You are on page 1of 15

84 Bhumi, Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 5 No.

1 Mei 2019

BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan


Received: March 31, 2019; Reviewed: April 7, 2019; Accepted: April 24, 2019.
To cite this article: Widayati, A & Suparjan 2019, ‘Reaktualisasi perjuangan Nahdlatul Ulama dalam
mewujudkan kedaulatan sumber daya agrarian. (Studi gerakan demokrasi radikal pada FNKSDA)’,
Bhumi, Jurnal Agraria dan Pertanahan, vol. 5, no. 1, hlm. 84-98.
DOI: http://dx.doi.org/10.31292/jb.v5i1.321
Copyright: ©2019 Asri Widayati & Suparjan. All articles published in Jurnal Bhumi are licensed under a
Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International license.

REAKTUALISASI PERJUANGAN NAHDLATUL ULAMA DALAM


MEWUJUDKAN KEDAULATAN SUMBER DAYA AGRARIA
(Studi Gerakan Demokrasi Radikal pada FNKSDA)
THE REACTUALIZATION OF NAHDLATUL ULAMA STRUGGLE IN REALIZING THE
SOVEREIGNTY OF AGRARIAN RESOURCES
(Study of Radical Democracy Movement of FNKSDA)

Asri Widayati dan Suparjan


Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Universitas Gadjah Mada
Email: asri.widayati@mail.ugm.ac.id

Abstract: This research aim to explain the reactualization of Nahdlatul Ulama (NU) struggle over agrarian
resources related to the emergence of Front Nahdliyyin for the Sovereignty of Natural Resources (FNKSDA) in
2013. This paper used the theoretical perspective of radical democracy movement proposed by Ernesto Laclau and
Chantal Mouffe by analizing the phenomenon of NU struggle over agrarian resources. This research uses quali-
tative method by various specif ic case study with the type of single case study. The results revealed many cases of
living space deprivation, inequality of natural resources ownership, and other agrarian conditions happened to
nahdliyyin in several regions. The young members of NU which have been evolved by the time, did not merely
criticize the government at the time, however, in a further way, they initiated the formation of movement in
post-reformation era by radicalizing political space which should be more democratic. FNKSDA does not move
structurally but it moves inside of NU culturally. Nevertheless, the ‘new political and cultural identity’ represent
the progressive characteristic of NU.
Keywords: FNKSDA, Radical Democracy Movement, Progressive Young Nahdliyyin

Intisari: Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya reaktualisasi perjuangan Nahdlatul Ulama (NU)
atas isu sumber daya agraria melalui kemunculan Front Nahdliyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam
(FNKSDA) pada 2013. Paper ini menggunakan perspektif teori gerakan demokrasi radikal dari Ernesto Laclau
dan Chantal Moufffe dengan mengkaji fenomena perjuangan NU atas sumber daya agraria. Kajian ini
menggunakan metode kualitatif dengan variasi studi kasus spesif ik tipe single case study. Hasil penelitian ini
menunjukkan banyaknya kasus perampasan ruang hidup, ketimpangan kepemilikan sumber daya alam, dan
berbagai kondisi agraria lainnya yang menimpa nahdliyyin di berbagai daerah. Berbagai kondisi tersebut disikapi
dalam bentuk artikulasi oleh para kaum muda NU yang ternyata telah mengalami perkembangan, yakni tidak
sekadar melayangkan kritik terhadap pemerintah, khususnya Orde Baru saat itu. Namun, telah menginisiasi
terbangunnya gerakan di masa pasca reformasi dengan meradikalisasi ruang politik selayaknya menuju situasi
yang lebih demokratis. FNKSDA bergerak non-struktural dalam tubuh NU. Meski demikian ‘budaya dan identitas
baru politiknya’ justru tampil mewakili watak progresif NU.
Kata Kunci: FNKSDA, Gerakan Demokrasi Radikal, Kaum Muda NU Progresif
Asri W & Suparjan, Reaktualisasi Perjuangan Nahdlatul Ulama ... 84-98 85
A. Pendahuluan kuan UUPA selama 11 tahun. Begitu pula dengan
Front Nahdliyyin untuk Kedaulatan Sumber NU, gerakannya melalui Pertanu lambat laun
Daya Alam (FNKSDA) yang lahir pada 2013 dilucuti. NU pada masa Orde Baru hanya mengan-
sesungguhnya memiliki dimensi partikular. Gera- dalkan keputusan-keputusan dalam forum Bahtsul
kan non-struktural dalam tubuh Nahdlatul Ulama Masail untuk mengontrol pemerintah. Di antaranya
(NU) tersebut memiliki tujuan mewujudkan tata melalui Muktamar NU ke-29 tahun 1992 di Bandar
kelola sumber daya alam (SDA) atau sumber daya Lampung dan Musyawarah Nasional Alim Ulama
agraria yang berdaulat. Apabila sejarah keterlibatan NU di NTB tahun 1997 yang menyikapi pembe-
NU dalam perjuangan agraria sejak kemerdekaan basan tanah dengan dalih kepentingan umum, yang
RI ditelusuri akan ditemukan peran ulama-ulama menjadi dalih lahan bisnis pengusaha. Pasca
NU dalam perumusan Undang-undang Pokok keputusan tersebut ditetapkan kejahatan peram-
Agraria 1960 (UUPA), serta keterlibatannya dalam pasan tanah atas nama ‘pembangunan’ maupun
pelaksanaan UUPA yaitu berupa land reform. Fakta ‘kepentingan umum’ nyatanya tetap saja bergulir.
tersebut menegaskan sejarah perjuangan agraria Hal diskursif yang penting untuk disoroti dalam
pasca kemerdekaan yang tidak hanya identik NU pada masa Orde Baru adalah keputusan
dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) semata, ‘kembali ke khittah 1926’ melalui Muktamar Situ-
terutama dengan Barisan Tani Indonesia (BTI) bondo tahun 1984. NU kembali pada bentuknya
seperti yang dipahami secara umum. semula sebagai ‘organisasi sosial keagamaan atau
Bahkan apabila melacak sejarah perjuangan organisasi kemasyarakatan’ bukan ‘organisasi
agraria dalam tubuh NU sebelum UUPA hingga politik’. Jika dipahami secara permukaan terdapat
pelaksanaan land reform, organ NU seperti Perta- bentuk depolitisasi pada NU. Pasalnya sebagian
nian Nahdlatul Ulama (Pertanu) telah memiliki tokoh NU yang berpatron dengan partai politik
banyak cabang. Pertanu memiliki pengaruh hingga perlahan menarik diri. Meskipun muncul pene-
‘akar rumput’ melalui andilnya pada urusan gasan, bukannya terdapat depolitisasi dalam NU,
gerakan seperti tindakan reorganisasi ketika namun perubahan arah gerak politik yang berbeda
organisasi macet dan cara-cara meningkatkan (Van Bruinessen 1994). Singkatnya keluarnya NU
produksi pertanian. Dengan mulai menelusuri dari urusan politik formal memberikan kebebasan
sejarah perjuangan agraria NU dikenal sosok K.H. aktivis NU untuk melakukan tugas advokasi dan
Zaenal Arif in yang berperan sebagai dewan pemberdayaan masyarakat akar rumput serta
penasehat Pertanu urusan perkebunan-pertanian mengekspos sifat hegemonik Orde Baru (Bush
tahun 1954 (Luthfi 2018). Beberapa tahun kemu- 2009, 102).
dian ia naik menjadi pimpinan DPR-GR dan Apabila dipandang secara retrospektif, perju-
memiliki kewenangan sebagai pengesah UUPA angan masyarakat sipil pada gerakan ‘NU kembali
1960 (Anggraeni 2016). Secara politis perjuangan ke khittah’ lebih sedikit dibicarakan dibandingkan
atas isu agraria pada masa itu sangat dipengaruhi gagasan terkait pluralisme. Tidak ada pula ikhtiar
posisi NU sebagai ‘partai politik’ dan kedekatannya untuk menautkan gagasan pluralisme dengan ga-
dengan Sukarno. Bahkan tidak ditemukan banyak gasan keadilan ekonomi dan politik yang menjadi
pertentangan pada mayoritas politisi NU atas ruh perjuangan masyarakat sipil. Akan tetapi hal
banyak kebijakan presiden Sukarno (Van Bruines- tersebut tidak terjadi pada NU saat ini, yang mana
sen 1994). menjadikan gagasan pluralisme sebagai isu main-
Begitu Era Sukarno berakhir, NU tidak lagi dekat stream pada banyak kalangan nahdliyyin. Dengan
dengan penguasa. Naiknya rezim Orde Baru demikian, gagasan pluralisme tanpa memahami
mengakibatkan PKI menjadi partai terlarang pasca pertautannya dengan diskursus perjuangan
gejolak Gerakan 30 September 1965 (G30S). masyarakat sipil, diskursus pembangunan, ataupun
Terlepas dari kompleksitas peristiwa tersebut, yang diskursus lain yang lebih mendalam akan terasa
perlu disoroti pada rezim Orde Baru ialah pembe- hampa.
86 Bhumi, Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 5 No. 1 Mei 2019

Merujuk pada gagasan diskursus menurut Laclau bukanlah sesuatu yang baru. Akan lebih tepatnya
dan Mouffe, diskursus tidak bersifat final dalam kalau apa yang terwujud pada perjuangan FNKSDA
pengungkapan suatu bahasa, melainkan bertarung dipandang sebagai sebuah bentuk ‘reaktualisasi’.
dan bertautan dengan ‘yang material’ (Newlands Reaktualisasi tersebut terletak pada terbangunnya
2013). Maka, baik diskursus perjuangan masyarakat kembali suatu gerakan berwatak progresif pada
sipil maupun diskursus pluralisme bertemu pada NU seperti yang dulu ditunjukkan oleh Pertanu dan
titik diskursus pembangunanisme Orde Baru yang kritik atas relasi serta posisi NU terhadap rezim
telah menyangsikan peran masyarakat sipil. Orde Baru. Namun kaitannya dengan NU, gerakan
Khususnya akibat pembangunan nasional yang FNKSDA memiliki watak khusus sebab perjuangan-
bersifat top down, sentralistik, sekaligus meng- nya lebih berwatak non-struktural daripada struk-
agung-agungkan ‘pertumbuhan ekonomi’. tural. Isu yang diusungnya pun tidak berkaitan
Pluralisme selayaknya berwatak perjuangan. ‘Plura- dengan pertanian atau lahan namun lebih luas
litas garapan bagi gerakan islam di Indonesia yang seperti sumber daya alam atau sumber daya
ada saat ini, pada dasarnya merupakan potensi agraria.
tersendiri, bila aktualisasinya mampu memenuhi Dengan demikian, salah satu tujuan FNKSDA
pluralitas pandangan dan wawasan di berbagai yang mewacanakan pengarusutamaan isu tata
aspek kehidupan’ (Mahfudh 1994, 123). Pluralisme kelola SDA setelah isu pluralisme dapat dipahami
tidak berhenti dipahami sekadar pembedaan bukan merupakan perebutan ruang isu dalam NU.
ataupun harmonisasi di antara etnis, agama, atau Penegasan atas pandangan ini terletak dalam
ras, namun menyangkut pula aspek sosio-eko- (Lembar Kerja FNKSDA 2013, 6) yang menyatakan
nominya. bahwa ‘isu pluralisme yang didorong oleh
Hak sosial, politik, ekonomi, dan lainnya dari Abdurrahman Wahid telah melahirkan banyak
masyarakat sipil dapat dikembalikan melalui pemimpin muda di komunitas NU, meskipun
demokratisasi. Setelah itu perebutan makna pem- sangat sedikit yang mengerucut sampai ke pim-
bangunan dapat dilakukan, sebab arti pem- pinan politik’. Di sisi lain kaum muda NU saat ini
bangunan selayaknya tidak hanya bertumpu pada telah mengalami perkembangan, tidak sekadar
pengetahuan Barat maupun dipreskripsikan oleh mengkritik pemerintah, namun telah menginisiasi
lembaga internasional global kepada elit dunia terbangunnya gerakan. Para kaum muda nahdli-
ketiga (Escobar & Alvarez 2018 2011), seperti yang yyin telah menemukan kembali perkembangan
terjadi di Indonesia pada rezim Orde Baru, bahkan identitasnya. Identitas tersebut menurut Reyna,
hingga saat ini. Selain itu, berkaitan dengan masa Piscitelli, Calderon seperti menulis kembali novel
transisi rezim otoritarian ke demokrasi yang sejarah yang mana mewakili penciptaan gerakan
dihantarkan oleh ‘efek demonstrasi’ sebagai praktik yang benar-benar baru (Escobar & Alvarez 2018).
revolusi demokratik nyatanya tidak memiliki Dengan demikian, artikel ini ingin menunjukkan
proyek yang jelas. Justru menurut Harvey, Castellas, makna ‘mengapa terjadi reaktualisasi perjuangan
dan Amin berimbas pada sekadar restrukturasi atas sumber daya agraria dalam NU, spesif ik
kapital sebagai efek krisis, ditunjukkan pada dikaitkan dengan kelahiran FNKSDA’. Memperluas
terjadinya kegaduhan dan instabilitas politik studi yang dilakukan Luthfi mengenai ‘Sejarah dan
(Escobar & Alvarez 2018). Pasca reformasi menjadi Revitalisasi Perjuangan Pertanian NU Melawan
masa sulit bagi gerakan masyarakat sipil, sebab Ketidakadilan Agraria’ (Luthf i 2018), artikel ini
alternatif gerakan yang setidaknya meredusir mendalami ‘reaktualisasi’ perjuangan NU mewu-
‘kebebasan’ yang cenderung bercorak individualistik judkan keadilan agraria melalui FNKSDA sebagai
maupun berwatak liberal ekonomi belum dite- ‘hegemonic struggle’. Memperluas pula studi
mukan. Mubarok terkait ‘Gerakan sosial lingkungan
Oleh karena itu, ‘kebangkitan’ perjuangan agra- pemuda NU: Studi pada FNKSDA’ (Mubarok 2016),
ria dalam tubuh NU yang terwujud pada FNKSDA atas hegemonic struggle FNKSDA tulisan ini
Asri W & Suparjan, Reaktualisasi Perjuangan Nahdlatul Ulama ... 84-98 87
merupakan penelusuran lebih lanjut atas dinamika bilan data dilakukan melalui pertama, menjadi
historis ‘kaum muda NU’ yang ternyata telah partisipan pada Musyawarah Nasional FNKSDA II
sampai pada upaya membangun ‘identitas baru di Pondok Pesantren Al-Itqon, Semarang, pada 23-
politiknya’. Sehingga studi Nashirulhaq yang 26 Oktober 2018. Kedua, pengamatan yang dila-
membaca generasi muda NU sebagai perjuangan kukan pada media sosial resmi milik FNKSDA dan
ekonomi-politik (Nashirulhaq 2017), menjadi juga mengikuti beberapa agenda FNKSDA. Ketiga,
kurang relevan. Sifat perjuangan kaum muda NU wawancara mendalam kepada para informan yang
melalui terbentuknya FNKSDA lebih bersifat dipetakan berdasar perannya dalam FNKSDA, yaitu
‘hegemonik’, artinya tidak memimpin secara lang- terdiri dari penggagas pertama FNKSDA, koordi-
sung ‘identitas kelas’ melainkan melalui formasi- nator nasional dan daerah, pegiat FNKSDA, serta
formasi hegemoni berjuang ‘memperkuat identitas PBNU.
kelas’.
Artikel ini spesif ik menggunakan perspektif B. Terbangunnya Blok Historis:
perjuangan demokratik baru dari Ernesto Laclau Memahami Kerapuhan Identitas
dan Chantal Mouffe untuk membaca lahirnya Nahdliyyin
gerakan FNKSDA. Praktik perjuangan demokratik Pada prosesnya, penyematan ‘nahdliyyin’ pada
baru banyak digunakan untuk membangun analisis nama gerakan FNKSDA menuai polemik. Hal ini
atas gerakan sosial di Amerika Latin yang muncul dikarenakan FNKSDA tidak beraf iliasi secara
pasca revolusi demokratik. Revolusi demokratik struktural dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
bertujuan meruntuhkan development state yang (PBNU). Argumen-argumen tidak taktis, mere-
sentralistik dan otoritarian. Meskipun pada saat potkan, dan lainnya muncul dalam perdebatan
yang sama berimbas membuka kran kapitalisme (Komunikasi dengan Dwi Cipta, 29 Januari 2019).
maju dalam bingkai demokrasi liberal. Demokrasi Namun pada akhirnya tetap disepakati nama ‘Front
memiliki paradoks, dapat menjadi ancaman Nahdliyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam’.
ataupun perjuangan (Mouffe 2000). Pada Pada saat nama tersebut ditetapkan satu tugas
konsekuensi tumbuhnya keragaman identitas gerakan selesai, yakni menentukan kejelasan posisi
akibat demokratisasi, dapat dibangun gerakan ‘subyek gerakan’.
dengan agenda yang dapat menerima pluralitas, Identitas ‘nahdliyyin’ yang dipahami sebagai
namun secara simultan harus bersifat ‘meradi- ‘warga NU’ ataupun diartikan orang-orang yang
kalisasi demokrasi’. Gerakan ekologi misalnya mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam Ahlussunah
dapat sekaligus anti-kapitalisme, anti-rasisme, anti- wal Jama’ah, berkembang pula menjadi ‘identitas
otoritarianisme, bahkan teologi pembebasan. Itulah politik’. Bila dipahami permukaan, hal tersebut
praktik gerakan yang disebut Laclau dan Mouffe sekadar soal tambahan ‘arti’, namun di situlah ‘iden-
sebagai gerakan demokrasi radikal. titas’ mengalami perkembangan menjadi lebih
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif politis. Sebab subyek dari gerakan diposisikan
dengan variasi studi kasus, spesifik tipe single case sebagai struktur yang ‘diskursif’ (Laclau & Mouffe
study. Menurut Yin (2009) studi kasus diterapkan 1985). Sedangkan makna diskursif menurut Laclau
ketika tidak terdapat batasan jelas antara fenomena ialah wujud diskursus yang konkret (Torfing 1999).
dan konteks. Berfokus pada pencarian makna Lebih lanjut paparnya, diskursus bukan sekadar
‘reaktualisasi’ perjuangan atas agraria dalam NU, fenomena kebahasaan, daripadanya telah menem-
serta didekati dengan perspektif perjuangan bus ‘yang material’.
demokratik baru Laclau dan Mouffe. Penelitian ini Pada makna ‘yang material’ dapat dikaitkan
membaca kondisi NU kontemporer pada konteks dengan penelusuran dalam (Lembar Kerja FNKSDA
fenomena gerakan sosial baru, spesifik berkaitan 2013) fakta-fakta berupa rentetan kasus, seperti
dengan FNKSDA. Penelitian ini dilakukan dari rencana proyek pembangunan Pembangkit Listrik
bulan Agustus 2018 hingga Maret 2019. Pengam- Tenaga Uap (PLTU) 10.000 Megawatt di Batang,
88 Bhumi, Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 5 No. 1 Mei 2019

Jawa Tengah pada 2013, di mana PLN tidak memiliki memperjuangkan suatu kepentingan historis
dana untuk membangunnya. Ada upaya pelelangan (Laclau & Mouffe 1985). Kepentingan historis ialah
untuk memeroleh dana. Setelah kucuran dana kesadaran atas fakta obyektif atau kasus ‘yang
didapatkan dari pihak asing tetap saja proyek material’. Tuntutan-tuntutan konkret diperlukan
tersebut tidak berjalan mulus. Ditemukan konflik demi mewujudkan kembali identitas yang ‘utuh’.
antara korporasi dengan pemilik tanah maupun Dalam ‘antagonisme’ dianalogikan, ‘petani tidak
pemilik tanah dengan petani penggarap yang mana dapat menjadi petani’. Begitu pula ‘nahdliyyin yang
mayoritas ‘nahdliyyin’. Bahkan bukan saja nahdli- tidak dapat sepenuhnya menjadi nahdliyyin’. Hal
yyin yang menjadi korban, namun terdapat pula tersebut merupakan kesadaran atas kondisi ‘yang
oknum NU berpengaruh yaitu Habib Luthfi yang material’.
memuluskan awal masuknya investor (Lembar Berangkat dari kesadaran itulah, awal mula
Kerja FNKSDA 2013). membangun ‘blok historis’ dilakukan. Melalui
Pada kasus lain, bencana industri yang dise- pertemuan pada 4 Juli 2013 di Pendopo Hijau LKiS,
babkan oleh PT. Lapindo Brantas berupa semburan Yogyakarta, diskusi terkait ‘NU dan Tata Kelola
lumpur panas yang melenyapkan ruang hidup SDA’ dilaksanakan. Terdapat beberapa lembaga
sebagian besar nahdliyyin di Sidoarjo, dan sekitar- yang turut serta seperti: Lafadl Initiative, Jamaah
nya. Penambangan pasir besi di pesisir pantai Kulon NU, Lakpesdam Jombang dan Kebumen, Forum
Progo yang mendapat resistensi dari Paguyuban Silaturahmi Petani Pesantren (FSPP), PMII Sleman,
Petani Lahan Pasir (PPLP). Kasus pembangunan dan lainnya (Lembar Kerja FNKSDA 2013). Aktor-
bandara baru Yogyakarta yang juga menuai peno- aktor yang mewakili lembaga tersebut rata-rata
lakan warga. Perampasan ruang hidup oleh korpo- merupakan ‘aktivis muda NU’ dari berbagai daerah
rasi penambang pasir, TNI, dan pelaku lainnya di di antaranya Yogyakarta, Kebumen, Batang, Man-
Urutsewu, Kebumen. Kasus ‘eksploitasi SDA’ di dailing Natal, Samarinda, dan lainnya. Akhirnya
Kalimantan, Sumatra, dan daerah lainnya yang menyepakati dibentuknya ‘gerakan’. Diputuskan
menghancurkan lingkungan dan ruang hidup pula rencana deklarasi yang dilaksanakan beberapa
warga. bulan kemudian di Pesantren Tebuireng, Jombang.
Realitas banyaknya kasus yang tidak sekadar
“Kasusnya, materialnya (…) sehingga orang
berkaitan dengan lahan namun eksploitasi SDA yang punya kasus, berhubungan dengan agraria
yang berimplikasi pada krisis ekologis, perampasan atau lingkungan mereka ingin menyelesaikan,
ruang hidup, dan berbagai persoalan lainnya. dan ingin melihat satu peluang dengan ber-
Beragamnya kasus tersebut banyak ditemukan kumpul, maka akan bisa membantu menyele-
nahdliyyin sebagai ‘korban’, dan tidak jarang turut saikan kasusnya. Berkumpullah di LKiS tahun
terlibat menjadi ‘pelaku’ meskipun bukan satu- 2013, kemudian di Jombang”. (Komunikasi
dengan Bosman Batubara, 14 Februari 2019).
satunya. Lantas di situlah letak ‘kerapuhan identitas’
nahdliyyin ditemukan. Melalui kesepakatan di LKiS yang memerankan
banyak agen dengan berbagai latar belakang
“Ada banyak titik orang NU mengalami: ‘orang
lembaga, dan disepakati tindak lanjut berupa inisasi
Urutsewu tidak sepakat disebut konf lik, ia
bilang perampasan tanah. Jadi baginya itu
gerakan. Pada saat itulah apa yang disebut oleh
bukan konflik tetapi perampasan tanah’. Lebih Gramsci sebagai ‘blok historis’ diciptakan, sebab
mudahnya orang sebut NU banyak mengalami telah dilakukan praktik artikulatoris yang diwujud-
masalah agraria.” (Komunikasi dengan Bosman kan pada tindakan berkumpulnya agen-agen, yang
Batubara, Penggagas FNKSDA, 14 Februari 2019). pada akhirnya membentuk identitas relasional
Kerapuhan identitas nahdliyyin ditengarai ‘anta- demi perjuangan atas kepentingan historis (Laclau
gonisme’ sehingga memerlukan praktik artik- & Mouffe 1985). Telah ditunjukkan pula kelahiran
ulatoris. Praktik artikulatoris secara konkret diwu- FNKSDA dimulai dari historis ‘yang material’ berupa
judkan pada tindakan ‘berkumpul’, untuk dapat kasus-kasus objektif yang menimpa nahdliyyin.
Asri W & Suparjan, Reaktualisasi Perjuangan Nahdlatul Ulama ... 84-98 89
Memahami bangunan gerakan FNKSDA lebih ketiga komposisinya beragam namun memiliki
lanjut menurut Laclau dan Mouffe berkaitan visi politik yang sama (…) Penting menamakan
front untuk membedakan, karena NU selalu
dengan proses artikulasi terus-menerus atas
diidentikan dengan arti moderat yang sangat
identitas kolektif, di mana terdapat kepentingan
peyoratif. Tengah yang kurang ambil posisi.
yang sama namun bersifat diskursif (Escobar 2018). Moderatisme tidak begitu seharusnya. Posisi-
nya di sini berdasarkan melihat situasi, kondisi,
“Ada kejadiannya, ini material, baru mencipta-
fakta-fakta konkret di masyarakat dan tidak bisa
kan utopianya. Bukan ada konsep tentang sesu-
kemudian tidak mengambil sikap”. (Komunikasi
atu yang ideal yang ingin dicapai. Maka ideo-
dengan Roy Murtadho, Koordinator Nasional
loginya apa, mencari kemudian, coba-coba. Itu
FNKSDA, 14 Februari 2019).
dinamikanya, mencari”. (Komunikasi dengan
Bosman Batubara, 14 Februari 2019). Merujuk pernyataan tersebut ‘formasi hegemo-
ni’ mulai terbangun. Berhubungan dengan pema-
C. Membangun Formasi-Formasi haman atas suatu organisasi keagamaan misalnya
Hegemonik dapat melampaui praktik-praktik tradisionalnya,
meski tidak jarang menemui pertentangan (Laclau
1. Perkembangan Pemikiran Kaum Muda
& Mouffe 1985). Pemaknaan ‘moderat’ dalam NU
NU
yang diartikan tengah-tengah dan berakhir tidak
Pada pertemuan sebelumnya di LKiS pada 4
berpihak, khususnya dalam membaca persoalan-
Juli 2013 diperoleh kesepakatan tindak lanjut atas
persoalan kemasyarakatan. Realitas kondisi
inisiasi satu gerakan demi merespon kasus-kasus
tersebut ditampilkan pada organisasi masyarakat
yang menimpa nahdliyyin. Terdapat waktu be-
islam seperti NU dan Muhammadiyah yang
berapa bulan menuju dideklarasikannya FNKSDA
memaknai moderat sebagai ‘bukan ini’ atau ‘bukan
dan penamaan gerakan terus diperbincangkan
itu’, sehingga tidak tegas memosisikan identitasnya,
melalui media daring; grup facebook. Proses
lebih sesuai disebut pseudo-moderat (Burhani 2016).
pembahasan nama gerakan menjadi penting sebab
mulai dari situlah arah gerakan dapat mulai “Muncul ketidakpuasan pada struktural NU.
terbaca. Di situ pula letak kerja ‘ekuivalensi’ yang Masif nya jamaah nahdliyyin mengalami
mana penciptaan penanda bukan pembeda penyingkiran, marjinalisasi. Tidak banyak mun-
dilakukan, akan menggeser identitas dari sekadar cul pembelaan-pembelaan terhadap mereka,
sehingga mereka mempertanyakan umat
‘literal’ menjadi simbol posisi tertentu yang lebih
mengapa tidak dibela. Justru di beberapa tem-
‘kontekstual’ (Laclau & Mouffe 1985). pat lebih dekat dengan pihak yang memberikan
Hal tersebut mempertegas pemahaman gerakan penekanan kepada warga”. (Komunikasi dengan
sosial menurut Laclau & Mouffe yang tidak meng- Muchamad Muslich, Koordinator Nasional
istimewakan subyek tertentu dalam perjuangan. FNKSDA, 18 Februari 2019).
Jika dalam gerakan sosial lama lebih mengisti- Pada titik tersebut, ‘penanda’ diciptakan oleh
mewakan tugas identitas ekonomi yakni kelas para kaum muda NU. Terdapat pembedaan makna
petani, kelas buruh, dan sebagainya. Dalam moderat antara kaum muda NU dengan makna
gerakan sosial baru menurut Dagnino, Alvarez, dan moderat yang dipahami secara umum oleh NU.
Escobar lebih mengedepankan identitas yang lebih Terdapat pula realitas yang menampilkan ‘perkem-
luas demi menunjang keterlibatannya atas bentuk bangan pemikiran lebih lanjut’ kaum muda nah-
baru politiknya, serta berkaitan dengan kontribusi dliyyin.
serta kemampuan dalam membangun sosiabilitas-
nya (Alvarez 2018). Maka, muncullah nama ‘front’ “Ini perkembangan baru, dalam artian ada
kesadaran, tidak bisa taat dengan pemerintah
pada FNKSDA.
kalau ternyata dampaknya tidak adil untuk
“Front menandakan tiga hal, berupa garis rakyat. Bisa keburukan untuk alam. Artinya
depan mainstreaming isu ketimpangan sumber- baru, setelah ada generasi baru di sekolah-
sumber agraria, kedua bertendensi progresif, sekolah ini. Kalau dulu dengan pemerintah taat.
90 Bhumi, Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 5 No. 1 Mei 2019

Pemerintah mau membuat ini, oh untuk ke- struktural, begitulah watak perjuangan hegemonik
baikan. Tidak kalau saat ini, dianalisis, ini bukan pertama ditampilkan. Penegasan tugas-tugas
pemerintah. Hanya sekelompok orang sebenar-
kemasyarakatan ditunjukkan, selaras dengan
nya yang memanfaatkan”. (Komunikasi dengan
seruan kembalinya NU ke khittah 1926 yang sela-
Hairus Salim, Penggagas FNKSDA, 4 Februari
2019). yaknya dielaborasi terus-menerus bagi kepentingan
nahdliyyin.
Kaum muda NU saat ini dapat diandaikan seper-
ti penjelasan (Murtadho 2015) atas sedikit genealogi “Kaitannya khittah, harusnya diurus oleh NU.
pemikiran Abdurrahman Wahid yang terkesan Sangat kompatibel sebenarnya dengan khittah.
Justru dengan khittah, seperti ini yang harus
Gramsci. Gramsci sebagai pengusung konsep
dilakukan NU. Selain mengembangkan masjid,
hegemoni telah dilampaui oleh Laclau dan Mouffe.
sekolah, pesantren, juga harus membela kaum
Hegemoni bukan lagi konsep dari bentuk-bentuk miskin dan yang dimiskinkan, sesuai dengan
dominasi yang menyeluruh. Akan tetapi melalui khittah yang dituliskan oleh K.H. Hasyim
subyek dan produksi formasi hegemonik terdapat Asy’ari”. (Komunikasi dengan Hairus Salim, 4
perjuangan hegemoni. Seperti kondisi kaum muda Februari 2019).
NU saat inilah, satu langkah lebih lanjut, hegemoni Berangkat dari hal tersebut NU sebagai salah
telah dilampaui sebagai strategi perjuangan. satu organisasi masyarakat sipil terbesar sebenarnya
“Kesadaran anak-anak sekarang lebih maju un- memiliki sifat ‘demokratis’. FNKSDA sebagai
tuk gerakan, mereka memiliki prasyarat-pra- gerakan non-struktural tetap dapat ‘bergerak’ dan
syarat mendukung movement, kalau zaman tidak menuai ‘larangan’ dari struktural. Di sisi lain,
Abdurrahman Wahid tidak, memberikan kritik upaya FNKSDA termasuk canggih dalam melaku-
saja ke Orde Baru”. (Komunikasi dengan Roy kan ‘ekuivalensi’, sebab gerakannya tidak mencip-
Murtadho, 19 Februari 2019).
takan ‘pembeda’ melainkan ‘penanda’ dalam tubuh
Sampailah pada yang disebut rantai ekuivalensi NU. Penanda tidak menimbulkan demarkasi
untuk membangun pembedaan melalui batas- mendasar, justru membangun peluang untuk
batas dalam dirinya sendiri semakin ‘jelas’. Diwu- melakukan perjuangan hegemonik.
judkan pada deklarasi Front Nahdliyyin untuk
“Kalau dikatakan alternatif bisa sebenarnya.
Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) pada 8
Keinginannya mendorong struktural juga un-
Desember 2013 di Pesantren Tebuireng, Jombang tuk melakukan masukan atau kritik. Maka,
oleh 200 lebih kaum muda nahdliyyin (Tebuireng sekarang bagaimana berusaha membagikan apa
Online 2013a). FNKSDA merupakan ‘wadah yang diusung oleh front ke struktural agar
koordinasi antara Jamaah NU yang memiliki kehi- menyambung”. (Komunikasi dengan
rauan mengenai permasalahan konflik pengelolaan Muchamad Muslich, 18 Februari 2019).
SDA’ (FNKSDA 2013). Melalui deklarasi, formasi Lantas berkaitan dengan ketidakpuasan kaum
hegemoni yang pertama tegas diciptakan. Posisi muda nahdliyyin terhadap NU struktural yang
FNKSDA yang tidak terikat struktural NU menurut penelitian (Mubarok 2016, Nashirulhaq
memungkinkan mainstreaming isu kedaulatan SDA 2017) sebagai salah satu latar belakang kelahiran
setidaknya berada pada dua titik yaitu ‘kaum muda FNKSDA perlu penjelasan lebih lanjut. Sebab fakta-
NU’, bahkan NU secara keseluruhan baik jamaah fakta ‘objektif atau kasus material’ yang disikapi
maupun jam’iyah. kaum muda NU yang ternyata telah mengalami
Di sisi lain, formasi hegemoni dapat berfungsi perkembangan yang menjadi titik awal diben-
untuk membaca posisi FNKSDA terhadap NU. tuknya FNKSDA. Lebih fair kemudian, bilamana
Dengan identitas ‘nahdliyyin’ yang tetap disematkan membaca lebih lanjut kondisi kaum muda NU,
pada nama gerakan dan telah melalui ‘ekuivalensi’. serta kondisi NU struktural dikaitkan dengan aspek
Maka, FNKSDA tidak vis-à-vis dengan NU sosial-politik yang lebih besar.
struktural, namun memiliki peran mendorong
Asri W & Suparjan, Reaktualisasi Perjuangan Nahdlatul Ulama ... 84-98 91
2. Membaca Kondisi NU Struktural pada masyarakat ‘akar rumput’ ditampilkan.
Sebelum dideklarasikannya FNKSDA terdapat Padahal PBNU dalam beberapa persoalan SDA
pertemuan dengan ketua PBNU K.H. Imam Aziz sesungguhnya turut andil, akan tetapi situasi sosial-
(Lembar Kerja FNKSDA 2013). Menurut Aprianto politik yang lebih besar berpengaruh.
melalui K.H. Imam Aziz isu agraria bisa kembali “Jadi tanah-tanah HGU yang dipakai ada
masuk menjadi perhatian PBNU (Luthf i 2018). batasannya, sekarang ini entah berapa tahun.
Pada proses menuju deklarasi terdapat pemba- Itu sudah tidak boleh dipakai lagi yang untuk
hasan mengenai posisi PBNU atas isu SDA. Pemba- perkebunan sawit. Nanti kalau habis, itu reko-
mendasi NU, tidak usah perpanjang. Untuk
hasan mengenai kesepakatan Munas Alim Ulama
apa, bagikan pada rakyat”. (Komunikasi dengan
NU pada 2012 yang merekomendasikan pada
K.H. Imam Aziz, 6 Februari 2019).
pemerintah atas urgensi renegosiasi perusahaan-
perusahaan tambang masuk dalam rangkaian Dengan demikian, kekecewaan atas NU struk-
diskusi sebelum deklarasi (Tebuireng Online 2013b). tural dapat dipahami sebagai ketidakpuasan atas
PBNU sesungguhnya telah memiliki beberapa tidak adanya ‘solidaritas’ dalam lingkungan NU.
ketetapan terkait SDA sebelum diresmikannya Relasi struktural NU tidak selalu dipahami vertikal.
FNKSDA. Antara pusat dengan cabang-cabang kadang kala
memiliki ketetapan yang berbeda. Persoalan di
“Secara normatif fatwa-fatwa sudah ada sejak berbagai daerah merupakan bagian dari tanggung
dahulu di NU, namun yang belum ialah terkait
jawab cabang. Ketika polemik terkait SDA terjadi,
solidaritas”. K.H. Imam Aziz, Ketua PBNU, dalam
Musyawarah Nasional II FNKSDA: Menegakkan
realitasnya tidak sedikit cabang-cabang maupun
Daulat Rakyat dalam Perjuangan Agraria, NU setempat yang abai atas ketetapan tertinggi yang
Demokrasi, dan Anti-Kapitalisme di Indonesia. disepakati dalam PBNU.
Pasca-reformasi beberapa fatwa terkait SDA “Kita tetap berusaha supaya ada payung hukum
telah ditetapkan oleh PBNU. Di antaranya melalui agamanya. Jadi bukan soal untung-rugi, tapi
Muktamar NU ke 30 di Kediri 1999 yang membahas pahala dan dosa. Kalau untung-rugi undang-
undang negara bisa dipakai, ini soal dosa dan
mengenai ‘hak atas tanah’ dan Munas Alim Ulama
pahala. Kalau membela rakyat itu pahala (…)
NU pada 2012 yang mendesak pemerintah untuk
orang-orang ‘itu’ tidak paham”. (Komunikasi
renegoisasi perusahaan-perusahaan tambang. dengan K.H. Imam Aziz, 6 Februari 2019).
Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan kepu-
tusan tertinggi yang tidak dapat dibantah dan harus
3. Kompatibilitas Kategori Perkembangan
dilaksanakan mulai dari PBNU hingga ranting NU.
Pemikiran Kaum Muda NU Menuju
“Muktamar itu kurang besar apa. Muktamar su- Gerakan
dah tidak ada yang bisa membantah. Kiai, Gus-
Pemahaman perkembangan pemikiran kaum
gus, siapapun itu tidak bisa membantah”. (Ko-
munikasi dengan K.H. Imam Aziz, 6 Februari muda NU dalam kenyataannya tidak homogen.
2019). Perubahan pemikiran kaum muda NU yang
berlangsung mulai kurun waktu 1970-an sebagai
Keputusan dalam muktamar maupun munas
cara baru untuk mengkritisi Orde Baru, pada saat
alim ulama NU diserahkan kepada negara sebagai
yang sama menurut (Murtadho 2015) tidak sedikit
rekomendasi maupun ‘desakan’ untuk berbagai
pemikir-pemikir islam saat itu yang terseret pada
kebijakan. Rekomendasi-rekomendasi NU berang-
gagasan pembangunan yang developmentalistik.
kat pula dari justifikasi nilai-nilai keagamaan da-
Ditampilkan dan dikaitkan dengan kemunculan
lam proses penetapannya. Meskipun tidak sedikit
kritik pada van Bruinessen yang tidak dapat memi-
rekomendasi-rekomendasi tersebut yang diabaikan
lah gagasan-gagasan pemikir islam, yang cenderung
oleh negara. Realitas kondisi politik yang lebih
pada liberal modernis dan islam emansipatoris
besar atas kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak
misalkan (Al-Fayyadl 2015). Sehingga makna
92 Bhumi, Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 5 No. 1 Mei 2019

perubahan pemikiran kaum muda NU pada kurun wacana pemikiran islam yang berhadapan dengan
1970-an belum ‘clear’ yang mana kategori pemikiran hegemoni Orde Baru dengan model pem-
islam yang sesuai dengan semangat perjuangan bangunannya yang developmentalistik. Selaras
‘masyarakat sipil’. dengan alternatif pembangunan pasca runtuhnya
Pemikiran ‘kiri islam’ oleh Hassan Hanafi yang Orde Baru berupa ‘pemberdayaan masyarakat’
bermakna pembebasan dari ketertindasan atau (Widayanti 2012). Maka, FNKSDA kompatibel
bersifat emansipatoris sangat berbeda dengan dengan gagasan kalangan post-tradisionalis sejak
pemikiran islam liberal (Misrawi 2002, Al-Fayyadl awal, yang menekankan pentingnya pengembalian
2015). Keduanya bertendensi pembebasan, namun peran masyarakat sipil agar memiliki kekuatan dan
kiri islam menghendaki ‘transformasi kesadaran daya tawar seimbang dengan negara. Sesuai dengan
individual menuju tindakan kolektif’. ‘Islam liberal gagasan pemberdayaan masyarakat turunan dari
yang selalu memosisikan diri melawan tradisi perspektif anti-developmentalisme, yang salah
cenderung bersifat elitis’ (Misrawi 2002). Islam lib- satunya menghendaki dibangunnya ‘gerakan
eral dapat terjebak pada tataran liberal ekonomi, massa’.
akibat ‘pembebasan’ berada ranah cara berpikir. Berbeda dengan perkembangan makna pem-
Selain itu, islam liberal meletakkan demokrasi berdayaan masyarakat sebagai antitesis pem-
dan pluralisme sekadar tujuan dari perubahan bangunanisme Orde Baru, yang nyatanya terseret
(Misrawi 2002). Sedangkan kiri islam melampaui pula arus developmentalisme dengan munculnya
daripadanya, melalui kritisisme tradisi yang bersifat program-program pembangunan dari negara
kaku, dapat dilakukan transformasi sosial. Berang- misalkan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan
kat dari hal tersebut perubahan pemikiran kaum Masyarakat) dan pendanaannya disokong lembaga
muda NU yang sesungguhnya berupa proses ‘libe- f inansial global seperti Bank Dunia. Sehingga
rasi agama’ terbagi atas dua kubu yakni kalangan muncul model pemberdayaan masyarakat melalui
islam liberal dengan terbentuknya Jaringan Islam praktik community driven development, community
Liberal (JIL). Serta, kalangan post-tradisionalisme based development, dan lainnya (Widayanti 2012).
yang berkehendak mempertanyakan tradisi namun Pemberdayaan masyarakat turunan dari perspektif
secara simultan menggunakan pula tradisi sebagai developmentalisme menuntut masyarakat sesuai
perjuangan, ditunjukkan dengan kemunculan dengan struktur.
Lakpesdam NU, LKiS, dan lainnya (Bisri 2012). Sedangkan sifat dari pemberdayaan masyarakat
Baik islam liberal maupun post-tradisionalis yang anti-developmentalisme menghendaki ter-
meskipun bertendensi pada pemikiran islam yang bangunnya gerakan yang melawan ‘sistem’. Akar
membebaskan namun tetap memiliki demarkasi dari ketidakberdayaan adalah ‘sistem’ yang
yang mendasar. ‘Islam liberal orientasinya lebih menindas, sehingga berkehendak menciptakan
pada dataran makro-struktural, tapi post-tradisio- yang disebut Faqih berupa ekonomi tanpa eksploi-
nalis lebih berorientasi pada pemberdayaan masya- tasi, politik tanpa represi, dan budaya tanpa hege-
rakat dengan gerakan emansipatorisnya’ (Bisri 2012, moni (Mushoffa 2015, Widayanti 2012). Sejalan
1). Sangat sukar mengatakan FNKSDA sebagai dengan proses transformasi sosial menurut Hassan
pertalian dari perkembangan pemikiran dari Hanaf i, yakni setelah melakukan pembacaan
kalangan post-tradisionalis, sebab beragamnya ‘kritis’ tradisi-tradisi (Misrawi 2002).
pemikiran kaum muda NU pasca-reformasi.
“FNKSDA adalah eksperimen atau penerje-
Akan tetapi, menilik agen-agen di awal berdi- mahan dari teologi pembebasan, mengapa
rinya FNKSDA dapat ditemukan peran di antaranya masuknya agraria. Alasan pertama, sebagai lan-
Lakpesdam, LKiS—yang memperkenalkan kiri dasan pembangunan, tidak mungkin melaku-
islam, dan lainnya. Melibatkan pula K.H. Imam kan pembangunan kalau belum ada land re-
Aziz yang merupakan salah satu pendiri LKiS. form, apapun bentuk land reform. Kalau yang
Selain itu, jika dikembalikan pada pencarian atas diperjuangakan ini populistik. Orang NU tidak
Asri W & Suparjan, Reaktualisasi Perjuangan Nahdlatul Ulama ... 84-98 93
perlu khawatir, ini bukan reforma agraria tata kelola pemerintahan yang desentralistik.
Marxistis.” (Komunikasi dengan Roy Murtadho, Namun, sistem demikian nyatanya hanya melang-
19 Februari 2019).
gengkan ‘oligarki terbatas’ menjadi ‘oligarki kolek-
Merujuk pada penjelasan tersebut produksi tif’ melalui demokrasi elektoral (Maimunah 2019).
formasi hegemoni melalui ekuivalensi kembali Relasi antara politik dan pebisnis tambang misal-
diciptakan. Ditunjukkan pada pemaknaan ‘agama kan, sebagai salah satu realitas ‘oligarki’ tidak hanya
dalam bentuk yang tradisional hanyalah sebuah berada di lingkup pemerintah pusat seperti yang
ilusi, namun jika ditampilkan dalam bentuk yang dibangun Orde Baru bersama jaringan bisnisnya.
membebaskan dapat menjadi kekuatan yang Namun, penyerahan kewenangan kebijakan kepada
mengagumkan’ (Engineer et al. 1999, 3). Melam- pemerintah daerah berimplikasi atas perluasan
paui dari sekadar tradisi berupa ibadah misalkan, relasi antara politik dengan pebisnis di daerah-
dan menegaskan kembali tugas profetik agama daerah.
sebagai kekuatan pembebasan dari ketertindasan, Sehingga dalam konteks kapitalisme maju yang
agama kemudian melekat pada yang material. salah satunya digambarkan dengan kemunculan
Pemahaman agama yang lekat pada ‘yang mate- oligark-oligark1, Roscher memiliki pemahaman
rial’ dapat menjahit realitas kondisi sosial-politik bahwa ‘alam’ menghasilkan berbagai sumber daya
yang ada. yang ‘bernilai’, namun ‘nyaris tidak bernilai tukar’
Gerakan FNKSDA memosisikan diri sebagai (Marx 2004). Maka, kasus objektif seperti peram-
gerakan progresif yang berangkat dari ajaran pasan dan perusakan lahan hijau seluas kurang
agama dengan tujuan membebaskan nahdliyyin lebih 900 ha untuk kepentingan penambangan
dari ketertindasan sistemik. Digambarkan pada emas di Tumpang Pitu, Banyuwangi, yang melibat-
kegiatan FNKSDA seperti istighosah akbar bersama kan pula anak perusahaan dari birokrat sekaligus
warga yang dirampas ruang hidupnya di Kendeng, korporat Sandiaga Uno (FNKSDA 2018a). Realitas
Kebumen, Kulon Progo dan lainnya. Bentuk-bentuk tersebut ialah salah satu bentuk kapitalisme maju.
kegiatan lain di antaranya Pesantren Agraria, Ngaji Kapitalisme maju tidak hanya berada pada
Ekologi Politis, Ngaji Agraria. Muncul pula pema- dataran relasi produksi internal di pabrik-pabrik
haman atau ajaran keagamaan yang lekat dengan yang digambarkan oleh Marx. Namun berkelindan
aspek sosio-ekologis seperti fiqh lingkungan, sho- dalam struktur sosial dan politik (Laclau & Mouffe
lawat marhaen, sholawat anti-oligarki, dan lainnya. 1985). Dikaitkan dengan ‘eksploitasi alam’, ketika
Di sisi lain, FNKSDA hadir sebagai gerakan yang SDA dikeruk, menurut Roscher pada tindakan
sekaligus meradikalisasi ‘demokrasi’. Pada dina- itulah nyaris tidak ada ‘nilai tukar’ untuk mengam-
mika demokratisasi, ditandai peristiwa reformasi bil hasil alam atau tidak terdapat nilai tukar yang
yang berupaya meruntuhkan yang disebut (Al- sebanding (Marx 2004). Saat SDA digunakan oleh
Fayyadl 2015) sebagai ‘oligarki terbatas yang masyarakat khususnya petani, terdapat proses
dibangun oleh kapitalisme negara’ yaitu Orde Baru, pemanfaatan alam sekaligus pelestarian atas ‘nilai’.
nyatanya belum tercapai. Demokrasi bercorak Sementara, ketika lahan ‘dilipatgandakan nilai
popular sovereignty yang diharapkan justru tercebur kapitalnya’ pada kurun temporer dengan diambil
pada sistem demokrasi yang liberal. Itu mengapa hasil alamnya untuk kepentingan pertambangan.
demokrasi perlu diradikalisasi (Mouffe 2000). Implikasinya berupa kehancuran atas nilai dari SDA
Kapitalisme maju sebagai lawan dari perjuangan
demokratik baru tengah dihadapi (Laclau & Mouffe
1
1985). ‘Efek demonstrasi’ sebagai praktik demok- Rilis (JATAM 2019) dan (Siti Maimunah 2019) me-
nunjukkan kaitan Oligarki Tambang di Balik Pemilu 2019,
ratisasi hanyalah ‘restrukturasi kapital’. Pemerin- kedua pasangan calon dalam Pilpres 2019 berkaitan
tahan Orde Baru yang otoritarian dengan tata kelola dengan para pebisnis tambang dan mendapatkan dana
pemerintahannya yang sentralistik pasca-demok- kampanye dari para pebisnis tersebut.Dirilis pula nama-
nama segelintir oligark yang menguasai industri ekstraktif
ratisasi memang telah runtuh. Digantikan dengan
di Indonesia hingga ke daerah-daerah.
94 Bhumi, Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 5 No. 1 Mei 2019

yang selayaknya dilestarikan. Sedangkan kegiatan ekstraktif’. Pada hegemonic struggle yang paling
penambangan hanya mengambil ‘nilai’ dari SDA, menentukan dalam perjuangan melawan kapitalis-
namun tidak memiliki mekanisme ‘melestarikan me adalah tidak tunggalnya formasi hegemoni.
nilai’. Ditunjukkan pada posisi FNKSDA yang tetap bagian
Di sisi lain, berkenaan dengan kondisi sosial- dari NU namun berupaya mendorong NU struk-
politik yang seharusnya lebih demokratis dengan tural demi pembebasan nahdliyyin dari bencana
corak demokrasi popular sovereignty atau kedau- ekologis akibat kapitalisme ekstraktif.
latan rakyat. Realitas yang terjadi justru terseret Pasca diresmikannya FNKSDA, dapat ditelusuri
konteks ‘kedaulatan’ seluas-luasnya, khususnya atas dalam PBNU telah ditetapkan dua kesepakatan
kepemilikan SDA yang dikuasai segelintir oligark. besar terkait SDA pertama, Muktamar NU ke-33
Alternatif pembangunan yakni ‘pemberdayaan tahun 2015 yang dilaksanakan di Jombang yang
masyarakat’ yang diturunkan dari perspektif anti- membahas mengenai SDA (PBNU 2015). Eksploi-
developmentalisme belum menemukan titik temu, tasi terhadap SDA di Indonesia adalah haram
sebab rancangan pembangunan dari negara masih (Alhafiz 2015). Saat proses muktamar dilaksanakan,
mengacu ‘pertumbuhan ekonomi’. Ditunjukkan kaum muda nahdliyyin menyelenggarakan Musya-
pada upaya pemerintahan presiden Susilo Bambang warah Besar Kaum Muda NU. Pembahasan dalam
Yudhoyono melalui MP3EI (Master Plan Percepatan musyawarah tersebut di antaranya ‘Politik Agraria
Pembangunan Ekonomi Indonesia) misalkan, yang dan Konflik SDA’, yang mana FNKSDA berperan
didorong demi ‘percepatan pertumbuhan ekono- dalam berjalannya diskusi. Keseluruhan hasil disku-
mi’, yakni melalui ‘energi’ untuk industri. Akhirnya, si diserahkan ke PBNU untuk ditindaklanjuti dalam
jika ditarik pada konflik-konflik SDA di tingkat Muktamar.
lokal, sebetulnya hanya ekses dari MP3EI (Lembar Selain itu kedua, Konferensi Besar dan Munas
Kerja FNKSDA 2013). Maka, FNKSDA muncul dan Alim Ulama NU di Lombok tahun 2017 yang khusus
bertindak mengisi kekosongan atas tidak adanya membahas terkait isu keumatan, tidak seperti
alternatif gerakan pada persoalan yang kompleks muktamar di mana terdapat agenda pilih-memilih
tersebut. pengurus, menjadikan ‘Reforma Agraria’ sebagai
salah satu prioritas kajian (PBNU 2017).
“Orang saling tahu sekarang ini korban tiga kali:
korban politik, reformasi, dan korban tidak “Jadi keputusan NU yang luar biasa itu soal
adanya alternatif di zaman reformasi”. (Komu- reforma agraria. Pemerintah harus menguta-
nikasi dengan Roy Murtadho, 19 Februari 2019). makan, dengan skema apapun, bagi kelompok-
kelompok miskin. Maka misalkan, kalau hutan
D. Hegemonic Struggle: FNKSDA sebagai atau apapun direncanakan untuk membuat
pabrik, atau apa, yang diutamakan rakyat dulu”.
Gerakan dengan Identitas Massa (Komunikasi dengan K.H. Imam Aziz, 6 Februari
Bersamaan dengan dideklarasikannya FNKSDA 2019).
pada 8 Desember 2013 di Jombang, ditentukan Selain keputusan di tingkat pengurus besar, di
‘sikap’ awal FNKSDA. Di situlah formasi-formasi daerah-daerah tetap didorong agar ketetapannya
hegemoni ‘jelas’ ditampilkan. Melalui ‘Resolusi
sejalan dengan keputusan di PBNU. Diwujudkan
Jihad Jilid II: Mempertahankan Tanah Air dari
pada langkah FNKSDA Jember, PCNU Jember,
Rongrongan Kapitalisme Ekstraktif’, FNKSDA
PMII Jember, PWNU Jatim serta Bupati Jember
menyerukan kepada pertama negara, kedua PBNU,
Faida, bersama-sama menuntut pencabutan SK
dan ketiga nahdliyyin serta warga negara secara
Kementrian ESDM NO 1802 K/30/MEM/2018 yang
keseluruhan untuk mempertahankan tanah air dari
mana terlampir wilayah izin usaha pertambangan
rongrongan kapitalisme ekstraktif.
(WIUP) emas blok Silo (FNKSDA 2018b). Melalui
Ketiga ranah tersebut adalah ‘formasi’ di mana
sidang non litigasi majelis pemeriksa sidang memu-
FNKSDA dapat berjuang berhadapan dengan segala
tuskan perlunya pencabutan keputusan Menteri
bentuk kapitalisme maju khususnya ‘kapitalisme
Asri W & Suparjan, Reaktualisasi Perjuangan Nahdlatul Ulama ... 84-98 95
ESDM tersebut (Zuhro dan Hakim 2019). Ditandai pada loncatan perubahan sistem menuju
Lembaga Bahtsul Masail PCNU Jember pada modernisasi pertanian, tanpa perubahan struktur
November 2018 mengambil sikap dengan agraria. Di sisi lain, menguntungkan dalam pening-
menetapkan fatwa ‘haram’ penambangan emas di katan produksi pertanian, namun lebih banyak
blok Silo, yang akan menggunakan 4000 ha lebih yang menikmatinya hanya petani kaya, sedangkan
lahan (NU 2019). Di mana lahan tersebut terancam petani kecil dan buruh tani semakin terdesak dan
rusak dan tidak dapat digunakan untuk pertanian dirugikan (Hüsken 1998).
jika penambangan tetap digulirkan. Pada keber- Maka ditunjukkan bahwa antagonisme pada
hasilan perjuangan tersebut ditemukan wujud tidak dataran kelas dan antagonisme dataran massa
tunggalnya formasi hegemoni. Dalam perjuangan menjadi berbeda, itu mengapa ‘enumerasi’ tetap
atas sumber daya agraria terdapat dorongan lang- perlu dilakukan. Implikasinya adalah gerakan
sung dari mayoritas nahdliyyin di Silo, upaya FNKSDA tampil sebagai organ terbuka yang ber-
pengurus NU setempat, serta dorongan dari peme- identitas massa, namun strategi perjuangannya
rintah kabupaten yang berpihak dan dapat me- bersifat hegemonik. Serta identitas politiknya lebih
nangkap suara penolakan dari masyarakat Silo. menonjol, daripada identitas ekonominya yang
Kecanggihan gerakan beridentitas massa pun sebetulnya samar (Laclau & Mouffe 1985). Sehingga
ditampilkan (Laclau & Mouffe 1985, Escobar & FNKSDA memang tidak memimpin langsung
Alvarez 2018). Identitas massa yang ditunjukkan ‘kelas’ namun berfungsi memperkuat identitas
pada FNKSDA tentu berbeda dengan gerakan kelas, dan tetap dapat berjuang pada ‘dataran kelas’.
identitas massa pada tradisi gerakan sosial lama
“Orang-orang kebumen banyak yang tahu,
yang mengistimewakan identitas ekonomi seperti: mereka merasa ikut mendirikan (…) ada sejarah
kelas buruh, kelas petani, dan lainnya. FNKSDA front di situ. Kebumen paling terjaga karena ada
juga merupakan gerakan beridentitas massa namun front di dalamnya. Jadi, mereka merasa front
strategi perjuangannya bersifat hegemonik. Hal adalah organisasi terbaik untuk mereka ke
tersebut dapat dipahami bilamana menilik agen- depannya, ada kegiatannya, dan merasa ditanya
agen pertama yang berperan dalam kelahiran terus. Sehingga mereka tetap aktif sampai
sekarang.” (Komunikasi dengan Bosman
FNKSDA. Agen-agen selain sebagai jam’iyah
Batubara, 14 Februari 2019).
ataupun jama’ah NU, mereka juga merupakan
akademisi, peneliti, kiai, santri, dosen, geolog, Selain itu, identitas ‘nahdliyyin’ yang dipahami
penulis, seniman, dan sebagainya. Namun kemu- tidak sekadar literal melainkan kontekstual men-
dian melalui ‘deklarasi’, telah dilalui ‘enumerasi’. jadi ‘identitas politik’ sah-sah saja digunakan. Kon-
Enumerasi yang berfungsi untuk menyebutkan disi saat ini menggambarkan wujud dari ‘budaya
makna suatu kelas seperti kelas buruh, kelas petani, dan identitas politik baru’ pada nahdliyyin yang
dan lainnya, pada tradisi perjuangan demokratik ingin dibangun pasca keputusan NU kembali ke
baru dipakai untuk memahami ‘keragaman’ dari khittah 1926.
subyek-subyek (Laclau & Mouffe 1985). Dikaitkan “NU sebetulnya didirikan untuk kepentingan
dengan kondisi kaum muda nahdliyyin saat ini yang kemaslahatan umat. Dulu yang kita tentang
telah mengalami perkembangan pemikiran dan penjajah, sekarang pemerintah sendiri, tetapi
berimbas pada beragamnya isu-isu yang digeluti cara-cara kerjanya seperti penjajah. Kompeni-
nahdliyyin seperti kebhinekaan, pluralisme, kompeni yang kita tentang. Kalau masih di NU
mestinya harus paham. NU didirikan untuk
toleransi, dan sebagainya (Nashirulhaq 2017). Meni-
kepentingan masyarakat. Selama ada hal-hal
lik pula kantong-kantong nahdliyyin di perdesaan yang tidak sejalan dengan kehidupan masya-
atau pinggiran, yang mana kondisi sosio-ekolo- rakat, kita pasti akan menentang”. (Komunikasi
gisnya telah berubah. Dijelaskan Tjondronegoro dengan K.H. Imam Aziz, 6 Februari 2019).
bahwa telah terjadi perubahan pembangunan Gagasan Melluci yang hanya melihat
pertanian Indonesia dimulai pada Orde Baru. kemunculan gerakan sosial yang selalu terkait
96 Bhumi, Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 5 No. 1 Mei 2019

dengan aliran sejarah terdahulu, tanpa melihat ditampilkan. Perjuangan FNKSDA pada kondisi
karakter, dan orientasi kolektif yang berubah yang selayaknya lebih demokratis ini berada pada
terpatahkan (Escobar & Alvarez 2018). Sebab koridor demokrasi bercorak popular sovereignty.
antagon nahdliyyin saat ini adalah segala bentuk
Sehingga, “Sudah 22 di seluruh Indonesia.
kapitalisme khususnya ‘kapitalisme ekstraktif’. Sampai Maluku, Batam, dan itu organisasi yang
Perjuangan yang diusung FNKSDA untuk mewu- dibiayai sendiri. Organisasi muncul, aktor mun-
judkan kedaulatan SDA lebih luas lagi cakupan cul, agenda muncul”. (Komunikasi dengan Dwi
isunya, daripada soal-soal lahan ataupun pertanian Cipta, Pegiat FNKSDA, 29 Januari 2019).
yang diperjuangan Pertanu pada masa Era Sukarno. Namun, terdapat tantangan yang biasanya
Begitu pula dengan kaum muda NU yang telah dihadapi oleh gerakan dengan identitas massa
mengalami perkembangan, sebab secara simultan sebab perannya dalam hegemonic struggle se-
NU juga telah memiliki arah gerak politik yang sungguhnya ‘eksterior’ (Laclau & Mouffe 1985).
berbeda. Gerakan FNKSDA hadir pada kondisi-kon- Hegemoni bersifat semu atau parole, sedangkan
disi ‘khusus’ yang tidak dialami oleh NU sebe- ‘kelas’ seperti petani ‘nyata atau langue’. Perjuangan
lumnya. hegemoni dapat menguatkan identitas kelas,
“Yang dimusuhi kita sebenarnya adalah sistem namun kemudian muncul salah satunya berupa
kapitalisme yang didekatkan dengan Marx, kegamangan ‘siapa pemimpin dan yang dipimpin’.
barangkali tidak. Ini NU, karena kesadaran. Ini Peran FNKSDA adalah mendorong ‘identitas kelas’
wabah yang menggerogoti masyarakat-masya- melalui relasi hegemoni yang dibangunnya. ‘Peran
rakat Indonesia, khususnya orang-orang ping- pemimpin’ jika dalam FNKSDA disebut ‘koordina-
giran, lagi-lagi orang-orang NU”. (Komunikasi
tor nasional’ krusial untuk terus berperan mengu-
dengan Odent Muhammad, Koordinator
Daerah FNKSDA Yogyakarta, 18 Februari 2019). atkan hubungan dengan komite di daerah-daerah.
Serta perlu memiliki pengetahuan luas atas kondisi
Gerakan FNKSDA lebih leluasa untuk berje-
‘kelas’ yang nyata di akar rumput.
jaring di daerah-daerah, melalui ‘identitas baru
Selain itu, suatu gerakan ekologi mengira akan
politiknya’. Serta lebih luwes membangun sosiabi-
stagnan mengusung identitasnya (Laclau & Mouffe
litasnya. Sehingga terciptalah relasi-relasi dengan
1985). Padahal identitas tercipta dari proses
banyak organ di antaranya WALHI, LBH, Kontras,
konstruksi diskursif. Identitas dapat dimodifikasi
Kristen Hijau, JATAM, dan organ lainnya, yang
melalui ekuivalensi di mana formasi hegemoni di-
dimanifestasikan pada pelaksanaan kegiatan
bangun. Sehingga sosiabilitas gerakan demi mem-
bersama seperti diskusi, sekolah, pernyataan sikap,
perluas ‘aliansi’, bukan hanya digunakan sekadar
dan sebagainya. Meskipun FNKSDA mengusung
menjalin ‘relasi’. Melampauinya, jika berani lebih
identitas nahdliyyin, namun agenda-agendanya
radikal ialah memodifikasi identitas dari kekuatan
tetap beragam. Ditampilkan pada orientasi atau
yang terlibat dalam aliansi. Sehingga perjuangan
sebutan gerakannya sebagai gerakan ekologi, anti-
nahdliyyin melawan antagon berupa kapitalisme,
developmentalisme, anti-kapitalisme, bahkan
tidak terlepas dari perjuangan progresif lain yang
teologi pembebasan.
berbeda.
Tugas dari gerakan selanjutnya ialah terus
membangun aliansi, menciptakan aktor baru, E. Kesimpulan
bahkan pada tindakan yang lebih radikal terhadap
Kasus-kasus perampasan ruang hidup, ketim-
demokrasi adalah bertransformasi menjadi ‘partai’
pangan kepemilikan SDA, dalam bingkai lebih
(Laclau & Mouffe 1985). Menelusuri rilis sikap para
besarnya yakni kapitalisme maju khususnya
santri di antaranya dari FNKSDA yang menyatakan
kapitalisme ekstraktif telah menimpa nahdliyyin
golput pada perhelatan pemilu 2019, serta menyu-
di berbagai daerah. Hal tersebut disikapi kaum
arakan perlunya membangun ‘politik alternatif’
muda nahdliyyin yang ternyata telah mengalami
(Affiat 2019). Potensi berupa terciptanya ‘partai’
perkembangan, tidak hanya melayangkan kritik
Asri W & Suparjan, Reaktualisasi Perjuangan Nahdlatul Ulama ... 84-98 97
pada pemerintah khususnya Orde Baru saat itu. Alhaf iz, K 2015, ‘PBNU haramkan eksploitasi
Namun telah menginisiasi terbangunnya gerakan sumber daya alam di Indonesia’, NU Online,
FNKSDA pada 2013. Diusungnya isu kedaulatan diakses 23 Maret 2019, <http://www.nu.or.id/
SDA menunjukkan perluasan masalah agraria tidak post/read/59422/pbnu-haramkan-eksploitasi-
hanya terkait lahan dan pertanian yang diatasi NU sumber-daya-alam-di-indonesia>.
pada masa Era Sukarno dengan membentuk Perta- Alvarez, SE 2018, Cultures of politics/politics of cul-
nu yang bergerak melalui struktural NU dan memi- tures: revisioning Latin American social move-
liki banyak cabang. ments, Routledge.
NU saat ini telah memiliki arah gerak politik Bisri, AM 2012, ‘Dialektika pemikiran Islam kon-
berbeda, bukan lagi organisasi politik namun orga- temporer’, Akademika, vol. 6.
nisasi kemasyarakatan. Kaum muda NU yang telah Burhani, AN 2016, Muhammadiyah berkemajuan:
mengalami perkembangan pemikiran juga berim- pergeseran dari puritanisme ke
bas pada ‘keragaman’ isu yang digeluti oleh kaum kosmopolitanisme, Mizan, Bandung.
muda nahdliyyin saat ini. Oleh karena itu, kemun- Engineer, AA, Prihantoro, A, & Ud, M 1999, Islam
culan gerakan FNKSDA merupakan satu historis dan teologi pembebasan, Pustaka Pelajar,
baru dalam tubuh NU. Meskipun berjuang melalui Yogyakarta.
non-struktural, namun menunjukkan watak politik Escobar, A & Alvarez, SE 2018, The making of social
progresif NU melalui ‘budaya dan identitas baru movements in Latin America: identity, strategy,
politiknya’. FNKSDA tidak berjuang melalui NU and democracy, Routledge.
sebagai ‘partai politik’ melainkan ‘meradikalisasi FNKSDA 2013, Tentang kami, diakses 7 Maret 2019,
demokrasi’. FNKSDA berada pada koridor perju- <https://daulathijau.wordpress.com/tentang-
angan demokrasi bercorak popular sovereignty. kami/>.
Tujuannya ialah membebaskan nahdliyyin dan FNKSDA 2018a, ‘Pernyataan sikap front nahdliyyin
masyarakat lebih luas dari ketertindasan sistemik untuk kedaulatan sumber daya alam Sume-
yang ditengarai antagon gerakan saat ini berupa nep terhadap rencana kedatangan Sandiaga
kapitalisme maju khususnya kapitalisme ekstraktif. S. Uno di Sumenep, diakses 21 Maret 2019,
FNKSDA tampil sebagai gerakan identitas massa <https://daulathijau.wordpress.com/2018/09/
yang sifat perjuangannya hegemonik. Artinya tidak 27/pernyataan-sikap-front-nahdliyin-untuk-
memimpin langsung ‘kelas’, namun menguatkan kedaulatan-sumber-daya-alam-sumenep-
identitas kelas. terhadap-rencana-kedatangan-sandiaga-s-
uno-di-sumenep/>.
Ucapan Terima Kasih FNKSDA 2018b, ‘Aksi warga Silo Jember menolak
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak- pertambangan emas’, diakses 23 Maret 2019,
pihak yang telah berkontribusi dalam riset dan <https://daulathijau.wordpress.com/2018/12/
penulisan artikel ini. Khususnya kepada kawan- 10/aksi-warga-silo-jember-menolak-
kawan FNKSDA yang telah menjadi ruang belajar pertambangan-emas/>.
baru yang nyaman, menarik, dan menantang bagi Hüsken, FAM 1998, Masyarakat desa dalam
penulis. perubahan zaman: sejarah diferensiasi sosial di
Jawa, 1830-1980, Gramedia Widiasarana In-
donesia (Grasindo), Jakarta.
Daftar Pustaka JATAM 2019, ‘Oligarki tambang di balik pemilu
Aff iat, RA 2019, ‘Pilpres 2019, konsolidasi, dan 2019’, diakses 26 Maret 2019, <http://
rekonfigurasi kelas kapitalis-Islam bergerak’, www.jatam.org/2019/02/11/oligarki-tambang-
diakses 21 April 2019, <https://islamber- di-balik-pemilu-2019/>.
gerak.com/2019/04/pilpres-2019-konsolidasi- Laclau, E & Mouffe, C 1985, Hegemony and social-
dan-rekonfigurasi-kelas-kapitalis/>. ist strategy: towards a radical democratic poli-
98 Bhumi Vol. 3 No. 2 November 2017

tics, Verso, London. Nashirulhaq, M 2017, ‘Perjuangan ekonomi-politik


Lembar Kerja FNKSDA, F 2013, ‘Lembar kerja generasi muda Nahdlatul Ulama (NU): Studi
FNKSDA’. atas Front Nahdliyyin untuk Kedaulatan
Luthfi, AN 2018, ‘Sejarah dan revitalisasi perjuangan Sumber Daya Alam (FNKSDA)’, Skripsi pada
pertanian Nahdlatul Ulama melawan ketidak- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN
adilan agraria’, BHUMI: Jurnal Agraria dan Per- Syarif Hidayatullah.
tanahan, vol. 3, no. 2, hlm. 145–159. NU 2019, ‘NU Jember haramkan tambang emas
Maimunah, S 2019, Rezim ekstraksi, oligarki dan Blok Silo’, diakses 23 Maret 2019, <http://
lubang tambang, diakses 26 Maret 2019, www.nu.or.id/post/read/101299/nu-jember-
<http://www.jatam.org/2019/03/20/rezim- haramkan-tambang-emas-blok-silo>.
ekstraksi-oligarki-dan-lubang-tambang/>. PBNU 2015, ‘Hasil-hasil muktamar ke-33 NU’.
Marx, K 2004, Kapital, sebuah kritik ekonomi politik, PBNU 2017, ‘Hasil musyawarah nasional alim ulama
buku I: proses produksi kapitalis secara menye- konferensi besar NU 2017’.
luruh, Hasta Mitra, Jakarta. Tebuireng Online 2013a, Resolusi Jihad jilid II,
Misrawi, Z 2002, ‘Post tradisionalisme Islam: dari diakses 8 Maret 2019, < h t t p s : / /
teologi teosentrisme menuju teologi tebuireng.online/resolusi-jihad-jilid-ii/>.
antroposentrisme’, Millah: Jurnal Studi Agama, Tebuireng Online 2013b, Halaqah FNKSDA jihad
UII, vol. 2, no. 1, hlm. 22–36. melawan kapitalisme ekstraktif, viewed 5
Mouffe, C 2000, The democratic paradox, verso. Maret 2019, <https://tebuireng.online/
Mubarok, AFS 2016, Gerakan sosial lingkungan halaqah-fnksda-jihad-melawan-kapitalisme-
pemuda NU: studi pada front nahdliyyin untuk ekstraktif/>.
kedaulatan sumber daya alam (FNKSDA), Torfing, J 1999, New theories of discourse, Blackwell
Universitas Gadjah Mada. Publishers, Oxford.
Muhammad Al-Fayyadl 2015, Apa itu Islam Widayanti, S 2012, “Pemberdayaan masyarakat:
progresif?s, diakses 17 Maret 2019, <https:// pendekatan teoritis,” Welfare Jurnal Ilmu Kese-
islambergerak.com/2015/07/apa-itu-islam- jahteraan Sosial, vol. 1, no. 1.
progresif/>. Zuhro, A.Z; Hakim, R 2019, ‘Perjuangan berhasil,
Murtadho, R 2015, Gus Dur dan Marxisme-Leni- kementerian ESDM harus cabut keputusan
nisme, diakses 23 Januari 2019, <https:// wilayah izin tambang Blok Silo’, diakses 23
indoprogress.com/2015/09/gus-dur-dan- Maret 2019, < h t t p s : / /
marxisme-leninisme/>. www.mongabay.co.id/2019/01/11/perjuangan-
Mushoffa, I 2015, Apa yang progresif dari Islam berhasil-kementerian-esdm-harus-cabut-
progresif?, diakses 20 Maret 2019, <https:// keputusan-wilayah-izin-tambang-blok-silo/>.
islambergerak.com/2017/06/apa-yang-
progresif-dari-islam-progresif/>.

You might also like