You are on page 1of 6

ISSN No.

2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|1

ANALISIS PENERAPAN SISTEM INSENTIF BERBASIS KINERJA


(Studi Kasus pada CV. Trisno Adi – Lombok)

Oleh

Tama Krisnahadi
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Tenggara Barat

Abstract
This study aims to determine the process of implementing performance-based incentive system on CV. Trisno
Adi-Lombok, its constraints and issues encountered during the process, seeking alternative solutions to the
identified problems, as well as to determine the performance of employees who earn incentives on the CV.
Trisno Adi. This study employs explanatory, qualitative and case study methodology. By adopting the
triangulate technique, data is collected by pursue of interview, and implementation of Focus Group
Discussion (FGD). Over and above, the other supporting data is sufficient to fulfill the requirements. Data
analysis indicates that the implementation of performance based insentive system on CV. Trisno Adi has been
run in accordance with the provision applicable to the company, although there are problems in
implementation. These problems include: the difficulty in setting benchmarks of performance appraisal, the
amount of the incentive will be given to employees, the determination of the socialization process obstacles,
performance appraisal systems are subjective by their leaders, as well as the distribution process that takes
up to one month. Solutions to overcome these problems, among others; supervisior of discussions with each
department are, to socialize face to face with a direct link between the management company with employees,
implementing a performance appraisal system is hierarchical tiered, and coordinate with related parties play
roles in the distribution of incentives. Employee performance incentives generally increased as measured by
the Achievement Assesment Index (AAI) of those employees who performed regularly every month and
employee performance appraisals at the end of the tobacco season.
Keywords: Incentive, Performance, Performance-Based Incentive, Performance appraisal

PENDAHULUAN
Sumber daya manusia menjadi salah satu asset pemberian insentif mereka memperoleh kesempatan
berharga perusahaan yang harus mendapat perhatian untuk menambah pendapatan (Mangkunegara,2004).
penuh dan dikelola dengan baik sehingga dapat Untuk meningkatkan kinerja karyawannya CV.
mendukung semua kegiatan perusahaan. Perusahaan Trisno Adi menerapkan sistem insentif berbasis
harus menerapkan manajemen kinerja secara efektif kinerja. Dimana sistem insentif ini diberikan kepada
dengan didasarkan pada kesepakatan tujuan, setiap karyawan yang memiliki produktifitas dan
persyaratan pengetahuan, keterampilan, kompetensi, disiplin yang tinggi. Untuk mencegah ketidakpuasan
rencana kerja dan pengembangan karyawan yang yang terjadi di dalam lingkup karyawan, pemberian
terlibat dalam proses yang berkesinambungan demi insentif dilakukan dengan mempertimbangkan
tercapainya tujuan perusahaan. jabatan/pekerjaan, kinerja individu karyawan dan
Penerapan sistem intensif berbasis kinerja di kinerja unit tempat karyawan bekerja. Di samping
dalam suatu perusahaan memegang peranan penting itu juga untuk memotivasi karyawan dalam bekerja
karena diyakini akan dapat mengatasi berbagai dan mencapai target yang diiinginkan perusahaan,
permasalahan di tempat kerja yang semakin perusahaan memberikan beberapa insentif tambahan
kompleks seperti rendahnya kinerja dan tidak adanya berupa bonus kepada setiap karyawan seperti
tambahan pendapatan bagi karyawan selain gaji. pertama premium service period (jasa produksi)
Bagi perusahan, adanya pemberian insentif yang diberikan kepada setiap karyawan tanpa
diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan, terkecuali apabila produksi tahunan aktual dapat
produktivitas kerja, loyalitas, disiplin, rasa tanggung melebihi target produksi tahunan yang telah
jawab terhadap jabatan dan semakin baiknya mutu ditentukan. Kedua, jenis insentif yang diberikan
kepemimpinan. Bagi karyawan, dengan adanya perusahaan kepada karyawan adalah Apresiasi.

http://www.untb.ac.id Volume 2, No. 3, September 2016


2|Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No.2355-9292

Bertitik tolak dari uraian diatas maka perlu e. Validitas dan Reliabilitas
dilakukan penelitian secara mendalam tentang
Dalam penelitian kualitatif, data dapat
masalah penerapan sistem insentif yang diberikan
dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan data
oleh perusahaan kepada karyawan.
atau temuan antara yang dilaporkan peneliti dengan
METODOLOGI PENELITIAN yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti
(Sugiyono, 2006).
a. Jenis Penelitian
Kualitas penelitian yang dirancang dengan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, pendekatan studi kasus ditentukan oleh validitas dan
eksplanatoris dan studi kasus yang akan mengkaji reliabilitasnya (Yin, 2002). Dalam penelitian studi
penerapan sistem insentif berbasis kinerja pada CV. kasus uji validitas terdiri dari: (1) validitas konstruk,
Trisno Adi–Lombok. (2) validitas internal, (3) validitas eksternal, dan (4)
Menurut Denzin dan Lincoln (dalam reliabilitas (Yin, 2002).
Moleong,2009) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar HASIL DAN PEMBAHASAN
alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena
a. Proses Penerapan Sistem Insentif Berbasis
yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
Kinerja
berbagai metode yang ada.
1. Penetapan Sistem Insentif berbasis Kinerja
b. Desain Studi Kasus
Di dalam tahap penetapan sistem insentif
Penelitian ini dirancang dengan desain kasus berbasis kinerja pada CV. Trisno Adi melibatkan
tunggal, karena hanya akan mengkaji tentang manajemen yang ada di dalam perusahaan
penerapan sistem insentif berbasis kinerja pada CV. diantaranya supervisior dari masing-masing
Trisno Adi – Lombok. departmen, kepala cabang, manajer HRD, manajer
keuangan, dan direktur perusahaan.
c. Pengumpulan Data
Dalam mekanisme penetapan sistem insentif ini
Data diperoleh dari berbagai sumber, dengan ada beberapa ketetapan yang menjadi dasar dalam
menggunakan teknik pengumpulan data yang penentuan besaran insentif yang akan diberikan
bermacam-macam (trianggulasi), secara terus kepada karyawan pada CV. Trisno Adi diantaranya
menerus sampai datanya jenuh. Dengan trianggulasi adalah:
akan lebih meningkatkan kekuatan data,bila a) Penetapan KPI (Key Performance Indicator)
dibandingkan dengan satu pendekatan (Patton dalam Unsur- unsur yang mencakup KPI ini meliputi:
Sugiyono,2006). 1) Produksi
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, Prodiksi yang dimaksud adalah dua bagian
yaitu: Data Utama melalui Wawancara dan Focus pokok yang merupakan target utama yaitu
Group Discussion (FGD), dan juga Data Pendukung kuantitas dan kualitas dari tembakau yang
d. Analisis Data dihasilkan oleh masing-masing karyawan
khusunya bagian departemen agronomi dan
Pengolahan data dilakukan sebelum memasuki warehouse.
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di 2) Pengembalian kredit
lapangan sampai penulisan hasil penelitian. CV. Trisno Adi di dalam mengembangkan
Pengolahan data lebih difokuskan selama proses di bisnisnya dibidang tembakau melakukan
lapangan bersamaan dengan pengumpulan data sistem kemitraan dengan sejumlah petani
(Nasution, 2003). yang berada di Pulau Lombok, sesuai
Pengolahan data menurut Afifuddin dan dengan PERDA No.4 Tahun 2006 Tentang
Saebani (2009), adalah proses persiapan sebelum Intensifikasi Tembakau Virginia FC.,
melakukan analisis data, yaitu melakukan hal perusahaan diwajibkan memberikan kredit
sebagai berikut: (1) checking, (2) editing, (3) lunak kepada petani sebagai mitra kerjanya
labeling, (4) coding. berupa sarana produksi dan uang tunai.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Jumlah total kredit yang disalurkan kepetani
teknis analisis Miles dan Huberman (Basrowi dan setiap tahun berkisar 4–5 Milyar. Melihat
Suwandi, 2008) mencakup tiga kegiatan yang tingginya nilai kredit tersebut pengembalian
dilakukan bersamaan yaitu: (1) reduksi data, (2) kredit petani ditetapkan sebagai tolok ukur
penyajian data, (3) penarikan kesimpulan di dalam penilaian kinerja karyawan

Volume 2, No. 3, September 2016 http://www.untb.ac.id


ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|3

khususnya departemen agronomi dan untuk secara umum kemudian ditetapkan target
point penilaian kinerja dalam pengembalian produksi untuk masing-masing departemen.
atau pelunasan kreditnya ditargetkan 100%. c) Penentuan Bobot
Sistem pengembalian kredit petani dilakukan Untuk penentuan bobot penilaian kinerja
dengan cara bertahap berdasarkan besarnya karywan ditentukan berdasrkan point-point
nilai penjualan pada saat petani menjual yang akan dinilai. Dari point-point penilaian
hasil panen tembakau. Dalam kondisi tersebut ditentukan point mana yang paling
normal, pelunasan hutang petani terjadi pada berdampak langsung terhadap out put dari
saat penjualan hasil pengovenan ke IV dari perusahaan yang pada akhirnya akan
total 8 kali pengovenan dalam satu musim. menunjang kelanjutan dari aktivitas perusahaan
3) Implementasi GAP (Good Agriculture ke depan.
Practice) d) Penentuan jenis insentif dan nilai insentif
Implementasi GAP (Good Agriculture Di dalam penentuan jenis dan nilai insentif
Practice) disini bertujuan untuk menunjang yang akan diberikan kepada karyawan
proses produksi tembakau baik kualitas didasarkan atas jenis pekerjaan dan volume
maupun kuantitas dari tembakau yang pekerjaan pada setiap departemen yang ada.
dihasilkan yang mengacu kepada Standart Penentuan nilai insentif yang akan diberikan
Operational Procedure (SOP). Penilaiannya kepada karyaawan didasarkan atas hasil akhir
ditentukan atas dasar hasil yang dapat dilihat penilaian kinerja karyawan, nilai kelayakan dan
secara visual di lapangan seperti kepantasan dilihat dari laju inflasi, UMK/UMP
pertumbuhan tembakau dan bagaimana yang berlaku serta kondisi keuangan
usaha dan langkah-langkah yang dijalankan perusahaan.
karyawan (PPL) dalam mengajak petani agar
2. Penilaian kinerja
melaksanakan teknik bercocok tanam yang
Untuk penilaian kinerja (Performance
baik sesuai dengan GAP.
Appraisal) karyawan dilakukan setiap bulan. Hal ini
4) Tingkat absensi
dilakukan agar penyimpangan yang terjadi dapat
Tingkat absensi merupakan salah satu
diluruskan dengan cepat. Sedangkan pembelajaran
bentuk penilaian dari kedisiplinan
dan bimbingan yang bersifat formal dilakukan
keseluruhan karyawan pada setiap
setelah penilaian kinerja pada akhir musim sehingga
departemen yang ada, kaitannya dengan
diperoleh gap antara kerja rill di lapangan dengan
pencapaian kinerja atas target kehadiran
kinerja yang seharusnya sesuai dengan KPI yang
karyawan dalam setiap bulannya.
sudah ditetapkan sebelumnya.
5) Kerja sama tim
Di dalam pencapaian target yang diinginkan 3. Pendistribusian insentif
oleh perusahaan secara menyeluruh tidak Untuk sistem pendistribusian insentif bagi
terlepas dari kerja sama tim khususnya karyawan dan tenaga kerja dilakukan dengan dua
dalam proses produksi di gudang. cara yaitu untuk karyawan tetap dan karyawan
Keterlambatan atau macetnya proses pada kontrak. Pemberian insentif ini langsung melalui
satu bagian akan berpengaruh ke bagian lain rekening masing-masing karyawan setiap tahunnya
dan apabila dibiarkan bisa menurunkan pada akhir musim tembakau tepatnya pada bulan
secara signifikan hasil produksi per hari. desember, sedangkan untuk tenaga kerja harian dan
b) Penentuan Target borongan pemberian insentif ini dilakukan secara
Untuk penetapan penentuan target yang akan langsung terhadap masing-masing individu
dicapai oleh perusahaan, manajemen karyawan pada saat dilakukan proses pembayaran
perusahaan yang terdiri atas supervisior dari tenaga kerja per sepuluh hari masa kerja.
masing-masing departemen, kepala cabang,
b. Masalah dan kendala
manajer HRD, manajer keuangan, dan direktur
utama berkoordinasi mengenai target produksi 1. Penetapan sisitem insentif berbasis kinerja
yang akan dicapai dalam satu musim baik Permasalahan yang sering muncul di dalam
kualitas maupun kuantitas dari produksi yang penerapan sistem insentif berbasis kinerja pada CV.
akan dihasilkan termasuk didalamnya mengenai Trisno Adi yaitu pada tahap penetapan tolok ukur
budget financial yang harus dipersiapkan oleh penilaian kinerja karyawan pada departemen
perusahaan di dalam melakukan proses agronomi. Hal ini disebabkan karena KPI yang
produksi. Setelah ditetapkan target produksi ditetapkan tidak hanya didasari atas kinerja

http://www.untb.ac.id Volume 2, No. 3, September 2016


4|Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No.2355-9292

karyawannya saja, akan tetapi ada faktor-faktor lain yang sudah dikirim oleh station Lombok belum
yang mempengaruhi kinerja karyawan khususnya sempat dievaluasi dan disetujui.
field technician seperti: (1) Faktor petani, baik itu
c. Alternatif solusi dan pemecahan masalah
mental dan loyalitas petani terhadap perusahaan, (2)
Faktor cuaca yang kadang-kadang tidak sesuai 1. Penetapan sistem insentif berbasis kinerja
dengan ramalan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
masalah pada tahap penetapan tolok ukur penilaian
2. Penilaian Kinerja
kinerja karyawan khususnya departemen agronomi
Secara umum pada setiap penilaian kinerja
dilakukan upaya seperti:
karyawan yang dilakukan oleh manajemen
a) Melakukan survey data petani secara
perusahaan dalam rangka penerapan sistem insentif
keseluruhan yang menjadi mitra perusahaan
berbasis kinerja ini tidak mengalami kendala yang
baik dari segi produksi yang di masukkan ke
berarti karena didasari atas tolok ukur penilaian yang
perusahaan, prosentase pengiriman, tingkat
jelas, transparan dan objektif serta sudah disepakati
pengembalian kedit serta radius sebaran petani
bersama antara pihak karyawan/tenaga kerja dengan
yang menjadi mitra perusahaan di dalam
pihak manajemen perusahaan. Akan tetapi di dalam
pengembangan tembakau Virginia FC.
perjalanannya ada beberapa karyawan terkadang
Selanjutnya dilakukan klasifikasi terhadap
merasa penilaian yang dilakukan oleh atasannya
masing-masing petani dalam katagori exelent,
bersifat subyektif dalam arti penilaian tersebut atas
medium dan poor. Setelah dikelompokkan ke
dasar kedekatan atasan dengan bawahan sehingga
dalam beberapa kelas kemudian dibagi rata per
menimbulkan kecemburuan yang pada akhirnya
masing-masing field technician yang
berdampak negatif terhadap kinerja karyawan yang
disesuaikan dengan radius jangkauan masing-
bersangkutan pada tahun berikutnya.
masing field technician ke masing-masing
3. Pengajuan pemberian insentif petani. Untuk faktor cuaca pihak manajemen
Pada tahap pengajuan pemberian insentif ini perusahaan hanya dapat memperkirakan cuaca
terkadang kendalanya hanya pada masalah rentang berdasarkan data curah hujan dalam lima tahun
waktu antara proses penilaian kinerja karyawan terakhir serta prakiraan cuaca pada musim
dengan proses pengajuannya dimana harus berikutnya dimana data tersebut diperoleh dari
menunggu hasil penilaian kinerja karyawan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).
masing-masing supervisior pada masing-masing b) Untuk tahap sosialisasi mengenai tolok ukur
departemen, kemudian hasil penilaian kinerja penilaian kinerja karyawan dan besaran dari
tersebut dikonfirmasikan kepada kepala cabang nilai insentif yang akan diberikan, pihak
untuk dievaluasi kembali sebelum diserahkan ke manajemen yang terdiri atas supervisior dari
departemen HRD sehingga memakan waktu selama masing-masing departemen, kepala cabang,
dua minggu hal ini disebabkan karena ada beberapa manajer HRD dan manajer keuangan/finance
karyawan yang mengajukan keberatan atas penilaian manager melakukan sosialisasi mengenai
kinerja yang dilakukan oleh atasannya sehingga proses penetapan tolok ukur penilaian kinerja
harus dikomunikasikan lagi dengan pihak dan besaran insentif yang akan diberikan.
supervisior dan kepala cabang bersama dengan
2. Penilaian kinerja karyawan
karyawan yang bersangkutan.
Untuk menghindari penilaian kinerja karyawan
4. Pendistribusian insentif yang bersifat subyektif dilakukan sistem penilaian
Pada tahap pendistribusian insentif khususnya kinerja karyawan dengan sistem hierarki berjenjang
insentif berupa bonus tahunan, permasalahan yang dimana karyawan dinilai oleh supervisior, kemudian
dihadapi sama seperti pada pada proses pengajuan supervisior dinilai kinerjanya oleh kepala cabang
pemberian insentif yaitu pada rentan waktu dari yang dikoordinasikan dengan bagian HRD.
pengajuan sampai dengan pendistribusian insentif.
3. Pengajuan pemberian insentif
Hal ini disebabkan karena pihak finance sendiri di
Untuk kendala yang dihadapi pada tahap ini
dalam menyalurkan insentif yang akan diberikan
pihak manajemen perusahaan selalu berkoordinasi
kepada karyawan harus mendapatkan persetujauan
dengan pihak-pihak yang terlibat di dalam penerapan
dari direktur perusahaan. Tingkat kesibukan direktur
sistem insentif berbasis kinerja baik pada station
perusahaan yang sangat tinggi karena harus
Lombok itu sendiri maupun koordinasi dengan
mengecek beberapa station yang lain di Pulau Jawa
kantor pusat agar di dalam setiap tahap sebisa
dan Lampung menyebabkan laporan akhir tahun

Volume 2, No. 3, September 2016 http://www.untb.ac.id


ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|5

mungkin dilakukan secara cepat dan tepat dan kinerja terkadang muncul permasalahan mengenai
apabila tidak dapat dilakukan secara cepat pihak tolok ukur di dalam penilaian kinerja karyawan serta
manajemen akan menginformasikan kepada pihak besaran insentif yang akan diberikan sebagai reward
karyawan mengenai keterlambatan di dalam atas kinerja yang dihasilkan (3) pada proses
pengajuan insentif tersebut beserta kendala yang penilaian kinerja terkadang ada penilaian yang
mereka hadapi. bersifat subyektif yang dilakukan oleh atasan kepada
bawahannya yang berdampak pada kinerja karyawan
4. Pendistribusian insentif
pada tahun berikutnya (4) adanya rentan waktu
Solusi yang dilakukan oleh manajemen
sampai satu bulan dari proses pengajuan sampai
perusahaan di dalam pendistribusian insentif bagi
dengan pendistribusian insentif.
karyawan yaitu dengan cara pihak manajemen yang
terdiri atas supervisior dari masing-masing 3. Alternatif pemecahan masalah seperti apa yang
departemen bersama dengan HRD dan finance ditempuh
assistance menginformasikan kepada pihak Berbagai macam upaya telah ditempuh oleh
karyawan dan tenaga kerja mengenai keterlambatan manajemen perusahaan untuk mengatasi semua
di dalam pendistribusian insentif beserta kendala permasalahan yang terjadi pada setiap tahap di
yang dihadapi terkait dengan menunggunya dalam penerapan sisitem insentif berbasis kinerja
persetujuan dari direktur perusahaan. seperti (1) pembagian jumlah petani yang menjadi
mitra perusahaan secara proporsional dan merata
d. Kinerja karyawan yang mendapatkan
pada setiap field technician (2) melakukan sosialisasi
insentif
dengan cara persuasif dan tatap muka dengan pihak
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh karyawan (3) menerapkan sistem penilaian kinerja
dari hasil wawancara mendalam (deep interview) karyawan yang bersifat hirarkis berjenjang (4)
dan FGD dengan diterapkannya sistem insentif melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang
berbasis kinerja, diketahui dari persepsi manajemen terlibat di dalam penerapan sistem insentif berbasis
perusahaan bahwa kinerja karyawan secara umum kinerja sehingga setiap permasalahan dapat cepat
meningkat baik itu mengenai pencapaian target, teratasi.
kedisiplinan, maupun motivasi karyawan di dalam
4. Kinerja karyawan yang mendapatkan insentif
melakukan pekerjaannya sehingga berdampak pada
Ditinjau dari sisi perusahaan secara umum
proses produksi yang lebih baik yang akhirnya dapat
dengan diterapkannya sistem insentif berbasis
meningkatkan efektifitas dan efisiensi perusahaan
kinerja produktivitas karyawan meningkat setiap
secara keseluruhan. Sedangkan menurut persepsi
tahunnya baik itu dilihat dari pencapaian target,
karyawan dengan adanya penerapan sistem insentif
tingkat kedisiplinan maupun motivasi karyawan di
berbasis kinerja ini para karyawan menjadi
dalam melakukan pekerjaanya sehingga berdampak
termotivasi di dalam melakukan setiap tahap
langsung pada proses produksi yang lebih baik yang
pekerjaanya sehingga apa yang menjadi standar dari
akhirnya dapat meningkatkan efektivitas dan
perusahaan dalam penerapan sistem insentif berbasis
efisiensi perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan
kinerja dapat dicapai oleh karyawan.
dari sisi karyawan dengan diterapkannya sistem
SIMPULAN DAN SARAN insentif berbasis kinerja para karyawan merasa
1. Pelaksanaan penerapan sistem insentif berbasis termotivasi di dalam melakukan setiap tahap dari
kinerja pekerjaan yang diembannya sehingga apa yang
Ditinjau dari persepsi perusahaan dan karyawan menjadi standar dari perusahaan dapat mereka capai
secara umum proses pelaksanaan penerapan sistem secara maksimal
insentif berbasis kinerja pada CV. Trisno Adi sudah
berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan
DAFTAR PUSTAKA
baik efisiensi maupun produktivitas perusahaan.
Afifudin, H., & Saebani, B. A. (2009), Metodologi
2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaanya
Penelitian Kualitatif, Bandung: CV.
Secara umum masalah yang dihadapi dalam
Pustaka Setia.
pelaksanaan sistem insentif berbasis kinerja seperti:
(1) pada penetapan sistem insentif berbasis kinerja Basrowi & Suwandi (2008), Memahami Penelitian
khususnya pada penetapan tolok ukur yang menjadi Kualitatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
acuan di dalam proses penilaian kinerja (2) pada
sosialisasi hasil penetapan sistem insentif berbasis

http://www.untb.ac.id Volume 2, No. 3, September 2016


6|Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No.2355-9292

Maleong, L. J. (2009), Metodologi Penelitian


Kualitatif, (edisi revisi), Terjemahan,
Conny R. S., Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2004, Manajemen
Sumber Daya Manusia. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Nasution, S. (2003), Metode Penelitian Naturalistik
Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Sugiyono (2006). Metode Penelitian Pendidikan,
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D. Bandung: Alfabeta.
Yin, R. K. (2002), Studi Kasus Desain dan Metode,
Terjemahan, M. D. Mudzakir, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada

Volume 2, No. 3, September 2016 http://www.untb.ac.id

You might also like