Professional Documents
Culture Documents
163-Article Text-374-1-10-20151108
163-Article Text-374-1-10-20151108
163-Article Text-374-1-10-20151108
Abstract
This study explores the urgent of STAIN Samarinda Boarding College
Program (PESKAM) to redesign both its policy and its instructional
framework for the irregular Islamic studies system, academic year
2014/2015, viewed from various aspects. The first aspect is about the
effectiveness of irregular Islamic studies instructional achievement run in
(academic year) 2103/2014. The second aspect is the leaders of STAIN
Samarinda political interests concerning with PESKAM empowerment
including institutional, instructional design, financial suffort, and the staffs.
The third aspect is the regular Islamic studies lecturers’ academic sensitivity.
And the last aspect is concerning with the design reliability of irregular
Islamic studies program. The research shows that redesign is a must. It is
imperative for STAIN Samarinda to redesign both PESKAM policy and its
instructional framework for the irregular Islamic studies system. First, the
system run during academic year 2013/2014 could not be considered
effective. It did not use any general academic standards and could not be
approached in terms of modern instructional management and design, such
as the evaluation system designed to know periodically both the competence
that a learner (a student in PESKAM) must be about to master and the
process run to do such instruction as well. However, all staffs and those who
were in charge of managing the program worked hard and did all their best.
Second, irregular Islamic studies instruction is viewed as the spirit for
PESKAM in general. Its valuable benefit meets the stakeholders’ need.
Finally, it is the cornerstone which can be accredited as the prime aspect
distinguishing STAIN Samarinda from any general university (PTN/PTS).
A. Pendahuluan
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu akademik keislaman
mahasiswa telah ditempuh oleh STAIN Samarinda. Salah upaya dimaksud
adalah ta’līm idhāfī yang dimulai pelaksaanaannya pada tahun akademik
2006/2007. Dan di antara muatan ta’lim idhofi adalah studi keislaman. Studi
dimaksud diselenggarakan melalui pesantren kampus (PESKAM) selama satu
tahun dan diperuntukkan bagi seluruh mahasiswa baru.
1
Lihat M. Said Husin, “The Quality Improvement for STAIN Samarinda
Freshmen Students through Boarding College Program (PESKAM),” Dinamika
Ilmu Vol. 11 No. 2 (Desember 2011): 127
membuat pertanyaan untuk apa sholat itu dan bahkan adapula yang bangga
memakai aksesoris identitas yang berbau budaya, kebebasan dan hak asasi
manusia yang disalah artikan.
Kenyataan lainnya adalah bahwa beberapa tahun terakhir keseriusan
mahasiswa mengikuti kegiatan akademik keislaman pada PESKAM cenderung
menurun. Di antara faktor yang memengaruhinya adalah keterbatasan tempat
bagi berlangsungnya kegiatan akademik keislaman representatif. Oleh
karenanya, keberadaan mesjid di lingkungan kampus diharapkan dapat
berfungsi sebagai sentra kegiatan akademik keislaman.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah disain kegiatan
akademik keislaman yang terkesan belum mampu meningkatkan wawasan
dasar dan perilaku keislaman mahasiswa di mana mayoritas produk PESKAM
masih kesulitan mengikuti perkuliahan keislaman bahkan banyak yang tidak
menguasai istilah dan tema dasar kajian keislaman.
Demikian juga, berdasarkan realitas lainnya dalam berbagai momen
baik aktivitas keseharian di dalam dan di luar kampus maupun momen
akademik, seperti pada saat mengikuti pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di
berbagai instansi terkait, Kuliah Kerja Lapangan (istilah pengganti Kuliah
Kerja Nyata), penyelesaian tugas akhir, ditemukan kondisi bahwa sebagian
mahasiswa masih memerlukan sentuhan khusus baik dalam hal wawasan
keislaman maupun dalam konteks berprilaku yang sesuai dengan tuntuan
moralitas keislaman.
Berdasarkan realitas di atas dipandang perlu mencari format pembinaan
akademik keislaman (program pembinaan wawasan keislaman) pada PESKAM
STAIN Samarinda tahun akademik 2014/2015 dengan terlebih dahulu
melakukan analisis terhadap sistem pelaksanaan studi keislaman pada
PESKAM STAIN Samarinda tahun akademik 2013/2014.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui; 1) Efektivitas pelaksanaan
studi keislaman pada PESKAM STAIN Samarinda tahun akademik 2013/2014
ditinjau dari:Motivasi belajar, Disiplin belajar-mengajar, Materi dan tema
keislaman, Alokasi waktu pembelajaran, Metode pembelajaran, Sistem
evaluasi, Peningkatan wawasan keislaman mahasiswa, khususnya ketika
mengikuti perkuliahan keislaman, Kompetensi pengajar dan, Kompetensi
murabbi. 2) Untuk mengetahui urgensi rumusan ulang format kebijakan dan
rancangan sistem penyelenggaraan studi keislaman pada PESKAM STAIN
Samarinda tahun akademik 2014/2015.
Terkait data yang diperlukan meliputi; a.Program PESKAM tahun
akademik 2013/2014; b. Laporan pelaksanaan program PESKAM tahun
akademik 2013/2014; c. Efektivitas pelaksanaan studi keislaman pada
PESKAM tahun akademik 2013/2014 (Motivasi dan perilaku belajar, Presensi
(kehadiran), keaktifan dan ketepatan waktu, relevansi materi, daya tarik dan
variasi tema keislaman, durasi dan frekuensi waktu pembelajaran, relevansi,
daya tarik dan variasi metode pembelajaran, validitas dan reliabilitas sistem
evaluasi, peningkatan wawasan keislaman mahasiswa, khususnya ketika
mengikuti perkuliahan keislaman, kompetensi pengajar dan kompetensi
murabbi
B. Pembahasan
1. Pendekatan Teoritis
a. Urgensi PESKAM
1. Kompetensi Yang Diharapkan2
Secara umum kehadiran pesantren mahasiswa diharapkan
akan membawa perubahan dalam diri mahasiswa yang kami sebut
dengan istilah mahasantri yang tercerahkan (yang berkompeten) dan
pada gilirannya mendesak pihak manajemen, tenaga pengajar dan
seluruh perangkat kampus untuk memberikan pelayanan bermutu.
2
Uraian detail tentang kompetensi dan tujuan penyelenggaraan PESKAM dapat
dilihat pada tulisan Husin, “The Quality Improvement…, 135-137
2. Penyelenggara3
Sistem manajemen yang menjadi motor penggerak
PESKAM hendaknya menganut format downsizing management di
mana strukturnya mencakup tiga seksi utama. Seksi pertama
merupakan bagian manajerial yang bertanggung jawab secara
menyeluruh terhadap penyelenggaraan PESKAM. Pihak manajemen
PESKAM hendaknya diangkat dari kalangan dosen yang memiliki
spesfikasi tertentu. Antara lain, penguasaan Bahasa Arab dan
Bahasa Inggris, di samping kemapuan manajerial dan motivasi kerja
yang tinggi.
Seksi kedua berkaitan dengan masalah administrasi
penyenggaraan yang membantu manajemen secara teknis dan
diangkat dari kalangan PNS administrasi yang memiliki keahlian
teknis, berdedikasi tinggi, dan mampu bekerja sama dengan
komponen lain.
Seksi ketiga merupakan ujung tombak PESKAM dan secara
spesifik diarahkan pada bidang akademik yang terdiri dari: para
pendidik, mentor (murabbi), dan asisten yang diangkat berdasarkan
kompetensi tertentu. Murabbi diangkat dari kalangan professional
yang memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk tinggal
membaur bersama mahasantri. Di antara persyaratan menjadi
murabbi adalah pengalaman sebagai santri di Pesantren. Kedua,
setiap murabbi harus memiliki keahilian dalam Bahasa Arab dan
Bahasa Inggris. Persyaratan ketiga lebih menitik beratkan pada
kemampuan parenting for adults (pengasuhan orang dewasa).
Persyaratan terakhir masih terkait dengan persyaratan ketiga, yaitu
bersifat sangat praktis di mana seorang murabbi dituntut untuk
mampu berada di asrama bersama mahasantri setiap hari. Siang dan
malam membina, mengarahkan kegiatan akademik selama di
asrama.4
Sedangkan asisten hendaknya dipilih di antara mahasantri
yang memiliki kemampuan berbahasa asing (Arab dan Inggris) dan
mampu menjadi penghubung antara mahasantri dan pendidik
(dosen).
3. Kurikulum5
PESKAM diselenggarakan mengacu pada kurikulum yang
sudah ditetapkan sebelumnya. Kurikulum PESKAM hendaknya
dijabarkan melalui beberapa fase. Fase pertama adalah fase
orientasi. Di sini, setiap mahasantri dibekali dengan berbagai
kegiatan pendahuluan supaya lebih siap mengikuti program
6
Bassam Tibi, Islam and the Cultural Accommodation of Social Change (Boulder,
San Fransisco, and Oxford: Westview Press, 1991), 119
7
Yudian Wahyudi, Maqoshid Syari’ah dalam Pergumulan Politik: Berfilsafat
Hukum Islam dari Harvard ke Sunan Kalijaga (Yogjakarta: Nawesea Press, 2007),
21
Dimensi lain dari Islam sebagai al-dien adalah kondisi objektif manusia
dalam melaksanakan Islam sebagai al-dien pada pengertian yang
pertama baik dalam bentuk pemikiran, perasaan, amal perbuatan
ataupun akhlaq dalam kerangka menjabarkan kehendak Ilahi.
Jadi Islam itu adalah agama tauhid di mana kehendak Allah
terintegrasi baik yang terdapat dalam Kitab Suci dan hadits shahih, yang
terpampang secara luas di alam raya, dan yang tergambar pada manusia.
Ajaran tauhid merupakan landasan untuk mengetahui tujuan, sementara
syari’at (ibadah dan mu’amalah) adalah media (jalan) untuk mencapai
tujuan, sedangkan akhlaq merupakan penyempurna yang tidak dapat
diabaikan dalam pencapaian tujuan kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Mengapa demikian, karena ihsan sebagai buah dari akhlaq merupakan
penerapan konsep syahadat dalam konteks kemanusiaan dalam arti
proses kesadaran menghadirkan tuhan di manapun dan kapanpun.
Turunan makna dari al-dien dapat pula dicermati melalui proses
maksimal manusia di dalam menunaikan kontrak perjanjian dengan
kehendak tuhan yang tidak terlepas dari perpaduan antara kondisi
kemanusiaan (faktor fithri dan faktor kultural dalam menangkap tujuan
pemberlakuan syari’at) dan substansi serta ajaran dari syari’at itu sendiri
yang diyakini dan diaplikasikan secara totalitas dan bukan parsial.
Dengan kata lain al-dien al-Islam adalah syari’at yang integratif dan
selektif dengan seluruh aspek kehidupan manusia. Ia tidak mendasarkan
ajarannya pada dimensi ilahiyah belaka tetapi juga sarat dengan konsep
dan dimensi-dimensi humanistik yang merupakan keadaan atau kondisi
kehidupan masyarakat manusia yang memang dikehendaki oleh Allah
dan RasulNya. Oleh karena itu tujuan dienul Islam adalah bukan
sekadar membentuk insan-insan yang memiliki keyakinan dan
kepercayaan akan keesaan tuhan tapi juga mengarahkan manusia-
manusia tersebut untuk merefleksikan bentuk keyakinan itu dalam
konteks kemanusiaan yang lebih luas demi kemaslahatan hidupnya di
dunia dan akhirat.
c. Studi Islam sebagai Ilmu (Islam sebagai kajian dan disiplin keilmuan)
Sesungguhnya tak satupun umat Islam mengingkari bahwa Al-
quran adalah sumber utama. Ia hadir dengan bahasa yang global
(mujmal) dan Rasulullah SAW. diyakini sebagai the living source (the
witness whose behavior and word reveal God’s will. Thus the practice
of the prophet became a material source of Islamic law alongside the
Qur’an) 8 yang menginterpretasikan ajaran Al-quran atas dasar
bimbingan Tuhan dan sekaligus kecerdasan beliau dalam
mengaktualisasikan fungsi-fungsi kerasulan dan kemanusiaannya
dengan arif dan menyentuh semua aspek kehidupan manusia pada
zamannya dengan seluruh dimensi yang membingkainya.
8
John L. Esposito, Islam the Straight Path (New York: Oxford University Press,
1988), 14.
9
Caesar E. Farah, Islam: Beliefs and Observances (New York: Barron’s
Education Service, 1987), Fifth Edition, 157
10
Goerge Makdisi, The Rise of Colleges; Institutions of Learning in Islam
and the West (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1982), 3
11
Mohammad Iqbal, The Reconstrution of Religious Thought in Islam
(Lahore: Ashraf Press, 1988), 148
12
Masdar Farid Mas’udi, “Zakat Konsep Harta Yang Bersih,” dalam Budhy
Munawar Rahman, (ed), Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Syari’ah (Jakarta:
Paramadina, 1995), 424
13
Mastuhu dan M. Deden Ridwan, (ed), Tradisi Baru Penelitian Islam;
Tinjauan Antar Disiplin Ilmu (Bandung: Nuansa, 1998), vi
14
Mastuhu dan Ridwan, (ed), Tradisi Baru..., vi
15
Mastuhu dan Ridwan, (ed), Tradisi Baru…, 7-8
16
Wawancara dengan direktur PESKAM, Bapak DR. M. Khojir, pada
tanggal 12 Agusts 2014.
Pedoman…, h. 5-6
17
18
Pernyataan pengelola PESKAM (direktur, sekretaris dan murabbi) pada
saat sidang komisi pedoman penyelenggaraan PESKAM pada tanggal 21 Agustus
2014 di Aula Perpustakaan STAIN Samarinda.
19
Wawancara dengan direktur PESKAM, Bapak DR. M. Khojir, pada
tanggal 12 Agusts 2014.
C. Penutup
Penyelenggaraan studi keislaman pada PESKAM tahun akademik
2013/2104 dapat dikatakan, dalam pendekatan proses, sudah berjalan secara
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Bassam Tibi, Islam and the Cultural Accommodation of Social Change. Boulder,
San Fransisco, and Oxford: Westview Press, 1991.
Caesar E. Farah, Islam: Beliefs and Observances. New York: Barron’s Education
Service, 1987, Fifth Edition.
Goerge Makdisi, The Rise of Colleges; Institutions of Learning in Islam and the
West. Edinburgh: Edinburgh University Press, 1982.
John L. Esposito, Islam the Straight Path. New York: Oxford University Press,
1988.
M. Masyhur Amin dan Ismail S. Ahmad, (ed), Dialog Pemikiran Islam dan
Realitas Empirik. Yogjakarta: LKPSM, 1993.
Masdar Farid Mas’udi, “Zakat Konsep Harta Yang Bersih,” dalam Budhy
Munawar Rahman, (ed), Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Syari’ah.
Jakarta: Paramadina, 1995.
Mastuhu dan M. Deden Ridwan, (ed), Tradisi Baru Penelitian Islam; Tinjauan
Antar Disiplin Ilmu. Bandung: Nuansa, 1998.