Professional Documents
Culture Documents
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif Hukum Islam (Studi Komparatif Antara Pemikiran KH. Husein Muhammad Dan Prof. Siti Musdah Mulia)
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif Hukum Islam (Studi Komparatif Antara Pemikiran KH. Husein Muhammad Dan Prof. Siti Musdah Mulia)
, Samsul
This research with literature models and combined with interviews seeks
to answer the question, firstly, how the concept of women’s leadership in the
perspective of Islamic law. Secondly, a comparative analysis of KH. Husein
Muhammad’s thought and Prof. Siti Musdah Mulia’s thought on women’s
leadership. The conclusion of this study is that the Islamic law (Shariah) does
not provide a practical explanation of a firm and clear on women’s leadership.
Technically it is true that Islam does not provide practical guidance but
substantively Islam provides breadth for women to play a role in the public
sector. This is because men and women are created in the same position and
have the same opportunities in areas such as work and career, including to be
the leader.
65
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
66
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
67
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
adil gender tidak diragukan lagi. Oleh Dalam rangka mewujudkannya tentu
karenanya, dia biasa disebut sebagai dibutuhkan peran ‘konkrit’ wanita
“kiayi gender” (http://www.fahmina. dalam kehidupan. Supaya lebih jelas
or.id/profil/staff.html, 19/7/13). Buku (dan seimbang), berangkat—salah
Fikih Perempuan: Refleksi Kiai atas satunya—dari buku ini penulis akan
Wacana Agama dan Gender adalah melacak lebih jauh pemikiran Prof. Siti
karangan KH. Husein Muhammad Musdah Mulia tentang kepemimpinan
sebagaimana yang dimaksud di atas. perempuan.
Buku tersebut akan digunakan Sementara itu, Saiful Waris,
sebagai referensi utama untuk melihat mahasiswa jurusan Perbandingan
posisi Kiayi Husein dalam kaitannya Madzhab dan Hukum angkatan 2008
dengan perempuan, khususnya meneliti tentang “Kepemimpinan
tentang kepemimpinan perempuan. Politik Perempuan dalam Perspektif
Sebagaimana judulnya, buku tersebut Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama’”
adalah hasil dari renungan (refleksi) (Skripsi di UIN Sunan Kalijaga). Sesuai
penulisnya terhadap isu-isu agama dengan judulnya, penelitian tersebut
yang sedang berkembang, lebih mendeskripsikan kepemimpinan
spesifiknya berkenaan dengan wacana politik perempuan dengan model studi
agama dan gender. Betapapun buku komparatif antara dua organisasi
tersebut sudah cukup lengkap tetapi masyarakat (ormas) keagamaan
sekali lagi tidak berbicara tentang terbesar di Indonesia. Penelitian
kepemimpinan perempuan an sich yang penulis lakukan memang
tetapi banyak derevasi lainnya. Oleh memiliki variabel utama yang hampir
karenanya perlu untuk dieksplorasi sama dengan penelitian tersebut.
lebih jauh dan dikomparasikan dengan Bedanya adalah objek komparasinya
yang lainnya. dimana untuk penelitian penulis yang
Sebuah buku berjudul Muslimah dibandingkan adalah pemikiran tokoh,
Reformis: Perempuan Pembaru dan bukan ormas keagamaan.
Keagamaan karangan Prof. Siti Selanjutnya, Ziadatun Ni’mah,
Musdah Mulia menjadi referensi mahasiswi jurusan al-Ahwal asy-
penting pula dalam penelitian ini. Bagi Syakhsiyyah yang meneliti dalam
Musdah Mulia, muslimah reformis skripsinya tentang “Wanita Karir
adalah sosok muslimah yang begitu dalam Perspektif Hukum Islam
peduli terhadap penegakan demokrasi, (Studi Pandangan KH. Husein
pluralisme, keadilan, dan kesetaraan Muhammad)”. Simpulan penelitian
dalam membangun masyarakat ini adalah bahwa KH. Husein
yang menjunjung tinggi nilai-nilai Muhammad sebagai seorang tokoh
spiritualitas dan kemanusiaan. feminis yang kental dengan tradisi
68
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
69
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
70
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
71
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
72
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
(‘amaliyyah) yang dibangun dari dalil- Arabnya adalah sebagai berikut (al-
dalil yang terperinci. Ta’rif berbahasa Jurjāni, tt.):
73
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
74
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
kamu adalah pemimpin dan setiap Balqis dan bala tentaranya belum
pemimpin bertanggung jawab atas menyembah Allah, alias masih tunduk
kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan kepada matahari yang sebenarnya
Muslim melalui Abdullah Ibnu Umar hanyalah ciptaan Allah (QS. an-
RA). Naml [27]: 23). Lepas dari pergulatan
Merujuk kepada hadits tersebut, akidahnya tersebut, Ratu Balqis
tidak ada seorang pun yang terlepas bagaimanapun adalah pemimpin
dari amanah kepemimpinan. Semua perempuan yang ulung dan hebat.
insan memiliki tugas untuk paling Menurut KH. Husein Muhammad,
tidak mengatur dirinya sendiri, dimana keberhasilan kepemimpinan Ratu
pada akhirnya hal tersebut akan Balqis dikarenakan dia mampu
dipertanggungjawabkan di hadapan mengatur kaumnya dengan sikap
Allah. Semakin luas jangkauan kepe dan pandangannya yang demokratis.
mimpinan seseorang maka semakin Selain Ratu Balqis, banyak pemimpin
besar pula pertanggungjawabannya perempuan lain di masa modern yang
di akhirat kelak. Dalam hal ini, kepemimpinannya relatif sukses.
kepemimpinan bukanlah perkara Indira Gandhi, Margaret Tacher,
yang main-main, karena tidak hanya Srimavo Bandaranaeke, Benazir
bersinggungan dengan manusia Butho, dan Syekh Hasina Zia adalah
secara horizontal tetapi lebih dari itu contoh dari mereka yang sukses
ada dimensi vertikal ke-Tuhan-annya. tersebut (Muhammad, 2012). Hal ini
Apabila basis ini dipahami dengan baik, membuktikan bahwa sebenarnya
maka amanah kepemimpinan—kalau perempuan juga memiliki kompetensi
begitu—bukanlah untuk diperebutkan atau kemampuan untuk memimpin,
tetapi untuk “dihindari”. sekaligus menjadi pemimpin yang
sukses.
C. Kepemimpinan Perempuan Sebagai pembanding dari
Berkaitan dengan kepemimpinan pemaparan di atas, ada sebuah
perempuan menarik untuk melihat hadits yang cukup masyhur yang
kembali keberhasilan pemimpin menyatakan bahwa kaum (manapun)
perempuan di masa yang lalu. yang menyerahkan (semua) urusannya
Sebagai contoh adalah Ratu Balqis di kepada perempuan (mana saja)
Saba’ yang kedigdayaannya membuat tidak akan menemui keberuntungan.
Nabi Sulaiman AS merasa perlu untuk Hadits tersebut diriwayatkan oleh
menaklukkan Ratu Balqis dan bala Abu Bakrah. Abu Bakrah sendiri baru
tentaranya. Hal lain yang semakin menyampaikan hadits tersebut 23
menguatkan keinginan Nabi Sulaiman tahun setelah Rasulullah wafat, di saat
AS adalah kenyataan bahwa Ratu terjadi kemelut peperangan antara
75
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
‘Aisyah dan Khalifah Ali bin Abi Thalib Allah kepada laki-laki tidak semestinya
yang dikenal dengan Perang Jamal menghantarkan kepada kesewenang-
(Mulia, 2005). Selain “bertentangan” wenangan (Shihab, 2005). Sejalan
dengan fakta-fakta sejarah yang ada dengan itu, kepemimpinan (qawāmah)
(Muhammad, 2012), hadits tersebut tersebut justru menjadikan laki-laki
juga mengandung kelemahan dari benar-benar bertanggung jawab dan
sisi periwayatan (bukan dha’īf, tetapi bersikap adil serta ideal terhadap
tergolong hadits āhād) (Mulia, 2005). perempuan. Nuansa keadilan itu
Selain dari pada itu, masalah terwujud dalam hal suami memberikan
kepemimpinan (kecuali dalam masalah keluasan dan ruang bagi istrinya untuk
shalat) termasuk dalam wilayah berkarya dan berkarir.
ijtihādiyyah yang formasinya tidak Lebih lanjut, M. Quraish Shihab
harus begini dan begitu. Oleh karena menjelaskan bahwa kepemimpinan
itulah, kepemimpinan perempuan itu tidak harus bersifat formal. Kemam
sendiri adalah bagian dari wilayah puan seorang istri untuk bersikap
“abu-abu” yang pada dasarnya sama lemah lembut sehingga menyentuh
dengan kepemimpinan laki-laki itu kalbu, dan berargumentasi secara
sendiri. Sejalan dengan itu, terdapat kuat sehingga menyentuh nalar juga
ayat Al-Qur’an (QS. an-Nisā’ [4]: 34)— merupakan bagian keterampilan
darinya muncul istilah qawāmah—yang kepemimpinan perempuan dalam
sebenarnya secara spesifik berbicara rumah tangga. Dalam konteks ini,
dalam konteks rumah tangga namun kepemimpinan perempuan menjadi
karena kesalahpahaman dibawa(- semakin terasah ketika sering mela
bawa) dalam konteks yang lebih luas. kukan diskusi dan musyawarah
Singkatnya, ada generalisasi ayat dengan pasangan hidupnya (suami).
yang sebenarnya dalam kondisi ini Sebab, kepemimpinan juga berarti,
tidak tepat dan bermasalah. “Kemampuan mempengaruhi pihak
Menarik untuk merujuk pemaparan lain agar ia mengarah secara sadar
M. Quraish Shihab dalam memahami dan sukarela kepada tujuan yang ingin
arti qawāmah, yang bagi penulis dicapai.”
mengandung makna tersirat untuk Asma Barlas (2003) dalam bukunya
mengendalikan “superioritas” laki- yang sudah diterjemahkan, Cara
laki. Menurutnya, qawāmah juga ber Quran Membebaskan Perempuan,
arti pemenuhan kebutuhan, perha menegaskan bahwa pembacaan
tian, pemeliharaan, pembelaan, terhadap Al-Qur’an tidak semestinya
dan pembinaan. Oleh karena itulah, terus dilakukan dalam frame patriarkhi.
simpulnya, kepemimpinan dalam Sebaliknya, Al-Qur’an harus dibaca
rumah tangga yang dianugerahkan dengan semangat pembebasan, yang
76
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
77
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
78
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
79
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
80
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
81
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
82
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
83
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
84
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
85
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
tetapi mengabaikan hak yang sama beragam dan karena itulah mereka
untuk perempuan. Itulah yang disebut saling mengisi dan melengkapi,
standar ganda dan sangat nyata bukan semata berebut pengaruh
dalam dunia politik.” (Ibid). Ungkapan dan kekuasaan (power) (Ibid). Dasar
tersebut merupakan gambaran akan tersebut yang bagi penulis penting
keadaan yang seringkali dihadapi oleh untuk menjadi landasan ideal dalam
perempuan. Perempuan mengalami melihat diskursus keterlibatan
mengucilan dan karenanya tidak perempuan dalam ranah publik.
mendapatnya haknya secara penuh. Bagi Prof. Siti Musdah Mulia,
Politik, menurutnya, pada keterlibatan perempuan dalam
hakikatnya adalah kekuasaan (power) perpolitikan sangatlah penting. Sebab,
dan pengambilan keputusan, yang seandainya mereka tidak ikut andil
lingkupnya dimulai dari institusi maka banyak kepentingan, aspirasi,
keluarga (rumah tangga) sampai dan kebutuhan perempuan yang
institusi politik formal tertinggi. memang tidak sama dengan laki-laki
Pengertian politik pada prinsipnya tidak terangkat, tidak diakui, tidak
meliputi masalah-masalah pokok dihargai, bahkan terabaikan, dan
dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terpenuhi (Ibid). Keterlibatan
kenyataannya melibatkan perempuan perempuan dalam konteks tersebut
(Ibid). Dalam bahasa yang lain, politik untuk mempengaruhi kebijakan final
yang kesannya senantiasa berkaitan yang titik akhirnya adalah kebaikan
dengan konteks kenegaraan secara dan kemaslahatan bagi laki-laki
spesifik, tidaklah benar adanya. dan perempaun secara seimbang.
Karena pengertian politik sangat luas, Dalam rangka menuju pada harapan
termasuk sebagaimana dijelaskan dan cita-cita tersebut dibutuhkan
Prof. Siti Musdah Mulia, berkaitan penyadaran secara langsung kepada
secara domestik dengan kerumah- para perempuan.
tanggaan. Prof. Siti Musdah Mulia
Dalam konteks tersebut, dia menyayangkan realitas kekuasaan
menegaskan bahwa keterlibatan yang selalu identik dengan maskulinitas,
perempuan dalam bidang politik yaitu ketegaran, kekuatan, dan
(kepemimpinan) bukan dimaksudkan kemampuan memengaruhi orang lain.
untuk menjatuhkan, menurunkan, Sebagai implikasinya, perempuan
dan merebut kekuasaan dari tangan akhirnya harus menjadi maskulin jika
laki-laki, melainkan agar perempuan ingin berkuasa (memimpin). Mereka
bisa menjadi mitra sejajar laki-laki. juga harus mengeliminasi aspek
Hal tersebut diperkuat denan realitas lemah lembut dalam dirinya untuk
penciptaan manusia yang serba disebut kuat, tegar, dan berpengaruh.
86
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
87
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
88
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
89
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
90
sus kepemimpinan perempuan. Dalam hal ini,
usdah Mulia juga sama-sama merujuk dan
Kepemimpinan
emikiran. Bagi keduanya, haditsPerempuan
selaiknya Dalam
tidak Persepektif....., Samsul
nggap bahwa apa yang ditafsirkan sebelumnya
muncul tidak asbāb dari
istilah lepas al-wurūd.
konteks sosio-historis, dari kacamata periwayatan yang
rnjd. Hadits yang dimaksud berbunyi tergolong āhād. Selanjutnya, dia
sebagai berikut: menawarkan pendapat Syamsul
berikut:
Anwar (1994) yang mengklasifikasi
.˱Γήϣ· Ϣϫ˴ήϣ Ϯ˷ϟϭ ˲ϡϮϗ ˴Ϡϔ˷ϳ Ϧ˴ϟ ...
hadits tersebut sebagai kategori
man keduanya terhadap
Sebagaimana
Al-Qur’an,
pandangan
demikian
dan hadits umūr ad-dunyā, yang karena
atau Hadits. Sebagaikeduanya
pemahaman contoh, terkadang
terhadap Al-justrutidak didukung kenyataan sosial
Qur’an, demikian adanya ketika maka
16 harus ditafsirkan sesuai dengan
dihadapkan dengan as-Sunnah atau zaman dan konteks sosio-historisnya
Hadits. Sebagai contoh, terkadang (Mulia, 2005).
justru tidak tepat ketika sebuah hadits
hanya dipahami sebatas pemahaman D. Konsep Kepemimpinan
tekstual. Oleh karena itulah, Laki-laki dan Perempuan
pemahaman yang shahīh terhadap Perbedaan yang menarik di
teks (hadits) akan didapatkan ketika antara keduanya adalah terletak
dikaitkan dengan segala dimensi yang pada preferensi penjelasan
meliputi teks tersebut. Memang tidak tentang karakteristik kepimimpinan
salah memahaminya secara tekstual perempuan. Bagi KH. Husein
karena dalam konteks tertentu benar Muhammad, perempuan sebenarnya
dan tidak salah namun secara dapat bersikap sebagaimana adanya
keseluruhan karena teks lahir memiliki laki-laki. Dalam banyak kasus,
sebab historis yang temporer maka perempuan justru dapat lebih teliti dan
pembacaan yang peduli dengan jeli dimana hal ini tidak identik dengan
aspek-aspek yang meliputi teks kelaki-lakian. Dalam konteks logika
menjadi penting. kepemimpinan perempuan yang
Sudah dijelaskan sebelumnya dibangun oleh KH. Husein Muhammad
bahwa menurut KH. Husein dapat dilihat bahwa antara laki-laki
Muhammad, makna hadits di atas kalau dan perempuan memiliki basis tabiat
dikaitkan dengan fakta-fakta sejarah yang sama. Benar bahwa KH. Husein
yang ada tidak dapat dipertahankan. Muhammad tidak menyebutkan hal
Pasalnya, sejumlah pemimpin tersebut secara eksplisit dan tegas
perempuan telah terbukti berhasil namun, sekali lagi, berdasarkan alur
memimpin secara gemilang. Hal itu yang dia bangun mengarah kepada
bahkan terjadi sejak Islam yang dibawa pemahaman yang penulis paparkan.
oleh Nabi Muhammad SAW belum Bagi Prof. Siti Musdah Mulia,
lahir (Muhammad, 2012). Sementara perempuan memang laik dan berhak
Prof. Siti Musdah Mulia mengatakan untuk didapuk sebagai pemimpin.
(berdasarkan kutipan) hadits tersebut Ketika perempuan sudah menempati
91
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
posisi tersebut, dia tidak harus “berubah Islam sendiri sebenarnya sudah sangat
wujud” menjadi seorang laki-laki. kaya dengan prinsip-prinsip keadilan,
Baginya, kepemimpinan tidak harus kebebasan, dan kesetaraan manusia
identik dengan kekuatan, ketegasan, serta pesan-pesan moral mengenai
dan kewibawaan. Kepemimpinan juga pentingnya pemuliaan terhadap
tidak salah seandainya dibawa dalam martabat dan harkat manusia. Dalam
bingkai kelemahlembutan dan kasih kondisi tersebut, yang diperlukan
sayang. Perempuan ketika memimpin adalah sosialisasi ajaran-ajaran Islam
biarlah menjadi dirinya sendiri yang yang mendukung emansipasi tanpa
dalam hal ini perempuan menghargai harus menimbulkan kekhawatiran akan
tabiatnya sendiri sebagai seorang adanya ancaman terhadap dominasi
perempuan. laki-laki dan dekadensi moral (Ibid).
Bangunan pemikiran Prof.
Siti Musdah Mulia dalam masalah E. Logika Kebahasaan
tersebut bagi penulis adalah sebuah (Linguistik)
gagasan yang baru, luar biasa, dan KH. Husein Muhammad sebenar
patut diapresiasi. Boleh jadi hal ini nya memiliki kompetensi yang
adalah bagian dari “kegelisahannya” tidak diragukan lagi dalam masalah
yang kemudian disuarakan mewakili kebahasaan, dalam hal ini bahasa
“kegelisahan-kegelisahan” yang Arab. Sayangnya, dalam paparannya
dirasakan perempuan pada umumnya. tentang kepemimpinan perempuan
Perempuan justru harus menegaskan yang merujuk Surat an-Nisā’ [4]:
eksistensinya melalui upaya 34, dia tidak menyertakan telaah
pemuliaan terhadap tabiat aslinya. linguistik tentang “ar-rijāl” dan “an-
Dengan mengembangkan kekuasaan nisā’”. Penulis akui bahwa paparan
perempuan (feminim) perempuan KH. Husein Muhammad tentang kepe
dapat menjadi politisi (pemimpin) yang mimpinan perempun meskipun tidak
andal, politisi yang tidak menyakiti terlalu panjang—hanya dalam 24
lawan politiknya—apapun alasannya. halaman—cukup representatif. Hal itu,
Politisi perempuan, menurutnya, bagi penulis akan lebih menarik kalau
tidak akan menggunakan intrik politik disertai dengan telaah kebahasaan
sebagaimana yang biasa dilakukan sebagaimana penulis maksudkan.
laki-laki (Mulia, 2005). Berbeda dengan KH. Husein
Selanjutnya, bagi Prof. Siti Muhammad, Prof. Siti Musdah
Musdah Mulia, perempuan muslimah Mulia melakukan sesuatu yang
tidak selamanya harus mengadopsi berbeda. Dia dengan cukup baik
konsep-konsep Barat, khususnya yang menelaah dan memaparkan konsep
berkenaan dengan emansipasi. Ajaran kebahasaan dalam menganalisis dan
92
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
93
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
94
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
MUHAMMAD_KOSIM_SIRODJUDIN/ Press.
DEFINISI_DAN_TEORI_ Idrus, Muhammad. 2009. Metode
KE EMI P I N A N x . p d f . Penelitian Ilmu Sosial:
Diakses, Rabu 24 Juli 2013 pukul Pendekatan Kualitatif d a n
18.52 WIB. Kuantitatif, edisi kedua. Jakarta:
Awadhillah, Abdul Wahab al-Sayyid. Penerbit Erlangga.
Tanpa tahun. al-Mu’jam al-Wasīth al-Jurjāni. Tanpa Tahun. at-Ta’rīfāt.
(Maktabah Syamilah Edisi (Maktabah Syamilah Edisi
Kedua). Kedua).
Barlas, Asma. 2003. Believing M Haerudin, Mamang. “Islam,
Women in Islam, (Cara Quran Indonesia, dan Cak Nur”.
Membebaskan Perempuan), Kompas, Jumat (6/9/13).
alih bahasa R. Cecep al-Māwardi, Imām. Tanpa tahun.
Lukman Yasin. Jakarta: Serambi al-Ahkām as-Sulthāniyyah.
Ilmu Pustaka. Maktabah Syamilah Edisi
Departemen Agama RI. 2004. Kedua.
Al-Hikmah: Al-Qur’an dan Mizan. “Muslimah Reformis:
Terjemahannya. Bandung: Perempuan Pembaru
Penerbit Diponegoro. Keagamaan”. Website: http://
Fahmina Istitute. “Majelis publishing.mizan.com/index.
Pengurus Fahmina Istitute”. php?fuseaction=buku_full&id=24
Website: http://www.fahmina. 5. Diakses Jum’at 19 Juli 2013
or.id/profil/staff.html. Diakses pukul 09.11 WIB.
Jum’at 19 Juli 2013 pukul Mu’allim, Alim dan Yusdani. 2004.
07.31 WIB. Ijtihad dan Legislasi Muslim
Famina.or.id (Majelis Pengurur:). Kontemporer. Yogyakarta: UII
Website: http://www.fahmina. Press.
or.id/profil/staff.html. Diakses Muhammad, Husein. 2011. Mengaji
Rabu 11 September 2013 Pluralisme kepada Mahaguru
pukul 16.38 WIB. Pencerahan, cet I.
al-Hasani, ‘Ilmi Zadah Faidhullah. Bandung: Al-Mizan.
Tanpa tahun. Fathur Rahmān li ________. 2012. Fiqh Perempuan:
Thālibi Āyāti al Q u r ā n . Refleksi Kiai terhadap Wacana
Indonesia: CV. Diponegoro. Agama dan Gender. B a n t u l :
Hornby, AS (with AP Cowie and AC LKiS Yogyakarta.
Gimson). 1987. Oxford Advanced Mujahidahmuslimah.com.
Learner’s Dictionary of Current “Biografi Musdah Mulia
English. Oxford: Oxford University (Dalam Buku Muslimah
95
KHAZANAH, Vol. 6 No.1 Juni 2013
96
Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif....., Samsul
97