You are on page 1of 11

Diterbitkan Oleh:

Sridadi dan Sudarna Jurusan Pendidikan Olahraga


Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Fakultas Ilmu Keolahragaan
Volume 8, Nomor 1, April 2011 Universitas Negeri Yogyakarta

MODEL PEMANASAN DALAM BENTUK BERMAIN PADA


PEMBELAJARAN SEPAKBOLA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR

Yudanto
Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Kolombo No. 1, Karangmalang Yogyakarta 55281
Email: yudanto@uny.ac.id

Abstract
This study aims to produce a model of warming up in the form of football played on learning for elementary school
students. This research is development. Model development in this study, a procedural model that is descriptive,
as outlined in this study or using the steps that must be followed to produce a model of warming up in the form of
football played on learning for elementary school students. Procedures or steps that are used in this study using
five major steps or procedures, namely: 1) to analyze the product to be developed, 2) develop the initial product,
3) test the expert validation and reliability testing of products, 3) pilot-scale small and wide, and 5) revision of the
product. Validation test using a content validation and reliability tests use Rough Suitability Index (Index Crude
Agreement), the results of reliability test results of 0.75 coefficients. Small-scale and large-scale trials are conducting
at Gantiwarno Elementary School Muhammadiyah, Klaten. Small-scale trials are using as many as 16 students in
grade 5 students and large-scale trials using Grade 4 and 5 by the number of 54 students. The final results in this
study of eight (8) warming up model in the form of football played on learning for elementary school students. The
heating model names as follows: copy the mine, catch me, shoot me, kick sequence, follow me, do not hit me, pulled
up stakes and take my ball.
Keyword: Warming up Model, Soccer, Elementary School

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang berupa model pemanasan dalam bentuk bermain pada
pembelajaran sepakbola bagi siswa sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Model
pengembangan dalam penelitian ini, berupa model prosedural yang bersifat deskriptif, karena dalam penelitian ini
menggariskan atau menggunakan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk yang berupa
model pemanasan dalam bentuk bermain pada pembelajaran sepakbola bagi siswa sekolah dasar. Prosedur atau
langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lima langkah atau prosedur yang utama, yaitu:
1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, 2) mengembangkan produk awal, 3) uji validasi ahli dan uji
reliabilitas produk, 3) uji coba skala kecil dan luas, dan 5) revisi produk. Uji validasi menggunakan validasi isi dan
uji reliabilitas menggunakan Indeks Kesesuaian Kasar (Crude Index Agreement), hasil uji reliabilitas memperoleh
hasil koefisien sebesar 0,75. Uji coba skala kecil dan skala luas dilaksanankan di Sekolah Dasar Muhammadiyah
Gantiwarno, Klaten. Uji coba skala kecil menggunakan siswa kelas 5 sebanyak 16 siswa dan uji coba skala luas
menggunakan siswa kelas 4 dan 5 dengan jumlah 54 siswa. Hasil akhir dalam penelitian ini berupa delapan (8)
model pemanasan dalam bentuk bermain pada pembelajaran sepakbola bagi siswa sekolah dasar. Adapun nama-
nama model pemanasan sebagai berikut: tirukan saya, kejar aku, tembaklah aku, tendangan berurutan, ikuti saya,
jangan tabrak aku, pindah tempat dan ambil bolaku.
Kata Kunci: Model Pemanasan, Pembelajaran Sepakbola, Sekolah Dasar

PENDAHULUAN sampai menengah. Pendidikan Jasmani, Olahraga


Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dan Kesehatan merupakan bagian integral dari
termasuk salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan
manusia seutuhnya yang diselenggarakan di untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,
sekolah, baik dari jenjang pendidikan dasar keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

106 JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011


Model Pemanasan Dalam Bentuk Bermain pada Pembelajaran Sepakbola
Bagi Siswa Sekolah Dasar

keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, bentuk materi permainan sepakbola bagi orang
tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan dewasa. Menurut Harsono (2000: 68) menyatakan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas bahwa sebelum memberikan aktivitas fisik atau
jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang olahraga yang sesuai bagi anak usia dini (6-14 tahun),
direncanakan secara sistematis dalam rangka sebaiknya harus mengetahui dan disesuaikan dengan
mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan
sebagai suatu proses pembinaan manusia yang anak, baik pertumbuhan fisik, maupun mental
berlangsung seumur hidup, Pendidikan Jasmani, emosionalnya. Lebih lanjut menurut Agus Mahendra
Olahraga dan Kesehatan yang diajarkan di sekolah (2003) menyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan
memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar semestinya
kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak,
langsung dalam berbagai pengalaman belajar serta memperhatikan beberapa pertimbangan
melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan diantaranya: 1) dasar-dasar pengembangan program,
yang terpilih serta dilakukan secara sistematis. 2) pola pertumbuhan dan perkembangan anak, 3)
Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk dorongan dasar anak-anak, dan 4) karakteristik serta
membina pertumbuhan fisik dan pengembangan minat anak. Permainan sepakbola yang diberikan
psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola bagi anak-anak atau siswa sekolah dasar seharusnya
hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. diberikan dalam bentuk permainan yang dimodifikasi.
Pencapaian tujuan Pendidikan Jasmani, Lebih lanjut menurut Gusril (2004: 45) menyatakan
Olahraga dan Kesehatan di sekolah dasar bahwa modifikasi olahraga dalam Pendidikan
sebaiknya mempertimbangkan tujuan pembelajaran, Jasmani sangat diperlukan khususnya bagi anak-
kemampuan siswa, metode, materi, sarana dan anak, hal ini dikarenakan anak-anak (siswa) secara
prasarana, aktivitas belajar serta kesenangan siswa. fisik dan emosional belum matang, jika dibandingkan
Unsur-unsur tersebut di atas harus diperhatikan, agar dengan orang dewasa.
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik Pada dasarnya dalam setiap proses pembelajaran
dan sukses, sehingga tujuan yang diharapkan akan cabang olahraga baik dalam cabang olahraga
tercapai. Cabang olahraga permainan merupakan senam, atletik, maupun permainan, selalu diawali
salah satu isi kurikulum yang cukup mendominasi dengan pemanasan. Pemanasan berguna untuk
dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga menghangatkan suhu otot, melancarkan aliran darah
dan Kesehatan di sekolah dasar. Olahraga permainan dan memperbanyak masuknya oksigen ke dalam
tersebut diantaranya permainan bola kecil dan tubuh, memperbaiki kontraksi otot dan kecepatan
permainan bola besar. Permainan bola kecil yang gerak refleks, juga untuk mencegah kejang otot.
diajarkan di sekolah dasar diantaranya: kasti, kippers, Pemanasan merupakan awal kegiatan dalam setiap
rounders, softball, dan baseball, sedangkan untuk pembelajaran olahraga. Setiap pembelajaran,
permainan bola besar yang diajarkan di sekolah dasar pemanasan memberikan peranan penting untuk
diantaranya: sepakbola, bola voli, dan bola basket. membawa anak atau menanamkan kesan pertama
Materi permainan sepakbola yang diajarkan dalam kepada siswa tentang apa yang akan dilakukan pada
mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan inti pembelajaran.
Kesehatan, merupakan sarana yang digunakan dalam Pembelajaran permainan sepakbola di
proses pendidikan. Materi permainan sepakbola sekolah dasar, tidak ada salahnya seorang guru
yang diajarkan di sekolah dasar, harus disesuaikan memberikan pemanasan pada siswanya dalam
dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. bentuk pemanasan lari mengelilingi lapangan,
Materi permainan sepakbola bagi siswa sekolah kemudian dilanjutkan gerakan peregangan (gerakan
dasar, harus diberikan dalam bentuk yang berbeda. statis), dan gerakan dinamis. Bentuk pemanasan
Bentuk permainan sepakbola yang diberikan bagi seperti ini tentu memberikan kesan pada siswanya.
siswa sekolah dasar, tidak boleh disamakan dengan Menurut Joe Luxbacher (2004: 1) menyatakan

JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011 107


Yudanto

bahwa pemanasan dalam sepakbola seperti bentuk digambarkan melalui perubahan situasi permainan
pemanasan di atas, akan terasa kurang menimbulkan yang statis ke dinamis (permainan yang sebenarnya).
gereget/minat dalam mengikuti latihan. Kondisi Sasaran atau tujuan pembelajaran untuk
semacam ini haruslah dihindari, agar selama proses peningkatan kesehatan fisik, perkembangan
pembelajaran sepakbola dapat diikuti oleh siswa psikis dan emosional harus diperhatikan. Menurut
dengan penuh keseriusan tidak bosan, sehingga Mary Duquin (1988) yang dikutip oleh Siedentop
tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. (2004: 15) menyarankan bahwa pengalaman yang
Berdasarkan uraian di atas, sangat diperlukan didapat dalam pendidikan olahraga agar dapat
upaya yang nyata untuk membuat siswa dalam meningkatkan kesehatan fisik, perkembangan psikis
mengikuti pembelajaran permainan sepakbola dan emosisonal harus dapat menciptakan suasana
khususnya di sekolah dasar agar merasa senang, sebagai berikut: 1) menyenangkan dan nyaman
tidak bosan, membuat aktif bergerak dan dapat bagi para peserta, 2) memberikan tujuan yang aman
menunjang peningkatan keterampilan serta untuk mengembangkan keterampilan aktivitas, 3)
kebugaran jasmani siswa. Oleh karena itu diperlukan membantu perkembangan moral dan kepedulian,
pengembangan model pemanasan dalam bentuk 4) mewujudkan kesenangan dan keindahan
bermain pada pembelajaran sepakbola bagi siswa keterampilan gerak, (5) melatih semangat kreativitas,
sekolah dasar. petualangan dan penemuan, dan 6) menginspirasi
sebuah perasaan dalam kelompok.
KAJIAN PUSTAKA Untuk dapat bermain sepakbola bola dengan
baik, sangat perlu mempelajari teknik-teknik dasar
Pembelajaran Permainan Sepakbola di bermain sepakbola. Menurut Soewarno KR, (2001:
Sekolah Dasar 7) pada dasarnya teknik dasar sepakbola dibagi
Permainan sepakbola merupakan salah satu menjadi dua, yaitu teknik dasar tanpa bola dan teknik
materi yang terdapat dalam kurikulum mata pelajaran dasar dengan bola. Teknik dasar tanpa bola meliputi:
Penjasorkes di Sekolah Dasar. Materi permainan lari dan merubah arah, meloncat/melompat dan
sepakbola di sekolah dasar mulai diajarkan di kelas gerak tipu tanpa bola/gerak tipu badan. Selanjutnya,
IV sampai kelas VI. Menurut Sisdiknas (2003) untuk teknik dasar dengan bola meliputi: menendang
pembelajaran merupakan proses interaksi peserta bola, menerima bola, menyundul bola, menggiring
didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan bola, gerak tipu, merebut bola, lemparan ke dalam,
belajar. Di dalam pembelajaran sepakbola khususnya dan teknik menjaga gawang.
di sekolah dasar harus disesuaikan dengan Hakikat Pemanasan
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Pemanasan merupakan tahapan kegiatan yang
Proses pembelajaran yang dilaksanakan harus dapat dilakukan anak-anak dalam suatu pembelajaran
mengupayakan siswa agar bisa secara maksimal dan olahraga. Pemanasan memilki peran yang sangat
aktif selama mengikuti pembelajaran. penting bagi anak-anak, sebelum masuk dalam
Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar kegiatan inti ketika mengikuti pembelajaran.
bisa memaksimalkan belajar adalah dengan Menurut Joe Luxbacher (2004:1) menyatakan
mengorganisir permainan. Menurut Yoyo Bahagia bahwa pemanasan berguna untuk menghangatkan
(2000: 32) menyatakan ada tiga (3) pertimbangan suhu otot, melancarkan peredaran aliran darah
yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam dan memperbanyak aliran oksigen ke dalam tubuh,
mengorganisir permainan agar siwa belajar memperbaiki kontraksi otot dan kecepatan gerakan
secara maksimal diantaranya: 1) organisasi harus refleks, dan juga untuk mencegah kejang otot.
berhubungan dengan permainan yang sebenarnya, Pemanasan dalam permainan sepakbola dapat
2) formasi pembelajaran merupakan formasi dilakukan melalui lari keliling lapangan, melakukan
yang paling baik untuk memaksimalkan siswa persegangan otot dengan gerakan statis dan
dalam belajarnya, dan 3) kemajuan belajar dapat dinamis. Bentuk-bentuk pemanasan tersebut di atas,

108 JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011


Model Pemanasan Dalam Bentuk Bermain pada Pembelajaran Sepakbola
Bagi Siswa Sekolah Dasar

tidak ada salahnya digunakan dalam pembelajaran beberapa hal diantaranya: keterampilan yang
permainan sepakbola bagi siswa di sekolah dasar, diperlukan, jumlah anak yang ikut atau berpartisipasi,
akan tetapi bentuk-bentuk gerakan pemanasan kompleksitas, panjangnya/lamanya permainan, dan
tersebut akan terasa tidak menarik atau bahkan kemajuan. Anak harus menerima umpan balik yang
anak-anak menjadi bosan. Pemanasan yang menarik positif dari pengalaman permainan yang dilakukan.
dalam permainan sepakbola, sangatlah tepat Apabila dalam melakukan permainan, anak merasa
diberikan bagi anak-anak di sekolah dasar. Bentuk- bosan dan tidak senang, maka evaluasi segera
bentuk pemanasan yang menarik dapat dikemas dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan
dalam sebuah permainan. Menurut Agus Mahendra kekurangan permainan tersebut. Selanjutnya menurut
(2001: 128) menyatakan bahwa ketika anak-anak Gabbard (1987: 368) menyatakan bahwa dalam
melakukan pemanasan yang menarik, dapat diduga memilih sebuah permainan, perlu memperhatikan
bahwa secara fisik dan mental anak akan siap untuk poin-poin yang harus diterapkan. Poin-poin
mengikuti pembelajaran. Kesiapan mereka ditandai tersebut diantaranya: 1) permainan harus bersifat
oleh semangat mereka yang meningkat naik akibat menyenangkan, 2) permainan harus menyediakan
kegiatan pemanasan. aktivitas untuk semua anak secara maksimal, 3)
Pemanasan dalam bentuk permainan biasanya meningkatkan pengembangan keterampilan gerak
mengandung unsur gerak yang cepat, baik yang yang dibutuhkan, dan atau mengembangkan
berbasis lari atau melompat, maupun yang berbasisi serta memilhara kebugaran, dan 4) mencakup
gerakan melempar maupun menangkap (Agus keseluruhan peserta dan bukan pengurangan peserta
Mahendra, 2001: 130). Oleh karena itu, permainan permainan. Gabbard (1987: 368) menyatakan bahwa
apapun yang dilakukan akan menuntut pesertanya diperlukan beberapa tambahan sebagaI petunjuk
untuk bergerak cepat dan bersifat terus menerus. dan pertimbangan dalam memilih permainan, yang
Pengaruh yang ditimbulkan oleh si anak, akan diantaranya: 1) penggunaan kemajuan permainan,
berkembangnya kemampuan dalam hal kecepatan dari bentuk permainan yang kecil kemudian ke
dan kekuatannya, serta tidak kalah pentingnya sebuah tim permainan, 2) ketika melakukan
adalah kelincahan dan daya tahannya, termasuk pemilihan permainan, diperlukan peningkatan /
daya tahan kecepatan (speed endurance). kemajuan jumlah dan kompleksitas peraturan serta
Pelaksanaan pemanasan dalam setiap strategi, 3) menggunakan situasi permainan untuk
pembelajaran, harus memperhatikan petunjuk evaluasi dan meningkatkan perilaku afektif dan
pelaksanaan pemanasan. Menurut Agus Mahendara juga kecakapan keterampilan gerak, 4) keamanan
(2001: 130-131) menyatakan bahwa untuk pemanasan harus sebagai dasar yang harus dipertimbangkan,
hendaknya mengikuti pedoman sebagai berikut: 1) 5) tempatkan anak ke dalam sebuah formasi dan
pemanasan cukup dilakukan sekitar 10 menit, 2) buatlah petunjuk bila dimungkinkan, 6) meskipun
pilihlah kegiatan yang mudah di atur dan melibatkan partisipasi sangat ditekankan, jika partisipasi anak
semua anak dalam waktu yang sama, 3) variasikan perlu dikurangi, disarankan hanya hanya satu
setiap kegiatan pemanasan dengan memperkenalkan atau dua putaran, dan 7) hindari penekanan yang
satu atau beberapa kegiatan baru, dan 4) berhentilah berlebihan dalam sebuah kompetisi.
pada puncak kegiatan sehingga peserta akan kembali
Karakteristik Anak Sekolah Dasar
antusias pada pelajaran berikutnya.
Anak sekolah dasar termasuk dalam masa anak
Prinsip-prinsip Pemilihan Permainan besar. Anak besar adalah anak yang berusia antara 6
Pemilihan permainan yang akan diberikan sampai dengan 10 atau 12 tahun, (Sugiyanto, 1991:
kepada anak hendaknya perlu memperhatikan 101). Perkembangan fisik yang terjadi pada masa ini
beberapa pertimbangan. Menurut Pangrazi (1989: menunjukkan adanya kecenderungan yang berbeda
487) apabila seorang guru dalam memilih dan dibanding pada masa sebelumnya dan juga pada
mengevaluasi sebuah permainan yang akan masa sesudahnya. Kecenderungan perbedaan ini
diberikan kepada anak, perlu memperhatikan terjadi dalam hal kepesatan dan pola pertumbuhan

JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011 109


Yudanto

yang berkaitan dengan proporsi ukuran bagian- aktivitas yang dapat meningkatkan kemampuan dan
bagian tubuh. keterampilannya, mulai adanya minat untuk latihan
Karakteristik anak usia sekolah dasar menurut fisik, 5) senang berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi
Harsono (2000: 68-70) adalah sebagai berikut: aktif, perlu ada bimbingan dan pengawasan dalam
Periode umur 5-8 tahun, diantaranya: 1) pertumbuhan pergaulannya dengan lawan jenis, 6) kesadaran diri
tulang-tulang lambat, 2) mudah terjadi kelainan mulai tumbuh, demikian pula emosi, meskipun masih
postur tubuh, 3) koordinasi gerak masih terlihat kurang terkontrol/terkendali, dan mencari persetujuan
jelek atau kurang baik, 3) sangat aktif, main sampai orang dewasa, 7) peduli akan prosedur-prosedur
penat, rentang perhatian atau konsentrasi sempit, demokratis dan perencanaan tim, semakin kurang
4) dramatis, imajinatif, imitatif, peka terhadap suara- dapat menerima sikap otoritas dan otokrasi orang lain.
suara dan gerak ritmis, 5) kreatif, rasa ingin tahu,
Tujuan Pengembangan
senang menyelidiki dan belajar melalui aktivitas,
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
6) senang membentuk kelompok-kelompok kecil,
produk yang berupa model pemanasan dalam bentuk
laki-laki dan perempuan mempunyai minat sama, 7)
bermain pada pembelajaran sepakbola bagi siswa
mencari persetujuan orang dewasa (orang tua, guru,
sekolah dasar.
kakak dan lain-lain), dan 8) mudah gembira karena
pujian, tetapi mudah sedih karena dikritik. Periode
umur 9-11 tahun, diantaranya: 1) dalam periode
METODE PENELITIAN
pertumbuhan yang tetap, otot-otot tumbuh cepat Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan,
dan membutuhkan latihan, postur tubuh cenderung sesuai dengan pendapat Borg dan Gall (1983: 772)
buruk, oleh karena itu dibutuhkan latihan-latihan bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu
pembentukan tubuh, 2) penuh energi, akan tetapi proses yang digunakan untuk mengembangkan atau
mudah lelah, 3) timbul minat untuk mahir dalam suatu memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
keterampilan fisik tertentu dan permainan-permainan pendidikan dan pembelajaran. Lebih lanjut Wasis
yang terorganisir, tetapi belum siap untuk mengerti D. Dwiyogo (2004: 4) menyatakan bahwa penelitian
peraturan yang rumit, rentang perhatian lebih lama, dan pengembangan merupakan jenis penelitian
4) senang dan berani menantang aktivitas yang agak yang berorientasi pada produk. Melalui penelitian
keras, 5) lebih senang berkumpul dengan lawan ini diharapkan dapat menjembatani kesenjangan
sejenis dan sebaya, 6) menyenangi aktivitas yang penelitian yang lebih banyak menguji teori ke arah
dramatis, kreatif, imajinatif, dan ritmis, 7) minat untuk menghasilkan produk-produk yang dapat digunakan
berprestasi individual, kompetitif, dan punya idola, langsung oleh para pengguna.
8) saat yang baik untuk medidik moral dan perilaku Prosedur pengembangan merupakan langkah-
sosial, dan 9) membentuk kelompok-kelompok dan langkah yang harus diikuti sebelum menghasilkan
mencari persetujuan kelompok. Periode umur 11-13 sebuah produk. Borg dan Gall (1983) menyatakan pada
tahun, diantaranya: 1) memasuki periode transisi dasarnya prosedur penelitian dan pengembangan
dari anak ke pradewasa, perempuan biasanya lebih terdiri dari dua tujuan utama, yaitu mengembangkan
dewasa (mature) daripada laki-laki, akan tetapi produk (sebagai fungsi pengembangan) dan menguji
laki-laki memiliki daya tahan dan kekuatan yang keefektifan produk dalam mencapai tujuan (fungsi
lebih, 2) Pertumbuhan tubuh yang cepat, tetapi validasi). Prosedur atau langkah-langkah penelitian
kurang teratur, sering menyebabkan keseimbangan dan pengembangan tidak harus menggunakan
tubuh terganggu, karena gerakan-gerakannya langkah-langkah baku yang harus diikuti, tetapi setiap
cenderung kaku, dan dapat berlatih sampai penat, pengembang dapat memilih dan menentukan langkah
3) lebih mementingkan keberhasilan kelompok/tim, yang paling tepat bagi penelitiannya berdasarkan
dibanding individu, lebih menyenangi permainan kondisi dan kendala yang dihadapinya.
dan pertandingan yang menggunakan peraturan Prosedur atau langkah-langkah yang digunakan
resmi dan lebih terorganisir, ingin diakui dan diterima dalam penelitian ini menggunakan lima langkah
sebagai anggota kelompok, 4) adanya minat dalam atau prosedur yang utama, yaitu: 1) melakukan

110 JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011


Model Pemanasan Dalam Bentuk Bermain pada Pembelajaran Sepakbola
Bagi Siswa Sekolah Dasar

analisis produk yang akan dikembangkan, 2) teknik dasar dengan bola, yang meliputi: passing,
mengembangkan produk awal, 3) uji validasi ahli shooting, menggiring bola, dan lemparan ke dalam.
dan uji reliabilitas produk, 3) uji coba skala kecil dan Upaya mengembangkan model pemanasan
lapangan, dan 5) revisi produk. dalam bentuk bermain pada pembelajaran
sepakbola bagi siswa sekolah dasar sangat
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN diperlukan. Pengembangan model pemanasan pada
pembelajaran sepakbola dapat dilakuan dengan
Hasil Penelitian bermain. Hal ini juga sesuai dengan masa anak
sekolah dasar merupakan masa-masa bermain.
Konsep yang Mendasari Pengembangan
Untuk itulah, model pemanasan dalam bentuk
Produk
bermain pada pembelajaran sepakbola bagi siswa
Pemanasan merupakan tahapan kegiatan yang
sekolah dasar perlu dikembangkan sebagai wujud
dilakukan anak-anak dalam suatu pembelajaran
dalam upaya meningkatkan motivasi dan kesiapan
olahraga. Pemanasan memilki peran yang sangat
siswa dalam berpartisipasi pada pembelajaran
penting bagi anak-anak, sebelum masuk dalam
sepakbola.
kegiatan inti ketika mengikuti pembelajaran.
Menurut Joe Luxbacher (2004:1) menyatakan Definisi Operasional
bahwa pemanasan berguna untuk menghangatkan Berdasarkan konsep mengenai pengembangan
suhu otot, melancarkan peredaran aliran darahdan model pemanasan dalam bentuk bermain pada
memperbanyak aliran oksigen ke dalam tubuh, pembelajaran sepakbola bagi siswa sekolah dasar,
memperbaiki kontraksi otot dan kecepatan gerakan maka secara operasional yang dimaksud dengan
reflek, dan juga untuk mencegah kejang otot. pengembangan model pemanasan dalam bentuk
Pemanasan dalam permainan sepakbola dapat bermain pada pembelajaran sepakbola bagi siswa
dilakukan melalui lari keliling lapangan, melakukan sekolah dasar adalah bentuk-bentuk pemanasan
peregangan otot dengan gerakan statis dan dinamis. dalam bentuk bermain yang digunakan dalam
Bentuk-bentuk pemanasan tersebut di atas, tidak pembelajaran sepakbola yang dihubungkan dengan
ada salahnya digunakan dalam pembelajaran keterampilan / materi yang akan diajarkan atau
permainan sepakbola bagi siswa di sekolah dasar, berpedoman pada teknik dasar sepakbola yang
akan tetapi bentuk-bentuk gerakan pemanasan akan diajarkan, serta disusun secara sistematis
tersebut akan terasa tidak menarik atau bahkan berdasarkan tingkat kesulitan tertentu yang
anak-anak menjadi bosan. Pemanasan yang menarik disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan
dalam pembelajaran sepakbola, sangatlah tepat perkembangan siswa sekolah dasar
diberikan bagi anak-anak di sekolah dasar. Bentuk-
Pengembangan Produk
bentuk pemanasan yang menarik dapat dikemas
Pengembangan produk awal tentang model
dalam sebuah permainan. Menurut Agus Mahendra
pemanasan dalam bentuk bermain pada
(2001: 128) menyatakan bahwa ketika anak-anak
pembelajaran sepakbola bagi siswa sekolah dasar
melakukan pemanasan yang menarik, dapat diduga
disusun berdasarkan definisi secara operasional.
bahwa secara fisik dan mental anak akan siap untuk
Dimensi atau unsur-unsur yang akan dikembangkan
mengikuti pembelajaran. Kesiapan mereka ditandai
adalah sebagai berikut:
oleh semangat mereka yang meningkat naik akibat
kegiatan pemanasan. Pemanasan yang baik, Tabel 1. Dimensi dan Unsur-unsur yang
menyesuaikan dengan materi pembelajaran yang Dikembangkan untuk Pemanasan
akan diajarakan. Pada pembelajaran sepakbola,
pemanasan disesuaikan dengan materi yang akan
diberikan. Materi pembelajaran sepakbola di sekolah
dasar diantaranya: 1) teknik dasar sepakbola tanpa
bola, yang meliputi: berlari, melompat, meloncat, 2)

JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011 111


Yudanto

Uji Validasi Ahli dan Uji Reliabilitas Produk Pengujian reliabilitas model pemanasan dalam
Validasi yang digunakan dalam uji validasi ahli bentuk bermain pada pembelajaran sepakbola
adalah berdasar pada validitas isi. Pada dasarnya bagi siswa sekolah dasar menggunakan reliabilitas
validitas isi menunjuk kepada cakupan materi atau pengamatan atau dengan mencari koefisien
bahan sesuai dengan ruang lingkup materi yang kesepakatan diantara para pengamat. Pengujian
diajarakan atau mengukur tujuan khusus tertentu yang reliabilitas pengamatan menunjuk pada pengertian
relevan dengan materi atau isi yang akan diberikan, bahwa menentukan reliabilitas instrumen dengan
(Nurhasan, 2001: 34). Model pemanasan dalam menggunakan kesepakatan diantara beberapa
bentuk bermain pada pembelajaran sepakbola bagi pengamat atau juri. Untuk mencarai reliabilitas
siswa sekolah dasar telah disusun secara sistematis dengan cara mencari Indeks Kesesuaian Kasar
sesuai dengan langkah-langkah penyusunan yang (Crude Index Agreement), dengan rumus sebagai
mengacu kepada kajian teori. Penyusunan dilakukan berikut:
mulai dari penjabaran konsep yang kemudian IKK = n : N
dirumuskan menjadi definisi operasional. Langkah
berikutnya adalah merumuskan dimensi teknik dasar Keterangan:
sepakbola yang akan dijadikan sebagai pedoman IKK : Indeks Kesesuaian Kasar
untuk mengembangkan model pemanasan dalam n : Jumlah kode yang sama
bentuk bermain pada pembelajaran sepakbola bagi N : Banyaknya objek yang diamati
siswa sekolah dasar. Langkah-langkah yang telah Sumber: Suharsimi Arikunto, (1997: 202).
dilakukan tersebut di atas, telah mengarah pada
validitas isi. Hasil pengujian reliabilitas model pemanasan
Untuk mengetahui apakah isi dan subtansi model dalam bentuk bermain pada pembelajaran sepakbola
pemanasan yang digunakan telah mewakili muatan bagi siswa sekolah dasar didapatkan koefisien
yang akan diukur atau dituju, maka dilakukan validasi sebesar 0,75. Berdasarkan hasil pengujian
oleh pakar yang memiliki keahlian dalam bidang reliabilitas dan validitas, dapat disimpulkan bahwa
sepakbola dan Pendidikan Jasmani. Disamping itu, model pemanasan dalam bentuk bermain pada
juga melibatkan guru Pendidikan Jasmani untuk pembelajaran sepakbola bagi siswa sekolah dasar
memberikan masukan terkait dengan model yang telah memenuhi syarat valid dan reliabel untuk dapat
akan dikembangkan. Dua orang yang memvalidasi digunakan pada sampel yang sesungguhnya.
model pemanasan dalam bentuk bermain pada
Revisi Produk sebelum Uji Coba
pembelajaran sepakbola bagi siswa sekolah dasar
Model pemanasan dalam bentuk bermain pada
adalah Noerhadi Santosa, M.Pd. dan Fathan
pembelajaran sepakbola bagi siswa sekolah dasar,
Nurcahyo, M.Or, serta Agung Widodo, S.Pd. Jas,
pada tahap uji validasi ahli terdapat beberapa
selaku guru Pendidikan Jasmani. Dengan demikian,
masukan dan saran untuk revisi atau perbaikan
secara isi dan subtansi dari butir-butir aktivitas
model. Beberapa masukan dan saran yang telah
jasmani yang telah disusun dapat dikatakan telah
didapatkan dari ahli dan guru Pendidikan Jasmani
memenuhi persyaratan sebagai suatu model yang
adalah sebagai berikut: 1) pada permainan
valid.
”Tembaklah Aku” sasaran adalah lutut ke bawah
Reliabilitas instrumen menunjuk pada tingkat
dan bola yang digunakan menggunakan bola plastik
keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat
dan pada permainan ”Tirukan Saya” gerakan yang
dipercaya dan diandalkan, (Suharsimi Arikunto:
akan dilakukan disesuaikan dengan instruksi guru.
1997: 170). Disamping itu, reliabilitas menunjuk
pada konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur Uji Coba Skala Kecil
gejala-gejala yang sama, yang artinya bahwa setiap Uji coba skala kecil dilakukan, setelah model
pengukuran harus memiliki kemampuan untuk dilakukan uji validasi dan diikuti dengan revisi dari
memberikan hasil pengukuran yang konsisten. para ahli dan guru Pendidikan Jasmani. Uji coba skala

112 JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011


Model Pemanasan Dalam Bentuk Bermain pada Pembelajaran Sepakbola
Bagi Siswa Sekolah Dasar

kecil dilakukan di Sekolah Dasar Muhammadiyah,


Gantiwarno, Klaten pada kelas 5 dengan jumlah16
siswa. Uji coba skala kecil ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi apakah model tersebut dapat
dilaksanakan serta dapat mengumpulkan informasi
masukan-masukan mengenai model pemanasan
dalam bentuk bermain pada pembelajaran sepakbola
bagi siswa sekolah dasar.
Berdasarkan uji coba skala kecil tersebut dapat
disimpulkan bahwa produk model pemanasan dalam
bentuk bermain pada pembelajaran sepakbola bagi
siswa sekolah dasar dapat diujicobakan pada sampel
sesungguhnya yaitu siswa kelas 5 Sekolah Dasar
Muhammadiyah, Gantiwarno, Klaten.

Revisi Produk setelah Uji Coba Skala Kecil


Revisi produk model pemanasan dalam bentuk
bermain pada pembelajaran sepakbola bagi siswa
sekolah dasar, setelah dilakukan uji coba skala
kecil perlu dilakukan. Masukan dan saran yang
didapatkan setelah melakukan uji coba skala
kecil, berupa penambahan gambar pada masing-
masing permainan, untuk memperjelas petunjuk
pelaksanaan permainan yang dilakukan.

Uji Coba Skala Luas


Uji coba skala luas merupakan uji coba akhir
sebelum model pemanasan dalam bentuk bermain
pada pembelajaran sepakbola bagi siswa sekolah
dasar benar-benar dapat digunakan. Uji coba skala
luas dilaksanakan pada siswa kelas 4 dan 5 Sekolah
Dasar Muhammadiyah, Gantiwarno, Klaten dengan
jumlah 54 siswa.

Hasil Pengembangan Model


Hasil pengembangan berupa model pemanasan
dalam bentuk bermain pada pembelajaran sepakbola
bagi siswa sekolah dasar dihasilkan delapan (8)
model pemanasan, yang disesuaikan dengan tahap
pertumbuhan dan perkembangan siswa. Adapun
model pemanasan dalam bentuk bermain pada
pembelajaran sepakbola bagi siswa sekolah dasar,
sebagai berikut:

JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011 113


Yudanto

Pembahasan
Pemanasan merupakan bagian yang penting
dalam melakukan olahraga atau pembelajaran
Pendidikan Jasmani di sekolah. Pemanasan
merupakan awal kegiatan yang dilakukan dalam
setiap pembelajaran Pendidikan Jasmani.

114 JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011


Model Pemanasan Dalam Bentuk Bermain pada Pembelajaran Sepakbola
Bagi Siswa Sekolah Dasar

Pembelajaran sepakbola, merupakan salah satu (8) model pemanasan yang bermuara pada teknik
materi Pendidikan Jasmani yang diajarkan di sekolah dasar sepakbola tanpa bola dan dengan bola.
dasar. Pemberian pemanasan dalam pembelajaran Model tersebut disusun dengan menyesuaikan
sepakbola, memberikan peranan penting untuk tahap pertumbuhan dan perkembangan siswa kelas
mempersiapkan anak baik secara fisik dan psikis. bawah sekolah dasar. Adapun nama-nama model
Disamping itu, pemanasan juga akan memberikan pemanasan sebagai berikut: tirukan saya, kejar aku,
kesan pertama pada anak pada inti pembejaran yang tembaklah aku, tendangan berurutan, ikuti saya,
akan dilakukan. jangan tabrak aku, pindah tempat dan ambil bolaku.
Pemanasan dalam pembelajaran sepakbola, Saran yang dapat disampaikan berkaitan
sebenarnya dapat diberikan dalam bentuk dengan keperluan pemanfaatan produk adalah:
peregangan statis dan dinamis. Bentuk pemanasan 1) bagi guru Pendidikan Jasmai di sekolah dasar,
tersebut, memberikan kesan tersendiri pada siswa. dapat menggunakan model ini di sekolah, sebagai
Kesan yang dimungkinkan terjadi pada siswa, upaya meningkatkan motivasi siswa dalam
bisa berupa rasa tidak tertarik atau kurangnya mengikuti pembelajaran sepakbola, 2) peneliti
minat dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi mengharapkan berbagai masukan bagi para
semacam ini haruslah dihindari, agar selama proses pengguna, untuk penyempurnaan model lebih lanjut
pembelajaran sepakbola dapat diikuti oleh siswa apabila masih diperlukan perbaikan, dan 3) bagi
dengan penuh keseriusan tidak bosan, sehingga peneliti lain, diharapkan dapat mengembangkan
tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. model pemanasan dalam bentuk bermain pada
Pemanasan yang memiliki kesan yang menarik pembelajaran sepakbola bagi siswa sekolah dasar
pada siswa sangat diperlukan. Bentuk pemanasan atas dalam bentuk bermain yang lebih menarik.
yang menarik bagi siwa dapat berupa bentuk
pemanasan yang dikemas dalam bermain. Lebih DAFTAR PUSTAKA
lanjut dijelaskan oleh Agus Mahendra (2001: 128) Agus Mahendra. (2003). Falsafah Pendidikan
bahwa ketika anak-anak melakukan pemanasan Jasmani. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Pendidikan
yang menarik, dapat diduga bahwa secara fisik dan Dasar dan Menengah, Pendidikan Luar Biasa,
mental anak akan siap untuk mengikuti pembelajaran. Bagian Proyek Pendidikan Kesehatan Jasmani
Pendidikan Luar Biasa.
Kesiapan mereka ditandai oleh semangat mereka
yang meningkat naik akibat kegiatan pemanasan. ____________. (2001). Pembelajaran Senam di
Sekolah Dasar Sebuah Pendekatan pembinaan
Model pemanasan dalam bentuk bermain pada
Pola Gerak Dasar Dominan. Jakarta: Depdiknas.
pembelajaran sepakbola bagi siswa sekolah
Borg, Walter R. dan Gall, Meredith, Damien. 1983.
dasar merupakan alternatif sebagai upaya untuk
Educational Research: An Introduction Fourth
meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti
Edition. New York: Longman Inc.
pembelajaran sepakbola. Model ini telah disusun
Gabbard, Carl. et al. 1987. Physical Education for
melalui beberapa tahapan yang ada. Meskipun model
Children: Building the Foundation. New Jersey:
ini telah tersusun, bukan berarti model tersebut telah Prentice-Hall, Inc.
sempurna. Beberapa perbaikan dan penyesuaian
Gusril. 2004. Efektivitas Ancangan Modifikasi
harus dilakukan agar model yang telah tersusun ini Olahraga ke dalam Penjas. Jurnal Nasional
lebih sesuai dan bermanfaat bagi siswa. Penjas dan Ilmu Keolahragaan. Volume 3, Nomor
I, April.
KESIMPULAN DAN SARAN Harsono. (2000). Pemanduan dan Pembinaan Bakat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan Usia Dini. Jakarta: KONI.
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa Joe Luxbacher. (2004). Sepakbola: Taktik dan Teknik
telah tersusun model pemanasan dalam bentuk Bermain. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
bermain pada pembelajaran sepakbola bagi siswa Nurhasan. (2001). Tes dan Pengukuran dalam
sekolah dasar. Model tersebut terdiri dari delapan Pendidikan Jasmani: Prinsip-Prinsip dan

JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011 115


Yudanto

Penerapannya. Jakarta: Depdiknas, Ditjen Sugiyanto. (1991). Perkembangan Gerak. Jakarta:


Pendidikan Dasar dan Menegah, Ditjen Olahraga. Depdikbud, Proyek Penataran Guru, Bagian
Pangrazi, Daur P. dan Daur, Victor P. 1989. Proyek Penataran Guru Penjas.
Dynamic Physical Education for Elementary Suharsimi Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian
School Children. (Nine Edition). USA: Macmillan suatu Pendekatan Praktek. Edisi IV. Jakarta:
Publishing Company. Rineka Cipta.
Siedentop, Daryl, et al. 2004. Complete Guide to Wasis D Dwiyogo. 2004. Konsep Penelitian dan
Sport Education. USA: Human Kinetics. Pengembangan. Malang: Lemlit UNM.
Soewarno KR. 2001. Sepakbola: Gerakan Dasar Yoyo Bahagia dan Adang Suherman. 2000. Prinsip-
dan Teknik Dasar. Yogyakarta: PKO, FIK, UNY. Prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang
Sisdiknas. (2003). UU RI Nomor 20 Tahun 2003: Olahraga. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Pendidikan
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Wacana Dasar dan Menengah, Bagian Proyek Penataran
Intelektual Press. Guru SLTP Setara D-III.

116 JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011

You might also like