You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN ASUPAN SERAT MAKANAN DAN CAIRAN DENGAN


KEJADIAN KONSTIPASI FUNGSIONAL PADA REMAJA
DI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG
1
Intan Claudina , Dina Rahayuning. P2, Apoina Kartini3
1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro,
Semarang, 50275,Indonesia
2
Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang,
50275,Indonesia
3
Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang,
50275,Indonesia

* Intan Claudina, intan.claudina@yahoo.com

ABSTRACT

Functional constipation is a defecation characterized by decreased frequency of


bowel movements, stiff consistency of feces, there is remaining stool and need to
do extra straining when removing it. Lack of intake of dietary fiber and liquid will
cause constipation. The purpose of this study is to analyze the relationship
between dietary fiber intake and fluid intake with the incidence of functional
constipation in adolescents in SMA Kesatrian 1 Semarang. This research design
uses analytic survey type research with cross sectional approach. The research
population is all students of class XI in SMA Kesatrian 1 Semarang of 289
people. Research subjects were 73 people using purposive sampling technique
that is based on inclusion and exclusion criteria. Constipation events data
collection using questionnaire aids, while the intake of dietary fiber and liquid
using Food Frequency Questionnaires (FFQ Semi kuantitatif). Data analysis
using Chi Square test. The results showed that dietary fiber intake category less
than 67.1%, fluid intake category less by 67.1% and as many as 68.5% of
respondents experiencing constipation. There was a relationship between dietary
fiber intake with functional constipation events (p = 0,000) and fluid intake with
functional constipation events (p = 0.000). It is suggested to the school to provide
educational information communication (KIE) to students about nutrition
education and PGS (Guidelines of Balanced Nutrition) so that the consumption of
fruits, vegetables and water is further improved to achieve sufficient intake.

Keywords : Functional Constipation, Adolescent, Fiber Intake, Fluid Intake

486
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN untuk mencegah konstipasi adalah


Konstipasi fungsional adalah dengan mengkonsumsi serat sesuai
persepsi gangguan buang air besar dengan kebutuhan.
berupa berkurangnya frekuensi Sayur dan buah merupakan
buang air besar. Dikatakan sumber serat pangan yang mudah
konstipasi fungsional apabila buang ditemukan dalam makanan.5
air besar kurang dari 3 kali seminggu Berdasarkan Riskesdas tahun 2013,
atau 3 hari tidak buang air besar dan prevalensi nasional yang kurang
diperlukan mengejan secara mengkonsumsi buah dan sayur
berlebihan.1 Saat defekasi akan terdapat pada penduduk umur > 10
menimbulkan rasa nyeri pada perut tahun adalah 93,5 %, sedangkan di
ketika buang air besar. Hal tersebut Jawa Tengah sebanyak 91 %
dapat memicu tingkat stres pada penduduk umur > 10 tahun kurang
penderita konstipasi akibat rasa mengkonsumsi buah dan sayur.6
ketidaknyamanan. Umumnya Rata-rata konsumsi serat pada
konstipasi dianggap sebagai hal penduduk di Indonesia secara umum
biasa yang terjadi sesekali dan tidak yaitu 10,5 gram/hari7, sedangkan
berdampak pada gangguan sistem kebutuhan serat ideal rata-rata
tubuh, namun apabila dibiarkan tidak setiap hari sebanyak 25-30 gram.
ada penanganan dan terjadi secara Hal tersebut menunjukkan bahwa
berulang dalam kurun waktu yang asupan serat masyarakat Indonesia
lama akan mengakibatkan hanya mencapai 1/3 dari kebutuhan
komplikasi.2 serat yang dianjurkan.8
Penyebab umum konstipasi Menurut penelitian yang
fungsional adalah kegagalan dilakukan oleh Inan tentang
merespons dorongan buang air konstipasi fungsional pada anak
besar, asupan serat dan cairan yang menyatakan bahwa ada hubungan
tidak tercukupi yang dapat antara ketidakcukupan asupan serat
menyebabkan dehidrasi serta makanan dengan konstipasi.9
kelemahan otot perut.3 Berbagai Penelitian yang dilakukan oleh Eva
penelitian menemukan bahwa ada dengan sasaran konstipasi
hubungan antara kurangnya asupan fungsional pada anak juga
serat makanan dengan kejadian menyatakan bahwa ketidakcukupan
konstipasi. Serat makanan tidak konsentrasi asupan serat makanan
dapat dicerna oleh enzim berpengaruh secara signifikan
pencernaan manusia, namun di terhadap kejadian konstipasi.10 Hal
dalam usus besar terdapat bakteri ini membuktikan bahwa asupan
kolon yang dapat menguraikan serat serat makanan yang memenuhi
makanan menjadi komponen serat. kecukupan asupan serat perhari
Serat memiliki kemampuan mengikat dapat mengurangi resiko konstipasi
air di dalam usus besar yang fungsional.8
membuat volume feses menjadi Selain asupan serat, faktor
lebih besar dan merangsang syaraf asupan cairan dapat mempengaruhi
rektum sehingga menimbulkan rasa terjadinya konstipasi. Asupan cairan
ingin defekasi. Asupan serat yang merupakan seluruh cairan yang
rendah dapat menyebabkan masa masuk ke dalam tubuh yang berasal
feses berkurang dan sulit untuk dari minuman maupun makanan. Air
buang air besar. Hal ini lah yang berfungsi sebagai pelumas yang
disebut dengan konstipasi.4 Salah membantu sisa metabolisme
satu upaya yang dapat dilakukan bergerak di sepanjang kolon. Tubuh

487
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

akan selalu membutuhkan air untuk kejadian konstipasi fungsional pada


menyerap kembali air yang tersedia remaja karena penelitian kejadian
di dalam usus. Hal ini dapat dilihat konstipasi fungsional dengan
bahwa apabila tubuh kekurangan sasaran remaja belum banyak
asupan cairan, maka feses akan dilakukan.
menjadi lebih kering dari normal dan Masa remaja adalah masa
menghasilkan feses yang keras.11 peralihan dimana perubahan fisik
Berdasarkan hasil survei The dan psikologis dari masa kanak-
Indonesian Regional Hydration kanak ke masa dewasa.15 Batasan
Study (THIRST) tahun 2009 yang usia remaja menurut World Health
dilakukan di enam kota yang terletak Organization adalah antara 12-24
di dataran tinggi dan dataran rendah tahun. Menurut Menteri Kesehatan
di Indonesia, yaitu Jakarta, RI tahun 2010, batas usia remaja
Lembang, Surabaya, Malang, adalah antara 10-19 tahun dan
Makassar dan Malino, yang belum kawin.16 Berbagai perubahan
melibatkan 1.200 responden usia yang terjadi pada diri remaja, baik
15-55 tahun diketahui sebanyak 46,1 perubahan fisik maupun psikis.
% mengalami dehidrasi dengan Perubahan fisik karena pertumbuhan
persentasi remaja lebih besar, yakni yang terjadi pada masa remaja akan
sekitar 49,5 %. mempengaruhi status kesehatan
Rata-rata tubuh orang dewasa dan gizi remaja tersebut.17
akan kehilangan 2,5 liter cairan per Perubahan pola konsumsi
hari. Sekitar 1,5 liter cairan tubuh terjadi di kota-kota besar, yaitu dari
keluar melalui urin, 500 ml keluar pola makanan tradisional yang
melalui keringat , 400 ml keluar banyak mengandung karbohidrat,
melalui proses respirasi (pernafasan) protein, vitamin, mineral dan serat
dan 100 ml keluar melalui feses. bergeser ke pola makanan berat
Berdasarkan estimasi tersebut, yang cenderung banyak
konsumsi minum antara 8-10 gelas mengandung lemak, protein, gula
(1 gelas = 240 ml) dijadikan sebagai dan garam. Pengetahuan konsumsi
pedoman dalam pemenuhan makanan remaja yang rendah akan
kebutuhan cairan.12 berpengaruh pada pola konsumsi
Sekitar 4,5 juta penduduk di makan yang cenderung tidak sehat.
Amerika mengalami masalah Masalah yang sering timbul adalah
konstipasi.13 Prevalensi kejadian perubahan gaya hidup pada remaja
konstipasi di Amerika Serikat sekitar memiliki pengaruh yang signifikan
2-20%. Berdasarkan Data terhadap kebiasaan makan
International US Census Berau mereka.17 Remaja mulai berinteraksi
tahun 2003, sebanyak 3.857.327 dengan lebih banyak pengaruh
jiwa di Indonesia mengalami lingkungan dan mengalami
konstipasi.14 Kejadian konstipasi pembentukan perilaku yang
lebih sering terjadi pada lansia menjadikan mereka lebih banyak
karena lansia banyak mengalami makan di luar rumah, mendapat
penurunan fungsi organ tubuh yaitu banyak pengaruh dalam pemilihan
pada sistem gastrointestinal yang makanan yang akan dimakannya
mengalami perubahan struktur dan seperti memilih untuk mengkonsumsi
fungsi usus besar. Banyaknya makanan yang serba instan dan
penelitian yang membahas kejadian cepat tanpa memperhatikan
konstipasi pada lansia, peneliti kandungan gizi yang terdapat pada
tertarik untuk meneliti permasalahan makanan.18

488
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Penelitian mengenai asupan Populasi dalam penelitian ini


serat dan cairan dengan kejadian adalah seluruh siswa SMA Kesatrian
konstipasi fungsional pada remaja di 1 Semarang berjumlah 289 orang.
Indonesia masih terbatas dan belum Pengambilan sampel dengan teknik
banyak dilakukan. Penelitian ini purposive sampling yang didasarkan
dilakukan di SMA Kesatrian 1 pada suatu pertimbangan melalui
Semarang. SMA Kesatrian 1 kriteria inklusi dan eksklusi yang
Semarang merupakan salah satu dibuat oleh peneliti yaitu sebesar 73
Sekolah Mengengah Atas Swasta orang.
Nasional yang telah diakreditasi oleh Pengumpulan data primer
Badan Akreditasi Sekolah pada dilakukan melalui wawancara
tahun 2006, dalam akreditasi menggunakan kuesioner dan
tersebut SMA Kesatrian 1 mendapat pencatatan FFQ Semikuantitatif.
nilai “A”. Dilihat dari SMA yang Penilaian kejadian konstipasi
bertaraf swasta ini, SMA Kesatrian 1 fungsional menggunakan kuesioner
Semarang merupakan salah satu tanda dan gejala konstipasi
sekolah yang biaya sekolahnya fungsional, asupan serat makanan
cukup mahal dan sosial ekonomi dari dan cairan diukur menggunakan
siswa siswinya pun bisa dikatakan FFQ Semikuantitatif. Data konsumsi
tinggi walaupun penelitian ini tidak cairan dari makanan diperoleh
memfokuskan pada status sosial dengan mengkonversi ke dalam
ekonomi keluarga namun hal ini kandungan air menggunakan DKBM
dapat mempengaruhi gaya hidup dengan menggunakan rumus
sehingga cenderung mempengaruhi menurut Hardinsyah dan Briawan.18
perubahan pola makan bagi siswa Rumus untuk menghitung total
dan siswinya seperti lebih sering intake cairan adalah total intake
mengkonsumsi makanan yang serba cairan = cairan dari minuman +
instan dan cepat tanpa cairan dari makanan.
memperhatikan kandungan gizi yang Uji statistik menggunakan uji Chi
terdapat pada makanan. Hal Square karena skala data dalam
tersebut secara tidak langsung penelitian ini adalah nominal.
berhubungan dengan kurangnya
konsumsi asupan serat makanan HASIL PENELITIAN
dan cairan dengan berbagai A. Karakteristik Responden
masalah kesehatan. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur
Berdasarkan uraian di atas, pada Remaja
peneliti tertarik untuk mengadakan Karakterisktik
suatu penelitian yang mengkaji Remaja Jumlah Persentase
mengenai asupan serat makanan (Orang) (%)
dan cairan dengan kejadian Umur (Tahun)
konstipasi fungsional pada remaja di 15 6 8,2
SMA Kesatrian 1 Semarang.
16 54 74
17 13 17,8
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Total 73 100
penelitian deskriptif analitik, dengan Jenis Kelamin
metode yang digunakan adalah Perempuan 39 53,4
survey analitik dan menggunakan Laki-laki 34 46,6
desain penelitian cross sectional. Total 73 100

489
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Sebaran umur remaja paling Total 2133,75 259,62


banyak terdapat pada umur 16 tahun
yaitu sebesar (74%) sebanyak 54 Berdasarkan tabel 6
orang. Responden dengan jenis menunjukkan bahwa rata-rata
kelamin perempuan lebih banyak asupan cairan yang didapatkan dari
daripada laki-laki yaitu sebesar makanan dan minuman sebesar
(53,4%) sebanyak 39 orang, 2133,75(±259,62) ml.
sedangkan laki-laki sebesar (46,6%)
sebanya 34 orang. Tabel 5. Distribusi Frekuensi
Kejadian Konstipasi Fungsional
B. Analisis Univariat pada Remaja
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Asupan Kejadian
Serat Makanan pada Remaja Jumlah Persentase
Konstipasi
Asupan Jumlah Rata- (Orang) (%)
Fungsional
Serat (Orang) % rata SD Tidak 23 31,5
Makanan (gram) konstipasi
Kurang 49 67,1 10,3 Konstipasi 50 68,5
19,92
Cukup 24 32,9 4 Total 73 100
Total 73 100
Sebagian responden mengalami
Berdasarkan tabel 4. dapat kejadian konstipasi fungsional
diketahui bahwa asupan serat sebesar (68,5%) sebanyak 50 orang.
makanan pada responden
tergolong kurang sebesar (67,1%) C. Analisis Bivariat
sebanyak 49 orang, yaitu Tabel 6. Hubungan Asupan Serat
19,92(±10,34) gram. Makanan dengan Kejadian
Konstipasi Fungsional
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kejadian
Asupan Cairan pada Remaja Asupa Konstipasi
Asupan Jumlah Rata n Fungsional
Cairan (Orang) % -rata SD Total
Serat Konstip Tidak
(ml) Maka asi Konstip
Kurang 49 67,1 2133 161, nan asi
Cukup 24 32,9 ,93 26 F % F % f %
Total 73 100 Kuran 4 10 0 0,0 4 10
g 9 0 9 0
Berdasarkan tabel 5 dapat Cukup 1 4,2 2 95, 2 10
diketahui bahwa asupan cairan pada 3 8 4 0
responden tergolong kurang sebesar p = 0,000, p < 0,05, C = 0,696
(67,1%). Sebanyak 49 orang, yaitu
2133,93(±161,26) ml. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kejadian konstipasi
Tabel 4. Rata-rata Asupan Cairan fungsional lebih banyak terjadi pada
dari Makanan dan Minuman pada responden yang mengkonsumsi
Remaja serat makanan kurang dibandingkan
dengan responden yang
Sumber Air Rata-rata SD mengkonsumsi serat makanan yang
(ml) cukup.
Makanan 270,20 125,50 Berdasarkan hasil koefisien
Minuman 1863,73 134,12 kontingensi didapatkan hasil 0,696

490
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

artinya terdapat korelasi atau fungsional dapat diketahui


hubungan yang sangat erat antara bahwa kejadian konstipasi
asupan serat makanan dengan fungsional lebih banyak terjadi
kejadian konstipasi fungsional. Hal pada responden yang
ini terjadi hubungan yang negatif mengkonsumsi serat makanan
dimana semakin rendah asupan kurang dibandingkan dengan
serat makanan, semakin tinggi responden yang mengkonsumsi
terjadinya konstipasi fungsional. asupan serat makanan yang
cukup. Berdasarkan uji statistik
Tabel 7. Hubungan Asupan Cairan menggunakan Chi Square
dengan Kejadian Konstipasi diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05)
Fungsional yang menunjukkan adanya
Kejadian hubungan antara asupan serat
Asup Konstipasi makanan dengan kejadian
an Fungsional konstipasi pada remaja.
Total
Caira Konstip Tidak Hasil penelitian ini sejalan
n asi Konstip dengan penelitian yang
asi dilakukan pada anak sekolah
F % F % F % dasar di Kota Bogor yang
Kura 49 10 0 0,0 4 10 menunjukkan bahwa ada
ng 0 9 0 hubungan yang signifikan antara
Cuku 1 4,2 2 95, 2 10 asupan serat dengan
p 3 8 4 0 konsistensi feses sebesar
p = 0,000, p < 0,05, C = 0,696 p=0,016, yang artinya apabila
serat cukup sesuai dengan
Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan, maka konsistensi
bahwa kejadian konstipasi feses pun akan menjadi lembut,
fungsional lebih banyak terjadi pada bervolume dan dapat
responden yang mengkonsumsi dikeluarkan dengan lancar
cairan kurang dibandingkan dengan sehingga tidak terjadi
responden yang mengkonsumsi konstipasi.19 Hal ini dikarenakan
cairan yang cukup. serat makanan memiliki
Berdasarkan hasil koefisien kemampuan mengikat air di
kontingensi didapatkan hasil 0,696 alam kolon yang membuat
artinya terdapat korelasi atau volume feses menjadi lebih
hubungan yang sangat erat antara besar dan akan merangsang
asupan cairan dengan kejadian saraf pada rektum yang
konstipasi fungsional. Hal ini terjadi kemudian menimbulkan
hubungan yang negatif dimana keinginan untuk defekasi
semakin rendah asupan cairan, sehingga feses lebih mudah
semakin tinggi terjadinya konstipasi dieliminir.
fungsional. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang
PEMBAHASAN dilakukan pada lansia di Unit
1. Hubungan Asupan Serat Rehabilitasi Sosial Pucang
Makanan dengan Kejadian Gading Semarang yang
Konstipasi Fungsional menunjukkan bahwa ada
Hasil analisis bivariat hubungan yang signifikan antara
antara asupan serat makanan asupan serat dengan kejadian
dengan kejadian konstipasi konstipasi yaitu p=0,013.20

491
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Perbedaan hasil penelitian dilakukan pada siswa beberapa


responden satu dengan sekolah taman kanak-kanak di
responden lain kemungkinan Denpasar menunjukkan bahwa
disebabkan oleh kebiasaan asupan cairan yang tidak
konsumsi makanan yang mencukupi berkaitan dengan
beragam dan porsi yang berbeda kejadian konstipasi p=0,047; RP
sehingga mempengaruhi jumlah 6,5; IK 95% 1,02 sampai 41,5.10
asupan serat yang dikonsumsi Salah satu peran air adalah
tiap responden. memperlancar fungsi
pencernaan. Peran air di dalam
2. Hubungan Asupan Cairan tubuh sangat besar karena air
dengan Kejadian Konstipasi membantu kerja organ-organ
Fungsional pencernaan di seperti usus
Hasil analisis bivariat antara besar. Asupan cairan dapat
asupan cairan dengan kejadian mempengaruhi terjadinya
konstipasi fungsional dapat konstipasi. Cairan terdiri dari
diketahui bahwa kejadian dari air yang diminum dan
konstipasi fungsional lebih diperoleh dari makanan dan air
banyak terjadi pada responden yang diperoleh sebagai hasil
yang mengkonsumsi cairan metabolisme atau air
22
kurang dibandingkan dengan metabolik. Air membawa hasil
responden yang mengkonsumsi sisa metabolisme akan berperan
cairan makanan yang cukup. sebagai pelumas untuk
Berdasarkan uji statistik membantu pergerakkan sisa
menggunakan Chi Square metabolisme bergerak di
diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) sepanjang kolon. Semakin tubuh
yang menunjukkan adanya membutuhkan air maka semakin
hubungan antara asupan cairan besar usahanya untuk
dengan kejadian konstipasi menyerap kembali air yang
pada remaja. tersedia di dalam usus. Ketika
Hasil penelitian ini sejalan tubuh kekurangan air, maka
dengan penelitian yang gerak kolon akan semakin
dilakukan pada lansia di Panti lambat dan mengakibatkan
Wredha Yogyakarta yang feses menjadi lebih kering dan
menunjukkan bahwa nilai p menghasilkan feses yang keras
(0,001) < 0,05 yang artinya sehingga menyebabkan
bahwa asupan cairan secara pengeluaran feses menjadi sulit.
parsial memberikan pengaruh Hal tersebut yang dinamakan
terhadap konstipasi.21 Hal ini konstipasi.11
karena air memiliki peran di Kebiasaan konsumsi
dalam tubuh yaitu membantu minuman tiap responden
kerja organ-organ pencernaan berbeda jumlahnya karena
seperti usus besar yang kebutuhan air setiap orang
berfungsi untuk mencegah berbeda dan berfluktuasi setiap
konstipasi dengan gerakan- waktu. Faktor seperti usia, jenis
gerakan di dalam usus akan kelamin, tingkat aktivitas dan
menjadikan feses yang keluar faktor lingkungan dapat
menjadi lebih lancar. mempengaruhi jumlah asupan
Hasil penelitian ini juga cairan yang dikonsumsi setiap
sejalan dengan penelitian yang responden.23

492
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

KETERBATASAN PENELITIAN konsumsi air terhadap


Penelitian ini menggunakan kesehatan saluran cerna
metode FFQ Semikuantitatif dan dapat bekerja sama
yang berarti responden harus dengan Dinas Kesehatan
menyebutkan konsumsi setempat untuk
makanan dan minuman dalam memberikan penyuluhan
jangka waktu yang panjang, mengenai diet serat dan
sehingga ketepatan jawaban air secara teratur atau
tergantung pada daya ingat berkala, misalnya setiap
responden. tahun ajaran baru.
b. Memberikan komunikasi
KESIMPULAN informasi edukasi (KIE)
Hasil penelitian kepada siswa mengenai
menunjukkan ada hubungan pendidikan gizi dan PGS
antara asupan serat makanan (Pedoman Gizi Seimbang)
dengan kejadian konstipasi agar konsumsi buah,
fungsional pada remaja (p = sayur dan air lebih
0,000) dan ada hubungan ditingkatkan untuk
asupan cairan dengan kejadian mencapai asupan yang
konstipasi fungsional pada cukup.
remaja (p = 0,000). c. Disarankan pihak sekolah
untuk menyediakan
SARAN makanan yang sehat di
1. Bagi Siswa SMA Kesatrian 1 kantin sekolah seperti
Semarang buah dan sayur untuk
Siswa perlu menunjang kebutuhan
memperhatikan konsumsi asupan serat makanan
makanannya, yaitu lebih dan cairan para siswanya.
meningkatkan makanan yang
mengandung serat makanan 3. Bagi Peneliti Lain
seperti buah sebanyak 2-3 a. Lebih banyak dilakukan
porsi dan sayur sebanyak 3-4 penelitian mengenai
porsi setiap harinya dan konstipasi fungsional
konsumsi air sesuai dengan kelompok sasaran
kebutuhan yang dianjurkan remaja, baik kelompok
sehingga meminimalisir remaja awal, remaja
terjadinya konstipasi tengah dan remaja akhir.
fungsional pada remaja. Karena penelitian
Karena remaja merupakan mengenai konstipasi pada
masa peralihan dari anak- remaja belum banyak
anak menuju dewasa yang dilakukan.
membutuhkan asupan b. Penelitian selanjutnya
makanan yang bergizi untuk disarankan untuk meneliti
menunjang pertumbuhan asupan cairan dari
optimal. makanan dan minuman
2. Bagi Pihak Sekolah secara detail serta faktor-
a. Pihak sekolah diharapkan faktor yang dapat
dapat melakukan mempengaruhi asupan
penyuluhan mengenai diet cairan dengan sasarannya
serat dan perlunya adalah remaja.

493
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

REFERENSI Universitas Muhammadiyah :


1. Dharmika D. Pendekatan Klinis Surakarta. 2016.
Penyakit Gastroenterologi. In: 9. Inan M., Aydiner CY., Tokuc B.,
Sudoyo W. Aru, ed. Buku Ajar Akusa, B., Ayvaz S.,Ayhan S.
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Factors Associated With
Internal Publishing; 2009. Childhood Constipation. J
2. Setyani FAR. Dampak Minuman Paediatr Child Health. 2007;
Probiotik dalam Upaya 43(10):700-6.
Pencegahan Konstipasi pada 10. Eva F. Prevalensi Konstipasi
Pasien Infarct Myocard di dan Faktor Risiko Konstipasi
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Pada Anak. Denpasar:
Tesis Fakultas Ilmu Universitas Udayana; 2015.
Keperawatan Universitas 11. Guyton AC & Hall JE. Textbook
Indonesia: Jakarta; 2012. Of Medical Physiology Edisi 9.
3. Porth CM, Mattson C, Matfin G. Philadelphia: W.B Saunders
Pathophysiology Concepts Of Company; 2003.
Altered Health States. 8th ed. 12. Pijpers MA, Bongers ME,
China: Wolters Kluwer Health Benninga MA, Berger MY.
Lippincott Williams and Wilkin; Functional Constipation In
2009. Children a Systematic Review
4. Lee WT, Ip KS, Chan JS, Lui On Pragnosis and Predictive
NW & Young BW. Increased Factor. J Perdeatr Gastronterol
Prevalence of Nutr; 2010.
Constipation In Pre-School 13. Susan L, Folden, Arnp., et al.
Children Is Attributable To Practice Guidelines : For the
Under-Consumption Management of Constipation in
Of Plant Foods: A Community- Adults. Article Rehabilitation
Based Study. J Paediatr Child Nursing Foundation. Lake
Health. 2008; 44, 170-175. Avenue; 2002.
5. Santoso A, Serat Pangan 14. Fried, Scott., McQuaid, Kenneth
(Dietary Fiber) dan Manfaatnya & Grendell, James. Current
Bagi Kesehatan. Klaten: Diagnosis & Treatment In
Universitas Widya Dharma; Gastroenterology. Singapore:
2011. McGraw – Hill. 2003; 21-26.
6. Kementrian Kesehatan. Laporan 15. Hurlock EB. Psikologi
Hasil Riset Kesehatan Dasar: Perkembangan. 5th. Jakarta:
Badan Penelitian dan Erlangga; 2002.
Pengembangan Kesehatan 16. Departemen Kesehatan RI.
Kementrian RI; 2013. Profil Kesehatan Indonesia.
7. Departemen Kesehatan Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Kegemukan RI; 2010.
Akibat Kurang Serat. 17. Fitriani Z. Hubungan Tingkat
http://www.depkes.go.id. 2008. Konsumsi Energi dan Serat
Diakses pada 9 April 2017. dengan Kadar Gula Darah
8. Wulandari M. Hubungan Antara Sewaktu pada Remaja.
Asupan Serat dengan Kejadian Semarang: Skripsi Fakultas
Konstipasi pada Pekerja di PT. Kesehatan Masyarakat
Tiga Serangkai Surakarta. Universitas Diponegoro:
Skripsi Jurusan Ilmu Gizi Semarang; 2012.
Fakultas Kesehatan Masyarakat

494
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

18. Manurung NK. Pengaruh


Karakteristik Remaja, Genetik
Pendapatan Keluarga,
Pendidikan Ibu, Pola Makan dan
Aktivitas Fisik Terhadap
Kejadian Obesitas di SMU RK
Tri Sakti Medan. Tesis Sekolah
Pascasarjana Univeristas
Sumatera Utara: Medan; 2008.
19. Hardinsyah, Briawan D.
Penilaian dan Perencanaan
Konsumsi Pangan. Bogor (ID):
Departemen GMSK, FAPERTA
IPB; 1994.
20. Sugiyanto VRP. Hubungan
Asupan Serat, Lemak dan Posisi
Buang Air Besar Dengan
Kejadian Konstipasi Pada
Lansia. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro:
Semarang; 2015.
21. Amry RY. Analisis Faktor-Faktor
Kejadian Konstipasi Pada Lanjut
Usia di Panti Wredha Budhi
Dharma Umbulharjo
Yogyakarta. Jurnal Ilmu
Kesehatan Volume 9. No. 2 Juli.
Yogyakarta: Stikes Surya
Global; 2013.
22. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama; 2004.
23. Raissa T. Asupan Serat dan
Cairan, Aktivitas Fisik, Serta
Gejala Konstipasi pada Lanjut
Usia. Skripsi Fakultas Ekologi
Manusia Institut Pertanian
Bogor. Bogor; 2012.

495

You might also like