You are on page 1of 23

Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.

1, Februari 2018

STRENGTHENING CHARACTER EDUCATION IN SCHOOLS AS PREVEN-


TION EFFORTS FOR JUVENILE DELINQUENCY

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH


DALAM UPAYA PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA

Oleh :
Novrian Satria Perdana
Puslitjakdikbud, Balitbang
e-mail: nsp171186@yahoo.com

Abstract. Many cases of juvenile delinquency that occurred in the community allegedly be-
cause there are lack of exemplary and intensive supervision in our educational and community
components. According to this reality, it is urgent to know the strategy of strengthening character
education in schools to prevent juvenile delinquency. The purpose of this paper is to examine strat-
egies in preventing juvenile delinquency through strengthening character education. This paper
uses the theory of habituation from the Skinner, such as spontaneous activities, exemplary meth-
ods are also a series of behaviorism theory from John Watson, and conditioning activities that are
similar to behaviorism theory from Edwin Guthrie . This study includes the type of literature study
research by finding reference theory that relevant to the cases or problems found. The data that
have been obtained then analyzed by descriptive analysis method. The conclusions from this litera-
ture study includes 1) education in Indonesia still focused on cognitive aspect or academic, while
the aspect of soft skills or non academic which is the main element of character education so far
still get less attention. 2) implementation of strategies to strengthen character education in schools
in preventing juvenile delinquency, can be integrated into existing subjects, local content, self-
development. 3) the headmaster as the leader of the school organization is fully responsible for the
character building of students, so as a model school requires special efforts to integrate the values
of character into the learning process and routine activities in schools. Based on the above conclu-
sions, some suggestions were formulated: 1) learning in schools should focus on soft skills or non
academic (affective and psychomotor) which are the main elements of character education
through teaching and learning activities or extracurricular activities; 2)The national education
ministries should formulate learning models that use the character component as the largest com-
ponent; 3) the national education ministry should cooperate with TNI and POLRI by conducting
education to defend the country that there are character and nationalism elements.

Keywords: Character Education, Schools, juvenile delinquency

Abstrak. Maraknya kasus kenakalan remaja yang terjadi di masyarakat diduga ku-
rangnya keteladanan dan pengawasan intensif dari komponen pendidikan dan masyarakat. Ber-
dasarkan hal tersebut, mendesak untuk diketahui strategi penguatan pendidikan karakter di sekolah
dalam mencegah kenakalan remaja. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penulisan ini adalah untuk
mengkaji strategi dalam mencegah kenakalan remaja melalui penguatan pendidikan karakter.
Penulisan ini menggunakan teori pembiasaan dari Skinner, berupa kegiatan-kegiatan spontan,
metode keteladanan yang juga sejalan dengan teori behaviorisme dari John Watson, dan kegiatan
pengkondisian yang sejalan dengan teori behaviorisme dari Edwin Guthrie. Penelitian ini termasuk
jenis penelitian studi literatur dengan mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau per-
masalahan yang ditemukan. Data-data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis dengan metode
analisis deskriptif. Kesimpulan dari studi literatur ini antara lain: 1) Pendidikan di Indonesia masih
terfokus pada aspek-aspek kognitif atau akademik, sedangkan aspek soft skills atau non-akademik
yang merupakan unsur utama pendidikan karakter selama ini masih kurang mendapatkan per-
hatian; 2) Implementasi strategi penguatan pendidikan karakter di sekolah dalam upaya pencega-
han kenakalan remaja dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada, muatan lokal,
pengembangan diri, dan budaya sekolah, dan 3) Kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi
sekolah bertanggungjawab penuh terhadap pembinaan karakter peserta didik, sehingga sebagai
teladan sekolah diperlukan upaya khusus untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam
proses pembelajaran dan aktivitas rutin di sekolah.. Berdasarkan kesimpulan di atas, dirumuskan
32 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja
Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

beberapa saran: 1) Pembelajaran di sekolah sebaiknya diutamakan menekankan pada soft skills
atau non-akademik (afektif dan psikomotorik) yang merupakan unsur utama pendidikan karakter
melalui KBM dan kegiatan ekstrakurikuler; 2) Kemendikbud sebaiknya merumuskan model
penilaian yang menggunakan komponen karakter sebagai komponen terbesar; 3) Kemendikbud
bekerjasama dengan TNI dan POLRI sebaiknya mengadakan pendidikan bela Negara yang dida-
lamnya memuat unsur budi pekerti dan nasionalisme.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Sekolah, Kenakalan Remaja

A. PENDAHULUAN tan6.com antara lain adanya bentrok an-


Dunia pendidikan saat ini sedang tar pelajar yang terjadi pada tanggal 9
berduka, hal ini terjadi karena maraknya September 2017 hingga terjadi pen-
kasus kenakalan remaja. Kasus yang ba- ganiayaan dan penusukan terhadap dua
ru saja terjadi pada awal bulan Februari siswa SMA Negeri di Lombok Timur.
2018 adalah berupa tewasnya seorang Tawuran pelajar juga terjadi di Banten
guru honorer di Kabupaten Sampang pada tanggal 28 September 2017, yang-
oleh siswanya sendiri saat jam pelajaran mana pemicu tawuran belasan pelajar
berlangsung. Ahmad Budi Cahyono, adalah dendam lama antarpelajar di dua
guru honorer di SMAN 1 Torjun, Kabu- sekolah yang berbeda, namun pada saat
paten Sampang, Madura, Jawa Timur, tawuran pelajar tersebut pelaku juga
meninggal dunia pasca-mengalami tin- melibatkan kawan dari sekolah lain. Aki-
dak kekerasan yang diduga dilakukan bat tawuran itu, satu pelajar mengalami
oleh siswanya sendiri. Pemukulan terjadi luka bacok di bagian kaki sebelah kiri
di ruang kelas IX saat materi seni lukis dan kepala. Kasus tawuran pelajar beri-
berlangsung pada jam terakhir pelajaran. kutnya terjadi di Cakung, Jakarta Timur
Kasus lainnya terjadi di Banjarnegara, pada tanggal 12 Oktober 2017 yang
yangmana telah beredar video seorang mengakibatkan satu siswa SMK Swasta
murid berani menantang kelahi gurunya tewas. Kasus serupa juga terjadi di Kota
sendiri bahkan siswa tersebut menantang Bogor yangmana pada tanggal 2 Januari
kepala sekolahnya sendiri, Ia menantang 2018 telah terjadi
sambil membuka kancing dan bajunya. aksi tawuran puluhan pelajar hingga me-
(sumber: www.news.detik.com ) newaskan seorang siswa SMK swasta di
Selain kedua kasus tersebut, masih ban- Kota Bogor.
yak pula kasus tawuran pelajar yang
dihimpun dari berbagai sumber media Kasus kenakalan remaja telah terjadi
online seperti news.detik.com, cukup lama dengan berbagai

suarantb.com, tribunnews.com, dan lipu- macam bentuknya. Menurut data

33 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

yang dirilis oleh KPAI (2016), ada remaja yang kini terjadi, seperti
banyak kasus bentuk kenakalan tertuang pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Data Kasus Kenakalan Remaja

Kasus Kenakalan Remaja 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah

Anak pelaku tawuran pelajar 64 82 71 46 126 41 430


Anak pengguna napza (narkotika, 34 28 41 63 74 64 304
rokok, minuman keras, dsb)
Anak pengedar napza (narkotika, 12 17 21 48 31 17 146
rokok, minuman keras, dsb)
Anak pelaku kekerasan di sekolah 48 66 63 67 93 93 430
(bulliying)
Anak pelaku kejahatan seksual 8 7 16 42 52 51 176
online
Anak berhadapan hukum pelaku 123 324 247 561 157 86 1498
kekerasan seksual (pemerkosaan,
pencabulan, sodomi/pedofilia, dsb)
Anak berhadapan hukum sebagai 32 46 53 66 36 31 264
pelaku pembunuhan
Anak berhadapan hukum sebagai 14 92 51 47 81 24 309
pelaku pencurian

Berdasarkan data pada tabel 1 di anak-anak dalam kedua kasus tersebut


atas, jumlah kasus terbesar adalah kasus mengindikasikan bahwa sekolah belum
anak sebagai pelaku kekerasan seksual ramah anak atau dapat dikatakan adanya
sebanyak 1.498 kasus. Banyaknya kasus kegagalan penanaman pendidikan karak-
tersebut dipengaruhi faktor merebaknya ter bagi siswa.
konten pornografi maupun porno aksi di Maraknya kasus kenakalan remaja
era kemajuan global ini. Akses internet yang terjadi di masyarakat diduga ku-
yang menyeruak masuk, tidak dibekali rangnya keteladanan (perilaku baik) dan
dengan pertahanan moral yang cukup pengawasan intensif dari komponen
pada anak-anak. Hal tersebut mengindi- masyarakat termasuk di dalamnya orang-
kasikan masih lemahnya pengawasan tua dan guru sehingga menjadi salah satu
orangtua dalam mengawasi tumbuhkem- penyebab tindak kekerasan yang berten-
bang karakter anaknya. Kasus lainnya tangan dengan nilai-nilai karakter. Pen-
yang sangat memprihatinkan adalah ban- ingkatan kenakalan remaja merupakan
yaknya anak sebagai pelaku kekerasan di wujud proses pendewasaan remaja yang
sekolah contohnya kasus bullying (430 tidak tepat. Dalam proses menuju
kasus) dan anak pelaku tawuran pelajar kedewasaan, remaja membutuhkan
(430 kasus). Banyaknya keterlibatan penyesuaian sosial. Menurut Hurlock

34 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

(1999), yang terpenting dan tersulit ada- rena remaja lebih banyak berada di luar
lah penyesuaian diri dengan mening- rumah bersama dengan teman-teman
katnya pengaruh teman sebaya, peru- sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah
bahan dalam perilaku sosial, pengge- dimengerti bahwa pengaruh teman-teman
lompokkan sosial yang baru, nilai-nilai sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,
baru dalam seleksi persahabatan, nilai- penampilan, dan perilaku lebih besar da-
nilai baru dalam dukungan dan pe- ripada pengaruh keluarga.
nolakan sosial. Penyesuaian diri remaja Bentuk kenakalan remaja saat ini
kepada teman sebayanya merupakan telah banyak menjurus pada
usaha remaja untuk berada dalam ling- pelanggaran dan kejahatan sehingga
kungan sosial yang lebih luas. Perge- jumlah anak yang berhadapan dengan
rakan remaja menuju teman sebayanya hukum selalu meningkat. Dari fenomena
adalah salah satu tugas perkembangan tersebut muncul reaksi masyarakat untuk
remaja. Seperti yang dikemukakan menanggulanginya yang kemudian di-
Monks, Knoers & Handitoko (2002), wujudkan dalam bentuk kebijakan krimi-
bahwa perkembangan sosial remaja nal. Kebijakan kriminal sebagai bentuk
dapat dilihat dengan adanya dua macam reaksi masyarakat terhadap permasala-
gerak yaitu memisahkan diri dari orang han kenakalan anak
tua dan menuju ke arah teman-teman atau remaja dilakukan melalui sarana pe-
sebaya. Rozak (2006) juga mengatakan nal dan non penal. Upaya penanggulan-
bahwa remaja dalam kehidupan sosial- gan dengan pendekatan-pendekatan yang
nya lebih tertarik dengan kelompok ada saat ini memang memiliki kecender-
manusia yang sebaya dengannya, sehing- ungan untuk lebih mengutamakan sarana
ga apa yang dilakukan kelompok sebaya pendekatan represif serta penjatuhan
kemungkinan akan ditiru oleh remaja. sanksi-sanksi pidana berupa pemenjaraan
Teman sebaya memberikan pengaruh yang masih sangat mengemuka, mes-
yang besar sehingga remaja berusaha un- kipun dapat berpengaruh pada
tuk meniru dengan teman sebayanya. masa pertumbuhan dan perkembangan
Menurut Santrock dalam Puslitjakdikbud psikis dan fisik seorang anak. Upaya pe-
(2015), hal ini dapat terjadi karena rema- nanggulangan kenakalan remaja
ja lebih banyak menghabiskan waktu dimulai dari pengetahuan yang
dengan teman sebayanya daripada masa cukup mengenai latar belakang dan sebab
pertengahan atau kanak-kanak akhir. Ka- perilaku kenakalan tersebut. Oleh karena

35 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

itu perlu dirumuskan dan digunakan nilai akademik memadai/di atas KKM
metode serta pendekatan-pendekatan (Kriteria Ketuntasan Minimal), pendidi-
yang tepat dalam upaya penanganan dan kan dianggap sudah berhasil. Pemben-
penanggulangan perilaku-perilaku kena- tukan karakter dan nilai-nilai budaya
kalan remaja. bangsa di dalam diri peserta didik se-
Berbagai bentuk kenakalan remaja makin terpinggirkan. Rapuhnya karakter
tersebut mengindikasikan bahwa pem- dan budaya dalam kehidupan berbangsa
bangunan karakter bangsa mendesak un- bisa membawa kemunduran peradaban
tuk kembali dilaksanakan. Adanya bangsa. Padahal, kehidupan masyarakat
kesenjangan dan disorientasi antara tata- yang memiliki karakter dan budaya yang
ran normatif dengan tataran empiris kuat akan semakin memperkuat eksisten-
merupakan situasi yang perlu segera diat- si suatu bangsa dan negara.
asi. Kesadaran akan perlunya pem- Karakter manusia telah melekat pada
bangunan karakter bangsa lebih diperu- kepribadian seseorang dan ditunjukkan
mit dengan semakin terbukanya tata per- dalam perilaku kehidupannya sehari-hari.
gaulan global dan pesatnya perkem- Sejak lahir, manusia telah memiliki po-
bangan teknologi informasi dan komu- tensi karakter yang ditunjukkan oleh ke-
nikasi. Media komunikasi memberikan mampuan kognitif dan sifat-sifat
informasi yang meluas dan mudah di- bawaannya. Karakter bawaan akan
akses, tanpa dibatasi oleh ruang wilayah berkembang jika mendapat sentuhan
dan tempat, Keterbukaan informasi tidak pengalaman belajar dari lingkungannya.
hanya membawa nilai positif bagi ke- Keluarga merupakan lingkungan belajar
hidupan bangsa, tetapi juga negatif. Han- pertama yang diperoleh anak dan akan
ya dengan kepribadian dan karakter menjadi fondasi yang kuat untuk mem-
bangsa yang kuat yang mampu menjadi bentuk karakter setelah dewasa. Hasil
penyaring (filter) terhadap stimulan nilai- penelitian menunjukkan bahwa sekitar
nilai negatif yang tidak atau kurang 50% variabilitas kecerdasan orang de-
sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa wasa sudah terjadi ketika anak berusia
dan Pancasila. empat tahun. Peningkatan 30% beri-
Pendidikan saat ini mengedepankan kutnya terjadi pada usia delapan tahun,
penguasaan aspek keilmuan dan kecer- dan 20% sisanya pada pertengahan atau
dasan peserta didik. Jika peserta didik akhir dasawarsa kedua (Suyanto, 2010).
sudah mencapai nilai atau lulus dengan Perkembangan kecerdasan diiringi oleh

36 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

perkembangan mental kepribadian sebuah lingkaran hitam yang tak pernah


lainnya sampai usia remaja. Setelah de- putus, sambung menyambung dari waktu
wasa, kecerdasan maupun perilaku ke waktu, dari masa ke masa, dari tahun
kepribadian sudah relatif stabil, oleh ke tahun dan bahkan dari hari ke hari se-
sebab itu jika ingin membentuk kecer- makin meluas. Masalah kenakalan rema-
dasan dan karakter, waktu yang paling ja ini merupakan masalah yang kompleks
tepat adalah pada saat usia anak-anak terjadi di berbagai kota di Indonesia. Se-
sampai dengan remaja. jalan dengan arus globalisasi dan
Pendidikan karakter menjadi teknologi yang semakin berkembang,
tanggung jawab bersama bagi semua arus informasi yang semakin mudah di-
pendidik, baik di rumah maupun di akses serta gaya hidup modernisasi,
sekolah. Seiring berjalannya waktu disamping memudahkan dalam menge-
berkembang fenomena karakter negatif tahui berbagai informasi di berbagai me-
remaja. Fenomena karakter negatif rema- dia, disisi lain juga membawa suatu dam-
ja yang dapat pula disebut sebagai kena- pak negatif yang cukup meluas di
kalan remaja sering menjadi sumber beri- berbagai lapisan masyarakat.
ta di media masa antara lain adalah tin- Komitmen pemerintah dalam mem-
dak kekerasan, tawuran, kenakalan, bangun karakter peserta didik dalam
nyontek pada saat ujian dan sebagainya. upaya menanggulangi kasus kenakalan
Menurut Kartini Kartono dalam Puslit- remaja antara lain dilakukan dengan pen-
jakdikbud (2015), pada umumnya bentuk erapan Kurikulum 2013. Pendidikan
perilaku kenakalan remaja tersebut sep- karakter dalam kurikulum 2013
erti bolos sekolah, ugal-ugalan dijalan, menuntut sejumlah persyaratan, baik
seks pranikah sampai perbuatan yang konseptual maupun operasional. Dari sisi
menjurus pada perbuatan kriminal seperti konseptual, pendidikan karakter memer-
pembunuhan, perampokan, pen- lukan kejelasan dan keutuhan sistem nilai
ganiayaan, pemakaian obat-obatan ter- yang terkandung di dalamnya sebagai
larang dan perkelahian antar pelajar atau bahan bagi pendidik menyebarluaskan
sekolah yang secara populer dikenal dan menanamkan kepada peserta didik.
dengan istilah tawuran. Beberapa per- Dari sisi operasional, pengintegrasian
ilaku kenakalan remaja tersebut akan me- nilai-nilai pendidikan karakter membu-
rugikan dirinya sendiri dan orang-orang tuhkan penguasaan, kemampuan, dan
di sekitarnya. Kenakalan remaja, seperti kreativitas guru dalam penerapannya di

37 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

lapangan. Keberhasilan atau ketidakber- didikan karakter yang bisa membawa


hasilan pendidikan karakter melalui ku- mereka menjadi manusia yang berkarak-
rikulum 2013 pun ditentukan oleh ter, seperti yang ditegaskan oleh Lickona
berbagai faktor pendukung dan peng- tersebut.
hambat di lingkungan internal maupun Karena penanaman nilai-nilai karak-
eksternal satuan pendidikan, baik bersifat ter kepada peserta didik memerlukan
fisik maupun sosial. strategi pembelajaran dan keahlian
Berdasarkan fungsi dan tujuan pen- tersendiri, oleh karena itu guru dituntut
didikan nasional, jelas bahwa pendidikan untuk memahami nilai-nilai karakter
di setiap jenjang, mulai pendidikan dasar yang akan ditanamkan kepada peserta
hingga pendidikan menengah, harus didik. Strategi penanaman nilai-nilai
dirancang dan diselenggarakan secara karakter dapat dilakukan melalui pem-
sistematis guna mencapai tujuan tersebut. belajaran, pengembangan diri dan pem-
Dalam rangka pembentukan karakter pe- budayaan sekolah. Pendidikan karakter
serta didik sehingga beragama, beretika, di sekolah diimplementasikan melalui
bermoral, dan sopan santun dalam ber- pembelajaran dengan memasukkan nilai-
interaksi dengan masyarakat, maka pen- nilai karakter ke dalam Kurikulum.
didikan harus dipersiapkan, dil- Berdasarkan uraian di atas,
aksanakan, dan dievaluasi dengan baik mendesak untuk diketahui strategi pen-
dan harus mengintegrasikan pendidikan guatan pendidikan karakter di sekolah
karakter di dalamnya guna mewujudkan dalam mencegah kenakalan remaja se-
insan-insan Indonesia yang berkarakter hingga penulis menulis artikel yang ber-
mulia. Pendidikan karakter seharusnya judul “Strategi Penguatan Pendidikan
membawa peserta didik ke pengenalan Karakter di Sekolah Dalam Upaya
nilai secara kognitif, penghayatan nilai Pencegahan Kenakalan Remaja”.
secara afektif, dan akhirnya ke pengama- Perumusan Masalah
lan nilai secara nyata. Inilah rancangan Pendidikan karakter kini memang
pendidikan karakter (moral) yang oleh menjadi isu utama pendidikan. Sebagai
Thomas Lickona disebut moral knowing, bagian dari proses pembentukan akhlak
moral feeling, dan moral action anak bangsa, pendidikan karakter juga
(Lickona, 1991:51). Karena itulah, diharapkan mampu menjadi pondasi uta-
semua mapel yang dipelajari oleh peserta ma dalam rangka mencerdaskan ke-
didik di sekolah harus bermuatan pen- hidupan bangsa. Oleh karena itu, me-

38 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

nanamkan pendidikan karakter pada pe- fakta-fakta yang kemudian disusul


serta didik dirasa sangat penting selain dengan analisis, tidak semata-mata men-
mengajarkan aspek kognitif. Banyak ka- guraikan, melainkan juga memberikan
langan yang menyebutkan bahwa pen- pemahaman dan penjelasan secukupnya.
didikan karakter di Indonesia sampai saat B. HASIL DAN PEMBAHASAN
ini belum berhasil. Bahkan, beberapa ka- Kenakalan Remaja
langan menyatakan pendidikan karakter Kenakalan remaja merupakan suatu
dinyatakan gagal karena banyak peristi- pola tingkah lakunya tersebut terlalu ber-
wa kekerasan dan kerusuhan di berbagai lebihan dalam artian tingkah lakunya ter-
daerah. Masih banyaknya kasus kenaka- sebut dapat merugikan dirinya sendiri
lan remaja yang bersumber dari KPAI dan terkadang merugikan orang lain. Per-
pada tabel 1 di atas mengindikasikan per- ilaku kenakalan remaja juga akan sangat
lu segera dilakukan apa saja strategi da- meresahkan masyarakat, apalagi bila per-
lam menguatkan pendidikan karakter di ilaku kenakalan tersebut dianggap me-
sekolah dalam upaya pencegahan kena- langgar hukum. Menurut bentuknya,
kalan remaja? Berdasarkan uraian masa- Sunarwiyati S (1985) membagi kenaka-
lah di atas, tujuan penelitian ini adalah lan remaja kedalam tiga tingkatan antara
untuk mengkaji strategi dalam mencegah lain: a) kenakalan biasa, seperti suka
kenakalan remaja melalui penguatan berkelahi, suka keluyuran, membolos
pendidikan karakter. sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, b)
Metode Penelitian kenakalan yang menjurus pada pelang-
Penelitian ini termasuk jenis garan dan kejahatan seperti mengendarai
penelitian studi literatur dengan mencari mobil tanpa SIM, mengambil barang
referensi teori yang relevan dengan kasus orang tua tanpa izin, dan c) kenakalan
atau permasalahan yang ditemukan. Ref- khusus seperti penyalahgunaan narkoti-
erensi teori yang diperoleh dengan jalan ka, hubungan seks diluar nikah, per-
penelitian studi literatur dijadikan se- gaulan bebas, pemerkosaan dan se-
bagai fondasi dasar dan alat utama bagi bagainya. Selanjutnya menurut Kartini
praktek penelitian ditengah lapangan. Kartono dalam Puslitjakdikbud (2015)
Data-data yang sudah diperoleh menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
kemudian dianalisis dengan metode ana- mempengaruhi remaja sehingga menjadi
lisis deskriptif. Metode analisis deskriptif bentuk kenakalan remaja antara lain
dilakukan dengan cara mendeskripsikan identitas remaja itu sendiri, keluarga, te-

39 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

man sebaya, lingkungan tempat tinggal, pun tidak menyenangkan


tingkat pendidikan, dan media. keenam, seseorang menjadi delinkuen
Menurut Edwin H. Sutherland dalam karena adanya suatu ekses (akibat atau
Puslitjakdikbud (2015), dalam teorinya dampak) yang me-
differential association menjelaskan bah- nyenangkan atau menguntungkan da-
wa pengaruh perilaku kelompok pada ripada ketentuan-ketentuan yang tidak
sikap seseorang dilakukan dengan untuk melakukan
berinteraksi melalui proses pembelaja- pelanggaran hukum. Inilah yang merupa-
ran. 9 (Sembilan) preposisi kan prinsip dari asosiasi deferensial,
teorinya adalah se- yang berlaku, baik bagi asosiasi-asosiasi
bagai berikut: pertama, behav- kriminal maupun nonkriminal Orang
iour is dalam hal ini perilaku menjadi kriminal karena adanya hub-
jahat atau kriminal terjadi karena dipela- ungan (contact) dengan pola-pola krimi-
jari, bukan dibawa sejak lahir; kedua, nal dan karena terpisahnya dengan pola-
perilaku kriminal tersebut dipelajari da- pola anti kriminal; ketujuh, asosiasi-
lam interaksinya dengan orang lain da- asosiasi diferensial itu bervariasi di da-
lam suatu proses komunikasi baik me- lam frekuensi, waktu, prioritas, dan in-
lalui komunikasi verbal maupun isyarat; tensitas; kedelapan, proses belajar per-
ketiga, bagian yang pokok dari proses ilaku kriminal melalui asosiasi dengan
belajar perilaku kriminal terjadi dalam pola-pola kriminal dan anti criminal men-
hubungan yang intim atau hubungan cakup mekanisme yang terjadi pada pros-
pribadi yang erat dengan kelompoknya; es belajar lainnya. Artinya, proses bela-
keempat, perilaku kriminal yang dapat jar perilaku tersebut tidak ter-
dipelajari itu meliputi teknik-teknik jadi semata-mata secara tapi
melakukan tindak kriminal (dari teknik melalui pengamatan dan pembelajaran
sederhana sampai teknik yang rumit), secara langsung. kesembilan, perilaku
dan juga belajar mengenai pengarahan kriminal tidak dapat dijelaskan oleh nilai
khusus mengenai motif, nafsu, rasional- nilai dan kebutuhan-kebutuhan umum,
isasi, dan sikap; pengarahan karena perbuatan nonkriminal pun meru-
khusus dari motif dan rangsangan atau pakan ekspresi dan nilai-nilai dan kebu-
dorongan dipelajari dari ketentuan- tuhan yang sama.
ketentuan aturan hukum yang me- Berdasarkan teori atau konsep Suth-
nyenangkan atau menguntungkan atau- erland tersebut dapat diasumsikan bahwa

40 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

bagi remaja, lingkungan pergaulan (peer anak. Sebenarnya kita melupakan sesuatu
group) yang jelek atau buruk cenderung ketika berbicara masalah kenakalan
dapat mendorong terbentuknya per- remaja, yaitu hukum kausalitas. Sebab,
ilaku yang (negatif) pula, yang dari kenakalan seorang remaja selalu
bahkan dapat menjurus pada perilaku dikristalkan menuju faktor eksternal ling-
yang melanggar hukum, baik dalam taraf kungan yang jarang memperhatikan
yang ringan (mencuri) sampai yang berat faktor terdekat dari lingkungan remaja
(menganiaya atau membunuh) Bahkan tersebut dalam hal ini orang. Orang sela-
dengan maraknya kasus-kasus perke- lu menilai bahwa banyak kasus kenaka-
lahian antar pelajar/ tawuran, maka ling- lan remaja terjadi karena lingkungan per-
kungan pergaulan yang buruk merupakan gaulan yang kurang baik, seperti
tempat yang potensial bagi kausa ter- pengaruh teman yang tidak benar,
jadinya kenakalan remaja. pengaruh media massa, sampai pada
Kenakalan remaja di sekolah meru- lemahnya iman seseorang. (3) Dari fihak
pakan permasalahan bersama, sehingga guru di sekolah, membawa materi budi
diperlukan penanganan yang bersinergi. pekerti dalam pembelajaran di kelas;
(1) Dari remaja sendiri, harus meningkat- menjadi guru yang humanis, sehingga
kan dan membangun kehidupan iman dekat dengan siswa selain menjadi panu-
sesuai dengan agama dan keyakinan tan bagi siswanya.
yang kita anut, artinya remaja harus Pendidikan Karakter dan Implemen-
sungguh-sungguh menjalankan ajaran- tasinya
ajaran dan perintah agama dengan baik. Terminologi pendidikan karakter
(2) Dari segi orang tua harus membimb- mulai dikenalkan sejak tahun 1900-an.
ing, membina, dan mengarahkan ke- Thomas Lickona dianggap sebagai pen-
hidupan keagamaan anaknya sejak dini. gusung, terutama ketika ia menulis buku
Karena ternyata banyak orang tua yang yang berjudul Educating for Character:
tidak dapat berperan sebagai orang tua How Our School Can Teach Respect and
yang seharusnya. Mereka hanya menye- Responsibility (1991) yang kemudian
diakan materi dan sarana serta fasilitas disusul oleh tulisan-tulisan lain, seperti
bagi si anak tanpa memikirkan kebu- The Return of Character Education yang
tuhan batinnya. Orang tua juga sering dimuat dalam jurnal Educational Leader-
menuntut banyak hal tetapi lupa untuk ship (November 1993) dan juga artikel
memberikan contoh yang baik bagi si yang berjudul Eleven Principles of Effec-

41 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

tive Character Education, yang dimuat keluhuran dan kehalusan hidup manusia).
dalam Journal of Moral Volume 25 Pendidikan karakter merupakan suatu
(1996). Melalui buku dan tulisan-tulisan usaha untuk memperbaiki mental serta
tersebut, ia menyadarkan dunia Barat kepribadian manusia sehingga terjadi
akan pentingnya pendidikan karakter. keteraturan sosial serta dapat mengurangi
Pendidikan karakter menurutnya jumlah kapasitas penyimpangan sosial
mengandung tiga unsur pokok, yaitu yang ada di dalam masyarakat. Menurut
mengetahui kebaikan (knowing the T. Ramli (2003), pendidikan karakter
good), mencintai kebaikan (desiring the memiliki esensi dan makna/nilai yang
good), dan melakukan kebaikan (doing sama dengan pendidikan moral dan pen-
the good) (Lickona, 1991:51). Di pihak didikan akhlak. Tujuannya adalah mem-
lain, Frye (2002:2) mendefinisikan pen- bentuk pribadi anak, supaya menjadi
didikan karakter sebagai, “A national manusia yang baik, warga masyarakat,
movement creating schools that foster dan warga negara yang baik. Adapun
ethical, responsible, and caring young kriterianya adalah nilai-nilai karakter
people by modeling and teaching good yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila.
character through an emphasis on uni- Nilai-nilai karakter yang dijiwai oleh
versal values that we all share”. sila-sila Pancasila dapat dikemukakan
Pendidikan karakter sejatinya bukan- sebagai berikut. 1) Karakter yang ber-
lah hal yang baru dalam khasanah pen- sumber dari olah hati antara lain beriman
didikan di Indonesia. Pendidikan karak- dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib,
ter adalah nama lain dari pendidikan budi taat aturan, bertanggung jawab, berem-
pekerti atau adab yang sudah sejak lama pati, berani mengambil resiko, pantang
dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara menyerah, rela berkorban, dan berjiwa
dengan semboyan sebagai metode among patriotik. 2) Karakter yang bersumber
“ ing ngarso sung tulodho (didepan di- dari olah pikir antara lain cerdas, kritis,
harapkan mampu memberi teladan atau kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif,
contoh yang baik bagi pengikutnya), ing berorientasi Ipteks, dan reflektif. 3)
madyo mangun karso (ditengah mem- Karakter yang bersumber dari olah raga/
berikan dorongan atau semangat) tut kinestetika antara lain bersih, dan sehat,
wuri handayani” (memberikan kebeba- sportif, tangguh, andal, berdaya tahan,
san kepada peserta didik untuk mengem- bersahabat, kooperatif, determinatif,
bangkan bakat dan minatnya sebagai kompetitif, ceria, dan gigih. 4) Karakter

42 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

yang bersumber dari olah rasa dan karsa budi pekerti, karakter) kepada warga
antara lain kemanusiaan, saling menghar- sekolah yang meliputi aspek penge-
gai, gotong royong, kebersamaan, ramah, tahuan, kesadaran atau kemauan, dan tin-
hormat, toleran, nasionalis, peduli, kos- dakan untuk melaksanakan nilai-nilai,
mopolit (mendunia), mengutamakan baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepentingan umum, cinta tanah air (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan,
(patriotis), bangga menggunakan bahasa maupun kebangsaan dan semsesta se-
dan produk Indonesia, dinamis, kerja hingga menjadi insan kamil. Insan Kamil
keras, dan beretos kerja. Dari nilai-nilai mulai dari niat, lisan dan tindakan nyata
karakter di atas, Kementerian Pendidikan yang berwujud adab dan prilaku baik
dan Kebudayaan mencanangkan empat secara horizontal terhadap sesama dan
nilai karakter utama yang menjadi ujung makhluk Tuhan lainnya maupun secara
tombak penerapan karakter di kalangan vertikal terhadap Sang Pencipta. Penye-
peserta didik di sekolah, yakni jujur (dari lenggaraan pendidikan karakter di
olah hati), cerdas (dari olah pikir), sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai
tangguh (dari olah raga), dan peduli (dari karakter dasar, yang selanjutnya dikem-
olah rasa dan karsa). Dengan demikian, bangkan menjadi nilai-nilai yang lebih
ada banyak nilai karakter yang dapat banyak atau lebih tinggi (yang bersifat
dikembangkan dan diintegrasikan dalam tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai
pembelajaran di sekolah. Menanamkan dengan kebutuhan, kondisi, dan ling-
semua butir nilai tersebut merupakan tu- kungan sekolah itu sendiri.
gas yang sangat berat. Oleh karena itu, Tujuan Pendidikan karakter adalah
perlu dipilih nilai-nilai tertentu yang di- ingin membentuk bangsa yang tangguh,
prioritaskan penanamannya pada peserta kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
didik. bertoleran, bergotong royong, berjiwa
Pendidikan karakter dalam konteks patriotik, berkembang dinamis, berorien-
pendidikan di Indonesia adalah pendidi- tasi ilmu pengetahuan dan teknologi
kan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai yang semuanya dijiwai oleh iman dan
luhur yang bersumber dari budaya bang- takwa kepada Tuhan yang Maha Esa ber-
sa Indonesia sendiri, dalam rangka mem- dasarkan Pancasila. Sedangkan dilihat
bina kepribadian generasi muda. Pendidi- dari fungsinya Pendidikan karakter di-
kan karakter adalah usaha sadar dalam maksudkan untuk (i) mengembangkan
menanamkan nilai-nilai perilaku (akhlak, potensi dasar agar berhati baik, ber-

43 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

pikiran baik, dan berperilaku baik, (ii) Membentuk karakter adalah


memperkuat dan membangun perilaku dengan cara menumbuhkannya.
bangsa yang multikultur, (iii) meningkat- 3. Moral Action, yaitu bagaimana
kan peradaban bangsa yang kompetitif membuat pengetahuan moral men-
dalam pergaulan dunia. Pendidikan jadi tindakan nyata. Moral action
karakter dilakukan melalui berbagai me- ini merupakan outcome dari dua
dia yang mencakup keluarga, satuan pen- tahap sebelumnya dan harus dil-
didikan, masyarakat sipil, masyarakat akukan berulang-ulang agar men-
politik, pemerintah, dunia usaha, dan me- jadi moral behavior
dia masa. Karakter dapat diartikan se- Ada beberapa prinsip yang
bagai kualitas mental dan moral yang digunakan dalam pengembangan pen-
sudah ada pada diri seseorang yang didikan karakter (Pusat Kurikulum,
kemudian berkembang dan mendapatkan 2010): 1) Berkelanjutan; mengandung
pengaruh dari luar dalam interaksinya makna bahwa proses pengembangan
dengan orang lain. Menurut Prof. Dr. nilai-nilai karakter merupakan sebuah
Dasim Budimansyah (Muhtadi, 2014) proses yang tiada berhenti, dimulai dari
ada enam karakter utama yang perlu awal peserta didik masuk sampai selesai
dikembangkan dalam setiap individu yai- dari suatu satuan pendidikan, bahkan
tu jujur, bertanggung jawab, cerdas, ber- setelah tamat dan terjun ke masyarakat;
sih, sehat, peduli, dan kreatif . Sementara 2) Melalui semua mata pelajaran,
menurut Ratna Megawangi (2010), ada pengembangan diri, dan budaya sekolah,
tiga tahap pembentukan karakter yaitu: serta muatan lokal; mensyaratkan bahwa
1. Moral Knowing, yaitu me- proses pengembangan nilai-nilai karakter
mahamkan dengan baik pada anak dilakukan melalui setiap mata pelajaran,
tentang arti kebaikan. Mengapa serta dalam setiap kegiatan kurikuler dan
harus berperilaku baik. Untuk apa ekstrakurikuler; 3) Nilai tidak diajarkan
berperilaku baik. Dan apa manfaat tapi dikembangkan dan dilaksanakan;
berperilaku baik; mengandung makna bahwa materi nilai
2. Moral Feeling, yaitu membangun karakter tidak dijadikan pokok bahasan
kecintaan berperilaku baik pada seperti halnya ketika mengajarkan suatu
anak yang akan menjadi sumber konsep, teori, prosedur, ataupun fakta
energi anak untuk berperilaku baik. dalam mata pelajaran agama, bahasa In-
donesia, PKn, IPA, IPS, matematika,

44 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, ing terkait dengan kesadaran moral,
dan ketrampilan, ataupun mata pelajaran pengetahuan mengenai nilai-nilai mor-
lainnya. 4) Proses pendidikan dilakukan al, perpective-taking, moral reasoning,
peserta didik secara aktif dan me- pengambilan keputusan, dan self
nyenangkan; prinsip ini menyatakan bah- knowledge. Moral feeling merupakan
wa proses pendidikan nilai karakter dil- aspek yang harus ditanamkan terkait
akukan oleh peserta didik bukan oleh dengan dorongan atau sumber energi da-
guru. lam diri manusia untuk bertindak sesuai
Menurut Mutakin, dkk (2014), prinsip-prinsip moral. Sedangkan moral
karakter (character) mengacu pada se- action adalah bagaimana pengetahuan
rangkaian sikap (attitudes), perilaku mengenai nilai-nilai moral tersebut di-
(behaviors), motivasi (motivations), dan wujudkan dalam aksi nyata. Penanaman
keterampilan (skills). Karakter meliputi nilai-nilai pun harus dilakukan sejak dini.
sikap seperti keinginan untuk melakukan Jika sejak usia dini anak tidak diajarkan
hal yang terbaik, kapasitas intelektual nilai-nilai budi pekerti maka jika anak
seperti berpikir kritis dan alasan moral, menginjak usia dewasa akan mengem-
perilaku jujur dan bertanggungjawab, bangkan sikap destruktif atau cenderung
mempertahankan prinsip-prinsip moral ke arah brutal.
dalam situasi penuh ketidakadilan, ke- Karakter bangsa memiliki peranan
cakapan interpersonal dan emosional penting dalam perkembangan suatu
yang memungkinkan seseorang ber- bangsa. Sehingga pendidikan karakter
interaksi secara efektif dalam berbagai perlu dikembangkan dalam dunia pen-
situasi, dan komitmen untuk berkontri- didikan khususnya dalam pembelajaran.
busi dengan komunitas dan masyara- Menurut Supardi, dkk (2014), usaha
katnya. yang dilakukan pemerintah tidak hanya
Dalam pendidikan karakter terdapat sekedar menetapkan pelajaran pendidi-
beberapa komponen penting yang harus kan karakter bangsa sebagai salah satu
ditekankan. Pendidikan karakter Lickona materi yang wajib diajarkan kepada se-
(1992) dalam Megawangi (2010), tiap peserta didik di berbagai jenjang
menekankan tiga komponen untuk mem- pendidikan. Pemerintah juga berupaya
bentuk karakter yang baik, yai- melakukan penanaman nilai-nilai karak-
tu moral knowing, moral behav- ter bangsa melalui pendidikan non for-
ior dan moral feeling. Moral know- mal yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang

45 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

diselenggarakan di sekolah. Kegiatan sia, yaitu agama. Agama merupakan pe-


ekstrakurikuler tersebut dilaksanakan doman kehidupan yang mengatur seluruh
dengan tujuan untuk mendidik peserta sendi-sendi kehidupan manusia. Jadi,
didik agar memiliki keterampilan dan jika seseorang telah memiliki dasar aga-
meningkatkan rasa nasionalisme yang ma yang baik, maka nilai-nilai yang lain
ada pada peserta didik. Hal tersebut akan mudah diterima dan diterapkan.
sesuai dengan pernyataan dalam UU no- Kedua, tanggung jawab, mandiri,
mor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pen- disiplin, dan jujur. Nilai-nilai ini penting
didikan Nasional pasal 26 ayat 2 bahwa agar anak nantinya bisa mandiri, disiplin
“pendidikan non formal berfungsi dan bertanggung jawab pada dirinya
mengembangkan potensi peserta didik sendiri dan pada apa yang ia lakukan.
dengan penekanan pada penguasaan Ketiga, menghormati dan menghargai
pengetahuan dan keterampilan fungsion- orang lain. Keempat, etika dan sopan
al serta pengembangan sikap dan santun. Kelima, berbagi, kasih sayang,
kepribadian profesional.” Kegiatan rendah hati. Keenam, gotong royong,
esktrakurikuler merupakan kegiatan yang saling tolong menolong. Nilai-nilai terse-
dilaksanakan secara terorganisir oleh pe- but penting agar anak nantinya bisa ber-
serta didik baik di tingkat sekolah mau- interaksi sosial dengan baik, memiliki
pun perguruan tinggi di luar jam belajar sikap empati, dan tidak egosentris. Dan
kurikulum standar. Kegiatan ekstraku- yang terakhir, adalah kreatif, percaya
rikuler dilaksanakan dalam rangka diri, pekerja keras. nilai yang terakhir ini
pengembangan kepribadian, bakat, dan dapat menuntun sang anak agar ia tidak
kemampuan lain di luar akademik mudah putus asa, mampu mencari jalan
dengan tujuan memberikan manfaat posi- keluar dari suatu masalah, dan memiliki
tif kepada peserta didik. Kegiatan motivasi yang tinggi.
ekstrakurikuler merupakan bagian dari Strategi Penguatan Pendidikan
pendidikan non formal. Karakter Dalam Pembelajaran Dalam
Dalam kenyataannya ada banyak hal Upaya Mencegah Kenakalan Remaja
yang dapat dilakukan dalam menginter- Pendidikan karakter selalu menjadi
nalisasi nilai-nilai karakter, baik di ru- isu utama pendidikan. Sebagai bagian
mah maupun di sekolah. Pertama, nilai dari proses pembentukan akhlak anak
yang harus diajarkan adalah nilai yang bangsa, pendidikan karakter juga di-
akan menjadi pedoman hidup bagi manu- harapkan mampu menjadi pondasi utama

46 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

dalam rangka mencerdaskan kehidupan yang kuat sejak dini akan membekali pa-
bangsa. Oleh karena itu, menanamkan ra remaja di kemudian hari.
pendidikan karakter dengan cara Pendidikan karakter di sekolah tidak
mengembangkan nilai-nilai budi pekerti akan lepas dari peran kepala sekolah dan
pada peserta didik dirasa sangat penting guru. Guru sebagai pelaksana kurikulum
selain mengajarkan aspek kognitif. dituntut untuk mengetahui cara menyam-
Secara akademik, pendidikan karakter paikan materi pendidikan karakter se-
dimaknai sebagai pendidikan nilai, pen- hingga dalam proses penerapan pendidi-
didikan budi pekerti, pendidikan moral, kan karakter di sekolah dapat terlaksana
pendidikan watak, yang tujuannya secara optimal. Menanamkan Pendidikan
mengembangkan kemampuan peserta karakter kepada peserta didik memer-
didik untuk memberikan keputusan baik- lukan metode khusus yang tepat agar
buruk, memelihara apa yang baik, dan tujuan pendidikan dapat tercapai. Di an-
mewujudkan kebaikan dalam kehidupan tara metode pembelajaran yang sesuai
sehari-hari dengan sepenuh hati. adalah metode keteladanan, metode pem-
Banyak hasil penelitian yang biasaan, dan metode pujian dan huku-
menunjukkan bahwa pelanggaran hukum man.
paling banyak dilakukan oleh remaja. Dalam rangka menanamkan dan
Hal ini menunjukkan bahwa pelanggaran mengembangkan karakter peserta didik
hukum atau pun perilaku yang menyim- di sekolah memang diperlukan upaya
pang dari tatanan sosial justru dilakukan untuk membentuk pembinaan/pendidikan
oleh orang-orang yang sedang mencari budi pekerti. Pendidikan budi pekerti
ilmu di sekolah, bukan orang-orang yang yang dimaksud adalah pendidikan yang
sudah berumah tangga meskipun tidak secara khusus mendidik budi pekerti
sedikit yang berperilaku menyimpang. kepada peserta didik. Tampaknya sulit
Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi untuk diterapkan. Dalam arti, agar dapat
moralitas remaja sebagai peserta didik menjawab tantangan pendidikan karak-
yang lemah dan perlu mendapatkan ter, caranya adalah dengan menginte-
bimbingan dan pembinaan yang intensif grasikan nilai-nilai budi pekerti ke dalam
dari orang dewasa di sekitarnya. Kondisi kandungan kurikulum. Setiap karakter
remaja yang lemah merupakan gambaran yang akan dikembangkan harus terwujud
fondasi moral yang rapuh di masa masa di dalam kandungan setiap mata pelaja-
kanak-kanak. Pembinaan budi pekerti ran. Wujudnya dapat melalui tugas-tugas

47 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

dan pekerjaan rumah, bahan kajian, sim- ter ini, karena anak meinimal berada di
ulasi, dan juga terwujud di dalam pera- sekolah enam jam setiap hari. Mereka
turan akademik yang lain. Melalui cara dipercayakan oleh orang tua kepada
ini, peserta didik akan terlatih secara ter- sekolah untuk dididik dan dibantu
pola, yang menjadikan peserta didik ter- berkembang menjadi pribadi yang utuh.
biasa untuk berbuat kebaikan terhadap Berkaitan dengan penguatan pendidi-
sesama. kan karakter sebagai upaya pencegahan
Menurut Riyanto (2010), Dalam kenakalan remaja, telah disusun program
rangka mengimplementasikan pendidi- pengembangan diri yang dilakukan me-
kan karakter di sekolah terdapat empat lalui pengintegrasian ke dalam kegiatan
(4) tawaran model penerapan, yaitu : a) sehari-hari sekolah, yaitu melalui hal-hal
Model otonomi dengan menempatkan berikut:
pendidikan karakter sebagai mata pelaja- 1. Kegiatan rutin sekolah
ran tersendiri, b) Model integrasi dengan Kegiatan rutin merupakan
menyatukan nilai-nilai dan karak- kegiatan yang dilakukan peserta
terkarakter yang akan dibentuk dalam didik secara terus menerus dan kon-
setiap mata pelajaran, c) Model ekstraku- sisten setiap saat. Contoh kegiatan
rikuler melalui sebuah kegiatan tamba- ini adalah upacara pada hari besar
han yang berorintasi pembinaan karakter kenegaraan, pemeriksaan kebersi-
siswa, d) Model kolaborasi dengan han badan (kuku, telinga, rambut,
menggabungkan ketiga model tersebut dan lain-lain) dan upacara bendera
dalam seluruh kegiatan sekolah. setiap hari Senin, beribadah bersama
Melalui proses pendidikan, terutama atau shalat bersama setiap dhuhur
pendidikan formal di sekolah, peserta (bagi yang beragama Islam), berdoa
didik dapat dibantu untuk mengerti nilai waktu mulai dan selesai pelajaran,
karakter yang diharapkan, dan pelan- mengucap salam bila bertemu guru,
pelan membantu mereka untuk melatih tenaga kependidikan, atau teman.
dan menjadikan nilai itu sebagai sikap Kegiatan rutin sekolah sejalan
hidup mereka. Untuk mewujudkannya dengan teori pembiasaan dari Skin-
diperlukan pembiasaan sehingga nilai itu ner. Teori ini mengemukakan bahwa
menjadi nilai yang spontan dijalanlan unsur terpenting dalam belajar ada-
anak. Sekolah formal memiliki tanggung lah penguatan. Bentuk penguatan ini
jawab besar terhadap pendidikan karak- terbagi atas dua, yaitu penguatan

48 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

positif berupa hadiah (permen, kado, mencontohnya. Metode keteladanan


makanan, dan lain-lain), perilaku yang diterapkan oleh Kepala Sekolah
(senyum, mengangguk-anggukan dan Guru dalam penerapan pendidi-
kepala, mengacungkan jempol, ber- kan karakter sejalan dengan teori be-
tepuk tangan), atau penghargaan haviorisme dari Watson. Teori Wat-
(memberi pujian, nilai A, juara 1, son mengemukakan dua prinsip pent-
dan sebagainya), dan penguatan ing dalam pembelajaran yang
negatif berupa menunda penghar- didasarkan pada hubungan stimulus-
gaan, memberi tugas tambahan, respon ini yaitu (1) recency principle
menunjukkan perilaku tidak senang yang menyatakan bahwa jika suatu
atau menegur bila siswa melakukan stimulus baru saja menimbulkan re-
kesalahan. spon, maka kemungkinan stimulus
2. Kegiatan spontan itu untuk menimbulkan respon yang
Kegiatan ini dilakukan biasanya sama apabila diberi umpan lagi akan
pada saat guru dan tenaga kependidi- lebih besar daripada kalau stimulus
kan yang lain mengetahui adanya itu diberikan umpan setelah lama ber-
perbuatan yang kurang baik dari selang; dan (2) frequency principle
peserta didik yang harus dikoreksi yang menyatakan bahwa jika suatu
pada saat itu juga. Kegiatan spon- stimulus dibuat lebih sering men-
tan berlaku untuk perilaku dan imbulkan satu respon maka kemung-
sikap peserta didik yang tidak baik kinan stimulus itu akan menimbulkan
dan yang baik sehingga perlu respon yang sama pada waktu yang
dipuji, misalnya: memperoleh nilai lain akan lebih besar. Sebagai contoh
tinggi, menolong orang lain, dan penerapan teori Watson dalam pen-
berani menentang atau mengkoreksi didikan karakter yaitu Guru mem-
perilaku teman yang tidak terpuji. berikan keteladanan dengan berpaka-
3. Keteladanan ian rapi, datang tepat pada waktunya,
Keteladanan adalah perilaku dan bekerja keras, bertutur kata sopan,
sikap guru dan tenaga kependidikan kasih sayang, perhatian terhadap
yang lain dalam memberikan contoh peserta didik, jujur, menjaga
terhadap tindakan-tindakan yang kebersihan.
baik sehingga diharapkan menjadi 4. Pengkondisian
panutan bagi peserta didik untuk Untuk mendukung keterlaksa-

49 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

naan pendidikan budaya dan yang dapat dilakukan kepala sekolah da-
karakter bangsa maka sekolah ha- lam menguatkan nilai karakter kepada
rus dikondisikan sebagai pen- peserta didik antara lain: 1). Integrasi
dukung kegiatan itu. Pengkondisian keseluruhan lembaga pendidikan. Priori-
sejalan dengan teori Behaviorisme tas utama dalam melakukan penguatan
dari Edwin Guthrie berdasarkan atas karakter melalui penanaman nilai-nilai
model penggantian stimulus satu ke pendidikan yang selalu berupaya untuk
stimulus yang lain. Suatu respon mendewasan manusia secara utuh; 2).
akan lebih kuat dan menjadi kebia- Integrasi keseluruhan kompetensi ke da-
saan bila respon tersebut berhub- lam keseharian aspek budaya sekolah.
ungan dengan berbagai macam stim- Menggerakkan peserta didik untuk
ulus. Penerapan Teori Edwin Guthrie senantiasa menerapkan nilai-nilai karak-
dalam pelaksanaan pendidikan karak- ter hendaknya dilakukan melalui
ter salah satu di antaranya dengan keteladanan, dimana kepala sekolah me-
metode mengubah lingkungan. Ling- riilkan nilai-nilai kompetensinya dalam
kungan belajar di sekolah dikondisi- kehidupan nyata sehari-hari. Integrasi
kan agar nyaman dan menyenangkan nilai-nilai karakter tersebut juga dapat
misalnya mengkondisikan ling- dilakukan melalui visualisasi nilai karak-
kungan sekolah bersih dan asri, bak ter yang terintegrasi dengan peraga pen-
sampah ada di berabgai tempat, alat didikan yang tersebar secara terbuka ke
belajar ditempatkan teratur, me- dalam setiap aspek / infrastruktur satuan
masang poster (afirmasi) untuk pendidikan; 3). Kerjasama dengan pihak
memotivasi belajar, dan memasang ketiga. Pelaksanaan kerja sama dengan
foto siswa yang rajin dan disiplin berbagai institusi perlu mendapat per-
hadir tepat waktu setiap bulannya hatian yang lebih serius dari kepala
untuk memotivasi siswa lain. sekolah. Khususnya ketegasan pembagi-
Kepala sekolah sebagai penanggung- an peran dan definisi koordinasi antar
jawa organisasi sekolah bertugas menga- keduanya, mulai dari bentuk koordi-
tur semua sumber organisasi dan beker- nasinya, sistem monitoring dan evalua-
jasama dengan guru-guru dalam men- sinya, serta kejelasan bangunan karakter
guatkan nilai-nilai karakter kepada peser- dan nilai-nilai integratif dari internalisasi
ta didik melalui pendidikan dan pengaja- nilai karakter yang dikehendaki; 4). On
ran di sekolah. Ada beberapa strategi going monitoring and evaluation. Pro-

50 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

gram penguatan karakter peserta didik, Pembelajaran pendidikan karakter


sebagaimana program lainnya sebaiknya menggunakan pendekatan proses belajar
tetap dimonitor dan dievaluasi secara ru- peserta didik secara aktif dan berpusat
tin dan terus menerus. Kegiatan monitor- pada anak; dilakukan melalui berbagai
ing dan evaluasi penguatan karakter kegiatan di kelas, sekolah, dan masyara-
mengacu pada prinsip on going monitor- kat. Kegiatan di Kelas, pengembangan
ing and evaluation. Kegiatan monev dil- nilai-nilai tertentu seperti kerja keras,
akukan selama proses penguatan karakter jujur, toleransi, disiplin, mandiri, seman-
tersebut. Kegiatan tersebut tidak gat kebangsaan, cinta tanah air, dan ge-
mengarah pada aspek akhir berupa hasil mar membaca dapat melalui kegiatan
saja, tetapi justru pada proses dimana belajar yang biasa dilakukan guru. Untuk
kegiatan tersebut berlangsung. Kegiatan pegembangan beberapa nilai lain seperti
tersebut dilakukan dengan maksud untuk peduli sosial, peduli lingkungan, rasa
dapat melakukan refleksi terhadap segala ingin tahu, dan kreatif memerlukan
bentuk atau performansi penguatan upaya pengkondisian sehingga peserta
karakter yang dilakukan oleh peserta didik memiliki kesempatan untuk
didik; dan 5) Open reflection. Setiap memunculkan perilaku yang menunjuk-
upaya penguatan karakter hendaknya kan nilai-nilai itu. Kegiatan di Sekolah,
direfleksi secara terbuka oleh setiap melalui kegiatan yang dapat dimasukkan
pihak yang terlibat. Refleksi dilakukan ke dalam program sekolah adalah lomba
melalui beragam pendekatan, baik one vocal group antarkelas tentang lagu-lagu
way reflection, two ways reflection, mau- bertema cinta tanah air, pagelaran seni,
pun multi ways reflection, bergantung lomba pidato bertema budaya dan karak-
pada lingkup, sumber, dan target perfor- ter bangsa, pagelaran bertema budaya
mansi karakter peserta didik. Hal ini dan karakter bangsa, lomba olah raga
akan menumbuhkan saling kepercayaan antarkelas, lomba kesenian antarkelas,
dan kecintaan antar sivitas satuan pen- pameran hasil karya peserta didik berte-
didikan, karena komitmen atau loyalitas ma budaya dan karakter bangsa, pameran
di dalamnya dapat dipakai sebagai dasar foto hasil karya peserta didik bertema
penentuan kebijakan institusi guna budaya dan karakter bangsa, lomba
meningkatkan kualitas budaya dan pen- membuat tulisan, lomba mengarang lagu,
capaian tujuan penguatan karakter terse- melakukan wawancara kepada tokoh
but. yang berkaitan dengan budaya dan

51 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

karakter bangsa, mengundang berbagai Implementasi strategi penguatan


narasumber untuk berdiskusi, gelar wic- pendidikan karakter di sekolah da-
ara, atau berceramah yang berhubungan lam upaya pencegahan kenakalan
dengan budaya dan karakter bangsa. remaja dapat diintegrasikan ke da-
Kegiatan di luar sekolah, melalui lam mata pelajaran yang sudah ada,
kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan muatan lokal, pengembangan diri,
lain yang diikuti oleh seluruh atau seba- dan budaya sekolah; dan 3) Kepala
gian pe serta didik, yang dirancang sejak sekolah sebagai pemimpin organ-
awal tahun pela jaran, dan dimasukkan isasi sekolah bertanggungjawab
ke dalam Kalender Akademik. Misalnya, penuh terhadap pembinaan karakter
kunjungan ke tempat-tempat yang me- peserta didik, sehingga sebagai
numbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, teladan sekolah diperlukan upaya
menumbuhkan semangat kebangsaan, khusus untuk mengintegrasikan nilai
melakukan pengabdian masyarakat untuk -nilai karakter ke dalam proses pem-
menumbuhkan kepedulian dan kesetiaka- belajaran dan aktivitas rutin di
wanan sosial (membantu mereka yang sekolah.
tertimpa musibah banjir, memperbaiki 2. Saran
atau membersihkan tempat-tempat Berdasarkan kesimpulan di atas,
umum, membantu membersihkan atau dirumuskan beberapa saran: 1) Pem-
mengatur barang di tempat ibadah terten- belajaran di sekolah sebaiknya
tu). diutamakan menekankan pada soft
C. SIMPULAN skills atau non-akademik (afektif
1. Simpulan dan psikomotorik) yang merupakan
Berdasarkan masalah, kajian unsur utama pendidikan karakter
literatur, dan pembahasan di atas, melalui KBM dan kegiatan
maka dapat dirumuskan simpulan ekstrakurikuler; 2) Kemendikbud
berikut: 1) Pendidikan di Indonesia sebaiknya merumuskan model
masih terfokus pada aspek-aspek penilaian yang menggunakan kom-
kognitif atau akademik, sedangkan ponen karakter sebagai komponen
aspek soft skills atau non-akademik terbesar; 3) Kemendikbud bekerjasa-
yang merupakan unsur utama pen- ma dengan TNI dan POLRI
didikan karakter selama ini masih sebaiknya mengadakan pendidikan
kurang mendapatkan perhatian; 2) bela Negara yang didalamnya

52 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

memuat unsur budi pekerti dan na- (Indonesia Heritage Foundation).


sionalisme. Monks, F.J. knoers & Handitoko, S.R.
D. DAFTAR PUSTAKA (2002). Psikologi Perkembangan :
Frye, Mike at all. (Ed.). (2002). Charac- Pengantar dalam Berbagai Bi-
ter Education: Informational dang. Yogyakarta : Gajah Mada
Handbook and Guide for Support University Press.
and Implementation of the Student Muhtadi, Ali. (2014). Strategi Implemen-
Citizent Act of 2001. North Caroli- tasi Pendidikan Budi Pekerti yang
na: Public Schools of North Caroli- Efektif di Sekolah. Jurnal Dina-
na. mika Pendidikan No. 01/Th.XVI/
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkem- september 2014.
bangan: Suatu Pendekatan Sepan- Mulyadi Lilik. (2005) Anak
jang Ruang Kehidupan. Edisi 5. di Indonesia: Teori Praktik dan
Jakarta: Erlangga. Permasalahannya, Bandung.
Kartini, Kartono. (1986). Psikologi So- Mutakin, Tatan Zaenal, dkk. (2014). Pen-
sial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta: erapan Teori Pembiasaan Dalam
Rajawali. Komisi Perlindungan Pembentukan Karakter Religi
Anak Indonesia. 2016. Data Kasus Siswa Di Tingkat Sekolah Dasar.
Kenakalan Remaja. Diakses me- Jurnal Edutech, Tahun 13, Vol.1,
lalui website: www.kpai.go.id pada No.3, Oktober 2014. Bandung:
tanggal 04 Februari 2018 Fakultas Ilmu Pendidikan, Univer-
Lickona, Thomas, (1991). Educating for sitas Pendidikan Indonesia.
character. Terjemahan Juma Ab- Pusat Kurikulum, (2010). Pedoman
du. Bumi Aksara : Jakarta Sekolah: Pengembangan Pendidi-
Lickona, Thomas, (1996.) Eleven Princi- kan Budaya Dan Karakter Bangsa.
ples of Effective Character Educa- Balitbang Kementerian Pendidikan
tion,. Journal of Moral Volume 25. Nasional.
Lundman, J. Richard. (1993). Prevention Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan
and Control of dan Kebudayaan (Puslitjakdikbud).
University Press. (2015). Isu Aktual: Kajian Tindak
Megawangi, Ratna. (2010). Pendidikan Kekerasan Siswa Jenjang Pendidi-
Karakter Solusi yang Tepat untuk kan Menengah. Balitbang Ke-
membangun Bangsa. Jakarta: IHF mendikbud.

53 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja


Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018

Ramli. T., (2003). Pendidikan Karakter.


Bandung : Angkasa.
Riyanto. (2010). Empat Model Penera-
pan Pendidikan Karakter di
Sekolah: Antara Otonomi, Inte-
grasi, Suplemen, dan Kolaborasi.
Read more about integrasi pendidi-
kan karakter dengan mata pelajaran
by Kang Marfu. https://
riyantosma9yk.word press.com.
Rozak, A., & Sayuti, W. (2006). Remaja
dan Bahaya Narkoba. Jakarta :
Pranata Media Group.
Jakarta : Dirjen Dikdasmen Direktorat
Pendidikan Dasar Dan Menengah
Kementerian Pendidikan Nasional.
Sunarwiyati. (1985). Pengukuran Sikap
Masyarakat terhadap Kenakalan
Remaja. Jakarta, laporan
penelitian, UI.
Supardi U.S, dkk. (2014). Efektivitas
Pengembangan Nilai-Nilai Karak-
ter Bangsa Melalui Ekstrakurikuler
Pramuka. Jurnal Edutech, Tahun
13, Vol.1, No.3, Oktober 2014.
Bandung: Fakultas Ilmu Pendidi-
kan, Universitas Pendidikan Indo-
nesia.
Suyanto, Ph.D. (2010). Model Pem-
binaan Pendidikan Karakter Di
Lingkungan Sekolah.

54 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja

You might also like