Professional Documents
Culture Documents
1, Februari 2018
Oleh :
Novrian Satria Perdana
Puslitjakdikbud, Balitbang
e-mail: nsp171186@yahoo.com
Abstract. Many cases of juvenile delinquency that occurred in the community allegedly be-
cause there are lack of exemplary and intensive supervision in our educational and community
components. According to this reality, it is urgent to know the strategy of strengthening character
education in schools to prevent juvenile delinquency. The purpose of this paper is to examine strat-
egies in preventing juvenile delinquency through strengthening character education. This paper
uses the theory of habituation from the Skinner, such as spontaneous activities, exemplary meth-
ods are also a series of behaviorism theory from John Watson, and conditioning activities that are
similar to behaviorism theory from Edwin Guthrie . This study includes the type of literature study
research by finding reference theory that relevant to the cases or problems found. The data that
have been obtained then analyzed by descriptive analysis method. The conclusions from this litera-
ture study includes 1) education in Indonesia still focused on cognitive aspect or academic, while
the aspect of soft skills or non academic which is the main element of character education so far
still get less attention. 2) implementation of strategies to strengthen character education in schools
in preventing juvenile delinquency, can be integrated into existing subjects, local content, self-
development. 3) the headmaster as the leader of the school organization is fully responsible for the
character building of students, so as a model school requires special efforts to integrate the values
of character into the learning process and routine activities in schools. Based on the above conclu-
sions, some suggestions were formulated: 1) learning in schools should focus on soft skills or non
academic (affective and psychomotor) which are the main elements of character education
through teaching and learning activities or extracurricular activities; 2)The national education
ministries should formulate learning models that use the character component as the largest com-
ponent; 3) the national education ministry should cooperate with TNI and POLRI by conducting
education to defend the country that there are character and nationalism elements.
Abstrak. Maraknya kasus kenakalan remaja yang terjadi di masyarakat diduga ku-
rangnya keteladanan dan pengawasan intensif dari komponen pendidikan dan masyarakat. Ber-
dasarkan hal tersebut, mendesak untuk diketahui strategi penguatan pendidikan karakter di sekolah
dalam mencegah kenakalan remaja. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penulisan ini adalah untuk
mengkaji strategi dalam mencegah kenakalan remaja melalui penguatan pendidikan karakter.
Penulisan ini menggunakan teori pembiasaan dari Skinner, berupa kegiatan-kegiatan spontan,
metode keteladanan yang juga sejalan dengan teori behaviorisme dari John Watson, dan kegiatan
pengkondisian yang sejalan dengan teori behaviorisme dari Edwin Guthrie. Penelitian ini termasuk
jenis penelitian studi literatur dengan mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau per-
masalahan yang ditemukan. Data-data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis dengan metode
analisis deskriptif. Kesimpulan dari studi literatur ini antara lain: 1) Pendidikan di Indonesia masih
terfokus pada aspek-aspek kognitif atau akademik, sedangkan aspek soft skills atau non-akademik
yang merupakan unsur utama pendidikan karakter selama ini masih kurang mendapatkan per-
hatian; 2) Implementasi strategi penguatan pendidikan karakter di sekolah dalam upaya pencega-
han kenakalan remaja dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada, muatan lokal,
pengembangan diri, dan budaya sekolah, dan 3) Kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi
sekolah bertanggungjawab penuh terhadap pembinaan karakter peserta didik, sehingga sebagai
teladan sekolah diperlukan upaya khusus untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam
proses pembelajaran dan aktivitas rutin di sekolah.. Berdasarkan kesimpulan di atas, dirumuskan
32 Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dalam Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja
Edutech, Tahun 17, Vol.17, No.1, Februari 2018
beberapa saran: 1) Pembelajaran di sekolah sebaiknya diutamakan menekankan pada soft skills
atau non-akademik (afektif dan psikomotorik) yang merupakan unsur utama pendidikan karakter
melalui KBM dan kegiatan ekstrakurikuler; 2) Kemendikbud sebaiknya merumuskan model
penilaian yang menggunakan komponen karakter sebagai komponen terbesar; 3) Kemendikbud
bekerjasama dengan TNI dan POLRI sebaiknya mengadakan pendidikan bela Negara yang dida-
lamnya memuat unsur budi pekerti dan nasionalisme.
yang dirilis oleh KPAI (2016), ada remaja yang kini terjadi, seperti
banyak kasus bentuk kenakalan tertuang pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Data Kasus Kenakalan Remaja
Kasus Kenakalan Remaja 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah
(1999), yang terpenting dan tersulit ada- rena remaja lebih banyak berada di luar
lah penyesuaian diri dengan mening- rumah bersama dengan teman-teman
katnya pengaruh teman sebaya, peru- sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah
bahan dalam perilaku sosial, pengge- dimengerti bahwa pengaruh teman-teman
lompokkan sosial yang baru, nilai-nilai sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,
baru dalam seleksi persahabatan, nilai- penampilan, dan perilaku lebih besar da-
nilai baru dalam dukungan dan pe- ripada pengaruh keluarga.
nolakan sosial. Penyesuaian diri remaja Bentuk kenakalan remaja saat ini
kepada teman sebayanya merupakan telah banyak menjurus pada
usaha remaja untuk berada dalam ling- pelanggaran dan kejahatan sehingga
kungan sosial yang lebih luas. Perge- jumlah anak yang berhadapan dengan
rakan remaja menuju teman sebayanya hukum selalu meningkat. Dari fenomena
adalah salah satu tugas perkembangan tersebut muncul reaksi masyarakat untuk
remaja. Seperti yang dikemukakan menanggulanginya yang kemudian di-
Monks, Knoers & Handitoko (2002), wujudkan dalam bentuk kebijakan krimi-
bahwa perkembangan sosial remaja nal. Kebijakan kriminal sebagai bentuk
dapat dilihat dengan adanya dua macam reaksi masyarakat terhadap permasala-
gerak yaitu memisahkan diri dari orang han kenakalan anak
tua dan menuju ke arah teman-teman atau remaja dilakukan melalui sarana pe-
sebaya. Rozak (2006) juga mengatakan nal dan non penal. Upaya penanggulan-
bahwa remaja dalam kehidupan sosial- gan dengan pendekatan-pendekatan yang
nya lebih tertarik dengan kelompok ada saat ini memang memiliki kecender-
manusia yang sebaya dengannya, sehing- ungan untuk lebih mengutamakan sarana
ga apa yang dilakukan kelompok sebaya pendekatan represif serta penjatuhan
kemungkinan akan ditiru oleh remaja. sanksi-sanksi pidana berupa pemenjaraan
Teman sebaya memberikan pengaruh yang masih sangat mengemuka, mes-
yang besar sehingga remaja berusaha un- kipun dapat berpengaruh pada
tuk meniru dengan teman sebayanya. masa pertumbuhan dan perkembangan
Menurut Santrock dalam Puslitjakdikbud psikis dan fisik seorang anak. Upaya pe-
(2015), hal ini dapat terjadi karena rema- nanggulangan kenakalan remaja
ja lebih banyak menghabiskan waktu dimulai dari pengetahuan yang
dengan teman sebayanya daripada masa cukup mengenai latar belakang dan sebab
pertengahan atau kanak-kanak akhir. Ka- perilaku kenakalan tersebut. Oleh karena
itu perlu dirumuskan dan digunakan nilai akademik memadai/di atas KKM
metode serta pendekatan-pendekatan (Kriteria Ketuntasan Minimal), pendidi-
yang tepat dalam upaya penanganan dan kan dianggap sudah berhasil. Pemben-
penanggulangan perilaku-perilaku kena- tukan karakter dan nilai-nilai budaya
kalan remaja. bangsa di dalam diri peserta didik se-
Berbagai bentuk kenakalan remaja makin terpinggirkan. Rapuhnya karakter
tersebut mengindikasikan bahwa pem- dan budaya dalam kehidupan berbangsa
bangunan karakter bangsa mendesak un- bisa membawa kemunduran peradaban
tuk kembali dilaksanakan. Adanya bangsa. Padahal, kehidupan masyarakat
kesenjangan dan disorientasi antara tata- yang memiliki karakter dan budaya yang
ran normatif dengan tataran empiris kuat akan semakin memperkuat eksisten-
merupakan situasi yang perlu segera diat- si suatu bangsa dan negara.
asi. Kesadaran akan perlunya pem- Karakter manusia telah melekat pada
bangunan karakter bangsa lebih diperu- kepribadian seseorang dan ditunjukkan
mit dengan semakin terbukanya tata per- dalam perilaku kehidupannya sehari-hari.
gaulan global dan pesatnya perkem- Sejak lahir, manusia telah memiliki po-
bangan teknologi informasi dan komu- tensi karakter yang ditunjukkan oleh ke-
nikasi. Media komunikasi memberikan mampuan kognitif dan sifat-sifat
informasi yang meluas dan mudah di- bawaannya. Karakter bawaan akan
akses, tanpa dibatasi oleh ruang wilayah berkembang jika mendapat sentuhan
dan tempat, Keterbukaan informasi tidak pengalaman belajar dari lingkungannya.
hanya membawa nilai positif bagi ke- Keluarga merupakan lingkungan belajar
hidupan bangsa, tetapi juga negatif. Han- pertama yang diperoleh anak dan akan
ya dengan kepribadian dan karakter menjadi fondasi yang kuat untuk mem-
bangsa yang kuat yang mampu menjadi bentuk karakter setelah dewasa. Hasil
penyaring (filter) terhadap stimulan nilai- penelitian menunjukkan bahwa sekitar
nilai negatif yang tidak atau kurang 50% variabilitas kecerdasan orang de-
sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa wasa sudah terjadi ketika anak berusia
dan Pancasila. empat tahun. Peningkatan 30% beri-
Pendidikan saat ini mengedepankan kutnya terjadi pada usia delapan tahun,
penguasaan aspek keilmuan dan kecer- dan 20% sisanya pada pertengahan atau
dasan peserta didik. Jika peserta didik akhir dasawarsa kedua (Suyanto, 2010).
sudah mencapai nilai atau lulus dengan Perkembangan kecerdasan diiringi oleh
bagi remaja, lingkungan pergaulan (peer anak. Sebenarnya kita melupakan sesuatu
group) yang jelek atau buruk cenderung ketika berbicara masalah kenakalan
dapat mendorong terbentuknya per- remaja, yaitu hukum kausalitas. Sebab,
ilaku yang (negatif) pula, yang dari kenakalan seorang remaja selalu
bahkan dapat menjurus pada perilaku dikristalkan menuju faktor eksternal ling-
yang melanggar hukum, baik dalam taraf kungan yang jarang memperhatikan
yang ringan (mencuri) sampai yang berat faktor terdekat dari lingkungan remaja
(menganiaya atau membunuh) Bahkan tersebut dalam hal ini orang. Orang sela-
dengan maraknya kasus-kasus perke- lu menilai bahwa banyak kasus kenaka-
lahian antar pelajar/ tawuran, maka ling- lan remaja terjadi karena lingkungan per-
kungan pergaulan yang buruk merupakan gaulan yang kurang baik, seperti
tempat yang potensial bagi kausa ter- pengaruh teman yang tidak benar,
jadinya kenakalan remaja. pengaruh media massa, sampai pada
Kenakalan remaja di sekolah meru- lemahnya iman seseorang. (3) Dari fihak
pakan permasalahan bersama, sehingga guru di sekolah, membawa materi budi
diperlukan penanganan yang bersinergi. pekerti dalam pembelajaran di kelas;
(1) Dari remaja sendiri, harus meningkat- menjadi guru yang humanis, sehingga
kan dan membangun kehidupan iman dekat dengan siswa selain menjadi panu-
sesuai dengan agama dan keyakinan tan bagi siswanya.
yang kita anut, artinya remaja harus Pendidikan Karakter dan Implemen-
sungguh-sungguh menjalankan ajaran- tasinya
ajaran dan perintah agama dengan baik. Terminologi pendidikan karakter
(2) Dari segi orang tua harus membimb- mulai dikenalkan sejak tahun 1900-an.
ing, membina, dan mengarahkan ke- Thomas Lickona dianggap sebagai pen-
hidupan keagamaan anaknya sejak dini. gusung, terutama ketika ia menulis buku
Karena ternyata banyak orang tua yang yang berjudul Educating for Character:
tidak dapat berperan sebagai orang tua How Our School Can Teach Respect and
yang seharusnya. Mereka hanya menye- Responsibility (1991) yang kemudian
diakan materi dan sarana serta fasilitas disusul oleh tulisan-tulisan lain, seperti
bagi si anak tanpa memikirkan kebu- The Return of Character Education yang
tuhan batinnya. Orang tua juga sering dimuat dalam jurnal Educational Leader-
menuntut banyak hal tetapi lupa untuk ship (November 1993) dan juga artikel
memberikan contoh yang baik bagi si yang berjudul Eleven Principles of Effec-
tive Character Education, yang dimuat keluhuran dan kehalusan hidup manusia).
dalam Journal of Moral Volume 25 Pendidikan karakter merupakan suatu
(1996). Melalui buku dan tulisan-tulisan usaha untuk memperbaiki mental serta
tersebut, ia menyadarkan dunia Barat kepribadian manusia sehingga terjadi
akan pentingnya pendidikan karakter. keteraturan sosial serta dapat mengurangi
Pendidikan karakter menurutnya jumlah kapasitas penyimpangan sosial
mengandung tiga unsur pokok, yaitu yang ada di dalam masyarakat. Menurut
mengetahui kebaikan (knowing the T. Ramli (2003), pendidikan karakter
good), mencintai kebaikan (desiring the memiliki esensi dan makna/nilai yang
good), dan melakukan kebaikan (doing sama dengan pendidikan moral dan pen-
the good) (Lickona, 1991:51). Di pihak didikan akhlak. Tujuannya adalah mem-
lain, Frye (2002:2) mendefinisikan pen- bentuk pribadi anak, supaya menjadi
didikan karakter sebagai, “A national manusia yang baik, warga masyarakat,
movement creating schools that foster dan warga negara yang baik. Adapun
ethical, responsible, and caring young kriterianya adalah nilai-nilai karakter
people by modeling and teaching good yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila.
character through an emphasis on uni- Nilai-nilai karakter yang dijiwai oleh
versal values that we all share”. sila-sila Pancasila dapat dikemukakan
Pendidikan karakter sejatinya bukan- sebagai berikut. 1) Karakter yang ber-
lah hal yang baru dalam khasanah pen- sumber dari olah hati antara lain beriman
didikan di Indonesia. Pendidikan karak- dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib,
ter adalah nama lain dari pendidikan budi taat aturan, bertanggung jawab, berem-
pekerti atau adab yang sudah sejak lama pati, berani mengambil resiko, pantang
dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara menyerah, rela berkorban, dan berjiwa
dengan semboyan sebagai metode among patriotik. 2) Karakter yang bersumber
“ ing ngarso sung tulodho (didepan di- dari olah pikir antara lain cerdas, kritis,
harapkan mampu memberi teladan atau kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif,
contoh yang baik bagi pengikutnya), ing berorientasi Ipteks, dan reflektif. 3)
madyo mangun karso (ditengah mem- Karakter yang bersumber dari olah raga/
berikan dorongan atau semangat) tut kinestetika antara lain bersih, dan sehat,
wuri handayani” (memberikan kebeba- sportif, tangguh, andal, berdaya tahan,
san kepada peserta didik untuk mengem- bersahabat, kooperatif, determinatif,
bangkan bakat dan minatnya sebagai kompetitif, ceria, dan gigih. 4) Karakter
yang bersumber dari olah rasa dan karsa budi pekerti, karakter) kepada warga
antara lain kemanusiaan, saling menghar- sekolah yang meliputi aspek penge-
gai, gotong royong, kebersamaan, ramah, tahuan, kesadaran atau kemauan, dan tin-
hormat, toleran, nasionalis, peduli, kos- dakan untuk melaksanakan nilai-nilai,
mopolit (mendunia), mengutamakan baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepentingan umum, cinta tanah air (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan,
(patriotis), bangga menggunakan bahasa maupun kebangsaan dan semsesta se-
dan produk Indonesia, dinamis, kerja hingga menjadi insan kamil. Insan Kamil
keras, dan beretos kerja. Dari nilai-nilai mulai dari niat, lisan dan tindakan nyata
karakter di atas, Kementerian Pendidikan yang berwujud adab dan prilaku baik
dan Kebudayaan mencanangkan empat secara horizontal terhadap sesama dan
nilai karakter utama yang menjadi ujung makhluk Tuhan lainnya maupun secara
tombak penerapan karakter di kalangan vertikal terhadap Sang Pencipta. Penye-
peserta didik di sekolah, yakni jujur (dari lenggaraan pendidikan karakter di
olah hati), cerdas (dari olah pikir), sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai
tangguh (dari olah raga), dan peduli (dari karakter dasar, yang selanjutnya dikem-
olah rasa dan karsa). Dengan demikian, bangkan menjadi nilai-nilai yang lebih
ada banyak nilai karakter yang dapat banyak atau lebih tinggi (yang bersifat
dikembangkan dan diintegrasikan dalam tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai
pembelajaran di sekolah. Menanamkan dengan kebutuhan, kondisi, dan ling-
semua butir nilai tersebut merupakan tu- kungan sekolah itu sendiri.
gas yang sangat berat. Oleh karena itu, Tujuan Pendidikan karakter adalah
perlu dipilih nilai-nilai tertentu yang di- ingin membentuk bangsa yang tangguh,
prioritaskan penanamannya pada peserta kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
didik. bertoleran, bergotong royong, berjiwa
Pendidikan karakter dalam konteks patriotik, berkembang dinamis, berorien-
pendidikan di Indonesia adalah pendidi- tasi ilmu pengetahuan dan teknologi
kan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai yang semuanya dijiwai oleh iman dan
luhur yang bersumber dari budaya bang- takwa kepada Tuhan yang Maha Esa ber-
sa Indonesia sendiri, dalam rangka mem- dasarkan Pancasila. Sedangkan dilihat
bina kepribadian generasi muda. Pendidi- dari fungsinya Pendidikan karakter di-
kan karakter adalah usaha sadar dalam maksudkan untuk (i) mengembangkan
menanamkan nilai-nilai perilaku (akhlak, potensi dasar agar berhati baik, ber-
pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, ing terkait dengan kesadaran moral,
dan ketrampilan, ataupun mata pelajaran pengetahuan mengenai nilai-nilai mor-
lainnya. 4) Proses pendidikan dilakukan al, perpective-taking, moral reasoning,
peserta didik secara aktif dan me- pengambilan keputusan, dan self
nyenangkan; prinsip ini menyatakan bah- knowledge. Moral feeling merupakan
wa proses pendidikan nilai karakter dil- aspek yang harus ditanamkan terkait
akukan oleh peserta didik bukan oleh dengan dorongan atau sumber energi da-
guru. lam diri manusia untuk bertindak sesuai
Menurut Mutakin, dkk (2014), prinsip-prinsip moral. Sedangkan moral
karakter (character) mengacu pada se- action adalah bagaimana pengetahuan
rangkaian sikap (attitudes), perilaku mengenai nilai-nilai moral tersebut di-
(behaviors), motivasi (motivations), dan wujudkan dalam aksi nyata. Penanaman
keterampilan (skills). Karakter meliputi nilai-nilai pun harus dilakukan sejak dini.
sikap seperti keinginan untuk melakukan Jika sejak usia dini anak tidak diajarkan
hal yang terbaik, kapasitas intelektual nilai-nilai budi pekerti maka jika anak
seperti berpikir kritis dan alasan moral, menginjak usia dewasa akan mengem-
perilaku jujur dan bertanggungjawab, bangkan sikap destruktif atau cenderung
mempertahankan prinsip-prinsip moral ke arah brutal.
dalam situasi penuh ketidakadilan, ke- Karakter bangsa memiliki peranan
cakapan interpersonal dan emosional penting dalam perkembangan suatu
yang memungkinkan seseorang ber- bangsa. Sehingga pendidikan karakter
interaksi secara efektif dalam berbagai perlu dikembangkan dalam dunia pen-
situasi, dan komitmen untuk berkontri- didikan khususnya dalam pembelajaran.
busi dengan komunitas dan masyara- Menurut Supardi, dkk (2014), usaha
katnya. yang dilakukan pemerintah tidak hanya
Dalam pendidikan karakter terdapat sekedar menetapkan pelajaran pendidi-
beberapa komponen penting yang harus kan karakter bangsa sebagai salah satu
ditekankan. Pendidikan karakter Lickona materi yang wajib diajarkan kepada se-
(1992) dalam Megawangi (2010), tiap peserta didik di berbagai jenjang
menekankan tiga komponen untuk mem- pendidikan. Pemerintah juga berupaya
bentuk karakter yang baik, yai- melakukan penanaman nilai-nilai karak-
tu moral knowing, moral behav- ter bangsa melalui pendidikan non for-
ior dan moral feeling. Moral know- mal yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang
dalam rangka mencerdaskan kehidupan yang kuat sejak dini akan membekali pa-
bangsa. Oleh karena itu, menanamkan ra remaja di kemudian hari.
pendidikan karakter dengan cara Pendidikan karakter di sekolah tidak
mengembangkan nilai-nilai budi pekerti akan lepas dari peran kepala sekolah dan
pada peserta didik dirasa sangat penting guru. Guru sebagai pelaksana kurikulum
selain mengajarkan aspek kognitif. dituntut untuk mengetahui cara menyam-
Secara akademik, pendidikan karakter paikan materi pendidikan karakter se-
dimaknai sebagai pendidikan nilai, pen- hingga dalam proses penerapan pendidi-
didikan budi pekerti, pendidikan moral, kan karakter di sekolah dapat terlaksana
pendidikan watak, yang tujuannya secara optimal. Menanamkan Pendidikan
mengembangkan kemampuan peserta karakter kepada peserta didik memer-
didik untuk memberikan keputusan baik- lukan metode khusus yang tepat agar
buruk, memelihara apa yang baik, dan tujuan pendidikan dapat tercapai. Di an-
mewujudkan kebaikan dalam kehidupan tara metode pembelajaran yang sesuai
sehari-hari dengan sepenuh hati. adalah metode keteladanan, metode pem-
Banyak hasil penelitian yang biasaan, dan metode pujian dan huku-
menunjukkan bahwa pelanggaran hukum man.
paling banyak dilakukan oleh remaja. Dalam rangka menanamkan dan
Hal ini menunjukkan bahwa pelanggaran mengembangkan karakter peserta didik
hukum atau pun perilaku yang menyim- di sekolah memang diperlukan upaya
pang dari tatanan sosial justru dilakukan untuk membentuk pembinaan/pendidikan
oleh orang-orang yang sedang mencari budi pekerti. Pendidikan budi pekerti
ilmu di sekolah, bukan orang-orang yang yang dimaksud adalah pendidikan yang
sudah berumah tangga meskipun tidak secara khusus mendidik budi pekerti
sedikit yang berperilaku menyimpang. kepada peserta didik. Tampaknya sulit
Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi untuk diterapkan. Dalam arti, agar dapat
moralitas remaja sebagai peserta didik menjawab tantangan pendidikan karak-
yang lemah dan perlu mendapatkan ter, caranya adalah dengan menginte-
bimbingan dan pembinaan yang intensif grasikan nilai-nilai budi pekerti ke dalam
dari orang dewasa di sekitarnya. Kondisi kandungan kurikulum. Setiap karakter
remaja yang lemah merupakan gambaran yang akan dikembangkan harus terwujud
fondasi moral yang rapuh di masa masa di dalam kandungan setiap mata pelaja-
kanak-kanak. Pembinaan budi pekerti ran. Wujudnya dapat melalui tugas-tugas
dan pekerjaan rumah, bahan kajian, sim- ter ini, karena anak meinimal berada di
ulasi, dan juga terwujud di dalam pera- sekolah enam jam setiap hari. Mereka
turan akademik yang lain. Melalui cara dipercayakan oleh orang tua kepada
ini, peserta didik akan terlatih secara ter- sekolah untuk dididik dan dibantu
pola, yang menjadikan peserta didik ter- berkembang menjadi pribadi yang utuh.
biasa untuk berbuat kebaikan terhadap Berkaitan dengan penguatan pendidi-
sesama. kan karakter sebagai upaya pencegahan
Menurut Riyanto (2010), Dalam kenakalan remaja, telah disusun program
rangka mengimplementasikan pendidi- pengembangan diri yang dilakukan me-
kan karakter di sekolah terdapat empat lalui pengintegrasian ke dalam kegiatan
(4) tawaran model penerapan, yaitu : a) sehari-hari sekolah, yaitu melalui hal-hal
Model otonomi dengan menempatkan berikut:
pendidikan karakter sebagai mata pelaja- 1. Kegiatan rutin sekolah
ran tersendiri, b) Model integrasi dengan Kegiatan rutin merupakan
menyatukan nilai-nilai dan karak- kegiatan yang dilakukan peserta
terkarakter yang akan dibentuk dalam didik secara terus menerus dan kon-
setiap mata pelajaran, c) Model ekstraku- sisten setiap saat. Contoh kegiatan
rikuler melalui sebuah kegiatan tamba- ini adalah upacara pada hari besar
han yang berorintasi pembinaan karakter kenegaraan, pemeriksaan kebersi-
siswa, d) Model kolaborasi dengan han badan (kuku, telinga, rambut,
menggabungkan ketiga model tersebut dan lain-lain) dan upacara bendera
dalam seluruh kegiatan sekolah. setiap hari Senin, beribadah bersama
Melalui proses pendidikan, terutama atau shalat bersama setiap dhuhur
pendidikan formal di sekolah, peserta (bagi yang beragama Islam), berdoa
didik dapat dibantu untuk mengerti nilai waktu mulai dan selesai pelajaran,
karakter yang diharapkan, dan pelan- mengucap salam bila bertemu guru,
pelan membantu mereka untuk melatih tenaga kependidikan, atau teman.
dan menjadikan nilai itu sebagai sikap Kegiatan rutin sekolah sejalan
hidup mereka. Untuk mewujudkannya dengan teori pembiasaan dari Skin-
diperlukan pembiasaan sehingga nilai itu ner. Teori ini mengemukakan bahwa
menjadi nilai yang spontan dijalanlan unsur terpenting dalam belajar ada-
anak. Sekolah formal memiliki tanggung lah penguatan. Bentuk penguatan ini
jawab besar terhadap pendidikan karak- terbagi atas dua, yaitu penguatan
naan pendidikan budaya dan yang dapat dilakukan kepala sekolah da-
karakter bangsa maka sekolah ha- lam menguatkan nilai karakter kepada
rus dikondisikan sebagai pen- peserta didik antara lain: 1). Integrasi
dukung kegiatan itu. Pengkondisian keseluruhan lembaga pendidikan. Priori-
sejalan dengan teori Behaviorisme tas utama dalam melakukan penguatan
dari Edwin Guthrie berdasarkan atas karakter melalui penanaman nilai-nilai
model penggantian stimulus satu ke pendidikan yang selalu berupaya untuk
stimulus yang lain. Suatu respon mendewasan manusia secara utuh; 2).
akan lebih kuat dan menjadi kebia- Integrasi keseluruhan kompetensi ke da-
saan bila respon tersebut berhub- lam keseharian aspek budaya sekolah.
ungan dengan berbagai macam stim- Menggerakkan peserta didik untuk
ulus. Penerapan Teori Edwin Guthrie senantiasa menerapkan nilai-nilai karak-
dalam pelaksanaan pendidikan karak- ter hendaknya dilakukan melalui
ter salah satu di antaranya dengan keteladanan, dimana kepala sekolah me-
metode mengubah lingkungan. Ling- riilkan nilai-nilai kompetensinya dalam
kungan belajar di sekolah dikondisi- kehidupan nyata sehari-hari. Integrasi
kan agar nyaman dan menyenangkan nilai-nilai karakter tersebut juga dapat
misalnya mengkondisikan ling- dilakukan melalui visualisasi nilai karak-
kungan sekolah bersih dan asri, bak ter yang terintegrasi dengan peraga pen-
sampah ada di berabgai tempat, alat didikan yang tersebar secara terbuka ke
belajar ditempatkan teratur, me- dalam setiap aspek / infrastruktur satuan
masang poster (afirmasi) untuk pendidikan; 3). Kerjasama dengan pihak
memotivasi belajar, dan memasang ketiga. Pelaksanaan kerja sama dengan
foto siswa yang rajin dan disiplin berbagai institusi perlu mendapat per-
hadir tepat waktu setiap bulannya hatian yang lebih serius dari kepala
untuk memotivasi siswa lain. sekolah. Khususnya ketegasan pembagi-
Kepala sekolah sebagai penanggung- an peran dan definisi koordinasi antar
jawa organisasi sekolah bertugas menga- keduanya, mulai dari bentuk koordi-
tur semua sumber organisasi dan beker- nasinya, sistem monitoring dan evalua-
jasama dengan guru-guru dalam men- sinya, serta kejelasan bangunan karakter
guatkan nilai-nilai karakter kepada peser- dan nilai-nilai integratif dari internalisasi
ta didik melalui pendidikan dan pengaja- nilai karakter yang dikehendaki; 4). On
ran di sekolah. Ada beberapa strategi going monitoring and evaluation. Pro-