You are on page 1of 6

1

PENGEMBANGAN DAN PENGERUTAN

(Development and Shrinking)

Yuliana Mahmuddin 1*, A.Asri Mulyani P.M 2


1
Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar
2
Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar
*
yuliana260818@gmail.com

ABSTRACT
Soil can expand during the wetting process and contract during the drying process. The nature of this
expansion and contraction will be influenced by the content and type of clay contained in the soil. The
higher the clay content of a soil, the higher the capacity to expand or contract the soil and vice versa. Unlike
the clay content, high organic matter content in the soil will actually reduce the swelling and shrinking
power of a soil. The purpose of conducting the Soil Development and Shrinkage practicum is to demonstrate
the swelling and shrinkage properties of the soil and to measure the extent of expansion and shrinkage based
on the coefficient of linear extensibility (COLE). The result obtained from the practicum is that the soil
experiences expansion and shrinkage. Based on the results of the practicum that has been carried out, it can
be concluded that development usually occurs when the soil is wet and shrinkage occurs when the soil is
dry. In addition, the size of the pores also affects the expansion and shrinkage, where shrinkage is
a condition in which the soil experiences cracks, which are caused because the space or soil pores
are not filled with sufficient water. The amount of expansion and shrinkage is expressed by COLE
(Coefficient of Linear Extensibility).

Keywords: Clay, COLE, Expand, Shrivel, Soil

PENDAHULUAN
Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada
musim hujan karena tanah basah maka tanah mudah mengembang dan pada musim
kemarau/kering karena tanah mengerut, maka tanah menjadi pecah-pecah. Besarnya
pengembangan dan pengerutan dinyatakan dengan COLE (Coefficient of Linier Extensibility) atau
PVC (Potencial Volume Change). Mineral liat silikat mempunyai struktur berlapis-lapis.
Berdasarkan atas banyaknya lapisan ini, maka tanah mempunyai beberapa tipe yaitu
tipe 1 : 1 dan 2 : 1 serta 2 : 2. Antara lapisan-lapisan ini terdapat ruang atau kisi-kisi
tempat keluar masuk air dan udara menyebabkan tanah mengembang jika basah dan
2

mengerut bila kering. Besarnya pengembangan dan pengerutan tanah dinyatakan dengan COLE
dan PVC. Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah (Pedologi) sedang PVC
digunakan dalam bidang Engineering (pembuatan jalan, gedung-gedung) (Hardjowigeno, 2010).
Sifat mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relatif, terutama yang berada
diantara satuan-satuan struktural misel. Jika kisi hablur lempung mengembangkan terjadi
pengerutan pada waktu terjadi pembasahan oleh air. Setelah mengalami kekeringan sesuatu tanah
yang cukup lama akan mengalami retak yang cukup dalam, sehingga hujan pertama mudah masuk
ke dalam tanah (Buckman et al., 2010).
Derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah untuk mengembang dan mengerut. Mengetahu
derajat kerut suatu tanah akan mempermudah untuk mengetahui kandungan bahan organik dalam
tanah tersebut. Berbeda dengan kandungan liat, kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah
justru akan menurunkan daya mengembang dan mengerut suatu tanah (Pratama, 2015).
Tanah dapat mengembang pada saat proses pembasahan dan mengerut pada proses pengeringan.
Sifat mengembangan dan mengerut ini akan dipengaruhi oleh kandungan dan tipe liat
yang dikandung oleh tanah. Semakin tinggi kandungan liat suatu tanah maka semakin
tinggi pula kapasitas mengembang / mengerut tanah itu begitupun sebaliknya. Sifat mengembang
dan mengerut tanah ini mempunyai implikasi terhadap sifat mekanik tanah, sifat
edapologis, dan agronomis (Gusli, 2019).
Sifat mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relatif, terutama yang berda
diantara satuan–satuan struktural misel. Jika kisi hablur lempung mengembang akan terjadi
pengerutan pada waktu terjadi pembahasan oleh air. Setelah mengalami kekeringan, suatu tanah
yang cukup lama akan mengalami retak yang cukup dalam, sehingga hujan pertama mudah masuk
ke dalam tanah (Buckman et al,. 2010).
Pengerutan biasanya terjadi pada musim kemarau atau musim kering. Pengerutan adalah
keadaan dimana tanah mengalami retakan–retakan, yang disebabkan oleh karena ruang atau pori
tanah tersebut tidak terisi oleh air yang cukup. Pengerutan pada tanah akan mengakibatkan
terjadinya pematahan pada akar tanaman (Hardjowigeno, 2014).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengembang yaitu, sebagian pengembangan terjadi
karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan tanah dalam
kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertartiknya air ke dalam koloid-koloid dan ion-
3

ion yang terabsorpsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika
memasuki pori tanah (Hakim et al,.2009).
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan praktikum Pengembangan dan Pengerutan
untuk mendemonstrasikan sifat mengembang dan mengerut tanah dan mengukur besarnya
pengembangan dan pengerutan berdasarkan koefisien pengembangan linier (coefficient of linear
extensibility – COLE).
Tujuan
Praktik ini bertujuan:
• Mendemonstrasikan sifat mengembang dan mengerut tanah;
• Mengukur besarnya pengembangan dan pengerutan berdasarkan koefisien pengembangan
linier (coefficient of linear extensibility – COLE).

METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Praktikum Pengembangan dan Pengerutan dilaksanakan di BTP Buntusu permai Blok B1 N0.2.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu , 27 Oktober 2021, pukul 19.00-22.00 WITA.
Alat
Peralatan yang digunakan meliputi:
• COLE device (cawan COLE), atau botol air mineral sekitar 200-300 mL yang dibelah dua.
• Spatula, dan
• Mistar dengan panjang 30 cm, berskala mm.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari:
• Sampel tanah terombak yang mewakili kapasitas pengembangan yang kontras (nilai COLE
tinggi, sedang dan rendah);
• Air; dan
• Gemuk (atau krim rambut, bila tidak ada gemuk).
4

Prosedur kerja
1. Siapkan COLE device atau cawan atau botol air mineral yang telah dibelah dua yang bagian
dalamnya telah diolesi gemuk.
2. Lumatkan (remold) secara merata sekitar 500 g (atau secukupnya) masing-masing sampel
tanah kering udara yang telah disiapkan hingga tanah berbentuk pasta (sekitar liquid limit stage
atau batas cair) yang halus tanpa agregat.
3. Dengan spatula, masukkan pasta tanah ini ke dalam COLE device.
4. Biarkan tanah mengering di dalam ruangan (jangan dimasukkan ke dalam oven).
5. Setelah tanah mengering (sekitar 1 minggu), ukur panjang tanah, lalu catatkan dalam lembar
data. Hitung COLE dengan rumus.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 4 pengukuran kadar air tanah dengan metode gravimetri

Kode sample Li (cm) Lf(cm) Cole

1 20 cm 19 cm 5

2 20 cm 18 cm 10
Keterangan kode sample:
1. Pondok Nuria, Jl. Politeknik No.40, Tamalanrea Indah, Kec. Tamalanrea, Kota Makassar,
diambil pada kedalaman 3-5 cm.
Koordianat -5.133008,119.482809
2. Pondok 2 putra, jl. Sejati Kera kera, Tamalanrea indah, kec. Tamalanrea , kota makassar
diambil pada kedalaman 2-4 cm.
Koordinat -5.127856,119.483537
Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui metode yang dilakukan yaitu
dengan menggunakan 2 sampel tanah yang kemudian diberi air secukupnya hingga menjadi pasta
lalu di simpan dalam COLE device yang telah diolesi minyak, selanjutnya akan dikeringkan
selama kurang lebih 1 minggu. Tanah yang digunakan pada praktikum Pengembangan dan
Pengerutan Tanah adalah tanah bertekstur kasar dan halus. Tanah akan mengalami pengembangan
5

saat diberi air dan akan mengalami pengerutan disaat telah dikeringkan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Gusli (2019), bahwa tanah dapat mengembang pada saat proses pembasahan dan
mengerut pada proses pengeringan. Sifat mengembangan dan mengerut ini akan dipengaruhi oleh
kandungan dan tipe liat yang dikandung oleh tanah. Semakin tinggi kandungan liat suatu tanah
maka semakin tinggi pula kapasitas mengembang / mengerut tanah itu begitupun sebaliknya.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari pengamatan selama 1 minggu yaitu kedua sampel
tanah mengalami pengembangan dan pengerutan, dimana pada saat proses pembasahan tanah
terjadi pengembangan pada tanah dan setelah dilakukan pengeringan kurang lebih 1 minggu terjadi
pengerutan pada tanah dimana kedua sampel tanah mula-mulanya memiliki panjang 20 cm ketika
telah dikeringkan mengalami pengurangan panjang akibat pengerutan yaitu sampel tanah
bertekstur kasar berukuran 19 cm dan tanah bertekstur halus berukuran 18 cm. keadaan tersebut
dipengaruhi oleh sifat fisik tanah yaitu kelembapan tanah dan tekstur tanah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Zakaria (2017) yang menyatakan bahwa pengerutan dan pengembangan tanah dapat
dilihat dari kelembapan tanah tersebut. Jika tanah kelembapan tanah tersebut rendah atau dalam
keadaan kering tanah tersebut akan mengalami pengerutan, sebaliknya jika kelembapan tanah
tersebut tinggi atau dalam keadaan basah maka tanah tersebut akan mengalami pengembangan.

KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengembangan
biasanya terjadi pada saat tanah basah dan pengerutan terjadi pada saat tanah kering. Selain itu
luasnya pori juga mempengaruhi pengembangan dan pengerutan, dimana pengerutan adalah
keadaan dimana tanah mengalami retakan–retakan, yang disebabkan oleh karena ruang atau pori
tanah tersebut tidak terisi oleh air yang cukup. Besarnya pengembangan dan pengerutan
dinyatakan dengan COLE (Coefficient of Linier Extensibility).
6

DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O., and Brady. 2010. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara: Jakarta
Gusli, S. 2019. Modul Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Departemen Ilmu Tanah.
Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin
Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong,
H. H. Bailey, 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hardjowigeno. S., 2010. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta
Pratama, W.M. 2015. Derajat kerut Tanah. Purwokerto: Fakultas Pertanian. Universitas Jendral
Soedirman. Kemenristekdikti.
Zakaria. Zulfialdi. 2017. Potensi Mengembang Tanah Lempung di Wilayah Kampung Cigintung
Kabupaten Majalengka Jawa Barat. 15(2):123-128. Majalengka.

You might also like