Professional Documents
Culture Documents
165-Article Text-312-1-10-20160111
165-Article Text-312-1-10-20160111
ABSTRACT
Emergency department (ED) is initial services in hospital. Nurse on ED must have more
capability than nurse in other department. Nurse in ED have to be fast, skilled and ready every
time. Patient criteria in ED make nurse have to understand wide range of nursing competency.
Competency including work readiness and work behaviour. Nurse’s competency related to work
capability so can be use to predict nurse performance. The purpose of this study is to know
relationship between emergency nurse’s competency with nurse’s performance in Emergency
Department RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep and RSUD Sampang. The design of this study is
correlational analytic with cross sectional approach. Purposive sampling was used as sampling
technique so the participant became 30 nurse. Pearson correlation results indicate that there is a
relationship between emergency department nurse competency based on diagnostic function (p
value = 0.014), implementation of therapeutic intervention (p value = 0,020) and organizing the
work roles (p value = 0.005) with the nurse performance. Emergency nurse competencies which is
not related to nurse performance are effective management (p value = 0.890) and the role of
helper (p value = 0.056). Correlation confounding variables results showed that there is a
relationship between compensation (p value = 0.044) and work environment (p value = 0.037) with
nurse performance. Based on the multiple linear regression analysis with backward method shows
the most dominant competence that affect nurse performance is implementation of therapeutic
intervention and the organizing work roles (52.4%). Confounding variables that greatly affect the
nurse performance are working environment (14.7%). Nurse that usually applying skill on
emergency nurse competencies will be more competent on doing their nursing skill for patient, and
then nurse’s performance become better.
79
80 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”
diagnostik; (2) pemberian intervensi terapeutik; (2012) yang terdiri dari; (1) fungsi diagnostik;
(3) manajemen efektif; (4) pengorganisasian (2) pemberian intervensi terapeutik; (3)
peran kerja; dan (5) peran penolong. Setiap manajemen efektif; (4) pengorganisasian peran
kompetensi tersebut terdapat keterampilan kerja; dan (5) peran penolong. Kuesioner
pada prosedur yang mencakup aspek teknis kinerja perawat berdasarkan Six Dimension
dan psikososial keperawatan gawat darurat. Scale Nursing Performance (6 DSNP) dari
Penelitian yang dilakukan oleh Tippins Schwirian (1978) dalam Nabirye (2010)
(2005) pada sebuah rumah sakit pendidikan di meliputi; (1) kepemimpinan; (2) perawatan
London bahwa tidak selalu perawat IGD kritis; (3) pengajaran dan kolaborasi; (4)
memberikan tindakan keperawatan dengan perencanaan dan evaluasi; (5) hubungan
hasil yang optimal pada pasien, walaupun interpersonal dan komunikasi; dan (6)
mereka memiliki pengalaman pengetahuan pengembangan profesional. Sedangkan
tentang bagaimana melakukan intervensi kuesioner kompensasi dan lingkungan kerja
keperawatan pada pasien dengan berbagai berdasarkan Casnio W.F. (2010).
macam tingkat kegawatan, namun terkadang Analisis dalam penelitian ini meliputi
masih ada yang mengalami kegagalan yang analisis bivariat menggunakan uji korelasi
membuat pasien mengalami perburukan Pearson dan analisis multivariat menggunakan
kondisi klinis. uji regresi linear berganda metode backward.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti di IGD RSUD Dr. H. Moh. HASIL PENELITIAN
Anwar Sumenep dan RSUD Sampang pada Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan
bulan Maret 2015, bahwa ada beberapa Usia Di IGD RSUD dr. H. Moh. Anwar
perawat yang belum pernah dan jarang Sumenep dan RSUD Sampang
melakukan tindakan keperawatan gawat Variabel n Min Max Mean SD
darurat dalam hal mengelola kasus henti Usia
jantung pada anak, mengelola kasus 30 32 47 39,03 4,67
(tahun)
kekerasan, menolong persalinan pasien dalam
keadaan gawat darurat dan masih ada perawat Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa
yang tidak menjelaskan prosedur keperawatan usia responden termuda adalah 32 tahun dan
kepada pasien sebelum melakukan asuhan usia tertua 47 tahun. Rata-rata usia responden
keperawatan serta tidak menerapkan prinsip 39,03 tahun dengan standar deviasi 4,67.
patient safety. Keterampilan yang jarang dan Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan
tidak pernah dilakukan membuat perawat Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Status
kurang kompeten dalam melakukan tindakan Kepegawaian, Pelatihan Dan Status
keperawatan pada saat menghadapi kasus Pernikahan Di IGD RSUD
tersebut. Dr.H.Moh.Anwar Sumenep Dan RSUD
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sampang
hubungan antara kompetensi perawat gawat Karakteristik Jumlah Persentase
darurat dengan kinerja perawat yang bekerja di Responden (N=30) (%)
IGD serta mengetahui hubungan faktor lain Jenis Kelamin:
yaitu kompensasi dan lingkungan kerja dengan Laki-laki 25 83,3
kinerja perawat di IGD RSUD dr. H. Moh. Perempuan 5 16,7
Anwar Sumenep dan RSUD Sampang. Tingkat Pendidikan:
S1 Keperawatan 10 33,3
METODE D3 Keperawatan 20 66,7
Penelitian ini menggunakan analitik Status
korelasional dengan pendekatan cross Kepegawaian:
sectional. Teknik sampling yang digunakan PNS 27 90
adalah purposive sampling. Sampel dalam Honorer 3 10
penelitian ini adalah perawat pelaksana yang Lama Kerja:
bekerja di IGD RSUD dr. H. Moh. Anwar < 5 tahun 8 26,7
Sumenep dan RSUD Sampang sebanyak 30 5-10 tahun 8 26,7
orang. Instrumen yang digunakan adalah >10 tahun 14 46,6
kuesioner. Kuesioner kompetensi perawat Pelatihan:
gawat darurat berdasarkan Emergency Nursing PPGD 24 80
Assosiation (ENA, 2008) dan klasifikasi teori BCLS 5 16,7
keperawatan Benner (1984) dalam McCharty BTLS 1 3,3
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 81
keduanya adalah lemah (r =0,383). Nilai 0,383 lingkungan kerja perawat maka semakin baik
menunjukkan adanya hubungan yang positif pula kinerja yang dihasilkan.
atau seiring yang berarti bahwa semakin baik
Tabel 5. Pengaruh Kompetensi Perawat Gawat Darurat (Fungsi Diagnostik, Intervensi Terapeutik,
Manajemen Efektif, Pengorganisasian Peran Kerja Dan Peran Penolong) Terhadap Kinerja
Perawat Di IGD RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep Dan RSUD Sampang
Model Persamaan Regresi p-value R2
Model 1:
y1 = 97,053 + 0,089x1.1 – 0,643x1.2 + 0,033x1.3 + 0,360x1.4 + 0,047x1.5 0,001<α 0,570
(p=0,000) (p=0,596) (p=0,001) (p=0,761) (p=0,030) (p=0,755)
Model 2:
y1 = 97,977 + 0,094x1.1 – 0,615x1.2 + 0,358x1.4 + 0,050x1.5 0,000<α 0,568
(p=0,000) (p=0,568) (p=0,000) (p=0,027) (p=0,738)
Model 3:
y1 = 96,170 + 0,113x1.1 – 0,511x1.2 + 0,389x1.4 0,000<α 0,566
(p=0,000) (p=0,462) (p=0,000) (p=0,003)
Model 4:
y1 = 102,475 – 0,629x1.2 + 0,445x1.4 0,000<α 0,524
(p=0,000) (p=0,000) (p=0,000)
Keterangan: y1 = kinerja perawat, x1.1 = fungsi diagnostik, x1.2 = intervensi terapeutik
X1.3 = manajemen efektif, x1.4 = pengorganisasian peran kerja
X1.5 = peran penolong, R2 = koefisien determinasi
Berdasarkan hasil uji regresi linear berdasarkan fungsi diagnostik, intervensi
metode backward yang tertera pada tabel 5 terapeutik dan pengorganisasian peran kerja
dapat dijelaskan bahwa kompetensi perawat terhadap kinerja perawat adalah 56,6%.
gawat darurat yang paling berpengaruh Kompetensi perawat gawat darurat
terhadap kinerja perawat di IGD RSUD dr. H. berdasarkan fungsi diagnostik, intervensi
Moh. Anwar Sumenep dan RSUD Sampang terapeutik, pengorganisasian peran kerja dan
adalah kompetensi perawat gawat darurat peran penolong terhadap kinerja memiliki
berdasarkan intervensi terapeutik dan persentase sebesar 56,8%. Selanjutnya
pengorganisasian peran kerja. persentase pada kompetensi perawat gawat
Kompetensi perawat gawat darurat darurat berdasarkan fungsi diagnostik,
berdasarkan intervensi terapeutik dan intervensi terapeutik, manajemen efektif,
pengorganisasian peran kerja terhadap kinerja pengorganisasian peran kerja dan peran
perawat memiliki persentase sebesar 52,4%. penolong terhadap kinerja perawat sebesar
Persentase kompetensi perawat gawat darurat 57%.
Tabel 6. Pengaruh Variabel Confounding (Kompensasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
Perawat) Di IGD RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep Dan RSUD Sampang
Model Persamaan Regresi p-value R2
Model 1:
y1 = 46,230 + 0,190x2.1 + 0,306x2.2 0,050<α 0,199
(p=0,008) (p=0,195) (p=0,158)
Model 2:
y1 = 51,934 + 0,425x2.2 0,037<α 0,147
(p=0,003) (p=0,037)
Keterangan: y1 = kinerja perawat, x2.1 = Kompetensi
X2.2 = lingkungan kerja, R2 = Koefisien determinasi
Berdasarkan hasil uji regresi linear RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep dan RSUD
metode backward yang tertera pada tabel 6 Sampang. Persentase kompensasi dan
dijelaskan bahwa kompensasi tidak lingkungan kerja terhadap kinerja perawat
berpengaruh terhadap kinerja perawat di IGD adalah 19,9%, sedangkan persentase
RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep dan RSUD lingkungan kerja terhadap kinerja perawat
Sampang. Namun lingkungan kerja memiliki sebesar 14,7%.
pengaruh terhadap kinerja perawat di IGD
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 83
prosedur tindakan, maka kinerjanya akan Perawat sebagai salah satu profesi
semakin rendah. baik dari segi jumlahnya maupun segi kontak
Pendapat tersebut berbeda dengan dengan pasien memiliki waktu yang lebih
hasil penelitian ini yaitu tidak ada hubungan lama dibandingkan dengan profesi lain,
antara kompetensi perawat berdasarkan maka perannya dalam meningkatkan
manajemen efektif dengan kinerja perawat di kualitas pelayanan khususnya dalam bidang
IGD RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep dan keperawatan sangat menentukan (Mubarrak,
RSUD Sampang. Hal ini bisa terjadi karena 2009). Sehingga setiap upaya untuk
tidak semua perawat selama bekerja dapat meningkatkan kualitas pelayanan rumah
melakukan keterampilan-keterampilan yang sakit harus juga disertai upaya untuk
ada dalam kompetensi manajemen efektif, meningkatkan kualitas pelayanan
misalnya pada keterampilan menolong keperawatan (Yani, 2007). Salah satu
persalinan, sebagian besar perawat (86,7%) metode dalam menilai kinerja perawat yaitu
yang bekerja di IGD RSUD dr. H. Moh. dengan melihat standar asuhan
Anwar Sumenep dan RSUD Sampang tidak keperawatan (Nursalam, 2007). Standar
pernah melakukannya. Pasien-pasien yang asuhan keperawatan adalah suatu
akan melakukan proses persalinan langsung pernyataan yang menguraikan kualitas yang
dibawa ke ruang bersalin sehingga perawat diinginkan terkait dengan pelayanan
di IGD tidak pernah melakukannya. keperawatan terhadap klien.
Hasil lain menjelaskan bahwa 80% Mc.Closkey and Grace (1990) dalam
perawat tidak pernah mengelola pasien Potter dan Perry (2010) menyatakan bahwa
korban perkosaan, hal tersebut dapat standar asuhan keperawatan adalah alat
dikarenakan minimnya kasus perkosaan. ukur kualitas asuhan keperawatan yang
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian berfungsi sebagai pedoman atau tolak ukur
yang dilakukan oleh McCharty, et.all (2012) dalam pelaksanaan praktek pelayanan
pada perawat IGD di 11 RS Irlandia bahwa keperawatan.
66% perawat tidak pernah melakukan 5. Peran Penolong Dengan Kinerja Perawat
menolong persalinan pasien dalam keadaan Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
gawat. hubungan antara kompetensi perawat gawat
Dengan demikian dapat disimpulkan darurat berdasarkan peran penolong dengan
bahwa semakin jarang keterampilan kinerja perawat di IGD (p-value=0,056).
dilakukan maka semakin tidak kompeten Keduanya juga memiliki hubungan yang
perawat dalam melakukannya sehingga lemah (r=0,353).
semakin rendah kinerja perawat. Mangkunegara (2005) berpendapat
4. Pengorganisasian Peran Kerja Dengan bahwa kinerja mengandung dua komponen
Kinerja Perawat penting yaitu kompetensi berarti individu
Hasil penelitian menunjukkan ada atau organisasi memiliki kemampuan untuk
hubungan yang bermakna antara mengidentifikasi tingkat kinerja dan
kompetensi perawat gawat darurat produktivitasnya. Kompetensi tersebut dapat
berdasarkan pengorganisasian peran kerja diterjemahkan kedalam tindakan atau
dengan kinerja perawat di IGD (p- kegiatan-kegiatan yang tepat untuk
value=0,005). Tingkat keeratan hubungan mencapai hasil kinerja. Dengan kata lain
keduanya adalah sedang (r=0,498). Nilai bahwa semakin kompeten seorang individu
0,498 berarti bahwa semakin tinggi maka akan semakin baik pula kinerjanya,
kompetensi perawat berdasarkan begitupun sebaliknya jika seorang individu
pengorganisasian peran kerja, maka tidak kompeten maka kinerjanya tidak baik
semakin baik kinerja perawat di IGD RSUD atau menurun.
dr. H. Moh. Anwar Sumenep dan RSUD Namun dalam penelitian ini tidak
Sampang. terdapat hubungan antara kompetensi
Keterampilan yang ada pada perawat berdasarkan peran penolong
kompetensi pengorganisasian peran kerja dengan kinerja perawat di IGD. Hal tersebut
sering dilakukan oleh perawat yang bekerja dapat dicermati dari hasil penelitian bahwa
di IGD. Kompetensi pengorganisasian peran ada beberapa keterampilan yang jarang
kerja berisi tentang hubungan kerja dengan bahkan belum pernah perawat lakukan. Hal
sesama perawat, hubungan kolaboratif ini dapat terjadi karena selama mereka
dengan tenaga kesehatan lainnya dan bekerja tidak pernah mendapatkan kasus
hubungan dengan pasien dan keluarganya. seperti kasus kekerasan pada anak,
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 85
kekerasan dalam rumah tangga dan kompensasi yang diberikan kepada pegawai
kekerasan pada lansia, sehingga ada semakin rendah bahkan dibawah rata-rata
sebagian perawat tidak pernah yang telah ditetapkan dalam hukum, maka
melakukannya. akan semakin rendah kinerja yang diberikan
pegawai kepada tempat kerjanya.
B. Hubungan Variabel Confounding
(Kompensasi Dan Lingkungan Kerja) 2. Lingkungan Kerja Dengan Kinerja
Dengan Kinerja Perawat Di IGD RSUD Perawat
Dr.H.Moh.Anwar Sumenep Dan RSUD Terdapat hubungan yang bermakna
Sampang antara lingkungan kerja dengan kinerja
1. Kompensasi Dengan Kinerja Perawat perawat (p-value=0,037). Tingkat keeratan
Hasil ada hubungan yang bermakna hubungan keduanya adalah lemah (r
antara kompensasi dengan kinerja perawat =0,383). Nilai 0,383 menunjukkan adanya
di IGD (p-value=0,044). Tingkat keeratan hubungan yang positif atau seiring yang
hubungannya adalah lemah (r=0,370). Nilai berarti bahwa semakin baik lingkungan kerja
0,370 menunjukkan adanya hubungan yang perawat maka semakin baik pula kinerja
positif atau seiring, artinya bahwa semakin yang dihasilkan.
tinggi kompensasi yang diterima, maka Lingkungan kerja merupakan pemacu
semakin tinggi kinerja perawat.Penelitian lain (motivator) dan dapat menjadi sebuah
yang serupa adalah penelitian yang tantangan bagi individu dalam berprestasi
dilakukan oleh Widyatmini dan Hakim (2008) ditempat kerjanya. Lingkungan kerja dapat
dengan hasil ada hubungan yang positif diubah bahkan dapat diciptakan oleh individu
antara kompensasi dengan kinerja, artinya itu sendiri sehingga memungkinkan individu
semakin baik kompensasi yang diterima oleh dapat beradaptasi dengan lingkungannya
pegawai, maka kinerja pegawai juga (Mangkunegara, 2005).
semakin baik. Perawat di Instalasi Gawat darurat
Kompensasi merupakan sesuatu yang (IGD) menghadapi berbagai aspek dalam
diterima para pegawai sebagai balas jasa lingkungan kerja antara lain lingkungan fisik
atas pekerjaan mereka. Kompensasi yang dan lingkungan psikososial. Lingkungan fisik
baik merupakan salah satu hal yang sangat dapat berupa berbagai jenis pasien dan
penting bagi organisasi maupun pegawai. penyakit, area kerja yang luas, kebisingan
Apabila kompensasi diberikan secara benar dari para pasien serta penunggu pasien
dan teratur maka komitmen karyawan untuk karena jam besuk yang relatif tidak dibatasi
bekerja secara lebih baik agar tercapai atau pengunjung tidak memperhatikan
sasaran atau tujuan organisasi. Apabila peraturan yang berlaku menjadikan beban
kompensasi yang diberikan oleh organisasi kerja meningkat, tuntutan yang tinggi dari
kepada pegawai tidak sesuai atau tidak pasien, pembuatan keputusan yang cepat
memadai, maka akan mengakibatkan dan tepat untuk menolong (Hariyatun, 2006).
turunnya prestasi kerja (Griffin, 2006). Kondisi lingkungan kerja dikatakan
Perawat yang bekerja di RSUD dr. H. baik atau sesuai apabila perawat dapat
Moh. Anwar Sumenep dan RSUD Sampang melaksanakan kegiatan secara optimal,
selain mendapatkan gaji pokok juga sehat, aman, dan nyaman. Lingkungan kerja
mendapatkan tunjangan berupa tunjangan yang aman dan sehat sangat diperlukan oleh
keluarga, tunjangan pensiun, asuransi setiap orang, karena kondisi kerja yang
kesehatan dan juga insentif dari jasa demikianlah seseorang dapat bekerja secara
keperawatan yang mereka lakukan. tenang, sehingga hasil kerja pun dapat
Muljani (2012) berpendapat bahwa diharapkan memenuhi standar yang diteta
kompensasi sering menjadi salah satu pkan (Sedarmayanti, 2009).
motivasi bagi pegawai untuk meningkatkan Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
kinerjanya. Sehingga para pegawai yang diungkapkan oleh Bambang (2011),
berlomba untuk meningkatkan kreativitas bahwa lingkungan kerja merupakan salah
ditempat kerjanya. Dengan demikian dapat satu faktor yang mempengaruhi kinerja
disimpulkan bahwa semakin besar seorang pegawai. Seorang pegawai yang
kompensasi yang diberikan oleh organisasi bekerja di lingkungan kerja yang mendukung
kepada pegawai, maka akan semakin tinggi dirinya untuk bekerja secara optimal akan
usaha para pegawai untuk meningkatkan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya
kinerjanya. Begitupun sebaliknya, apabila jika seorang pegawai bekerja dalam
86 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”
lingkungan kerja yang tidak memadai dan Kompetensi individu adalah kemampuan dan
tidak mendukung untuk bekerja secara keterampilan melakukan kerja. Kemampuan
optimal akan membuat pegawai yang dan keterampilan kerja seseorang dapat
bersangkutan menjadi malas, cepat lelah diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan
sehingga kinerja pegawai tersebut akan masa kerja. Semakin lama waktu yang
rendah. digunakan seseorang untuk pendidikan dan
pelatihan, semakin tinggi kemampuan dan
C. Pengaruh Kompetensi Perawat Gawat kompetensi melakukan pekerjaan dengan
Darurat Terhadap Kinerja Perawat Di IGD demikian semakin tinggi kinerjanya.
RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep Dan Dalam peneltian ini, perawat yang
RSUD Sampang bekerja di IGD RSUD Dr.H.Moh.Anwar
Berdasarkan hasil penelitian dijelaskan Sumenep dan RSUD Sampang semuanya
bahwa kompetensi gawat darurat yang telah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan
paling dominan mempengaruhi kinerja yaitu 80% perawat pernah mengikuti PPGD,
perawat di IGD RSUD dr. H. Moh. Anwar 16,7% pernah mengikuti BCLS dan 3,3%
Sumenep dan RSUD Sampang adalah pernah mengikuti BTLS. Berdasarkan tingkat
kompetensi pemberian intervensi terapeutik pendidikan, 66,7% perawat masih
dan pengorganisasian peran kerja. Dilihat berpendidikan D3 Keperawatan dan 33,3%
dari hasil persentase skor rata-rata yang perawat berpendidikan S1 Keperawatan.
didapat dari perawat bahwa keterampilan Pihak RSUD mengijinkan stafnya untuk
pada kompetensi pemberian intervensi melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih
terapeutik sangat sering bahkan selalu tinggi secara bergantian. Adanya
dilakukan oleh perawat di IGD dan tidak ada pembatasan jumlah perawat yang diijinkan
satupun perawat yang tidak pernah tidak untuk melanjutkan pendidikan karena
melakukan keterampilan tersebut. melihat jumlah perawat di IGD yang masih
Begitupula dengan keterampilan yang ada terbatas. Hasil penelitian serupa juga
pada kompetensi pengorganisasian peran dikemukakan oleh Meretoja (2004) bahwa
kerja, bahwa mayoritas perawat selalu terdapat hubungan yang positif antara
melakukan keterampilan yang ada dan tidak kompetensi dengan frekuensi pelatihan pada
ada satupun perawat yang tidak pernah tidak perawat yang bekerja di IGD RS Irlandia.
melakukannya.
Perawat di IGD RSUD dr. H. Moh. D. Pengaruh Variabel Confounding
Anwar Sumenep dan RSUD Sampang selalu Terhadap Kinerja Perawat Di IGD RSUD
bekerja dengan tim interdisiplin, pada saat dr. H. Moh. Anwar Sumenep Dan RSUD
melakukan tindakan perawat berkolaborasi Sampang
dengan tenaga kesehatan lainnya. Perawat Berdasarkan hasil penelitian dijelaskan
juga selalu membantu mahasiswa bahwa variabel confounding yang paling
keperawatan, hal ini dapat dilihat bahwa IGD dominan mempengaruhi kinerja perawat
RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep dan adalah lingkungan kerja.
RSUD Sampang menjadi lahan praktik bagi Lingkungan kerja merupakan salah
mahasiswa keperawatan dari instansi satu faktor yang dapat mempengaruhi
pendidikan kesehatan yang ada di Pulau kepuasan kerja. Menurut Luthans (2006)
Madura. Selain itu juga perawat selalu apabila kondisi kerja baik (misalnya,
mengajarkan rekan perawat yang masih lingkungan bersih dan menarik) maka
junior. Di IGD dr. H. Moh. Anwar Sumenep individu akan lebih mudah menyelesaikan
dan RSUD Sampang sebagian besar pekerjaan mereka, dan apabila lingkungan
perawat memiliki pengalaman kerja >10 kerja baik maka tidak akan ada masalah
tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan kepuasaan kerja para perawat.
perawat di IGD Dr.H.Moh.Anwar Sumenep Menurut Ishak dan Tanjung (2003)
dan RSUD Sampang mayoritas dalam tahap lingkungan kerja memiliki manfaat yaitu
senior. Menurut pendapat Amriyati (2012) dapat menciptakan gairah kerja, sehingga
bahwa pengalaman kerja berpengaruh produktivitas dan prestasi kerja dapat
terhadap kinerja perawat. meningkat. Selain itu, manfaat yang
Menurut Simanjuntak (2005) kinerja diperoleh karena bekerja dengan orang-
seseorang dapat dipengaruhi oleh tiga orang yang termotivasi adalah pekerjaan
faktor, yaitu kompetensi individu, dukungan dapat terselesaikan dengan tepat, yang
organisasi dan dukungan manajemen. artinya pekerjaan diselesaikan sesuai
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 87
standar yang benar dan dalam skala waktu Bambang, K. (2011). Meningkatkan
yang ditentukan. Prestasi kerjanya akan Produktvitas Karyawan. Jakarta: Pustaka
dipantau oleh individu yang bersangkutan, Binaman Pressindo.
dan tidak akan menimbulkan terlalu banyak Bickley, L.S., (2007). Bates’ Guide to Physical
pengawasan serta semangat juangnya akan Examination and History Taking.
tinggi. Lippincott Williams & Wilkins, New York.
Jadi lingkungan kerja merupakan salah Campo, T., McNulty, R., Sabitini, M.,
satu faktor yang mempengaruhi kinerja Fitzpatrick, J., (2008). Nurse practitioners
seorang perawat, karena jika lingkungan performing procedures with confidence
kerja mendukung dirinya untuk bekerja and independence in teh emergency care
secara optimal akan menghasilkan kinerja setting. Advanced Emergency Nursing
yang baik, sebaliknya jika lingkungan kerja Journal 30 (2).
yang tidak memadai dan tidak mendukung ENA (2008). Competencies for Nurse
untuk bekerja maka akan membuat perawat Practitioners in Emergency Care. Des
tidak semangat dalam bekerja sehingga Plaines, IL.
kinerjanya akan menurun. Griffin, M.,Melby. V.,(2006). Developing an
advanced nurse practitioner service in the
KESIMPULAN emergency care: attitudes of nurse and
Berdasarkan hasil penelitian dapat doctors.Journal of Advanced Nursing 56
disimpulkan bahwa ada hubungan antara (3): 292-301.
kompetensi perawat gawat darurat berdasarkan Hariyatun (2006). Manajemen Sumber Daya
fungsi diagnostik, pemberian intervensi Manusia. Jakarta: Universitas Trisakti.
terapeutik dan pengorganisasian peran kerja Ishak, A., Tanjung, H.. (2003). Manajemen
dengan kinerja perawat. Namun pada Sumber Daya Manusia. Universitas
kompetensi perawat gawat darurat berdasarkan Trisakti Jakarta.
manajemen efektif dan peran penolong dengan Kemenkes RI (2009). Undang-Undang Republik
kinerja perawat tidak terdapat hubungan. Selain Indonesia No.36 tentang Kesehatan.
itu terdapat hubungan anatara kompensasi dan Luthans, F. (2006). Organizational
lingkungan kerja dengan kinerja perawat di IGD Behavior.McGraw Hill International Book.
RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep dan RSUD IncNewYork.
Sampang. Mangkunegara, A.A., Anwar Prabu. (2005).
Kompetensi perawat gawat darurat yang Evaluasi Kinerja SDM. Bandung:
paling dominan mempengaruhi kinerja perawat PT.Refika Aditama.
adalah kompetensi pemberian intervensi McCharty Geraldine et.al (2012). Emergency
terapeutik dan kompetensi pengorganisasian nurses: procedures performed and
peran kerja, sedangkan variabel confounding competence in practice. International
yang paling dominan mempengaruhi kinerja Emergency Nursing, (21): 50-57.
perawat adalah lingkungan kerja. Meretoja, R., Leino-Kilpi, H., Kaira, A.M. (2004).
Comparison of nurse competence in
SARAN different hospital work environments.
Perawat di IGD dapat meningkatkan Journal of Nursing Management 47 (2):
kompetensi dengan mengikuti pelatihan 124-133.
kegawatdaruratan secara berkala. Rumah sakit Mubarak, S. (2009). Pengaruh karakteristi
juga dapat menyediakan fasilitas berupa individu terhadap prestasi perawat di
laboratorium di IGD guna untuk melakukan ruang rawat inap penyakit dalam RSUD
simulasi pada kasus-kasus yang jarang ditemui, Kabupaten Pidie. Tesis. Sumatera Utara:
misalnya melalui media video dan latihan pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
pantom. Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Muljani, Ninuk. (2012). Kompensasi sebagai
Amriati (2012). Kinerja perawat ditinjau dari motivator untuk meningkatkan kinerja
lingkungan kerja dan karakteristik karyawan. Jurnal Manajemen &
individu. Studi pada instalasi rawat inap Kewirausahaan. 4(2): 108-122.
RSU Banyumas unit swadana daerah. Neniastriyema, dkk. (2013). Faktor-faktor yang
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan berhubungan dengan kinerja perawat di
Masyarakat. Yogyakarta. RSUD Lakipadada Kabupaten Tana
88 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”
Toraja tahun 2013. Jurnal Kesehatan Tomey, Alligood. (2010). Nursing Theorist and
FKM Universitas Hasanuddin Makassar. Their Work, seventh edition. Toronto: The
Nursalam (2007). Manajemen Keperawatan CV Mosby Company St. Louis.
Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Wangensteen, S. (2010). Newly graduated
Profesional. Edisi 2.Jakarta: Salemba nurses´ perception of competence, critical
medika. thinking and research utilization.
Potter, Patricia A. dan Perry Anne G. (2010). Dissertation. Karsltlat University.
Fundamental of Nursing. Jakarta: Widjajanti (2012). Pengaruh Faktor-Faktor
Salemba Medika. Kompetensi Perawat Terhadap
Schriver, J. A., Talmadgee, R., Chuong, R., Pelaksanaan Program Keselamatan
Hedges, J.R. (2003).Emergency nursing: Pasien di RS Santo Yusuf Bandung.
historical, current and future roles. Journal Thesis: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
of Emergency Nursing 29 (5): 431–439. Universitas Padjajaran Bandung.
Sedarmayanti (2009). Pengembangan Widyatmini, Hakim, L. (2008). Hubungan
Kepribadian Pegawai. Bandung: Mandar kepemimpinan, kompetensi dan
Maju. kompensasi terhadap kinerja pegawai
Simanjuntak (2005). Manajemen dan Evaluasi Dinas Kesehatan Kota Depok. Jurnal
Kinerja. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Guna Darma.
Ekonomi Universitas Indonesia. No. 2 Vol. 13, Agustus 2008.