You are on page 1of 8

Analisis Spasial Kejadian Demam Berdarah Dengue

ANALISIS SPASIAL KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA


BANDAR LAMPUNG TAHUN 2006-2008

Elmi Nuryati1 Thamrin2


Email : nuryati_elmi@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran maupun identifikasi perbedaan


spasial keterkaitan antara faktor risiko penyakit DBD khususnya iklim, lingkungan,
serta kepadatan penduduk terhadap persebaran kejadian DBD di Kota Bandar Lampung
tahun 2006-2008.
Jenis penelitian adalah deskriptif. Hasil analisis spasial pola sebaran DBD tidak
merata dan bervariasi. Kondisi iklim sesuai kondisi perkembangan hidup Aedes
aegypti. Sebaran DBD lebih banyak di wilayah kepadatan tinggi. Proporsi ABJ rata-
rata per tahun berkisar 74%-90,7%. Proporsi pengguna SAB berkisar 12,2%-60,3%.
Hasil uji statistik semua variabel independen tidak signifikan.
Penelitian menghasilkan beberapa kesimpulan dan saran kepada beberapa pihak
berkompeten, masyarakat, serta unit analisis alternatif bagi peneliti lain.

Kata kunci: Analisis spasial, Demam Berdarah Dengue

SPATIAL ANALISIS OF DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)


IN BANDAR LAMPUNG DURING 2006 – 2008

ABSTRACT

This descriptive research is aimed at understanding the description and


identification of spatial difference in Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) risk factors,
especially those on account of climate, environment, and population density in an
outbreak case in Bandar Lampung during 2006-2008
Based on the results of spatial analysis of DHF occurrence, it showed that the
spread was sporadic and varied. Climatological condition had average number suitable
for the growth of Aedes aegypti. It resulted in the annual prevalence of DHF cases. The
spread relying on the factor of population density was prevalent. Larvae-free index
proportion fluctuated with approximate annual larvae-free average index of 74%-
90.7%. Clean water facility user proportion number in the same period moved between
12.2%-60.3%. Statistic analysis showed that all independent variables had no
significant correlation with the outbreak.
This research results some conclusions and bears suggestion to authorized bodies,
public, and may become an alternative analysis unit for later researchers.

Keywords: Spatial analysis, Dengue Haemorrhagic Fever

55_ Jurnal Ilmiah Kesehatan _ Vol 1, No 2 Juli 2012


Analisis Spasial Kejadian Demam Berdarah Dengue

PENDAHULUAN kependudukan, persebaran, lingkungan,


perilaku, sosial ekonomi, kasus kejadian
Penyakit Dengue Haemorragic penyakit, dan hubungan antar variabel
Fever (DHF) atau Demam Berdarah tersebut. Pendekatan spasial dengan
Dengue (DBD) adalah suatu penyakit analisis geographic information system
infeksi virus akut yang disebabkan oleh (GIS) penting untuk dilakukan karena
virus Dengue yang termasuk golongan dapat diketahui kekerapan angka DBD
Arbo (Arthropod-borne) virus grup B. atau kepadatan jentik dengan kasus
Serangan penyakit DBD yang pertama DBD. Juga dengan metode mapping bisa
kali tercatat terjadi di Australia di tahun ditentukan siapa dan dimana orang-orang
1897. Epidemi pertama di luar Jawa yang biasa melakukan akses sterhadap
dilaporkan tahun 1972 di Sumatera Barat pelayanan, kemudian dimana fokus KLB
dan Lampung, disusul Riau, Sulawesi (Achmadi, 2005).
Utara, dan Bali. Saat ini DBD
sudah endemis di banyak kota besar,
bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini METODE PENELITIAN
telah berjangkit di daerah pedesaan
Berdasarkan data Dinas Jenis penelitian ini adalah studi
Kesehatan Kota Bandar Lampung jumlah deskriptif. Sedangkan disain studi
penderita DBD pada tahun 2006 sebesar deskriptif yang digunakan dalam
892 dengan IR 109,8, CFR 1,2 %, pada penelitian ini adalah studi kecenderungan
tahun 2007 meningkat menjadi 1992 waktu (time trend studies).
dengan IR 235,5, CFR 0,75 %, tahun Populasi dan sampel dalam
2008 sebesar 1128 dengan IR 138,8, penelitian ini adalah seluruh kasus DBD
CFR 1,5 %. Kasus tersebut masih terlalu yang terjadi di wilayah Kota Bandar
tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Lampung, mulai bulan Januari 2006
Lampung tengah yang pada tahun 2007 sampai dengan Desember 2008. Untuk
dengan IR 47,06, Lampung Selatan IR melihat gambaran karakteristik masing-
24,23, Tanggamus 40,77. Dari 13 masing variabel yang terlihat dalam
Kecamatan yang ada di kota analisis spasial faktor risiko terhadap
Bandar Lampung semuanya merupakan kasus DBD di Kota Bandar Lampung
daerah endemis DBD, dan dari tahun 2006-2008 baik dalam tampilan
98 kelurahan yang ada 81 kelurahan gambar peta.
merupakan daerah endemis DBD.
Menurut Achmadi (2005), spasial
yang berasal dari kata ”space” artinya HASIL PENELITIAN
ruang. Perbedaan dengan arti pengertian
yang berkenaan dengan wilayah lainnya Pola sebaran kasus DBD di Kota
adalah: spasial lebih memperhatikan Bandar Lampung selama tiga tahun
”temporal” atau waktu, juga ketinggian (2006-2008) terjadi tidak merata.
dan kelembaban. Analisis spasial sebagai Sebaran kasus DBD berdasarkan waktu
bagian dari manajemen penyakit berbasis menunjukkan bahwa jumlah kasus DBD
wilayah merupakan suatu analisis dan meningkat tajam pada tahun 2007.
uraian tentang data penyakit secara Walaupun jumlah kasus DBD menurun
geografi berkenaan dengan pada tahun 2008, namun jumlah kasus

55_ Jurnal Ilmiah Kesehatan _ Vol 1, No 2 Juli 2012


Analisis Spasial Kejadian Demam Berdarah Dengue

pada tahun 2007 masih lebih besar teknologi Geographic Information


dibandingkan tahun 2006. System (GIS) secara tumpang susun
(overlay). Sedangkan analisis statistik
Selama tahun 2006-2008, Kota menggunakan uji korelasi Spearman
Bandar Lampung mempunyai suhu udara Rank , uji korelasi Pearson dan regresi
berkisar antara 27,1oC-29,2oC. Tingkat linier sederhana.
derajat suhu dari tahun ketahun selalu Hasil uji statistik didapatkan data
mengalami perubahan, dimana tahun bahwa tidak ada hubungan yang
2007 mengalami kenaikan derajat suhu signifikan antara DBD dengan suhu
sedangkan tahun 2008 mengalami udara tahun 2007 (nilai p= 0,121).
penurunan derajat suhu pada bulan Hubungan DBD dengan suhu udara
Februari dan November. Tetapi tahun 2008 menunjukkan hubungan
penurunan derajat suhu ekstrim terjadi ”sangat lemah” dan berpola positif,
pada bulan April. artinya semakin bertambahnya suhu
Kelembaban udara rata-rata udara maka semakin tinggi kasus DBD.
bulanan Kota Bandar Lampung tahun Hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak
2006-2008 berkisar antara 71%-80% ada hubungan yang signifikan antara
dengan rata-rata tahunan 76,92% (2006), DBD dengan suhu udara tahun 2008
77,25% (2007) dan 77,83% (2008). (nilai p= 0,979).
Peningkatan kelembaban udara terjadi Hasil uji statistik didapatkan data:
setiap tahun, di mana kelembaban udara tidak ada hubungan yang signifikan
tahun 2008 merupakan kelembaban antara DBD dengan kelembaban udara
udara tertinggi. tahun 2006 (nilai p= 0,594). Tidak ada
Kondisi Curah hujan di Kota hubungan yang signifikan antara DBD
Bandar Lampung selama tahun 2006- dengan kelembaban udara tahun 2007
2008 berkisar antara 655.4 mm/tahun- (nilai p= 0,547) dan tidak ada hubungan
1.0017 mm/tahun. Curah hujan tertinggi yang signifikan antara DBD dengan
(1.0017 mm/tahun) terjadi pada tahun kelembaban udara tahun 2008 (nilai p=
2006 di wilayah Kecamatan Rajabasa. 0,979).
Kepadatan penduduk Kota Bandar Hasil analisis spasial tahun 2006,
Lampung selama tiga tahun (2006-2008) 2007, dan 2008 seperti pada Gambar
mengalami fluktuasi. Kepadatan 5.18, 5.19. dan 5.20 tidak selalu
penduduk yang selalu selalu mengalami memperlihatkan pola hubungan antara
peningkatan terjadi di dua wilayah curah hujan dengan kasus DBD yang
Kecamatan yakni Kecamatan Panjang terjadi di Kota Bandar Lampung. Curah
dan Telukbetung Utara. Sedangkan pada hujan yang rendah atau tinggi ternyata
beberapa Kecamatan yang lainnya secara tidak selalu diikuti oleh rendah tingginya
umum fluktuatif. kasus DBD.
Analisis bivariat dilakukan untuk Hasil uji statistik didapatkan data:
mengetahui pola hubungan antara faktor tidak ada hubungan yang signifikan
risiko kejadian DBD dengan kejadian antara DBD dengan curah hujan tahun
DBD di Kota Bandar Lampung selama 3 2006 (nilai p= 0,856). Tidak ada
(tiga) tahun yaitu tahun 2006, 2007 dan hubungan yang signifikan antara DBD
2008. Pola hubungan digambarkan dengan curah hujan tahun 2007 (nilai p=
dengan analisis spasial menggunakan 0,921) dan tidak ada hubungan yang

55_ Jurnal Ilmiah Kesehatan _ Vol 1, No 2 Juli 2012


Analisis Spasial Kejadian Demam Berdarah Dengue

signifikan antara DBD dengan curah terhadap 2 (dua) variabel independen


hujan tahun 2008 (nilai p= yaitu suhu udara dan kelembaban udara,
0,593). serta kejadian DBD sebagai variabel
Hasil uji statistik didapatkan data: dependen.
tidak ada hubungan yang signifikan Korelasi antara suhu udara
antara DBD tahun 2006 dengan dengan kasus DBD Kota Bandar
kepadatan penduduk tahun 2006 (nilai p= Lampung tahun 2006-2008 didapatkan
0,145). Tidak ada hubungan yang data nilai koefisien korelasi (r) = 0,016
signifikan antara DBD tahun 2007 dan nilai p = 0,927. Kesimpulan dari
dengan kepadatan penduduk tahun 2007 hasil tersebut adalah tidak ada hubungan
(nilai p= 0,447) dan tidak ada hubungan antara DBD tahun 2006-2008 dengan
yang signifikan antara DBD tahun 2008 suhu udara tahun 2006-2008 dan berpola
dengan kepadatan penduduk tahun 2008 positif, artinya semakin bertambah suhu
(nilai p= 0,480). udara semakin tinggi kasus DBD. Hasil
Hasil uji statistik didapatkan data: uji statistik didapatkan data bahwa tidak
tidak ada hubungan yang signifikan ada hubungan yang signifikan antara
antara DBD tahun 2007 dengan ABJ DBD dengan suhu udara.
tahun 2007 (nilai p= 0,426). Hubungan Hubungan antara suhu udara
DBD tahun 2008 dengan ABJ tahun dengan DBD menunjukkan tidak ada
2008 menunjukkan hubungan yang hubungan/hubungan lemah (r = 0,016)
”sangat lemah” dan berpola negatif. dan berpola positif artinya semakin
Artinya: semakin bertambah ABJ maka bertambah suhu udara maka semakin
kasus DBD semakin menurun. Hasil uji tinggi kasus DBD. Nilai koefisien
statistik didapatkan data: tidak ada dengan determinasi (R2) berarti
hubungan yang signifikan antara DBD persamaan linier yang diperoleh
tahun 2008 dengan ABJ tahun 2008 menerangkan 0,000% variasi DBD atau
(nilai p= 0,936). persamaan garis yang diperoleh tidak
Hubungan DBD pada tahun 2006, cukup baik untuk menjelaskan variabel
2007 dan 2008 dengan SAB Kota Bandar DBD. Hasil uji statistik didapatkan tidak
Lampung tahun 2006, 2007 dan 2008 ada hubungan yang bermakna antara
menunjukkan hubungan yang ”sangat suhu udara dengan DBD (p=0,941).
lemah” dan berpola negatif. Artinya: Hubungan antara kelembaban
semakin bertambah cakupan SAB maka udara dengan DBD menunjukkan tidak
kasus DBD semakin menurun. Hasil uji ada hubungan/hubungan lemah (r =
statistik didapatkan data: tidak ada 0,145) dan berpola negatif. Artinya,
hubungan yang signifikan antara DBD semakin berkurang kelembaban udara
tahun 2006 dengan SAB tahun 2006 maka semakin rendah kasus DBD. Nilai
(nilai p= 0,936). Tidak ada hubungan koefisien dengan determinasi (R2) 0,021,
yang signifikan antara DBD dengan SAB berarti persamaan linier yang diperoleh
tahun 2007 (nilai p= 0,976) dan tidak ada menerangkan 2,1% variasi DBD atau
hubungan yang signifikan antara DBD persamaan garis yang diperoleh tidak
dengan SAB tahun 2008 (nilai p= 0,936). cukup baik untuk menjelaskan variabel
Dengan adanya keterbatasan data DBD. Hasil uji statistik didapatkan tidak
sekunder, maka uji korelasi dan regresi ada hubungan yang bermakna antara
linier sederhana hanya dapat dilakukan

55_ Jurnal Ilmiah Kesehatan _ Vol 1, No 2 Juli 2012


Analisis Spasial Kejadian Demam Berdarah Dengue

kelembaban udara dengan DBD sehingga banyak penderita DBD yang


(p=0,318). tidak ditangani dengan cepat.
Berdasarkan hasil analisis spasial
PEMBAHASAN Kecamatan yang berada di wilayah
Pusat, Timur dan Utara selalu tercatat
Kasus DBD pada tahun 2006 sebagai Kecamatan dengan kasus DBD
berjumlah 892 (delapan ratus sembilan “tinggi”. Hal yang menjadi penyebab
puluh dua) kasus. Peta Distribusi Kasus kasus DBD di wilayah tersebut selalu
Demam Berdarah Dengue Kota Bandar tinggi disebabkan karena wilayah
Lampung Tahun 2006 pola sebaran kasus tersebut merupakan pusat Kota Bandar
terdapat diwilayah bagian Utara dan Lampung, kawasan perdagangan,
Timur Laut. Jumlah kasus terbanyak pendidikan serta merupakan jalur
terdapat di Kecamatan Kedaton transportasi utama yang sangat ramai
(Kelurahan Sidodadi) dan Kecamatan dilalui (jalan protokol ibukota provinsi
Sukarame (Kelurahan perumahan Lampung). Menurut Departemen
KORPRI). Sedangkan di wilayah bagian Kesehatan (2002) salah satu faktor yang
Barat dan Pusat, kasus DBD tersebar terkait dengan penularan penduduk
merata hampir di setiap kelurahan, adalah mobilitas penduduk sehingga
terutama di Kecamatan Tanjungkarang berakibat terhadap penyebaran kasus
Barat (Kelurahan Sukajawa) dan DBD.
Kecamatan Tanjungkarang Pusat Hasil analisis spasial kota Bandar
(Palapa). Program pemberantasan vektor Lampung pada tahun 2006, 2007 dan
sebenarnya telah dilaksanakan Dinas 2008 memperlihatkan pola sebaran kasus
Kesehatan Kota Bandar Lampung, DBD lebih banyak terdapat di wilayah
namun kasus DBD masih tinggi. kepadatan tinggi. Wilayah dengan
Kasus DBD tahun 2007 kepadatan penduduk tinggi tersebut
meningkat lebih dari 100% merupakan pusat kegiatan sosial
dibandingkan kasus yang terjadi tahun ekonomi. Hasil analisis spasial
2006 namun angka kematian akibat DBD memperlihatkan pola sebaran kasus DBD
menurun (CFR = 0,75%). Faktor yang banyak terdapat diwilayah yang tingkat
menjadi penyebab adalah adanya kepadatannya tinggi walaupun hasil uji
kewaspadaan (awareness) masyarakat statistik tidak berhubungan secara
terhadap DBD sehingga pada saat bermakna.
ditemukan penderita DBD langsung Dalam penelitian ini analisis
dilaporkan ke puskesmas atau pusat spasial untuk iklim tidak dapat
pelayanan kesehatan terdekat sehingga dilakukan, karena pengukuran suhu udara
penderita bisa segera ditangani. Kendati hanya dilakukan di Kecamatan Panjang
kasus DBD tahun 2008 mengalami sehingga data menjadi homogen,
penurunan dibanding tahun 2007, namun sedangkan data iklim kelembaban udara
angka kematian akibat DBD mengalami tidak ada. Sehingga hasil penelitian
peningkatan (CFR = 1,50%). Hal ini untuk faktor risiko iklim suhu udara dan
kemungkinan disebabkan kewaspadaan kelembaban udara Kota Bandar
masyarakat terhadap penanggulangan Lampung hanya dapat dianalisi secara
penderita DBD yang sudah menurun statistik.

55_ Jurnal Ilmiah Kesehatan _ Vol 1, No 2 Juli 2012


Analisis Spasial Kejadian Demam Berdarah Dengue

Berdasarkan hasil uji statistik, Dari pembahasan di atas, dapat


tidak ditemukan hubungan yang diketahui bahwa faktor risiko yang paling
bermakna antara kasus DBD dengan berpengaruh terhadap kasus DBD di
suhu udara di Kota Bandar Lampung daerah yang setiap tahun mengalami
selama tahun 2006-2008. kasus DBD tinggi adalah masih
Rata-rata curah hujan Kota Bandar rendahnya cakupan ABJ. Rendahnya
Lampung tahun 2006-2008 berkisar cakupan ABJ ini bisa disebabkan oleh
antara 15,5 mm/jam – 333,3 masih rendahnya kualitas kebersihan
mm/jam. Hasil uji statistik antara kasus lingkungan serta kesadaran penduduk
DBD dengan curah hujan di Kota Bandar terhadap kebersihan lingkungan dan
Lampung tahun 2006-2008 tidak PHBS yang masih kurang, khususnya
menunjukkan hubungan yang bermakna. dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk.
Untuk analisis spasial tahun 2007
dimana terjadi ledakan kasus DBD, rata-
rata curah hujan di Kota Bandar KESIMPULAN DAN SARAN
Lampung sebagian besar “tinggi”. Peta
tumpang susun antara kejadian DBD Sebaran kasus DBD di Kota
dengan curah hujan menunjukkan pola Bandar Lampung tahun 2006-2008
hubungan antara keduanya. berdasarkan peningkatan jumlah kasus
ABJ Kota Bandar Lampung DBD adalah sebagai berikut:
selama tahun 2006-2008 mengalami Sebaran tahun 2006 terdapat di bagian
fluktuasi. Kalau melihat distribusi data Utara (Kecamatan Kedaton) dan Timur
ABJ yang tersedia, rata-rata ABJ per Laut (Kecamatan Sukarame). Semula
tahun berkisar antara 74%-90,7% (tahun sebaran kasus DBD hanya terpusat di
2006), 78,7%-89,6% (tahun 2007) dan wilayah Pusat (Kecamatan
79,9%-90,1% (tahun 2008) angka index Tanjungkarang Pusat) dan Kedaton),
tersebut masih belum sesuai dengan wilayah Utara (Kecamatan Rajabasa) dan
indikator ABJ yang ditetapkan Timur (Kecamatan Sukarame), pada
Departemen Kesehatan R.I. yaitu lebih tahun 2007 wilayah kasus menyebar ke
besar atau sama dengan 95% . Menurut wilayah Timur (Kecamatan
Departemen Kesehatan (2005) cara yang Tanjungkarang Timur), Timur Laut
paling efektif adalah dengan upaya (Kecamatan Sukabumi), Barat Laut
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) (Kecamatan Tanjungkarang Barat) dan
melalui 3M yaitu menguras (dan wilayah Kecamatan yang berbatasan
menyikat) bak mandi, bak WC, dan lain- dengan Kecamatan Rajabasa (Kecamatan
lain; Menutup tempat penampungan air Kemiling). Sebaran kasus DBD tahun
rumah tangga (tempayan, drum, dan lain- 2008, masih terdapat pada bagian Utara
lain); serta mengubur, menyingkirkan dan Timur Laut.
atau memusnahkan barang-barang bekas Pola Sebaran kasus DBD Kota
seperti kaleng, ban, dan lain-lain. Dengan Bandar Lampung tahun 2006-2008 tidak
kegiatan 3M ini diharapkan angka merata dan bervariasi. Pada tahun 2007
kepadatan jentik dapat dikurangi yang terjadi peningkatan jumlah kasus DBD
secara tidak langsung dapat mengurangi yang “tinggi”, baik jumlah kasus maupun
risiko penularan vektor DBD. sebaran wilayah terjangkit (lebih dari
100%). Kondisi iklim Kota Bandar

55_ Jurnal Ilmiah Kesehatan _ Vol 1, No 2 Juli 2012


Analisis Spasial Kejadian Demam Berdarah Dengue

Lampung selama tiga tahun (2006-2008), (76,1%-90,1%) merupakan faktor risiko


baik suhu, kelembaban dan curah hujan yang kemungkinan berhubungan dengan
memiliki angka rata-rata yang sesuai terjadinya kasus DBD di Kota Bandar
dengan kondisi perkembangan hidup Lampung pada tahun 2006-2008.
nyamuk Aedes aegypti, sehingga kasus Cakupan ABJ yang masih rendah ini
DBD selalu ditemukan setiap tahun di berhubungan erat dengan kesadaran
Kota Bandar Lampung Hasil analisis penduduk dalam PSN dan kualitas
spasial kota Bandar Lampung pada tahun kebersihan lingkungan. Kelompok usia
2006, 2007dan 2008 memperlihatkan berisiko terhadap penularan DBD berada
pola sebaran kasus DBD lebih banyak pada usia 5-14 tahun yang merupakan
terdapat di wilayah kepadatan tinggi. usia non produktif dan berada pada
ABJ Kota Bandar Lampung kelompok usia sekolah TK sampai
selama tahun 2006-2008 mengalami dengan SMP. Kemungkinan penularan
fluktuasi. Kalau melihat distribusi data DBD melalui vektor Aedes aegypti
ABJ yang tersedia, rata-rata ABJ per adalah terjadi di luar rumah yakni pada
tahun berkisar antara 74%-90,7% (tahun saat anak-anak berada di luar rumah
2006), 78,7%-89,6% (tahun 2007) dan /sekolah.
79,9%-90,1% (tahun 2008) angka index
tersebut masih belum sesuai dengan
indikator ABJ yang ditetapkan DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan R.I. yaitu lebih
besar atau sama dengan 95% . Achmadi, UF. (2005). Manajemen
Fluktuasi pengguna SAB tahun Penyakit Berbasis Wilayah, Kompas,
2006-2008 berkisar antara 12,2%-60,3%. Jakarta.
Setiap tahun kondisi ini tidak selalu
sama, namun pengguna SAB cenderung .................., Dampak Perubahan Iklim
menurun. Kemungkinan yang timbul di terhadap Kesehatan dalam: Technology
masyarakat adalah perilaku Indonesia edisi tanggal 3 Desember
menggunakan banyak tempat 2007, www.technology.com diakses
penampungan air bersih, sehingga bisa tanggal 30 maret 2009.
berakibat semakin banyaknya tempat
perindukan nyamuk Aedes aegypti. 1. Andriani, Dina Kemala. Hubungan
Variabel kepadatan penduduk Faktor-Faktor Perubahan Iklim
menunjukkan konsistensi adanya pola Dengan Kepadatan Vektor Demam
hubungan dengan kasus DBD di Kota Berdarah Dengue (DBD) dan Kasus
Bandar Lampung. Serta Angka Insidensi Demam
Hasil uji statistik menunjukkan, bahwa Berdarah Dengue di DKI Jakarta
semua variabel independen tidak Tahun 1997-2000, Skripsi, Fakultas
berhubungan bermakna dengan kasus Kesehatan Masyarakat Universitas
DBD di Kota Bandar Lampung pada Indonesia, Depok, 2001.
tahun 2006-2008.
Analisis deskriptif epidemiologi 2. Anies, Manajemen Berbasis
terhadap 4 Kecamatan yang Lingkungan, PT. Elek Media
dibandingkan, diperoleh hasil bahwa: Komputindo, Jakarta
Cakupan ABJ yang masih rendah

55_ Jurnal Ilmiah Kesehatan _ Vol 1, No 2 Juli 2012


Analisis Spasial Kejadian Demam Berdarah Dengue

3. Biro Pusat Statistik Provinsi Penyakit dan Penyehatan


Lampung, Statistik Berdasarkan Lingkungan, Jakarta, 2005
Subyek: Penduduk,
http://lampung.bps.go.id, diakses 11. Dinas Kesehatan Kota Bandar
pada tanggal 23 April 2009. Lampung, Profil Kesehatan Kota
Bandar Lampung Tahun 2007,
4. Budianto, Eko. Pengenalan Sistem Lampung, 2007
Informasi Geografis,
www.geografionline.com diakses 12. Djunaedi, Djoni, Demam Berdarah:
pada tanggal 8 April 2009. Epidemiologi, Immunopatologi,
Patogenesis, Diagnosis dan
5. Darsono, Valentinus. Pengantar Ilmu Penatalaksanaanya, UMM press,
Lingkungan, Penerbitan Universitas 2006.
Atmajaya Yogyakarta, 1995
13. Erliyanti, Hubungan Lingkungan
6. Daud, Oslan. Studi Epidemiologi Fisik Rumah dan Karakteristik
Kejadian Penyakit Demam Individu Terhadap Kejadian Demam
Berdarah Dengue Dengan Berdarah Dengue di Kota Metro
Pendekatan Spasial Sistem Tahun 2008, Tesis, Fakultas
Informasi Geografis di Kecamatan Kesehatan Masyarakat Universitas
Palu Selatan Kota Palu, Tesis, Indonesia, Depok, 2008.
Fakultas Kedokteran Universitas
Gajahmada, Yogyakarta, 2007 14. Gemiwati, W., Hubungan Faktor-
Faktor Iklim, Angka Bebas Jentik
7. Departeman Kesehatan Republik dan Angka Insiden DBD di Kota
Indonesia. Pedoman Survei Pekanbaru Tahun 1995-2001, Tesis,
Entomologi Demam Berdarah Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dengue. Jakarta, 2002 Universitas Indonesia, Depok, 2003.

8. ................., Pencegahan dan 15. Haryadi, D., Analisis Spasial


Penanggulangan Penyakit Dengue Penyakit DBD di Kabupaten
dan Demam Berdarah Dengue, Karawang Tahun 2005-2007, Tesis,
Jakarta, 2003 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Depok, 2007.
9. ................., Menggunakan Arc
View®GIS. Modul Pelatihan 16. Hasyim, Hamzah, Manajemen
Manajeman P2M dan PL Terpadu Penyakit Berbasis Wilayah, Jurnal
Berbasis Wilayah Kabupaten/Kota. Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Jakarta, 2004 volume 11, No.02 Juni, 2000
Elmi Nuryati1:
10. ................., Pencegahan dan Dosen STIKes Muhammadiyah Pringsewu
Pemberantasan Demam Berdarah Thamrin2 KKP, Kemenkes RI
Dengue di Indonesia,
Direktorat Jenderal Pemberantasan

55_ Jurnal Ilmiah Kesehatan _ Vol 1, No 2 Juli 2012

You might also like