You are on page 1of 7

Jurnal Photon Vol. 7 No.

2, Mei 2017

PENGALAMAN IBU YANG MEMILIKI ANAK USIA PRASEKOLAH KESULITAN


MAKAN DI PAUD IMANUEL PEKANBARU; STUDI FENOMENOLOGI

Raja Fitrina Lestari, Afrila Bella Sari, Meisa Daniati

PSIK STIKes HangTuah Pekanbaru


Email: fitrina_raja@yahoo.co.id

ABSTRACT
Feeding problem is one of problems in preschool who is complained by parents. This research means to acquire the
significance experience of mother who has feeding problem child at preschool. This research was conducted through
qualitative approach to the design of phenomenology. The methods of data collection are interview and observation.
The participants of this research are five mothers of Imanuel PAUD Pekanbaru. The data is processed in verbatim
form, and then analyzed by Collaizy technique. This research identified of two themes, namely are: the influence factor
of feeding problem, psychologist factor and food rule; the manner of overcome feeding problem are the effort feeding,
seduce, giving love, lure and follow the wishes of children. From this research, participant show their children
difficulty to eat look from physicologic factor and food setting factor. The way to accoplish difficulty eating who done
by participant with possitive way are: follow their child eat together, give love and give attention. While the negative
way are: follow their wish of child, feed, tantalize, and force the child to eat. The result of this research expect to be
reading material and guideline for parents in dealing feeding problem in children. So preschooler achieve optimal
growth.

Keyword: Experience, Mother , Preschool , Difficulty Eating

1. PENDAHULUAN dengan penyakit kronik. Hal ini sering membuat


Anak merupakan individu yang berada dalam masalah tersendiri bagi orangtua. Penelitian yang
satu rentang perubahan perkembangan yang dilakukan di Jakarta menyebutkan pada anak usia
dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2009). prasekolah (4-6 tahun), didapatkan prevalensi
Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar
dua, yaitu toddler (1-3 tahun) dan prasekolah (3- 79,2% telah berlangsung lebih dari 3 bulan
5 tahun). Toddler dikenal dengan konsumen (Hidayati, 2011).
pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal Penelitian yang dilakukan di Kelurahan
sebagai konsumen aktif. (Proverawati & Asfuah, Tonatan Kecamatan Ponorogo Kabupaten
2009). Ponorogo oleh Rohmasari (2013), didapatkan
Masalah kesulitan makan pada anak hasil dari 40 responden pada faktor nafsu makan
prasekolah ditemukan lebih dari 20 %. Hal ini yang berpengaruh terhadap sulit makan balita
disebabkan karena anak sudah dapat memilih- sebanyak (65%), dari faktor psikologis anak yang
milih makanan yang disukai dan hanya mau berpengaruh terhadap sulit makan (62,5%), dari
makan makanan tertentu saja. Ada tiga faktor faktor kondisi fisik anak yang berpengaruh
yang dapat menyebabkan masalah kesulitan terhadap sulit makan (57,5%), dan dari faktor
makan pada anak yaitu faktor organis (adanya perilaku pemberian makan orang tua pada anak
penyakit yang berupa gangguan pencernaan), yang berpengaruh terhadap sulit makan (62,5%).
faktor psikologis (meliputi cara pemberian Berdasarkan wawancara yang dilakukan
makan anak, suasana makan dan variasi dengan ketua RW 17 Kelurahan Sail di dapatkan
makanan), dan faktor pengaturan makanan juga bahwa di kelurahan tersebut belum pernah
(meliputi jenis makanan yang diberikan pada dilakukan penelitian tentang masalah kesulitan
anak, waktu makan serta frekuensi makan anak) makan pada anak usia prasekolah. Berdasarkan
(Fitriani, Febry & Mutahar, 2009). penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk
Kesulitan makan sering dialami sekitar 25% melakukan penelitian tentang “pengalaman ibu
pada usia anak, jumlah akan meningkat sekitar yang memiliki anak usia prasekolah kesulitan
40-70% pada anak yang lahir prematur atau makan di PAUD Imanuel Pekanbaru”.

FMIPA-UMRI 21
Vol. 7 No.2, Mei 2017 Jurnal Photon

2. METODOLOGI PENELITIAN f. Melakukan pengelompokan data kedalam


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbagai kategori untuk selanjutnya
dengan pendekatan fenomenologi. dipahami secara utuh dan menentukan tema-
Instrumen atau alat pada penelitian ini adalah tema utama yang muncul.
peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2012). Peneliti g. Peneliti mengintegrasikan hasil secara
melakukan wawancara dengan orangtua dari 5 keseluruhan kedalam bentuk deskripsi naratif
anak yang bersekolah di PAUD Imanuel mendalam tentang pengalaman ibu yang
Pekanbaru menggunakan pedoman wawancara memiliki anak usia prasekolah kesulitan
dengan sebanyak delapan pertanyaan dan untuk makan.
wali kelas dengan tujuh pertanyaan yang h. Peneliti kembali ke partisipan untuk
menggunakan alat bantu berupa camera digital klarifikasi data hasil wawancara berupa
dan handpone sebagai alat perekam video/audio transkrip yang telah dibuat kepada partisipan,
dan untuk pengambilan foto. Dalam untuk memberikan kesempatan kepada
pengumpulan data ini peneliti dibantu peneliti partisipan menambahkan informasi yang
kedua untuk memfoto dan melakukan perekaman belum diberikan pada saat wawancara
video/audio. Pengumpulan data pada penelitian pertama atau adai nformasi yang tidak ingin
ini dilakukan dengan metode wawancara dan dipublikasikan dalam penelitian.
observasi. i. Data baru yang diperoleh saat dilakukan
Analisa data pada penelitian ini dilakukan validasi kepada partisipan digabungkan
berdasarkan sembilan tahap analisis Collaizi kedalam transkrip yang telah disusun peneliti
(Saryono & Anggraeni, 2013), sebagai berikut: berdasarkan persepsi partisipan.
a. Memiliki gambaran yang jelas tentang
fenomena yang diteliti, yaitu pengalaman ibu Karakteristik Partisipan
yang memiliki anak usia prasekolah kesulitan Pada penelitian ini partisipan utama yaitu Ibu
makan. berusia 36 tahun yang memiliki anak usia 6
b. Mencatat data yang diperoleh yaitu hasil tahun, dengan pendidikan terakhir ibu SMU. Ibu
wawancara dengan partisipan mengenai berusia 36 tahun yang memiliki anak usia 5
pengalaman ibu yang memiliki anak usia tahun, dengan pendidikan terakhir ibu SMU.
prasekolah kesulitan makan serta hasil dari Ibu berusia 44 tahun yang memiliki anak usia
catatan lapangan dan observasi sebagai 5 tahun, dengan pendidikan terakhir ibu SMP. Ibu
tambahan untuk analisis selanjutnya. berusia 45 tahun yang memiliki anak usia 5
c. Membaca hasil transkrip berulang-ulang agar tahun, dengan pendidikan terakhir ibu SLTA. Ibu
peneliti lebih memahami pernyataan- berusia 35 tahun yang memiliki anak usia 5
pernyataan partisipan tentang pengalaman tahun, dengan pendidikan terakhir ibu SMK.
ibu yang memiliki anak usia prasekolah Partisipan pendukung yaitu wali kelas anak di
kesulitan makan secara mendalam. PAUD Imanuel berusia 31 tahun dengan
d. Membaca transkrip untuk memperoleh ide pedidikan terakhir SMK.
yang dimaksud partisipan yaitu berupa kata
kunci dari setiap pernyataan partisipan, yang Tema
kemudian diberi garis bawah pada Data penelitian ini didapatkan melalui
pernyataan yang penting agar bias wawancara mendalam dan catatan lapangan,
dikelompokkan. kemudian dianalisis berdasarkan model analisis
e. Menentukan arti dari setiap pernyataan yang dari Collaizi (Saryono & Anggraeni, 2013).
penting dari semua partisipan dan pernyataan Analisa data dalam penelitian ini menghasilkan
yang berhubungan dengan pengalaman ibu dua tema. Dua tema tersebut adalah sebagai
yang memiliki anak usia prasekolah kesulitan berikut.
makan.

22 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No. 2, Mei 2017

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi lah. nasi, padahal mau sekolah itu biar lebih tahan
kesulitan makan di dalam perutnya maunya nasi lah kan.”(P4 hal
a. Faktor psikologis 1)
3 dari 5 partisipan mengungkapkan anaknya “Yang makan siang, siang kalo pagi sama
mengalami masalah kesulitan makan dari faktor apa. emang dari, dari bayi pun saya usahakan
psikologis. Berikut beberapa ungkapan dari makan dari pagi. tapi siangnya kadang mungkin
partisipan: udah makan cemilan ntah jajan siang itu agak-
“Pagi paling sering dia menolak, harus di agak susah, tapi saya usahakan jugak makan
paksa dia kalo makan pagi”(P1 hal 1) siang pokonya ada nasi diperutnya, saya
“Waktu-waktu tertentu aja sih, kalo pagi usahakan (mengangguk)”(P5 hal 2)
memang mau dia minta makan. gitukan. terus “Iya, da minta uang, bangun tidur bagi uang
kalo. kalo siang karna mungkin uda bawak apa mak, ee makan dulu. iya, siap jajan nanti makan.
kesekolah jajankan. kalo pulang sekolah dia udah sudah di bohong-bohongi kadang kita”(P4 hal 2)
agak malas, jadi nanti sekitar jam-jam apa ya.
jam-jam 2 saya paksa juga makan”(P2 hal 1) 2. Cara mengatasi kesulitan makan
“(memgangguk) bawak kue karna di rumah Berbagai cara dilakukan oleh partisipan
udah susu aku kasih kan. di paksa minum dalam mengatasi masalah kesulitan makan pada
susunya. habiskan sama kue nya.”(P3 hal 2) anaknya. Berikut beberapa ungkapan partisipan:
“Teserah aja. mana yang. kalo dia ndak “Iya di suapin kalok mau sarapan”(P1 hal 2)
doyan makannya kita tinggalin gitu kita biarkan. “Pagi paling sering dia menolak, harus di
pasti udah di buang tu.”(P3 hal 2) paksa dia kalo makan pagi”(P1 hal 1)
“Kadang-kadang di iming-imingi jajan gitu
Data hasil observasi adalah saat ibu meminta kan. nanti habis makan jajan ya. (tersenyum) .
anaknya untuk makan, anak menggelengkan kalo. kalo ngga mau makan nanti, ke siapa tu apa.
kepala dan membelakangi ibunya. Melihat reaksi kan ada disitu (menunjuk arah) yang agak cacat
anak yang seperti itu, ibupun mendekati anaknya lah gitu. nanti kek gitu. kalo ngga mau makan
dan menarik pelan kaki anak sambil berkata sayur pun nanti kek gitu. (tersenyum) baru mau
“cepatlah nak cepatlah nak” sambil merayu dan dia makan. Gitu aja kalo ngasih dia makan.
sedikit memaksa anak membuka mulutnya untuk (mengangguk)”(P2 hal 2)
memakan makanan yang ada disuapan ibu. “Kadang-kadang disuap. kalo lagi susah
Akhirnya, anakpun mau memakan makanan makan. disuap aja (mengangguk). Kalo mau dia,
walaupun masih memilih sambal mana yang mau minta sendiri juga. kalo lagi apa. kalo nggak
dimakan yang ada di dalam piring. terpaksa saya suapkan daripada ngga makan”(P2
b. Faktor pengaturan makan hal 2)
4 dari 5 partisipan mengungkapkan anaknya “Sehari. tiga kali. kalo pagi tadi udah sarapan
mengalami masalah makan pada jadwal makan kan. nanti jam-jam. (melihat ke arah jam) jam-
pemberian makan. Berikut beberapa ungkapan jam 1 makan lagi. bapak nya pulang kerjakan.
dari partisipan. sekalian makan sama gitu.”(P2 hal 3)
“pagi paling sering dia menolak, harus “Waktu-waktu tertentu aja sih, kalo pagi
dipaksa dia kalo makan pagi”(P1 hal 1) memang mau dia minta makan. gitukan. terus
“Waktu-waktu tertentu aja sih, kalo pagi kalo. kalo siang karna mungkin uda bawak apa
memang mau dia minta makan. gitukan. terus kesekolah jajankan. kalo pulang sekolah dia udah
kalo. kalo siang karna mungkin uda bawak apa agak malas, jadi nanti sekitar jam-jam apa ya.
kesekolah jajankan. kalo pulang sekolah dia udah jam-jam 2 saya paksa juga makan”(P2 hal 1)
agak malas, jadi nanti sekitar jam-jam apa ya. “Kalo makan dia susah makan dia. Cuma itu
jam-jam 2 saya paksa juga makan”(P2 hal 1) aja dia kalok. mm apa dia tu payah makan
“Ee pagi-pagi yang paling sering malas, disuapin sampe habis lah gitu kita tunggu-tunggu
makan pagi tu. kan, maunya sarapan dia jangan dia kan. kalok ndak habis kita tengok gini.

FMIPA-UMRI 23
Vol. 7 No.2, Mei 2017 Jurnal Photon

misalnya minta sendiri makan kita liatkan, tapi Data hasil observasi adalah ibu merayu anak
sambil diperhatikan gitu. habis nggak nasi nya sambil menyuapi anak agar mau makan. Sambil
itu. karna dia selalu mau bilang habis nasinya mengiming-imingi akan membeli es krim kalau
padahal di buang”(P3 hal 1) makanan yang ada dipiring dihabiskan semua
oleh anak.
“Iya (mengangguk). gitu dia, padahal Berikut wawancara dengan partisipan
disimpan disana. Jadi itulah makanya selalu di pendukung:
tengok nasi nya itu. da habis nggak! Udah mak! “Kalo J (inisial nama anak) kalo bawak
Kalo di tengok kan. diantar ke dapur. jadi makanan-makanan gitu mereka sukak gini disini
makanya selalu diperhatikan dia makan, kadang- nggak mau makan sendiri, istilahnya kasih teman
kadang di tunggu gini. kalo ndak apa gitu. jadi habis bukan habis karna makan sendiri.
kesukaannya misalnya se.semacam dia ini kan. jadi “em heei aku mau bagi ini mau ndak?” gitu.
daun ubi tumbuk.”(P3 hal 1) mau bagi. Jadi ceritanya mereka ini mau bagi tu
“(memgangguk) bawak kue karna di rumah karna harus habis (tersenyum) ceritanya harus
udah susu aku kasih kan. di paksa minum habis (mengangguk) bukan karna ya mentang-
susunya. habiskan sama kue nya.”(P3 hal 2) mentang baik lah segala macam, tapi mereka
“Ooh itu. ini anak saya kalok apabila dia ee mungkin dari. ee dari guru jugak ditekankan
menolak untuk dikasih makan. kadang saya. ee makanan itu nggak boleh sisa. harus dihabiskan.
apa dulu. saya berikan kasih sayang dulu, saya (tersenyum)”(PP1 hal 1)
sayang-sayang dia kan (mengangguk). terus udah “Nggak, kalo anak-anak ini kan nggak boleh
siap ee ibuknya sayang-sayang, makan lah nak kita paksa apalagi kan PAUD, ngga boleh kita
makan lah nak, kadang dimakan, terus belum paksa mereka (menggeleng), anak SD harus ini
habis lagi, udah mak katanya kan, jangan gitu lah harus, nggak boleh. kan PAUD itu bermain
siap makan nanti biar pergi kita jajan, yok sambil belajar. ceritanya kan begitu. jadi kalo
habiskan nak habiskan nak. kadang kek gitu lah memang mereka bilang nggak mau lagi ngga
caranya sampai habis lah nasinya di buat. boleh dipaksa. tapi penekanan dari kita makanan
gitu.”(P4 hal 1) itu nggak boleh sisah (mengangguk)”(PP1 hal 2).
“(Mengangguk) iya lebih sering disuapin
yang penting biar bisa masuk kedalam perutnya 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kan. disuapin aja sambil disayang-sayang sambil Analisa data dalam penelitian ini
di iming-imingi sesuatu. (tertawa)”(P4 hal 2) menghasilkan dua tema yaitu faktor yang
“Kita usahakan apa maunya ditanya mempengaruhi kesulitan makan dan cara
ibaratnya kita masak yang ini dia nggak sukak, mengatasi kesulitan makan.
kita usahakan apa maunya ikan apa kesukaannya
kek manapun berusaha ntah satu sendok pun yang 1. faktor yang mempengaruhi kesulitan
penting ada isi perutnya”(P5 hal 1) makan
“Ntah satu sendok kita berusaha ntah kek Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan
mana caranya biar bisa dia makan terpaksa makan dapat berupa faktor psikologis dan faktor
disuap, tapi kalo selera ikan mana yang maunya. pengaturan makanan. Proverawati & Asfuah
dia makan sendiri”(P5 hal 2) (2009) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang
“Ya dirayu lah kek mana ntah apalah. soalnya mempengaruhi kesulitan makan adalah faktor
dia agak susah jugak”(P5 hal 2) psikologis. Contohnya, seperti anak terlalu
“Di pujuk dulu ibaratnya. waktu jam makan dipaksa menghabiskan makanan dan makanan
kami makan lah ditanyak ayok makan nak, nggak yang disajikan tidak sesuai dengan yang
mau aku, sedikitpun, tak mau aku ikannya itu.. diinginkan anak. Menurut Redaksi Health Secret
mau nya apa? Mau nya itu. diusahakanlah dirayu (2013), faktor yang mempengaruhi sulit makan
makan.”(P5 hal 3) salah satunya adalah faktor psikologis. Penolakan
makan biasanya bermula pada anak berusia 3

24 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No. 2, Mei 2017

sampai 4 tahun. Anak akan semakin menolak selingan yang tidak mengandung kalori karena
untuk makan jika orangtuanya memaksa dalam akan mengganggu selera makan di jam makan
memberikan makan. Umur anak partisipan utama. Hal ini juga didukung oleh Judarwanto
adalah 5 sampai 6 tahun dan ada beberapa (2004) yang menyatakan bahwa hindari
partisipan yang memaksa agar anak mau makan pemberian makanan kudapan/jajanan menjelang
di jadwal makan. makan karena dapat mengurangi selera makan
Partisipan menyatakan bahwa anak paling anak. Sementara partisipan menyatakan bahwa
sering menolak makan saat pagi hari sebanyak 2 anak susah makan pagi, susah makan siang dan
partisipan sehingga harus dipaksa untuk memulai suka jajan.
makan pagi dan anak pada akhirnya mau makan, Kesulitan makan adalah jika anak tidak mau
sedangkan untuk makan siang dan makan malam atau menolak untuk makan, atau mengalami
anak tidak bermasalah. Partisipan lain kesulitan mengonsumsi makanan atau minuman
menyatakan bahwa anak di paksa untuk memulai dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara
makan siang sebanyak 2 partisipan sehingga anak fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari
pada akhirnya juga mau makan siang, serta membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah,
partisipan lain menyatakan bahwa jika anak tidak menelan hingga sampai terserap dipencernaan
menyukai makanan yang disajikan sehingga secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian
membuat anak menjadi membuang makanan vitamin dan obat tertentu (Hidayati, 2011).
tersebut. Sementara hasil penelitian menunjukkan bahwa
Jadi, faktor psikologis yang dialami anak anak hanya mengalami masalah dalam memulai
berdasarkan wawancara yang telah dilakukan untuk makan.
oleh peneliti dan partisipan, didapatkan bahwa
anak lebih sering menolak saat diberi makan di 2. Cara mengatasi kesulitan makan
waktu-waktu tertentu. Hal ini bisa disebabkan Menurut Sunartyo (2008), salah satu cara
oleh makanan yang disajikan tidak sesuai dengan mengatasi anak kesulitan makan adalah dengan
keinginan anak. cara jadwal makan anak disamakan dengan
Menurut Fitriani, Febry & Mutahar (2009), jadwal makan orang dewasa agar anak lebih
faktor lain yang mempengaruhi kesulitan makan bersemangat untuk menghabiskan makanan. Hal
adalah faktor pengaturan makanan contohnya ini juga di dukung oleh Redaksi Health Secret
waktu dalam pemberian makan anak dan (2013) yaitu salah satu cara memotivasi anak agar
frekuensi makan anak. Frekuensi makan adalah anak berselera makan adalah makan bersama.
jumlah makan sehari-hari atau biasa juga disebut Penelitian membuktikan keluarga yang selalu
pola makan. Pola makan yang ideal menurut makan bersama minimal satu kali sehari akan
Tilong (2014) adalah dua kali sehari, tiga kali mengonsumsi makanan yang lebih bergizi
sehari dan lebih dari tiga kali sehari. Faktor- dibanding yang tidak melakukan makan bersama.
faktor yang mempengaruhi pola makan menurut Selain itu bisa juga dilakukan dengan cara tidak
Aini (2013), salah satunya adalah faktor memaksa anak yang menolak makan. Sunartyo
pendidikan. Umumnya pendidikan partisipan (2008) juga menjelaskan salah satu upaya untuk
adalah tamatan SMU sederajat sehingga hanya mengatasi sulit makan adalah dengan cara jangan
satu partisipan yang membiarkan anak jajan memaksa anak untuk menghabiskan makanan.
sebelum jadwal makan. Menurut Sunartyo Beberapa cara untuk mengatasi kesulitan
(2008), sebelum jadwal makan tiba jangan makan yang dilakukan oleh orangtua ini memiliki
berikan anak makanan lain yang membuat anak beberapa dampak diantaranya yaitu: menyuapkan
menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi makanan secara paksa saat anak tidak mau
pada jadwal makan karena hal ini akan makan, ini sangat berbahaya bagi kesehatan.
berpengaruh pada pengaturan makan anak. Pemberian makan makanan atau minuman secara
Menurut Redaksi Health Secret (2013) jangan paksa, atau ketika anak sedang menangis dan
biasakan anak untuk ngemil, batasi makanan berontak, memiliki risiko terjadinya aspirasi

FMIPA-UMRI 25
Vol. 7 No.2, Mei 2017 Jurnal Photon

(masuknya) makanan/minuman ke saluran napas 4. KESIMPULAN DAN SARAN


atau tersedak. Kedua hal ini dapat berakibat fatal Kesimpulan
bagi anak, apalagi bila masih bayi (Kanal, 2016). Berdasarkan hasil penelitian tentang
Selain itu cara orang tua dengan memberikan pengalaman ibu yang memiliki anak usia
makanan kesukaan anak dan makanan yang itu- prasekolah kesulitan makan di PAUD Imanuel
itu saja, juga berdampak buruk, berdasarkan Pekanbaru, maka dapat disimpulkan sebagai
penelitian yang dilakukan Kurniasih et al pada berikut:
tahun 2010, anak usia 3-5 tahun umumnya a. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak usia
mengalami permasalahan pola makan, salah prasekolah kesulitan makan yaitu: faktor
satunya picky eater (menyukai makanan yang psikologis dan faktor pengaturan makanan.
tertentu saja). Akibat permasalahan makanan ini, Faktor psikologis meliputi; anak dipaksa
jenis makanan yang dikonsumsi anak menjadi untuk makan, tidak menyukai makanan yang
tidak bervariasi dan kandungan gizinya tidak disajikan. Sedangkan pengaruh dari faktor
seimbang (Saraswati, 2012). Penelitian ini hanya pengaturan makanan yaitu anak susah makan
tiga partisipan yang melakukan cara yang benar, pagi, susah makan siang dan anak suka jajan.
yaitu dengan mengajak anak makan bersama b. Cara mengatasi kesulitan makan yang
dengan anggota keluarga yang lainnya dan dilakukan oleh ibu pada penelitian ini ada
memberikan pujian (memberikan kasih sayang yang positif dan ada yang negatif. 3 dari 5
dan merayu anak). partisipan sudah melakukan cara yang benar
Partisipan menyatakan anak makan bersama dalam mengatasi kesulitan makan seperti
pada saat jam makan malam dengan ayahnya. mengajak anak makan bersama, meberikan
Sedangkan partisipan yang lain melakukan cara kasih sayang dan merayu (memberi pujian)
mengatasi kesulitan makan dengan cara merayu pada anak.
anak dan memberikan kasih sayang sama halnya
dengan memberi pujian. Hal ini sesuai dengan Saran
konsep yang dikemukakan oleh Irianto (2007) a. Bagi institusi pendidikan STIKes Hang Tuah
yang menjelaskan bahwa apabila anak mampu Pekanbaru
menghabiskan porsi makanan yang diberikan, Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan
berilah pujian yang akan menyenangkan hati bahwa pengalaman ibu yang memiliki anak usia
anak. Hal ini juga sejalan dengan konsep Redaksi prasekolah dengan kesulitan makan bervariasi
Health secret (2013) yaitu ciptakan suasana antara ibu satu dan lainnya. Sehingga penelitian
makan yang menyenangkan, ajak anak makan ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
dengan penuh kasih sayang. Selain itu partisipan dunia pendidikan terutama dalam hal menggali
yang lain melakukan cara mengatasi kesulitan lebih banyak masalah-masalah pada anak.
makan dengan mengikuti makanan kesukaan b. Bagi PAUD
anak, menyuapi anak, mengiming-imingi, dan Sekolah merupakan tempat kedua setelah
memaksa anak untuk makan. keluarga bagi anak prasekolah dalam menjalani
Berdasarkan penjelasan diatas dapat fase tumbuh kembang anak. Guru dapat berperan
disimpulkan bahwa cara orangtua dalam sebagai orangtua maupun konselor di sekolah
mengatasi kesulitan anak dalam memulai untuk terkait dalam menjalani fase tumbuh kembang
makan berbeda-beda antara orangtua satu dan anak. Penelitian ini dapat memberikan informasi
lainnya. Tidak semua cara yang dilakukan oleh kepada PAUD sebagai bahan konseling untuk
orang tua berdampak baik terhadap anak. Seperti orangtua.
memaksa anak untuk makan dan memberikan c. Bagi Ibu
makanan kesukaan anak. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui
bahwa terdapat berbagai cara yang dilakukan
oleh ibu dalam menghadapi anak usia prasekolah
dengan kesulitan makan sebagian besar melalui

26 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 7 No. 2, Mei 2017

cara yang positif. Harapan terbesar peneliti, ibu Proverawati, A., & Siti A. (2009). Buku Gizi
dapat menjalankan cara tersebut dengan lebih untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
baik. Medika
d. Bagi peneliti selanjutnya Redaksi Health Secret. (2013). Siasat Gizi Anak
Hasil penelitian ini merupakan penelitian Lebih Sehat Supaya Pintar di Sekolah.
dasar untuk perkembangan peneliti selanjutnya. Jakarta: PT Gramedia.
Peneliti dapat menggali lebih dalam lagi tentang Rohmasari, A. (2013). Faktor-Faktor yang
pengalaman orangtua khususnya ibu yang Mempengaruhi Sulit Makan pada Balita
memiliki anak usia prasekolah dengan masalah di Kelurahan Tonatan, Kecamatan
yang lainnya. Ponorogo, Kabupaten Ponorogo.
(Doctoral dissertation, Universitas
DAFTAR PUSTAKA Muhammadiyah Ponorogo).
Aini, M. (2013). Pola makan. Diperoleh dari Saraswati, D.P.M. (2012). Gambaran Perilaku
http://repository. Picky Eater dan faktor yang Melatar
usu.ac.id/bitstream/123456789/39322/4/ Belakanginya pada Siswa Paud Kasih
Chapter%20ll.pdf. diakses tanggal 31 Ananda Bekasi Tahun 2012. Diperoleh
Juli 2016. dari
Fitriani, F., Febry, F., & Mutahar, R. (2009). http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20356
Gambaran Penyebab Kesulitan Makan 239-S-Dian%20Putri%20
pada Anak Prasekolah Usia 3-5 Tahun di Mumpuni%20Saraswati%20T.pdf.Diaks
Perumahan Top Amin Mulya Jakabaring es pada tanggal 2 agustus 2016.
Palembang Tahun 2009. Jurnal Saryono & Anggraeni, M. D. (2013). Metodologi
Publikasi Ilmiah Fakultas Kesehatan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Masyarakat Universitas Sriwijaya. dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta:
Hidayat, A. A. A. (2009). Pengantar Ilmu Nuha Medika.
Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian
Medika. Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Hidayati, N. L. (2011). Mengatasi Anak Susah Sunartyo, N. (2008). Panduan Merawat Bayi &
Makan. (Ed). Yogyakarta: ANDI. Balita Agar Tumbuh Sehat dan Cerdas.
Irianto, D. P. (2007). Panduan Gizi Lengkap Jogjakarta: DIVA Press.
Keluarga dan Olahragawan. (Ed). Sutomo, B., & Anggraini, D. Y. (2010). Menu
Yogyakarta: ANDI. Sehat Alami untuk Batita & Balita.
Judarwanto, W. (2004). Mengatasi Kesulitan Jakarta: Demedia.
Makan Pada Anak. Jakarta: Puspa Telaumbanua, L. K. (2013). Faktor-faktor yang
Swara. Mempengaruhi Sulit Makan pada Usia
Kanal. 8 Kebiasaan Buruk Orangtua yang Prasekolah di TK Islam Nurul Hikmah
Membahayakan Kesehatan Anak. Bantar Gebang Bekasi Tahun 2013.
Diperoleh dari Jurnal Kesehatan AYURVEDA 1.1
http://www.indexberita.net/export/pdf/1 Tilong, A. D. (2014). Ipahasia Pola Makan
513564219. diakses tanggal 2 Agustus Sehat. Jogjakarta: FlashBooks.
2016.
Patmonodewo, Soemiarti. (2008). Pendidikan
Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

FMIPA-UMRI 27

You might also like