You are on page 1of 8

Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora

Univesitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Komunikasi Terapeutik Bidan Desa dalam Penanganan Pasien Ibu Hamil

Wiwin Setianingsih1*
1
Program Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana
Jl. Menteng Raya No. 29, Jakarta - Indonesia
1*
Korespondensi: wiwinsh@gmail.com

Abstract
Communication is fundamental or an important foundation for those who work as health workers such
as midwives other than health science itself, of course. While health is an important matter and a basic
human need. All humans want to live healthy so they can live their activities and life normally and
maximally. Then, the researchers are interested in raising research on therapeutic communication of
village midwives in dealing with the handling of patients of pregnant women. This phenomenon is
examined using a qualitative approach and case study methods. The data collection techniques used are
observation, in-depth interviews and documentation studies. This study aims to determine: (1) The
process of therapeutic communication of midwives in dealing with the handling of pregnant women
patients; (2) How is the therapeutic communication method used by midwives in dealing with pregnant
women patients. The results of this study include: pre-interaction phase; orientation phase; working
phase of therapeutic communication; and termination phase. The therapeutic communication method
that takes place also prioritizes the effectiveness of interpersonal relationships such as; listen attentively,
ask the patient's condition, clarify, offer information, summarize, reward patients, give patients the
opportunity to start talks, and encourage patients to continue the conversation. They also carry out non-
verbal communication.
Keywords: Communication, Health, Therapeutic

Abstrak
Komunikasi merupakan fondasi penting bagi tenaga kesehatan seperti bidan selain ilmu kesehatan itu
sendiri. Sementara itu kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia sebab semua manusia
menginginkan hidup sehat agar bisa menjalani aktivitas kehidupannya secara maksimal. Studi ini
mengenai komunikasi terapeutik bidan desa dalam menangani pasien ibu hamil. Fenomena ini diteliti
dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui: (1) proses komunikasi terapeutik bidan desa dalam menghadapi penanganan pasien ibu
hamil, dan (2) bagaimana metode komunikasi terapeutik itu digunakan dalam menghadapi pasien ibu
hamil. Hasil penelitian meliputi fase pra interaksi; fase orientasi; fase kerja komunikasi terapeutik; dan
fase terminasi. Metode komunikasi terapeutik yang berlangsung mengutamakan efektivitas hubungan
antarpribadi seperti mendengarkan dengan penuh perhatian, menanyakan keadaan pasien,
mengklarifikasi, menawarkan informasi, meringkas, memberikan penghargaan kepada pasien, memberi
kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan, dan menganjurkan pasien meneruskan
pembicaraannya. Mereka juga melakukan komunikasi nonverbal.
Kata Kunci: Komunikasi, Kesehatan, Terapeutik,

Pendahuluan aktivitas dasar manusia. Pentingnya


Komunikasi bersifat omnipresent atau komunikasi tidak dapat dipungkiri sebab
hadir dimanapun karena itu komunikasi adalah komunikasi dapat menghubungkan manusia

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Page | 44


Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp.44-51

satu sama lain, Komunikasi dapat dilakukan mengungkapkan keinginan yang ada
oleh siapapun dan dimanapun, baik oleh dibenaknya, kekhawatiran atau perasaan yang
seseorang yang hendak berkomunikasi secara sedang dirasakan agar orang lain bisa
sengaja maupun tidak sengaja. seperti ketika memahami sikap orang itu. Komunikasi
sedang melamun sementara orang lain antarpribadi juga bisa merupakan suatu
memperhatikan orang yang melamun itu. konfirmasi atas tindakan yang dilakukan.
Meskipun seseorang tidak bermaksud Komunikasi antarpribadi memegang peranan
menyampaikan pesan kepada orang lain, tetapi penting bagi hubungan apa saja.
sesungguhnya perilakunya potensial ditafsirkan Studi ini meneliti bidan desa sebagai
orang lain. Sesorang tidak dapat salah satu petugas kesehatan yang berinteraksi
mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau berhubungan dengan pasien. Di antara
atau tidak menafsirkan perilakunya. pasien yang ditangani ada bayi, balita, lansia,
Komunikasi merupakan fundamental ibu tidak hamil yang berkonsultasi tentang
penting bagi mereka yang berprofesi sebagai Keluarga Berencana (KB) atau pasien ibu-ibu
tenaga kesehatan, antara lain dokter, paramedis, hamil. Apa yang dilakukan bidan adalah suatu
bidan, terapis atau siapapun yang berada dalam tindakan kesehatan berkesinambungan mulai
lingkup berhubungan dengan pasien. menangani pasien yang memeriksakan
Sementara itu kesehatan merupakan kebutuhan kehamilannya tiap bulan hingga melahirkan.
dasar manusia. Semua manusia menginginkan Apabila seorang ibu hamil dan
hidup sehat agar bisa menjalani aktivitas memasuki usia kehamilan yang matang,
kehidupannya secara normal. Seringkali mendekati persalinannya, maka setiap ibu
seseorang merasakan keinginan untuk berbagi memiliki kekhawatiran tersendiri bagaimana
dan berbicara dengan orang lain sekedar untuk dan apa yang akan terjadi padanya ketika
berbagi perasaan. Hubungan paling intim melalui proses persalinan. Kehawatiran itu jika
dengan orang lain dalam tingkat pribadi, bisa tidak ditangani dengan baik maka dapat
dengan antarteman, antarsebaya atau dengan menimbulkan masalah baru. Bila si ibu stress
orang yang dianggap nyaman untuk berbicara, akan meningkatkan tekanan darahnya,
maka hubungan itu disebut hubungan sementara untuk kehamilan yang baik pasien
antarpribadi (interpersonal communication). tidak boleh memiliki hypertensi. Bila terjadi
Hubungan antarpribadi tidak terjalin hypertensi maka pasien akan masuk menjadi
dengan begitu saja. Sesorang memiliki kategori resiko tinggi. Kekhawatiran yang
kecenderungan untuk memilih siapa orang yang berlebihan juga dapat mempengaruhi janin atau
akan diajak untuk berbagi. Faktor utamanya bayi yang dikandungnya. Oleh sebab itu
adalah rasa percaya (trust). Jika seseorang telah dipandang perlu untuk melakukan manajemen
mempercayai orang tertentu, maka dia akan stress. Tindakan yang mudah dilakukan salah
merasa nyaman untuk berbicara berbagai satunya dengan melakukan komunikasi
macam hal. Ketika satu individu berbicara antarpribadi antara bidan dengan pasien.
dengan individu lain, maka ranah itu adalah Komunikasi yang terjalin secara
ilmu komunikasi antarpribadi (KAP). berkesinambungan dapat memberikan efek
Komunikasi antarpribadi didefinisikan yang positif bagi pasien.
sebagai komunikasi yang berlangsung antara Masih banyaknya kasus pernikahan di
dua orang dengan hubungan yang jelas, dan bawah umur, misalnya menikah pada usia 14
terbina melalui tahap-tahap (Devito, 1997). tahun, merupakan satu persoalan tersendiri.
Hubungan itu berbeda-beda menurut keluasan Bila terjadi kehamilan, maka kehamilan itu
(banyaknya topik yang dibicarakan) dan tergolong kehamilan beresiko tinggi (resti).
kedalaman (derajat kepersoalan dalam Pernikahan dini terjadi karena tingkat
membicarakan berbagai topik). Bila kondisi pendidikan orang tua dan anak rendah (Dedi
untuk hubungan antarpribadi terjalin baik, Rumawan Erlandia, 2014). Karena tingkat
seseorang cenderung menemukan respon pendidikan rendah, maka ketika remaja
positif. menjadi ibu hamil, maka minim pula
Komunikasi antarpribadi adalah pengetahuannya mengenai kehamilan beserta
kegiatan yang sangat bermanfaat, menyehatkan resikonya. Di sini fungsi tenaga kesehatan,
dan merupakan suatu proses yang harus khususnya bidan, memberi rasa tenang dan
dilakukan. Seorang individu harus mampu edukasi melalui komunikasi terapeutik.

45
Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp.44-51

Faktor gizi pun mejadi perhatian bidan untuk kesembuhan pasien; mengacu pada
dalam memberikan informasi gizi melalui pendekatan yang direncanakan secara sadar
komunikasi terapeutik. Tidak jarang ibu hamil dengan kegiatan terpusat (Rachmaniar, 2015).
tidak faham akan pentingnya asupan gizi bagi Abdul Munith dalam bukunya Aplikasi
diri dan bayinya. Masyarakat semakin jauh dari Komunikasi Terapeutik Nursing & Health,
makanan alami. Pola makan masyarakat 2018 menyatakan, tujuan komunikasi
dipenuhi makanan tinggi lemak, garam, dan terapeutik adalah: (1) kesadaran diri,
gula, makanan-makanan instan produk olahan. penerimaan diri dan meningkatkan kehormatan
Makanan seperti ini tidak memberi kontribusi diri; (2) identitas pribadi yang jelas dan
gizi pada tubuh kecuali tambahan berat badan meningkatnya integritas pribadi; (3)
(Ratnasari, 2008) kemampuan untuk membentuk suatu
Berdasarkan latar belakang penelitian keintiman, saling ketergantungan, hubungan
tersebut, peneliti tertarik meneliti komunikasi interpersonal dengan kapasitas member dan
terapeutik bidan desa dalam menangani pasien menerima (genuieneness/keikhlasan,
ibu hamil. Fenomena ini diteliti menggunakan empathy/empati, warmth/kehangatan); (4)
pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. mendorong fungsi dan meningkatkan
Teknik pengumpulan datanya adalah observasi, kemampuan terhadap kebutuhan yang
wawancara mendalam dan studi dokumentasi. memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) realistis.
proses komunikasi terapeutik bidan dalam Sementara itu ada tiga jenis
menangani pasien ibu hamil; dan (2) bagaimana komunikasi yang dimanifestasikan secara
metode komunikasi terapeutik digunakan bidan terapeutik yaitu: (1) Komunikasi Verbal dan
dalam menghadapi pasien ibu hamil. Nonverbal. Kode-kode yang bisa diartikan
sebuah lambing saat berkomunikasi adalah
Kerangka Teori kode verbal dan nonverbal, sehingga biasa
Komunikasi terapeutik adalah disebut sebagai komunikasi verbal dan
komunikasi yang direncanakan secara sadar, nonverbal; (2) Komunikasi Verbal. Jenis
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk komunikasi yang lazim digunakan dalam
kesembuhan pasien. Dalam dunia kesehatan, pelayanan kesehatan adalah dengan pertukaran
banyak kegiatan komunikasi terapeutik yang informasi secara verbal terutama pembicaraan
terjadi (Mulyana, 2005). Transaksi terapeutik dengan tatap muka yang menggunakan Bahasa;
sesungguhnya merupakan salah satu hubungan (3) Komunikasi Nonverbal. Penyampaian kode
sosial yang tumbuh di masyarakat. Artinya nonverbal merupakan cara yang paling efektif
proses transaksi terapeutik itu bukan hanya ada dan meyakinkan untuk menyampaikan pesan
di rumah sakit, puskesmas atau poliklinik, kepada orang lain, manakala terjadi
tetapi dapat terjadi di masyarakat pada pertentangan antara apa yang diucapkan dan
umumnya (Sudarma, 2008). apa yang diperbuat. Hal ini dapat teramati pada
Stuart Laraira menyatakan komunikasi metakomunikasi, pernampilan personal,
terapeutik adalah hubungan interpersonal paralanguage, gerakan mata (eye gaze),
dimana perawat dan klien memperoleh kinesics, sentuhan (touching).
pengalaman belajar bersama serta memperbaiki Komunikasi terapeutik berprinsip atau
pengalaman emosional klien yang negative. berorientasi pada proses percepatan
Sieh A., Louise K., Brenti, mengemukakan penyembuhan, komunikasi terstruktur dan
komunikasi terapeutik sebagai segala bentuk direncanakan. Komunikasi terjadi dalam
komunikasi yang dirancang untuk konteks topik, ruang dan waktu. Komunikasi
meningkatkan kesejahteraan pasien atau memperhatikan kerangka pengalaman klien,
menghilangkan stress psikologis (Supartini, dan melibatkan keterlibatan maksimal dari
2002). klien ataupun keluarga. Keluhan utama menjadi
Menurut As Homby, dikutip Muhith, pijakan pertama dalam berkomunikasi.
terapeutik merupakan kata sifat yang Adapun tahapan komunikasi terapeutik
dihubungkan dengan seni dari penyembuhan meliputi: (1) Tahap pra-interaksi. Pada tahap
(Abdul Muhith, 2018). Komunikasi terapeutik pra-interaksi, bidan sebagai komunikator yang
adalah komunikasi yang dilakukan secara melaksanakan komunikasi terapeutik
sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan

46
Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp.44-51

klien atau pasien. Yakin akan kemampuan dan metode atau teknik yang digunakan dalam
dirinya, menghilangkan keraguan serta komunikasi terapeutik, menurut Shives, (1994);
kecemasan diri sebelum bertemu pasien, bidan Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl
haruslah mengetahui beberapa informasi (1920) antara lain mendengarkan dengan penuh
mengenai pasien, baik berupa nama, umur, perhatian, menunjukan penerimaan,
jenis kelamin, dan sebagainya. Apabila bidan menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan
telah mempersiapkan diri dengan baik sebelum pertanyaan terbuka, mengulang ucapan klien
bertemu dengan pasien, maka ia akan bisa dengan menggunakan kata-kata sendiri,
menyesuaikan cara yang paling tepat dalam klarifikasi, memfokuskan, menyampaikan hasil
menyampaikan komunikasi terapeutik kepada observasi, menawarkan informasi, diam (untuk
pasien, sehingga pasien nyaman menunggu respon klien), meringkas,
berkomunikasi; memberikan penghargaan, menawarkan diri,
(2) Tahap perkenalan. Pada tahap memberi kesempatan kepada klien untuk
perkenalan, kegiatan yang dilakukan adalah memulai percakapan. Menganjurkan untuk
bidan memperkenalkan diri pada pasien dan meneruskan pembicaraan, menganjurkan klien
keluarganya. Dengan memperkenalkan diri untuk menguraikan persepsinya, dan refleksi
maka telah menunjukan sikap terbuka pada atau menganjurkan klien untuk mengemukakan
klien dan menghindari kecurigaan klien. Tugas perasaannya (Abdul Muhith, 2018).
utama pada tahap ini adalah membina rasa Dengan melakukan beberapa teknik
saling percaya dengan menunjukan penerimaan tersebut maka kegiatan komunikasi terapeutik
dan komunikasi terbuka dengan membuat dapat dilaksanakan dengan baik. Klien dapat
suasana tidak terlalu formal; dengan nyaman memberikan informasi yang
(3) Tahap Orientasi. Pada tahap ini dibutuhkan dan bidan dapat dengan mudah
saatnya menggali keluhan atau kecemasan yang menganalisa, dan menentukan tindakan yang
ada pada klien dan divalidasi dengan akan dilakukan. Semakin baik kerjasama yang
tanda/gejala yang ada. Bidan dituntut untuk dilakukan antara bidan dan pasien maka
active listening, memiliki skill tinggi untuk semakin baik pula hasil yang dapat dicapai
menstimulasi klien mengungkapkan perasaan, (Prasanti, 2017).
keluhan, dan menggali pikirannya. Dari data
yang diperoleh akan disusun rencana tindakan Metode Penelitian
dan tujuan yang akan dicapai; Pendekatan yang digunakan dalam
(4) Tahap Kerja. Tahap keja penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
merupakan tahap untuk mengimplementasikan dengan metode studi kasus. Studi kasus adalah
rencana yang telah dibuat pada tahap orientasi. metode riset yang menggunakan berbagai
Bidan menolong klien untuk mengatasi rasa sumber data (sebanyak mungkin) yang bisa
cemas, meningkatkan kemandirian dan digunakan untuk meneliti, menguraikan dan
tanggung jawab terhadap diri. Hal ini tidaklah menjelaskan secara komperhensif. Menurut
dapat dilakukan kecuali harus ada persamaan Mulyana, studi kasus berupaya secara seksama
persepsi, ide dan pikiran antara klien dan bidan; dan dengan berbagai cara mengkaji sejumlah
(5) Tahap terminasi. Merupakan tahap besar variabel mengenai kasus khusus. Dengan
di mana bidan mengakhiri interaksinya dengan mempelajari seorang individu, suatu kelompok,
klien. Dengan terminasi, klien menerima suatu kejadian, periset memberikan uraian yang
kondisi perpisahan tanpa menjadi regresi (putus lengkap dan mendalam mengenai subjek yang
asa) serta menghindari kecemasan. Terdapat diteliti (Kriyantono, 2008). Dalam hal ini, data
dua terminasi yaitu terminasi sementara dan tersebut dimungkinkan didapat dari wawancara
terminasi akhir. Terminasi sementara adalah mendalam, pengamatan, penelaahan dokumen
akhir dari tiap pertemuan bidan dan pasien. hasil survei, dan berbagai data untuk
Pasien masih akan kembali atau kontrol sesuai menguraikan suatu kasus secara terperinci.
waktu yang telah ditentukan bersama. Dalam penelitian ini, peneliti
Sedangkan terminasi akhir dilakukan setelah menggunakan single-case study design, karena
menyelesaikan seluruh proses. tujuan penelitian adalah untuk memperoleh
Karakter setiap klien tidaklah sama, informasi menyeluruh secara detail tentang
oleh karena itu diperlukan penerapan teknik komunikasi terapeutik.
komunikasi yang berbeda pula. Beberapa

47
Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp.44-51

Kriyantono menyatakan, data pada diri periset sebagai instrument riset


pengalaman indidivu sering ditemui dalam riset (Kriyantono, 2008).
kualitatif dengan pengumpulan data observasi Dalam penelitian ini, peneliti
dan wawancara mendalam (Kriyantono, 2008). menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
Pada penelitian ini, data primer diperoleh dari memilih informan sesuai dengan kebutuhan
pihak-pihak terkait yang terdiri dari hasil peneliti. Jadi, peneliti mengambil tiga informan
pengamatan atau observasi terhadap perilaku yaitu: (1) ES, usia 38 tahun, lulusan D1
informan pada penelitian terapeutik tentang Program Pendidikan Bidan Muhammadiyah
komunikasi bidan dengan klien/pasien ibu Cirebon, kemudian melanjutkan Akademi
hamil. Selain itu ada hasil wawancara Kebidanan di Bakti Pertiwi Indonesia. Telah
mendalam dari informan penelitian tentang berprofesi sebagai bidan selama 19 tahun. Saat
komunikasi terapeutik. ini bertugas di Kecamatan Sekayu, Kabupaten
Data sekunder diperoleh dari rujukan Musi Banyuasin, Lampung.
khusus yang terdiri dari literature, orientasi Informan kedua adalah AS, berusia 36
bacaan dengan menelaah literature yang tahun, lulusan Akademi Kebidanan Fatmawati.
berhubungan dengan topik komunikasi Sudah berprofesi sebagai bidan selama 13
terapeutik. Studi dokumentasi ini untuk tahun, dan bertugas di Desa Setu, Kabupaten
mendapatkan data sekunder untuk menunjang Bekasi. Informan ketiga adalah TEP, berusia
penelitian yang dilakukan. 39 tahun, lulusan S1 UNDIP dan S2 Universitas
Teknik pengumpulan data dalam Muhammadiyah Jakarta. Informan ini juga
dilakukan secara kualitatif yakni observasi, mengajar sejak tahun 2010 sebagai dosen Ilmu
wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Kebidanan dan Keperawatan.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah pengamatan, dilakukan dengan cara Hasil Penelitian
nonparticipant observation terhadap objek Dalam penelitian ini, proses
yang diteliti. Wawancara mendalam dilakukan komunikasi terapeutik yang digunakan bidan
untuk mengetahui kejadian, kegiatan, dalam menghadapi pasien ibu hamil dilakukan
pandangan, pendapat, perasaan dari nara dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
sumber untuk mengetahui komunikasi Fase prainteraksi. ES, informan
terapeutik yang digunakan bidan dalam penelitian ini adalah seorang bidan yang sudah
menghadapi pasien ibu hamil. Penggunaan ini berpengalaman selama 19 tahun sehingga
sangat penting bagi penelitian kualitatif, mengerti seluk beluk menghadapi pasien ibu
terutama untuk melengkapi data secara akurat hamil. Dalam proses komunikasi terapeutik, ES
dan sumber data yang tepat. Dokumentasi menceritakan bagaimana ia membaca usia,
dalam penelitian ini diperlukan terutama untuk pendidikan terakhir, frekwensi kehamilan, usia
memperkuat analisis penelitian yang berkaitan kandungan dan pemeriksaan yang sudah
dengan komunikasi terapeutik bidan dalam dilakukan sebelum bertemu pasien.
menghadapi pasien ibu hamil. AS, sebagai informan kedua dengan
Teknik analisis data yang digunakan pengalaman lebih dari sepuluh tahun juga
triangulasi atau membandingkan sumber data menceritakan hal yang sama. Proses
antara wawancara dengan pengamatan, komunikasi yang dilakukannya diawali dengan
pengecekan melalui diskusi dengan kalangan membaca data informasi mengenai pasien pada
yang memahami masalah penelitian. kartu/buku catatan pasien. Masing-masing
Memperbanyak referensi baik yang berasal dari pasien memiliki catatan riwayat kesehatan dan
orang lain maupun referensi yang diperoleh riwayat kehamilan, karena pemeriksaaan
selama penelitian. Data kualitatif dapat berupa kehamilan dilakukan secara teratur sekali setiap
kata-kata, kalimat, atau narasi yang diperoleh bulan, mulai bulan pertama hingga bulan ke
dari wawancara mendalam maupun observasi. tujuh dan dua minggu sekali pada bulan ke
Tahap analisis data memegang peranan penting delapan, kemudian satu minggu sekali pada
dalam riset kualitatif. Kemampuan periset kehamilan sembilan bulan atau mendekati
memberi makna kepada data merupakan kunci persalinan.
apakah data yang diperolehnya memenuhi Informan TEP, sebagai dosen juga
unsur reabilitas dan validitas atau tidak. menjelaskan secara teori tahapan yang harus
Reabilitas dan validitas data kualitatif terletak dilakukan tenaga bidan awal persiapan sebelum

48
Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp.44-51

menemui pasien dengan mempersiapkan diri kasus sehingga kekhawatiran pasien dapat
sebelum bertugas, kemudian dengan membaca berkurang atau hilang dengan edukasi
data-data pasien terlebih dahulu dari status informasi dari bidan yang di dapat mengenai
milik pasien dan bersiap melakukan catatan kondisinya.
berikutnya. Fase terminasi. Fase ini adalah fase
Fase Orientasi. Proses komunikasi terakhir dalam proses komunikasi terapeutik.
terapeutik pada tahap kedua ini disebut fase Para informan penelitian ini menggunakan
orientasi atau pengenalan. Dalam tahap ini tahap terminasi dengan cara menyimpulkan
bidan mengenalkan dirinya kepada pasiennya hasil konsultasi dan pemeriksaan pasien dengan
dan memberikan salam kepada pasien lalu dirinya. ES dan AS mengatakan bahwa pada
memulai percakapan awal dengan menanyakan tahap ini kegiatan konsultasi yang dilakukan
nama pasien dan keluhan yang dirasakan. pasien dan bidan menghasilkan kesimpulan
Pernyataan tersebut disampaikan oleh mengenai keadaan kondisi terakhir
ES dan AS yang menceritakan ketika kehamilannya, dan cara mengatasi keluhan-
melakukan proses interaksi dan berkomunikasi keluhannya. Memasukkan informasi
dengan pasiennya. Untuk menjadi komunikator bermanfaat seputar kehamilannya mengenai
kredibel, ES menjelaskan interaksi dengan gizi, dan manajemen stress agar kekhawatiran
pasien harus menunjukkan sikap genuineness pasien dapat teratasi, kemudian membuat janji
(keikhlasan), empathy (empati), dan warmth untuk pertemuan selanjutnya dan
(kehangatan) agar tahap awal komunikasi mengingatkan agar tetap memeriksakan diri
terapeutik berjalan secara efektif. hingga saatnya persalinan tiba.
AS juga menambahkan, jika mereka Metode Komunikasi Terapeutik. AS
tidak melakukan hal tersebut maka dapat Menceritakan bahwa ia menggunakan metode
mengurangi kredibilitas dan tingkat komunikasi terapeutik sesuai dengan
kepercayaan pasien akan berkurang, karena kebutuhan dan pasien yang dihadapi. Tetapi
pasien dapat membaca sikap bidan ketika pada umumnya ia melakukan metode:
melayani pasien. Menurut TEP, dasar untuk mendengarkan dengan penuh perhatian,
memulai proses komunikasi terapeutik adalah menanyakan keadaan pasien, mengklarifikasi,
dengan mendapatkan kepercayaan pasien, menawarkan informasi, meringkas,
dimulai dari sikap bidan yang terbuka, tulus, memberikan penghargaan kepada pasien,
ikhlas serta hangat dalam melayani pasien. memberi kesempatan kepada pasien untuk
Fase kerja. Komunikasi terapeutik memulai pembicaraan, dan menganjurkan
dalam menghadapi pasien ibu hamil dilakukan pasien untuk meneruskan pembicaraannya.
ES dan AS pada fase kerja. Sebagai bidan yang Mereka juga melakukan komunikasi nonverbal
berpengalaman, mereka melakukan beberapa dengan setuhan sopan kepada pasien ketika
metode atau teknik komunikasi terapeutik melakukan pemeriksaan sehingga pasien
seperti mendengarkan penuh perhatian keluhan merasa tenang. Metode tersebut sangat efektif
dan perasaan pasien, menanyakan keadaan dalam melakukan komunikasi terapeutik.
pasien, mengklarifikasi, menawarkan Khususnya dalam menggali informasi dan
informasi, meringkas, memberikan memberikan edukasi mengenai kehamilannya.
penghargaan kepada pasien, memberi Menurut ES, ia pun melakukan hal
kesempatan kepada pasien untuk memulai yang sama dengan melihat kebutuhan
pembicaraan, dan menganjurkan pasien untuk pasiennya dalam berkomunikasi serta
meneruskan pembicaraannya. Mereka juga memaksimalkan bahasa verbal dan nonverbal
melakukan komunikasi nonverbal dengan agar proses komunikasi berjalan lancar dan
setuhan sopan kepada pasien ketika melakukan dipahami oleh pasien. Begitupun dengan TEP,
pemeriksaan sehingga pasien merasa tenang. dia mengatakan bidan harus menyesuaikan
TEP selaku informan menjelaskan dengan pasien ketika berbicara dan
teknik-teknik komunikasi terapeutik yang bisa menggunakan komunikasi terapeutik agar
dilakukan oleh bidan dalam menghadapi tujuan komunikasi dapat tercapai.
pasien. Mendengarkan pasien dengan seksama Menurut peneliti, teori komunikasi
dan menjadi pendengar aktif adalah faktor yang relevan dengan penelitian ini adalah teori
utama dalam hal ini. Memberikan informasi interaksi simbolik. Teori interaksi simbolik
yang dibutuhkan pasien sesuai masing-masing menekankan pada dua hal yakni manusia dalam

49
Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp.44-51

masyarakat tidak pernah lepas dari interaksi berhadapan dengan orang lain, sementara yang
social, dan interaksi dalam masyarakat lainnya memiliki gaya interpersonal yang
terwujud dalam simbol-simbol tertentu yang berciri lebih pasif dan dikendalikan oleh pihak
sifatnya cenderung dinamis. Pada dasarnya lain, baik dalam keinginan maupun
teori interaksi simbolik berakar dan berfokus kekhawatiran, untuk berbicara pada situasi
pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial (Brent D Ruben, 2013).
relasional. Interaksi itu sendiri membutuhkan Raymond S. Ross (Ganiem M. Si, 2018)
simbol-simbol tertentu. Simbol itu bisa berupa membagi jenis nonverbal seperti berikut:
bahasa, tulisan atau simbol lainnya yang bahasa tubuh (kinesik), seperti postur tubuh,
dipakai yang bersifat dinamis dan unik (Rohim, cara jalan, ekspresi wajah, kontak mata,
2016). perubahan ukuran pupil, sentuhan, pans tubuh,
Interaksi simbolik ada karena ide-ide dan perubahan warna kulit. Suara dan artikulasi
dasar dalam membentuk makna yang berasal yang meliputi kecepatan, kekerasan, kualitas
dari pikiran manusia (mind) mengenai diri suara, dan intonasi. Komunikasi terapeutik
(self), dan hubungannya di tengah interaksi sebagai bagian dari komunikasi antarpribadi
sosial, dan tujuan akhir untuk memediasi, serta menjadi bagian dari proses konseling yang
menginterpretasi makna di tengah masyarakat sedang dijalankan sehingga diharapkan mampu
(society) dimana individu tersebut menetap mempercepat proses penyelesaian masalah
(Prasanti, 2017). klien terutama dari sisi psikologi/ kejiwaan
Teori interaksi simbolik menunjukan (Dewi, 2015).
arti penting dari interaksi dan makna. Pokok Pada penelitian ini pasien dan bidan
pikiran teori ini adalah: “if” kehidupan sosial menggunakan simbol-simbol atau dalam hal ini
merupakan suatu proses interaksi yang bahasa dalam berinteraksi bertukar informasi
membangun, memelihara, serta mengubah saling memenuhi dan melengkapi
kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk dalam kebutuhannya. Bahasa tercipta dari struktur
hal ini bahasa dan simbol. Komunikasi sosial yang ada. Makna-makna yang
dianggap sebagai alat perekat masyarakat (the terkandung di dalamnya dapat dipahami
glue od society). Struktur sosial dilihat sebagai bersama sehingga terjalin komunikasi yang
produk dari interaksi. Interaksi dapat terjadi simultan. Pentingnya pemberian informasi
melalui bahasa sehingga menjadi pembentuk kepada pasien sebagai unsur pertukaran
sosial. Pengetahuan dapat ditemukan melalui informasi diharapkan dapat merubah tingkat
metode interpretasi. ”If” struktur sosial pengetahuan pasien dari tidak tahu menjadi
merupakan produk interaksi, karena bahasa dan tahu. Dari khawatir menjadi tidak khawatir
simbol direproduksi, dipelihara, serta diubah karena kecukupan informasi yang didapat dari
dalam penggunaannya. Sehingga fokus pertukaran simbol bahasa tadi. Meskipun gaya
pengamatannya adalah bagaimana bahasa interpersonal memainkan peran penting dalam
membentuk struktur sosial, serta bagaimana membentuk pola komunikasi, tetapi dengan
bahasa direproduksi, dipelihara serta diubah melakukan komunikasi terapeutik bidan
penggunaannya. semakin mengokohkan kredibilitasnya dalam
Makna “if” dapat berubah-ubah dari profesinya dan pasien yang sulit berkomunikasi
waktu ke waktu dari konteks ke konteks. Sifat pun akan merasa dipermudah dan mendapatkan
objektif bahasa menjadi relatif dan temporer. penghargaan sehingga tidak merasa
Makna pada dasarnya merupakan kebiasaan- dikendalikan oleh pihak lain.
kebiasaan yang diperoleh melalui interaksi.
Oleh karena itu makna dapat berubah dari Kesimpulan
waktu ke waktu, konteks ke konteks serta dari Hasil tahapan yang dilakukan bidan
kelompok sosial ke kelompok lainnya. Dengan melakukan komunikasi terapeutik adalah
demikian sifat objektifitas dari makna adalah bidang dalam berkomunikasi dengan pasien ibu
relatif dan temporer (Abdul Muhith, 2018). hamil melakukan tahapan komunikasi teraputik
Gaya interpersonal memainkan peran yang meliputi: fase pra-interaksi, fase orientasi,
penting dalam membentuk pola komunikasi fase kerja, dan fase terminasi. Metode atau
yang muncul dalam hubungan. Beberapa orang teknik komunikasi terapeutik yang dilakukan
bisa bicara dengan lancar lagi ramah, sangat meliputi mendengarkan dengan penuh
terbiasa menggunakan cara lisan ketika perhatian, menanyakan keadaan pasien,

50
Petanda : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Humaniora
ISSN: 2614-5537 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp.44-51

mengklarifikasi, menawarkan informasi, Dewi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik


meringkas, memberikan penghargaan kepada Konselor Laktasi Terhadap Klien
pasien, memberi kesempatan kepada pasien Relaktasi. Jurnal Kajian Komunikasi,
untuk memulai pembicaraan, dan Vol. 3, No. 2 , 199.
menganjurkan pasien untuk meneruskan Ganiem, L. (2018). Komunikasi Kedokteran.
pembicaraannya. Bidan juga melakukan Depok: Prenadamedia Group.
komunikasi nonverbal dengan setuhan sopan Kriyantono, R. (2008). Teknik Praktis Riset
kepada pasien ketika melakukan pemeriksaan. Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Komunikasi terapeutik yang terjalin dengan Media Group.
mengutamakan efektifitas hubungan Mulyana, D. (2005). Metodologi Penelitian
antarpribadi antara bidan dan pasien-pasiennya. Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda
Hasil dari komunikasi terapeutik yang Karya.
dilakukan adalah pasien merasa tenang karena Prasanti, D. (2017). Komunikasi Terapeutik
mendapatkan informasi mengenai keadaannya. Tenaga Medis Tentang Obat Tradisional
bagi Masyarakat. Media Tor, Vol 10, No.
Daftar Pustaka 1 , 57.
Abdul Muhith, S. S. (2018). Aplikasi Rachmaniar. (2015). Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik Nursing & Orang Tua Dengan Anak Fobia Spesifik.
Health. Yogyakarta: ANDI. Jurnal Kajian Komunikasi Vol 3, No. 2, ,
Brent D Ruben, L. P. (2013). Komunikasi dan 96.
Peilaku Manusia. Depok: PT. Ratnasari, A. (2008). Komunikasi Kesehatan :
RAJAGRAFINDO PERSADA. Penyebaran Informasi Gaya Hidup
Dedi Rumawan Erlandia, I. G. (2014). Evaluasi Sehat. MEDIATOR Vol. 9, No. 1 , 5.
Model Komunikasi Bidan Desa Sebagai Rohim, S. (2016). Tori Komunikasi Perspektif,
Ujung Tombak Upaya Penurunan Angka Ragam dan Aplikasi. Jakarta: RINEKA
Kematian Ibu Bersalin Di Kabupaten CIPTA.
Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Jurnal Sudarma, M. (2008). Sosioligi untuk
Kajian Komunikasi Vol 2, No. 2 , 197. Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Devito, J. A. (1997). Komunikasi Antar Supartini, Y. (2002). Buku Ajar Konsep Dasar
Manusia. Jakarta: Profesional Book. Keperawatan Anak. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

51

You might also like