You are on page 1of 33

Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif.....

, Samsul

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PERSEPEKTIF


HUKUM ISLAM
(Studi Komparatif antara Pemikiran KH. Husein Muhammad
dan Prof. Siti Musdah Mulia)

Samsul Zakaria (09 421 021)


Jurusan Hukum Islam (Syari’ah) Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas
Islam Indonesia

This research with literature models and combined with interviews seeks
to answer the question, firstly, how the concept of women’s leadership in the
perspective of Islamic law. Secondly, a comparative analysis of KH. Husein
Muhammad’s thought and Prof. Siti Musdah Mulia’s thought on women’s
leadership. The conclusion of this study is that the Islamic law (Shariah) does
not provide a practical explanation of a firm and clear on women’s leadership.
Technically it is true that Islam does not provide practical guidance but
substantively Islam provides breadth for women to play a role in the public
sector. This is because men and women are created in the same position and
have the same opportunities in areas such as work and career, including to be
the leader.

KH. Husein Muhammad as the first figure of this study confirms an


understanding that women are actually capable of being a leader among
men. In line with that the woman has the right to be a leader as owned by
men. Meanwhile, Prof. Siti Musdah Mulia as te second figure expressed
the same thing that appreciate women’s leadership. More specifically, he
describes the unique and different conception about the character of women’s
leadership. For him, women who become leaders do not have to change
into males assertive and authoritative. Leadership remains ideal when built
on a joint gentleness and compassion as the basic nature of women.

Key Words : Women’s leadership, Shariah, opportunity, character of


leadership.

PENDAHULUAN perempuan dalam hal kepemimpinan.


Literatur keislaman apabila dipa­ Seiring dengan berkembangnya za­
hami secara sekilas seolah tidak man dan perubahan kehidupan me­
memberikan ruang yang cukup bagi nuntut umat Islam untuk lebih terbuka

65
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

dan menafsirkan kembali secara yang sering dinukil sebagai hadits


inklusif terhadap dalil-dalil yang ada. tersebut juga menguatkan posisi
Di Indonesia, secara spesifik, ada perempuan sebagai manusia second
tuntutan supaya kuota perempuan class dan implikasinya lelaki-lah yang
di parlemen minimal 30 persen dari lebih pantas untuk memegang sebuah
jumlah keseluruhan (http://www. perkara. Sementara itu, ungkapan
pikiran-rakyat.com/node/237654, di atas sebenarnya tidak lahir begitu
18/7/13). Potret singkat ini menjadi saja melainkan melalui proses yang
menarik kalau dikaitkan dengan lazim dikenal dengan istilah asbābul
kepemimpinan perempuan dalam wurūd. Sebuah teks—termasuk
Islam dimana Indonesia adalah hadits dalam konteks ini—, menurut
negara yang mayoritas penduduknya Fazlur Rahman, harus dipahami
beragama Islam. dalam dua kerangka pemahaman
Sebagai contoh, pendapat Abu [double movement] (jurnalmuashirah.
Ja’far mengenai firman Allah yang blogspot.com/2010/10/aplikasi-
berbunyi, “Ar-rijālu qawwāmūna t e o r i - d o u b l e - m o v e m e n t - f a z l u r.
‘ala an-nisā’,” (QS. an-Nisā’ [4]: html, 19/9/13). Pemahaman yang
34). Menurutnya, laki-laki adalah konfrehensif tersebut pada akhirnya
mereka yang bertanggung jawab akan meminimalisir kesalahan dalam
(ahlu qiyām) terhadap istri-istrinya. mengaplikasikan sebuah teks.
Hal itu terjadi dalam konteks dimana Menurut pembacaan Siti Musdah
suami harus memberikan bimbingan Mulia, perempuan sendiri adalah
terhadap istrinya. Selebihnya, suami makhluk lemah (mustad’afīn) yang
mengarahkan istrinya untuk menjalan­ paling diuntungkan dengan hadirnya
kan kewajiban agamanya guna meraih Islam. Di dalam Islam, lanjut­nya,
keridhaan Allah dan demi kebaikan perempuan dimanusiakan sebagai­
dirinya (ath-Thabari, tt.). Tidak dapat mana (manusia) laki-laki adanya.
dimungkiri bahwa penggalan ayat Posisi perempuan yang dalam Islam
tersebut (beserta penafsirannya) derajat kemuliannya sama dengan
men­jadi justifikasi ampuh untuk men­ laki-laki dibangun berdasarkan logika-
sub­ordinatkan peran perempuan logika (pemahaman) Al-Qur’an yang
dalam kehidupan. Perempuan, seba­ mengeliminir sikap tidak memanusiawi­
gai akibatnya, dipersepsikan sebagai kan perempuan dalam kehidupan.
manusia kelas dua dalam realitas Jika dahulu di masa jahiliyah lahirnya
sosial. wanita dianggap aib dan tidak
“Tidak beruntung suatu kaum yang jarang dibunuh hidup-hidup, tidak
menyerahkan urusan (kepemimpinan)- demikian sekarang kondisinya (http://
nya kepada perempuan.” Ungkapan mujahidahmuslimah.com/images/

66
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

documents/tauhidsebagaifondasi. perbandingan pemikiran KH. Husein


pdf, 18/7/13). Hal ini sebenarnya me­ Muhammad dan Prof. Siti Musdah
nunjukan bahwa sebenarnya perem­ Mulia tentang konsep kepemimpinan
puan memiliki potensi yang sama perempuan dalam perspektif hukum
sebagaimana yang dimiliki oleh laki- Islam tersebut.
laki.
Berangkat dari latar belakang TELAAH PUSTAKA
tersebut, penulis tertarik untuk Yusdani, seorang akademisi
mengkaji lebih jauh kepemimpinan dari Universitas Islam Indonesia
perempuan dalam Islam. Sementara dalam bukunya Fikih Politik Muslim
itu, tidak mungkin menjabarkan membahas secara khusus topik ‘Islam
konsepsi kepemimpinan perempuan dan Kepemimpinan Perempuan’.
dalam Islam secara konfrehensif dalam Dalam tulisannya, Yusdani lebih
artian memaparkan semua pendapat banyak mengutip pendapat Syamsul
tentangnya. Karena keterbatasan Anwar dan Edi Safitri serta para ulama’
itulah, dalam penelitian ini penulis klasik dibanding mengeksplorasi
mencoba untuk mengerucutkan pendapatnya sendiri. Pastinya, apa
pembahasan dengan membandingkan yang tertulis di sana tentu menjadi
pemikiran 2 tokoh keagamaan yang bagian yang tidak terpisahkan dari
dipandang kompatibel dan banyak penulisnya dan karenanya dapat
menjadi rujukan. Pertama yaitu disimpulkan bahwa Yusdani memang
pemikiran KH. Husein Muhammad. Dia mengafirmasi kepemimpinan
adalah seorang kiyai (dalam tradisi NU) perempuan. Pelarangan terhadap
yang memiliki pemikiran progresif dan kepemimpinan perempuan, simpulnya,
terbuka terhadap konsepsi keislaman bukan semata karena alasan teologis
kontemporer. Selanjutnya, pemikiran tetapi lebih kepada justifikasi politis
kiayi tersebut dibandingkan dengan (Yusdani, 2011).
Prof. Siti Musdah Mulia, seorang guru Buku yang cukup familiar di
besar di Universitas Islam Negeri kalangan akademisi masa kini terkait
(UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta (kepemimpinan) perempuan adalah
yang banyak berkecimpung dalam isu sebuah buku yang ditulis oleh KH.
HAM dan Gender. Husein Muhammad. Dia adalah
Berdasarkan latar belakang di atas seorang kiayi sekaligus akademisi
maka fokus penelitian ini adalah sebagai asal Cirebon yang banyak bergelut
berikut. Pertama, bagaimanakah di dan sekaligus pendiri Fahmina
konsep kepemimpinan perempuan Institute. Perhatiannya terhadap kajian
dalam perspektif hukum Islam secara Islam dan Gender, Hukum Islam, dan
umum. Kedua, bagaimanakah tafsir Al-Qur’an yang humanis dan

67
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

adil gender tidak diragukan lagi. Oleh Dalam rangka mewujudkannya tentu
karenanya, dia biasa disebut sebagai dibutuhkan peran ‘konkrit’ wanita
“kiayi gender” (http://www.fahmina. dalam kehidupan. Supaya lebih jelas
or.id/profil/staff.html, 19/7/13). Buku (dan seimbang), berangkat—salah
Fikih Perempuan: Refleksi Kiai atas satunya—dari buku ini penulis akan
Wacana Agama dan Gender adalah melacak lebih jauh pemikiran Prof. Siti
karangan KH. Husein Muhammad Musdah Mulia tentang kepemimpinan
sebagaimana yang dimaksud di atas. perempuan.
Buku tersebut akan digunakan Sementara itu, Saiful Waris,
sebagai referensi utama untuk melihat mahasiswa jurusan Perbandingan
posisi Kiayi Husein dalam kaitannya Madzhab dan Hukum angkatan 2008
dengan perempuan, khususnya meneliti tentang “Kepemimpinan
tentang kepemimpinan perempuan. Politik Perempuan dalam Perspektif
Sebagaimana judulnya, buku tersebut Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama’”
adalah hasil dari renungan (refleksi) (Skripsi di UIN Sunan Kalijaga). Sesuai
penulisnya terhadap isu-isu agama dengan judulnya, penelitian tersebut
yang sedang berkembang, lebih mendeskripsikan kepemimpinan
spesifiknya berkenaan dengan wacana politik perempuan dengan model studi
agama dan gender. Betapapun buku komparatif antara dua organisasi
tersebut sudah cukup lengkap tetapi masyarakat (ormas) keagamaan
sekali lagi tidak berbicara tentang terbesar di Indonesia. Penelitian
kepemimpinan perempuan an sich yang penulis lakukan memang
tetapi banyak derevasi lainnya. Oleh memiliki variabel utama yang hampir
karenanya perlu untuk dieksplorasi sama dengan penelitian tersebut.
lebih jauh dan dikomparasikan dengan Bedanya adalah objek komparasinya
yang lainnya. dimana untuk penelitian penulis yang
Sebuah buku berjudul Muslimah dibandingkan adalah pemikiran tokoh,
Reformis: Perempuan Pembaru dan bukan ormas keagamaan.
Keagamaan karangan Prof. Siti Selanjutnya, Ziadatun Ni’mah,
Musdah Mulia menjadi referensi mahasiswi jurusan al-Ahwal asy-
penting pula dalam penelitian ini. Bagi Syakhsiyyah yang meneliti dalam
Musdah Mulia, muslimah reformis skripsinya tentang “Wanita Karir
adalah sosok muslimah yang begitu dalam Perspektif Hukum Islam
peduli terhadap penegakan demokrasi, (Studi Pandangan KH. Husein
pluralisme, keadilan, dan kesetaraan Muhammad)”. Simpulan penelitian
dalam membangun masyarakat ini adalah bahwa KH. Husein
yang menjunjung tinggi nilai-nilai Muhammad sebagai seorang tokoh
spiritualitas dan kemanusiaan. feminis yang kental dengan tradisi

68
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

pesantren mengapresiasi positif peran ciptaan-Nya. Dengan menjadikan


wanita dalam wilayah sosial. Wanita manusia sebagai khalīfah, Allah ingin
sebenarnya memiliki kesempatan menguji manusia dan apabila lulus
yang sama sebagaimana laki- maka derajat manusia akan semakin
laki, khususnya dalam hal karir. mulia di sisi-Nya. Tidak disebutkan
Dengan berkarir wanita menjadi secara khusus bahwa yang boleh
mandiri, mampu menghidupi dirinya menjadi pemimpin adalah—hanya—
sendiri, dan sekaligus sebagai ajang laki-laki. Perempuan dalam konteks
aktualisasi diri dalam ranah publik ini sebenarnya memiliki kesempatan
dan juga domestik. Penelitian tersebut yang sama pula. Sebagai salah satu
bagaimanapun masih satu arah (studi landasannya dapat dipahami dari QS.
pandangan seorang tokoh) dan lagi al-Baqarah [2]: 30.
tidak mengkaji tentang kepemimpinan Kesempatan manusia untuk
perempuan secara lebih spesifik dan menjadi khalifah dalam logika
detail. universal diterjemahkan dalam bahasa
‘kepemimpinan’. Kepemimpinan
LANDASAN TEORI itu sendiri kalau dicermati adalah
Tujuan utama penciptaan manusia perihal yang substansial dalam
adalah untuk menjadi khalīfah di muka formasi kehidupan di alam semesta
bumi ini. Fakta ini sangat menarik kalau ini, terlebih terkait urusan manusia.
dibawa ke dalam wilayah teologis- Sementara itu, kepemimpinan
historis. Ketika Allah akan menciptakan dalam terminologi agama bukanlah
manusia ke dunia malaikat sebagai sesuatu yang mutlak, tidak terbatas,
makhluk yang suci seketika “protes”. melainkan amanah ilahiah yang akan
Malaikat heran mengapa Allah akan dipertanggungjawabkan nantinya.
menciptakan makhluk yang akan Oleh karena itu, singkatnya bahwa
membuat kerusakan di muka bumi siapapun yang sanggup dan berani
dan menumpahkan darah didalamnya. bertanggung jawab maka dia laik
Protes malaikat tersebut dijawab untuk menjadi dan disebut sebagai
dengan singkat oleh Allah ta’āla bahwa pemimpin.
Dia lebih mengetahui apa yang tidak Kepemimpinan itu sendiri sebenar­
diketahui oleh para malaikat (QS. al- nya merupakan perihal yang kompleks.
Baqarah [2]: 30-32). Sebagai akibatnya, mendefinisikan ‘ke­
Sudah jelas bahwa manusia tercipta pemimpinan’ merupakan suatu masa­
untuk menjadi penguasa, pengatur, lah yang kompleks dan sulit karena
dan pengelola dunia. Benar bahwa sifat dasar kepemimpinan itu sendiri
Allah memang tidak membutuhkan sangatlah kompleks (http://file.upi.edu/
makhluk-Nya untuk mengelola Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_

69
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

SEKOLAH/194505031971091- Sudah mafhum bahwa memang tidak


MUHAMMAD_KOSIM_SIRODJUDIN/ semua perkara dijelaskan secara
DEFINISI_DAN_TEORI_ tuntas dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits
KEPEMIMPINANx.pdf, 24/7/13). Terle­ (keduanya adalah sumber utama
pas dari itu, kepemimpinan dalam se­ syari’ah). Sebab, jumlah ayat dan
genap aspek kehidupan sangatlah hadits dalam kedua sumber tersebut
substantif dan fundamental. Sangat sangatlah terbatas sementara realitas
wajar ketika Rasulullah SAW melalui sosial yang ada tidaklah terbatas.
sabdanya memerintahkan setiap tiga Bagaimanapun, keterbatasan jumlah
(3) orang yang sedang bepergian ayat dan hadits hukum itu tidak berarti
untuk mengangat salah satunya bahwa hukum Islam itu kaku dan statis
sebagai pemimpin rombongan (HR. tetapi justru menyebabkan fleksibilitas
Abu Dawud dari Abu Sa’id dan Abu dan karenanya hukum Islam mampu
Hurairah). Pemimpin adalah sosok mengimbangi dinamika masyarakat
yang bertanggung jawab dalam sebuah (Mu’allim dan Yusdani, 2004).
komunitas, baik kecil lingkupnya atau Sudah menjadi pengetahuan
besar. bersama bahwa hukum Islam
Berkaitan dengan kepemimpinan, senantiasa sesuai dengan perubahan
kitab klasik (turāts) yang cukup zaman dan tempat. Setiap masalah
banyak menjadi rujukan adalah kitab yang datang kemudian sebenarnya
al-Ahkām as-Sulthāniyyah, karangan dapat dicarikan jawabannya dalam
Syaikh al-Imām Abū al-Hasan al- hukum Islam itu sendiri. Kalau
Māwardi. Dalam pengantar kitabnya, tidak dapat ditemui jawaban secara
dia menerangkan betapa pentingnya lafdziyah maka yang diambil adalah
imāmah (kepemimpinan), khususnya spirit, maknawiyah, yang ada dalam
dalam menjaga agama (millah) yang teks-teks hukum Islam yang ada.
telah diturunkan Allah. Dengan adanya Dalam hal ini, masalah kepemimpinan
kepemimpinan maka akan terpelihara perempuan secara konfrehensif
kemaslahatan umat dan hal-hal penting mungkin untuk dicarikan justifikasinya
lain yang berkaitan dengannya. Dari dalam Islam. Hal ini dilakukan untuk
model pengantarnya terlihat bahwa menjawab tantangan kekinian yang
bagi al-Māwardi kepemimpinan adalah menuntuk adanya inklusivitas atau
sebuah amanah Ilahiah. keterbukaan.
Mengingat bahwa kepemimpinan
adalah amanah ilahiah maka diskusi METODE PENELITIAN
kepemimpinan harus bertolak dan 1. Jenis Penelitian
bermuara kepada hukum Islam Penelitian ini adalah studi pustaka
(syarī’ah) sebagai domain kuncinya. (library research) dengan model

70
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

penjabaran deskriptif-komparatif, yaitu dengan kritikan ilmiah. Terakhir, data


sebuah penelitian yang berupaya yang berhubungan langsung dengan
memaparkan teori dan logika pemikiran dua (2) orang tokoh objek penelitian
yang ada yang karena tidak hanya akan dikomparasikan secara ilmiah.
berangkat dari satu pemikiran maka
dibandingkan secara ilmiah. Masalah 4. Pendekatan Studi
yang ada dicarikan jawabannya secata Pendekatan studi yang digunakan
umum terlebih dahulu kemudian dalam penelitian ini adalah pendekatan
meruncing pada pemikiran dua orang normatif. Pendekatan ini digunakan
tokoh yang dimaksudkan. untuk melihat masalah yang ada dalam
kacamata hukum normatif yang sudah
2. Teknik Pengumpulan Data ada dalam khazanah sebelumnya.
Penelitian yang bersifat studi Selain itu, metode lain yang digunakan
pus­taka (library research) ini akan adalah pendekatan sosiologis dimana
dikombinasikan dengan wawancara adanya sebuah hukum tidak lepas
(interview) dengan tokoh yang dari sosial (kemasyarakatan) yang
menjadi objek penelitian. Pertama- me­­ngitari munculnya hukum tersebut.
pertama, penulis mengumpulkan Dengan dua pendekatan ini tentu akan
data dari buku, jurnal, artikel, dan memperkaya hasil bahasan penelitian
dokumen berbentuk tulisan lainnya ini.
sebagai sumber primer penelitian.
Selanjutnya, penulis akan melakukan PEMBAHASAN
wawancara sebagai sumber sekunder Kepemimpinan Perempuan dalam
guna melengkapi sumber primer (al- Perspektif Hukum Islam
Quran, al-Hadits, Buku, dan lainnya) Perdebatan mengenai kepemim­
sebelumnya dan sekaligus konfirmasi pinan perempuan sudah berlangsung
mengenai kebenaran informasi yang lama dan senantiasa menarik. Pasal­
didapatkan. nya, titik tolak dan landasannya tidak
hanya berkutat pada masalah teo­logis
3. Teknis Analisis Data semata tetapi, dan ini yang paling
Teknik analisis data yang digunakan mengemuka, lebih kepada masalah
dalam penelitian ini adalah analisis isi politis yang sifatnya temporer dan
(contents analysis) dengan paradigma subyektif. Sejalan dengan itu, konstruksi
kritis. Analisis yang demikian memung­ pemahaman yang memapankan apa
kinkan penulis untuk memilih data yang yang sudah menjadi kelaziman juga
dijadikan sebagai sumber penelitian. berperan dalam membentuk simpulan
Selebihnya, data yang ada tidak akhir terkait masalah tersebut. Oleh
dipindahkan begitu saja tetapi disertai karena itulah, penulis merasa penting

71
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

untuk terlebih dahulu berbicara jadi berbeda dengan apa diputuskan


landasan (pertimbangan) fiqh dalam esok hari, dan seterusnya. Selain itu,
masalah yang sangat serius ini. dengan “kacamata” yang berbeda,
apalagi dalam masalah yang sangat
A. Pertimbangan Fiqh temporal dan cabang (furū’iyyah),
Sebelum masuk lebih jauh, menarik wajar kalau banyak menimbulkan
untuk mengutip frame yang diintrodusir perbedaan pendapat.
oleh Yusdani dalam bukunya Fiqh Problem yang seringkali menjadi
Politik Muslim. Yusdani memaparkan masalah dalam konsep fiqh adalah
bahwa dalam konteks fiqh politik sikap sebagian orang yang menyakral­
muslim—yang biasa dikenal dengan kan fiqh itu sendiri. Fiqh kemudian
istilah (fiqh) siyāsah—terkandung tidak lagi diposisikan sebagai sebuah
banyak perbedaan pandangan hasil kajian pemikiran (ijtihad) yang
dan pendapat. Hal itu disebabkan walaupun melalui upaya yang tidak
karena dalam wilayah tersebut, tidak mudah tetap saja mengandung
ada keterangan yang tegas, yang kemungkinan-kemungkin (ihtimālāt)
diistilahkan olehnya dengan “clear- dan tidak stagnan. Pembacaan yang
cut explanation” (Yusdani, 2011). lebih beragam dan ideal sepatutnya
Logika tersebut sangat sesuai apabila dimulai dari kesadaran akan relativitas
dibawa dalam masalah kepemimpian fiqh itu sendiri. Sebab, kalau basisnya
perempuan dalam wilayah sosial. masih menganggap fiqh sebagai
Dalam hal tersebut, sama kasusnya sebuah konsep yang tetap (tsābit)
dengan (fiqh) siyāsah, tidak ada maka rasanya tidak ada gunanya
penjelasan yang tegas dan jelas. dikaji dan ditelaah kembali.
Dalam suasana dimana penjelasan Fiqh itu sendiri pada hakikatnya
yang tegas dan praktis tidak ditemukan adalah produk pemikiran yang tidak
maka di saat itulah ijtihad bermain atau berdiri sendiri melainkan bertalian
berperan. Oleh karena setiap orang dengan ruang dan waktu. Urgensi
yang memiliki kapasitas berijtihad boleh fiqh terletak pada fungsinya yang
mengeluarkan pendapat dan panda­ memberikan rambu-rambu kehidupan
ngannya maka tidaklah mengherankan agama kepada umat Islam. Tanpa
ketika terjadi banyak simpulan akhir adanya kodifikasi fikih yang jelas maka
yang (cenderung) berbeda. Ijtihad umat Islam secara luas, khususnya
sendiri dalam konteks apapun tidak mereka yang masih awam akan
berada dalam kehampaan ruang dan meraba-raba saat beribadah. Dalam
waktu, tetapi senantiasa berada dalam definisi yang paling populer, fiqh
lingkaran ruang dan waktu tersebut. adalah ilmu yang berkaitan dengan
Apa yang diputuskan saat ini boleh hukum-hukum syar’i yang praktis

72
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

(‘amaliyyah) yang dibangun dari dalil- Arabnya adalah sebagai berikut (al-
dalil yang terperinci. Ta’rif berbahasa Jurjāni, tt.):

Sebagai sebuah produk pemikiran, shahih berdasarkan “penelitiannya”


fiqh—sekali lagi—tidak berposisi tersebut. Jadi, fiqh kalau begitu sangat
sebagaimana laiknya Al-Qur’an dan kompleks alias tidak sederhana, tetapi
as-Sunnah yang menjadi landasan mengandung banyak varian.
konstruksinya (iktisāb). Fiqh senantiasa Sebagai basisnya, penting terlebih
berkomunikasi dengan laju kehidupan dahulu membicarakan klasifikasi dari
dan perkembangan keumatan. Contoh kepemimpinan perempuan itu sendiri.
yang paling penting dalam hal ini Benarkah hal tersebut dalam ketegori
adalah apa yang terjadi pada Imam ats-tsawābit, terkait dengan hal-hal
asy-Syafi’i. Sebagai salah seorang dalam Islam yang tetap dan tidak
imam madzhab, dia mengenalkan qaul berubah atau tergolong dalam al-
qadīm dan qaul jadīd, dalam logika mutaghayyirāt, hal-hal yang temporer
fiqh-nya. Qaul qadīm adalah pendapat dan berdinamika (Muhammad,
Syafi’i saat masih berada di Baghdad, 2011). Kalau yang dimaksudkan
Irak. Sementara qaul jadīd adalah adalah kepemimpinan dalam shalat,
pendapatnya saat sudah bermukim di barangkali cukuplah mengatakan
Mesir sampai dia wafat. Hal tersebut bahwa hal tersebut dalam wilayah
seolah menjadi preseden penting ats-tsāwabit. Sementara kalau yang
bahwa fiqh memang harus relevan dimaksudkan adalah kepemimpinan
dengan lokus dan tempusnya. dalam wilayah sosial maka lebih
Berbicara fiqh maka sebenarnya relevan kalau dikategorikan dalam
tidak lepas dari imam madzhab yang wilayah al-mutaghayyirāt.
empat (al-madzāhib al-arba’ah). Pilihan Dalam penelitian ini, untuk lebih
seseorang terhadap madzhab tertentu menfokuskan pembahasan, penulis
sebenarnya tidak selalu berangkat dari lebih sepakat untuk memilih kepemim­
kesadaran, tetapi seringkali berangkat pinan sebagai sebuah kajian yang terus
dari keyakinan yang diperoleh secara berkembang dan berdina­mika. Dalam
turun-temurun. Betatapapun demikian, logika sebelumnya, kepemimpinan
banyak juga yang pilihannya berangkat perempuan dikategorikan dalam wila­
dari pemahaman dan hasil telaahnya yah al-mutaghayyirāt. Dengan de­
atas madzhab-madzhab yang ada mi­kian pembahasan ini akan senan­
dan kemudian memilih salah satunya tiasa menarik dan sebenarnya sim­
karena pertimbangan mana yang lebih pulan akhir dari kajian ini tidak dapat

73
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

dikatakan paripurna apalagi sempurna. yaitu semua bentuk kepemimpinan


Sesuai dengan fiqh yang senantiasa kecuali kepemimpinan dalam shalat
berkembang maka khulāshah terhadap (imam shalat).
bahasan keilmuan khususnya masalah Selanjutnya, dalam bahasa Inggris
dalam penelitian ini juga mengalami kepemimpinan biasa disebut dengan
nasib yang sama. leadership. Kata ini sering digunakan
dalam pelatihan kepemimpinan yang
B. Konsep Kepemimpinan kemudian diberi tajuk berbahasa
Kepemimpinan adalah sebuah Inggris menjadi “Leadership Training”.
terminologi general yang dapat Dengan demikian, bagi kalangan
dinisbatkan kepada banyak hal. Dari terpelajar, istilah leadership bukanlah
lingkup yang sangat terbatas dan terminologi yang asing. Dengan kata
kecil terus merambah kepada ruang lain, leadership sebenarnya sudah
yang lebih luas. Akhirnya, berujung “meng-Indonesia”. Leadership sendiri
kepada kepemimpinan dalam sebuah berasal dari kata (to) lead, kemudian
negara, dan yang lebih luas lagi menjadi leader: person who leads.
adalah masalah khilāfah. Maksud dari Leadership dalam konteks ini berarti
kepemimpinan tiada lain adalah untuk menjadi pemimpin (being a leader),
terciptanya keadaan yang sistematis kekuasaan dalam memimpin (power
dan teratur demi tercapainya kebaikan of leading), dan kualitas dari seorang
dan kemaslahatan. Tanpa adanya pemimpin (qualities of a leader) (AS
kepemimpinan yang baik maka seolah Hornby, 1987).
ayam yang kehilangan induknya, Ruang lingkup kepemimpinan
berlalu tanpa arah dan tujuan yang itu sendiri, sebagaimana dijelaskan
jelas. sebelumnya, sebenarnya sangat
Kepemimpinan kalau ditilik dari luas. Dimensi yang paling sederhana
bahasa arab berasal dari kata, dan pasti adalah kepemimpinan
diantaranya, “al-imāmah”, “ar-ri-āsah”, yang terjadi dalam setiap individu.
dan “al-qiyādah”. Al-imāmah dalam Berdasarkan hadits Rasulullah yang
al-Mu’jam al-Wasīth didefinisikan sangat masyhur dikatakan bahwa:
sebagai kepemimpinan umat muslim “Semua kamu adalah pemimpin dan
(ri-āsatul muslimīn) dan kedudukan setiap pemimpin bertanggungjawaban
seorang pemimpin (manshabu al- atas kepemimpinannya. Penguasa
imām). Sementara makna ar-ri-āsah adalah pemimpin, lelaki (suami)
dan al-qiyādah adalah lebih umum adalah pemimpin di rumah
dari imāmah. Dalam kaitannya dengan tangganya, perempuan (istri) adalah
penelitian ini, kepemimpinan yang pemimpin di rumah suaminya dan
dimaksud adalah kepemimpinan sosial, terhadap anak-anaknya. Semua

74
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

kamu adalah pemimpin dan setiap Balqis dan bala tentaranya belum
pemimpin bertanggung jawab atas menyembah Allah, alias masih tunduk
kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan kepada matahari yang sebenarnya
Muslim melalui Abdullah Ibnu Umar hanyalah ciptaan Allah (QS. an-
RA). Naml [27]: 23). Lepas dari pergulatan
Merujuk kepada hadits tersebut, akidahnya tersebut, Ratu Balqis
tidak ada seorang pun yang terlepas bagaimanapun adalah pemimpin
dari amanah kepemimpinan. Semua perempuan yang ulung dan hebat.
insan memiliki tugas untuk paling Menurut KH. Husein Muhammad,
tidak mengatur dirinya sendiri, dimana keberhasilan kepemimpinan Ratu
pada akhirnya hal tersebut akan Balqis dikarenakan dia mampu
dipertanggungjawabkan di hadapan mengatur kaumnya dengan sikap
Allah. Semakin luas jangkauan kepe­ dan pandangannya yang demokratis.
mimpinan seseorang maka semakin Selain Ratu Balqis, banyak pemimpin
besar pula pertanggung­jawabannya perempuan lain di masa modern yang
di akhirat kelak. Dalam hal ini, kepemimpinannya relatif sukses.
kepemimpinan bukanlah perkara Indira Gandhi, Margaret Tacher,
yang main-main, karena tidak hanya Srimavo Bandaranaeke, Benazir
bersinggungan dengan manusia Butho, dan Syekh Hasina Zia adalah
secara horizontal tetapi lebih dari itu contoh dari mereka yang sukses
ada dimensi vertikal ke-Tuhan-annya. tersebut (Muhammad, 2012). Hal ini
Apabila basis ini dipahami dengan baik, membuktikan bahwa sebenarnya
maka amanah kepemimpinan—kalau perempuan juga memiliki kompetensi
begitu—bukanlah untuk diperebutkan atau kemampuan untuk memimpin,
tetapi untuk “dihindari”. sekaligus menjadi pemimpin yang
sukses.
C. Kepemimpinan Perempuan Sebagai pembanding dari
Berkaitan dengan kepemimpinan pemaparan di atas, ada sebuah
perempuan menarik untuk melihat hadits yang cukup masyhur yang
kembali keberhasilan pemimpin menyatakan bahwa kaum (manapun)
perempuan di masa yang lalu. yang menyerahkan (semua) urusannya
Sebagai contoh adalah Ratu Balqis di kepada perempuan (mana saja)
Saba’ yang kedigdayaannya membuat tidak akan menemui keberuntungan.
Nabi Sulaiman AS merasa perlu untuk Hadits tersebut diriwayatkan oleh
menaklukkan Ratu Balqis dan bala Abu Bakrah. Abu Bakrah sendiri baru
tentaranya. Hal lain yang semakin menyampaikan hadits tersebut 23
menguatkan keinginan Nabi Sulaiman tahun setelah Rasulullah wafat, di saat
AS adalah kenyataan bahwa Ratu terjadi kemelut peperangan antara

75
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

‘Aisyah dan Khalifah Ali bin Abi Thalib Allah kepada laki-laki tidak semestinya
yang dikenal dengan Perang Jamal menghantarkan kepada kesewenang-
(Mulia, 2005). Selain “bertentangan” wenangan (Shihab, 2005). Sejalan
dengan fakta-fakta sejarah yang ada dengan itu, kepemimpinan (qawāmah)
(Muhammad, 2012), hadits tersebut tersebut justru menjadikan laki-laki
juga mengandung kelemahan dari benar-benar bertanggung jawab dan
sisi periwayatan (bukan dha’īf, tetapi bersikap adil serta ideal terhadap
tergolong hadits āhād) (Mulia, 2005). perempuan. Nuansa keadilan itu
Selain dari pada itu, masalah terwujud dalam hal suami memberikan
kepemimpinan (kecuali dalam masalah keluasan dan ruang bagi istrinya untuk
shalat) termasuk dalam wilayah berkarya dan berkarir.
ijtihādiyyah yang formasinya tidak Lebih lanjut, M. Quraish Shihab
harus begini dan begitu. Oleh karena menjelaskan bahwa kepemimpinan
itulah, kepemimpinan perempuan itu tidak harus bersifat formal. Kemam­
sendiri adalah bagian dari wilayah puan seorang istri untuk bersikap
“abu-abu” yang pada dasarnya sama lemah lembut sehingga menyentuh
dengan kepemimpinan laki-laki itu kalbu, dan berargumentasi secara
sendiri. Sejalan dengan itu, terdapat kuat sehingga menyentuh nalar juga
ayat Al-Qur’an (QS. an-Nisā’ [4]: 34)— merupakan bagian keterampilan
darinya muncul istilah qawāmah—yang kepemimpinan perempuan dalam
sebenarnya secara spesifik berbicara rumah tangga. Dalam konteks ini,
dalam konteks rumah tangga namun kepemimpinan perempuan menjadi
karena kesalahpahaman dibawa(- semakin terasah ketika sering mela­
bawa) dalam konteks yang lebih luas. kukan diskusi dan musyawarah
Singkatnya, ada generalisasi ayat dengan pasangan hidupnya (suami).
yang sebenarnya dalam kondisi ini Sebab, kepemimpinan juga berarti,
tidak tepat dan bermasalah. “Kemampuan mempengaruhi pihak
Menarik untuk merujuk pemaparan lain agar ia mengarah secara sadar
M. Quraish Shihab dalam memahami dan sukarela kepada tujuan yang ingin
arti qawāmah, yang bagi penulis dicapai.”
mengandung makna tersirat untuk Asma Barlas (2003) dalam bukunya
mengendalikan “superioritas” laki- yang sudah diterjemahkan, Cara
laki. Menurutnya, qawāmah juga ber­ Quran Membebaskan Perempuan,
arti pemenuhan kebutuhan, perha­ menegaskan bahwa pembacaan
tian, pemeliharaan, pembelaan, terhadap Al-Qur’an tidak semestinya
dan pembinaan. Oleh karena itulah, terus dilakukan dalam frame patriarkhi.
simpulnya, kepemimpinan dalam Sebaliknya, Al-Qur’an harus dibaca
rumah tangga yang dianugerahkan dengan semangat pembebasan, yang

76
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

salah satunya adalah pembacaan semua pihak serta tidak mendhalimi


yang antipatriarkhi. Dalam bukunya pihak manapun.
tersebut, sebagaimana dituturkan oleh
Syafiq Hasyim dalam pengantarnya, Kepemimpinan Perempuan me­
Barlas ingin menegaskan dua hal. nurut KH. Husein Muhammad dan
Pertama, menentang pembacaan Al- Prof. Siti Musdah Mulia
Qur’an yang menindas perempuan. Dalam rangka menghantarkan
Kedua, menawarkan pembacaan bagian ini kepada pemikiran KH.
Al-Qur’an yang mendukung bahwa Husein Muhammad dan Prof. Siti
perempuan dapat berjuang untuk Musdah Mulia maka sangat relevan
kesetaraan dalam kerangka ajaran Al- untuk lebih dahulu memaparkan
Qur’an. (auto)biografi kedua sosok tersebut.
Menurut Barlas, baik laki-laki Sudah maklum bahwa logika pikir
maupun perempuan memiliki kapasitas seseorang tidak berangkat dari ruang
agensi, pilihan, dan individualitas moral yang hampa. Logika tersebut berawal
yang sama. Hal tersebut berdasarkan dari latar belakang pendidikan
dua kenyataan. Pertama, Al-Qur’an (intelektual), kultural, dan bahkan yang
menetapkan standar perilaku yang paling awal adalah biologis. Dengan
sama bagi laki-laki dan perempuan memahami latar belakang tersebut
serta standar penilaian yang sama maka siapapun orangnya akan lebih
bagi keduanya. Artinya, Al-Qur’an tidak mampu memahami mengapa yang
mengaitkan agensi moral dengan jenis bersangkutan bersikap demikian dan
kelamin (QS. an-Nahl [16]: 97). bukan yang lain. Oleh karena itulah,
Kedua, Al-Qur’an menyebut laki- berikut ini penulis paparkan tulisan
laki dan perempuan sebagai penuntun singkat tentang kedua tokoh yang
dan pelindung satu sama lain (QS. dimaksudkan.
at-Taubah [9]: 71). Hal ini ditengarai
dengan Al-Qur’an menyebutkan
A. Sekilas tentang KH. Husein
bahwa keduanya mampu mencapai
Muhammad
individualitas moral dan memiliki
KH. Husein Muhammad adalah
fungsi penjagaan yang sama terhadap
seorang kiayi-intelektual-aktivis
satu sama lain. Selebihnya, tuntutan
gender, pluralisme, dan HAM. Pemi­
pembacaan yang lebih adil itu sendiri
kirannya banyak dijadikan rujukan. Dia
sebenarnya tidak diniatkan untuk
lahir di Cirebon (dan sampai saat masih
membalik logika dengan sedemikian
menetap di sana), pada tanggal 9 Mei
rupa. Hal ini dilakukan untuk lebih
1953. Ketika penelitian ini disusun
mendapatkan simpulan yang seimbang
KH. Husein Muhammad telah berusia
dan karenanya menguntungkan
60 tahun atau sudah berkepala enam.

77
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

Setelah menyelesaikan pendidikan di kemudian disatukan dalam buku


Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa tersebut. Begitu halnya dengan
Timur (1973) dia melanjutkan studi buku Mengaji Pluralisme kepada
ke Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Mahaguru Pencerahan, bagian
(PTIQ) di Jakarta. Dia menyelesaikan keduanya merupakan makalah yang
pendidikan tersebut pada tahun dipresentasikan pada setiap bulan
1980. Selepas itu, dia meneruskan Ramadhan dengan tema “Tadarus
pengembaraan keilmuannya ke Mesir, Ramadhan” (Muhammad, 2011). Fakta
tepatnya di Al-Azhar, Kairo (Muhammd, tersebut memberikan informasi bahwa
2011). KH. Husein Muhammad adalah sosok
Sekembalinya dari Mesir (1983), yang terus “bergerak” dan karena
KH. Husein Muhammad langsung aktivitasnya lahir buku-buku yang luar
memimpin Pondok Pesantren Darut biasa.
Tauhid Arjawinangun, Cirebon, Jawa Dalam situs resmi fahmina.or.id
Barat. Amanah tersebut masih dia dijelaskan bahwa salah satu hal yang
emban sampai sekarang. Suami dari menarik dari KH. Husein Muhammad
Lilik Nihayah Fuady ini dikaruniai 4 adalah karena dia dijuluki sebagai “kiayi
orang anak: Hilya Aulia, Layali Hilwah, gender”. Tidak dijelaskan secara rinci
Muhammad Fayyaz Mumtaz, Najla, dan siapa yang menyematkan dan kapan
Fazla (Muhammad, 2012). KH. Husein julukan itu mulai “disandangnya”. Hal
Muhammad selain menjadi pengasuh ini tentu tidak lepas dari perhatian
pesantren juga menjabat sebagai besarnya terhadap isu gender di
Komisioner Komnas Perempuan republik ini secara khusus, dan di dunia
Jakarta, pendiri Institut Studi Islam global secara lebih universal. Sejalan
Fahmina (ISIF) Cirebon, dan pendiri dengan ini, untuk menyebarkan ide-
Fahmina Institute. Lembaga terakhir idenya, dia aktif dalam pelbagai
bermisi mengembangkan gerakan pelatihan, lokakarya, dan seminar, baik
keagamaan kritis berbasis tradisi tingkat nasional maupun internasional.
keislaman pesantren untuk perubahan Berkat kiprahnya yang luar biasa, KH.
sosial (Muhammad, 2011). Husein Muhammad pernah menerima
KH. Husein Muhammad termasuk penghargaan dari Bupati Kabupaten
kiayi yang produktif dalam hal Cirebon sebagai Tokoh Penggerak,
kepenulisan dan aktif dalam kegiatan Pembina, dan Pelaku Pembangunan
keagamaan (diskusi dan seminar Pemberdayaan Perempuan (http://
keislaman). Buku Fiqh Perempuan: www.fahmina.or.id/profil/staff.html,
Refleksi Kiai atas Wacana Agama 11/9/13).
dan Gender sebenarnya merupakan Tidak cukup di situ saja, KH.
kumpulan dari makalahnya yang Husein Muhammad juga mendapatkan

78
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

Penghargaan Award for Heroism dalam karya-karyanya yang sebagian


dari Pemerintah AS untuk “Heroes besar merujuk kepada turāts, bukan
Acting to End Modern-Day Slavery” sekadar karya berbahasa Indonesia.
(Trafficking in Person), 2006 (Ibid). Disebabkan oleh basis pemahaman
Penghargaan yang didapatkannya yang arabis tersebut, KH. Husein
merupakan sebuah pengakuan terha­ Muhammad di saat yang sama
dap perannya secara nyata baik dalam tidak banyak menyertakan referensi
tingkat regional (nasional) sampai berhahasa Inggris. Lepas dari itu,
tingkat internasional. Kenyataan dalam pengamatan penulis, fokus dan
tersebut, terlepas dari bagaimana pemahamannya terhadap kitab-kitab
publik menilainya (pro-kontra), menjadi klasik sangat luar biasa. Jadi, tidak
contoh (preseden) bagi siapapun, mengherankan kalau dia memutuskan
termasuk khususnya kaum muda untuk untuk menjadi pengasuh pesantren,
berkarya pada masa selanjutnya. sebuah lembaga yang tentu saja dekat
Aktivitasnya yang paling kentara kajian kitab kuning (klasik, turāts).
adalah posisinya sebagai pengasuh
Pondok Pesantren (Darut Tauhid B. Sekilas tentang Prof. Siti
Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat). Musdah Mulia
Dari situ dapat dipahami bahwa KH. Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, M.A.,
Husein Muhammad memiliki kapasitas APU (Ahli Peneliti Utama), lahir di
sebagai sosok yang perhatian Bone-Sulawesi Selatan, pada tanggal
dan konsen terhadap transformasi 3 Maret 1958. Kalau dibandingkan
keilmuan, paling utama melalui dengan KH. Husein Muhammad,
lembaga yang dipimpinnya. Lebih dari Prof. Siti Musdah Mulia lebih muda 5
itu, konsentrasinya tersebut menjadi tahun. Saat penelitian ini ditulis, kalau
bagian dari upaya dan usahanya untuk begitu, dia berumur 55 tahun atau
melestarikan dan mengembangkan sudah berkepala lima. Dia adalah
keilmuannya selama ini yang juga anak pertama (sulung) dari pasangan
didapat dari dunia pesantren. Tidak Mastamin Abdul Fattah dan Buaidah
dimungkiri bahwa dia tidak hanya Achmad. Suaminya, Ahmad Thib Raya
menempuh pendidikan melalui jalur adalah guru besar paskasarjana UIN
“kaum sarungan” (pesantren) tetapi Syarif Hidayatullah, Jakarta (Mulia,
juga pendidikan formal. 2005).
Basis pemikiran KH. Husein Prof. Siti Musdah Mulia adalah
Muhammad, sebagaimana diakuinya perempuan pertama yang meraih
sendiri, adalah pemahamannya doktor dalam bidang pemikiran politik
tentang kitab-kitab klasik (turāts). Islam di IAIN Jakarta (1997), sekarang
Sejurus dengan itu, dapat ditelisik menjadi UIN Syarif Hidayatullah,

79
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

Jakarta. Disertasinya berjudul Ne­ Pendidikan formal Prof. Siti


gara Islam: Pemikiran Husain Haikal Musdah Mulia dimulai dari pesantren,
(diterbitkan menjadi buku oleh yang kemudian dilanjutkan dengan
Paramadina tahun 2000). Penelitian menyelesaikan S1 Jurusan Bahasa dan
disertasinya dilakukan langsung di Sastra Arab di IAIN Alauddin Makassar
Mesir. Dia adalah perempuan pertama (sekarang UIN Alauddin Makassar).
pula yang dikukuhkan Lembaga Selanjutnya, dia meneruskan S2
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bidang Sejarah Pemikiran Islam.
sebagai Profesor Riset bidang Lektur Sementara untuk S3-nya, dia mene­
Keagamaan di Dep. Agama (1999) kuni Bidang Pemikiran Politik Islam.
dengan Pidato Pengukuhan: Potret Jenjang S2 dan S3-nya tersebut
Perempuan Dalam Lektur Agama ditempuh di Paskasarjana Universitas
(Rekonstruksi Pemikiran Islam Menuju Islam Negeri (UIN) Jakarta. Selain
Masyarakat Egaliter dan Demokratis) pendidikan formal, Prof. Siti Musdah
(http://www.mujahidahmuslimah.com/ Mulia banyak mengikuti sejumlah
component/content/article/41-biografi/47- pendidikan nonformal (kursus), untuk
biografi-musdah-mulia-dalam-buku- mendukung pendidikan formalnya
muslimah-sejati-.html, 11/9/13). (Mulia, 2005).
Atas upayanya mempromosikan Salah satu hal yang menarik
demokrasi dan HAM, pada tahun dari Prof. Siti Musdah Mulia adalah
2007 dalam peringatan International konsistensinya untuk memakai jilbab
Women Days di Gedung Putih US, dia (hijab). Pasalnya, banyak para “feminis”
menerima penghargaan International yang karena alasan memperjuangkan
Women of Courage mewakili Asia hak-hak dan kebebasan perempuan
Pasifik dari Menteri Luar Negeri akhirnya menanggalkan jilbabnya
(Menlu) Amerika Serikat, Condoleeza atau memang sejak awal memutuskan
Rice. Akhir tahun 2009, dia menerima untuk tidak mengenakan pakaian
penghargaan internasional dari Italia, simbol keislaman tersebut. Pilihan
Woman of The Year 2009 (Ibid). Prof. Siti Musdah Mulia tersebut tentu
Penghargaan tersebut, sebagaimana boleh ditafsirkan oleh siapapun yang
yang diperoleh oleh KH. Husein melihatnya. Dalam kacamata penulis,
Muhammad, menjadi bukti diakuinya hal tersebut menahbiskan bahwa bagi
kiprah sosial Prof. Siti Musdah Prof. Siti Musdah Mulia, jilbab adalah
Mulia. Lebih penting dari itu, prestasi soal kesadaran dan kerelaan hati.
tersebut selaiknya menjadi motivasi Tentu menjadi sia-sia ketika seorang
bagi siapapun juga, wa bil khushūsh muslimah mengenakan jilbab tetapi
mereka yang masih memiliki banyak bukan karena panggilan jiwa melainkan
kesempatan. hanya karena faktor keterpaksaan.

80
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

Prof. Siti Musdah Mulia sudah hasil kodifikasi masa lampau.


menjadi aktivis sejak mahasiswa, dan Buku Fiqh Perempuan karya
terus berlangsung sampai sekarang. KH Husein Muhammad tersebut,
Beberapa contoh organisasi yang sebagaimana diakui oleh editornya
digelutinya adalah, Korps Perempuan (Faqihuddin Abdul Kodir), sebenarnya
Majelis Dakwah Islamiyah, Majelis merupakan kumpulan tulisan lepas
Ulama Indonesia, Lembaga Kajian yang disampaikan dalam banyak
Agama dan Jender, dan Perkumpulan seminar. Menurut Faqihuddin sendiri,
Keluarga Berencana Indonesia. Dia apabila buku tersebut dibaca secara
selalu hadir dalam pelbagai program teliti akan didapatkan “benang merah”
advolasi, pelatihan, penelitian, dan yang membentuk pemikiran yang utuh
konsultasi untuk pemberdayaan ma­ dan sistematis dalam kaitannya dengan
syarakat, khususnya yang bertema­ fiqh perempuan dalam perspektif
kan demokrasi, pluralisme, HAM, dan keadilan gender (Muhammad, 2012).
keadilan demi menciptakan masya­ Lebih luas lagi, bingkai pemikiran
rakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai KH. Husein Muhammad sebenarnya
spiritual dan nilai-nilai kemanusiaan tidak berbeda jauh dengan apa yang
(Ibid). dituliskan dalam karya lain, misalnya,
dalam buku Mengaji Pluralisme kepada
C. Kepemimpinan Perempuan Mahaguru Pencerahan (Muhammad,
dalam Kerangka Pikir KH. 2011).
Husein Muhammad Sudah dijelaskan di awal bahwa
Dalam rangka menganalisis konsep buku utama yang digunakan untuk
pemikiran KH. Husein Muhammad menganalisis pemikiran KH. Husein
tentang kepemimpinan perempuan, Muhammad adalah Fiqh Perempuan:
penulis menjadikan buku yang ber­ Refleksi Kiai atas Wacana Agama
judul Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai dan Gender. Buku yang sudah
terhadap Wacana Agama dan Gender dicetak berulang kali tersebut diberi
sebagai rujukan utamanya. Buku kata pengantar oleh KH. M.A. Sahal
tersebut, oleh KH. Husein Muhammad Mahfudh dan Dr. Andree Feillard. Kiai
memang diberi judul “fiqh” tetapi isinya Sahal Mahfudh dalam pengantarnya
tidak sama persis dengan model kitab memberikan apresiasi positif terhadap
fiqh yang ditulis oleh ulama’ masa lalu. karya KH. Husein Muhammad tersebut.
KH. Husein Muhammad lebih menge­ Melalui buku tersebut, KH. Husein
depankan fiqh yang berorientasi Muhammad telah mendedahkan
kepa­­da masalah kekinian dan pada betapa pentingnya kajian fiqh,
saat yang sama memberikan catatan yang sangat terbuka memberikan
(kritis) terhadap (kemapanan) fiqh ruang diskusi selebar-lebarnya bagi

81
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

pelbagai pandangan dan pendapat Membaca rangkaian tulisan KH.


(Muhammad, 2012). Husein Muhammad dalam buku
Kiai Sahal Mahfudh tentu tidak yang dimaksud akan menguatkan
semata-mata menilai positif terhadap dan mempertegas posisinya dalam
karya KH. Husein Muhammad. Dia hal kepemimpinan perempuan.
juga memberikan sedikit catatan kritis Bagi KH. Husein Muhammad,
di akhir pengantarnya. Buku tersebut, realitas yang terjadi saat ini secara
menurutnya, masih banyak mengambil tidak langsung sudah membantah
literatur-kepustakaan-rujukan dan “sakralitas” penafsiran masa lalu.
bahan bacaan dari terminologi agama Pada kenyataannya yang ada masa
lain. Tentu akan lebih ideal jika KH. sekarang, perempuan memiliki
Husein Muhammad fokus pada satu kemampuan memimpin sebagaimana
arah pada penggalian ajaran agama yang dimiliki oleh laki-laki. Dalam
melalui kacamata pandang fiqh (Ibid). kacamata lain, perempuan tidak selalu
Apa yang dilakukan oleh KH. Husein identik dengan sikap emosional tetapi
Muhammad tersebut yang kemudian juga sudah mampu berpikir rasional
dikritisi oleh KH. Sahal Mahfudh secara baik dan ideal. Di samping
boleh jadi adalah sebuah upaya untuk itu, sejak dahulu banyak pemimpin
mendapatkan hasil kajian yang lebih perempuan yang sebenarnya telah
konfrehensif. berhasil menjadi seorang pemimpin.
Dalam buku yang sudah dicetak Dia menegaskan bahwa hal yang
sebanyak 6 kali tersebut, KH. Husein paling esensial dalam kepemimpinan
Muhammad menulis kajian khusus adalah kemampuan dan intelektualitas.
tentang kepemimpinan sosial politik Dua hal tersebut pada saat ini dapat
perempuan. Pada tulisan tersebut, dimiliki oleh siapa saja, laki-laki maupun
kunci atau “benang merah” pikirannya perempuan (Ibid). Ringkasnya, baik
tentang kepemimpinan perempuan laki-laki maupun perempuan memiliki
sangat kentara dan mengemuka. Hal kesempatan yang sama untuk menjadi
ini karena pada hakikatnya, dari logika seorang pemimpin berdasarkan
yang dia bangun dari mulai pengantar pertimbangan kapabilitas dan
dan bagian awal buku sudah intelektualitas tersebut. Pandangan
mengindikasikan kepada apresiasi yang menyatakan bahwa perbedaan
terhadap kepemimpinan perempuan jenis kelamin menjadi halangan
(Ibid). Dia mencoba untuk memberikan untuk memimpin tidak selaiknya
cacatan yang membangun terhadap dipertahankan karena kepemimpinan
logika penafsiran yang lebih banyak adalah demi kemaslahatan. Dalam
memosisikan wanita dalam bingkai rangka mencapai kemaslahatan
yang tidak menguntungkan. tersebut maka siapa yang paling

82
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

mampu dialah yang lebih berhak. Husein Muhammad (Ibid).


KH. Husein Muhammad yang Salah satu dasar yang menjadikan
juga berposisi sebagai seorang KH. Husein Muhammad mengapresiasi
ahli fikih terlihat begitu menghargai kepemimpinan perempuan adalah
kodifikasi fiqh yang sejak awal pertimbangan hak-hak asasi manusia.
menjadi perhatian mayoritas ulama’. Hak asasi manusia adalah dimensi
Baginya, fiqh sebagaimana maklum keagamaan yang bersifat humanisme
diketahui, adalah karya intelektual universal (terus melekat dalam konteks
tentang hukum dengan landasan teks- kehidupan manusia). Dalam dimensi
teks keagamaan, dalam hal ini Al- yang demikian agama kemudian
Qur’an dan as-Sunnah. Lebih lanjut, hadir untuk memberikan “angin”
dia menegaskan bahwa fiqh adalah keadilan, memberi rahmat, egaliter,
rumusan (karya) pikiran cerdas yang dan demokratis. Sebagai antitesisnya,
menjadi jawaban (respon) terhadap segala bentuk diskriminasi dalam
masalah-masalah yang berkembang sistem keagamaan adalah sesuatu
(Muhammad, 2011). Betapapun yang harus ditolak (Muhammad,
demikian, fiqh tidak dapat diposisikan 2011). Termasuk dalam hal ini adalah
sebagaimana adanya Al-Qur’an pandangan bahwa perempuan tidak
dan as-Sunnah. Jika Al-Qur’an boleh menjadi pemimpin sebagaimana
dan as-Sunnah sudah final maka laki-laki.
fiqh senantiasa berkembang dan Penolakan terhadap kepemimpinan
berdinamika. perempuan berangkat dari pandangan
Dikarenakan fiqh hadir dalam posisi bahwa perempuan tidak dapat
sebagai respon terhadap masalah melakukan tugas-tugas sebagaimana
umat maka dia tidak berada dalam yang dapat dilakukan laki-laki.
kehampaan ruang dan kevakuman Padahal, faktanya banyak perempuan
waktu. Dalam logika KH. Husein yang sukses menjadi seorang
Muhammad, fiqh sebagai karya pemimpin. Hal ini, menurut KH. Husein
intelektual yang senantiasa bergumul Muhammad bermula dari pandangan
dalam realitas (fakta) historis dan yang meyakini kealamiahan dan
sosiologis (Ibid). Oleh karena itulah, kodratiah sifat-sifat keperempuanan.
kesimpulan-kesimpulan fiqh yang Padahal, kehidupan tidak lagi
dalam sejarah tertentu tidak bisa ditarik bergerak dalam kemapanan dan
dalam ruang dan waktu yang berbeda. stagnasi. Ada dialektika yang bergerak
Memaksakan fiqh masa lampau untuk terus-menerus, dari kehidupan
menghukumi persoalan yang hadir nomaden menuju kehidupan yang
pada masa sekarang adalah sebuah berperadaban, dari kerangka pikir
kerancuan dalam pandangan KH. tradisionalis menuju kerangka pikir

83
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

rasionalis, dari pandangan tekstualis untuk menjadi pemimpin. Sebab, lebih


menuju pandangan substansialis, dari tegas lagi, kepabilitas kepemimpinan
ketertutupan menuju keterbukaan, yang menentukan berhasil-gagalnya
dan seterusnya (Ibid). sebuah tatanan kepemimpinan.
Sebagaimana dipaparkan sebe­ Di bagian akhir tulisannya tentang
lumnya bahwa basis intelektual KH. kepemimpian sosial perempuan,
Husein Muhammad adalah turāts KH. Husein Muhammad menulis
maka tidak mengherankan ketika sub tentang “Dekonstruksi Fiqh
dia mengutip teks asli turāts dalam Presiden Perempuan”. Setelah
tulisan-tulisannya. Hal itulah yang berargumentasi secara panjang lebar,
menjadi kelebihan dari KH. Husein dia berkesimpulan bahwa:
Muhammad, dimana dia yang sangat “Dengan kata lain, keputusan ijma’
dekat turāts itu tidak serta-merta (konsensus) dapat diubah apabila
memosisikannya dalam maqām yang nilai kemaslahatan di mana hukum
mapan dan sakral. Sebaliknya, bagi KH. yang harus ditegakkan di atasnya
Husein Muhammad turāts itu memiliki telah berubah. Jadi, sekali lagi, tidak
wilayah otoritas masing-masing yang ada persoalan apakah seseorang
sebenarnya tidak dapat diterapkan presiden harus laki-laki atau
setiap waktu. Oleh karena itu, turāts perempuan. Perempuan dapat menjadi
memang harus terus dibaca namun presiden jika kemaslahatan bangsa
dalam hal dimana ada bahasan yang menghendakinya. Sebaliknya, laki-laki
tidak relevan perlu dipertimbangkan tidak layak menjadi presiden apabila
kembali dan dikaji ulang. ia dapat membawa kesengsaraan dan
Selanjutnya, KH. Husein penderitaan rakyatnya.” (Ibid).
Muhammad menegaskan secara Terakhir, KH. Husein Muhammad
mutlak bahwa kegagalan dan keber­ banyak memberikan catatan (kritis)
hasilan kepemimpinan sebenar­nya terhadap turāts. Sebagai contoh, dia
tidak ada kaitannya dengan jenis memberikan komentar terhadap kitab
kelamin. Kegagalan dan keberhasilan ‘Uqūdu al-Lijjain fi Bayāni Huqūqi az-
kepemimpinan sebenarnya lebih Zaujain. Kitab karangan Imam Nawawi
disebabkan oleh kemampuan dalam al-Bantani tersebut banyak menjadi
memimpin (skill kepemimpinan) rujukan di kalangan pesantren, dari
(Ibid). Dalam suasana dimana perem­ dahulu sampai saat ini. Kitab tersebut
puan sudah dapat berpikir maju dalam pandangan KH. Husein
sebagaimana laki-laki dan tidak Muhammad sudah barang tentu
lagi kekhawatiran akan kelemahan memengaruhi sikap dan pandangan-
perempuan maka perempuan pun pandangan masyarakat pembacanya
memiliki kesempatan dan peluang (Ibid). Dalam rangka memeroleh

84
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

pandangan yang lebih ideal maka beragama-secara-esensial.html,


disarankan untuk merujuk kepada 7/9/13). Hal itulah yang mendorongnya
sumber-sumber lain, khususnya yang lebih responsif terhadap misi-
kontemporer. misi kemanusiaan. Sebab, kalau
keberagamaan tidak ditarik dalam
D. Kepemimpinan Perempuan kerangka esensi kemanusiaan tetap
dalam Kerangka Pikir Prof. menyisakan problem dalam kehidupan
Siti Musdah Mulia secara luas (Ibid). Agama, sudah
Dalam rangka menganalisis jamak dipahami, diturunkan untuk
pemikiran Prof. Siti Musdah Mulia, kebaikan dan kemaslahatan manusia
penulis menjadikan buku Muslimah itu sendiri.
Reformis: Wanita Pembaru Sama halnya dengan buku KH.
Keagamaan sebagai babonnya. Karya Husein Muhammad, Muslimah
Prof. Siti Musdah Mulia tentu saja Reformis, sebenarnya bukanlah
bukan hanya buku tersebut tetapi sekali sebuah buku yang secara sengaja
lagi untuk menfokuskan penelitian disiapkan. Sebagaimana pengakuan
maka dipilihkah buku ini. Selain itu, editornya (Ahmad Baso), tulisan-tulisan
pembahasan dalam buku tersebut dalam buku tersebut adalah himpunan
tentang kepemimpian perempuan juga sejumlah makalah dan artikel, yang
cukup lengkap. Hal ini kalau dicermati dipresentasikan dalam sejumlah
sejalan dengan apa yang penulis forum, baik di dalam maupun di luar
lakukan ketika menganalisis pemikiran negeri. Sebagian tulisan tersebut juga
KH. Husein. Di titik ini, bagi penulis, sudah dipublikasikan dalam jurnal
ada kesamaan yang diharapkan akan dan majalah di Indonesia (Mulia,
menjadikan simpulan dari penelitian 2005). Terlepas dari fakta tersebut,
ini menjadi berimbang dan obyektif. “benang merah” dari pemikiran Prof.
Prof. Siti Musdah Mulia sebagai Siti Musdah Mulia tetaplah satu-
seorang tokoh dan aktivis ingin padan, tidak terpisah dan terpecah
mengajak umat muslim untuk alur pikirnya.
memahami agama dalam kerangka Di awal tulisannya (Perempuan
yang substantif (esensial). Agama, sebagai Pemimpin), Prof. Siti Musdah
baginya, tidak sepantasnya hanya Mulia menulis tentang “Perempuan dan
dipahami secara simbolik dan Politik: Dari Pengucilan ke Penguatan”.
terpaku pada hal-hal yang sifatnya Di awal tulisannya tersebut, dia
artifisial. Agama, kalau begitu, harus menulis dua kalimat yang menarik
membimbing manusia untuk lebih dan sekaligus menohok: “Begitu
bersikap yang manusiawi (http://www. banyak laki-laki yang gigih menuntut
mujahidahmuslimah.com/artikel/137- hak untuk mendapatkan keadilan,

85
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

tetapi mengabaikan hak yang sama beragam dan karena itulah mereka
untuk perempuan. Itulah yang disebut saling mengisi dan melengkapi,
standar ganda dan sangat nyata bukan semata berebut pengaruh
dalam dunia politik.” (Ibid). Ungkapan dan kekuasaan (power) (Ibid). Dasar
tersebut merupakan gambaran akan tersebut yang bagi penulis penting
keadaan yang seringkali dihadapi oleh untuk menjadi landasan ideal dalam
perempuan. Perempuan mengalami melihat diskursus keterlibatan
mengucilan dan karenanya tidak perempuan dalam ranah publik.
mendapatnya haknya secara penuh. Bagi Prof. Siti Musdah Mulia,
Politik, menurutnya, pada keterlibatan perempuan dalam
hakikatnya adalah kekuasaan (power) perpolitikan sangatlah penting. Sebab,
dan pengambilan keputusan, yang seandainya mereka tidak ikut andil
lingkupnya dimulai dari institusi maka banyak kepentingan, aspirasi,
keluarga (rumah tangga) sampai dan kebutuhan perempuan yang
institusi politik formal tertinggi. memang tidak sama dengan laki-laki
Pengertian politik pada prinsipnya tidak terangkat, tidak diakui, tidak
meliputi masalah-masalah pokok dihargai, bahkan terabaikan, dan
dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terpenuhi (Ibid). Keterlibatan
kenyataannya melibatkan perempuan perempuan dalam konteks tersebut
(Ibid). Dalam bahasa yang lain, politik untuk mempengaruhi kebijakan final
yang kesannya senantiasa berkaitan yang titik akhirnya adalah kebaikan
dengan konteks kenegaraan secara dan kemaslahatan bagi laki-laki
spesifik, tidaklah benar adanya. dan perempaun secara seimbang.
Karena pengertian politik sangat luas, Dalam rangka menuju pada harapan
termasuk sebagaimana dijelaskan dan cita-cita tersebut dibutuhkan
Prof. Siti Musdah Mulia, berkaitan penyadaran secara langsung kepada
secara domestik dengan kerumah- para perempuan.
tanggaan. Prof. Siti Musdah Mulia
Dalam konteks tersebut, dia menyayangkan realitas kekuasaan
menegaskan bahwa keterlibatan yang selalu identik dengan maskulinitas,
perempuan dalam bidang politik yaitu ketegaran, kekuatan, dan
(kepemimpinan) bukan dimaksudkan kemampuan memengaruhi orang lain.
untuk menjatuhkan, menurunkan, Sebagai implikasinya, perempuan
dan merebut kekuasaan dari tangan akhirnya harus menjadi maskulin jika
laki-laki, melainkan agar perempuan ingin berkuasa (memimpin). Mereka
bisa menjadi mitra sejajar laki-laki. juga harus mengeliminasi aspek
Hal tersebut diperkuat denan realitas lemah lembut dalam dirinya untuk
penciptaan manusia yang serba disebut kuat, tegar, dan berpengaruh.

86
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

Menurutnya, kondisi tersebut menjadi kehidupan, tak terkecuali dalam bidang


isu gerakan feminisme pada era kepemimpinan. Akan tetapi, mengapa
1970-an (Ibid). Logika yang demikian dalam karya-karya pemikiran Islam
tersebut sebenarnya harus diubah yang tampil adalah sosok yang apatis,
sehingga tercipta keadilan yang rapuh, dan terkungkung?” (Ibid).
sesungguhnya bagi perempuan. Secara terbuka, dia mengakui
Ke depan, dia menyarankan adanya perbedaan pendapat
dikembangkannya suatu konsep tentang keabsahan kepemimpinan
kekuasaan perempuan (women perempuan. Pendapat pertama,
power) yang berbeda dengan logika membolehkan dengan syarat yang
kekuasaan laki-laki. Kekuasaan ketat, seperti beriman dan bertakwa,
dalam logika feminim adalah memiliki integritas pribadi yang
kekuasaan yang penuh dengan kasih kuat, memiliki kecakapan (skill), dan
sayang, tidak berpusat pada diri kemampuan yang memadai, dan dapat
sendiri, melainkan lebih diarahkan menjadi panutan masyarakat. Kedua,
kepada suatu tujuan. Women power pendapat yang tidak membolehkan
menyatukan kualitas perempuan dengan alasan perempuan tidak
dengan beberapa karakteristik laki-laki dapat menjadi imam, dan negara akan
dan kedua atribut tersebut memiliki kacau kalau dipimpin oleh perempuan.
nilai yang sama. Kualitas laki-laki dan Dalam Kongres Umat Islam Indonesia
kualitas perempuan hakikatnya tidak (KUII) yang diinisiasi Majelis Ulama
bertentangan. Karena itulah, tulisnya, Indonesia (MUI), 3-7 November 1998,
dalam kelembutan dan kasih sayang pendapat pertama yang sebenarnya
justru terpendam kekuatan yang dimunculkan dahulu oleh para
dahsyat (Ibid). perempuan yang kemudian didukung
Di bagian selanjutnya (masih kaum laki-laki (Ibid).
dalam kajian “Perempuan sebagai Selanjutnya, secara spesifik
Pemimpin”), Prof. Siti Musdah Mulia masuk pada kajian tentang kontroversi
menulis tentang “Kepemimpinan kepemimpinan perempuan. Menurut
Perempuan: Mengakhiri Kontroversi, Prof. Siti Musdah Mulia sendiri,
Merambah Jalan Baru”. Di awal hal yang sama (kontroversi) juga
tulisannya tersebut dia mengutip terjadi pada kepemimpinan laki-laki
pernyataan Masharul Haq Khan (Ibid). Pada purnanya, lepas dari
(1995): “Perempuan pada masa kontroversi tersebut, dia memilih
Rasul tampil sebagai sosok yang untuk mengatakan bahwa perempuan
dinamis, santun, dan bermoral. sebagai partner laki-laki memiliki
Dalam jaminan Al-Qur’an, perempuan kesempatan untuk menjadi pemimpin,
bebas berkiprah dalam semua bidang dengan catatan perempuan memang

87
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

memiliki kesiapan dan kapabilitas hanya menyangkut masalah politik.


dalam hal tersebut. Sebagai landasan Sebaliknya, dari logika yang dibangun
teologisnya, sebenarnya Al-Qur’an dan paparkan secara menyeluruh, dia
lebih banyak memberikan isyarat ingin menegaskan bahwa perempuan
supaya laki-laki dan perempuan saling memang berpotensi untuk berperan
membantu, bekerja sama, dalam amar dalam sektor publik sebagai bagian
ma’rūf nahi munkar. Kepemimpinan dari haknya dan lebih penting
yang sukses dan adil adalah bagian dari itu adalah demi kebaikan dan
dari tugas mulia tersebut. kemaslahatan bersama.
Sebagai akhir dari pemaparan
tentang konsepsi kepemimpinan Analisis Komparatif Pemikiran
perempuan menurut Prof. Siti Musdah KH. Husein Muhammad dan Prof.
Mulia, menarik untuk mengutip secara Siti Musdah Mulia tentang Ke­
lengkap paragraf terakhir tulisannya pemimpinan Perempuan
tentang hal tersebut. Statemen Ulasan dalam bab sebelumnya
tersebut adalah simpulannya setelah sudah sangat jelas bahwa antara
melakukan penelitian, analisis, KH. Husein Muhammad dan Prof. Siti
renungan, dan refleksi terhadap teks- Musdah Mulia memiliki konsep umum
teks keagamaan dan kenyataan sosial yang sama tentang kepemimpinan
yang ada. Berikut adalah peryataannya perempuan. Keduanya mengapresiasi
yahng dimaksudkan: peran aktif perempuan dalam
“Akhirnya dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan karena akan membawa
tidak satu pun ketentuan agama yang kemaslahatan dan dampak yang
dapat dipahami sebagai larangan positif. Dalam bab ini akan penulis
bagi keterlibatan perempuan dalam paparkan “benang merah” pemikiran
bidang politik, atau yang membatasi kedua tokoh tersebut dan juga hal-
bidang tersebut hanya untuk kaum hal yang berbeda dalam rancang-
laki-laki. Sebaliknya, cukup banyak bangun pemikiran keduanya tentang
ayat dan hadis yang dapat dijadikan kepemimpinan perempuan. Bab ini
dasar pemahaman untuk menetapkan sekaligus menjadi jawaban utama dari
adanya hak-hak politik perempuan.” rumusan masalah penelitin ini.
(Ibid).
Dalam paragraf kutipan di atas,
A. Ketakwaan sebagai Pembeda
Prof. Siti Musdah Mulia memang
Menurut M. Quraish Shihab, salah
menyebut secara lugas tentang
satu tema utama sekaligus prinsip
“hak-hak politik perempuan”. Kalimat
pokok dalam ajaran Islam adalah
tersebut tentu tidak dapat dipahami
persamaan antara manusia, baik
secara khusus bahwa pandangannya
laki-laki dan perempuan maupun

88
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

antarbangsa, suku, dan keturunan. Hujurāt [49] ayat 13 tersebut sebagai


Perbedaan yang digarisbawahi landasan bahwa semua insan memiliki
dan kemudian meninggikan atau kesempatan yang sama dalam
sebaliknya merendahkan derajat hidupnya. Lebih lanjut dia mengatakan
seseorang hanyalah nilai pengabdian bahwa cita-cita Al-Qur’an adalah demi
dan ketakwaannya kepada Tuhan terciptanya sebuah kehidupan manusia
Yang Maha Esa (Shihab, 2013). Selain yang bermoral, yang menghargai nilai-
dari pengabdian dan ketakwaan nilai kemanusia universal (Muhammad,
hakikatnya manusia sama di hadapan 2012). Nilai-nilai universal tersebut
Allah. Perbedaan geografis, kultural, tiada lain adalah keadilan, persamaan,
warna kulit, dan seterusnya tidak kemaslahatan, dan seterusnya.
dapat dijadikan ukuran substantif Sebagai akibat positifnya, diskriminasi
untuk membeda(-beda)kan manusia dan penyudutan dalam kehidupan
satu sama lainnya. adalah hal lain yang harus ditolak.
Dalam tulisannya yang berjudul
Tauhid: Sumber Inspirasi Reformasi, B. Al-Qur’an Surat an-Nisā’ [4]
Prof. Siti Musdah Mulia menulis ayat 34
sub bagian yang diberi titel “Tauhid Ketika berbicara kepemimpinan
Menjadikan Manusia Setara”. Salah laki-laki dan perempuan, siapapun
satu ayat yang dikuti dalam bagian orangnya, tidak lepas dari (pema­
tersebut adalah QS. al-Hujurāt [49] haman terhadap) ayat yang satu ini.
ayat 13. Sejalan dengan ayat tersebut Ayat tersebut adalah QS. an-Nisā’
menurutnya, sebagai hamba Allah [4] ayat 34. Termasuk dalam hal ini
tidak ada perbedaan antara laki-laki adalah KH. Husien Muhammad dan
dan perempuan. Keduanya berpotensi Prof. Siti Musdah Mulia. Keduanya
yang sama untuk menjadi hamba yang menjadikan ayat tersebut sebagai
ideal, yang dalam bahasa Al-Qur’an pertimbangan teologis-qurani untuk
dalam ayat tersebut diistilahkan sampai kepada pemahaman yang,
dengan orang-orang yang bertakwa menurut keduanya, ideal dalam
(muttaqūn) (Mulia, 2005). Dengan alur kaitannya dengan kepemimpinan
yang sama, dapat dipahami bahwa (perempuan). Sebab, ayat tersebut
yang membedakan manusia di sisi kalau dipahami secara sepintas lalu
Tuhannya adalah (hanyalah) kadar seolah memberikan gambaran bahwa
ketakwaannya tersebut. laki-laki selalu menjadi pemimpin atas
Pemahaman awal bahwa pada perempuan, ar-rijālu qawwāmūna ‘ala
hakikatnya manusia itu sama disitir an-nisā’.
juga oleh KH. Husein Muhammad. Memahami Al-Qur’an dalam pan­
Dia, misalnya, (juga) mengutip QS. al- dangan keduanya tidak sepatut­nya

89
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

berhenti dalam tataran tekstualitas yang sering terjadi dalam masyarakat


tetapi sudah semestinya juga mem­ Arab (Mulia, 2005).
pertimbangkan, dan ini yang lebih Bagi Prof. Siti Musdah Mulia
penting, aspek kontekstualitas. KH. menjadi tidak masuk akal apabila
Husein Muhammad mengatakan pemahaman terhadap ayat di atas
bahwa argumen untuk seluruh per­ kemudian digeneralisasi. Apalagi
soalan peran perempuan, pertama- ketergantungan perempuan terhadap
tama mengacu pada QS. an-Nisā’ laki-laki hanya berkutat pada masalah
[4]: 34, yang menyatakan: “Laki-laki ekonomi, dan hal ini tidak bersifat
adalah qawwām atas perempuan...” mutlak. Ketika ketergantungan ini
tersebut (Muhammad, 2012). Beragam sudah lepas maka posisi qawwām pun
pendapat ulama yang diutarakannya bisa ditawar atau direkonstruksi ulang.
memang memberikan pengertian Selain itu, dia mengutip Ahmed an-
akan betapa berkuasanya laki-laki Na’im (1997), sekarang ini laki-laki dan
terhadap perempuan. Dewasa ini, perempuan memiliki kebebasan dan
menurutnya, hal tersebut sudah tanggung jawab yang sama di depan
terbantahkan oleh kenyataan dimana hukum. Dengan adanya kesamaan
telah banyak perempuan yang berhasil tersebut menjamin keduanya dalam
melakukan tugas-tugas yang selama hal memperoleh kesempatan ekonomi
ini dianggap hanya mampu dilakukan dan keamanan (Ibid).
dan dimonopoli kaum laki-laki (Ibid).
Sementara itu, Prof. Siti Musdah C. Hadits Riwayat Abu Bakrah
Mulia dalam tulisannya juga meng­ Selain ayat di atas (QS. an-
ungkapkan hal yang sama tentang Nisā’ [4]; 34), sebuah hadits yang
ayat tersebut. Pertama-tama dia diriwayatkan oleh Abu Bakrah menjadi
mengemukakan pendapat mayoritas bagian penting dalam diskursus
ulama yang menahbiskan superioritas kepemimpinan perempuan. Dalam
laki-laki terhadap perempuan merujuk hal ini, KH. Husein Muhammad dan
kepada ayat di atas. Selanjutnya dia Prof. Siti Musdah Mulia juga sama-
memaparkan bahwa untuk memahami sama merujuk dan menjadikan hadits
ayat tersebut tidak boleh tercerabut tersebut sebagai landasan pemikiran.
dari latar belakang historisnya. Bagi keduanya, hadits selaiknya
Mengutip Asghar Ali Engineer (1992), tidak hanya dibaca secara tekstual
dia mengatakan bahwa QS. an-Nisā’ dan tidak pula dianggap bahwa apa
[4] ayat 34 di atas tidak berbicara yang ditafsirkan sebelumnya sebagai
masalah kepemimpinan (secara luas) pemahaman yang final. Sebuah hadits
tetapi mengenai kekerasan dalam muncul tidak lepas dari konteks sosio-
rumah tangga (domestic violence) historis, yang lazim dikenal dengan

90
sus kepemimpinan perempuan. Dalam hal ini,
usdah Mulia juga sama-sama merujuk dan
Kepemimpinan
emikiran. Bagi keduanya, haditsPerempuan
selaiknya Dalam
tidak Persepektif....., Samsul
nggap bahwa apa yang ditafsirkan sebelumnya
muncul tidak asbāb dari
istilah lepas al-wurūd.
konteks sosio-historis, dari kacamata periwayatan yang
rnjd. Hadits yang dimaksud berbunyi tergolong āhād. Selanjutnya, dia
sebagai berikut: menawarkan pendapat Syamsul
berikut:
Anwar (1994) yang mengklasifikasi
.˱Γ΃ήϣ· Ϣϫ˴ήϣ΃ ΍Ϯ˷ϟϭ ˲ϡϮϗ ˴΢Ϡϔ˷ϳ Ϧ˴ϟ ...
hadits tersebut sebagai kategori
man keduanya terhadap
Sebagaimana
Al-Qur’an,
pandangan
demikian
dan hadits umūr ad-dunyā, yang karena
atau Hadits. Sebagaikeduanya
pemahaman contoh, terkadang
terhadap Al-justrutidak didukung kenyataan sosial
Qur’an, demikian adanya ketika maka
16 harus ditafsirkan sesuai dengan
dihadapkan dengan as-Sunnah atau zaman dan konteks sosio-historisnya
Hadits. Sebagai contoh, terkadang (Mulia, 2005).
justru tidak tepat ketika sebuah hadits
hanya dipahami sebatas pemahaman D. Konsep Kepemimpinan
tekstual. Oleh karena itulah, Laki-laki dan Perempuan
pemahaman yang shahīh terhadap Perbedaan yang menarik di
teks (hadits) akan didapatkan ketika antara keduanya adalah terletak
dikaitkan dengan segala dimensi yang pada preferensi penjelasan
meliputi teks tersebut. Memang tidak tentang karakteristik kepimimpinan
salah memahaminya secara tekstual perempuan. Bagi KH. Husein
karena dalam konteks tertentu benar Muhammad, perempuan sebenarnya
dan tidak salah namun secara dapat bersikap sebagaimana adanya
keseluruhan karena teks lahir memiliki laki-laki. Dalam banyak kasus,
sebab historis yang temporer maka perempuan justru dapat lebih teliti dan
pembacaan yang peduli dengan jeli dimana hal ini tidak identik dengan
aspek-aspek yang meliputi teks kelaki-lakian. Dalam konteks logika
menjadi penting. kepemimpinan perempuan yang
Sudah dijelaskan sebelumnya dibangun oleh KH. Husein Muhammad
bahwa menurut KH. Husein dapat dilihat bahwa antara laki-laki
Muhammad, makna hadits di atas kalau dan perempuan memiliki basis tabiat
dikaitkan dengan fakta-fakta sejarah yang sama. Benar bahwa KH. Husein
yang ada tidak dapat dipertahankan. Muhammad tidak menyebutkan hal
Pasalnya, sejumlah pemimpin tersebut secara eksplisit dan tegas
perempuan telah terbukti berhasil namun, sekali lagi, berdasarkan alur
memimpin secara gemilang. Hal itu yang dia bangun mengarah kepada
bahkan terjadi sejak Islam yang dibawa pemahaman yang penulis paparkan.
oleh Nabi Muhammad SAW belum Bagi Prof. Siti Musdah Mulia,
lahir (Muhammad, 2012). Sementara perempuan memang laik dan berhak
Prof. Siti Musdah Mulia mengatakan untuk didapuk sebagai pemimpin.
(berdasarkan kutipan) hadits tersebut Ketika perempuan sudah menempati

91
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

posisi tersebut, dia tidak harus “berubah Islam sendiri sebenarnya sudah sangat
wujud” menjadi seorang laki-laki. kaya dengan prinsip-prinsip keadilan,
Baginya, kepemimpinan tidak harus kebebasan, dan kesetaraan manusia
identik dengan kekuatan, ketegasan, serta pesan-pesan moral mengenai
dan kewibawaan. Kepemimpinan juga pentingnya pemuliaan terhadap
tidak salah seandainya dibawa dalam martabat dan harkat manusia. Dalam
bingkai kelemahlembutan dan kasih kondisi tersebut, yang diperlukan
sayang. Perempuan ketika memimpin adalah sosialisasi ajaran-ajaran Islam
biarlah menjadi dirinya sendiri yang yang mendukung emansipasi tanpa
dalam hal ini perempuan menghargai harus menimbulkan kekhawatiran akan
tabiatnya sendiri sebagai seorang adanya ancaman terhadap dominasi
perempuan. laki-laki dan dekadensi moral (Ibid).
Bangunan pemikiran Prof.
Siti Musdah Mulia dalam masalah E. Logika Kebahasaan
tersebut bagi penulis adalah sebuah (Linguistik)
gagasan yang baru, luar biasa, dan KH. Husein Muhammad sebenar­
patut diapresiasi. Boleh jadi hal ini nya memiliki kompetensi yang
adalah bagian dari “kegelisahannya” tidak diragukan lagi dalam masalah
yang kemudian disuarakan mewakili kebaha­saan, dalam hal ini bahasa
“kegelisahan-kegelisahan” yang Arab. Sayangnya, dalam paparannya
dirasakan perempuan pada umumnya. tentang kepemimpinan perempuan
Perempuan justru harus menegaskan yang merujuk Surat an-Nisā’ [4]:
eksistensinya melalui upaya 34, dia tidak menyertakan telaah
pemuliaan terhadap tabiat aslinya. linguistik tentang “ar-rijāl” dan “an-
Dengan mengembangkan kekuasaan nisā’”. Penulis akui bahwa paparan
perempuan (feminim) perempuan KH. Husein Muhammad tentang kepe­
dapat menjadi politisi (pemimpin) yang mimpinan perempun meskipun tidak
andal, politisi yang tidak menyakiti terlalu panjang—hanya dalam 24
lawan politiknya—apapun alasannya. halaman—cukup representatif. Hal itu,
Politisi perempuan, menurutnya, bagi penulis akan lebih menarik kalau
tidak akan menggunakan intrik politik disertai dengan telaah kebahasaan
sebagaimana yang biasa dilakukan sebagaimana penulis maksudkan.
laki-laki (Mulia, 2005). Berbeda dengan KH. Husein
Selanjutnya, bagi Prof. Siti Muhammad, Prof. Siti Musdah
Musdah Mulia, perempuan muslimah Mulia melakukan sesuatu yang
tidak selamanya harus mengadopsi berbeda. Dia dengan cukup baik
konsep-konsep Barat, khususnya yang menelaah dan memaparkan konsep
berkenaan dengan emansipasi. Ajaran kebahasaan dalam menganalisis dan

92
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

menginterpretasi Surat an-Nisā’, ayat hanya perempuan yang memiliki


34 tersebut. Menurutnya, kata al- kualifikasi budaya tertentu, seperti
rijāl dan an-nisā’ bukan satu-satunya dewasa, sudah menikah, yang dapat
istilah yang dipakai Al-Qur’an untuk disebut al-imra-ah atau an-nisā’ (Ibid).
mengungkapkan makna ‘laki-laki’ dan Berdasarkan pertimbangan itu maka
‘perempuan’. Dalam Al-Qur’an dite­ terjemahan yang tepat untuk QS. an-
mukan dua kata untuk makna laki- Nisā’ [4] ayat 43 adalah: “Hanya laki-
laki, yaitu ar-rajulu (singular, mufrad), laki yang memiliki kualifikasi tertentu
dan al-rijālu (plural, jama’) atau adz- yang bisa menjadi pemimpin atas
dzakaru (singular, mufrad) dan adz- perempuan tertentu.” Selanjutnya,
dzukūru (plural, jama’). Sedangkan jika ayat tersebut ditelusuri asbāb
untuk perempuan, ada kata al-untsa, nuzūl-nya, yakni diturunkan dalam
al-mar’ah, dan an-nisā’. Al-Qur’an konteks rumah tangga maka makna
secara konsisten membedakan peng­ kandungannya akan lebih spesifik lagi
gunaan kata-kata tersebut (Mulia, yaitu hanya bermuara pada wilayah
2005). domestik atau rumah tangga itu sendiri
Kata adz-dzakar dan al-untsa (Ibid).
digunakan untuk menunjukkan jenis
kelamin secara biologis sementara ar- PENUTUP
rijāl dan an-nisā’ bukan dalam konotasi Simpulan
biologis, melainkan dalam konotasi Kepemimpinan perempuan dalam
kultural, yaitu menggambarkan sosok perspektif hukum Islam adalah konsep
laki-laki dan perempuan yang memi­ yang terbuka tetapi senantiasa ber­
liki kualifikasi tertentu. Kedua kata hubungan secara dialogis dengan
terakhir dipakai secara khusus untuk perkembangan zaman. Syariat Islam
menyebut manusia, sementara yang juga tidak memberikan ketentuan
sebelumnya secara umum untuk praktis yang tegas dan “clear”
manusia dan hewan. Karena itulah, terkait kepemimpinan perempuan
tidak semua adz-dzakar adalah ar- karena masalah ini adalah salah
rajul/ar-rijāl, juga tidak semua al-untsa satu kajian mu’āmalah (hubungan
adalah al-mar’ah/al-imra-ah/an-nisā’ sosial kemanusiaan), yang harus
(Ibid). dijelaskan lebih lanjut dengan ijtihad
Lelaki memiliki kualifikasi terten­ dan berdasarkan pertimbangan kema­
tu seperti sifat-sifat kejantanan nusiaan. Berdasarkan pemikiran terse­
(masculinity, rujūlah) sehingga disebut but sebenarnya tidak ada larangan
“al-rijāl”. Oleh sebab itu, perempuan tekstual dan kontekstual terhadap
yang memiliki sifa-sifat kejantanan perempuan untuk menjadi seorang
disebut “ar-rujlah”. Demikian pula, pemimpin. Siapapun personnya,

93
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

termasuk perempuan, berhak untuk (menjadi pemimpin). Sementara


(memutuskan) menjadi pemimpin menurut Prof. Siti Musdah Mulia, ketika
apabila memiliki kompetensi dan perempuan menjadi pemimpin tidak
keahlian serta kesediaan dalam hal harus berubah warna menjadi “seorang
tersebut. laki-laki” yang tegas dan berwibawa.
KH. Husein Muhammad dan Sebab, kepemimpinan juga ideal ketika
Prof. Siti Musdah Mulia—dua orang identik dengan kelemah-lembutan
tokoh yang pemikirannya menjadi dan kasih-sayang (sesuai tabiat
objek penelitian ini—sama-sama perempuan). Selebihnya, KH. Husein
memberikan apresiasi (positif) ter­ Muhammad dan Prof. Siti Musdah
hadap kepemimpinan perempuan. Mulia menekankan pembacaan
Bagi keduanya, sudah waktunya teks-teks agama (an-nushūsh ad-
perempuan ikut andil dalam wilayah dīniyyah) secara kontekstual, bukan
sosial kepemimpinan karena mereka semata tekstual, untuk mendapatkan
memang memiliki kapabilitas dalam pemahaman yang sesuai dengan laju
hal tersebut. Menurut keduanya, kehidupan. Terakhir, dalam kajiannya
yang membedakan manusia di sisi Prof. Siti Musdah Mulia menilik aspek
Tuhannya hanya ketakwaan, dan kebahasaan dalam memahaminya
karenanya perbedaan jenis kelamin QS. an-Nisā’ [4] ayat 34. Hal tersebut
tidak dapat menjadi sandungan untuk walaupun juga dipahami oleh KH.
mengebiri kesempatan perempuan Husein Muhammad tetapi tidak
dalam konteks kepemimpinan. dilakukan dalam tulisannya.
KH. Husein Muhammad dengan
basis turāts-nya melihat diskursus DAFTAR PUSTAKA
kepemimpinan perempuan tersebut Anonim. “Definisi dan Teori Kepemim­
dengan membahas teks-teks klasik pinan”. Website: http://file.upi.
dan memberikan kritikan terhadapnya. edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._
Sementara Prof. Siti Musdah Mulia LUAR_SEKOLAH/19450503
lebih banyak melakukan refleksi, 97109 MUHAMMAD_KOSIM_
disamping mengkritisi kemapanan SIRODJUDIN/DEFINISI_DAN_
pemahaman yang ada, terhadap TEORI_KEPEMI PINAN p d f .
kepemimpinan perempuan. Diakses Rabu 24 Juli 2013, pukul
Perempuan saat ini, menurut 18.52 WIB.
KH. Husein Muhammad, memiliki Anonim. 2013. “Definisi dan Teori
kemampuan dan keahlian Kepemimpinan”. Website:
sebagaimana yang dimiliki laki-laki, h ttp ://fi l e .u p i .e d u /D i re kto ri /
dan karena sebab itulah perempuan FIP/JUR._PEND._LUAR_
menjadi mungkin untuk memimpin SEKOLAH/19 50503 971091

94
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

MUHAMMAD_KOSIM_SIRODJUDIN/ Press.
DEFINISI_DAN_TEORI_ Idrus, Muhammad. 2009. Metode
KE EMI P I N A N x . p d f . Penelitian Ilmu Sosial:
Diakses, Rabu 24 Juli 2013 pukul Pendekatan Kualitatif d a n
18.52 WIB. Kuantitatif, edisi kedua. Jakarta:
Awadhillah, Abdul Wahab al-Sayyid. Penerbit Erlangga.
Tanpa tahun. al-Mu’jam al-Wasīth al-Jurjāni. Tanpa Tahun. at-Ta’rīfāt.
(Maktabah Syamilah Edisi (Maktabah Syamilah Edisi
Kedua). Kedua).
Barlas, Asma. 2003. Believing M Haerudin, Mamang. “Islam,
Women in Islam, (Cara Quran Indonesia, dan Cak Nur”.
Membebaskan Perempuan), Kompas, Jumat (6/9/13).
alih bahasa R. Cecep al-Māwardi, Imām. Tanpa tahun.
Lukman Yasin. Jakarta: Serambi al-Ahkām as-Sulthāniyyah.
Ilmu Pustaka. Maktabah Syamilah Edisi
Departemen Agama RI. 2004. Kedua.
Al-Hikmah: Al-Qur’an dan Mizan. “Muslimah Reformis:
Terjemahannya. Bandung: Perempuan Pembaru
Penerbit Diponegoro. Keagamaan”. Website: http://
Fahmina Istitute. “Majelis publishing.mizan.com/index.
Pengurus Fahmina Istitute”. php?fuseaction=buku_full&id=24
Website: http://www.fahmina. 5. Diakses Jum’at 19 Juli 2013
or.id/profil/staff.html. Diakses pukul 09.11 WIB.
Jum’at 19 Juli 2013 pukul Mu’allim, Alim dan Yusdani. 2004.
07.31 WIB. Ijtihad dan Legislasi Muslim
Famina.or.id (Majelis Pengurur:). Kontemporer. Yogyakarta: UII
Website: http://www.fahmina. Press.
or.id/profil/staff.html. Diakses Muhammad, Husein. 2011. Mengaji
Rabu 11 September 2013 Pluralisme kepada Mahaguru
pukul 16.38 WIB. Pencerahan, cet I.
al-Hasani, ‘Ilmi Zadah Faidhullah. Bandung: Al-Mizan.
Tanpa tahun. Fathur Rahmān li ________. 2012. Fiqh Perempuan:
Thālibi Āyāti al Q u r ā n . Refleksi Kiai terhadap Wacana
Indonesia: CV. Diponegoro. Agama dan Gender. B a n t u l :
Hornby, AS (with AP Cowie and AC LKiS Yogyakarta.
Gimson). 1987. Oxford Advanced Mujahidahmuslimah.com.
Learner’s Dictionary of Current “Biografi Musdah Mulia
English. Oxford: Oxford University (Dalam Buku Muslimah

95
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013

Sejati)”. Website: http:// digilib.uin s u k a . a c . i d / 3 5 5 1 / .


w w w. m u j a h i d a h m u s l i m a h . Diakses, Rabu 17 Juli 2013
com/component/content/ pukul 11.40 WIB.
article/41 biografi/47-biografi- Nurkhalis. 2010. “Aplikasi Teori
musdah-mulia-dalam-buku- Double Movement Fazlur
muslimah-sejati-.html. Diakses Rahman Dalam Interpretasi
Rabu 11 September 2013 Al Qur’an”. Website:
pukul 19.01 WIB. jurnalmuashirah.blogspot.
Mulia, Siti Musdah. 2005. Muslimah com/2010/10/aplikasi-teori-
Reformis: Perempuan Pembaru double movement fazlur.
Keagamaan. Bandung: PT html. Diakses Kamis 19 September
Mizan Pustaka. 2013 pukul 21.55 WIB.
________. “Beragama secara Pikiran Rakyat. 2013. KPK
Esensial”. Website: http:// Bahas Kuota Perempuan
w w w. m u j a h i d a h m u s l i m a h . di DPR RI. Website:
com/artikel/137-beragama- http://www.pikiran-rakyat.com/
secara esensial.html. Diakses node/237654. Diakses Kamis 18
Sabtu 7 September 2013 pukul Juli 2013 pukul 1 4 . 1 7
15.52 WIB. WIB.
________. 2013. “Tauhid sebagai Rusyd, Ibnu. Tanpa tahun. Bidāyatul
Fondasi Keluarga Sakinah”. Mujtahid wa Nihāyatul Muqtashid.
http://mujahidahmuslimah. Semarang: Karya T h a h a
com/images/documents/ Putra.
tauhidsebagaifonasi.pdf. Diakses Shihab, M. Quraish. 2010. Perempuan:
Kamis 18 Juli 2013 pukul 14.44 ...dari Cinta sampai Seks, dari
WIB. Nikah Mut’ah sampai Nikah
________. Tauhid sebagai Fondasi Sunnah, dari Bias Lama sampai
Keluarga Sakinah. Website: Bias Baru, cet ke-8. Tangerang:
http://mujahidahmuslimah. Penerbit Lentera Hati.
com/images/documents/ ________. 2013. Membumikan Al-
tauhidsebagaifos.pdf. Diakses Qur’an : Fungsi dan Peran
Kamis 18 Juli 2013 pukul 14.44 Wahyu dalam Kehidupan
WIB. Masyarakat, edisi baru, cet ke-1.
Ni’mah, Ziadatun. 2009. Wanita Karir Bandung: PT Mizan Pustaka.
dalam Perspektif Hukum Islam ath-Thabari, Ibnu Jarir. Tanpa tahun.
(Studi Pandangan KH. Husein Tafsīr ath-Thabari [Hasil takhrij
Muhammad), (Skripsi UIN Sunan Ahmad Muhammad Syakir
Kalijaga, 2009). Website: http:// dan Mahmud Muhammad

96
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul

Syakir]. (Maktabah Syamilah B A B % 2 0 I , % 2 0 V, % 2 0


Edisi Kedua). D A F TA R % 2 0 P U S TA K A . p d f .
Tim Penyusun. Tanpa tahun. Mausū’ah Diakses, Rabu 17 Juli 2013 pukul
al-Fiqh al-Islāmiy. (Maktabah 11.19 WIB.
Syamilah Edisi Kedua. Yusdani. 2011. Fikih Politik Muslim:
Waris, Saiful. 2013. Doktrin, Sejarah, dan Pemikiran.
Kepemimpinan Politik Yogyakarta: Amara Books.
Perempuan dalam Perspektif al-‘Aqalāniy, Ibnu Hajar. Tanpa tahun.
Muhammadiyah dan Nahdlatul Bulūghul Marām min Adillati al-
Ulama’, (Skripsi UIN Sunan Ahkām. Sinqāfūrah Jeddah-
Kalijaga, 2013). Website: http:// Indonesia: Al-Harāmain.
digilib.uinsuka.ac.id/7504/1/

97

You might also like