You are on page 1of 9

DOI: 10.18196/jmh.2016.0077.

162-170

VOL.23 NO.2 / DESEMBER 2016

Dampak Putusan Mahkamah Agung


Nomor 365 K/PID 2012 Terhadap Kinerja
Dokter di Wilayah III Cirebon
Endang Sutrisno; Elya Kusuma Dewi

DATA NASKAH ABSTRACT


Masuk: 5 Mei 2016 The embodiment of right legal should be complementary and it is not mutually
Diterima: 21 September 2016 exclusive the essence of law which lies in its legal characteristics of institutions
Terbit: 8 Desember 2016
that support and protect those values. The existence of law must be able to pro-
KORESPONDEN PENULIS: vide the embodiment of the values into reality, and applies in the process of
Universitas Swadaya Gunung Jati working of law. Legal norms that regulate doctors as in Act 29 year 2004 on the
Cirebon
Jalan Pemuda No. 32, Sunyaragi, Practice of Medicine provides a strict definition about professional standard,
Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat which describes a minimum competence (knowledge, skill and professional atti-
45132 tude) which is made by professional organizations that should be mastered by an
E-mail: endangsutrisno94@gmail.com
individual to carry out his or her professional activities in the community inde-
pendently. Therefore, in practicing a profession, physicians should be based on
these norms because they are responsible for their profession in case of negligence
and mistakes that can lead to legal liability, and requires legal process that could
result in an administrative, civil or criminal. A court ruling determines it. Su-
preme Court Decision No. 365 K / Pid 2012, is one forms of legal liability as
an expression of physicians in running their profession, though in the end the
verdict, it can impact on their performance.
Keywords: legal norms, doctor’s profession, legal liability.

ABSTRAK
Perwujudan hukum yang benar harus saling melengkapi dan tidak
saling mengecualikan hakikat dari hukum terletak pada karakteristik dari
hukumnya sebagai institusi yang menunjang dan melindungi nilai-nilai,
hingga eksistensi hukum harus mampu memberikan perwujudan nilai-
nilai menjadi kenyataan dan perwujudan tersebut teraplikasikan dalam
proses bekerjanya hukum. Norma hukum yang mengatur dokter yaitu
Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
memberikan suatu pendefinisian secara tegas mengenai standar profesi,
VOL. 23 NO. 2
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
DESEMBER 2016

yaitu batasan kemampuan (knowledge, sklill and profesional ia didiagnosis sudah dalam tahap persalinan pembukaan
attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang dua.
individu untuk dapat melakukan kegiatan profesio- Namun setelah delapan jam masuk tahap persalinan,
nalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh tidak ada kemajuan dan justru malah muncul tanda-tanda
organisasi profesi. Untuk itu, dalam menjalankan profesi gawat janin, sehingga ketika itu diputuskan untuk dilakukan
dokter harus berdasarkan pada ketentuan norma
operasi caesar darurat.”Saat itu terlihat tanda tanda gawat
tersebut sebab dokter dituntut pertanggungjawaban
janin, terjadi mekonium atau bayi mengeluarkan feses saat
dalam menjalankan profesinya, bilamana terjadi hal-hal
persalinan sehingga diputuskan melakukan bedah sesar,”
yang disebabkan oleh kelalaian dan kesalahannya dapat
menimbulkan pertanggungjawaban hukum sehingga ujarnya.
dituntut adanya proses hukum yang dapat berakibat Tapi yang terjadi menurut dr Nurdadi, pada waktu
administratif, perdata atau pidana, putusan pengadilan sayatan pertama dimulai, pasien mengeluarkan darah yang
yang dapat menentukan hal ini. Putusan Mahkamah berwarna kehitaman. Dokter menyatakan, itu adalah tanda
Agung Nomor 365 K/Pid 2012, salah satu bentuk bahwa pasien kurang oksigen.
pertanggungjawaban hukum yang harus dibebankan “Tapi setelah itu bayi berhasil dikeluarkan, namun pasca
sebagai bentuk perwujudan dokter dalam menjalan operasi kondisi pasien semakin memburuk dan sekitar 20
profesinya, sekalipun pada akhirnya dengan putusan menit kemudian, ia dinyatakan meninggal dunia,” ungkap
tersebut dapat berdampak pada kinerja dokter. Nurdadi, seperti ditulis Senin (18/11/2013).
Kata Kunci: Norma Hukum; Profesi Dokter; Pertanggung-
2. Tanggal 15 September 2011
jawaban Hukum
Atas kasus ini, tim dokter yang terdiri atas dr Ayu, dr
Hendi Siagian dan dr Hendry Simanjuntak, dituntut Jaksa
I. PENDAHULUAN
Penuntut Umum (JPU) hukuman 10 bulan penjara karena
Aksi solidaritas dari ribuan dokter yang melakukan
laporan malpraktik keluarga korban. Namun Pengadilan
longmarch dari Tugu Proklamasi, Bundaran Hotel Indone-
Negeri (PN) Manado menyatakan ketiga terdakwa tidak
sia, dan ke kantor Mahkamah Agung pada Rabu, 27 No-
bersalah dan bebas murni.
vember 2013 menjadi perhatian kita semua. Aksi ini dipicu
“Dari hasil otopsi ditemukan bahwa sebab kematiannya
oleh vonis Mahkamah Agung pada tanggal 18 september
adalah karena adanya emboli udara, sehingga mengganggu
2012 yang menghukum dokter Dewa Ayu Sasiary Prawan,
peredaran darah yang sebelumnya tidak diketahui oleh
dr. Hendry Simanjutak dan dr. Hendy Siagian dengan vonis
dokter. Emboli udara atau gelembung udara ini ada pada
10 bulanpenjara.
bilik kanan jantung pasien. Dengan bukti ini PN Manado
Kasus dokter Ayu dan kawan-kawan berawal dari
memutuskan bebas murni,” tutur dr Nurdadi.
mening-galnya pasien yang mereka tangani, Julia Fransiska
Tapi ternyata kasus ini masih bergulir karena jaksa
Maketey, di Rumah Sakit R.D. Kandou Malalayang, Manado,
mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung yang kemudian
Sulawesi Utara, pada 10 April 2010.
dikabulkan.
Berikut ini kronologi kasus penangkapan dokter Ayu dan
3. 18 September 2012
kedua orang temanya yang juga ikut dihukum atas tuduhan
dr. Dewa Ayu dan dua dokter lainnya yakni dr Hendry
kasus malpraktek menurut keterangan dari Ketua Umum
Simanjuntak dan dr Hendy Siagian akhirnya masuk daftar
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Dr
pencarian orang (DPO).
Nurdadi Saleh, SpOG seperti dilansir dari Liputan6:
4. 11 Februari 2013
1. Tanggal 10 April 2010
Keberatan atas keputusan tersebut, PB POGI melayangkan
Korban, Julia Fransiska Makatey (25) merupakan wanita
surat ke Mahkamah Agung dan dinyatakan akan diajukan
yang sedang hamil anak keduanya. Ia masuk ke RS Dr
upaya Peninjauan Kembali (PK).
Kandau Manado atas rujukan puskesmas. Pada waktu itu,
Dalam surat keberatan tersebut, POGI menyatakan bahwa

163
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

putusan PN Manado menyebutkan ketiga terdakwa tidak Aksi solidaritas dokter-dokter ini tidak hanya di Jakarta,
terbukti secara sah dan meyakinkan kalau ketiga dokter tidak tetapi berdampak pula di Wilayah 3 (tiga) Cirebon. Contoh
bersalah melakukan tindak pidana. Sementara itu, Majelis kecil dapat kita lihat di RSUD Gunung Jati Cirebon. Puluhan
Kehormatan dan Etika Profesi Kedokteran (MKEK) dokter ikut mogok praktik, meskipun Direktur Rumah Sakit
menyatakan tidak ditemukan adanya kesalahan atau kelalaian menyatakan tidak akan menelantarkan pasiennya, tetapi
para terdakwa dalam melakukan operasi pada pasien. faktanya banyak ada pasien yang tidak dapat memeriksakan
5. 8 November 2013 kandungan tidak bisa memeriksakan kandungannya
dr Dewa Ayu Sasiary Prawan (38), satu diantara terpidana (www.Sindonews.com, 27/11/2013).
kasus malapraktik akhirnya diputuskan bersalah oleh Putusan Kasasi ini menjadi pembelajaran yang berarti
Mahkamah Agung dengan putusan 10 bulan penjara. Ia bagi para dokter, bahwa tidak ada yang kebal hukum dan
diciduk di tempat praktiknya di Rumah Sakit Ibu dan Anak dalam melakukan tindakan harus berhati–hati dan sesuai
Permata Hati, Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) oleh prosedur. Meskipun kemudian kita ketahui dalam Putusan
tim dari Kejaksaan Agung (Kejagung) dan Kejari Manado pertama, banding dan PK semuanya menyatakan bahwa dr.
sekitar pukul 11.04 WITA. Ayu dkk tidak bersalah dan bebas dari hukuman, tetapi
Kemudian keluarga Julia menggugat ke pengadilan kemudian beberapa responden kami menyatakan bahwa ada
negeri. Hasilnya, dr. Ayu dan kedua rekannya dinyatakan rasa was-was dalam menangani pasiennya.
tidak bersalah. Namun, di tingkat kasasi, ketiga dokter Proses pembuatan putusan oleh hakim di pengadilan,
tersebut divonis 10 (sepuluh) bulan penjara. Majelis hakim merupakan suatu proses yang kompleks dan sulit dilakukan
kasasi memvonis Dewa Ayu Sasiary serta dua rekannya, sehingga memerlukan pelatihan, pengalaman dan
Hendy Siagian dan Hendry Simanjuntak, bersalah saat kebijaksanaan. Menurut Artidjo Alkostar, sebagai figur sentral
menangani Julia Fransiska Maketey. Julia akhirnya meninggal penegak hukum, para hakim memiliki kewajiban moral dan
saat melahirkan. Berikut ini pertimbangan majelis kasasi tanggung jawab profesional untuk menguasai knowledge,
seperti yang tercantum dalam putusan yang dirumuskan memiliki skill berupa legal technical capacity dan kapasitas
dalam sidang 18 September 2012: moral yang standar. Dengan adanya kecukupan pengetahuan
1. Julia dinyatakan dalam keadaan darurat pada pukul 18.30 dan ketrampilan teknis, para hakim dalam memutus suatu
WITA, padahal seharusnya dinyatakan darurat sejak ia perkara akan dapat memberikan pertimbangan hukum (le-
masuk rumah sakit pada pagi hari. gal reasoning) yang tepat dan benar. Jika suatu putusan
2. Sebagian tindakan medis Ayu dan rekan-rekannya tidak pengadilan tidak cukup mempertimbangkan (onvoldoende
dimasukkan ke rekam medis. gemotiveerd) tentang hal-hal yang relevan secara yuridis
3. Ayu tidak mengetahui pemasangan infus dan jenis obat dan sah muncul di persidangan, maka akan terasa adanya
infus yang diberikan kepada korban. kejanggalan yang akan menimbulkan matinya akal sehat
4. Meski Ayu menugasi Hendy memberi tahu rencana (the death of common sense) (M.Syamsudin, 2012:41).
tindakan kepada pasien dan keluarganya, Hendy tidak
melakukannya. Ia malah menyerahkan lembar II. RUMUSAN MASALAH
persetujuan tindakan yang telah ditandatangani Julia 1. Bagaimanakah dampak dari Putusan Mahkamah Agung
kepada Ayu, tapi ternyata tanda tangan di dalamnya Nomor 365/Pid/2012 terhadap kinerja dokter ?
palsu. 2. Bagaimanakah aspek hukum kinerja dokter yang
5. Tidak ada koordinasi yang baik dalam tim Ayu saat melakukan tindakan tidak sesuai SOP ketika dalam
melakukan tindakan medis. keadaan darurat dikaitkan dengan KUH Pidana ?
6. Tidak ada persiapan jika korban mendadak mengalami III. METODE PENELITIAN
keadaan darurat. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan
yuridis normatif. Penelitian hukum normatif merupakan

164
VOL. 23 NO. 2
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
DESEMBER 2016

penelitian yang mengutamakan data kepustakaan, yaitu mengadakan protes, demo di Jakarta dan mogok kerja. Begitu
penelitian terhadap data sekunder (Ronny Hanitijo Soemitro, pula di wilayah Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten
2004:24). Pendekatan normatif yaitu mendekati masalah Majalengka, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten
yang diteliti dengan mendasarkan pada norma yang berlaku, Kuningan, dokter yang tidak mengikuti demo di Jakarta
apakah putusan Kasasi Mahkamah Agung telah sesuai melakukan mogok kerja yang berimbas pula pada pelayanan
dengan hukum yang berlaku. Peneliti berusaha menemukan kesehatan yang diberikan kepada msyarakat dalam bentuk
hukum in concreto. Artinya bahwa peneliti ingin mengetahui telantarnya pasien. Penanganan pasien pada saat itu
implementasi dari perundang-undangan yang berlaku, yaitu menurun drastis, terbukti dari data yang penulis dapat dari
dengan menganalisis data sekunder dan meneliti taraf hasil wawancara beberapa rumah Sakit di Wilayah Kota
sinkronisasi baik secara vertikal maupun horizontal dengan Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka,
peraturan hukum tertulis. Melelui penelitian normatif pula, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Kuningan Jawa Barat,
dalam ilmu hukum yang objeknya adalah norma (hukum), pelayanan kesehatan dapat dikatakan lumpuh akibat dari
penelitian hukum (de beovening-het de bedrijven) dilakukan dokter melangsungkan protes/demo solidaritas. Dari Rumah
untuk membuktikan apakah bentuk penormaan yang Sakit Gunung Jati di bagian poliklinik kebidanan tidak satu-
dituangkan dalam suatu ketentuan hukum positif dalam pun pasien yang terdaftar berobat pada hari itu.
praktik hukum telah sesuai atau merefleksikan prinsip-prinsip Hasil wawancara dan kuesioner beberapa dokter hampir
hukum yang ingin menciptakan keadilan (Johnny Ibrahim, semuanya sama mengatakan bahwa, ada rasa kekhawatiran
2006:48). dokter dalam menangani pasiennya karena takut dituntut
pidana malpraktik kedokteran, dimana menurut mereka,
IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS sudah merasa benar dalam menangani pasiennya.
D.1.Dampak dari Putusan Mahkamah Agung Selain para dokter kemudian bersikap sangat hati-hati
dalam penanganan pasien, para dokter juga berharap aturan-
Nomor 365/Pid/2012 terhadap Kinerja
aturan hukum untuk perlindungan dokter jelas, agar para
Dokter di Wilayah Kota Cirebon, Kabupaten
dokter merasa aman dalam menangani pasien.
Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Dokter mengambil keputusan praktek kedokteran
Indramayu, dan Kabupaten Kuningan defensif yang menyebar ke banyak bidang kedokteran klinis
Temuan penelitian yang dilakukan dengan mendasarkan dan dipandang sebagai faktor utama dalam peningkatan
pada observasi langsung kepada beberapa dokter maupun biaya perawatan kesehatan. Hal ini terjadi karena karena
hasil tinjauan pustaka, menemukan dampak yang besar akibat dokter melakukan kecemasan berlebihan terhadap pasien
dari adanya Putusan Mahkamah Agung Nomor 365/Pid/ umum dari pada pasien keluarga dokter yang lebih jarang
2012. melakukan tuntutan medis (On Line, Dampak Putusan
Pada tingkat pertama, permasalahan malpraktik dr.Ayu Mahkamah Agung Nomor 365K/Pid/2012.tanggal 15
dkk ini diputus bebas murni oleh Pengadilan Negeri Manado, Februari 2015).
yang kemudian pada Tingkat Kasasi dr.Ayu dkk dinyatakan Contoh Defensif Medicine atau praktek kedokteran
bersalah dan dihukum selama 10 (sepuluh) bulan. Dalam defensif. Seorang dokter telah melakukan prosedur medis
hal ini menurut saksi ahli dari kedokteran menyatakan bahwa yang sesuai, saat dokter menerima pasien 3 (tiga) tahun
Seksio Sesaria telah dilakukan sesuai dengan standard yang dengan keluhan demam berdarah. Pada saat hari pertama
berlaku. demam, orang tua pasien bersikeras meminta pemeriksaan
Selain untuk solidaritas sesama dokter, para dokter juga darah terhadap dokter tetapi dokter sudah menjelaskan
merasa khawatir, bahwa profesinya rawan sekali dengan kepada pasien bahwa pemeriksaan darah untuk melihat
tindak pidana. Oleh karenanya, pada tanggal 27 Novemper penyakit DBD pada hari pertama dan kedua tidak terlalu
2013 secara rame-rame dokter seluruh Indonesia informatif. Dan sudah menjelaskan kepada orang tua pasien

165
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

bahwa kalaupun terjadi demam berdarah pada hari pertama Dampak putusan Mahkamah Agung ini tidak hanya
kedua pada penderita DBD tidak ada penanganan khusus kepada dokter saja, tetapi juga berdampak pada pasien. Dari
karena masih belum menunjukkan manifestasi yang berat. data yang Peneliti lakukan diperoleh informasi bahwa pada
Disarankan untuk melakukan cek darah pada hari ketiga. tanggal 27 November 2013, dimana hari itu dokter banyak
Disarankan hari pertama dan kedua dan ketiga harus kontrol yang demo dan terjadi mogok kerja, maka pasien-pasien
ke dokter untuk memonitor keadaan pasien. Tetapi orang yang membutuhkan pelayanan dokter menjadi tidak
tua pasien tidak melakukan kontrol pada hari kedua maupun mendapatkannya. Ada pasien asal Ciamis yang sudah
hari ketiga karena anaknnya dianggap sudah sehat karena dijadwalkan menjalani operasi usus buntu di sebuah rumah
demam pada hari ketiga dan keempat baik. Namun tragisnya sakit, namun kemudian batal dioperasi karena dokternya
pada hari kelima anaknya semakin lemah dan semakin ikut dalam aksi solidaritas (On Line HKLI: Dokter yang Mogok
memburuk dan orang tua mengannggap karena kelelahan Berpotensi Langgar 4 Peraturan, www.okezone.com).
biasa. Saat hari keenam keadaan semakin memburuk dan Pada sisi lain kehadiran negara dalam persoalan
anaknya meninggal sebelum dibawa ke rumah sakit. Melihat kesehatan menjadi masalah yang urgen, mengingat
keadaan seperti itu orang tuanya dengan latar belakang eksistensi tanggungjawab negara terhadap jaminan
persepsi medis yang terbatas dan emosi terhadap dokternya pemenuhan dan perlindungan hak manusia tidak terlepas
melakukan gugatan terhadap dokter karena melakukan dari prinsip-prinsip pokok hak asasi manusia. Prinsip tersebut
malpraktek karena saat hari pertama meminta pemeriksaan menjadi ukuran standar pelaksanaan hak asasi manusia
darah tidak dikabulkan dokternya. Dengan melihat kronologis secara internasional dan nasional meliputi hak asasi manusia
di atas, dokter telah melakukan sesuai prosedur medis yang yang tidak bisa dibagi (indivisibility) (M.Syafi’ie, 2012: 685).
benar sesuai kaidah ilmu kedokteran tetapi karena pasien Hak atas kesehatan merupakan salah satu hak
membandel tidak mengindahkan kontrol ke dokter konstitusional warga negara yang diatur dalam Undang-
menyalahkan kematian anakanya kepada dokter tersebut. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Orang tua menyalahkan kepada dokter tentang pemeriksaan sebagai sebuah dokumen formal yang berisi: hasil
darah pada hari pertama yang menurut persepsi medis tidak perjuangan politik bangsa di waktu lampau; pandangan
perlu dan tidak informatif bila dilakukan (On Line, Dampak tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk
Putusan Mahkamah Agung Nomor 365K/Pid/2012.tanggal waktu sekarang, maupun untuk masa masa yang akan
15 Februari 2015). datang; suatu keinginan (kehendak) dengan mana
Pada kasus tersebut meski sudah ada SOP di institusi perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak
tempat dokter bekerja tidak mengungkapkan secara detail dipimpin; tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketata-
pemeriksaan laboratorium hari pertama secara detail, tetapi negaraan bangsa (Sri Soemantri, 2001:48).
kemudian dokter mengalami trauma apabila menangani Penting untuk mendorong pengaturan secara normatif
pasien demam. Trauma gugatan malpraktik yang salah arah dalam konstitusi. Tidak kalah penting dengan hak tersebut
sebelumnya dokter praktek kedokteran defensif yang justru adalah soal pelaksanaannya yang melandasi kehidupan
merugikan pasien. Bayangkan bila pemeriksaan darah tidak berbangsa dan bernegara. Meskipun dalam Undang-Undang
diperlukan tetapi kemudian pasien harus merogoh uang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasca
ratusan ribu bahkan sampai jutaan hanya karena defensif amandemen telah mengatur lebih baik dalam soal kewajiban
medicine karena dokter takut di kriminalisasi. Hasil penelitian asasi, tetapi salah satu yang penting untuk diatur ulang adalah
dengan melalui wawancara dengan dokter-dokter di wilayah memperkuat landasan tanggung jawab hak asasi manusia
penelitian, sepanjang kurun waktu tanggal 20 April 2015 yang harus dilakukan oleh pemerintah (state responsibil-
sampai dengan tanggal 30 April 2015 bahwa dokter-dokter ity), yakni soal kewajiban bertindak dan kewajiban untuk
sangat berhati-hati dalam memberikan jawaban/pelayanan memaksimalkan sumber dayanya untuk pemenuhan hak asasi
kesehatan terhadap pasien yang mengerti tentang hukum. manusia (Winda Wijayanti, 2013:512). Ketentuan hukum

166
VOL. 23 NO. 2
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
DESEMBER 2016

normatif dalam Pasal 4 Undang-Undang Kesehatan telah Praktik Kedokteran, dicantumkan tentang hak dokter dan
menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan, pasien sebagai berikut:
hal ini merupakan hak konstitusional sebagai hak atas 1. Hak Pasien
kesehatan. a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medis.
D.2. Aspek Hukum Kinerja Dokter yang · Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
· Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
melakukan Tindakan Tidak Sesuai SOP
· Alternatif tindakan lain dan resikonya.
Ketika dalam Keadaan Darurat dikaitkan
· Risiko dan kompilasi yang mungkin terjadi.
dengan Kitab Undang-Undang Hukum · Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
Pidana b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.
Tujuan dari dikeluarkannya peraturan tentang Kesehatan c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
adalah untuk memberikan perlindungan kepada dokter medis.
maupun pasien dari segi hukum. Begitu pula dengan adanya d. Menolak tindakan medis.
Undang-Undang Nomor: 29 Tahun 2004 tentang praktik e. Mendapatkan isi rekam medis.
Kedokteran yang mengatakan, Pengaturan praktik kedokteran 2. Kewajiban Pasien
bertujuan untuk: i. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang
1) Memberikan perlindungan kepada pasien; masalah kesehatannya.
2) Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan ii. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter dan dokter
medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi; gigi.
3) Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter iii. Mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan
dan dokter gigi. kesehatan.
Pasien berhak mendapatkan informasi yang lengkap iv. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang
terkait dengan penyakitnya dan pengobatan yang akan diterima.
dilakukan oleh dokter. Rahasia kedokteran adalah milik 3. Hak Dokter
pasien, berkasnya adalah milik rumah sakit, dan rahasia a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang
kedokteran hanya dapat diberikan atas izin pasien. Selain melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
itu bahwa pasien juga berhak menuntut ganti rugi terhadap dan standar prosedur operasional.
dokter yang menangani apabila dalam penanganinya b. Memberikan pelayanan medis menurut standar
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian profesi dan standar prosedur operasional.
dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya, termasuk juga c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari
berlaku bagi dokter yang membocorkan rahasia kedokteran. pasien atau keluarganya.
Gugatan secara perdata-pun dapat timbul dalam hal d. Menerima imbalan jasa.
pertanggungjawaban dokter, gugatan untuk meminta 4. Kewajiban Dokter
pertanggungjawaban dokter tersebut bersumber pada dua a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar
dasar hukum yaitu: berdasarkan pada wanprestasi (contrac- profesi dan standar prosedur operasional serta
tual liability) sebagaimana diatur dalam Pasal 1239 KUH kebutuhan medis pasien.
Perdata; dan berdasarkan perbuatan melawan hukum b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang
(onrechtsmatigedaad) sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Nendar Darkani, baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
2011:18). pemeriksaan atau pengobatan.
Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya

167
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

tentang pasien, bahkan juga setelah pasien Dalam Pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
meninggal dunia. menyebutkan:
d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar “Barangsiapa ketika menyaksikan bahwa ada orang yang
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain sedang menghadapi maut, tidak memberi pertolongan
yang bertugas dan mampu melakukannya; dan yang dapat diberikan padanya tanpa selayaknya
menambah ilmu pengetahuan dan mengiikuti menimbulkan bahaya bagi dirinya atau orang lain,
perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi. diancam jika kemudian orang itu meninggal, dengan
J. Guwandi menyatakan bahwa medical error sebagai akibat kurungan paling lama tiga ulan atau denda paling banyak
tindakan medis yang dilakukan dapat dibedakan sebagai tiga ratus rupiah”.
berikut (Anny Isfandyarie & Fachrizal Afandi, 2010:51):
a) Kegagalan/ketidakberhasilan terapi dalam tindakan Adanya aturan tentang kedokteran dan adanya pasal-
operasi, yang antara lain disebabkan oleh: pasal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang tidak saling
· Terjadinya kompilasi (penyulit). sinkron dengan aturan kedokteran ini tentunya membuat
· Kecelakaan (surgical mishap). ketakutan para dokter dalam menangani pasiennya. Tujuan
· Kecelakaan anesthesi (reaksi hypersensitif terhadap dokter tentunya membuat sembuh pasiennya, tetapi jika
obat anesthesi dan sebagainya). kemudian berujung pada pidana tentunya sangat
b) Ketidakberhasilan/kegagalan dalam pemberian menakutkan bagi para dokter.
pengobatan, yang dapat dikarenakan hal-hal sebagai Selain itu, bahwa ancaman pidana dalam penyeleng-
berikut: garaan praktik kedokteran yang tercantum di dalam Kitab
· Komplikasi dari pengobatan sebagaimana yang Undang-Undang Hukum Pidana yang dapat dikenakan
dialami pasien Rusmini. kepada dokter/dokter gigi yang memenuhi unsur-unsur
· Kecelakaan medis. rumusan tindak pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum
· Kesalahan menentukan diagnosis. Pidana, antara lain:
· Kesalahan dalam memilih obat. 1. Pelanggaran kewajiban dokter/dokter gigi;
Dalam kasus dimana dokter harus melakukan tindakan 2. Kejahatan terhadap nama baik seseorang;
emergency, yang mana harus dilakukan tindakan dengan 3. Kejahatan terhadap kesusilaan;
segera, hal ini tentu kurang teapat apabila diterapkan sama 4. Kejahatan terhadap pemalsuan;
dengan kasus yang tidak memerlukan tindakan emergency. 5. Kejahatan terhadap tubuh dan nyawa.
Karena tindakan yang harus segera, misal: pasien dalam Pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan yang
keadaan tidak sadar dan harus menanganan segera karena dilakukan dengan sengaja oleh dokter atau dokter gigi yang
menyangkut nyawa, sedangkan keluarga pasien tidak ada melakukan praktik kedokteran maupun sarana pelayanan
ditempat, maka dokter akan melakukan tindakan emergency kesehatan tempat dokter atau dokter gigi melakukan praktik
tersebut tanpa persetujuan pihak keluarga. kedokteran, dapat dikenakan sanksi pidana yang tercantum
Dalam Pasal 304 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di dalam Pasal 27 sampai Pasal 80 Undang-Undang Praktik
menyebutkan: Kedokteran.
“Barangsiapa dengan sengaja menempatkan atau Ketentuan pidana pada Undang-Undang Praktik
membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal Kedokteran pada umumnya menganut sistem alternatif yang
menurut hukum yang berlaku baginya atau menurut memberikan kebebasan kepada hakim untuk memilih salah
persetujuan, dia wajibmemberi kehidupan, perawatan satu jenis pidana yang tercantum dalam rumusan tindak
atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana yang bersangkutan. Terkait upaya mewujudkan sistem
pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan hukum yang efektif perlu penataan kembali kelembagaan
atau denda paling banyak tiga ratus rupiah”. hukum yang didukung oleh kualitas sumber daya manusia

168
VOL. 23 NO. 2
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
DESEMBER 2016

dan kultur dan kesadaran hukum masyarakat yang terus Hukum Acara Pidana, sehingga prosedur yang dikenakan
meningkat, seiring dengan, pembaharuan materi hukum pada dokter atau dokter gigi saat proses penuntutan tersebut
yang terstruktur secara harmonis tanpa pertentangan dan sama dengan proses pelaksanaan penuntutan pidana pada
tumpang tindih dan hukum secara terus menerus kasus-kasus lain.
diperbaharui sesuai dengan tuntutan perkembangan
kebutuhan (Bahria Prentha, 2011:177). Dalam V. KESIMPULAN DAN SARAN
perkembangan sistem hukum Indonesia sejak masa 1. Kesimpulan
pemerintahan kolonial sampai dengan saat ini Romli 1. Adanya Putusan Mahkamah Agung Nomor: 365/Pid/
Atmasasmita, membedakan dalam 4 (empat) model hukum, 2012, yang menghukum dr.Ayu dkk selama sepuluh
yaitu pertama, model hukum kolonial yang sangat represif; bulan, sangat berdampak pada dokter-dokter di seluruh
kedua, model hukum pembangunan; ketiga, model hukum Indonesia terutama dokter-dokter di wilayah Kota Cirebon,
progresif; dan keempat, model hukum integratif(Romli Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Atmasasmita, 2012:5). Indramayu, dan Kabupaten Kuningan Cirebon. Dalam
Ancaman pidana bukan menjadi alasan orang tidak perkaraini, bahwa saksi ahli dari kedokteran mengatakan
mengetahui adanya hukum. Dampak dari adanya ancaman tidak ada malpraktik dan SOP kedokteran telah ditempuh,
pidana bagi tenaga kesehatan dalam Undang-Undang tetapi ternyata hukum telah memberikan konsekuensi
Kesehatan bahwa setiap orang dianggap tahu akan hukum yang lain. Untuk itu, dokter-dokter merasa ada kekha-
atau undang-undang (een ieder wordt geacht de wet/ het watiran dalam penanganan pasiennya karena takut
recht te kennen). Ketidaktahuan seseorang akan hukum terkena pidana dan berdampak pada kinerja dokter yang
tidak dapat dijadikan alasan pemaaf atau membebaskan kemudian menjadi sangat hati-hati dan menjadi kurang
orang itu dari tuntutan hukum (ignorantia iuris neminem maksimal karena adanya rasa takut/khawatir.
excusat/ ignorance of the law excuses no man)(R. 2. Dokter yang melaksanakan tugasnya tidak sesuai dengan
Herlambang Perdana, 2012: 22). Perlu disadari bahwa untuk SOP ketika dalam keadaan darurat dikaitkan dengan Kitab
menciptakan keadilan hukum diperlukan peran aktif dari Undang-Undang Hukum Pidana, tidak kemudian lang-
berbagai pihak mulai dari pembentukan produk hukum sung dapat dipidana. Untuk dipidananya seseorang
hingga penegakan produk hukum (Yunus Bureni, 2013:125). tentunya ketika seseorang tersebut dapat mem pertang-
Hukum memiliki kedaulatan yang berpijak pada kedaulatan gungjawabkan perbuatannya. Ada asas pembenar dan
rakyat, dapat dibuat “hipotesis”(Bambang Widjojanto, pemaaf yang harusdibuktikanoleh seorang dokter ketika
2012:30) bahwa kedaulatan hukum bukanlah ditujukan menangani pasiennya yang dalam keadaan darurat tanpa
semata-mata untuk kepentingan hukum itu sendiri, tetapi dokter tersebut melakukan sesuai SOP.
justru harus ditujukan dan berpihak bagi kepentingan
masyarakat.
2. Saran
Dokter dan dokter gigi sebagai subjek hukum dalam
Dokter dan dokter gigi sebagai subjek hukum dalam
melakukan praktik kedokteran tunduk pada ketentuan yang
melakukan praktik kedokteran tunduk pada ketentuan yang
ada di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-
ada di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan serta
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan serta
ditambah dengan Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004
ditambah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran, sehingga hubungan hukum
tentang Praktek Kedokteran, oleh karenanya aturan tersebut
yang ditimbulkan oleh dokter atau dokter gigi dalam praktik
selain harus diperjelas, penegakan hukum harus ditegakkan
kedokteran harus sesuai dan tidak melanggar aturan tersebut.
secara proporsional.
Dalam proses pelaksanaan penuntutan pidana dalam
kasus praktik kedokteran berlaku pula Kitab Undang-Undang

169
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

DAFTAR PUSTAKA Mahkamah Konstitusi RI.


Buku-Buku Widjojanto, Bambang, 2012, Negara Hukum, Korupsi
Guwandi, J, 2009, Pengantar Ilmu Hukum Medik & Bio- dan Hak Asasi Manusia: Suatu Kajian Awal”, Jurnal
Etika, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hukum Prioris Fakultas Hukum Universitas Trisakti,
Jakarta. Vol.3 No.1 Tahun 2012.
Hanitijo Soemitro, Ronny 2004, Metodologi Penelitian Wiratraman, R.Herlambang Perdana,2012, Bahasa
Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta. Hukum dan Alienasi Keadilan”, Jong Indonesia, No.7
Isfandyarie, Anny – Afandi - Fachrizal, 2006, Tanggung Tahun III September 2012, Majalah Online PPI
Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter Buku ke II, Belanda.
Prestasi Pustaka Raya, Jakarta. Wijayanti, Winda, September 2013, Eksistensi Hukum
Ibrahim, Johnny, 2006, Teori & Metodologi Penelitian Perawat sebagai Tenaga Kesehatan Selain Tenaga
Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Malang. Kefarmasian terhadap Hak Atas Pelayanan
Kesehatan,Jurnal Dinamika Hukum Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Vol.13
Jurnal Nomor 3.
Atmasasmita, Romli, 2012, Tiga Paradigma Hukum dalam
Pembangunan Nasional”, Jurnal Hukum Prioris Fakultas
Sumber-Sumber Lain
Hukum Universitas Trisakti, Vol.3 Nomor 1.
Bureni, Yunus, Juni 2013, Moralitas Pembentukan www.Sindonews.com, 27/11/2013.
Peraturan Daerah dalam Upaya Mencapai Keadilan On Line HKLI: Dokter yang Mogok Berpotensi Langgar
Substantif (Morality Formation of Local Regulations in 4 Peraturan, www.okezone.com
An Effort to Ensure Substantive Justice)”,Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol.10 Nomor 2, Direktorat Jenderal
Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum
dan HAM RI.
Darkani, Nendar, 2011, Tanggung Jawab Dokter terhadap
Rekam Medis dalam Dimensi Hukum, Jurnal Hukum
Responsif Fakultas Hukum Universitas Swadaya
Gunung Jati, Volume 01, No.1/ 2011.
Prentha, Bahria, Agustus 2011, Filsafat Hukum dan Nilai-
Nilai Pancasila, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol.5
No.2, Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Kementerian Hukum dan HAM RI.
Soemantri, Sri, September-November 2001, Undang-
Undang Dasar 1945 Kedudukan dan Artinya dalam
Kehidupan Bernegara”,Jurnal Demokrasi dan HAM,
Vol.1 No.4, the Habibie Center (THC).
Syamsudin, M, 2012, Keadilan Subtantif yang Terabaikan
dalam Sengketa Sita Jaminan: Kajian Putusan No.42 /
PDT/2011/PT. Y, Jurnal Yudisial, Vol – V/ No-01/
April/ 2012.
Syafi’ie, M, Desember 2012, Intrumentasi Hukum HAM,
Pembentukan Lembaga Perlindungan HAM di Indonesia
dan Peran Mahkamah Konstitusi,Jurnal Konstitusi, Vol.9
No.4, Kepaniteraan dan Kesekretariatan Jenderal

170

You might also like