Professional Documents
Culture Documents
Rusnaini
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia
email: rusnaini@staff.uns.ac.id
Raharjo
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia
email: raharjoppkn@staff.uns.ac.id
Anis Suryaningsih
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia
email: anissuryaningsih@staff.uns.ac.id
Widya Noventari
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia
email: widyanoventari@staff.uns.ac.id
ABSTRACT
The dynamics of social, national and state life continue to develop along with the development of phenomena,
science, and technology. Nowadays, national problems continue to appear in the form of various phenomena that can
be said to be actual, but clichéd. In the world of education, recently, for example, several viral news have appeared
in the mass media and social media about problems that can be said to be clichés, namely intolerance. However,
there are not a few other problems that occur in the world of primary and secondary education such as problems
of radicalism and bullying. These problems are considered as a violation of the values of Pancasila. Therefore, the
Ministry of Education and Culture continues to strive to prepare and implement appropriate policies to overcome
these various problems. One of the efforts made is by initiating the “Profil Pelajar Pancasila”, an ideal profile of
Indonesian students, of course according to Pancasila. The purpose of this study is to find out more about the “Profil
Pelajar Pancasila”, and what its implications are for students’ personal resilience. The method used in this study
is a qualitative method. The results of the study indicate that the profile referred to in the “Profil Pelajar Pancasila
are noble, independent, critical reasoning, creative, mutual cooperation and global diversity. The Ministry of
Education and Culture in the idea of a student profile has conveyed what are the indicators of the “Profil Pelajar
Pancasila”. This profile is an indicator used to measure how the criteria for Indonesian students are in accordance
with Pancasila, which was initiated by the Ministry of Education and Culture’s Character Strengthening Center. In
his study of the “Profil Pelajar Pancasila” which contains characters that refer to Pancasila, it has implications
for students’ personal resilience, where the Pancasila Student Profile directs students to become individuals with
character in accordance with Pancasila which is summarized in a “Profil Pelajar Pancasila”.
230
Rusnaini, Raharjo, Anis Suryaningsih, Widya Noventari -- Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya
Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa
ABSTRAK
Dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara terus berkembang seiring berkembangnya
fenomena, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dewasa ini problematika kebangsaan terus muncul dalam wujud
berbagai fenomena yang dapat dikatakan aktual, namun klise. Di dunia pendidikan, baru-baru ini misalnya,
muncul beberapa berita viral di media massa maupun media sosial tentang problematika yang dapat dikatakan
klise, yaitu tentang intoleransi. Namun begitu, tidak sedikit pula permasalahan-permasalahan lain yang terjadi di
dunia pendidikan dasar dan menengah seperti masalah radikalisme dan perundungan. Berbagai permasalahan
ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terus berupaya menyiapkan dan melaksanakan kebijakan yang tepat untuk mengatasi berbagai
problematika tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan menggagas Profil Pelajar Pancasila, sebuah
profil pelajar Indonesia yang ideal, tentu saja menurut Pancasila. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui lebih
dalam tentang apa itu Profil Pelajar Pancasila, dan bagaimana implikasinya terhadap ketahanan pribadi siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profil
yang dimaksud dalam Profil Pelajar Pancasila ialah berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong
royong dan berkebhinnekaan global. Kemendikbud dalam gagasan profil pelajar ini sudah menyampaikan apa saja
indikator dari Profil Pelajar Pancasila. Profil ini merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur bagaimana
kriteria peserta didik Indonesia yang sesuai dengan Pancasila yang digagas oleh Pusat Penguatan Karakter
Kemendikbud. Dalam kajiannya mengenai Profil Pelajar Pancasila yang di dalamnya berisi karakter-karakter
yang merujuk pada Pancasila, memberikan implikasi terhadap ketahanan pribadi siswa, dimana Profil Pelajar
Pancasila ini mengarahkan siswa menjadi pribadi yang berkarakter sesuai dengan Pancasila yang terangkum
dalam sebuah Profil Pelajar Pancasila.
231
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 2, Agustus 2021: 230-249
232
Rusnaini, Raharjo, Anis Suryaningsih, Widya Noventari -- Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya
Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa
233
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 2, Agustus 2021: 230-249
penelitian dan lembaga survai seperti Setara mendatang. Kebanyakan pekerjaan akan
Instititute mencatat bahwa sebagian besar mengalami perubahan dalam keterampilan
masyarakat di berbagai wilayah Indonesia ( Wo r l d E c o n o m i c F o r u m , 2 0 2 0 : 6 ) .
bersikap intoleran terhadap perbedaan. Data tersebut didukung dengan adanya
Mirisnya, penelitian-penelitian yang dilakukan perubahan “perilaku digital” yang sangat
sejumlah lembaga seperti Badan Nasional pesat di masyarakat Indonesia. Menurut
Penanggulangan Terorisme (BNPT, 2020), APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
the Wahid Institute (2019), Center for the Indonesia), pada tahun 2016 jumlah pengguna
Study of Religion and Culture (CSRC, 2019), internet di Indonesia mencapai 132,7 juta
dan the Habibie Center (2019) menemukan jiwa, pada tahun 2017 meningkat 143,26 juta
bahwa beberapa sekolah dan perguruan tinggi jiwa, dan di tahun 2018 mencapai 171,17 dari
negeri di Indonesia terpapar paham intoleran total populasi penduduk Indonesia 264,16 juta
dan radikal yang berpotensi mengancam orang (APJII, 2019). Penetrasi penggunaan
keutuhan bangsa. Kelompok muda menjadi internet sangat tinggi, namun bertolak
target penyebaran paham tersebut karena bagi belakang dengan perkembangan indeks
mereka kelompok muda adalah ‘investasi’ pembangunan manusia. Data angka indeks
untuk melanggengkan ideologi anti Pancasila. pembangunan manusia (IPM) dari United
Fenomenanya, generasi-generasi kita dianalisis Nations Development Programme (UNDP)
rentan dalam mengadopsi ideologi intoleran, 2016, dimana Indonesia hanya meraih 0,689
hasil studi juga menegaskan bahwa tidak dan berada di peringkat ke-113 dari 188 negara
hanya menginfiltrasi kaum muda, paham- (UNDP, 2016). Begitu pula UNESCO dalam
paham radikal juga ditengarai mulai menyusup Global Education Monitoring (GEM) Report
ke badan-badan pemerintahan yang strategis 2016, menempatkan pendidikan di Indonesia
(Sugiarto, 2020: 209-226). Hasil penelitian ini berada peringkat ke-10 dari 14 negara
mendukung hasil penelitian sebelumnya yang berkembang. Dalam perkembangannya, pada
dilakukan oleh W Khozim, tentang potensi tahun 2017, Berdasarkan Education Index
radikal agama di perguruan tinggi (Khozim, yang dikeluarkan oleh Human Development
W., 2013: 289-304). Reports, pada 2017, Indonesia ada di posisi
Selain permasalahan klasik tersebut, ketujuh di ASEAN dengan skor 0,622
dewasa ini, di dunia pendidikan Indonesia (tirto.co.id, 2019). Hal ini dianalisis karena
telah berkembang problematika modern, pemanfaatan internet yang cenderung belum
seiring dengan perkembangan teknologi maksimal. Konten yang diakses para pelajar
informasi dan komunikasi. Dewasa ini, masih jauh dari dunia pendidikan, dibuktikan
para pelajar dianggap kurang peka dan oleh data APJII bahwa perilaku masyarakat
kurang terampil dalam pemecahan masalah dalam penggunaan internet berdasarkan
sosial, padahal, Kemendikbud mengutip konten yang diakses didominasi oleh akses
World Economic Forum memaparkan data konten video sebesar 45,3%, bermain game
bahwa bahwa kemampuan memecahkan 17,1%, dan mendengarkan musik 13,3%
masalah, sosial, proses, dan sistem adalah (APJII, 2019).
keterampilan yang akan paling dicari sebagai Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi
keterampilan inti di tempat kerja pada masa informasi merupakan lokomotif yang dahsyat
234
Rusnaini, Raharjo, Anis Suryaningsih, Widya Noventari -- Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya
Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa
Gambar 1
Enam Indikator Profil Pelajar Pancasila Versi Sekolah Penggerak
235
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 2, Agustus 2021: 230-249
penelitian yang dilakukan oleh Raharjo, dkk penggunaan teknik dan alat pengumpulan data
yang menyatakan bahwa penguatan civic yang tepat memungkinkan diperolehnya data
literacy berimplikasi pada ketahanan pribadi yang objektif. Creswell (2016) menjelaskan
warga negara muda (Raharjo, dkk,. 2017: metode pengumpulan data merupakan bagian
175-198). Kemudian Penelitian Ade Nur dari instrumen pengumpulan data yang
Rohim yang memaparkan hasil penelitian menentukan berhasil atau tidaknya suatu
mengenai nilai dasar bela negara yang relevan penelitian. Peneliti melakukan wawancara,
dan dapat membangun ketahanan pribadi Focuss Group Discussion (FGD), studi
(Rohim, Ade Nur, 2020: 293-307) dan Joniel dokumen, observasi, dan studi literatur serta
Hendrik Salouw, dkk yang memaparkan penelusaran data online dalam penelitian
hasil penelitiannya bahwa peran guru dalam ini. Validasi data sangat diperlukan dalam
meningkatkan karakter disiplin siswa dapat penelitian. Validasi merupakan ukuran yang
membentuk ketahanan pribadi siswa (Salouw, menunjukkan tingkat kesahihan instrumen
J. H, dkk, 2020: 380-398). Ke semua kajian penelitian. Validasi dalam penelitian
tersebut tidak lepas dari kajian Pancasila, menggunakan triangulasi data sebagai teknik
dalam konteks Profil Pelajar Pancasila, pemeriksaan keabsahan data melalui sumber
maka peneliti mengkaji pada implikasinya lain. Triangulasi merupakan suatu metode
terhadap ketahanan pribadi siswa. Dengan untuk mengatasi masalah sebagai akibat dari
demikian terlihat ketertarikan peneliti untuk kajian yang hanya mengandalkan suatu teori,
membedah dan membahas mengenai kajian data, atau satu metode penelitian saja. Metode
Profil Pelajar Pancasila dengan rumusan ini digunakan peneliti untuk mendapatkan dan
masalah yang diangkat yaitu bagaimana menganalis data terkait dengan intensifikasi
intensifikasi profil pelajar Pancasila pada Profil Pelajar Pancasila dan implikasinya
dunia pendidikan?; dan bagaimana implikasi terhadap ketahanan pribadi siswa.
Profil Pelajar Pancasila terhadap ketahanan
pribadi siswa di lapangan?. Lokasi penelitian PEMBAHASAN
ini dilakukan di Pusat Penguatan Karakter Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila
(Puspeka) Kemdikbud Jakarta dan salah Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan
satu sekolah penggerak yang dibina dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
melakukan kerjasama dengan Puspeka yaitu (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
SD Muhammadiyah 1 Muntilan dengan fokus Riset, dan Teknologi) sebagaimana tertuang
penelitian intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan
dan implikasinya terhadap ketahanan pribadi dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020
siswa. Adapun metode penelitian yang peneliti tentang Rencana Strategis Kementerian
gunakan ialah metode penelitian kualitatif. Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-
Tujuan utama dari suatu penelitian yaitu 2024, bahwa “Pelajar Pancasila adalah
untuk memperoleh data. Dalam penelitian perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar
selain dibutuhkan metode yang tepat, perlu sepanjang hayat yang memiliki kompetensi
juga memilih teknik dan pengumpulan data global dan berperilaku sesuai dengan nilai-
yang relevan agar hasil dari penelitiannya nilai Pancasila, dengan enam ciri utama:
objektif. Zuriah (2009) menyatakan bahwa beriman, bertakwa kepada Tuhan YME,
236
Rusnaini, Raharjo, Anis Suryaningsih, Widya Noventari -- Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya
Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa
dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, Jika diperhatikan lebih detail, ada
bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, perbedaan pada salah satu indikator Profil
dan kreatif”. Pelajar Pancasila yang dirilis website https://
Gagasan terkait dengan Profil Pelajar sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/ (versi
Pancasila ini dapat ditelusuri secara Sekolah Penggerak Kemdikbud yang terdapat
lengkap dalam website Pusat Penguatan pada gambar 1) dengan website https://
Karakter Kemendikbud di link berikut: cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?page_
https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/. id=2817 (versi Pusat Penguatan Karakter di
Bahkan, secara infografik dibuat sangat atas). Namun begitu, perbedaan ini bukanlah
menarik oleh Puspeka terkait dengan deskripsi sesuatu yang kontra, melainkan komplementer.
Profil Pelajar Pancasila itu sendiri. Lebih Pada website Pusat Penguatan Karakter tertera
spesifiknya, infografik Profil Pelajar Pancasila infografis Profil Pelajar Pancasila yang lebih
dapat diakses pada website berikut: https:// lengkap yaitu beriman, bertakwa kepada
cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?page_ Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia,
id=2817. Adapun infografisnya gambar 2. pada indikator Profil Pelajar Pancasila versi
Gambar 2
Profil Pelajar Pancasila beserta 6 Indikatornya (Versi Puspeka)
237
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 2, Agustus 2021: 230-249
website sekolah penggerak ialah berakhlak ajaran agama dan kepercayaannya serta
mulia. Selain indikator tersebut, lainnya menerapkannya dalam kehidupan sehari-
sama, yaitu mandiri, bernalar kritis, kreatif, hari. Adapun beberapa elemennya ialah:
bergotong royong dan berkebhinekaan global. akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak
Selanjutnya, penjelasan masing-masing kepada manusia, akhlak kepada alam, akhlak
indikator Profil Pelajar Pancasila tersebut juga bernegara.
tersedia dalam infografis gambar 3 Indikator kedua menggambarkan
Indikator pertama menjelaskan bahwa tentang kebhinakaan global, di mana yang
pelajar Indonesia yang berakhlak mulia, dimaksudkan ialah bahwa Pelajar Indonesia
maksudnya ialah bahwa akhlak mulia mempertahankan budaya luhur, lokalitas,
dalam hubungan dengan Tuhan Yang Maha dan identitasnya, dan tetap memiliki pikiran
Esa, manusia Indonesia perlu memahami terbuka dalam berinteraksi dengan budaya
Gambar 3
Indikator Pertama Profil Pelajar Pancasila
Gambar 4.
Indikator Kedua Profil Pelajar Pancasila
238
Rusnaini, Raharjo, Anis Suryaningsih, Widya Noventari -- Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya
Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa
Gambar 5
Indikator Ketiga Profil Pelajar Pancasila
Gambar 6
Indikator Keempat Profil Pelajar Pancasila
lain, sehingga menumbuhkan rasa saling yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah
menghargai dam kemungkinan terbentuknya dan ringan. Elemen kunci dalam Profil Pelajar
budaya baru yang positif dan tidak bertentangan Pancasila dengan indikator gotong royong
dengan budaya luhur bangsa. Adapun elemen ialah melakukan kolaborasi atau kerjasama
kunci dalam indikator berkebhinekaan global antar pelajar, kerjasama dalam bidang-bidang
ialah mengenal dan menghargai budaya, yang positif dalam konteks saling membantu
kemampuan komunikasi interkultural dan saling menolong sesama, kemudian
dalam berinteraksi dengan sesama, refleksi kepedulian yang merupakan sebuah sikap
dan tanggungjawab terhadap pengalaman penting yang perlu dimiliki untuk dapat
kebhinekaan. menggerakkan perilaku gotong royong, dan
Indikator ketiga terkait dengan Profil yang terakhir ialah berbagi, sikap dimana perlu
Pelajar Pancasila yaitu Gotong Royong. adanya latihan karena berbagi merupakan
Dalam hal ini dijelaskan bahwa gotong sikap mulia yang dapat mewujudkan indikator
royong yang dimaksud ialah Pelajar Indonesia gotong royong dalam Profil Pelajar Pancasila
memiliki kemampuan gotong royong, yaitu ini.
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara Indikator keempat yaitu mandiri, yang
bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan dimaksud mandiri dalam Profil pelajar
239
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 2, Agustus 2021: 230-249
Pancasila ini ialah Pelajar Indonesia yang informasi, mengevaluasi dan kemudian
bertanggung jawab atas sebuah proses dan menyimpulkannya. adapun elemen kuncinya
juga hasil belajarnya. Adapun elemen kunci yaitu memperoleh dan memproses informasi
profil mandiri ini ialah adanya kesadaran akan dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi
diri dan situasi yang dihadapi, dan regulasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses
diri. berpikir, serta mengambil keputusan.
Indikator yang kelima dari Profil Yang terakhir, indikator keenam dari
Pelajar Pancasila ini ialah bernalar kritis. Profil Pelajar Pancasila ialah kreatif. Kreatif
Bernal kritis yang dimaksud dalam hal ini yang dimaksud dalam Profil Pelajar Pancasila
ialah pelajar yang mampu secara objektif ini ialah pelajar yang mampu memodifikasi
memproses informasi baik kualitatif dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
maupun kuantitatif, membangun keterkaitan bermakna, bermanfaat, dan berdampak,
antara berbagai informasi, menganalisis dengan elemen kuncinya yaitu menghasilkan
Gambar 7
Indikator Kelima Profil Pelajar Pancasila
Gambar 8
Indikator Keenam Profil Pelajar Pancasila
240
Rusnaini, Raharjo, Anis Suryaningsih, Widya Noventari -- Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya
Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa
gagasan yang orisinal dan menhasilkan karya memaparkan tentang relevansi Pancasila di
dan tindakan yang orisinal pula. Orisinalitas masa kini. Beliau memaparkan bahwa:
dalam indikator kreatif ini sangat penting “Dalam melaksanakan tugas, Pusat
dimana perilaku duplikasi atau menirukan Penguatan Karakter atau yang biasa
orang lain tanpa disertai sikap bertanggung disebut Puspeka mendapat apresiasi
jawab dalam kehidupan sehari-hari dapat baik langsung atau tidak langsung dari
menjadi sebuah perilaku-perilaku yang negatif beberapa pihak, terkait program yang
telah dilaksanakan. Namun sesungguhnya
dan bahkan merugikan, misalnya mengakui capaian tersebut merupakan buah dari
karya orang lain sebagai karyanya sendiri. arahan pimpinan, kolaborasi, dan sinergitas
Keenam indikator Profil Pelajar dengan berbagai pihak, baik di internal
Pancasila ini sangat ideal bagi bangsa maupun eksternal Kemendikbud, termasuk
pemerintah daerah dan organisasi mitra.
Indonesia. Sesuai dengan rujukannya yaitu
Khususdi internal Puspeka, kami berupaya
ideologi Pancasila, maka tidak mengherankan membangun suasana lingkungan kerja
isinya-pun sangat ideal. Pertanyaan kritisnya yang siap bekerja dengan keras, cerdas,
ialah, bagaimana kondisi di lapangan terkait cermat, tuntas, ikhlas, dan mengedepankan
dengan Profil Pelajar Pancasila ini?. kebersamaan” (Puspeka, 2020: 16).
Pusat Penguatan Karakter (Puspeka)
Pada dasarnya, capaian pelaksanakan
telah merangkum proses dari usaha untuk
program Puspeka terhimpun dari 4 (empat)
mewujudkan Indikator Profil Pelajar Pancasila
kelompok kerja, yaitu kajian dan produksi
ini dalam sebuah buku dengan judul “Capaian
konten, penyebarluasan konten, pemantauan
Satu Tahun Kolaborasi Dengan Tokoh
dan evaluasi, serta pendukungan dan
Penggerak dalam Mewujudkan Profil Pelajar
administratif. Dari situlah lahir berbagai
Pancasila”. Buku ini merangkum bagaimana
program yang menurut pihak lain inovatif
para tokoh penggerak “membumikan” Profil
dan mengacu pada arahan dan kebijakan
Pelajar Pancasila di satuan pendidikan atau
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, salah
di sekolah-sekolah di Indonesia. Dalam
satu di antaranya bagaimana memanfaatkan
dokumen buku ini, dijelaskan mengenai
perkembangan dan kemajuan teknologi
capaian-capaian yang telah dilakukan dalam
informasi dan komunikasi (Puspeka, 2020:
rangka mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
16).
Hal ini dirangkum dalam beberapa sub bab
Kondisi di lapangan terkait dengan
pembahasan, seperti “Menjadi Milenial yang
usaha mewujudkan Profil Pelajar Pancasila
Pancasilais”, “Seru Belajar Kebiasaan Baru”,
di dunia pendidikan sudah dilakukan dengan
“Tetap Produktif di Masa Penuh Tantangan”,
berbagai macam cara dan inovasi oleh Puspeka
“Menguatkan Literasi Memajukan Bangsa”,
dan menggandeng tokoh penggerak dari
“Pahlawan Masa Kini”, dan “Anti Kekerasan
seluruh Indonesia dan berasal dari berbagai
Berbasis Gender”.
daerah dan berbagai macam latar pendidikan.
Penjelasan capaian satu tahun
Puspeka berupaya mewujudkan generasi muda
kolaborasi dengan tokoh penggerak untuk
yang cerdas berkarakter melalui kampanye
mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ini
komunikasi publik pada berbagai media,
diawali dengan penngantar dari Kepala Pusat
meliputi media sosial, media cetak, Iklan
Penguatan Karakter Bapak Hendrarman yang
Layanan Masyarakat (ILM), film pendek,
241
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 2, Agustus 2021: 230-249
sinetron, festival/mega events, pergelaran jarak jauh. Menurut Eko, “paling tidak aplikasi
musik, pameran, sayembara, kunjungan ini merupakan langkah awal untuk menuju
museum virtual, kemah karakter, dan lain- pembelajaran abad 21 yang bergeser dari
lain (Puspeka, 2020: 17). Kesemuanya ini metode tatap muka ke digital” (Puspeka, 2020:
dilakukan dengan sistem kerja yang terarah dan 32). Eko adalah salah satu contoh di lapangan
terstruktur disertai dengan pendokumentasian yang menunjukkan sikap-sikap uletnya,
dan evaluasi. mandiri, berpikir kritis, dan kreatif. Hal-hal
Salah satu target yang hendak dicapai seperti ini juga dilakukan oleh tokoh-tokoh
dari mewujudkan Profil Pelajar Pancasila penggerak dalam dunia pendidikan. Beberapa
ini, ialah membentuk generasi milenial yang tokoh peneliti rangkum dalam sebuah tabel
Pancasilais. Milenial atau sering disebut yang menunjukkan sebuah pesan inspiratifnya
Generasi Y, adalah mereka yang kini berada kaitannya dengan kolaborasi mewujudkan
pada rentang usia sekitar 20 hingga 40 tahun. Profil Pelajar Pancasila yang dirangkum dalam
Dengan kata lain, hanya kelahiran 1980 sampai tabel 1.
1990 atau 2000-an awal yang masuk angkatan Beberapa tokoh yang dikutip di dalam
generasi milenial atau istilah kerennya disebut tabel di atas memberikan penjelasan secara
generasi ‘zaman now”. Lantas, benarkah implisit dalam sebuah pesan inspiratif dalam
milenial tidak memiliki masalah sekompleks rangka kolaborasi mewujudkan Profil Pelajar
generasi sebelumnya, dikarenakan generasi ini Pancasila. Para tokoh penggerak mengajak
tumbuh dengan dukungan kemajuan teknologi semua civitas akademika di bidang pendidikan
digital, sehingga segala pekerjaannya bisa untuk bergerak dan menyadari bahwa perlunya
dilakukan serba cepat?. Atau jangan-jangan, kolaborasi bersama untuk bersama-sama
mereka justru memiliki problematika yang mewujudkan indikator Profil Pelajar Pancasila
lebih besar, terutama saat mengenali jati ini dengan asumsi bahwa pendidikan untuk
dirinya sebagai manusia Indonesia seutuhnya semua, artinya semua anak Indonesia mestinya
(Puspeka, 2020: 23). Di tengah keresahan mengenyam pendidikan, dan sebagai lembaga
tersebut, hal-hal positif terus dilakukan formal satuan pendidikan merupakan salah
Puspeka dengan menggandeng tokoh-tokoh satu jaminan untuk mengenalkan apa itu dan
milenial untuk berkolaborasi mewujudkan bagaimana Profil Pelajar Pancasila.
Profil Pelajar Pancasila. Pada prinsipnya, penguatan karakter
Kondisi lapangan yang terjadi terkait Pancasila yang dilakukan melalui perwujudan
dengan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila Profil Pelajar Pancasila ini merupakan sebuah
ini dijelaskan oleh Puspeka seperti keadaan gagasan estafet dari masa ke masa. Hal ini
dalam masa pandemi Covid-19, kabar baik dilatarbelakangi oleh keresahan banyak
tersiar dari ujung barat Indonesia. Eko Wahyu pihak terkait dengan kondisi kebangsaan
Jamaluddin, seorang Guru PPKn di Aceh Besar manusia Indonesia. Peneliti menganalisis
berhasil menciptakan media pembelajaran bahwa setiap generasi pada masanya selalu
jarak jauh yang mumpuni berbasis teknologi ada yang memikirkan dan bergerak untuk
digital. Eko menginisiasi aplikasi pembelajaran melakukan aksi terkait dengan penguatan
bertajuk konstitusiku yang dapat digunakan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dikarenakan
para siswa selama mengikuti pembelajaran menjadi manusia Pancasila pada prinsipnya
242
Rusnaini, Raharjo, Anis Suryaningsih, Widya Noventari -- Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya
Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa
Tabel 1
Petikan Inspiratif Tokoh Penggerak Profil Pelajar Pancasila
Nama Tokoh Posisi / Aktif Sebagai Petikan Inspiratif
Hilman Farid Direktur Jenderal Kebudayaan “Kenali sejarah (bangsa)mu, kenali kekuatanmu, Sebab dengan modal
Kemendikbud RI itulah kita bisa melakukan hal-hal luar biasa baik sekarang maupun di
masa depan”
Iwan Syahril D i r e k t u r J e n d e r a l G u r u “Luar biasa memang tantangan kita di masa pandemi ini. Janganlah patah
dan Tenaga Kependidikan hati, terus belajar dan berbagi untuk mencari solusi”
Kemendikbud RI
Najelaa Shihab Tokoh Pemerhati Pendidikan “Budaya sekolah yang melebur dengan nilai-nilai Pancasila akan membuat
Pancasila terus hidup dan berkesan di dalam diri siswa. Keragaman bangsa
harus diapresiasi dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari”
Risa Santoso Rektor Institut Teknologi dan “Kolaborasi menjadi hal yang paling kuat, jika dibandingkan dengan
Bisnis Asia Malang (kemampuan) berpikir kritis, serta berkomunikasi”.
Atalia Paratya Bunda PAUD Provinsi Jawa “Cinta itu akan tetap ada karena selalu dipupuk dan dirawat. Termasuk
Kamil Barat cinta kepada bangsa dan negara. Karena itu, pupuklah sedini mungkin
hingga akarnya kuat dan tak mudah tergoyahkan”
Safhira Alfarisi Founder Xchange Hamada dan “Agama merupakan pondasi utama yang membentuk kepribadian diri.
Yayasan Beasiswa 10.000 Sebab pada dasarnya, seluruh agama mengajarkan kebaikan”
Sumber: Puspeka, 2020: 34-35
merupakan cita-cita luhur yang harus terus Monodualis raga-jiwa itu susunan
berusaha diwujudkan sampai kapanpun. atau senyawa kodrat namanya. Monodualis
Ide atau gagasan manusia Indonesia yang individu-sosial itu sifat kodrat namanya.
seusai Pancasila dimulai sejak Pancasila itu Adapun monodualis makhluk tuhan-pribadi
sendiri disepakati oleh para pendiri bangsa mandiri itu kedudukan kodrat di hadapan
sebagai dasar falsafah negara. Manusia Tuhan namanya. Raga memiliki tiga anasir:
Pancasila tidak dapat lepas dari hakikat anorganis, vegetatip, dan animal. Sedangkan
manusia itu sendiri, seperti yang dijelaskan Jiwa memiliki tridaya jiwa: pikir, perasaan,
oleh Wreksosuhardjo (2007: 48-49) bahwa kehendak (cipta, rasa, karsa). Karena
dalam kajian hakikat manusia, manusia raganya, manusia memiliki nafsu-nafsu
yang dimaksud di sini ialah manusia yang badaniah, seperti: nafsu makan, dan minum,
seutuhnya. Jadi bukan pemahaman terhadap nafsu seksual. Karena jiwanya, manusia
manusia secara segmental, seperti animal memiliki nafsu-nafsu rohaniah, seperti:
rasional, homo faber, homo ekonomikus, nafsu menguasai, nafsu ingin memiliki,
zoon politicon, dan sebagainya. Menurut nafsu ingin menang sendiri, dan sebagainya
pandangan yang utuh ini, pada hakikatnya (Wreksosuhardjo, 2007: 48-49). Secara
manusia itu ialah monopluralisme (kesarwa- sederhana, penjelasannya ialah bahwa Hakikat
tunggalan) dari keseluruhan unsur-unsurnya abstrak (=hakikat pribadi) manusia Pancasila,
yang berpasang-pasangan monodualis raga- digambarkan dalam bagan gambar 1.
jiwa, monodualis individu-sosial, kedudukan Penjelasan di atas menguatkan analisis
monodualis makhluk tuhan-pribadi mandiri, peneliti bahwa pada prinsipnya, gagasan
yang kesemua unsur tersebut bersatu secara terkait dengan mewujudkan manusia
organis, harmonis dan dinamis (Notonagoro, Indonesia yang ideal sesuai dengan Pancasila
dalam Wreksosuhardjo, S, 2007). merupakan gagasan yang tidak lekang oleh
243
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 2, Agustus 2021: 230-249
Gambar 9
Hakikat Pribadi Manusia
Gambar 9 Pancasila
Hakikat Pribadi Manusia Pancasila
Makhluk TUHAN
Anorganis Cipta
Raga Jiwa
Vegetatip Rasa
Individu Sosial
Animal Karsa
Pribadi Mandiri
244
Rusnaini, Raharjo, Anis Suryaningsih, Widya Noventari -- Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya
Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa
245
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 2, Agustus 2021: 230-249
meningkatkan karakter disiplin siswa dapat Bila saat ini kehidupan negeri diliputi kabut
membentuk ketahanan pribadi siswa (Joniel apatisme dan pesimisme; riuh kegaduhan
Hendrik Salouw, Suharno Suharno, Rostin dengan miskin solusi; banyak gerakan jalanan
Talapessy. 2020: 380-398). kesemua kajian tanpa kejelasan arah yang benar; rasa saling
tersebut tidak lepas dari kajian Pancasila, percaya lenyap dalam pergaulan; hukum
dalam konteks Profil Pelajar Pancasila, maka disalahgunakan; kebaikan dimusuhi, kejahatan
peneliti mengkaji pada implikasinya terhadap diagungkan; sebab utamanya karena kita
ketahanan pribadi siswa. mengalami krisis nilai, akibat keterbelakangan
Selanjutnya, Latif (2018: 222- di bidang pembangunan nilai (Latif, 2018:
223) menggambarkan bagaimana urgensi 222-223).
pengembangan “infrastruktur nilai”. Indonesia Data degradasi nilai tersebut di atas
berkejaran dengan waktu untuk mengatasi menjadi latar belakang berbagai macam
degenerasi dalam nilai-nilai etis-ideologis dan gerakan baik formal maupun informal di
karakter jati diri bangsa. Kita menghadapi bidang pembangunan nilai dan karakter. Oleh
gempuran pasar internasional dan ideologi- sebab itu, peneliti memiliki analisis bahwa
ideologi transnasional dalam situasi ketahanan Profil Pelajar Pancasila merupakan salah
kejiwaan bangsa yangs edang rapuh. Tendensi satu usaha nyata yang sedang dalam proses
kemerosotan nilai-nilai kebangsaan dan diwujudkan untuk membentuk pelajar-pelajar
ketahanan ideologi bisa dilihat dari berbagai Indonesia yang bernilai Pancasila, sebagai
hasil survei dan pengukuran. Indeks Ketahanan salah satu jawaban dari berbagai keresahan
Nasional yang disusun Labkurtanas, Lembaga yang dilengkapi data terkait dengan degradasi
Ketahanan Nasional, mengindikasikan nilai. Profil Pelajar Pancasila menyasar pada
melemahnya ketahanan ideologi dan politik setiap individu-individu pelajar Indonesia
dalam kurun waktu 2010-2016. Indeks untuk membentuk dirinya seideal mungkin
Ketahanan Ideologi (meliputi variabel toleransi, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dengan
kesederajatan dalam hukum, kesamaan hak demikian Profil Pelajar Pancasila berusaha
dan kehidupan sosial, dan persatuan bangsa) untuk mewujudkan pelajar yang memiliki
cenderung terus merosot dari skor 2,31 (pada kepribadian Pancasila. Kepribadian yang
2010) menjadi 2,06 (pada 2016). Gambaran dimiliki ini menjadi sebuah kondisi dinamis
yang sama diperlihatkan oleh hasil Survei dari diri pelajar yang kemudian membentuk
Nilai-Nilai Kebangsaan (SNK) oleh BPS pada sebuah ketahanan diri atau ketahanan pribadi.
tahun 2015 (survei pertama kali di Indonesia) Ketahanan pribadi ini ialah anasir utama
(Latif, 2018: 222-223). Dari setiap 100 orang untuk kemudian dapat membentuk ketahanan
Indonesia, 18 orang bahkan tidak tahu judul masyarakat, ketahanan wilayah, dan kemudian
lagu kebangsaan Republik Indonesia; 53 persen ketahanan nasional.
orang Indonesia tidak hafal seluruhnya lirik
lagu kebangsaan; 24 dari setiap 100 orang SIMPULAN
Indonesia tidak hafal sila-sila Pancasila; 42 Profil Pelajar Pancasila berakar pada
persen orang Indonesia terbiasa menggunakan Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan
barang bajakan; 55 persen orang Indonesia Kebudayaan (Kementerian Pendidikan,
jarang bahkan tidak pernah ikut kerja bakti. K e b u d a y a a n , R i s e t , d a n Te k n o l o g i )
246
Rusnaini, Raharjo, Anis Suryaningsih, Widya Noventari -- Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya
Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa
247
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 2, Agustus 2021: 230-249
248
Rusnaini, Raharjo, Anis Suryaningsih, Widya Noventari -- Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya
Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa
249