You are on page 1of 16

PENGARUH SHOPPING EXPERIENCE TERHADAP BRAND IAMGE KAWASAN OBJEK WISATA BELANJA BATIK

TRUSMI (Survei terhadap Pengunjung Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi Kabupaten Cirebon)

PENGARUH SHOPPING EXPERIENCE TERHADAP BRAND IAMGE KAWASAN


OBJEK WISATA BELANJA BATIK TRUSMI
(Survei terhadap Pengunjung Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi Kabupaten
Cirebon)

Ranny Achni Novianti


Ridwan Purnama
Manajemen Pemasaran Pariwisata FPIPS UPI

Abstract

Kabupaten Cirebon is one of regencies in West java has tourism potential can be relied, and the one
of destination is Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi. Kawasan Objek Wisata Belanja Batik
Trusmi is a shopping tourism area that offers a variety oftypicalCirebonanbatikcollection. The
number of tourist visits on Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi has decreased from 2007
to 2010. The most drastic decrease of tourist visit happened in 2010. Shopping experience is one of
marketing strategy that can be used to increase the number of visit. In connection with these to
research studies conducted on the influence shopping experience toward brand image Kawasan
Objek Wisata Belanja Batik Trusmi. The purpose of this research is to find shopping experience
influence brand image to Kawasan Objek Wisata belanja Batik Trusmi. Promotion mix consists of
price, characteristics ofdestinations, merchandising, authenticity, and staff service quality.
Technique of sampling is simple random sampling.The method in that used in this research is
explanatory survey by using ordinal scale.Analyze from this research use Path Analysis with a
computer software tools SPSS 19.0. The result of this research is shopping experience influence
significantly 71,48% and the rest influence other factors. Based on the result of statistical test results
were obtained, there were three variables of shopping experience which had an influence on brand
image of price, merchandising, and authenticity and there was two variables that had no effect on
brand image was characteristics ofdestinations and staff service quality.That it can be concluded
that price, merchandising, and authenticity strong influence brand image on Kawasan Objek Wisata
Belanja Batik Trusmi.

Key word: Shopping Experience, Brand Image

I. PENDAHULUAN terhadap perkembangan perekonomian.Jawa


1.1 Latar Belakang Barat merupakan salah satu provinsi di
Pariwisata adalah salah satu jenis Indonesia yang memiliki potensi pariwisata
industri yang mampu mempercepat yang cukup baik.Jawa Barat mempunyai kota
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan atau wilayah yang sangat potensial untuk
lapangan kerja, peningkatan penghasilan, dijadikan sebagai daerah tujuan wisata yang
standar hidup serta menstimulasi sektor- dapat menghasilkan pendapatan bagi warga
sektor produktif lainnya. Selanjutnya, setempat serta mendatangkan devisa untuk
sebagai sektor yang kompleks, pariwisata negara karena memiliki kekayaan dan
juga merealisasi industri-industri klasik keragaman sumber daya pariwisata yang
seperti industri kerajinan tangan dan tinggi, meliputi: wisata alam, wisata budaya,
cinderamata, penginapan serta transportasi. dan wisata minat khusus.
UNWTO memprediksi bahwa pada Kabupaten Cirebon merupakan salah
tahun 2020 pariwisata akan menajdi industry satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
terbesar di dunia dengan perkiraan 1.602 Barat.Kabupaten Cirebon memiliki objek
miliyar wisatawan interasional, dan wisata ziarah, objek wisata alam dan objek
merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi wisata belanja. Salah satu objek wisata
dan kesempatan kerja yang mampu belanja andalan dan satu-satunya di
menciptakan pendapatan dunia sebesar USD Kabupaten Cirebon ini adalah Kawasan
2 triliun. Indonesia merupakan negara dengan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi.
urutan ke delapan yang dikunjungi oleh 5,064 Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi
juta wisatawan (http://kolom.pacific.net.id, 5 merupakan kawasan objek wisata belanja
April 2010). batik yang menawarkan batik tulis, batik cap
Kepariwisataan di Indonesia pun saat dan batik kombinasi tulis cap dengan
ini memberikan dorongan dan sumbangan berbagai corak dan motif khas Cirebonan.

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 121
Ranny Achni Novianti, Ridwan Purnama

Lokasi Kawasan Objek Wisata rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Belanja Batik ini berada di tempat yang sebagai berikut:
strategis karena letaknya tidak jauh dari pusat 4. Bagaimana shopping experience di
Kota Cirebon. Selain itu, pembangunan Tol kawasan objek wisata belanja Batik
Kanci Pejagan juga memiliki dampak yang Trusmi.
cukup besar bagi Kawasan Objek Wisata 5. Bagaimana brand image di kawasan
Belanja Batik Trusmi. Umumnya wisatawan objek wisata belanja Batik Trusmi.
yang datang berasal dari daerah sekitar 6. Seberapa besar pengaruh shopping
Kabupaten Cirebon dan Jawa Tengah. experience terhadap brand image di
Akibatnya dari dibukanya jalan Tol Kanci Kawasan Objek Wisata Belanja Batik
Pejagan, wisatawan yang berasal dari Jawa Trusmi baik secara simultan maupun
Tengah banyak mengunjungi Kabupaten parsial.
Cirebon. Beriku adalah data statistik
mengenai jumlah kunjungan wisatawan 1.3 Tujuan Penelitian
nusantara ke Kawasan Objek Wisata Belanja Berdasarkan dari rumusan masalah
Batik Trusmi tahun 2007-2010: yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
TABEL 1 dalam penelitian ini untuk memperoleh
DATA KUNJUNGAN WISATAWAN temuan mengenai:
NUSANTARA KE KAWASAN WISATA 4. Shopping experience di kawasan objek
BELANJA BATIK TRUSMI TAHUN wisata belanja Batik Trusmi terdiri dari
2007-2010 harga, karakteristik destinasi,
No. Tahun Jumlah merchandising, keaslian dan staff service
Wisatawan quality.
1 2007 431.099 5. Brand image di kawasan objek wisata
2 2008 270.080 belanja Batik Trusmi.
3 2009 465.955 6. Pengaruh shopping experience terhadap
4 2010 224.267 brand image di kawasan objek wisata
Sumber:Disbudparpora Kabupaten Cirebon, belanja Batik Trusmi baik secara
2011 simultan atau parsial.
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke
Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi 1.4 Kegunaan Penelitian
tahun 2007-2010 mengalami penurunan. Adapun kegunaan dari penelitian ini
Penurunan jumlah yang signifikan terjadi adalah:
pada tahun 2010 yaitu sebanyak 241.688 1. Secara teoritis hasil penelitian ini
orang. diharapkan dapat memperluas kajian
Untuk meningkatkan jumlah ilmu manajemen pariwisata khususnya
kunjungan maka Disbudparpora kabupaten mengenai shopping experience
Cirebon melaksanakan strategi shopping khususnyaharga, karakteristik destinasi,
experience yang terdiri dari harga, merchandising, keaslian dan staff service
karakteristik destinasi, merchandising, quality yang dilakukan untuk
keaslian dan staff service quality. Dengan menciptakan brand image di kawasan
strategi shopping experience yang dilakukan objek wisata belanja Batik Trusmi serta
oleh Kawasan Objek Wisata Belanja Batik diharapkan penelitian ini dapat
Trusmi dapat menjadi suatu pengaruh kepada memperluas mengenai ilmu pemasaran
wisatawan untuk datang berkunjung dan pariwisata.
memberikan image yang baik terhadap 2. Secara praktis hasil penelitian ini
kawasan Trusmi ini. diharapkan dapat memberikan masukan
Berdasarkan latar belakang di atas, bagi pihak-pihak dalam bidang
maka perlu diadakan penelitian dengan judul pariwisata Kabupaten Cirebon,
“Pengaruh Shopping Experience terhadap khususnya bagi kawasan objek wisata
Brand Image Kawasan Objek Wisata Belanja belanja Batik Trusmi dalam upaya
Batik Trusmi (Survei terhadap Pengunjung menarik para wisatawan untuk
Kawasan Objek Wisata Belanja Batik menciptakan brand image ke Kabupaten
Trusmi. Cirebon melalui kegiatan shopping
experience. Diharapkan hasil penelitian
1.2 Rumusan Masalah ini dapat dijadikan masukan bagi pihak-
Berdasarkan uraian latar belakang pihak dalam bidang pariwisata dalam
yang telah dikemukakan di atas, maka upaya meningkatkan dan

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 122
PENGARUH SHOPPING EXPERIENCE TERHADAP BRAND IAMGE KAWASAN OBJEK WISATA BELANJA BATIK
TRUSMI (Survei terhadap Pengunjung Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi Kabupaten Cirebon)

mempertahankan jumlah kunjungan ke sosial dan melibatkan lebih banyak kegiatan


Kabupaten Cirebon. dari akuisisi produk yang sederhana.
Menurut Timothy (2007) dalam jurnal
II. KAJIAN PUSTAKA Tourist Shopping experience and Satisfaction
2.1 Kerangka Pemikiran mengatakan bahwa, “shopping as a major
Asosiasi Pemasaran Amerika, leisure activity has become an important
menyatakan bahwa pemasaran adalah satu element in tourism”. artinya, belanja
fungsi organisasi dan seperangkat proses merupakan aktivitas utama leisure yang
untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menjadi elemen penting dalam wisata.
menyerahkan nilai kepada pelanggan dan Menurut Timothy (2005:43), terdapat
mengelola hubungan pelanggan dengan cara tiga faktor utama pendorong yang paling
yang menguntungkan organisasi dan para berperan penting yang merupakan faktor
pemilik sahamnya. utama dalam wisata diantaranya (1) The
Jasa mempunyai karakteristik utama, Merchandise, (2) The Destination, (3) Price
menurut Kotler & Keller (2009:389), Kotler, Advantages.
Bowen & Maken (2006:42) karakteristik jasa Berbelanja atau lazim pula dikatakan
dalam hospitality and tourism marketing shopping sebagai kegiatan rekreasi besar
yaitu (1) intangible, (2) inseparability, (3) telah menjadi elemen penting dalam
variability, (4) perishability dan (5) lack of pariwisata. Menurut Timothy (2007)
ownership. mengemukakan bahwa, “shopping is a social
Konsep pemasaran adalah filosofi phenomenon and involves much more than
bisnis yang lebih baru dan marak digunakan simply the acquisition of products. As a
dalam industri pariwisata. Menurut Kotler, result, salespeople play an important role in
Bowen & Maken dalam marketing for creating the shopping experience”. Artinya,
hospitality and tourism (2009:18) belanja merupakan fenomena sosial dan
menyatakan bahwa “Pencapaian tujuan melibatkan lebih dari sekedar akuisisi
organisasi dalam industri periwisata produk. Akibatnya, penjual bermain peran
tergantung pada penentuan kebutuhan dan penting dalam
keinginan pasar sasaran dan memberikan menciptakanbelanjapengalaman.
kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif Shopping tourism termasuk salah satu
dan efisien pada konsumen dari pada pesaing faktor yang memotivasi wisatawan untuk
lainnya.” melakukan perjalanan. Menurut Timothy
Destination marketing merupakan (2005:42), shopping tourism adalah
bagian integral dari pengembangan dan belanjasebagaiatraksi
mempertahankan popularitas lokasi tertentu. tambahanpadatujuanyang dikunjungi
Perencanaan pariwisata tidak hanya fokus wisatawan
terhadap pengembangan destinasi, tetapi juga untukmayoritaspengeluaranwisatawanatauba
harus memperhatikan bahkan rang-barangritel di sebuah toko. Menurut
mempertahankan dan melestarikan atribut Drinea dan Gina (2009) mengemukakan
yang menarik wisatawan untuk tetap datang bahwa konsep shopping tourism adalah
berkunjung. adanya pembelian yang baik merupakan
Klasifikasi atraksi wisata menurut bagian dari waktu berwisata, waktum luang
Kotler, Bowen & Maken (2009:506) dibagi selama berwisata yang tujuannya telah
menjadi 7, yaitu (1) Medical Tourism diketahui sebelumnya oleh wisatawan.
Attraction, (2) Historic Tourism Attraction, Pengalaman menurut Timothy
(3) Culinary Tourism Attraction, (4) (2007:88) adalah suatu kombinasi yang
Agritourism Attraction, (5) Shopping tourism lengkap dari faktor bentuk perasaan
Attraction, (6) Volunteer Vacationing, (7) wisatawan dan sikap wisatawan ketika
Religious Pilgrimages. berkunjung dan menghabiskan waktu di
Menurut Pitana dan Diarta (2009:76) daerah tujuan wisata. Berdasarkan jurnal dari
menyatakan bahwa salah satu wisata yang Darren J. Timothy (2007), shopping tourism
termasuk dalam sumber daya minat khusus terdiri dari (1) shopping experience dan (2)
adalah shopping tourism. Menurut Timothy shopping satisfaction.
(2007) mengemukakan bahwa, “shopping is Shopping experience tidak hanya
a social phenomenon and involves much didapatkan dari pengalaman internal yaitu
more than simply the acquisition of product”. self experience atau diri sendiri, tetapi juga
Artinya, belanja adalah sebuah fenomena didapatkan dari pengalaman external yaitu
out-self experience atau wisatawan lain yang

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 123
Ranny Achni Novianti, Ridwan Purnama

pernah mengunjungi suatu daerah tujuan barang-barang mereka membeli ketika


wisatawan dengan rekomendasi melalui word melakukan shopping trips.”
of mouth. Berdasarkan yang telah dikemukakan
Menurut Timothy (2007:88), Timothy di atas, maka dapat menunjukkan
mengemukakan bahwa “shopping is on of the bahwa seorang turis yang dikelola dengan
oldest activities associated with, and one of baik pengalaman belanja yang dapat
the most common undertakings during, berfungsi sebagai alat untuk membangun
travel. For most tourist, in fact, a vacation citra yang lebih menguntungkan dari daerah
experience would be incomplete without tujuan wisata. Menurut Timothy (2007)
opportunities to shop.” menyiratkan bahwa pemahaman tentang
Menurut Timothy (2007:88), motivasi wisatawan mengunjungi tujuan
menyatakan bahwa “shopping experience is wisata, sangat penting bagi pemasar untuk
shopping refers to a contemporary mengembangkan citra yang lebih baik untuk
recreational activity involving looking, tujuan dan produk yang mereka
touching, browsing and buying, which helps mempromosikan, dan menilai kualitas
fulfil people’s need for enjoyment and layanan mereka. Jadi, dari adanya holistik
relaxation and which helps tourist escape sudut pandang, menggunakan setiap elemen
from their daily routines.” dari produk pariwisata memberikan
Shopping experience adalah aktivitas kontribusi untuk keseluruhan pengalaman
berbelanja yang mengacu kepada aktivitas perjalanan yang sangat penting untuk
rekreasi kontemporer yang melibatkan menetapkan tujuan yang lebih baik.
wisatawan untuk melihat, menyentuh, Pariwisata sebagai industri yang
mencari dan membeli, yang mana membantu makin berkembang merupakan suatu proses
memenuhi kebutuhan wisatawan untuk yang dapat menciptakan nilai tambah
menikmati dan mereksasikan dengan terhadap barang dan jasa baik yang nyata
membantu wisatawan melarikan diri dari (tangible product) maupun yang tidak nyata
aktivitas sehari-harinya. Penilaian mengenai (intangible product). Merek adalah produk
shopping experience diciptakan oleh kegiatan yang memiliki sifat intangible, merek tidak
pemasaran yang menyangkut harga, dapat dilihat namun dapat diukur dan dapat
karakteristik destinasi, merchandising, dilihat image dari merek tersebut.
keaslian dan karakter penjual menurut Image dapat diukur melalui pendapat,
wisatawan. Dimensi dari shopping kesan tanggapan seseorang dengan tujuan
experience Timothy (2007:88), diantaranya untuk mengetahui secara pasti apa yang ada
(1) Harga, (2) Karakteristik Destinasi, (3) dalam pikiran setiap individu mengenai suatu
Merchandising, (4) Keaslian, (5) Staff objek, bagaimana mereka memahami dan apa
Service Quality. yang disukai dari objek tersebut. Citra suatu
Menurut Timothy (2007), dapat objek tergantung persepsi yang diambil oleh
disimpulkan bahwa pengelola suatu objek seseorang yang mungkin persepsi sama
daerah tujuan wisata belanja harus berusaha dimiliki setiap orang.
memberikan image yang baik terhadap Brand image pada dasarnya adalah
wisatawan karena pengalaman berbelanja hasil pandang konsumen terhadap suatu
atau shopping experience merupakan salah merek tertentu, yang didasarkan atas
satu alat untuk membangun image daerah pertimbangan dan perbandingan dengan
tujuan wisata dengan baik”. Inidapat beberapa merek lainnya. Suatu merek yang
menunjukkanbahwaseorang turisyang telah mapan akan memiliki posisi yang kuat
dikelola dengan baikpengalaman belanja dalam persaingan bila didukung oleh asosiasi
yangdapat yang kuat. Berbagai asosiasi merek yang
berfungsisebagaialatuntukmembanguncitray saling berhubungan akan menimbulkan suatu
ang lebih menguntungkan rangkaian yang disebut brand image.
dariwisatatujuan.Menurut Timothy (2007) Brand image yang diteliti diadaptasi
mengemukakan bahwa “ produk yang dibeli dari teori brand image city, karena brand
oleh para wisatawan untuk alasan yang image dapat menjadi dasar untuk mengukur
berbeda dapat membantu tujuan brand image city. Pada prinsipnya penelitian
mengembangkan citra yang baik dipikiran ini dilakukan untuk melihat brand image
wisatawan dan teman-teman atau kerabat, suatu objek yaitu kawasan objek wisata
karena orang-orang pada umumnya, dan belanja Batik Trusmi. Menurut Jansson dan
wisatawan khususnya, cenderung berbagi Dominic (2006:7) dan Wanijiru (2005:85)
pengalaman mereka melalui foto, video, dan bahwa stength, favourability dan uniquenes

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 124
PENGARUH SHOPPING EXPERIENCE TERHADAP BRAND IAMGE KAWASAN OBJEK WISATA BELANJA BATIK
TRUSMI (Survei terhadap Pengunjung Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi Kabupaten Cirebon)

adalah kunci dari sebuah brand image. Brand menghubungkan kepada merek
image Destinasiadalah alat untuk memerlukan analisa yang seksama dari
memperkuat identitas lokal suatu destinasi, konsumen dan kompetisi untuk
dan sebagai salah satu ajang untuk menentukan yang optimal dalam
memperlihatkan atau mengidentifikasi ciri memposisikan merek. Pengertian yang
khas yang terdapatdalam destinasi tersebut. paling dasar, asosiasi merek yang baik
Sebuah brand image yang positif diciptakan dengan meyakinkan
diciptakan oleh program pemasaran yang konsumen bahwa merek memiliki
memiliki strength (kekuatan), favourable kesesuaian atribut dan cukup
(Keuntungan), dan uniqueness (Keunikan), meyakinkan bermanfaat.
terhadap merek didalam ingatan. Berikut 3. Uniqueness merupakan Merek
merupakan dimensi dari brand image mempunyai suatu keuntungan yang
menurut Jansson dan Dominic (2006). kompetitif atau rancangan penjualan
1. Strength merupakan suatu fungsi dari yang unik dan itu meberikan konsumen
jumlah atau kualitas, dari pengolahan suatu alasan mengapa mereka perlu
informasi, dari pengolahan informasi membeli merek tertentu.
seperti halnya dalam menerima Berdasarkan kerangka pemikiran
kealamian mutu, dalam pengolahan itu. diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
Semakin seseorang memikirkan adanya shopping experience maka dapat
informasi produk dan dijadikan sebagai upaya dalam membentuk
menghubungkannya dengan dan membangun brand image dari sebuah
pengetahuan merek yang ada, maka yang kawasan objek wisata atau destinasi wisata.
lebih kuat dapat menghasilkan asosiasi Berikut akan disajikan gambar kerangka
merek. pemikiran mengenai pengaruh shopping
2. Favourability adalah memilih asosiasi experience terhadap brand image pada
yang unik dan menguntungkan untuk Gambar 1 berikut.

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 125
Ranny Achni Novianti, Ridwan Purnama

Destination
Marketing Shopping experience

Medical Tourism Brand Image


Harga
Shopping tourism
Historical Tourism
Karakteristik Strength
Cullinary Tourism Shopping Destinasi
Marketing for experience
Hospitality and
Agritourism
Tourism Merchandising Favourability
(Sumber: Kotler,
Bowen & Shopping tourism Shopping
Maken, satisfaction
Keaslian
2009:18)
Volunteer Vacationing Uniqueness
(Sumber: Darren J.
Religious Pilgrimages Timothy, 2007) Staff Service
Quality

(Sumber: Kotler, (Sumber: Jansson &


Bowen Maken, Dominic, 2006:7 dan
2009:506) (Sumber: Darren J. Wanijiru, 2005:85)
Timothy, 2007:88)
Keterangan:

= Diteliti

= Proses

= Feed Back Feed Back

GAMBAR 1
KERANGKA PEMIKIRAN PENGARUH SHOPPING EXPERIENCE TERHADAP BRAND IMAGE KAWASAN OBJEK WISATA BELANJA BATIK
TRUSMI

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 126
PENGARUH SHOPPING EXPERIENCE TERHADAP BRAND IAMGE KAWASAN OBJEK WISATA BELANJA BATIK
TRUSMI (Survei terhadap Pengunjung Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi Kabupaten Cirebon)

2.2 Hipotesis Penelitian terikat (dependent variable) yang diteliti


Hipotesis merupakan jawaban adalah brand image (Y) yang meliputi
sementara terhadap masalah penelitian yang strength, favourability dan uniquenes.
dibangun berdasarkan kerangka pemikiran Responden yang menjadi unit analisis dari
tertentu yang kebenarannya perlu diuji secara penelitian ini adalah pengunjung kawasan
empiris. Terdapat premis-premis pendukung objek wisata belanja Batik Trusmi.
dari penelitian ini, sebagai berikut:
1. Tosun dan Fyall (2007) 3.2 Metode Penelitian
Suatu objek daerah tujuan wisata belanja 3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang
harus mampu memberikan image yang Digunakan
baik terhadap wisatawan karena Berdasarkan variabel-variabel yang
pengalaman berbelanja atau shopping diteliti maka jenis penelitian dari penelitian
experience merupakan salah satu alat ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.
untuk membangun image daerah tujuan Sugiyono (2008:35) mendefinisikan bahwa
wisata dengan baik. penelitian deskriptif adalah penelitian yang
2. Darren J. Timothy (2005) dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
Setiap elemen dari produk wisata mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa
memberikan kontribusi seluruhnya membuat perbandingan atau
terhadap pengalaman wisata yang sangat menghubungkan dengan variabel lain.
penting untuk membangun image Tujuan metode deskriptif menurut Mely
destinasi yang lebih baik dan dalam Ulber Silalahi (2009:27) adalah
mempunyai perbedaan dengan destinasi menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu
lain di seluruh dunia. individu, keadaan, gejala, atau kelompok
3. Kim dan Littrell (2007) tertentu, atau untuk menentukan frekuensi
Produkyang dibelioleh para wisatawan atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi
untuk alasan yang berbeda dapat adanya hubungan tertentu antara suatu gejala
membantu tujuan mengembangkan citra dan gejala lain. Penelitian deskriptif disini
destinasi yang baik di pikiran wisatawan bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau
dan teman-teman atau kerabat, karena gambaran mengenai shopping experience (X)
orang-orang pada umumnya, dan yang memiliki lima sub variabel yaitu harga
wisatawan khususnya, cenderung (X1), karakteristik destinasi (X2),
berbagi pengalaman mereka melalui merchandising (X3), keaslian (X4) dan staff
foto, video, dan barang-barang mereka service quality (X5). Kemudian objek
membeli ketika melakukan shopping penelitian yang menjadi variabel terikat
trips. (dependentvariable) adalah brand image (Y)
Berdasarkan beberapa teori yang telah sebagai variabel terikat yang memiliki
dijelaskan dan berdasarkan paradigma dimensiyang terdiri dari strength,
penelitian yang telah dianut di atas, maka favourabiity dan uniqueness.
penulis merumuskan hipotesis untuk Penelitian verifikatif merupakan
penelitian ini yaitu terdapat pengaruh secara penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
signifikan antara shopping experience pengaruh antara dua variabel atau lebih.
terhadap brand image baik secara simultan Dengan penelitian verifikatif maka akan
maupun parsial. dapat dibangun suatu teori yang dapat
berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan,
dan mengontrol suatu gejala (Sugiyono,
III. METODE PENELITIAN 2008:11). Selanjutnya menurut Suharsimi
3.1 Objek Penelitian Arikunto (2009:8) memaparkan bahwa sifat
Penelitian ini menganalisis mengenai penelitian verifikatif pada dasarnya ingin
pengaruh shopping experience terhadap menguji kebenaran dari suatu hipotesis
brand image kawasan objek wisata belanja penelitian yang dilakukan melalui
Batik Trusmi. Selanjutnya penelitian ini akan pengumpulan data di lapangan, dalam
meneliti dua variabel inti, yaitu variabel penelitian ini di uji pengaruh shopping
bebas dan variabel terikat. experience terhadap brand image kawasan
Variabel bebas (independent variable) objek wisata belanja Batik Trusmi.
yang diteliti yaitu shopping experience (X) Berdasarkan jenis penelitian
yang meliputi harga (X1), karakteristik deskriptif, metode penelitian yang digunakan
destinasi (X2), merchandising (X3), keaslian adalah metode deskriptif survey dan metode
(X4) dan staff service quality (X5). Variabel explanatory survey untuk menjelaskan

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 127
Ranny Achni Novianti, Ridwan Purnama

hubungan antara variabel-variabel melalui dalam jangka waktu panjang. Pada penelitian
pengujian hipotesis. Metode tersebut dengan pembelian metode ini, informasi dari
dipergunakan untuk menjelaskan hubungan sebagian populasi dikumpulkan langsung
antara variabel-variabel penelitian melalui ditempat kejadian secara empirik dengan
pengujian hipotesis. Menurut Sugiyono tujuan untuk mengetahui pendapat dari
(2008:11) yang dimaksud dengan metode sebagian populasi terhadap objek yang
survei yaitu ” Metode survei digunakan untuk sedang diteliti.
mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti 3.2.2 Operasionalisasi Variabel
melakukan perlakuan dalam pengumpulan Penelitian ini meliputi dua variabel,
data, misalnya dengan mengedarkan yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
kuesioner, test, wawancara terstruktur dan Variabel bebas (X) yang diteliti dalam
sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam penelitian ini adalah shopping experience
eksperimen).” dengan yang memiliki lima sub variabel yang
Penelitian yang menggunakan metode terdiri dari harga (X1), karakteristik destinasi
ini, melakukan kegiatan pengumpulan (X2), merchandising (X3), keaslian (X4) dan
informasi dari sebagian populasi secara staff service quality (X5). Kemudian objek
langsung di tempat kejadian (empirik) penelitian yang menjadi variabel terikat (Y)
dengan tujuan untuk mengetahui pendapat yang diteliti adalah brand imageyang
dari sebagian populasi terhadap objek yang memiliki dimensi yang terdiri dari strength,
sedang diteliti. favourability dan uniquenes.
Metode pengembangan yang Pengoperasian variabel dari kedua
dipergunakan adalah cross sectional method. variabel yang dijadikan objek pada penelitian
Menurut Husein Umar (2009:42), cross ini menggunakan skala ordinal.
sectional method yaitu metode penelitian Operasionalisasi variabel penelitian disajikan
dengan cara mempelajari objek, dalam kurun pada Tabel 2.
waktu tertentu tidak berkesinambungan

TABEL 2
OPERASIONALISASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel/ Sub
Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala
Variabel
1 2 3 4 5
Shopping Pengalaman berbelanja adalah
Experience (X) kegiatan belanja yang merupakan
aktivitas kontemporer rekreasi yang
didalamnya termasuk melihat,
menyentuh, mencari dan membeli,
dimana orang-orang atau wisatawan
untuk merasa nyaman dan santai serta
membantu wisatawan untuk sejenak
melupakan aktivitas sehari-hari.
(Darren J. Timothy, 2007:88)
Harga (X.1)  Daya tarik harga  Daya tarik harga Ordinal
yang ditawarkan yang ditawarkan

 Kesesuaian  Tingkat Ordinal


harga yang kesesuaian harga
ditawarkan yang ditawarkan
dengan produk dengan produk

 Keragaman  Tingkat Ordinal


harga yang keragaman harga
ditawarkan yang ditawarkan

Karakteristik  Kenyamanan  Tingkat Ordinal


Destinasi (X.2) showroom atau kenyamanan
toko showroom atau
toko
 Kepopuleran  Tingkat Ordinal
objek wisata kepopuleran objek
dengan batiknya wisata dengan
batiknya

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 128
PENGARUH SHOPPING EXPERIENCE TERHADAP BRAND IAMGE KAWASAN OBJEK WISATA BELANJA BATIK
TRUSMI (Survei terhadap Pengunjung Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi Kabupaten Cirebon)

Variabel/ Sub
Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala
Variabel
1 2 3 4 5
 Kesesuaian jam  Tingkat Ordinal
buka showroom Kesesuaian jam
atau toko buka showroom
atau toko

 Kemudahan  Tingkat Ordinal


menjangkau kemudahan akses
lokasi kawasan menuju kawasan

Merchandising  Keberagaman  Tingkat Ordinal


(X.3) jenis produk keberagaman jenis
batik produk batik

 Keberagaman  Tingkat Ordinal


souvenir atau keberagaman
kerajinan souvenir atau
tangan yang kerajinan tangan
diberikan yang diberikan

 Kemenarikan  Tingkat Ordinal


souvenir atau kemenarikan
kerajinan tangan souvenir atau
yang diberikan kerajinan tangan
yang diberikan

 Keberagaman  Tingkat Ordinal


motif batik keberagaman
Trusmi motif batik Trusmi

Keaslian (X.4)  Product  Tingkat keunikan Ordinal


Uniqueness motif batik Trusmi

 Tingka. Keunikan Ordinal


souvenir

 Aesthetics  Daya tarik visual Ordinal


batik/souvenir

 Workmanship  Tingkat kualitas Ordinal


batik Trusmi

 Tingkat kualitas Ordinal


souvenir

Staff Service  Pengetahuan  Tingkat Ordinal


Quality (X.5) karyawan pengetahuan
terhadap produk karyawan
terhadap produk

 Kemampuan  Tingkat Ordinal


karyawan dalam kemampuan
berbahasa karyawan dalam
berbahasa

 Kesopanan  Tingkat Ordinal


sikap yang kesopanan sikap
diperlihatkan yang diperlihatkan
karyawan karyawan

 Tingkat Ordinal
keramahan
karyawan

 Daya tanggap Ordinal


karyawan

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 129
Ranny Achni Novianti, Ridwan Purnama

Variabel/ Sub
Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala
Variabel
1 2 3 4 5
Brand Image Brand image menjelaskan faktor-
(Y) faktor luar daripada produk atau jasa,
termasuk bagaimana brand image
menemukan jalannya sendiri untuk
kebutuhan fisik dan sosial. (Kotler
dan Keller, 2009:285)

Strength  Tingkat kekuatan Ordinal


ingatan wisatawan
terhadap kawasan
objek wisata
belanja Batik
Trusmi

 Tingkat kekuatan Ordinal


ingatan wisatawan
terhadap motif
batik Trusmi

 Tingkat kekuatan Ordinal


informasi yang
disampaikan
kepada wisatawan

 Tingkat kekuatan Ordinal


pemahaman
informasi yang
disampaikan
kepada wisatawan

Favorability  Tingkat Ordinal


kemenarikan
merek yang
ditawarkan batik
Trusmi

 Tingkat Ordinal
keungguan batik
Trusmi
dibandingkan
dengan batik lain

 Tingkat Ordinal
kemenarikan
informasi yang
diberikan kepada
wisatawan

Uniqueness  Tingkat keunikan Ordinal


motif batik yang
ditawarkan

 Tingkat keunikan Ordinal


bahan dasar batik
yang ditawarkan

 Tingkat keunikan Ordinal


arsitektur
showroom batik

3.2.3 Metode Penarikan Sampel dalam penelitian ini sebesar 100 sampel dari
Sampel dalam penelitian ini yaitu jumlah populasi wisatawan nusantara pada
pengunjung Kawasan Objek Wisata Belanja tahun 2010 sebanyak 165.386 dengan
Batik Trusmi. Jumlah sampel yang diambil menggunakan rumus Slovin.

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 130
PENGARUH SHOPPING EXPERIENCE TERHADAP BRAND IAMGE KAWASAN OBJEK WISATA BELANJA BATIK
TRUSMI (Survei terhadap Pengunjung Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi Kabupaten Cirebon)

X1

3.2.4 Prosedur Pengumpulan Data 


Pengumpulan data yang dilakukan
X2
penulis menggunakan teknik sebagai berikut.:
1. Wawancara
2. Observasi
3. Studi literatur
4. Angket/kuesioner X3
Y

3.2.5 Pengujian Hipotesis X4


Teknik untuk menguji data yang
digunakan dalam penelitian kuantitatif ini
adalah metode analisis verifikatif. maka
dilakukan analisis jalur (path X5
analysis).Dalam Hal ini jalur yang digunakan
untuk menentukan besarnya variabel GAMBAR 3
indipenden (X1. X2. X3. X4. X5) dimana DIAGRAN JALUR STRUKTUR
hargasebagai X1, karakteristik destinasiX2, HIPOTESIS UTAMA
merchandising X3, keaslianX4, dan staff
service quality X5 terhadap Y baik secara IV. HASIL PENELITIAN DAN
langsung maupun tidak langsung. Pengujian PEMBAHASAN
hipotesis dilakukan dengan menggambar 4.1 Tanggapan Responden Terhadap
struktur hipotesis Promotion Mix
Tanggapan responden dari kelima
 shopping experience yaitu harga,
karakteristik destinasi, merchandising,
keaslian dan staff service quality. Keaslian
batik Trusmi memiliki skor tertinggi yaitu
X Y 2008 atau sebesar 24,80% untuk
GAMBAR 2 mempengaruhi wisatawan datang ke
STRUKTUR HUBUNGAN KAUSAL Kawasan Objek Wisata Belanja batik Trusmi.
ANTARA X DAN Y Keaslian batik Trusmi dapat dilihat dari cara
pengerjaannya, nilai budaya dan sejarahnya,
Struktur Hubungan antara X dan Y jaminan keasliannya, keunikan produknya
diuji melalui analisis jalur dengan hipotesis dan fungsi serta manfaat produknya. Menurut
yang berbunyi terdapat pengaruh yang Darren J. Timothy (2005:78) menyebutkan
signifikan antara shopping experience yang bahwa keunikan produk merupakan
terdiri dari harga (X1), karakteristik destinasi komponen penting dalam membuat sesuatu
(X2), merchandising (X3), keaslian (X4) dan yang otentik di mata banyak wisatawan dan
staff service quality (X5) dan brand image menarik persepsi wisatawan.
(Y). Selanjutnya struktur hubungan diatas
diterjemahkan kedalam hipotesis yang 4.2 Tanggapan Responden Terhadap
menyatakan pengaruh variabel bebas yang Keputusan Berkunjung
dominan terhadap variabel terikat. Untuk Tanggapan responden dari ketiga
lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3 brand image yaitu strength, favourability dan
Berikut. uniqueness yang tertinggi adalah strength
yaitu dengan skor 1351 atau sebesar 40,83%.
Hal ini dikarenakan kekuatan ingatan
wisatawan mengenai Kawasan Objek Wisata
Belanja Batik Trusmi sangat kuat karena
kawasan Trusmi merupakan andalan dan
satu-satunya kawasan objek wisata batik di
Kabupaten Cirebon. Sedangkan tanggapan
responden yang terendah adalah favourability
dengan skor 817 atau sebesar 24,70%. Hal

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 131
Ranny Achni Novianti, Ridwan Purnama

tersebut dikarenakan kurang beragamnya Pengujian hipotesis untuk menguji


motif batik Trusmi, karena batik Trusmi besarnya pengaruh shopping experience yang
masih melestarikan motif-motif yang telah terdiri dari harga(X1.1), karakteristik
ada dan kurang diperkenalkannya motif baru destinasi (X1.2), merchandising (X1.3),
sehingga wisatawan merasa kurang tertarik kaeslian (X1.4), dan staff service quality
dengan motif yang baru. (X1.5) terhadap brand image (Y). Hasil
korelasi antara shopping experience dengan
4.3 Pengaruh Promotion Mix Terhadap brand image dalam Tabel 3 berikut ini:
Keputusan Berkunjung

TABEL 3
MATRIKS KORELASI ANTARA SUB VARIABEL SHOPPING
EXPERIENCE DENGAN BRAND IMAGE

Y X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5


- -
Y
1 0,414 0,337 0,201 0,773 0,003
- -
X1.1
0,414 1 0,638 0,098 0,217 0,025
-
X1.2
0,337 0,638 1 0,009 0,322 0,034
- - -
X1.3
0,201 0,098 0,009 1 0,031 0,022
-
X1.4
0,773 0,217 0,322 0,031 1 0,109
- - - - -
X1.5
0,003 0,025 0,034 0,022 0,109 1
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2011

Berdasarkan matriks korelasi antara (0,003). Berikut disajikan pengujian


sub variabel shopping experience terhadap koefisien jalur setiap sub variabel shopping
brand image diperoleh hasil korelasi secara experience dan kontribusi secara langsung
berurutan yaitu, harga (0,414), karakteristik maupun tidak langsung setiap sub variabel
destinasi(0,337), merchandising (0,201), shopping experience terhadap brand image
keaslian (0,773), dan staff service quality pada tabel berikut.

TABEL 4
HASIL PENGUJIAN KOEFISIEN JALUR SERTA PENGARUH LANGSUNG DAN
TIDAK LANGSUNG VARIABEL SHOPPING EXPERIENCE TERHADAP BRAND
IMAGE
Pengaruh Pengaruh Tidak Langsung Melalui
Langsung thitung
X R2YX1.1,.....YX1.5 Sig. Keputusan
terhadap X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5
Y
X1.1 0,082 - -0,057 0,0045 -0,059 -0,093 0,1185 3,958 0,000 Ho ditolak
X1.2 0,007 -0,057 - -0,004 0,053 0,058 -0,0261 -1,135 0,259 Ho diterima
X1.3 0,037 0,004 -0,0035 - -0,0039 -0,0033 0,0384 -3,468 0,001 Ho ditolak
5
X1.4 0,567 0,059 0,053 -0,004 - 0,037 0,583 12,787 0,000 Ho ditolak
X1.5 0,006 -0,023 0,058 -0,003 0,037 - 0,001 1,408 0,162 Ho diterima
R2 0,7148
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2010

Pengujian hipotesis melalui uji pengaruh yang signifikan antara harga,


signifikansi dan uji-t menghasilkan merchandising dan keaslian terhadap brand
penolakan terhadap Ho untuk harga, image. Sedangkan Ho diterima untuk
merchandising, dan keaslian, karena nilai karakteristik destinasi dan staff service
signifikansi lebih kecil dibandingkan dengan quality yang berarti bahwa tidak terdapat
0,1. Hal tersebut berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara karakteristik

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 132
PENGARUH SHOPPING EXPERIENCE TERHADAP BRAND IAMGE KAWASAN OBJEK WISATA BELANJA BATIK
TRUSMI (Survei terhadap Pengunjung Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi Kabupaten Cirebon)

destinasi dan staff service quality terhadap merchandising (X1.2), dan keaslian (X1.3),
brand image. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap brand image dengan menggunakan
di atas dapat diketahui bahwa pengaruh model trimming disajikan dalam Tabel 5
shopping experienceterhadap brand image berikut ini:
adalah sebesar 0,7148 sedangkan koefisien
jalur variabel lain di luar variabel shopping
experience yaitu harga, merchandising, dan TABEL 5
keaslian ditentukan melalui: MATRIKS KORELASI ANTARA SUB
VARIABEL SHOPPING EXPERIENCE
PZ  1  R 2 Y ( X 1.1,.... X 1.5) DENGAN BRAND IMAGE
 1  0,714 8 MENGGUNAKAN MODEL TRIMMING
Y X1.1 X1.3 X1.4
 0,2852 -
Y
Hal tersebut berarti bahwa X1.1 1 0,414 0,201 0,773
sampai X1.5 bersama-sama mempengaruhi -
X1.1
brand image sebesar 71,48% dan sisanya 0,414 1 0,098 0,217
sebesar (0,2852)2 = 0,0813 x 100% = 8,13% - -
dipengaruhi faktor lain yang tidak masuk ke X1.3
0,201 0,098 1 0,031
dalam penelitian ini seperti promotion mix, X1.4 0,773 0,217 0,031 1
pengembangan produk, strategi penetapan Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2010
harga, dan program pemasaran lainnya di Berdasarkan hasil matriks korelasi
Kawasan Objek Wisata Belanja Batik antara sub variabel shopping experience yaitu
Trusmi. harga, merchandising, dan keaslian terhadap
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis brand image diperoleh hasil korelasi secara
tersebut, terdapat dua sub variabel shopping berurutan yaitu harga(0,414), merchandising
experience yang tidak signifikan yaitu (-0,201), dan keaslian (0,773).
karakteristik destinasi dan staff service Keaslian tetap memperoleh korelasi
quality. Oleh karena itu, sub variabel yang terbesar, dengan nilai korelasi (0,773). Hal
tidak signifikan tersebut dihilangkan dalam tersebut dikarenakan keaslian Kawasan
penghitungan selanjutnya. Metode ini dalam Objek Wisata Belanja Batik Trusmiseperti
kajian path analysis disebut dengan model keunikan motif batik, kualitas batik, daya
trimming yaitu ”Deleting one path at a time tarik visual batik, kualitas keunikan souvenir
until a significant chi-square difference dan kualitas souvenir, mampu menarik
indicates trimming has gone too far. A non- wisatawan untuk datang berkunjung dan
significant chi-square difference means the berbelanja. Wisatawan akan lebih tertarik
researcher should choose the more dengan keaslian produk batik Trusmi
parsimonious model” (Garson, 2009). Dalam sehingga wisatawan akan datang berkunjung
hal ini model trimming dilakukan guna dan berbelanja ke Kawasan Objek Wisata
menghindari hasil yang tidak signifikan Belanja Batik Trusmi.
terhadap sub variabel shopping experience Berikut disajikan pengujian koefisien
yang disebabkan oleh dua sub variabel jalur setiap sub variabel shopping experience
tersebut sehingga data yang diperoleh diolah dan kontribusi secara langsung maupun tidak
kembali. Pengujian hipotesis selanjutnya langsung setiap sub variabel shopping
hanya terdiri dari tiga sub variabel yaitu experience terhadap brand image
harga, merchandising, dan keaslian. menggunakan model trimming pada Tabel 6
Hasil korelasi antara shopping sebagai berikut:
experience yang terdiri dari harga (X1.1),

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 133
Ranny Achni Novianti, Ridwan Purnama

TABEL 6
HASIL PENGUJIAN KOEFISIEN JALUR SERTA PENGARUH LANGSUNG DAN
TIDAK LANGSUNG VARIABEL SHOPPING EXPERIENCE TERHADAP BRAND
IMAGE MENGGUNAKAN MODEL TRIMMING
Pengaruh Pengaruh Tidak Langsung
Langsung Melalui R2YX1.1,.....YX1. thitung
X Sig. Keputusan
terhadap 5
X1.1 X1.3 X1.4
Y
X1.1 0,414 - -0,098 0,217 0,189 4,110 0,000 Ho ditolak
X1.3 -0,201 -0,098 - 0,031 0,015 -3,577 0,001 Ho ditolak
X1.4 0,773 0,217 0,031 - 0,574 12,731 0,000 Ho ditolak
R2 0,778
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2010

Berdasarkan hasil perhitungan di atas Kawasan Objek Wisata Belanja Batik


setalah dilakukan proses trimming dapat Trusmi mendapatkan penilaian yang
diketahui bahwa pengaruh shopping baik dari wisatawan. Indikator yang
experience terhadap brand image adalah mendapat penilaian skor rata-rata
sebesar 0,778 sedangkan koefisien jalur tertinggi adalah strength melalui
variabel lain diluar shopping experience yaitu kekuatan wisatawan mengenai Kawasan
harga, merchandising, dan keaslian Objek Wisata Belanja Batik Trusmi
ditentukan melalui. dengan total skor 1351 atau sebesar
40,83% sedangkan yang mendapatkan
PZ  1  R 2Y ( X 1.1,.... X 1.5) penilaian terendah adalah favourability
dengan total skor 817 atau sebesar
 1  0,778 24,70%.
 0,222 3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
yang telah dilakukan, bahwa terdapat
Hal tersebut berarti bahwa X1.1, X1.3 pengaruh yang positif antara shopping
dan X1.4 bersama-sama mempengaruhi experience terhadap brand image di
brand image sebesar 77,8% dan sisanya Kawasan Objek Wisata Belanja Batik
sebesar (0,222)2 = 0,0492 x 100% = 4,92% Trusmi. Pernyataan tersebut dapat
dipengaruhi faktor lain yang tidak masuk ke dibuktikan pada hasil pengujian
dalam penelitian ini. hipotesis yang telah dilakukan dimana
secara keseluruhan nilai t hitung yang
V. KESIMPULAN diperoleh melalui analisis path lebih
Berdasarkan hasil penelitian secara besar dibandingkan dengan t tabel, artinya
deskriptif dan verifikatif dapat disimpulkan semakin baik shopping experience yang
sebagai berikut: dilakukan maka akan semakin
1. Pelaksanaan shopping experience di mempengaruhi brand image di Kawasan
Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Objek Wisata Belanja Batik Trusmi
Trusmi terdiri dari harga, karakteristik
destinasi, merchandising, keaslian, dan DAFTAR PUSTAKA
staff service quality memiliki penilaian
yang baik dari wisatawan. Sub variabel Asep Hermawan, (2006), Penelitian Bisnis
yang mendapat penilaian skor rata-rata Paradigma Kuantitatif, Jakarta,
tertinggi adalah keaslian melalui Grasindo.
keunikan motif batik dan souvenir, Atila Yuksel, School of Tourism and Hotel
kualitas batik dan souvenir, dan daya Management, Adnan Menderes
tarik visual batik dan souvenir dengan University, Candan Tarhan Bulvari,
total skor 2008 atau sebesar 24,80 % Turkey, 2005. Tourist Shopping
sedangkan yang mendapatkan penilaian Habitat: Effect on Emotions,
terendah adalah harga dengan total skor Shopping Value and Behaviors.
1130 atau sebesar 13,96%. David R. Bell and James M. Lattin,
2. Penilaian wisatawan mengenai brand Andersson School of Management,
image yang terdiri dari strength, University of California-Los
favourability dan uniqueness di Angeles, 2008. Shopping Behavior

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 134
PENGARUH SHOPPING EXPERIENCE TERHADAP BRAND IAMGE KAWASAN OBJEK WISATA BELANJA BATIK
TRUSMI (Survei terhadap Pengunjung Kawasan Objek Wisata Belanja Batik Trusmi Kabupaten Cirebon)

and Consumer Preference for Store Future of Leisure Services.


Price Format: Why “Large Basket” Romanian American University.
Shopper Prefer EDLP. Sugiyono, (2008), Metodologi Penelitian
Fandy Tjiptono Gregorius Chandra dan Dedi Bisnis, Bandung, Alfabeta.
Adriana (2008). Pemasaran ________, (2010), Metode penelitian
Strategik. Yogyakarta. kuantitatif kualitatif dan R&D,
Garson, David. 2009. Diakses melalui Bandung, Alfabeta.
http://faculty.chass.nscu.edu/garson ________, (2010), Statistika Untuk
/ /PA765/Structur.htm pada tanggal Penelitian, Bandung, Alfabeta.
2 Maret 2010. Suharsimi Arikunto, (2006), Prosedur
Harun Al Rasyid, (1994), Teknik Penarikan Penelitian: Suatu Pendekatam
Sampel dan Penyusunan Skala, Praktek (Edisi Revisi 5), Jakarta,
Bandung, Program Studi Ilmu PT. Rineka Cipta
Sosial Bidang Kajian Utama Ekonomi USU, Medan, (2008). Destination
Sosiologi Antropologi Program Brand: Membangun Keunggulan
Pasca Sarjana UNPAD. Bersaing Dearah.
Husein Umar, (2008), Metode Penelitian Timothy, Darren J., 2005, Shopping
Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Tourism, Retailing and Leisure.
Edisi Kedua, Jakarta, Rajawali Pers. Channel View: Clevendon, UK.
J.R. Short, L.M. Benton, W.B. Luce and Tosun C. dan Darren J. Timothy, 2007,
J.Walton, Department of Tourist Shopping Experience and
Geography, Syracuse University, Satisfaction. Wiley InterScience.
Syrause, 2003. Reconstructing The Ulber Silalahi, (2009), Metode Penelitian
Image of an Industrial City. Sosial, Bandung, Refika Aditama.
Jansson, Johan and Dominic Power, 2006, Uma Sekaran, (2006), Metode Penelitian
Image of The City. Untuk Bisnis, Jakarta, Salemba
Kotler, Bowen & Maken, 2011, Marketing Empat.
for Hospitality and Tourism, New Wanjiru, Evalyne, 2005, Branding African
Jersey, Upper Saddle River. Country: A Prospect for The Future.
Kevin, Keller, 2007, Strategy Business
Mamagement, Jakarta, Gramedia Website:
Pustaka Utama. www.detik.com diakses pada tanggal 2 April
Kotler, Philip and Keller Kevin Lane, 2009, 2010
Marketing Management, (thirdteen www.bennythegreat.wordpress.com diakses
ed), New Jersey, Prentice Hall. pada tanggal 2 April 2010
Marie Elka Simatupang, (2008), www.kartikablog.com diakses pada tanggal
Pengembangan Ekonomi Kreatif 2 April 2010
Indonesia Edisi 2, Jakarta, www.noem3d.wordpress.com diakses pada
Departemen Perdagangan tanggal 2 April 2010
Indonesia. www.rinafebrianiblog.com diakses pada
Nyoman S.Pendit, (2003), Ilmu Pariwisata: tanggal 17 Februari 2010
Sebuah Pengantar Perdana, www.rumahaulia.com diakses pada tanggal
Jakarta, PT. Percetakan Penebar 5 Juli 2010
Swadaya. www.thearoengbinangtravelog.com diakses
I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, (2009), pada tanggal 2 April 2010
Pengantar Ilmu Pariwisata,
Yogyakarta, Andi Offset.
I Gde Pitana dan Gayatri, (2005), Sosiologi
Pariwisata, Yogyakarta, Andi
Offset.
Raluca C. Dridea,. Sztruten Gina, 2009, The
Impact of Shopping Tourism on The

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 135
Ranny Achni Novianti, Ridwan Purnama

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 2, 2011 - 136

You might also like