You are on page 1of 18

FARMAKOTERAPI KARDIOVASKULAR & ENDOKRIN

“PENYELESAIAN KASUS HIPERTIROID & HIPOTIROID


DENGAN METODE SOAP”

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1 S1-5B
Ayu Suci ramadani 1901043
Destia Rahmadani 1901047
Garnis Viola Afrilizetira 1901051
Nurul Huda 1901062
Putri Muhmida Halim 1901065
Ratih Sri Rezeki 1901068
Zikra Suhada 1901079

Dosen Pengampu :
Dr. apt. Meiriza Djohari, M. Kes

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
2021
Kasus 1

JP is a 33-year-old woman who presents with complaints of fatigue requiring daytime naps,
weight gain, cold intolerance, and muscle weakness for the last few months. These complaints
are new since she used to always feel “hot,” noted difficulty sleeping, and could eat anything that
she wanted without gaining weight. She also would like to become pregnant in the near future.
Because of poor medication adherence to methimazole and propranolol, she received radioactive
iodine (RAI) therapy, developed hypothyroidism, and was started on levothyroxine 100 mcg
daily. Other medications include calcium carbonate three times daily to “protect her bones” and
omeprazole for “heartburn.” On physical examination, her blood pressure is 130/89 mm Hg with
a pulse of 50 bpm. Her weight is 136 lb (61.8 kg), an increase of 10 lb (4.5 kg) in the last year.
Her thyroid gland is not palpable and her reflexes are delayed. Laboratory findings include a
thyroid-stimulating hormone (TSH) level of 24.9 μIU/mL (normal 0.45–4.12 μIU/mL) and a free
thyroxine level of 8 pmol/L (normal 10–18 pmol/L). Evaluate the management of her past
history of hyperthyroidism and assess her current thyroid status. Identify your treatment
recommendations to maximize control of her current thyroid status.

Kasus 2

An 11-year-old female with no significant past medical history presented with symptoms
suggestive of hyperthyroidism (weight loss, heat intolerance). She has also experienced a decline
in grades at school. Family history is significant for thyroid disease in both grandmothers (both
on thyroid replacement therapies). The clinician ordered thyroid function tests including Free T4,
T3, TSH, anti-TSH receptor antibodies, antithyroglobulin and antithyroid peroxidase antibodies.

The results for the tests follow:

 Free thyroxine (FT4) 2.87 ng/dL (Prepubertal 0.73-1.77 Pubertal/Adult 0.73-1.84


 Total triiodothyronine pediatric (T3) 374.00 ng/dL (123-211)
 Thyroid-stimulating hormone (TSH) <0.018 uU/ml
 Thyroxine (T4) 18.2 ug/dL (5.0-12.0)
 Antithyroglobulin antibodies >3000 IU/ml (Negative <60 IU/mL Equivocal 60-100IU/mL
Positive >100 IU/mL)
 Antithyroid peroxidase antibodies 2667 IU/mL (<60)
 Anti-TSH receptor antibodies 69.6 % Inhibit. (<=16.0 Unit: %)

The laboratory findings confirmed the clinical impression and a diagnosis of Graves's disease
(hyperthyroidism with thyrotoxicosis) was made.

The patient was started on methimazole right away but after approximately two weeks of
treatment she developed severe adverse reaction to it with significant joint pain and swelling
over her upper and lower extremities with hives; Methimazole was stopped immediately and she
was started on Benadryl and Advil ; her symptoms improved after few days, although she did
have some residual intermittent hives that were transient.

She has been given some brief course of Prednisone as well, and Atenolol 50 mg twice a day was
also started.

After approximately two weeks, due to the fact that the medical management for
hyperthyroidism failed, the patient was considered to have radioiodine ablation of her thyroid
next day and for that she underwent a thyroid imaging with uptake showing enlarged thyroid
gland, with homogeneous increased uptake, consistent with Graves disease with 24-hour uptake
equaling 86%.

The patient underwent radio-iodine ablation as scheduled and she was stable on Atenolol 50 mg
twice a day. She was discharged home.

At her next follow-up appointment in 2 weeks her thyroid functions tests lab values were as
follows:

 T4, Free, >12.00 ng/dl (Prepubertal 0.73-1.77 Pubertal/Adult 0.73-1.84)


 T3, 1173.00 ng/dL (123-211 ng/dL)
 TSH, <0.018 uIU/mL

Kasus 3

History: A 50 year old housewife complains of progressive weight gain of 20 pounds in 1 year,
fatigue, slight memory loss, slow speech, dry skin, constipation, and cold intolerance.

Physical examination: Vital signs include a temperature 96.8oF, pulse 58/minute and regular, BP
140/100. She is moderately obese and speaks slowly and has a puffy face, with pale, cool, dry,
and thick skin. The thyroid gland is slightly enlarged, firm, not nodular, mobile, and not tender.
The deep tendon reflex time is delayed.

Laboratory studies: CBC and differential WBC are normal. The serum T4 concentration is 3.8
ug/dl, the serum TSH is 23.0 uU/ml, and the serum cholesterol is 255 mg/dl.

1. What is the likely diagnosis?  


2. What are the most likely causes
3. What additional aspects of the history and physical examination could provide relevant
information to help in the diagnosis?  
4. What additional tests would help confirm the diagnosis?  
5. What are the treatment options?  
6. What are some of the cardiac risk factors that are present in this patient? How does that
affect therapy?  
Kasus 1

JP adalah seorang wanita 33 tahun yang datang dengan keluhan kelelahan yang membutuhkan
tidur siang, berat badan bertambah, intoleransi dingin, dan kelemahan otot selama beberapa
bulan terakhir. Keluhan-keluhan ini baru karena dia dulu selalu merasa “panas”, sulit tidur, dan
bisa makan apa saja tanpa menambah berat badan. Dia juga ingin hamil dalam waktu dekat.
Karena kepatuhan pengobatan yang buruk terhadap methimazole dan propranolol, dia menerima
terapi radioaktif yodium (RAI), mengembangkan hipotiroidisme, dan memulai dengan
levothyroxine 100 mcg setiap hari. Obat lain termasuk kalsium karbonat tiga kali sehari untuk
"melindungi tulangnya" dan omeprazole untuk "maag (rasa panas dalam perut)." Pada
pemeriksaan fisik, tekanan darahnya 130/89 mm Hg dengan denyut nadi 50 bpm. Berat
badannya adalah 136 lb (61,8 kg), meningkat 10 lb (4,5 kg) pada tahun lalu. Kelenjar tiroidnya
tidak teraba dan refleksnya tertunda. Temuan laboratorium termasuk tingkat hormon perangsang
tiroid (TSH) 24,9μIU/mL (normal 0.45-4.12 μIU/mL) dan kadar tiroksin bebas 8 pmol/L (normal
10–18 pmol/L). Mengevaluasi pengelolaan riwayat hipertiroidisme masa lalunya dan menilai
status tiroidnya saat ini. Identifikasi rekomendasi perawatan Anda untuk memaksimalkan kontrol
status tiroidnya saat ini.

Penyelesaian Kasus :

Subjektif

Nama : Ny. JP

Usia : 33 tahun

Keluhan utama : kelelahan yang membutuhkan tidur siang, berat badan


bertambah, intoleransi dingin, dan kelemahan otot selama
beberapa bulan terakhir

Riwayat pengobatan : methimazole, propranolol, dan radioaktif yodium (RAI)

Obat yang digunakan sekarang : levothyroxine 100 mcg setiap hari, kalsium karbonat tiga kali
sehari, dan omeprazole
Objektif

Pemeriksaan Fisik
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Tekanan darah 130/89 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
Denyut nadi 50 bpm 60-100 bpm Rendah
Berat badan 136 lb (61,8 kg) - Meningkat 10 lb
(4,5 kg) pada
tahun lalu
Kelenjar tiroidnya tidak teraba dan refleksnya tertunda.
Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Hormon perangsang 24,9μIU/mL 0.45-4.12 μIU/mL Tinggi
tiroid (TSH)
Tiroksin bebas 8 pmol/L 10–18 pmol/L Rendah
Pasien didiagnosa hipotiroid

Assessment

Mengevaluasi pengelolaan riwayat hipertiroidisme masa lalunya dan menilai status tiroidnya saat
ini.

 Pengelolaan Riwayat Hipertiroidisme masa lalu


 Methimazole merupakan obat anti-tiroid yang termasuk ke dalam golongan thionamide.
Mekanisme kerja methimazole ialah menghambat produksi hormon tiroid dengan
menghalangi oksidasi yodium dan kemampuannya untuk bergabung dengan tirosin
untuk membentuk tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3). Methimazole merupakan lini
pertama pada terapi hipertiroid, dengan kontraindikasi hipersensitivitas dan menyusui.
Pasien tidak kontraindikasi dengan obat ini sehingga obat ini tepat pasien. Dosis
awalnya 15-60 mg setiap hari dalam 3 dosis terbagi, tergantung pada tingkat keparahan
penyakit; secara bertahap dikurangi menjadi dosis pemeliharaan 5-15 mg setiap hari
setelah pasien eutiroid. Saat pasien belum hamil, obat ini masih aman untuk digunakan.
Namun jika pasein telah hami trisemester pertama maka methimazole harus diganti
dengan PTU.
 Propranolol
Propanolol termasuk ke dalam golongan β-Blocker. Propranolol memiliki mekanisme
kerja sebagai penghambat-adrenergik nonselektif yang secara kompetitif memblok
reseptor β1 dan β2 yang mengakibatkan penurunan denyut jantung, kontraktilitas
miokard, tekanan darah dan kebutuhan oksigen miokard. Pada terapi hipertiroid
propranolol dapat diberikan untuk mengkontrol aktifitas saraf simpatetik. Propranolol
biasanya digunakan sebagai terapi tambahan dengan obat antitiroid, RAI, atau iodide.
Dosis propranolol yang dibutuhkan untuk meredakan gejala adrenergik bervariasi, tetapi
dosis awal 20 sampai 40 mg per oral empat kali sehari efektif untuk kebanyakan pasien
(denyut jantung <90 ketukan / menit). Ketika pasien sudah tidak mengalami kondisi
takikardia, maka penggunaan propranolol dapat dihentikan
 Radioaktif yodium (RAI)
Tujuan terapi adalah untuk menghancurkan sel-sel tiroid yang terlalu aktif.
Memancarkan sinar β dan δ. Daya tembus sinar β max. Hanya 2 mm tetapi kira-kira
90% menyebabkan destruksi sel. Sinar δ digunakan untuk pengukuran jumlah isotop
131
yang telah diserap tiroid. Diantara isotop radioaktif dari Iodium, I adalah yang paling
sering diberikan. Isotop ini akan secara cepat dan efisien diserap oleh kelenjar tiroid,
dan pancaran yang bersifat destruktif sinar β selanjutnya akan bekerja secara khusus
pada jaringan-jaringan ini, dengan sedikit atau tanpa terjadi kerusakan pada jaringan
131
sekitar. Kelenjar tiroid mampu dihancurkan secara utuh oleh I dalam kurun waktu 6-
18 minggu.
 Status Tiroid Saat Ini
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan keluhan yang dialami oleh pasien, pasien
didiagnosa hipotiroid. Penggunaan radioaktif yodium (RAI) dapat menyebabkan
hipotiroidisme pada sekitar 10% pasien yang menjalani terapi dalam 1 tahun pertama setelah
131
I diberikan, dan akan meningkat sekitar 2-3% per tahun setelahnya. Dokter meresepkan
levothyroxine 100 mcg setiap hari, kalsium karbonat tiga kali sehari, dan omeprazole.
 Tepat Indikasi

No. Nama Obat Indikasi Mekanisme Kerja Keterangan


1. levothyroxine Hipotiroid T4 sintetis; hormon tiroid Tepat Indikasi
meningkatkan laju
metabolisme basal,
meningkatkan
pemanfaatan dan
mobilisasi simpanan
glikogen, meningkatkan
glukoneogenesis; terlibat
dalam perkembangan
pertumbuhan dan
merangsang sintesis
protein
Melindungi Mencegah atau mengobati
2. kalsium karbonat Tepat Indikasi
tulang keseimbangan Ca negatif
Gangguan Menghambat reaksi kimia
lambung antara hidrogen, kalium,
seperti tukak serta enzim adenosin
lambung dan trifosfatase. Sistem yang
3. Omeprazole asam dikenal juga sebagai Tepat Indikasi
lambung 'pompa proton' ini terdapat
pada sel-sel penyusun
dinding lambung yang
memproduksi asam.

 Tepat Obat

No. Nama Obat Alasan sebagai Drug of Choice Keterangan


levothyroxine Untuk mengatasi hipotiroid, merupakan
1. Tepat Obat
terapi lini pertama
kalsium karbonat Sebagai suplemen kalsium untuk
2. melindungi tulang (akibat ESO Tepat Obat
levothyroxine)
Omeprazole Untuk mengatasi gangguan lambung,
3. seperti penyakit asam lambung dan tukak Tepat Obat
lambung

 Tepat Pasien
No. Nama Obat Kontraindikasi Keerangan
Hipertiroidisme yang tidak diobati;
1. levothyroxine insufisiensi adrenal yang tidak dikoreksi; Tepat Pasien
IM akut.
Hipersensitivitas, hiperkalsiuria, batu
2. kalsium karbonat ginjal, hipofosfatemia, hiperkalsemia, Tepat Pasien
dugaan toksisitas digoksin
3. omeprazole Penggunaan bersamaan dengan nelfinavir Tepat Pasien

 Tepat Dosis

No. Nama Obat Dosis yang diberikan Dosis pemeliharaan Keterangan


1. levothyroxine 100 mcg/hari 100-200 mcg/day Tepat Dosis
0.5-4 g daily in 1-3
2. kalsium karbonat 3x1 Tepat Dosis
divided doses.
Dosis
20 mg 1 x sehari pemberian
3. omeprazole -
sebelum makan tidak
dicantumkan

 WESO

No. Nama Obat Efek Samping Obat Keterangan


Nyeri angina, palpitasi, kram otot skelet,
takikardi, diare, muntah, tremor, gelisah,
bergairah, insomnia, sakit kepala, muka
1. levothyroxine merah, berkeringat, demam, intoleransi WESO
terhadap panas, berat badan turun drastis,
otot lemah, peningkatan resorpsi tulang
dan penurunan kepadatan mineral tulang
Anoreksia, konstipasi, perut kembung,
2. kalsium karbonat mual, muntah, hiperkalsemia, WESO
hipofosfatemia, milk-alkali syndrome
3. omeprazole Gtal-gatal, kesusahan bernafas, ruam, WESO
demam, mual, jantung berdebar, reaksi
alergi obat, diare, kekurangan magnesium,
kekurangan vitamin B12

DRPs

DRPs (Drug Related Problems) Keterangan


Indikasi yang tidak ditangani (Untreatend Dalam kasus ini semua indikasi yang ada pada
Indication) pasien diberikan obat yang sesuai

Pilihan obat yang kurang tepat (Improrer Dalam kasus ini pemilihan obat yang diberikan
Drug Selection) kepada pasien sudah tepat

Penggunaan Obat tanpa indikasi (Drug Use Tidak ditemukan obat tanda indikasi dalam
Without Indication) kasus ini

Dosis terlalu kecil (Sub Therapic Dosage) Tidak ada obat dengan dosis terlalu kecil
Dosis terlalu besar (Overdosed) Tidak ada obat dengan dosis terlalu besar

Reaksi obat yang tidak dikehendaki (Adverse Tidak ada reaksi obat yang tidak dikehendaki
Drug Reaction)
Interaksi obat Ditemukannya interaksi obat yang diberikan
yaitu antara obat levothyroxine dengan kalsium
karbonat, yang mana kalsium karbonat dapat
menurunkan penyerapan levothyroxine dengan
mengikat dan membentuk kompleks yang tidak
terserap.
Gagal menerima obat (Failure to receive Pasien merima obat yang diberikan
medication)

Menurut PCNE

P2 : Keamanan pengobatan = Ditemukannya interaksi obat yang diberikan yaitu antara obat
levothyroxine dengan kalsium karbonat, yang mana kalsium karbonat dapat menurunkan
penyerapan levothyroxine dengan mengikat dan membentuk kompleks yang tidak terserap.

C3: Pemilihan Dosis = Dosis pemeliharaan pada omeprazole tidak tertera


Plan

Identifikasi rekomendasi perawatan Anda untuk memaksimalkan kontrol status tiroidnya saat ini.

Terapi Farmakologi

 Levothyroxine (Tiroksin sintesis)

Tiroksin Sintetis (T4) adalah obat pilihan untuk penggantian hormon tiroid dan
terapi penekan karena secara kimiawi stabil, relatif murah, bebas antigenisitas, dan
memiliki potensi yang seragam. Pada jaringan perifer, T4 mengalami proses deiodinasi
menjadi Triiodotironin (T3) yaitu bentuk aktif dari hormon tiroid. Levothyroxine aman
digunakan dalam dosis yang tepat karena pada pengobatan yang berlebihan dapat
menyebabkan beresiko menderita jantung.

 Kalsium karbonat
Kalsium karbonat adalah obat untuk melindungi tulang dengan mencegah atau mengobati
keseimbangan Ca negatif. Kalsium karbonat digunakan sebagai suplemen kalsium untuk
melindungi tulang akibat dari efek samping obat levothyroxine

 Omeprazole
Omeprazole adalah obat untuk gangguan lambung seperti tukak lambung dan asam
lambung. Demgan mekanismenya yaitu menghambat reaksi kimia antara hidrogen,
kalium, serta enzim adenosin trifosfatase. Sistem yang dikenal juga sebagai 'pompa
proton' ini terdapat pada sel-sel penyusun dinding lambung yang memproduksi asam.

Terapi Non Farmakologi


1. Melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga
2. Hindari mengkonsumsi alcohol dan merokok
3. Istirahat yang cukup dan mengindari stress
4. Memenuhi kebutuhan iodium sebesar 100-150 mikrogram (0,1-0,15 mg) perhari.
Kebutuhan ini dapat dipenuhi dari konsumsi 6 gram garam beriodium dengan
kandungan minimal 40 ppm, sekitar 60 mikrogram iodium yang dikonsumsi
tersebut akan ditangkap oleh kelenjar tiroid untuk pembentukan hormon
thyroxin (muhilal, 2000).
5. Makanan laut juga dapat menjadi sumber iodium dengan kadar iodium ikan laut
832 µg (muhilal, 2000).
KIE (Komunikasi, Informasi Dan Edukasi)

 Memberikan informasi kepada pasien terkait penyebab dari penyakit tiroid


 Memberikan informasi, instruksi, dan peringatan kepada pasien dan keluarganya tentang
efek terapi dan efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan.
 Memberi informasi kepada pasien untuk memperbanyak istirahat dan menghindari stress,
karena stress juga berkorelasi dengan antibodi terhadap antibodi TSH-reseptor.
 Memberikan informasi mengenai obat yang diberikan,dan interaksi apa saja yang terjadi
pada obat yang diberikan
 Informasi mengenai pentingnya kepatuhan pasien selama terapi
 Memberikan informasi kepada pasien dimana jika keadaan pasien semakin memburuk
selama terapi, maka anjurkan pasien untuk control kembali ke dokter.

Monitoring dan Follow Up

 Memonitoring dalam pemeriksaan kadar TSH dan tekanan darah secara rutin
 Pengobatan dengan tiroksin akan merespon perbaikan TSH dan respon TRH juga menjadi
normal. Hipotiroid subklinis teratasi dan korpus luteum menjadi normal sehingga dapat
terjadi kehamilan.
 Melakukan pemantauan dan mengevaluasi pasien setiap bulan sampai mencapai kondisi
eutroid.
 Monitoring efek samping dari pengobatan dan efek lain yang mungkin di timbulkan
 Monitoring kepatuahan pasien terhadap penggunaan obat

Deskripsi Kasus 2

A 50 year old housewife complains of progressive weight gain of 20 pounds in 1 year,


fatigue, slight memory loss, slow speech, dry skin, constipation, and cold intolerance.
Seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun mengeluh berat badan bertambah 20 pon secara
progresif dalam 1 tahun, kelelahan, sedikit kehilangan ingatan, bicara lambat, kulit kering,
sembelit, dan intoleransi dingin.

Pemeriksaan fisik: Tanda vital antara lain suhu 96,8°F, denyut nadi 58 / menit dan teratur,
TD 140/100. Dia mengalami cukup gemuk dan berbicara perlahan serta memiliki wajah
bengkak, dengan kulit pucat, dingin, kering, dan tebal. Kelenjar tiroid agak membesar,
kencang, tidak bernodul, bergerak, dan tidak nyeri tekan. Waktu refleks tendon dalam
tertunda.
Pemeriksaan laboratorium: CBC dan WBC diferensial normal. Konsentrasi T4 serum 3,8
ug / dl, TSH serum 23,0 uU / ml, dan kolesterol serum 255 mg / dl.

1. Analisis Kasus
A. Subjektif
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Umur : 50 Tahun
- Keluhan : Berat badan bertambah 20 pon secara progresif dalam 1 tahun, kelelahan,
sedikit kehilangan ingatan, bicara lambat, kulit kering, sembelit, dan intoleransi dingin.
B. Objektif

No Pemeriksaan Normal Hasil Keterangan


Fisik
1 Suhu 97-99°C 96,8°F (36°C) Rendah
(36,1-
37,2°C)
2 Denyut Nadi 60-100 kali/ 58 / menit Rendah
menit
3 Tekanan Darah 90/60 140/100 Tinggi
mmHg - mmHg (Hipertensi
120/80 Stage 1)
mmHg.
 mengalami obesitas sedang dan berbicara perlahan serta memiliki wajah sembab,
dengan kulit pucat, dingin, kering, dan tebal.
 Kelenjar tiroid agak membesar, kencang, tidak nodular, bergerak, dan tidak
nyeri tekan. Waktu refleks tendon dalam tertunda.

No Pemeriksaan Normal Hasil Keterangan


Laboratorium
1 T4 4,6-12 ng/dL 3,8 ng / dL Rendah
2 TSH 0,5-6 ulU/mL 23,0 ulU / mL Tinggi
3 Kolesterol 200 mg/dL 255 mg / dL Tinggi
4 CBC (Complete Normal Normal
Blood Count)
WBC (White Blood
Count)

C. Assessment
 Pasien menderita hipotiroid primer jika dilihat dari pemeriksaan bahwa T4 pasien
yang rendah,
 kadar TSH pasien yang tinggi.
 Dan Pasien belum mendapatkan terapi hipotiroid.

D. Plan
 Untuk mengatasi hipotiroid primer pada pasien diberikan Terapi pengganti hormone
tiroid adalah Natrium Levotiroksin dengan dosis awal 50 mcg/hari pada pasien berusia 50
tahun.
 Untuk menurunkan tekanan darah pasien diberikan amlodipine golongan CCB dengan
dosis 1x2,5 mg/ hari untuk pasien yang telah lanjut usia
 Hipotiroidisme harus diatasi secara memadai sebelum memulai pengobatan dengan statin
untuk mengatasi hiperkolesterolemia pasien.

1. Pemilihan Obat Rasional

 Tepat Indikasi
No Nama Obat Indikasi Keterangan
1 Natrium Levotiroksin Untuk Hipotiroidisme Tepat Indikasi
2 Amlodipine Untuk Hipertensi Tepat Indikasi

 Tepat Obat

No Nama Obat Alasan Pemilihan Keterangan


1 Natrium Levotiroksin Karna pasien memiliki kadar T4 Tepat Obat
yang rendah dan kadar TSH
yang tinggi ini berarti pasien
menderita penyakit
hipotiroidisme
2 Amlodipine Karna Tekanan Darah pasien Tepat Obat
140/100 mmHg

 Tepat Dosis

No Nama Obat Dosis awal Dosis Pemeliharaan Keterangan


1 Natrium 25 mcg/hari sampai 50 mcg/hari, Tepat Dosis
Levotiroksin disesuaikan dengan
kondisi TSH
2 Amlodipine 1x5 mg/hari 1x2,5 mg/hari Tepat Dosis

 Tepat Pasien

No Nama Obat Kontraindikasi Keterangan


1 Natrium Levotiroksin Tirotoksikosis Tepat Pasien
2 Amlodipine Hipersensitivitas terhadap CCB, Tepat Pasien
syok kardiogenik, angina
pectoris tidak stabil, stenosis
aorta yang signifikan

 Waspada Efek Samping

No Nama Obat Efek Samping Keterangan


1 Natrium Levotiroksin memiliki efek samping bila WESO
dalam dosis berlebih pada dosis
awal yaitu angina, aritmia,
palpitasi, kram otot skelet,
takikardia, diare, muntah,
tremor, gelisah, bergairah,
insomnia, sakit kepala, muka
merah, berkeringat, demam,
intoleran terhadap panas, berat
badan turun drastis, otot
melemah.
2 Amlodipine nyeri abdomen, mual, palpitasi, WESO
wajah memerah, edema,
gangguan tidur, sakit kepala,
pusing, letih;

Evaluasi Obat Terpilih


1) Levotroksin : Efektif digunakan untuk pasien yang kekurangan kadar T4 , stabil ,
waktu paruhnya panjang, tidak alergenik
2) Amlodipine : Dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah pasien, dan aman
digunakan pada pasien yang mengalami bradicardia, dan harganya terjangkau

2. Monitoring dan follow up


 Monitoring kadar TSH (TSH target 0,4-4 mlU/L)
 Monitoring hasil pengobatan dilakukan setiap 4-6 minggu dengan menilai keluhan-
keluhan dan pemeriksaan kadar T4 dan TSH serum.
 Monitoring tekanan darah pasien
 Monitoring efek dari pengobatan dan efek lain yang timbul selama masa terapi.
 Melakukan monitoring penggunaan obat
 Melakukan monitoring kepatuhan penggunaan obat

3. Komunikasi, Informasi dan Edukasi


 Memberikan saran kepada pasien untuk menjaga pola makan, pola hidup, dan
olahraga
 Memberikan edukasi tentang kepatuhan penggunaan obat
 Memberikan informasi tentang komplikasi dari hipotiroid
 Menyarankan pasien untuk berkonsultasi setiap 2-4 minggu sekali.

Pertanyaan & Jawaban:


1) Apa kemungkinan diagnosisnya?
Jawab :
Hipotiroid primer yang artinya terjadi kelainan pada kelenjar tiroid pasien. Dilihat dari
pemeriksaan TSH yang tinggi namun kadar T4 nya rendah.
2) Apa penyebab yang paling mungkin?
Jawab :
 Penyakit tiroid autoimun (tiroiditis Hashimoto)
 Terapi yodium radioaktif untuk hipertiroidisme
 Tiroidektomi
 Radioterapi sinar eksternal
3) Aspek tambahan apa dari riwayat dan pemeriksaan fisik yang dapat memberikan
informasi yang relevan untuk membantu dalam diagnosis?
Jawab :
 Riwayat keluarga atau keberadaan pasien penyakit endokrin autoimun lainnya
 Riwayat terapi yodium radioaktif
 Riwayat tiroidektomi, riwayat radiasi leher untuk limfoma atau kanker kepala dan
leher
 Gejala sugestif penyakit arteri koroner yang akan mengubah terapi

4) Tes tambahan apa yang akan membantu memastikan diagnosis?


Jawab :
Tidak ada. Autoantibodi tiroid bisa dibilang tidak sensitif dan biayanya tidak
memastikan manfaatnya.
5) Apa saja pilihan pengobatannya?
Jawab :
 Untuk mengatasi hipotiroid primer pada pasien diberikan Terapi pengganti
hormone tiroid yaitu Natrium Levotiroksin dengan dosis awal 50 mcg/hari pada
pasien berusia 50 tahun.
 Untuk menurunkan TD pasien diberikan amlodipine golongan CCB dengan dosis
1x2,5 mg/ hari untuk pasien lanjut usia.
 Hipotiroidisme harus diatasi secara memadai sebelum memulai pengobatan
dengan statin untuk mengatasi hiperkolesterolemia pasien.
6) Apa saja faktor risiko jantung yang ada pada pasien ini? Bagaimana hal itu
mempengaruhi terapi?
Jawab :
 Obesitas sedang
 Hipertensi
 Hiperkolesterolemia
Karena pasien berusia 50 tahun (paru baya) dengan faktor risiko penyakit arteri
koroner, sebaiknya mulai dengan hormon tiroid dosis rendah dan naikkan dosis secara
perlahan.

You might also like