You are on page 1of 16

Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

TINJAUAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP REGULASI PENGADAAN


TANAH BAGI KEPENTINGAN UMUM
( Human Rights View of Land Acquisition For Public Interest Development)

Agus Suntoro
Komnas HAM RI
Jl. Latuharhary No. 4B, Menteng, Jakarta Pusat
081210718100 ;021-3925230 (Fax)
agussuntoro08@gmail.com

Tulisan Diterima: 02-09-2019; Direvisi: 28-10-12019; Disetujui Diterbitkan: 30 -10-2019


DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2019.10.217-232

ABSTRACT
The exisctence of Law Number 2 year 2012 concerning Land Acquisition for Public Interest Development
gives the legitimation and support for speeding up the infrastructure development that massively done by the
governement. Although, empirically there are some implication that intersect with human rights especially on
land acquisition aspect. The denunciation data from Komnas HAM that related to this matter are being used
as the indicator. Therefore, this research is concluded to know the norms in UU No. 2/2012 from human right’s
perspective according to the human right’s instruments and principles, including the corporates’ responsibility
as the developers. This research uses the qualitative method and descriptive approach. Data that used in
this research is primary data that collected by doing interview with the victims, government, and the experts,
whilst the secondary data are from some literatures. The outcome of this research tell that the human rights
are not being the main reference especially on (a) the scope and the definition of public interest so it affects
the object acquisition being so wide; (b) reduction of the meaning and the substantion of land acquisition;
(c) institutional case and the appraisal that affecting the amount of compensation; (d) the uphold of formal
procedure through the adjudication of citizen who want to defend their rights.
Keywords: land acquisition; infrastructure development; public interest; human rights.

ABSTRAK
Keberadaan UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
memberikan legitimasi dan dukungan percepatan pelaksanaan proyek pembangunan infrastruktur yang sedang
masif dilakukan pemerintah. Meskipun demikian, secara empiris terdapat implikasi yang bersinggungan
dengan hak asasi manusia terutama dalam aspek pengadaan tanah. Data pengaduan di Komnas HAM berkait
kasus infrastruktur menjadi indikasi akan persoalan tersebut. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk
melihat norma-norma yang terkandung dalam UU No. 2/2012 dari prespektif HAM dengan mendasarkan pada
instrumen dan prinsip hak asasi manusia, termasuk tanggung jawab dengan korporasi/BUMN selaku pelaksana.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, pendekatan deskriptif. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan wawancara terarah terhadap korban, pemerintah dan ahli, sedangkan data sekunder bersumber dari
berbagai literatur. Hasil penelitian ini mengungkapkan norma hak asasi manusia belum menjadi rujukan
terutama menyangkut (a) persoalan ruang lingkup dan definisi kepentingan umum sehingga objek pengadaan
menjadi sangat luas; (b) reduksi terhadap makna dan substansi musyawarah dalam pengadaan tanah; (c)
persoalan kelembagaan dan hasil penilaian oleh appraisal yang mempengaruhi ganti kerugian; (d) menguatnya
prosedur formal melalui pengadilan bagi warga yang mempertahankan hak-haknya.
Kata kunci: pengadaan lahan; pembangunan infrastruktur; kepentingan umum; hak asasi manusia.

Jurnal HAM Vol. 10 No. 2, Desember 2019: 217-232 217


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

PENDAHULUAN Meskipun demikian, secara empiris


pembangunan infrastruktur terutama dalam
Pembangunan infrastruktur merupakan
aspek pengadaan tanah juga mengalami berbagai
pilihan rasional dan strategis yang ditetapkan
persoalan yang bersinggungan dengan hak asasi
oleh Pemerintah dalam rangka mempercepat
manusia. Data Subkomisi Pemantauan dan
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Indonesia.
Penyelidikan Komnas HAM RI mengenai konflik
Perhatian pemerintah di bidang infrastruktur pada
agraria yang berbasis pada konflik infrastruktur
beberapa tahun terakhir telah berkontribusi pada
pada 2017 lalu mencapai 32 (tiga puluh dua)
peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur
kasus dari 269 kasus agraria4. Demikian halnya,
di Indonesia, dari Aceh-Papua. Agenda
Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) dalam
pembangunan infrastruktur bertujuan untuk tiga
laporan 20185, mencatat konflik infrastruktur
hal yaitu pemerataan pembangunan, pembangunan
berjumlah 16 (4%) kasus dari total 410 konflik
ekonomi, dan pengembangan kawasan. Secara
agararia yang mencapai 807.177 Hektar dan
keseluruhan pembangunan infrastruktur dijadikan
melibatkan 87.568 KK di berbagai provinsi di
sarana bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Jumlah tersebut turun dari 2017 yang
Indonesia sebagaimana dicita-citakan dalam
berjumlah 94 kasus karena faktor pengadaan
pembukaan UUD 19451
tanah dilakukan pada tahun sebelumnya, dan
Dalam upaya mencapai target pertumbuhan tahun 2018 mulai dilakukan pembangunan fisik.
PDB skenario menengah dalam Rencana
Tabel 1:
Pembangunan Jangka Menegah 2020- 2024,
kebutuhan belanja infrastruktur termasuk untuk Data Kasus Infrastruktur
pengadaan tanah diperkirakan mencapai Rp No Infrastruktur Wilayah dan Konflik
6.421 Triliun atau rata-rata 6,08 persen dari
1 Listrik PLTU Patrol dan PLTU Kanci
PDB, sehingga stok kapital infrastruktur akan (Jawa Barat), PLTU Karo dan
mencapai 50 persen dari PDB di tahun 20242. Jaringan Transmisi Listrik
Sebagai dasar percepatan pembangunan, Presiden (Sumatera Utara), PLTA Seko
telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 58 (Sulawesi Selatan), PLTA
Pamona Utara (Sulawesi
Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Tengah), PLTMH Katongan
Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan (Kalimantan Tengah)
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN)
dengan menetapkan 248 proyek3. 2 Bendungan Bendungan Paselloreng
Dalam aspek regulasi, keberhasilan dan (Sulawesi Selatan) Waduk
faktor yang mempengaruhi cepatnya proses Lambo (Nusa Tenggara Timur),
Waduk Kedung Ombo dan
pembangunan infrastruktur, selain komitmen Waduk Cacaban (Jawa Tengah)
Presiden melalui berbagai kebijakannya adalah
keberlakukan UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang
3 Bandara Bandara Komodo (Nusa
Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Demi Tenggara Timur), Bandara
Kepentingan Umum. Dalam konsideran huruf b Sultan Hasanuddin (Sulawesi
undang-undang tersebut, regulasi ini bertujuan Selatan). Bandara Mopah
untuk menjamin agar pembangunan untuk (Papua), Bandara Kulon Progo
(DI. Yogyakarta)
kepentingan umum dalam pengadaan tanahnya
dilaksanakan dengan mengedepankan pada
prinsip kemanusiaan, demokratis dan adil. 4 Pelabuhan Pelabuhan Pulau Wokam
(Maluku)

1 Kementerian PPN/Bappenas, Rencana Pembangunan


Jangka Menengah (RPJMN) Tahun 2015-2019: Agenda
Pembangunan Nasional (Buku I) (Jakarta, 2014).
2 Kementerian PPN/Bappenas, Rancangan Teknokratik
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020- 4 Subkom Pemantauan, Data Konflik Agraria Komnas HAM
2024, RPJMN 2005 - 2025, n.d., https://www.bappenas. 2017 (Jakarta, 2017).
go.id/files/rpjmn/Narasi RPJMN IV 2020-2024_Revisi 14 5 Dewi Kartika, Masa Depan Reforma Agraria Melampaui
Agustus 2019.pdf. Tahun Politik (Jakarta, 2018), http://kpa.or.id/assets/
3 Seskab, “Lampiran Perpres Nomor 58 Tahun 2017” (Jakarta: uploads/files/publikasi/4ae36-catahu-2018-kpa-edisi-
Sekretaris Kabinet RI, 2017). peluncuran_.pdf.

218 Tinjauan Hak Asasi Manusia Terhadap Regulasi... (Agus Suntoro)


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

No Infrastruktur Wilayah dan Konflik tanah dan sumber kehidupannya yang terkena
objek pengadaan tanah, maka otomatis akan
5 Jalan, Jalan Tol Jalan Tol Cisundawu, Jalan Tol
dan Jembatan Cinere, dan Jalan Kutatandingan
mempengaruhi pemenuhan hak-hak lainnya,
(Jawa Barat), Jalan Tol seperti kesejahteraan, pekerjaan, pendidikan
Pandaan- Malang (Jawa Timur), anak, kesehatan dan lingkungan sosial. Apalagi
Jalan Raya Dusun Lamerang jika kasusnya masuk pada ranah hukum, baik
(Maluku), Jembatan Bahteramas
di pengadilan maupun di kepolisian imbas
(Sulawesi Tenggara), Jalan Tol
Makassar (Sulawesi Selatan) kekerasan atau bentrokan akibat mempertahankan
6 Kereta Api Kereta Api Cepat (Jawa Barat)
hak-haknya, maka potensi pelanggaran hak untuk
memperoleh keadilan akan terjadi.
7 Irigasi Saluran Irigasi Citayam (Jawa Berdasarkan kondisi tersebut dalam kerangka
Barat), Normalisasi Banjir menciptakan kondisi yang kondusif dalam upaya
Kanal Timur (DKI. Jakarta) perlindungan, pemenuhan dan penegakan hak
asasi manusia, maka penelitian ini menjadi urgen
8 Sarana Kantor Pemkab. Sumedang dan stategis untuk melakukan penilaian terhadap
Prasarana (Jawa Barat), Prasarana TNI norma-norma yang terkandung dalam UU Nomor
Biak (Papua Barat) 2 Tahun 2012 dalam prespektif hak asasi manusia
sesuai dengan prinsip dan instrumen yang relevan.
9 Reklamasi Kendari (Sulawesi Tenggara), Hal itu semata-mata dilakukan agar pembangunan
Teluk Benoa (Bali)
infrastruktur yang sedang giat-giatnya dilakukan
oleh pemerintah tidak menimbulkan efek
10 Pembangunan Bima (Nusa Tenggara Barat) pelanggaran hak asasi manusia dan apabila telah
Kota
terjadi dampak maka diperlukan mekanisme
untuk pemulihannya (remedy).
Sumber: Subkom Pemantauan & Penyelidikan, Tahun 2017.
Beberapa penelitian memang telah dilakukan
sebelumnya berkaitan dengan aspek pembangunan
Berdasarkan hasil analis pola (tipologi) untuk kepentingan umum, akan tetapi tidak ada
terhadap kasus infrastruktur yang diadukan ke yang secara spesifik menyangkut UU Nomor 2
Komnas HAM RI, relasinya selalu berhubungan Tahun 2012 dengan analisis dan paradigma hak
dengan pengadaan tanah dan bagaimana upaya asasi manusia.
korban terdampak mempertahankan hak-haknya.
Sebagai contoh penelitian Nurhasan Ismail
Beberapa konflik dipicu persoalan beleid berkaitan dengan arah politik hukum pertanahan
mengenai definisi kepentingan umum, objek dan perlindungan kepemilikan masyarakat yang
tanah yang memiliki dimensi bersinggungan kesimpulannya menekankan adanya upaya
dengan bisnis (ekonomi) masuk dalam ketegori menghidupkan kebijakan pertanahan yang
kepentingan umum seperti jalan tol, bandara, mengembalikan kesimbangan seperti dalam
pelabuhan, dan minyak dan gas. Selain itu, UUPA dengan menerapkan politik prismatik
bagi masyarakat yang menolak dan/atau dengan mengakui keragaman hukum6. Sedangkan
mempertahankan hak-haknya tidak punya pilihan penelitian Hardianto Djanggih dan Salle
lain selain harus menempuh prosedur hukum berkaitan dengan aspek pengadaan tanah bagi
yang formal ke pengadilan tata usaha negara atau pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
ke pengadilan negeri. Pencermatan terhadap umum menyimpulkan bahwa pemerintah daerah
kasus yang terjadi menunjukan timbulnya konflik berhak serta berwenang untuk mengatur dan
di lapangan dalam pengadaan tanah merupakan mengurus sendiri urusan pemerintah daerahnya
imbas atau dipengaruhi norma yang terkandung menurut prinsip otonomi daerah dalam pengadaan
dalam UU Nomor 12 Tahun 2012. tanah untuk pembangunan7. Demikian halnya
Konsekuensi dari berbagai persoalan
tersebut, maka pengadaan tanah untuk 6 Nurhasan Ismail, “Arah Politik Hukum Pertanahan Dan
Perlindungan Kepemilikan Tanah Masyarakat,” Jurnal
kepentingan pembangunan infrastruktur memiliki Rechts Vinding 1, no. 1 (2012): 375–395.
kaitan langsung dengan aspek hak asasi manusia. 7 Salle Hardianto Djanggih, “Aspek Hukum Pengadaan
Indikasinya, akibat masyarakat kehilangan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum,” Jurnal Pandecta 12, no. 67 (2017).

Jurnal HAM Vol. 10 No. 2, Desember 2019: 217-232 219


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

penelitian Roy Frike Lasut mengenai pelaksanaan konsep hak asasi manusia yang mendasari
bentuk ganti kerugian atas tanah menurut UU pemberlakuan regulasi tersebut.
Nomor 2 Tahun 2012 berkesimpulan bahwa Todd Landman dalam Measuring Human
ganti kerugian merupakan penggantian yang Rights: Principle, Practice, and Policy10,
layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam menekankan empat fungsi terhadap analisis
proses pengadaan tanah yang dapat berbentuk mengenai hak asasi manusia yaitu: (a) melakukan
uang, tanah pengganti, pemukiman kembali dan deskripsi kontekstual dan dokumentasi
kepemilikan saham8. pelanggaran; (b) klasifikasi jenis pelanggaran;
Dengan kekhususan bidang hak asasi (c) pemetaan dan pengenalan pola pelanggaran,
manusia, maka cara pandang dan analisis yang ruang dan waktu; serta (d) analisis sekunder
dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan yang memberikan penjelasan atas pelanggaran
penilaian terhadap norma-norma yang termuat dan solusi untuk menguranginya di masa depan.
dalam UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Sedangkan indikator untuk melakukan penilaian
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk didasarkan pada aspek yakni: (a) standar hak asasi
Kepentingan Umum didasarkan pada instrumen manusia internasional dan nasional; (b) indikator
hak asasi manusia baik nasional maupun umum didasarkan pada norma-norma yang
internasional. Analisis ini dilakukan juga sebagai diatur dalam konstitusi; dan (c) indikator spesifik
refleksi atas keberlakuan ketentuan Pasal 6 huruf b meliputi hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak
UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pembentukan sosial, dan hak budaya.
Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur Penelitian ini dilakukan dengan metode
bahwa dalam setiap pembentukan perundangan kualitatif, sedangkan penulisan menggunakan
harus mencerminkan asas kemanusiaan yakni pendekatan deskrpitif. Penelitian ini dilakukan
memberikan pelindungan dan penghormatan hak dengan melakukan problem identification
asasi manusia, serta harkat dan martabat setiap terhadap persoalan yang diadukan masyarakat ke
warga negara Indonesia secara proporsional. Komnas HAM kemudian dilakukan penelusuran
norma atau identifikasi. Hal itu, guna mengetahui
METODE PENELITIAN inti persoalan sekaligus menemukan solusi untuk
Fons Cooman dalam tulisanya mengenai memperbaiki atau menyelesaikan permasalahan
Method of Human Rights Research9 menekankan yang timbul11.
karena terdapat relasi antara objek kajian hukum Untuk memperkuat fakta dan analisis
dengan HAM, maka pencermatan terhadap praktik penelitian, dilakukan pengumpulan data primer
kajian dengan obyek HAM mutlak diperlukan. dengan wawancara terarah (guided interview)
Karakter hukum internasional yang mendominasi pada April – Agustus 2018 di Yogyakarta, Jawa
kajian HAM layak untuk ditinjau, hal tersebut Barat dan Sulawesi Selatan. Sedangkan data
dikarenakan luasnya cakupan dari topik maupun sekunder diperoleh dari jurnal, buku, laporan dan
pendekatan yang digunakan. peraturan perundang-undangan.
Implementasi dari metode kajian hak asasi Wawancara dengan ahli melibatkan Prof.Arie
manusia tersebut sangat bergantung kepada S Hutagalung (Universitas Indonesia), Makmun
pendekatan, bagaimana menemukan informasi Zaki, Phd (Universitas Islam Indonesia), Prof.
yang relevan, mengaturnya, dan melakukan Farida Patitingi (Universitas Hasanudin), Dr. Julis
interpretasi terhadap hasilnya, serta yang tidak Sembiring (Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional),
kalah penting memastikan tidak ada kontradiksi Prof. Ida Nurlinda (Unpad), Maria Ulfah, MH dan
antara metode dengan substansi. Oleh karena itu, Aloysius Joyo Minulyo (Universitas Parahyangan)
maka untuk analisa terhadap Undang-undang dan Dr. Darmin Ginting (Sekolah Tinggi Hukum
Nomor 2 Tahun 2012 perlu diimbangi dengan Bandung). Sedangkan wawancara dengan korban
dilakukan dengan LBH Bandung, LBH Makassar,
8 Roy Frike Lasut, “Pelaksanaan Bentuk Ganti Rugi Atas
Tanah Menurut UU Nomor 2 Tahun 2012,” Jurnal Lex et 10 Todd Landman, “Measuring Human Rights : Principle,
Societatis Vol. I/No., no. 3 (2013): 118–128. Practice and Policy,” Journal Human Rights Quarterly, Jhon
9 Nurrahman Aji Utomo, “Mengurai Kerangka Legislasi Hopkin University 26, no. 4 (2004): 932–955.
Sebagai Instrumen Perwujudan Hak Asasi Manusia,” Jurnal 11 Suteki, Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori Dan
Konstitusi 13, no. 4 (2016): 887. Praktik) (Depok, Jawa Barat: Rajawali Press, 2018).

220 Tinjauan Hak Asasi Manusia Terhadap Regulasi... (Agus Suntoro)


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), pemerintah serta tidak digunakan untuk
Paguyuban Warga Penolak Penggusuran Kulon mencari keuntungan, yang kemudian
Progo. dijabarkan ke dalam 14 (empat belas) jenis
Pencarian data primer dari institusi kegiatan.
Pemerintah dilakukan terhadap perwakilan dari 3) Perpres 36 Tahun 2005 menyatakan bahwa
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah kepentingan umum adalah kepentingan
Provinsi DI Jogyakata, Pemkab Kulon Progo, sebagian besar lapisan masyarakat, yang
Pemkab Sumedang, BPN Provinsi Sulawesi
kemudian dirinci ke dalam 21 (dua puluh
Selatan, BPN Jogyakarta, dan BPN Jawa Barat.
satu) bidang kegiatan.

PEMBAHASAN 4) Perpres 65 Tahun 2006 memuat keriteria


kepentingan umum sebagai pembangunan
A. Pembaruan Konsep Kepentingan Umum untuk kepentingan umum yang dilaksanakan
Salah satu indikator dan kunci yang pokok oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dalam pembahasan mengenai pengadaan tanah yang selanjutnya dimiliki atau akan dimiliki
bagi pembangunan untuk kepentingan umum, oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah,
adalah mendefinisikan kembali makna dan yang kemudian dirinci ke dalam 7 (tujuh)
pengertian mengenai kepentingan umum itu jenis kegiatan pembangunan.
sendiri. Karena faktor definisi bisa berpengaruh 5) UU No.2 Tahun 2012, dalam Ketentuan
terhadap konflik atau permasalahan apakah Umum dijelaskan bahwa yang dimaksud
objek tanah tersebut dapat diketagorikan untuk dengan kepentingan umum adalah
kepentingan umum. kepentingan bangsa, negara dan masyarakat
Pengertian kepentingan umum jika kita yang harus diwujudkan oleh pemerintah
menilik sejarahnya dalam berbagai peraturan dan digunakan sebesar-besarnya untuk
perundang-undangan yang menyangkut kemakmuran rakyat, yang kemudian
pengadaan tanah sejak 1961-2012, telah lima dirinci menjadi 18 (delapan belas) jenis
kali mengalami perubahan definisi dan ruang
kegiatan pembangunan. Secara keseluruhan
lingkupnya12.
pemerintah wajib melakukan pembangunan
Berikut ini perkembangan kriteria tersebut dan dapat bekerja sama dengan
kepentingan umum dalam berbagai regulasi: BUMN, BUMD, dan Badan Usaha Swasta,
1) Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1973 kecuali satu bidang yaitu pertahanan dan
tentang Pelaksanaan Pencabutan Hak-Hak keamanan nasional diselenggarakan sesuai
Atas Tanah dan Benda-benda yang Ada di dengan ketentuan peraturan perundang-
Atasnya. Dikatakan kepentingan umum undangan.
apabila kegiatan pembangunan tersebut Michael G. Kitay dalam bukunya Land
menyangkut hal: (a) kepentingan bangsa Acquisition in Developing Countries (dalam
dan negara; dan/atau; (b) kepentingan Wangke, hal 131)13 membagi doktrin kepentingan
masyarakat luas; dan/atau (c) kepentingan umum (public purpose) dalam dua model,
rakyat banyak/bersama; dan/atau (d) yaitu metode pedoman umum (general guide)
kepentingan pembangunan. Kemudian dan metode ketentuan- ketentuan daftar (list
dirinci tiga belas jenis pembangunan yang provisions). Biasanya yang disebut dengan
diklasifikan sebagai kepentingan umum. general guidelines seperti kepentingan sosial,
2) Keputusan Presiden No.55 Tahun 1993 kepentingan umum, kepentingan kolektif
menyatakan bahwa kepentingan umum atau bersama dapat bervariasi dan sesuai
dengan sifatnya sebagai masyarakat untuk
adalah (a) kepentingan seluruh lapisan
kepentingan umum dan menafsirkan pedoman
masyarakat; (b) kegiatan pembangunan
tersebut. Sedangkan list provisions menentukan
yang dilakukan dan selanjutnya dimiliki
13 Wangke, Tivanya Nikita. “Pengadaan Tanah Bagi
12 Julius Sembiring, Hukum Tanah dan Pengadaan Tanah Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.” Jurnal Lex
(Yogyakarta, 2018). Administratum IV, no. 1 (2016): 154–162

Jurnal HAM Vol. 10 No. 2, Desember 2019: 217-232 221


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

kepentingan umum dengan cara membuat daftar KPA Sulawesi Selatan. Salah satu yang menjadi
kepentingan umum. Tampaknya UU Nomor perhatian mengenai rencana pembangunan
2 Tahun 2012, menggabungkan kedua konsep pembangkit listrik di Sekko, padahal di Sulawesi
definsi kepentingan umum tersebut baik general Selatan diketahui memiliki surplus 200 MW
guide dan list provisions. dan indikasi penyediaan fasilitas pembangkit
Berdasarkan dinamika perkembangan untuk industri pertambangan nickel, semen dan
mengenai definisi dan ruang lingkup kepentingan perkebunan kelapa sawit, jadi bukan kepentingan
umum, terdapat dua hal yang berbeda dalam masyarakat luas16.
UU Nomor 2 Tahun 2012 dibandingkan dengan Pandangan serupa juga dibenarkan
regulasi-regulasi sebelumnya, yakni : oleh aktivis LBH Bandung, dalam berbagai
(a) Secara eksplisit membuka partisipasi atau advokasi terutama untuk pengadaan tanah bagi
pelibatan BUMN, BUMD dan pihak swasta pembangunan Bandra Kertajati dan Pelabuhan
dalam pelaksanaan pembangunan untuk Patimban, definisi kepentingan umum masih
sangat sumir terutama menyangkut area-area
kepentingan umum.
komersil yang memanfaatkan pengadaan tanah
(b) Tidak ada pengaturan mengenai batasan dengan dalih kepentingan umum17.
apakah objek pengadaan tanah demi
Kekhawatiran tersebut kian nyata, salah
kepentingan umum diperbolehkan atau satunya didasarkan pada fakta penjualan konsesi
dipergunakan mencari keuntungan, kondisi jalan tol sebanyak 18 (delapan belas) ruas mulai
ini berbeda dengan Keppres Nomor 55 tahun 2019 oleh BUMN PT. Waskita Karya
Tahun 1993 yang secara limitatif melarang (Persero). Padahal, semua skema pengadaan
motif ekonomi dalam pembangunan. tanahnya diperoleh dari masyarakat melalui
Apabila kita melihat lampiran Peraturan mekanisme ganti rugi untuk kepentingan umum18.
Presiden Nomor 58 Tahun 2017, terdapat 248 Berdasarkan fakta-fakta yuridis dan empiris
pembangunan infrastruktur yang ditetapkan sebagaimana dimaksud, maka ahli19 menilai
sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN)14. bahwa definisi demi kepentingan umum yang
Selain proyek infrastruktur dasar seperti listrik, terdapat dalam UU Nomor 2 Tahun 2012 dianggap
air bersih dan bendungan, ternyata di dalamnya lebih akomodatif (ramah) terhadap dunia usaha
juga terdapat berbagai proyek yang masih dapat dan lebih fleksible dibandingan dengan regulasi-
diperdebatkan mengenai kriteria apakah masuk regulasi sebelumnya yang mengatur pengadaan
dalam kepentingan umum atau justru bagian dari tanah. Dalam proses penyusunan dan pembahasan
pengembangan usaha. UU Nomor 2 Tahun 2012, ahli juga didatangi oleh
Pembangunan infrastruktur seperti jalan sejumlah pengusaha yang mendorong agar objek
raya, jalan tol, bandar udara, pembangunan sarana yang bersinggungan dengan dunia usaha seperti
minyak dan gas, kawasan ekonomi, industri jalan tol, tetap masuk dalam kriteria kepentingan
pariwisata, serta proyek ekstraktif pertambangan umum walaupun diketahui memiliki unsur profit
seperti smelter, dalam pandangan David Harvey oriented.
(dalam Ridha, 2016, hal. 66) hanyalah built Pentingnya kriteria kepentingan umum
environment of capital sebagai sarana membangun dilakukan oleh negara melalui pemerintah,
lingkungan baik untuk akumulasi kapital. dibiayai dan hasilnya dimiliki negara, bukan
Dampaknya paling merasakan kemanfaatan
infrastruktur tersebut bukan masyarakat umum 16 KPA, AGRA dan LBH Makassar, Pengadaan Tanah Bagi
akan tetapi kelas pengusaha, oligarki bisnis lokal, Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, wawancara di
nasional dan internasional15. Kantor LBH Makassar, Juni 5th, 2018.
17 LBH Bandung, Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Definisi mengenai kriteria kepentingan Untuk Kepentingan Umum, wawancara di Kantor LBH
umum juga menjadi sorotan aktivis di Sulawesi Bandung, Agustus 8th, 2018.
Selatan terutama LBH Makassar, AGRA, dan 18 Waskita Siap Jual 18 Ruas Tol Mulai Tahun Depan, diakses
dari https://finance.detik.com/infrastruktur/d-4328913/
waskita-siap-jual-18-ruas-tol-mulai-tahun-depan, pada 26
14 Seskab, “Lampiran Perpres Nomor 58 Tahun 2017.” Agustus 2018, pkl. 14.00 WIB
15 Muhamad Ridha, “Ekonomi Politik Pembangunan 19 Arie S Hutagalung, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan
Infrastruktur dan Kepentingan Kapital,” Jurnal Politik Umum (Jakarta, 2018) dan Wawancara pada 24th, Mei 2018
Profetik Vol. 4/No. 1 (2016): 66-83 di Komnas HAM.

222 Tinjauan Hak Asasi Manusia Terhadap Regulasi... (Agus Suntoro)


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

bertujuan mencari keuntungan adalah demi (dalam Rosita, 2016, hlm. 55)21 menegaskan
kemandirian bangsa dalam pelaksanaan tanggung dengan adanya FPIC maka masyarakat
jawab terhadap rakyatnya20. berhak tahu sebelum dilaksanakan program
Konsep inilah yang nantinya akan menjadi program pembangunan yang harus dirujuk oleh
guide dan rambu bagi pemerintah dalam pemerintah. Masyarakat berhak untuk menerima
menentukan implementasi RPJMN 2020– maupun menolak kebijakan yang akan ditetapkan,
2024 terkait pembangunan infrastruktur dan bahkan kemudian terlibat secara esensial dalam
kebutuhan beban pembiayaan. Mengingat dari partisipasi melalui musyawarah. Apabila prosedur
kebutuan dana sebesar Rp 6.421 triliun, baru ini diabaikan maka timbulnya berbagai persoalan
3,46 persen dipenuhi APBN dari kebutuhan 6,08 di belakangan ini adalah keniscayaan.
persen Produk Domestrik Bruto (PDB). Dengan Merujuk pada norma yang diatur dalam UU
keterbatasan sumber anggaran dan pendataan No. 2 Tahun 2012 memang dalam beberapa aspek
tidak boleh menjadi alasan masuknya kepentingan diatur mengenai musyawarah yang dalam hal
bisnis yang akan memberatkan masyarakat ini menjadi bagian penting dari FPIC, walapun
setelah infrastruktur terbangun. Meskipun saat esensinya masih prosedural. Musyawarah
ini pemerintah sedang menggalakan peran dilakukan dalam dua hal yang meliputi penentuan
serta investasi publik serta badan usaha melalui lokasi pembangunan dan musyawarah untuk
skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan menentukan bentuk dan/atau besarnya ganti
Usaha (KPBU) dan Pembiayaan Investasi Non- kerugian. Pelibatan masyarakat diatur melalui
Anggaran Pemerintah (PINA). mekanisme sosialisasi yang berkaitan dengan
Untuk menjamin keseimbangan dan penyampaian informasi rencana pembangunan,
perlindungan terhadap hak asasi manusia terutama konsultasi dalam tahap persiapan untuk
berkaitan hak atas kepemilikan untuk tidak menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap
diambil secara sewenang-wenang sebagaimana rencana pembangunan sebagai dasar penetapan
diatur dalam Pasal 36 ayat (1) UU Nomor 39 lokasi (PENLOK), dan musyawarah mengenai
Tahun 1999 tentang HAM, dan disisi lain terdapat bentuk ganti rugi bukan nilai kerugiannya.
kewajiban kepada Negara melalui pemerintah Meskipun mekanisme FPIC dan musyawarah
untuk melakukan pembangunan yang bertujuan dibuka, indikasi prosedural tercermin dalam dua
mensejahterakan masyarakat dan membuka hal yaitu:
wadah partisipasi, maka salah satu langkah yang (a) Dalam proses sosialisasi, konsultasi,
perlu dilakukan adalah evaluasi terhadap definisi dan musyawarah masyarakat seringkali
dan kriteria kepentingan umum dalam UU Nomor ditempatkan sebagai objek pembangunan.
2 Tahun 2012.
Indikasi tersebut adalah mereka harus
Perlunya penyusunan pedoman umum menerima hal-hal yang disampaikan oleh
ataupun menetapkan bidang-bidang mana yang pemerintah dan jika memiliki keberatan atau
dari 18 (delapan belas) objek yang diatur dalam UU
penolakan terhadap rencana pemerintah,
Nomor 2 Tahun 2012, terutama bagi infrastruktur
termasuk mengenai bentuk/ besaran ganti
dasar yang harus betul-betul dilakukan, dibiayai
kerugian, disalurkan melalui mekanisme
dan dimiliki oleh negara sehingga pembangunan
infrastruktur tersebut benar-benar dinikmati oleh pengadilan baik tata usaha Negara dan
rakyat. pengadilan umum22;
(b) Dalam proses konsultasi, sosialisasi
B. Penyempitan Makna Musyawarah dan musyawarah biasanya pemerintah
Terdapat satu konsep kental dalam hak selalu mendapatkan pendampingan dari
asasi manusia menyangkut pembangunan dan
merupakan hal yang paling esensial yaitu free and 21 Rosita Dewi, “Dilema Percepatan Pembangunan Dan
prior infored consent (FPIC). Markus Cholsester Permasalahan Pembangunan Berkelanjutan Dalam
Pelaksanaan MIFEE Di Merauke,” Jurnal Penelitian Politik
9, no. 1 (2016): 47–57, http://ejournal.politik.lipi.go.id/
index.php/jpp/article/view/448/261.
20 Farida Patittingi, “Konflik Agraria Dalam Pembangunan 22 Aloysius Joyo Minulyo dan Maria Ulfa, Pengadaan Tanah
Infrastruktur” (Makassar: Universitas Hasanudin, 2018) untuk Kepentingan Umum, wawancara di Universitas
dan Wawancara pada 6th Juni 2018 di Unhas. Parahyangan, Agustus 7th, 2018.

Jurnal HAM Vol. 10 No. 2, Desember 2019: 217-232 223


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

Kejaksaan selaku Tim Pengawal dan musyawarah mengenai : (a) jumlah atau nilai ganti
Pengaman Pemerintahan dan Pembangunan kerugian atas bidang tanah yang terkena objek
Daerah (TP4D)23. Sedangkan masyarakat pengadaan, baik fisik dan kerugian lainnya yang
yang terkena objek pembangunan demi dapat dinilai (vide Pasal 34 UU 2/2012), serta (b)
kepentingan umum, dalam proses konsultasi bentuk-bentuk ganti kerugian yang dapat berupa
dan musyarah diarahkan langsung sendiri- 5 (lima) hal yaitu: tanah, pemukiman kembali,
sendiri, sehingga tidak jarang peran advokat uang, saham atau bentuk lain yang disepakati para
dan pendamping diabaikan oleh pemerintah24. pihak (vide Pasal 36 UU 2/2012).
Mskipun demikian dalam praktiknya Akan tetapi melalui Pasal 66 ayat (4) jo. Pasal
terdapat persoalan berkaitan profesionalisme 68 ayat (3) Perpes Nomor 71 Tahun 2012, bahwa
Tim TP4D dalam pendampingan terhadap musyawarah dibatasi dan hanya dilakukan pada
upaya mencapai kesepakatan mengenai bentuk
pemerintah sendiri juga tidak luput dari
ganti rugi, bukan besaran nilai ganti kerugian28.
masalah integritas25.
Dalam aspek hukum dengan lahirnya Perpres No.
Permasalahan lain yang terjadi dalam 71 Tahun 2012 sebagai aturan pelaksana yang
persoalan musyawarah adalah reduksi terhadap bertentangan dengan regulasi induknya (aturan
norma yang terkandung dalam Pasal 37 ayat (2) yang lebih tinggi) yaitu UU Nomor 2 Tahun 2012
UU No. 2 Tahun 2012 melalui melalui Pasal 66 adalah pelanggaran terhadap asas lex superior
ayat (4) 26 jo. Pasal 68 ayat (3) 27 Perpes Nomor 71 derogat legi inferior.
Tahun 2012 tentang Penyelenggaran Pengadaan
Secara faktual konflik dalam infrastruktur
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
sering kali dipengaruhi faktor ketiadaan
Umum sebagai aturan pelaksana UU Nomor 2
musyawarah mengenai nilai ganti kerugian.
Tahun 2012.
Pemerintah selalu melakukan ganti kerugian
Dalam UU Nomor 2 Tahun 2012 dalam berdasarkan hasil penilaian oleh Kantor Jasa
Pasal 37 ayat (2) menetapkan bahwa “Lembaga Penilai Publik (KJPP) dan apabila masyarakat
Pertanahan melakukan musyawarah dengan menolak maka diminta mengajukan gugatan ke
Pihak yang Berhak dalam waktu paling lama 30 pengadilan29.
(tiga puluh) hari kerja sejak hasil penilaian dari
Maria SW Soemardjono menilai bahwa
Penilai disampaikan untuk menetapkan bentuk
penyederhanaan mekanisme dan hasil penilaian
dan/atau besarnya ganti kerugian berdasarkan
oleh KJPP sebagai penentu besaran ganti
hasil penilaian”.
kerugian, didasarkan pada alasan profesionalitas
Esensi utama dari norma ini adalah menjamin dan otptimaliasasi hasil kerja sehingga tidak perlu
dan memberikan hak kepada masyarakat yang dimusyawarahkan dengan pemegang hak atas
terkena pengadaan tanah untuk pembangunan tanah. Akan tetapi secara yuridis penyederhanaan
demi kepentingan umum untuk melakukan ini dipandang sebagai bentuk norma baru.
Implikasinya dapat menghilangkan hak pemegang
23 Eriksa R, Catatan Wawancara dengan Kejaksaan Negeri hak atas tanah sebagai bentuk pemaksaan untuk
Kulon Progo, wawancara di Pemkab Kulon Progo, Juli 26th, menerima ganti kerugian. Jika demikian maka
2018.
makna musyawarah sebagai hakikat pengadaan
24 LBH Bandung, Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum, wawancara di Kantor LBH tanah menjadi terabaikan30.
Bandung, Agustus 8th, 2018.
25 Peran Jaksa sebagai Tim Pengawal dan Pengaman 28 Darwin Ginting, Kajian Hukum Percepatan Pengadaan
Pemerintahan dan Pembangunan Daerah (T4D) terlihat Tanah Untuk Pembangunan Infrastruktur, Pertama.
dari praktik di Jogyakarta, diakses dari https://www. (Bandung: Sinergi Mandiri, 2016).
cnnindonesia.com/nasional/20190820185258-12-423156/ 29 Iskandar Rahim (BBSW Kementerian PUPR) Pengadaan
duduk-perkara-suap-proyek-jaksa-tp4d-di-balik-ott-kpk Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,
26 Pasal 66 ayat (4) Perpres No. 71 Tahun 2012 menyatakan wawancara di Kantor Pemprov Sulawesi Selatan, Juni 7th,
bahwa “Besarnya nilai ganti kerugian sebagaimana 2018; Asep Saifudin (Biro Kependudukan dan Pertanahan),
dimaksud pada ayat (1) dijadikan musyawarah untuk Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
menetapkan bentuk ganti kerugian”. Umum, wawancara di Kantor Gubernur Jabar, Agustus 9th,
27 Pasal 68 ayat (3) Perpres No. 71 Tahun 2012 menyatakan 2018; Suardi (Kantor Pertanahan Kulon Progo), Pengadaan
bahwa “Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,
(1) dilakukan secara langsung untuk menetapkan bentuk wawancara di Kantor Pemkab Kulon Progo, July 26th, 2018 .
ganti kerugian berdasarkan hasil penilaian ganti kerugian 30 Maria SW Sumardjono, Dinamika Pengaturan Pengadaan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 65 ayat (1)”. Tanah Di Indonesia: Dari Keputusan Presiden Sampai

224 Tinjauan Hak Asasi Manusia Terhadap Regulasi... (Agus Suntoro)


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

Dengan perubahan makna musyawarah yang mengajukan gugatan dinilai ahli hukum agraria
semakin sempit berakibat pada penurunan hakikat Maria SW Soemardjono sebagai perkembangan
partisipasi warga dalam pembangunan, maka baru yang menarik dibandingan dengan regulasi
terlihat proses musyawarah yang diatur dalam UU dalam pengadaan tanah demi pembangunan
Nomor 2 Tahun 2012 beserta aturan pelaksananya untuk kepentingan umum sebelum-sebelumnya.
tidak sejalan dengan prinsip HAM. Faktor tersebut juga didukung situasi sebelum
Padahal berbagai instrumen hak asasi fase reformasi dimana masyarakat sangat jarang
manusia telah mengatur dan menjamin hak yang menyampaikan keberatan atau memiliki
masyarakat untuk berpartisipasi dan musyawarah keberanian menentang proyek pemerintah atas
diantaranya Pasal 1931 dan Pasal 2132 Kovenan nama pembangunan37.
Internasional Hak Sipil dan Politik, Pasal 15 ayat Darmin Ginting juga menilai bahwa regulasi
(1) Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial bidang pengadaan tanah sebelum UU Nomor
dan Budaya33, Pasal 2 ayat (3)34 dan Pasal 8 ayat 2 Tahun 2012 lebih mencerminkan tindakan
(2)35 Deklarasi Hak Atas Pembangunan, dan Pasal eksekutif semata. Ketidakadilan yang dialami
14 ayat (1) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang masyarakat oleh tindakan atau keputusan panitia
HAM36. Seharusnya, instrumen sebagaimana pengadaan tanah hanya dibuka mekanismenya
tersebut di atas menjadi rujukan dan standar dengan mengajukan keberatan terhadap panitia
norma dan elemen kunci dalam pengaturan atau banding kepada pejabat pemerintah tertentu
mengenai pembaruan regulasi yang berkaitan yaitu kepala daerah. Proses demikian dinilai
dengan pengadaan tanah dalam pembangunand kurang memenuhi asas fairness38.
demi kepentingan umum. Terdapat dua mekanisme dan prosedur
hukum yang diatur dalam UU Nomor 2 Tahun
C. Prosedur Hukum Formal
2012 yang berkenaan:
UU Nomor 2 Tahun 2012 telah memberikan
(a) Pasal 23, mengatur keberatan terhadap
kesempatan kepada masyarakat secara prosedural
dan formal dalam mengajukan keberatan melalui penetapan lokasi objek pembangunan untuk
pengajuan gugatan, baik di pengadilan tata usaha kepentingan umum.
negara maupun pengadilan negeri. Meskipun Masyarakat dapat mengajukan gugatan ke
dalam aspek substansial masih diperlukan PTUN setempat paling lama dalam waktu 30
penilaian lebih lanjut. (tiga puluh) hari kerja sejak dikeluarkannya
Mekanisme yang diatur dalam UU Nomor 2 Surat Keputusan Penetapan Lokasi oleh
Tahun 2012 berkaitan dengan hak hukum untuk Gubernur. Selanjutnya, PTUN diberikan
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja
Undang-Undang, Pertama. (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2015). untuk memutuskan diterima atau ditolaknya
31 Pasal 19 ayat (1) ICCPR menyatakan “Setiap orang berhak gugatan.
untuk berpendapat tanpa campur tangan”.
32 Pasal 21 ICCPR menyatakan “Hak untuk berkumpul secara Prosedur selanjutnya jika terdapat pihak-
damai harus diakui”. pihak yang keberatan terhadap putusan
33 Pasal 21 ICESR menyatakan “Negara-negara pihak dalam PTUN, dapat mengajukan kasasi ke
Kovenan ini mengakui hak setiap orang (a) untuk
berpartisipasi dalam kehidupan”. Mahkamah Agung paling lama 14 (empat
34 Pasal 2 ayat (3) Deklarasi Hak Atas Pembangunan belas) hari kerja, yang kemudian Mahkamah
menyatakan “Negara memiliki hak dan tugas untuk
memformulasikan kesesuaian kebijakan pembangunan
Agung diberikan jangka waktu paling lama
nasional yang bertujuan peningkatan kesejahteraan 30 (tiga puluh) hari kerja untuk menilai
bagi seluruh populasi dan individu atas dasar keaktifan, permohonan tersebut.
kebebasan dan partisipasi yang bermakna dalam
pembangunan dan distribusi yang adil atas manfaat yang Hasil putusan pengadilan yang telah
dihasilkan”.
35 Pasal 8 ayat (2) Deklarasi Hak Atas Pembangunan
menyatakan “Negara harus mendorong partisipasi 37 Maria SW Sumardjono, Dinamika Pengaturan Pengadaan
rakyat dalam segala bidang sebagai faktor penting dalam Tanah Di Indonesia: Dari Keputusan Presiden Sampai
pembangunan dan realisasi dari hak asasi manusia” Undang-Undang, Pertama. (Yogyakarta: Gadjah Mada
36 Pasal 14 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM University Press, 2015)
menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk 38 Darwin Ginting, Kajian Hukum Percepatan Pengadaan
berkomunikasi dan memperoleh informasi yang diperlukan Tanah Untuk Pembangunan Infrastruktur, Pertama.
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya”. (Bandung: Sinergi Mandiri, 2016).

Jurnal HAM Vol. 10 No. 2, Desember 2019: 217-232 225


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

mempunyai kekuatan hukum tetap menjadi mengajukan keberatan atau gugatan maka secara
dasar diteruskan atau tidaknya Pengadaan formil gugatan tersebut tidak dapat diterima. Selain
Tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan itu, terdapat mekanisme bersifat penyimpangan
Umum. atau penyederhanaan dari aturan pokok. Hal itu
tercermin dalam gugatan terhadap penetapan
(b) Pasal 38, mengatur mengenai tidak adanya
lokasi objek pembangunan demi kepentingan
kesepakatan mengenai bentuk dan/atau
umum ke PTUN yang dibatasi paling lama 30
besaran ganti kerugian.
(tiga puluh) hari kerja setelah adanya penetapan.
Pihak yang berhak dapat mengajukan Padahal, dalam regulasi mengenai sengketa tata
keberatan ke Pengadilan Negeri setempat usaha negara dalam UU Peradilan Tata Usaha
dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja Negara Nomor 5 Tahun 1986 yang telah diubah
setelah ditandatangani Berita Acara dua kali melalui UU Nomor 9 Tahun 2004 dan
Kesepakatan. Kemudian Pengadilan Negeri UU Nomor 51 Tahun 2009, sangat jelas jangka
dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) waktu pengajuan gugatan terhadap keputusan
hari kerja setelah diterimanya pengajuan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah
keberatan memberikan keputusan. selama 90 (sembilan puluh) hari kerja.
Apabila masih ada pihak yang keberatan Keharusan untuk menempuh proses
atas putusan Pengadilan Negeri dalam hukum formal ke pengadilan (tata usaha dan
umum) dan pembatasan akses masyarakat untuk
waktu 14 (empat belas) hari, diberikan
mengajukan gugatan atau keberatan karena
hak mengajkukan permohonan kasasi
limitasi waktu pengajuan merupakan
ke Mahkamah Agung RI (tidak melalui
pelanggaran hak asasi manusia, khususnya
mekanisme banding ke pengadilan tinggi). akses terhadap keadilan sebagaimana indikator
Selanjutnya Mahkamah Agung wajib spesifik bidang sipil yang disampaikan Todd
memberikan keputusan dalam waktu paling Landman.
lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah Dengan demikian, regulasi dalam UU Nomor
diterimanya permohonan kasasi. 2 Tahun 2012 khususnya mengenai pengaturan,
Mencermati mengenai regulasi UU Nomor 2 pembatasan dan mekanisme hukum dalam proses
Tahun 2012 yang mengatur objek, prosedur dan peradilan dinilai abai dan bertentangan dengan
mekanisme sebagaimana diuraikan tersebut, maka prinsip tersedianya mekanisme pengadilan
sekurang-kurangnya terdapat 2 (dua) persoalan yang bebas dan adil sebagaimana diatur dalam
pokok dalam relasi dengan pemenuhan hak untuk regulasi Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 jo. Pasal
memperoleh keadilan dalam kaitan pengadaan 17 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan Manusia39.
umum. Padahal akses terhadap keadilan adalah
Pertama, keharusan atau pemaksaan elemen kunci pemenuhan hak asasi manusia.
terhadap masyarakat untuk mengikuti prosedur John Rawls dalam bukunya A Theory of
hukum yang formal. Bagi masyarakat sebagai Juctice40
pihak/korban terdampak tidak memiliki alternatif
lain untuk mengajukan keberatan, baik dalam
39 Pasal 17 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
aspek penetapan lokasi pembangunan untuk menyatakan bahwa “Setiap orang, tanpa diskriminasi,
kepentingan umum ataupun mengenai bentuk/ berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan
permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara
atau besaran ganti kerugian. Karena pada pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui
akhirnya jikapun menolak dan tidak mengajukan proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, seseai
proses hukum akan dianggap menerima, terutama dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang
objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh
mengenai bentuk dan besaran ganti kerugian yang putusan yang adil dan benar”.
uang penggantinya akan dititpkan di Pengadilan. 40 Inge Dwisvimiar, “Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu
Hukum,” Jurnal Dinamika Hukum 11, no. 3 (2011): 522–531,
http://dx.doi.org/10.20884/ 1.jdh.2011.11.3.179.Thomas
Kedua, pengaturan waktu yang sangat Aquinas, who called for justice as well as John Rawls
proportional equality with justice fairness the the basic
limitatif dan ketat dalam keseluruhan proses values of justice are included in the study of philosophy
pengadilan. Akibatnya jika masyarakat terlambat of science philosophy of law will be answered by the legal
science it self.The justice is not just there and read the
text of legislation but also the legal justice in society. Both
Article 16 paragraph (1

226 Tinjauan Hak Asasi Manusia Terhadap Regulasi... (Agus Suntoro)


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

menekankan pentingnya perwujudan fairness Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan


untuk terwujudnya equal rights dengan prasyarat Untuk Kepentingan Umum.
bahwa Negara yang terlebih dahulu berupaya Secara norma konsinyasi sebetulnya bagian
melaksanakan asas keadilan. dari ruang lingkup keperdataan yang diatur dalam
Keadilan sebagai fairness dimulai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)
salah satu pilihan yang paling umum yang bisa berkaitan hutang-piutang (Ps. 1404). Ketika
dibuat bersama-sama, yakni dengan pendekatan debitur tidak menerima jumlah yang dibayarkan
prinsip konsepsi keadilan dalam regulasi, oleh kreditur, maka uang penggantinya disimpan
mengatur kritik serta reformasi institusi. Kunci atau dititipkan di pengadilan. Selain itu, perlu
dari prinsip Rawls adalah penegakan pada dipikirkan agar nilai ganti kerugian lebih
pemenuhan hak dasar sehingga prinsip kesetaraan bermanfaat penitipan dilakukan di perbangkan41.
akan terwujud, bilamana tercipta keadilan dengan Meskipun konsinyasi dalam UU Nomor 2
tidak adanya praktik perampasan terhadap hak- Tahun 2012 tidak tepat, dalam ilmu hukum secara
hak dasar manusia. de jure dijadikan jalan keluar dalam pengadaan
tanah. Ketika pemegang hak menolak pemberian
D. Eksisnya Penitipan Ganti Kerugian Di
ganti kerugian dan konsinyasi dilakukan seolah-
Pengadilan Negeri (Konsinyasi) dan
olah tanggung jawab membayar ganti rugi
Pelepasan Hak Masyarakat dipandang telah selesai, sehingga memberikan
Meskipun pada awalnya penolakan terhadap legitimasi bagi instansi atau badan pemerintah
praktik penitipan uang (konsinyasi) banyak yang memerlukan tanah memulai kegiatan fisik
dilakukan ahli hukum, nyatanya dalam UU No. 2 pembangunan.
Tahun 2012 eksistensinya semakin dilanggengkan Tahapan yang sangat penting dan
melalui ketentuan Pasal 42. Dalam hal pihak bersinggungan dengan aspek hak asasi manusia
yang berhak menolak bentuk dan/atau besarnya adalah pelepasan hak yang merupakan tindakan
ganti kerugian berdasarkan hasil musyawarah pemutusan hubungan hukum dari pihak yang
atau putusan Pengadilan Negeri/Mahkamah berhak kepada negara. Pasal 41 UU Nomor
Agung, ganti kerugian dititipkan di Pengadilan 2/2012 mengatur bahwa pada saat pelaksanaan
Negeri setempat (Pasal 42 ayat 1). Konsinyasi pemberian ganti kerugian dan pelepasan hak
juga dilakukan jika pihak yang berhak menerima sebagaimana dimaksud telah dilaksanakan atau
ganti kerugian tidak diketahui keberadaannya; pemberian ganti kerugian sudah dititipkan di
atau objek pengadaan tanah yang akan diberikan pengadilan negeri, kepemilikan atau hak atas
ganti kerugian sedang menjadi objek perkara di tanah dari pihak yang berhak menjadi hapus
pengadilan; dipersengketakan kepemilikannya; dan alat bukti haknya dinyatakan tidak berlaku
diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang; atau dan tanahnya menjadi tanah yang dikuasai
menjadi jaminan di bank (Pasal 42 ayat 3). langsung oleh negara. Hapusnya hak itu dicatat
Untuk pengambilan ganti kerugian yang oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
dititipkan di pengadilan, di samping harus untuk tanah yang bersertifikat, untuk tanah yang
memenuhi persyaratan tersebut di atas, pemegang belum bersertifikat dicatat dan dicoret dalam buku
hak wajib: (1) melakukan pelepasan hak atas administrasi kantor Kelurahan/ Desa atau nama
tanah kepada negara, dan (2) menyerahkan bukti lain atau kecamatan.
penguasaan atau kepemilikan objek pengadaan Ketentuan ini yang dalam prespektif HAM
tanah kepada Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah seperti diatur dalam TAP MPR No. XVII/MPR/
sebelum mengambil ganti kerugian di pengadilan 1998 tentang Hak Asasi Manusia khususnya
negeri setempat. Bab VIII tentang Hak atas Kesejahteraan dalam
Untuk mendukung proses konsinyasi untuk Pasal 32 mengatur hak mempunyai hak milik dan
percepatan pengadaan tanah, Mahkamah Agung untuk tidak diambil secara sewenang-wenang,
RI menerbitkan aturan teknis yang menjadi Pasal 28 H ayat (4) UUD 1945 dan Pasal 36 ayat
rujukan pengadilan melalui Peraturan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 41 Arie S Hutagalung, Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan dan Umum, wawancara Komnas HAM RI, Mei 21th, 2018;
Penitipan Ganti Kerugian ke Pengadilan Negeri Wawancara Julius Sembiring (Sekolah Tinggi Pertanahan
Nasional), Jogyakarta, July, 24th 2018.

Jurnal HAM Vol. 10 No. 2, Desember 2019: 217-232 227


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

(2) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM pandangan Todd Landman, maka UU Nomor
yang kesemuanya mengatur proteksi terhadap 2 Tahun 2012 sebagai regulasi yang baru untuk
kepemilikan masyarakat atas kesewenang- ditata ulang agar norma-norma yang mengatur
wenangan pengambilan hak sangat merugikan pelepasan hak masyarakat agar selaras dengan hak
masyarakat. asasi manusia. Seharusnya produk hukum yang
Seolah-olah UU Nomor 2/2012 memiliki lahir pada era reformasi lebih mencerminkan asas
semangat pembaruan dan sangat baik dalam upaya kemanusiaan dibandingkan dengan regulasi pada
menghormati HAM dengan menghindari istilah masa era orde lama yang mengatur pencabutan
pencabutan hak atas tanah sebagaimana ketentuan hak masyarakat.
UU Nomor 2/1961, dengan menggantinya
E. Mendorong Pemulihan Korban
melalui istilah pelepasan hak. Padahal, secara
faktual dalam UU Nomor 2 Tahun 2012, justru Arah utama dari pembangunan berbasis
pencabutan hak melalui mekanisme pelepasan HAM adalah memberikan pengaruh bagi
lebih mudah pelaksanaannya. Secara teknis hanya akuntabilitas dan kesimbangan, membangun
pejabat setingkat Kapala Kantor Pertanahan relasi antara masyarakat sebagai pemegang hak
Kabupaten/ Kota dapat melepaskan hubungan dengan negara melalui lembaga atau institusinya
hukum seseorang dengan tanahnya, jika ganti sebagai pemegang obligasi untuk menjamin dan
kerugiannya telah dikonsinyasikan terlepas memenuhi hak-hak warganya. Dengan konsep ini
diambil atau tidak oleh pemilik yang sah. maka masyarakat akan diberikan ruang yang luas
untuk berpartisipasi, berkontribusi dan menikmati
Jika sebelumnya norma dan tahapan
pembangunan43.
pecabutan hak dilakukan sangat hati-hati dan
berjejenjang mulai dari Gubernur, Menteri Episentrum dari pembangunan pada
Agraria/Kepala BPN untuk selanjutnya dirapatkan hakikatnya adalah manusia, bukan sekedar
dan dikoordinasikan dengan 3 (tiga) menteri yaitu pembangunan fisik infrastruktur. Todd Landman
Menteri Dalam Negeri, Menteri Agraria dan dalam Measuring Human Rights: Principle,
Menteri Kehakiman. Hasil rapat ketiga institusi Practice, and Policy juga mengingatkan salah
inilah yang dijadikan bahan usulan kepada satu pentingnya analisis hak asasi manusia
Presiden untuk memutuskan apakah dilakukan terhadap regulasi dan praktik adalah memberikan
pencabutan hak atau tidak terhadap objek yang penjelasan atas pelanggaran dan solusi untuk
diusulkan (Pasal 2 dan 3 UU Nomor 20/1961). menguranginya di masa depan. Oleh karena itu
Keputusan tertinggi adalah pada Presiden yang jika ada pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat
karena berkaitan dengan pencabutan hak yang yang menempatkan sebagai korban maka salah
begitu bersinggungan dengan perlindungan satu upaya yang perlu dilakukan adalah pemulihan
terhadap rakyatnya. Praktiknya di Indonesia baru (remedy).
satu kali yaitu pencabutan hak atas tanah Hotel Jika kita melihat masih adanya problem
Yenpin, Senen, Jakarta42. terkait dengan definisi kepentingan umum yang
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan, secara jelas peran pembangunan infrastruktur
secara norma terjadi benturan terkait bagaimana hampir seluruhnya bersinggungan dengan aspek
pencabutan atau pelepasan hak atas kepemilikan bisnis seperti tol, bandara, pelabuhan dan proyek
masyarakat demi pembangunan, karena baik UU lainnya yang menimbulkan konflik dilakukan
No. 20/1961 tentang Pencabutan Hak Atas Tanah oleh instansi terutama badan usaha milik
dan Benda-Benda Yang Ada Diatasnya dengan negara (BUMN/BUMD) ataupun pelaksananya
UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan oleh pihak swasta menggunakan mekanisme
Tanah Bagi Pembangunan Demi Kepentingan partnership, kesemuanya menunjukan bahwa
Umum adalah setara dan sama-sama eksisting. pembangunan dengan dasar kepentingan umum
adalah juga berdimensi dengan korporasi.
Meskipun demikian kiranya untuk
memastikan jaminan dan pemenuhan hak asasi Dalam relasi hak asasi manusia dengan
manusia, terutama indikator ekonomi dan 43 Wahyuning Widayati, et, all, Aplikasi Analisis Dampak
pengaturan perlindungan melalui konstitusi dalam HAM Mendukung Pembangunan Berkelanjutan Di
Provinsi Kalimantan Selatan, ed. Balitbang Kementerian
42 Arie S Hutagalung, Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Hukum dan HAM RI, Cetakan ke. (Jakarta: PT Alumni,
Umum, wawancara Komnas HAM RI, Mei 21th, 2018 2013).

228 Tinjauan Hak Asasi Manusia Terhadap Regulasi... (Agus Suntoro)


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

kepentingan bisnis, terdapat paradigma baru tepat, keluarga langsung atau orang
dengan pengesahan Dewan HAM Perserikatan yang secara langsung berada di bawah
Bangsa-Bangsa (UNOHCHR) melalui Resolution tanggungan para korban dan orang-orang
17/4 of 16 June 2011 terkait Prinsip-Prinsip yang telah mengalami penderitaan dalam
Panduan untuk Bisnis dan HAM : Menerapkan membantu para korban yang sengsara atau
Kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam mencegah orang-orang agar tidak
Perlindungan Penghormatan dan Pemulihan menjadi korban”.
(Ruggie Principle)44.
Dengan demikian, para korban tersebut
Karakteristik Rugie Principle pada adalah pihak yang mengalami penderitaan atau
dasarnya terdiri dari tiga pilar yang berbeda kerugian yang ditimbulkan, atau terkait dengan
tetapi saling terkait, yaitu : (a) Kewajiban negara tindakan-tindakan yang terjadi atau akibat
untuk melindungi hak asasi manusia, di mana pengabaian sehingga terjadi pelanggaran HAM.
pemerintah harus melindungi individu dari Kesemua kategori korban tersebut, berhak
pelanggaran hak asasi manusia oleh pihak ketiga, mendapatkan hak atas reparasi atau pemulihan46.
termasuk bisnis; (b) Tanggung jawab perusahaan
Merujuk pada pilar ketiga Rugie Principle
untuk menghormati hak asasi manusia, yang
berkaitan dengan pemulihan (remedy) melalui
berarti tidak melanggar hak asasi manusia yang
mekanisme yudisial dilakukan dengan pendekatan
diakui secara internasional dengan menghindari,
litagasi (pengadilan). Pilihannya terdiri dari 3
mengurangi, atau mencegah dampak negatif dari
(tiga) proses berbeda satu sama lainnya yaitu
operasional korporasi; dan (c) Kebutuhan untuk
mekanisme gugatan perdata, proses secara pidana,
memperluas akses bagi korban mendapatkan
serta administrasi negara47. Mekanisme inilah
pemulihan yang efektif, baik melalui mekanisme
yang sebetulnya membuka peluang terhadap
yudisial maupun non yudisial45
korban berkaitan dengan pengadaan tanah untuk
Oleh karena itu, tidak berlebihan jika kita menempuh mekanisme hukum yang tidak terpaku
mendekatkan tanggung jawab korporasi (badan semata-mata pada hal-hal yang diatur dalam UU
usaha) dalam pembangunan infrastruktur terhadap Nomor 2 Tahun 2012, terbatas pada gugatan
korban terdampak, terutama yang terkena imbas mengenai penetapan lokasi dan gugatan terhadap
pengadaan tanahnya. Dalam prespektif HAM ganti kerugian.
yang disebut korban diatur dalam Deklarasi
Peluang pelaporan tindak pidana dikaitkan
Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan bagi Korban
Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan 1985 dengan KUHP terbuka luas misalnya berkaitan
dengan penyerobotan, memasuki pekarangan/
(Declaration of Basic Principles of Justice for
rumah orang lain dan pengerusakan terhadap
Victims of Crime and Abuse of Power) yaitu:
barang. Sedangkan gugatan perdata bisa
“Orang yang secara individual atau dilakukan berkaitan dengan perbuatan melawan
kelompok menderita kerugian, termasuk hukum (Onrechtmatige Daad) maupun perbuatan
cedera fisik atau mental, penderitaan melawan hukum oleh penguasa (Onrechtmatige
emosional, kerugian ekonomi atau Overheidsdaad) sebagaimana diatur dalam Pasal
perampasan nyata terhadap hak-hak dasar 1365 KUH Perdata yang lebih luas dari sekedar
mereka, atas tindakan atau pembiaran yang tuntutan ganti kerugian dalam UU Nomor 2 Tahun
merupakan pelanggaram berat hukum HAM 2012. Sedangkan, mekanisme administrasi dapat
internasional, atau pelanggaran serius ditempuh untuk menggugat proses perencanaan,
hukum humaniter internasional. Istilah penetapan dan perijinan yang menyangkut proyek
korban juga termasuk, sejauh dipandang infrastruktur sebagai bagian dari perlindungan
terhadap kepentingan meliputi nilai dan proses
44 United Nation Human Rights Office of The High yang dilindungi hukum.
Commissioner, Guiding Principles on Business
and Human Rights, (New York and Geneva, 2011),
https://www.ohchr.org/do cuments/publicatio ns/ 46 Supriyadi W Eddyono Zainal Abidin, Memastikan
GuidingprinciplesBusinesshr_eN.pdf. Pemenuhan Hak Atas Reparasi Korban, ed. Anggara,
45 European Commission, Commission Staff Working Revisi. (Jakarta: IJCR, 2016), http://icjr.or.id.
Document on Implementing the UN Guiding Principles on 47 Atip Lapitulhayat, et, all, Menjangkau Tanggung Jawab
Business and Human Rights - State of Play, Business and Korporasi, ed. Ifdal Kasim, April 2016. (Jakarta: Lembaga
Human Rights, vol. SWD (2015), 2015. Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2016).

Jurnal HAM Vol. 10 No. 2, Desember 2019: 217-232 229


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

Mekanisme pemulihan korban melalui jalur Dengan konsep inilah diharapkan korban
nonyudisial dapat ditempuh dengan mendorong mendapatkan pemulihan terhadap hak-haknya
institusi pengawas seperti Komnas HAM dan karena doktrin induk hak asasi manusia
Ombudsman untuk menanganai kasus berkaitan mensyaratkan selalu bahwa setiap terjadi
dengan pengambilan lahan masyarakat untuk pelanggaran hak asasi manusia, pelaku dibebani
kepentingan infrastruktur. Khusus penanganan di kewajiban untuk bertanggungjawab, palagi dalam
Komnas HAM berdasarkan mandat Pasal 89 ayat konteks ini pembangunan infrastruktur dilakukan
(3) dan (4) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang oleh negara ataupun korporasi milik BUMN dan
Hak Asasi Manusia dapat ditempuh dengan dua partnership yang masih dalam kendali pemerintah.
alur yaitu (a) pemantauan penyelidikan, dan
(b) mekanisme mediasi. Penyelesaian melalui KESIMPULAN
pemantauan penyelidikan dilakukan untuk satu
UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
kesimpulan ada atau tidaknya pelanggaran HAM,
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
termasuk yang dituduhkan atau dilakukan oleh
Umum secara umum telah menjadi dasar bagi
korporasi/instansi. Meskipun prosesnya cukup
percepatan pembangunan terutama aspek
panjang, mekanisme ini menjadi favorit korban
pengadaan tanah. Meskipun demikian norma-
pelanggaran HAM, hal tersebut didasarkan pada
norma yang diatur di dalamnya, dalam prespektif
kesimpulannya memiliki nilai bukti signifikan
HAM belum sepenuhnya selaras dengan berbagai
dalam upaya untuk menuntut penyelesaian dan
instrumen hak asasi manusia, mulai dari persoalan
pemulihan. Hal itu dilakukan sebagai bahan/bukti
akibat luasnya penafsiran kepentingan umum,
dalam pengajuan klaim, tuntutan perundingan,
penyempitan makna musyawarah, prosedur
gugatan terhadap kerugian, gugatan tata
hukum bersifat formal tidak substansial, penitipan
usaha negara serta pelaporan tindak pidana ke
uang pengganti (konsinyasi) dan pelepasan hak
Kepolisian48. Beberapa praktik yang dilakukan
yang sangat mudah. Padahal pembangunan sangat
diantaranya penyelesaian persoalan pengadaan
berkaitan dengan aspek perlindungan, pemenuhan
tanah untuk pembangunan New International
dan penegakan hak asasi manusia terutama
Yogyakarta Airport (NYIA). Awalnya berkonflik
aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik yang
dan timbul korban kekerasan yang kemudian
menjadi cita-cita bangsa Indonesia. Lahirnya
dilakukan pemantauan dan penyelidikan, hasilnya
Rugie Principle menjadi salah satu panduan dan
kemudian menjadi materi mediasi terutama
alternatif mendorong tanggungjawab pemerintah
mengenai persoalan lahan, pemulihannya sampai
serta korporasi (badan usaha) untuk memulihkan
akhirnya terjadi kesepakatan49.
hak-hak korban terdampak bagi pembangunan
Ombudsman bisa menjadi pilihan demi kepentingan umum.
penyelesaian karena fungsinya dibentuk untuk
melindungi kepentingan hak individual yang
SARAN
merasa menjadi korban ketidakadilan. Dalam
pelaksanaan tugasnya memposisikan diri sebagai Berdasarkan pada kesimpulan tersebut dan
perantara yang mandiri antara individu yang untuk memenuhi ketentuan Pasal 6 UU Nomor
dirugikan dengan pemerintah. Bahkan tindakan 11 Tahun 2012 tentang Pembentuan Peraturan
hukum pemerintah yang terlibat, dapat dikenai Perundang-Undangan, yang mengatur keharusan
tanggung gugat pribadi jika tindakan tersebut pada setiap regulasi yang disusun untuk
maladministrasi 50. mencerminkan asas kemanusian sebagai upaya
pelindungan, pemenuhan dan penghormatan hak
48 Agus Suntoro, “Pendekatan Ham Dalam Penyelesaian asasi manusia, serta harkat martabat setiap warga
Konflik Dengan Korporasi Pertambangan Dan Migas,”
Jurnal HAM Komnas HAM XIV, no. September (2018): 71– negara (penduduk) Indonesia secara proporsional,
108. maka perlu dilakukan penataan ulang mengenai
49 Komnas HAM Mediasi Pihak Bersengketa dalam beberapa norma dalam UU Nomor 2 Tahun 2012
Pembangunan Bandara Yogyakarta diakses dari https://
www.antaranews.com/berita/759057/komnas -ham- yang dinilai belum selaras dengan instrumen
mediasi-pihak-bersengketa-bandara-kulon-progo, pada 29 HAM baik nasional dan internasional.
Agustus 2019, pkl. 12.02 WIB
50 Atip Lapitulhayat, et, all, Menjangkau Tanggung Jawab
Penataan ulang norma-norma tersebut,
Korporasi, ed. Ifdal Kasim, April 2016. (Jakarta: Lembaga terutama menyangkut (a) pengaturan definsi dan
Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2016).

230 Tinjauan Hak Asasi Manusia Terhadap Regulasi... (Agus Suntoro)


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

ruang lingkup demi kepentingan umum yang UCAPAN TERIMA KASIH


lebih limitatif untuk kepentingan masyarakat,
Sebagai akhir dari tulisan ini saya
dilakukan oleh pemerintah dan bukan bertujuan
sampaikan terima kasih kepada Choirul Anam
untuk mencari keuntungan. Perubahan ini sebagai
selaku Komisioner Komnas HAM RI, Andante
alternatif untuk menghindari kesewenang-
Widi Arundati, selaku Kabiro Pemajuan HAM,
wenangan penetapan proyek pembangunan
Indahwati (Kepala Bagian Pengkajian dan
demi kepentingan umum oleh pemerintah
Penelitian pada saat penelitian dilakukan), serta
atau badan usaha dalam konsep partnership,
Tito Febismanto selaku asisten peneliti untuk
memastikan pemenuhan hak atas kesejahteraan,
membantu mengumpulkan data lapangan. Selain
dan perlindungan hak atas kepemilikan (property
itu kepada seluruh ahli dan aktivis kemanusiaan
rights); (b) pengaturan mengenai objek dan
di Jawa Barat, Jogyakarta dan Sulawesi Selatan.
subjek dalam pelaksanaan musyawarah yang
lebih substansial, terutama peninjauan terhadap
materi musyawarah yang hanya mengenai bentuk DAFTAR PUSTAKA
ganti kerugian bukan nilai penggantian. Hal itu Atip Lapitulhayat, Dkk. Menjangkau Tanggung
sebagai bagian pemenuhan dan jaminan akses hak Jawab Korporasi. Edited by Ifdal Kasim.
berpartisipasi masyarakat dalam pembangunan; April 2016. Jakarta: Lembaga Studi dan
(c) pengaturan mengenai mekanisme, kriteria Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2016.
dan hasil penilaian Kantor Jasa Penilai Publik
(KJPP) yang dijadikan satu-satunya acuan dalam Commission, European. Commission Staff
pembayaran ganti kerugian dan menafikan proses Working Document on Implementing the UN
musyawarah, apabila terdapat penolakan hanya Guiding Principles on Business and Human
disalurkan pada proses hukum pengadilan. Rights - State of Play. Business and HUman
Pengaturan ini penting dilakukan sebagai Rights. Vol. SWD (2015), 2015.
alternatif pemenuhan hak asasi manusia terutama Commissioner, United Nation Human Rights
hak atas kesejahteraan dan hak untuk berunding Office of The High. Guiding Principles
yang adil dan setara; (d) penata ulangan mengenai on Business and Human Rights. Guiding
hukum acara dan syarat formil dalam pengajuan Principles on Business and Human Rights.
gugatan atau keberatan baik ke Pengadilan Tata New York and Geneva, 2011. https://
Usaha Negara atau Pengadilan Umum sesuai www.ohchr.org/documents/publications/
dengan mekanisme hukum yang lazim, agar tidak
GuidingprinciplesBusinesshr_eN.pdf.
terjadi pertentangan norma dengan aturan yang
lebih tinggi dan menghindari penggunaan hukum Dewi, Rosita. “Dilema Percepatan Pembangunan
sebagai alat legitimasi percepatan pembangunan. dan Permasalahan Pembangunan
Hal tersebut dilakukan dalam upaya menjamin Berkelanjutan Dalam Pelaksanaan MIFEE
pemenuhan hak untuk memperoleh keadilan dan Di Merauke.” Jurnal Penelitian Politik 9, no.
hak untuk dilayani dalam sistem peradilan yang 1 (2016): 47–57. http://ejournal.politik.lipi.
adil dan objektif; dan (e) pengaturan mengenai go.id/index.php/jpp/article/view/448/261.
pelepasan hak atas tanah untuk diperketat dan Dwisvimiar, Inge. “Keadilan Dalam Perspektif
mengacu kembali kepada UU Nomor 20/1961 Filsafat Ilmu Hukum.” Jurnal Dinamika
tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan
Hukum 11, no. 3 (2011): 522–531. http://
Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya, karena lebih
dx.doi.org/10.20884/1.jdh.2011.11.3.179.
menjamin perlindungan dibandingkan dengan
nomenklatur pelepasan hak, akan tetapi esensinya Ginting, Darwin. Kajian Hukum Percepatan
jauh merugikan hak masyarakat. Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan
Infrastruktur. Pertama. Bandung: Sinergi
Mandiri, 2016.
Hardianto Djanggih, Salle. “Aspek Hukum
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.”
Jurnal Pandecta 12, no. 67 (2017).

Jurnal HAM Vol. 10 No. 2, Desember 2019: 217-232 231


Jurnal Volume 10 Nomor 2 Desember 2019 p-ISSN 1693-8704

HAM Akreditasi: Kep. Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti:


No. 3/E/KPT/2019
e-ISSN 2579-8553

Hutagalung, Arie S. Pengadaan Tanah Untuk Suntoro, Agus. “Pendekatan Ham Dalam
Kepentingan Umum. Jakarta, 2018. https:// Penyelesaian Konflik Dengan Korporasi
books.google.co.id/books?id=ggYqDgAAQ Pertambangan Dan Migas.” Jurnal HAM
BAJ&pg=PT31&dq=ZAINUDDIN+ALI& Komnas HAM XIV, no. September (2018):
hl=id&sa=X#v=onepage&q=ZAINUDDIN 71–108.
ALI&f=false. Suteki. Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat,
Ismail, Nurhasan. “Arah Politik Hukum Teori Dan Praktik). Depok, Jawa Barat:
Pertanahan Dan Perlindungan Kepemilikan Rajawali Press, 2018.
Tanah Masyarakat.” Jurnal Rechts Vinding Utomo, Nurrahman Aji. “Mengurai Kerangka
1, no. 1 (2012): 375–395. Legislasi Sebagai Instrumen Perwujudan
Kartika, Dewi. Masa Depan Reforma Agraria Hak Asasi Manusia.” Jurnal Konstitusi 13,
Melampaui Tahun Politik. Jakarta, 2018. no. 4 (2016): 887.
http:// kpa.or.id/ assets/ uploads/files/ Wahyuning Widayati, Dkk. Aplikasi Analisis
publikasi/4ae36-catahu-2018-kpa-edisi- Dampak HAM Mendukung Pembangunan
peluncuran_.pdf. Berkelanjutan Di Provinsi Kalimantan
Landman, Todd. “Measuring Human Rights : Selatan. Edited by Balitbang Kementerian
Principle, Practice and Policy.” Journal Hukum dan HAM RI. Cetakan ke. Jakarta:
Human Rights Quarterly, Jhon Hopkin PT Alumni, 2013.
University 26, no. 4 (2004): 932–955. Zainal Abidin, Supriyadi W Eddyono. Memastikan
Maria SW Sumardjono. Dinamika Pengaturan Pemenuhan Hak Atas Reparasi Korban.
Pengadaan Tanah Di Indonesia: Dari Edited by Anggara. Revisi. Jakarta: IJCR,
Keputusan Presiden Sampai Undang- 2016. http://icjr.or.id.
Undang. Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada Undang-Undang Dasar Negara Republik
University Press, 2015. Indonesia Tahun 1945. Republik Indonesia,
Patittingi, Farida. “Konflik Agraria Dalam 1945.
Pembangunan Infrastruktur,” 2018. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Pemantauan, Subkom. Data Konflik Agraria Pokok-Pokok Agraria, Republik Indonesia,
Komnas HAM 2017. Jakarta, 2017. 1960.
PPN/Bappenas, Kementerian. Rancangan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang
Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Pencabutan Hak atas Tanah dan Benda-
Menengah Nasional 2020-2024. RPJMN Benda yang ada Diatasnya, Republik
2005 - 2025, n.d. https://www.bappenas. Indonesia, 1961.
go.id/files/rpjmn/Narasi RPJMN IV 2020- Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
2024_Revisi 14 Agustus 2019.pdf. Hak Asasi Manusia, Republik Indonesia,
———. Rencana Pembangunan Jangka 1999.
Menengah (RPJMN) Tahun 2015-2019: Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang
Agenda Pembangunan Nasional (Buku I). Pengesahan International Covenant On
Jakarta, 2014. Economic, Social And Cultural Rights,
Roy Frike Lasut. “Pelaksanaan Bentuk Ganti Republik Indonesia 2005.
Rugi Atas Tanah Menurut UU Nomor 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Tahun 2012.” Jurnal Lex et Societatis Vol. I/ Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
No., no. 3 (2013): 118–128. Kepentingan Umum, Republik Indonesia,
Sembiring, Julius. Hukum Tanah Dan Pengadaan 2012.
Tanah. Yogyakarta, 2018. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Seskab. “Lampiran Perpres Nomor 58 Tahun Pembentuan Peraturan Perundang-
2017.” Jakarta: Sekretaris Kabinet RI, 2017. Undangan, Republik Indonesia, 2012.

232 Tinjauan Hak Asasi Manusia Terhadap Regulasi... (Agus Suntoro)

You might also like