You are on page 1of 12

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No.

1, Januari 2009

Model Fasies Karbonat Formasi Baturaja,


Lapangan Danendra, Cekungan Sumatra Selatan
Triana Susilowati dan Suyoto
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

ABSTRACT
The Early Miocene Carbonate Rock is an important rock reservoir in Indonesia.
South Sumatra Basin has several reservoir carbonate which still productive.
Danendra Field is one of carbonate rock case studies which can be identified
from well and seismic data and then occasionally build-ups and mounds of reefal.
Facies carbonate subsurface analysis were done by using seismic data of 7
profiles, 10 well data and one biostratigraphy of one well. The research
methodology applied in this research is interpretation of sedimentation, manual
correlation, and subsurface mapping. Biostratigraphicaly Baturaja Formation was
sedimentated during Early Miocene. Four facies have been identified at
Danendra Field, namely a facies shelf characterized by packstone texture, a
facies shelf edge / core reef by the present of boundstone texture, a facies
lagoon with mudstone-wackstone texture and finally a tidal flat facies
demonstrates the grainstone-packstone texture. Stratigraphicaly, Baturaja
carbonate can be subdivided into five cycles, the cycles bounded by conformity,
except the fourth cycle bounded by disconformity due to the erosion. The
process of the first cycle is a sedimentation toward marine and then
progradational and retrogradational processes at the second cycle is can be
recognized by progradational sedimentation processes, the third cycle a
retrogradational process can be identified, and eventually the fourth cycle
illustrated by agradational and retrogradational. Sedimentation processes to land
ward and finally the fifth cycle characterized by progradational process.
Sedimentation environment of Baturaja carbonate was sedimented marine back
arc basin due to sea level changing relatively. Age of Baturaja carbonate is
Early to Middle Miocene. The Caliche can be found as a result of weathering of
Baturaja carbonate diagenetic process. The moldic and vuggy are formed by
dissolve process, all diagenetic processes occurred in vadose environment.The
most appropriate Baturaja carbonate facies model is an isolated platform with the
model of rimmed shelf accretionary.
PENDAHULUAN
Sejak tahun 1905, eksplorasi hidrokarbon di daerah Sumatera Selatan telah
memberikan pertumbuhan yang cepat, khususnya pada bidang geologi. Muara
Enim-Lahat Baturaja adalah daerah studi yang telah banyak membantu pada
industri perminyakan, diantaranya Perusahaan BUMN negara (Pertamina, JOB
Pertamina–Total Lahat), Banyak peneliti dan pelajar meninjau daerah tersebut
dengan ekskursi lapangan (Field trip).
Usaha dalam mencari cadangan minyak dan gas bumi terus dilakukan sejak
pertama kali sumber energi tersebut ditemukan. Berbagai macam teknik dan
metode telah ditemukan dan dikembangkan untuk mendapatkan sumber
cadangan baru. Salah satu teknik yang lazim digunakan adalah pemetaan
bawah permukaan. Pemetaan bawah permukaan adalah salah satu usaha awal
dalam kegiatan eksplorasi yang akan menjadi dasar kegiatan selanjutnya.
Objek dari penelitian adalah Formasi Baturaja, selain karena potensinya yang
cukup baik sebagai batuan reservoar, Formasi Baturaja memiliki fenomena
sembulan karbonat. Pada tahun 1929 dilakukan geologi survey dan pada tahun
1938 dilakukan gravimetri survey diikuti dengan pemboran sumur oleh BPM
yang menghasilkan gas pada batugamping, Formasi Baturaja (Pertamina
BPPKA, 1995). Pada tahun 1983, HAPCO melakukan eksplorasi pada Formasi
Baturaja, lalu diikuti dengan pemboran beberapa sumur, diantaranya
menghasilkan minyak (Djuanda, 1985).

Sumatera Selatan

Cekungan Sumatra

Lapangan Danendra
(Daerah telitian)

Gambar 1. Peta lokasi daerah telitian (Pertamina,2006)


FASIES KARBONAT
Menurut Hsu dan Reijers (1986) fasies dalam batuan karbonat adalah suatu
kumpulan ciri-ciri yang berhubungan dengan sedimen, paleontologi, petrografi
dan kehadiran kimia, yang merefleksikan keaktifan proses di lingkungan
pengendapan dan diagenetik.
Fasies adalah aspek fisika, kimia atau biologi suatu endapan dalam kesamaan
waktu, dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang sama dikatakan
berbeda fasies, kalau kedua batuan tersebut berbeda secara fisik, kimia atau
biologinya
Secara umum diagenesa pada batuan karbonat terjadi pada:
1. Zona Vadose : semen meniskus, porositas vugy dan biomoldic
2. Zona Fresh Water Phreatic : semen blocky
3. Zona Mixing: porositas interkristal, dolomitisasi
4. Zona Marine Phreatic semen fibrous, porositas intergranular dan
interpartikel.
5. Keberadaan organisme sangat penting dalam mempelajari batuan
karbonat. Model dari distribusi Kenozoik foram besar dalam fasies
karbonat yang dibuat oleh Van Gorsel (1988) mengacu klasifikasi
lingkungan laut menurut New Orleans study Group, (Tipsword,dkk, 1966)
Klasifikasi fasies pengendapan dapat juga ditentukan berdasarkan ciri-ciri fasies
seismik (Vail, dkk., 1997). Fasies seismik yang menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan fasies antara lain konfigurasi refleksi, geometri (bentuk
eksternal), amplitude, kontinuitas.

Tabel 1. Parameter refleksi yang digunakan dalam interpretasi geologi


(Badley, 1985)

Parameter Fasies Seismik Interpretasi Geologi


Konfigurasi Refleksi - Pola lapisan batuan
- Proses pengendapan
- Paleotopografi dan erosi yang pernah
terjadi
- Bidang kontak antar fluida
Kesinambungan Refleksi - Kesinambungan bidang perlapisan
- Proses pengendapan
Amplitudo Refleksi - Perbedaan kecepatan-densitas
- Jarak antar lapisan batuan
- Kandungan fluida
Frekuensi Refleksi - Ketebalan refleksi
- Kandungan fluida
Kecepatan Dalam (internal velocity) - Perkiraan litologi
- Perkiraan porositas
- Kandungan fluida
Bentuk Luar dan Asosiasi Daerah - Gambaran umum lingkungan
Satuan Facies Seismik pengendapan
- Batuan sumber material sedimen
- Situasi geologi
Tabel 2. Properti dari fasies seismik (Vail dkk, 1977 dalam Badley,1985)
Depositional Environment/Setting
Properties
Of seismic Shelf/Platform Reef and Banks
Facies
Reflection Parallel / slightly Mounded,chaotic,or reflector
configuration Divergent, highly divergent rare free,pull up or pull down
growth fault common
Lithofacies Alternating neritic limestone Shallow – water carbonate
and and shale ; rare sandstone ; biogenic buildups ; may or may
composition undaform deposits not exhibit reef-forming
framework
Geometry Sheetlike to wedge-shape or Elogate lens-shaped
and structure tabular, very stable setting, (Shelf/platform edge and barries
uniform subsidende reefs) ; elongate to subcircular
lens-shape (patch and pinnacle
reefs/banks);form on stable
structural elements
Lateral May grade landward into Shelf / platform edge facies
relationship coastal facies and basinward grade updip into parallel /
into shelf-margin carbonate divergent shelf / platform facies
facies ; local carbonate grade downdip into talus and
mounds sigmoid clinoform facies; patch
reef / banks facies grade down
dip and updip into parallel /
divergent
Shelf / platform facies ;
pinnacle and barrier facies
grade downdip into talus
clinoforms and to basinal plain
(fondoform) facies.
Nature of Concordant,coastal onlap and / Upper surface concordant or
upper / lower or baselap over upper surface ; may be onlapped or may be
boundaries upper surface maybe eroded onlapped by flank reflections ;
by submarine canyons ; basal basal surface concordant,
surface corcordant, low angle baselapping, or may overlie
baselap or (rare) toplapped by clinoform toplap; pull up or pull-
subjacent clinoforms down of basal surface common
Amplitudo High High along boundaries ; may
be moderate to low laternally ;
commonly reflector free
Continuity High High along boundaries ;
internally discontinous to
reflector-free
Frequency Broad or moderate ; little Broad ; cycle may diverge into
(cycle variability massively bedded buildup
breadth)
ANALISA STRATIGRAFI KARBONAT
BATURAJA
Ciri litologi dari bawah ke atas Formasi Baturaja terdiri dari segmen Timur
grainstone – packstone ada sisipan boundstone pada segmen tengah kemudian
diatasnya terdapat mudstone-wackstone, kemudian diendapkan lagi sisipan
boundstone pada bagian tengah sampai ke arah segmen timur, kemudian dari
arah tengah sampai segmen Barat terdapat Grainstone-Packstone menyeluruh
mulai dari bagian bawah sampai atas.
Data Sumur mengatakan bahwa porositas pada Formasi Baturaja merupakan
porositas sekunder akibat proses freatik sesaat setelah pengendapan akibat
penumpukan (e.g. Clure and Fiptiani, 2001 didalam Ginger,D. and
Fielding.,2005). Porositas pada Formasi Baturaja tidak hanya dipengaruhi oleh
diagenesa, tetapi juga oleh pengendapan, dimana karbonat porous yang
potensial dipengaruhi oleh fasies pengendapan aslinya.
Pada daerah telitian Lapangan Danendra, Cekungan Sumatera Selatan, penulis
menginterpretasikan empat fasies pada interpretasi data seismik yaitu:
 Fasies Shelf
 Fasies Shelf edge/Core reef
 Fasies Lagoon
 Fasies Tidal flat

Gambar 3. Korelasi Stratigrafi Lapangan Danendra di bagi menjadi 5 siklus


 Penyebaran Karbonat Baturaja, Interpretasi penyebaran lateral karbonat
Baturaja berdasar data seismik dan data sumur

Gambar 4. Pembagian siklus satu sampai siklus lima pada seismik inline
429 (time domain)

Gambar 5. Pembagian Facies pada seismic inline 429 (time domain)


SISTEM PENGENDAPAN KARBONAT BATURAJA
Paleogeografi Karbonat Baturaja
Paleogeografi karbonat baturaja ini pada lingkungan pengendapan platform
secara rinci, khususnya Lapangan Danendra, penulis membagi menjadi lima
siklus proses sedimentasi,yaitu :

Proses sedimentasi siklus pertama


Tahap pertama diawali adanya perubahan muka air laut naik dan batugamping
klastik diendapkan pada lingkungan Tidal flat. Formasi Baturaja secara selaras
diendapkan diatas Formasi Talangakar yang berumur Miosen Awal (Peneliti
terdahulu). Pada umur Miosen Awal diendapkan batugamping klastik berlapis di
lingkungan fasies Tidal flat dengan litologi batuan Grainstone, Packstone.
Batugamping klastik siklus satu ini merupakan awal dari pertumbuhan Baturaja
pada lingkungan shalow marine. (laut dangkal,menurut peneliti terdahulu)
Proses sedimentasi siklus kedua
Lingkungan ini (proses sedimentasi siklus kedua) dimana terumbu mulai
tumbuh pada bagian timur, ini merupakan awal pertumbuhan Reef
dilingkungan shelf edge (core reef), Boundstone yang tumbuh secara selaras
pada lingkungan pengendapan Tidal flat yang mempunyai litologi batuan
Packstone dan Grainstone dapat dilihat pada Pertumbuhan terumbu ini
mengikuti perubahan muka air laut (aggradation) pengendapan yang seimbang
antara sedimen supply dengan accomodation space.
Proses ini berkembang terus dan sea level rise mencapai puncaknya. Untuk
selanjutnya penurunan muka air laut terumbu muncul. Namun terumbu masih
mampu hidup pertumbuhan, dan penenggelaman terjadi kembali. Setelah itu
diendapkan secara vertikal batu gamping klastik yang mempunyai litologi
Mudstone dan Wackstone dilingkungan pengendapan Lagoon, diikuti secara
selaras ke arah barat muncul pengendapan Fasies Tidal flat berkembang
dengan baik.
Proses sedimentasi siklus ketiga
Tahap ketiga genang laut mengawali proses yang berikut ini mengakibatkan
tergenangnya kembali platform dan terumbu berkembang lagi. Kehidupan yang
berikut ini rupannya pada awalnya mampu mengikuti perubahan muka air yang
terus melaju ke arah daratan ini menjadikan pertumbuhan reef. Dengan
demikian, cekungan yang semula dangkal atau platform, berubah menjadi lebih
dalam, kemudian secara selaras terendapkan diatas Fasies Shelf edge / Core
2
reef, Fasies ini menempati luas 8,232 Km dari daerah telitian, setelah itu diikuti
dengan diendapkannya secara selaras Fasies Lagoon, karbonat tipe klastik ini
ialah mudstone dan wackstone sebagai hasil dari gempuran gelombang
terhadap morfologi terumbu.
Terumbu yang semula hidup namun kurang mampu untuk mengikuti laju genang
laut mati kembali, pertumbuhan reef pada akhirnya mati lagi karena
penenggelaman platform yang terus melaju. Fasies shelf menempati luas 26,22
2 2 2
km dari daerah telitian yang mempunyai panjang 8,48 Km dan Lebar 8,08 Km ,
2
sehingga luas daerah telitian secara keseluruhan yaitu 68,53 Km
Proses sedimentasi siklus Keempat
Proses yang terjadi pada siklus empat yaitu muka air laut turun Sea level fall
terjadi proses regresi, setelah itu muncul reef siklus ketiga. Korelasi
stratigrafi pada siklus empat dimulai dengan Lingkungan Shelf yang diendapkan
selaras diatas lingkungan pengendapan Shelf edge/Core reef ,setelah itu secara
selaras terendapkan Fasies Shelf edge/Core reef diatas fasies lagoon
kemudian selanjutnya muncul fasies lagoon diatas pengendapan Fasies Tidal
flat , fasies ini berkembang dengan baik.
Pada saat itu terjadi proses diagenesa (karstifikasi) sehingga terdapat bidang
ketidakselarasan disconformity yaitu ketidakselarasan yang terletak diantara dua
batuan sedimen dimana perlapisan dibawah dan diatas bidang ketidakselarasan
mempunyai kedudukan yang sama, sedang kedua batuan tersebut dibatasi
dengan bidang erosi. Tahap selanjutnya terjadi proses sedimentasi pada fasies
lagoonal dan fasies tidal flat diikuti dengan proses sedimentasi pada fasies shelf.
Proses sedimentasi siklus kelima
Siklus kelima merupakan periode terakhir dari proses sedimentasi karbonat
batugamping klastik. Dimana proses sedimentasi siklus ke-5, terjadi kenaikan
muka air laut sea level rise saat itu morfologi karst tenggelam dibawah muka air
laut setelah itu muncul reef diatas batugamping karst, reef menumpang di atas
karst yang segera mengakhiri pengendapan ini, dimana karbonat muncul ke
permukaan hingga sekarang.
Kemudian proses sedimentasi terjadi dilingkungan fasies lagoon, tidal flat dan
fasies shelf dengan teksture packstone (Fasies Shelf) kemudian secara selaras
diatasnya terendapkan Fasies shelf edge / Core reef kemudian secara berturut-
turut diendapkan Fasies Lagoon, selanjutnya diendapkan lagi diatas lingkungan
pengendapan darat yaitu Tidal flat yang merupakan hasil akhir sampai saat ini
dan diepisode ini Baturaja sudah tidak berkembang lagi. Fasies Lagoon
2
menempati luas 5,957 Km dari luas daerah telitian
2
Lapangan Danendra, Pada
Fasies Tidal flat menempati luas yaitu 27,24 Km dari daerah telitian.

MODEL FASIES KARBONAT BATURAJA


Dari hasil analisa data seismik dan data sumur, banyak hal yang dapat
diungkapkan dalam bentuk rangkuman yang mengarah kepada bagaimana
Model Fasies Karbonat Baturaja.
Platform Terisolasi
Platform terisolasi adalah cekungan laut dangkal dengan kemiringan sangat
landai (6-11) berada dilepas pantai, dipisahkan dengan tepi continental (shelves)
dengan jarak 14 Km. Luas paparan berkisar antara sepuluh hingga ratusan Km.
Maka Platform adalah lingkungan laut dangkal, datar dan luas. Sedangkan
pemisahnya dengan daratan adalah oleh laut yang justru relatif lebih dalam
dibanding platformnya sendiri. Hal ini sebenarnya mirip dengan atol, namun bila
atol yang sebenarnya, murni ditengah samudera. Bertumpu pada gunung api
tengah samudera yang mengalami penenggelaman.
Depositional atau Accretionary margins(by J. Fread Read 1985)
Depositional atau accretionary margins menggambarkan dan menunjukkan
kedua-duanya upbuilding dan out-building; tebing tinggi curam marginal; dan
shelf edge dan foreslope/slope facies
Fasies Shelf Edge / Core Reef
Ini sangat cocok untuk Karbonat Baturaja. Fasies ini sangat sesuai dengan
Fasies Platform. Dimana fasies ini pada daerah telitian berkembang sebagai
Terumbu dan sangat dominan, tanpa dihadiri adanya fasies oolitic sand.
Komposisi fosil terutama Operculina, Miogypsina, Miogypsinoides, Lepidocyclina
adalah biota yang khas pembentuk Reefal karbonat. Itulah maka fasies ini tidak
diragukan lagi merupakan lingkungan Platform.
Model fasies Baturaja adalah Platform yang terisolasi maka harus ada pemisah
antara karbonat Baturaja terhadap batuan dasar yang tersingkap di barat
(dimana pada saat itu sebagai daratan). Pemisahnya adalah continental shelves,
menurut model yang dibuat oleh Fread Read ,1985., maka bila karbonat Baturaja
ini adalah benar-benar platform yang terisolasi maka harus ada sedimen-
sedimen seumur dengan karbonat Baturaja yang diendapkan pada lingkungan
yang lebih dalam. Dari gambar-gambar (Korelasi stratigrafi dan kesebandingan
siklus 1-5) jelas adanya sedimen-sedimen yang seumur dan diendapkan pada
laut yang lebih dalam. Maka model fasies karbonat Baturaja adalah Platform
isolasi, dengan model gambar rimmed shelf accretionary.
Model Fasies Platform Daerah Telitian
KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang telah dilakukan selama penelitian, maka ada beberapa
point yang dapat disimpulkan :
1. Terdapat bentukan sembulan karbonat pada Lapangan Danendra
berdasarkan peta struktur kedalaman batas atas dan peta ketebalan
Formasi Baturaja. Berdasar data seismik inline 429 diketahui ada
bentukan positif yang berarah Timur-Barat di daereh telitian.
2. Secara litologi Baturaja terdiri dari batuan karbonat, dan dapat dibagi
menjadi beberapa fasies. Korelasi stratigrafi lintasan Timur – Barat,
fasies yang berkembang adalah :
• Fasies Shelf
• Fasies Shelf edge/core reef
• Fasies lagoon
• Fasies Tidal Flat
3. Umur Karbonat Baturaja dari Te – Tf Miosen awal-Miosen Tengah.
4. Lingkungan pengendapan karbonat Baturaja semua diendapkan di
cekungan belakang busur lingkungan marine, sebagai akibat perubahan
muka air laut secara relatif.
5. Proses diagenesa yang terjadi adalah : Pelapukan, pelarutan dan
presipitasi, atau dalam hal ini dapat dikatakan secara spesifik adalah :
Proses Calichificasi, proses ini terjadi pada lingkungan vadose.
6. Model Fasies karbonat Baturaja yang paling sesuai adalah Platform yang
terisolasi dengan Model Rimmed Shelf Accretionary.

DAFTAR PUSTAKA
Adiwidjaja, P., and de Coster, G.L., 1973, Pre-Teretiary paleotopography and
related sedimentation in South Sumatra: Indonesian Petroleum
Association Second Annual Convention, June, 1973, p. 89-103.
Ascaria, A.,Riadhy,S.,Martono, D., Sukotjo,A., 1999, Carbonate Play
Concept in Sopa and Surronding Areas : An Alternatif Model for
Hydrocarbon Occurrence, Musi Platform, South Sumatra Basin,
Proceedings IPA, Twenty Seventh Annual Convention, Jakarta, hal. 146-
157.
Aulia.K., dan Hendrik T.L., 1993. A Structural and Tectonic Model Of The Coastal
Plain Block, South Sumatra Basin, IPA, Jakarta.
Badley, M.E., 1985, Practical Seismic Interpretation, Library Of
CongressCataloging in Publication, Boston, 247 hal.
Bishop, M.G., 2000, South Sumatra Basin Province, Indonesia: The
Lahat/Talang Akar-Cenozoic Total Petroleum System. U.S. Department
of the Interior U.S. Geological Survey. Central Region Energy Resources
team. Open File Report 99-50S. p.19.
De Coster, G.L., 1974, The Geology Of the Central and South Sumatra Basins,
Proceedings IPA, Third Annual Convention, Jakarta, hal. 77-110.
Djuanda,H., 1985, Facies Distribution in The Nurbani Carbonate Build –Up,
Sunda Basin, Proceeding IPA, Fourteenth Annual Convention, Jakarta,
hal. 507-526.
Dunham Robert J.., 1962, Classification Of Carbonate Rocks According to
depositional Texture, Houston, Texas, Published by AAPG, 1962.
Fread Read.J., 1985., Carbonate Platform Facies Models, The AAPG Bulletin V,
69 No.11 January 1985, P. 1-21 .
Ginger.D. and Fielding, K (2005), The Petroleum System and Future Potential Of
The South Sumatra Basin, Proceeding, Indonesia Petroleum
Association, Thierthienth Annual Convention and Exhibiton.
Hsu, K.J., dan Reijers, T.J.A., 1986, Manual Of Carbonate Sedimentology : A
Lexicographical Approach, Academics Press, Lodon, 302 hal.
Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996, Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli
Geologi Indonesia, hal.3.
Murray, J.W., 1973, Distribution and Ecology Of Living Benthic Foraminiferids
Heinemann, London, 397 hal.
Pertamina BPPK., 1995, Petroleum Geology Of Indonesian Basins, Pertamina
BPPK-PSC Exploration Managers, Surabaya, 81 hal.
Pulunggono, A., Haryo, A., Kosuma, C.G., 1992, Pre Tertiary Fault Systems as a
Framework of The South Sumatra Basin : A Study Of Sar-Maps,
Proceedings IPA, Twenty First Annual Convention, Jakarta, hal. 339-
360.
Robert L. Folk., 1962., Spectral Subdivision Of Limestone Types, Austin Texas,
Published by AAPG 1962.
Sukmono, Sigit, 1999., Interpretasi Seismik Refleksi, Jurusan Teknik
Geofisika,ITB, Bandung.
Suyoto, 1992., Model Fasies Karbonat Gunung Sewu. Thesis ITB, Bandung
(Tidak dipublikasikan)
Tucker, M.E., dan Wright, P.W., 1990, Carbonate Sedimentology, Blackwell
Scientific Publications, Oxford, 482 hal.
Tipsword,H.I. Setzer,F.M. Smith, Jr,F.L, 1956, Introduction Of Depositional
Environment in Gulf Coast Petroleum Exploration from Paleontology and
Related Stratigraphy, Houston.
Van Gorsel, J.T., 1988, Biostratigraphy in Indonesia : Method, Pitfalls and New
Directions, Proceedings IPA, Seventeenth Annual Convention, Jakarta,
hal. 275-300.
Van Der Vlerk, I.M. and J.H.F. Umbgrove, 1927 Tertiary Guide Foraminifera from
the Netherlands East Indies. Wetensch.Meded., n.6,p.3-35.
Wilson, J.L., 1975 Carbonate Facies in Geologic History, Springer- Verlaag, New
York, Heidelberg, Berlin, 441 hal.

You might also like