlukan untuk mengetahui apa- d. Guru mengulas pokok-pokok
kah siswa benar-benar belajar atau materi pelajaran yang telah dis-
tidak; apakah pengalaman belajar ampaikan dilanjutkan dengan
siswa memiliki pengaruh positif menyimpulkan.
terhadap perkembangan intelektual e. Guru melakukan post-test
dan mental siswa. Penilaian yang evaluasi sebagai upaya untuk
autentik dilakukan secara terinte- mengecek terhadap pemahaman
grasi dengan proses pembelajaran. siswa tentang materi pelajaran
Penilaian ini dilakukan secara terus yang telah disampaikan.
menerus selama kegiatan pembela- f. Guru menugaskan kepada siswa
jaran berlangsung. Oleh sebab itu te- untuk membuat karangan sesuai
kanannya diarahkan kepada proses GHQJDQ WHPD ]DNDW
belajar bukan kepada hsil belajar. Dari model pembelajaran kon-

184
Hamruni, .RQVHS 'DVDU GDQ ,PSOHPHQWDVL 3HPEHODMDUDQ .RQWHNVWXDO

vensional tersebut, tampak bahwa NDQ WHQWDQJ IXQJVL ]DNDW


proses pembelajaran sepenuh- x Siswa bisa membuat
nya ada pada kendali guru. Siswa NDUDQJDQ WHQWDQJ ]DNDW
tidak diberikan untuk mengek- 2) Guru menjelaskan prosedur
plorasi. Pengalaman belajar terba- pembelajaran kontekstual:
tas hanya sekedar mendengarkan. siswa dibagi ke dalam bebe-
3URVHV EHUÀNLU VDQJDW UHQGDK GDQ rapa kelompok sesuai den-
terbatas, melalui proses pembelaja- gan jumlah siswa. Setiap
ran konvensional seperti ini maka kelompok melakukan tugas
faktor-faktor psikologis anak tidak tertentu: misalnya kelompok
berkembang secara utuh, seperti 1 dan 2 melakukan wawan-
mental dan motivasi belajar siswa. cara dengan pengurus tak-
2. Pola pembelajaran kontekstual mir masjid yang berpengala-
Untuk mencapai kompetensi yang PDQ PHQJHOROD ]DNDW GDQ
sama dalam menggunakan pembe- kelompok 3 dan 4 melakukan
lajaran kontekstual, maka langkah- wawancara ke lembaga ba-
langkah yang ideal adalah ]LV \DQJ DGD GL ZLOD\DKQ\D
a. Pendahuluan Melalui wawancara siswa
1) Guru menjelaskan kom- ditugaskan untuk mencatat
petensi yang harus dicapai berbagai hal yang ditemukan
serta manfaat dari proses tentang pengertian, macam-
pembelajaran dan penting- macam, tata cara pengelo-
nya materi pelajaran yang ODDQ GDQ IXQJVL ]DNDW
akan dipelajari. Misalnya 3) Guru melakukan tanya jawab
SDGD PDWHUL ]DNDW GDQ NRP- sekitar tugas yang harus dik-
petensi yang harus dicapai erjakan oleh setiap siswa.
adalah kemampuan anak b. Inti
untuk memahami fungsi dan Di lapangan, siswa-siswi
PDFDP PDFDP ]DNDW 8QWXN melakukan hal-hal berikut:
mencapai kompetensi terse- 1) Melakukan wawancara se-
but dirumuskan beberapa suai pembagian tugas kel-
indikator hasil belajar seba- ompok
gai berikut: 2) Mencatat hal-hal yang me-
x Siswa dapat menjelaskan reka temukan sesuai dengan
SHQJHUWLDQ ]DNDW alat observasi yang telah
x Siswa dapat menjelaskan mereka tentukan sebelumn-
PDFDP PDFDP ]DNDW nya.
x Siswa dapat menjelaskan Di dalam kelas, siswa-siswi
tata cara pelaksanaan melakukan hal-hal berikut:
]DNDW ÀWUDK GDQ ]DNDW 1) Mendiskusikan hasil temuan
mal mereka sesuai dengan ke-
x Siswa dapat menyimpul- lompoknya masing-masing

185
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

2) Melaporkan hasil diskusi kankan pada keterkaitan antara ma-


3) Setiap kelompok menjawab teri pembelajaran dengan dunia ke-
setiap pertanyaan yang dia- hidupan peserta didik secara nyata,
jukan oleh kelompok lain. sehingga para peserta didik mampu
c. Penutup menghubungkan dan menerapkan
1) Dengan bantuan guru kompetensi hasil belajar dalam ke-
siswa menyimpulkan hasil hidupan sehari-hari. Melalui proses
wawancara sekitar masalah penerapan kompetensi dalam ke-
]DNDW VHVXDL GHQJDQ LQGLND- hidupan sehari-hari, peserta didik
tor hasil belajar yang harus akan merasakan pentingnya bela-
dicapai. jar, dan akan memperoleh makna
2) Guru menugaskan siswa yang mendalam terhadap apa yang
untuk membuat karangan dipelajarinya.
tentang pengalaman be- 2. Tugas guru dalam pembelajaran
lajar mereka dengan tema kontekstual adalah memberikan
´]DNDWµ kemudahan belajar kepada peserta
didik, dengan menyediakan berba-
Penutup gai sarana dan sumber belajar yang
Dalam pembelajaran kontekstual, memadai. Guru bukan menyampai-
selain mendapatkan kemampuan pe- kan materi pembelajaran dalam ben-
ma-haman konsep, siswa juga mengala- tuk hafalan, tetapi mengatur ling-
mi langsung dalam kehidupan nyata di kungan dan strategi pembelajaran
masyarakat. Kelas bukan tempat untuk yang memungkinkan peserta didik
mencatat atau menerima informasi dari belajar. Lingkungan yang kondusif
guru, kan tetapi kelas digunakan untuk sangat penting dan sangat menun-
saling membelajarkan. Pembelajaran jang pembelajaran kontekstual dan
lebih menekankan pada aktivitas siswa keberhasilan pembelajaran secara
VHFDUD SHQXK EDLN ÀVLN PDXSXQ PHQ- keseluruhan.
tal. Kelas bukan sebagai tempat untuk 3. Pembelajaran kontekstual mengh-
memperoleh informasi, melainkan tem- endaki pola hubungan yang interak-
pat untuk menguji data hasil temuan tif antara guru dan siswa. Guru har-
mereka di lapangan. Belajar bukan us menyadari bahwa pembelajaran
menghafal, tetapi proses mengalami memiliki sifat yang sangat kompleks
dalam kehidupan nyata. Materi pela- karena melibatkan aspek pedagogis,
jaran dipelajari dan ditemukan sendiri psikologis, dan didaktis secara ber-
oleh siswa, bukan dari pemberian orang samaan.
lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut di ___
atas, maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut adalah:
1. Pembelajaran kontekstual merupak-
an konsep pembelajaran yang mene-

186
Hamruni, .RQVHS 'DVDU GDQ ,PSOHPHQWDVL 3HPEHODMDUDQ .RQWHNVWXDO

Amri. (2013). 3DQGXDQ 0HPDKDPL


DAFTAR PUSTAKA .XULNXOXP 6HEXDK ,QRYDVL
6WUXNWXU .XULNXOXP 3HQXQMDQJ
0DVD 'HSDQ Cet. I, Jakarta: Prestasi
Hamruni (2009). 6WUDWHJL GDQ 0RGHO 0RGHO Pustaka.
3HPEHODMDUDQ $NWLI 0HQ\HQDQJNDQ
Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah Rusman (2011). 0RGHO 0RGHO3HPEHODMDUDQ
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 0HQJHPEDQJNDQ 3URIHVLRQDOLVPH *X
ru, &HW ,,, -DNDUWD 5DMDJUDÀQGR
Hosnan, M (2014)., 3HQGHNDWDQ 6DLQWLÀN Persada.
GDQ .RQWHNVWXDO GDODP 3HPEHODMDUDQ
$EDG cet. I, Bogor: Ghalia Schunk, Dale H (2012). /HDUQLQJ 7KHRULHV
Indonesia $Q (GXFDWLRQDO 3HUVSHFWLYH Terj. Eva
Hamdiah dan Rahmat Fajar, Cet. I,
Majid, Abdul (2013). 6WUDWHJL 3HPEH Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
ODMDUDQ Cet. II, Bandung: Remaja
Rosadakarja. Suprijono, Agus (2012). &RRSHUDWLYH
/HDUQLQJ 7HRUL GDQ $SOLNDVL 3$,.(0
Modul Pelatihan (tt). 3HPEHODMDUDQ Cet. IX, Yogyakarta: Pustaka
.RQWHNVWXDO t.k.,t.p. Pelajar.
Mufarokah, Annisatul (2013). 6WUDWHJL Suyono dan Hariyanto (2013). %HODMDU
GDQ 0RGHO 0RGHO 3HPEHODMDUDQ GDQ 3HPEHODMDUDQ Cet. IV, Bandung:
Tulunggagung: STAIN Tulung- Remaja Rosadakarya.
agung Press.
Poerwanti, Loelok Endah dan Sofan

187
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015

188

You might also like