KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN PENDERITA KUSTA DI RUMAH
KUSTA BAGANSIAPIAPI ROKAN HILIR
Oleh: Vinsensia Krismardiana Ayuningtyas
Email : vinsensiaayuningtyas@gmail.com Pembimbing: Dr. Welly Wirman, S.IP, M.Si
Jurusan Ilmu Komunikasi – Konsentrasi Hubungan Masyarakat
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km.12.5 Simpang Baru Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761-63272
Abstract
Therapeutic Communication as one of the scientific study of communication,
especially health communication, in the process of treatment and recovery patients, in this case involved the nurses with leprosy patient. This study examines the practice of the nurse’s therapeutic communication will influence the patient to get the better mental condition. The aim of this research is to determine the therapeutic’s phases and attitude of therapeutic communication by the nurse’s with leprosy patients at Bagansiapiapi Leprosy Home. The research was conducted at Bagansiapiapi Leprosy Home of Rokan Hilir located in Bintang Ujung Street. This study took place from August to October 2016. The method used in this study is qualitative study. Research subject determined by the method of purposive, and data were collected by means observation, interview, and documentation. Results of this research showed that the correct implementation of therapeutic communication phases play a role in the recovery of leprosy patient, consisting of preparation/pre-interaction phases which the nurse’s prepare before doing nursing, introduction phases to gain the attention and trust patients who conducted approach, phases of work that allows to change the patient's behavior for the better by providing appropriate treatment, an the termination phases when treatment and recovery has been completed. While the attitude of therapeutic communication that conducted nurses with leprosy patients among others, by the attitude of presenting themselves by taking a position sitting opposite, using touch, observe and maintain eye contact, leans toward the patient when speaking, openness, and remain relaxed in response to the patients.
PENDAHULUAN Melalui komunikasi, perawat mengenal
Kesehatan adalah suatu hal yang pasien dan membantu pasien beradaptasi sangat penting bagi setiap manusia, karena dengan kondisinya, serta membantu kesehatan merupakan penunjang segala memecahkan masalah kesehatan. aktifitas yang dilakukan oleh setiap Selama berinteraksi dengan pasien, manusia. Seiring dengan perkembangan penggunaan diri secara efektif, melakukan zaman, dunia kesehatan semakin tahapan komunikasi terapeutik, serta mengutamakan komunikasi dalam proses strategi atau teknik menanggapi respon penyembuhan yang dapat menunjang pasien harus dimiliki oleh perawat. kesembuhan para pasiennya. Perawat harus mampu menguasai Komunikasi dalam profesi perasaannya secara bertahap untuk keperawatan menjadi sangat penting mengetahui dan mengatasi perasaan sedih, karena komunikasi merupakan alat dalam marah, dan frustasi dari para pasiennya. melaksanakan proses keperawatan. Perawat harus mampu menciptakan
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 1
suasana yang memungkinkan bagi pasien tertular. Karena itu, menemukan pasien untuk berkembang tanpa rasa takut dijauhi kusta lebih dini dan mengobatinya masyarakat akibat penyakit yang merupakan kunci memutus mata rantai dideritanya, khususnya pada penderita penularan. penyakit kronis. Penderita penyakit kronis Kecacatan yang terlihat pada tubuh tidak hanya diberikan pengobatan secara penderita kusta seringkali tampak fisik, namun penting juga adanya menyeramkan bagi sebagian besar dukungan terhadap kebutuhan psikologis, masyarakat sehingga menyebabkan sosial dan spiritual yang dilakukan dengan perasaan jijik, bahkan ada yang ketakutan komunikasi melalui pendekatan khusus. secara berlebihan terhadap kusta. Seorang yang menderita penyakit, bukan Meskipun penderita kusta telah hanya sakit fisik saja, namun jiwanya juga menyelesaikan rangkaian pengobatannya, mengalami gangguan emosi, yang dinyatakan sembuh dan tidak menular, disebabkan oleh proses adaptasi dengan status predikat penyandang kusta tetap lingkungan sehari-hari. dilekatkan pada dirinya seumur hidup. Salah satu penyakit yang Penderita kusta akan menghadapi ditimbulkan dari penyakit infeksi kronis dampak psikolofis seperti selalu adalah penyakit kusta. Penyakit kusta mengalami kecemasan dan perasaan takut, apabila dikaji secara mendalam merupakan sehingga membutuhkan pendampingan permasalahan yang sangat kompleks dan serta perawatan dan pengobatan, melalui merupakan permasalahan kemanusiaan komunikasi terapeutik dengan sikap seutuhnya. empati dari seorang perawat dalam “Kusta adalah sebuah penyakit memberikan motivasi kesembuhan bagi infeksi kronis yang disebabkan oleh pasiennya. bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit Menurut sensus tahun 1953 kota ini adalah tipe penyakit granulomatosa Bagansiapiapi yang disebut sebagai kota pada saraf tepi dan mukosa dari saluran nelayan berpenduduk 15.321 jiwa yang pernafasan atas; dan lesi pada kulit adalah terdiri dari 3.266 orang pribumi, 11.998 tanda yang bisa diamati dari luar. Bila orang Tionghoa, 28 orang Eropa dan 29 tidak ditangani, kusta dapat sangat orang Asia lainnya, dan hampir 85% progresif, menyebabkan kerusakan pada penduduk menderita penyakit kusta yang kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan diakibatkan kurangnya kepedulian mata.” (www.depkes.go.id, diakses pada masyarakat terhadap kesehatan saat itu. tanggal 24 februari 2016, 15:21 wib) Para ahli medis yang masih sangat Kusta pada umumnya terdapat di minim dan faktor psikologis penderita negara-negara yang sedang berkembang kusta yang malu untuk melakukan sebagai akibat keterbatasan kemampuan pengobatan, serta penduduk yang tidak negara tersebut dalam memberikan terserang penyakit kusta merasa harus pelayanan yang memadai dalam bidang menjauhi orang yang menderita kusta, kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan karena penyakit itu dianggap sangat sosial ekonomi pada masyarakat. menjijikan. Penderita kusta adalah orang Penularan kusta dapat disebabkan yang dikucilkan di kota tersebut, siapa pun faktor orang, tempat dan waktu, serta menutup diri terhadap penderita kusta. kontak yang intens, sehingga sering Seorang pastor dari daratan cina dijumpai pada orang serumah; dan orang yang dikirim ke Kota Bagansiapiapi bisa tertular kalau dia mempunyai merasa prihatin melihat situasi orang- kekebalan tubuh yang lemah. orang kusta, sehingga beliau berinisiatif Kemungkinan penularan melalui untuk mendirikan Rumah Kusta atas pernafasan. Tetapi tidak semua orang yang persetujuan Keuskupan Padang pada kontak dengan pasien kusta otomatis Tahun 1956, dan sejak saat itu dimulainya
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 2
karya sosial yaitu “Pertolongan Kepada kondisi pasien, seperti memberikan obat- Orang Kusta”. Rumah Kusta ini terletak di obatan, melakukan terapi fisik dan jiwa, Jalan Bintang Ujung Bagansiapiapi Rokan serta motivasi yang penting dalam proses Hilir Provinsi Riau. kesembuhan pasien. Berdasarkan hasil riset WHO tahun Pasien yang menderita penyakit 2010, Indonesia tercatat menduduki kusta membutuhkan waktu yang lama peringkat ketiga penderita penyakit kusta untuk pemulihan. Dalam kasus ini terbanyak sebesar 21.026 kasus yang telah komunikasi terapeutik sangat diperlukan terdaftar (Nugroho, YA 2013). Sementara untuk merubah pasien menjadi seseorang di Provinsi Riau, penderita penyakit kusta yang lebih terbuka dan mampu mencapai 167 orang yang tersebar di 11 bersosialisasi dengan lingkungan tanpa ada Kabupaten/kota di Riau, salah satunya di rasa rendah diri, merasa ditolak, dan tidak Bagansiapiapi. Angka tersebut dinilai diterima. masih di bawah target nasional (jumlah Perawat memberikan motivasi kasus kurang dari 1/10.000 penduduk), sesuai dengan karakter pasien dalam artinya jumlah kusta yang ditemukan di proses pemulihan kesehatannya, mulai dari Provinsi Riau, yakni 0,22/10.000 mengenal watak dan karakter pasien pada penduduk. Dari angka tersebut, diketahui tahap awal serta cara berkomunikasi bahwa penyakit kusta mengalami kepada pasien agar menimbulkan penurunan. (www.antammedika.co.id) kepercayaan pasien kepada perawat, Komunikasi yang digunakan dalam sehingga pasien lebih terbuka kepada proses pemulihan dalam dunia kesehatan perawat. Dengan adanya kepercayaan terutama dalam hal keperawatan jiwa tersebut, memudahkan perawat untuk dikenal dengan sebutan Komunikasi dapat bekerjasama baik dengan pasien. Terapeutik. Komunikasi terapeutik Berdasarkan fenomena yang telah memegang peranan penting dalam diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk menyelesaikan masalah yang mengarah melakukan penelitian dengan judul pada tujuan yaitu penyembuhan pasien. “Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Terapeutik dapat diartikan segala sesuatu Penderita Kusta di Rumah Kusta yang memfasilitasi proses penyembuhan. Bagansiapiapi Rokan Hilir”. Sehingga komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, dan dilakukan untuk membantu TINJAUAN PUSTAKA penyembuhan/pemulihan pasien (Damaiyanti, 2010:11). Dengan adanya Komunikasi Terapeutik komunikasi terapeutik diharapkan dapat Komunikasi terapeutik adalah membantu memperbaiki masalah yang komunikasi yang direncanakan secara dialami pasien secara berangsur-angsur. sadar, bertujuan dan kegiatannya Perawat memberikan motivasi dipusatkan untuk kesembuhan pasien sesuai dengan karakter pasien untuk (Musliha & Siti Fatmawati, 2010 : 111). merubah perilaku kesehatannya melalui Dalam komunikasi terapeutik ada komunikasi terapeutik. Penerapan yang tujuan spesifik, batas waktu, berfokus pada dilakukan oleh perawat mulai dari pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien, mengenal watak dan karakter pasien yang ditetapkan bersama, timbal balik, pada akhirnya membuat timbulnya berorientasi pada masa sekarang, dan kepercayaan pasien kepada perawat dan saling berbagi perasaan (Purwaningsih dan pasien menjadi lebih terbuka kepada Karlina, 2009:41). perawat. Komunikasi terapeutik bukan Perawat bisa bekerjasama dengan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, baik terhadap pasien untuk pemulihan tetapi harus direncanakan, disengaja, dan
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 3
merupakan tindakan yang professional. b. Mengidentifikasi, mengungkapkan Akan tetapi jangan sampai karena terlalu perasaan, dan mengkaji masalah dan asik bekerja, kemudian melupakan pasien mengevaluasi tindakan yang sebagai manusia dengan beragam latar dilakukan oleh perawat. belakang dan masalahnya (Musliha & Siti Kerjasama yang terjalin antara Fatmawati, 2010 : 112). perawat dan pasien merupakan hal penting Hubungan tindakan terapeutik dalam pelaksanaan terapeutik sehingga dapat didefinisikan melalui tindakan yang manfaat dari komunikasi terapeutik dapat diambil oleh perawat dan pasien yang dirasakan. Jika kondisi tersebut sudah dimulai dengan perawat, respon pasien, tercapai, maka perawat dapat menentukan interaksi kedua pihak untuk mengkaji tindakan selanjutnya dalam proses kebutuhan pasien dan tujuannya, serta pemulihan pasien. transaksi timbal balik untuk mencapai tujuan. Tahapan Komunikasi Terapeutik Menurut Purwanto tujuan Dalam melaksanakan komunikasi komunikasi terapeutik adalah sebagai terapeutik ada beberapa tahap yang akan berikut: dilalui. Dan disetiap tahap tersebut, a. Membantu pasien untuk terdapat tugas-tugas yang harus memperjelas juga mengurangi beban diselesaikan oleh tenaga kesehatan, agar perasaan dan pikiran serta dapat tujuan komunikasi terapeutik dapat mengambil tindakan untuk mengubah tercapai. Adapun tahap-tahap tersebut situasi yang ada bila pasien percaya adalah: pada hal yang diperlukan; a. Tahap Persiapan (Prainteraksi) b. Mengurangi keraguan, membantu Tahap ini merupakan masa tenaga dalam hal mengambil tindakan yang kesehatan untuk melakukan persiapan efektif dan mempertahankan kekuatan sebelum berinteraksi langsung dengan egonya. pasiennya. Seorang perawat haruslah dapat c. Mempengaruhi orang lain, mempersiapkan dirinya dengan baik, jika lingkungan fisik dan dirinya sedang mempunyai masalah, baiknya sendiri (Damaiyanti, 2010 : 11). perawat melupakan terlebih dahulu masalah tersebut karena dapat Komunikasi yang terjalin antara mempengaruhi emosinya pada saat perawat dan pasien pada mulanya akan menghadapi pasien. Adapun tugas tenaga membahas hal-hal yang umum saja dan kesehatan pada fase ini adalah: tidak langsung membicarakan hal khusus, 1. Mengeksplorasi perasaan, harapan karena perawat harus mampu menciptakan dan kecemasannya kepercayaan dan saling pengertian pasien 2. Menganalisa kekuatan dan terlebih dahulu. Selanjutnya perawat harus kelemahan diri, dengan analisa diri ia mampu menjaga hubungan yang akrab akan terlatih untuk memaksimalkan dengan pasien sehingga menimbulkan rasa dirinya agar bernilai terapeutik bagi aman dan percaya pada pasien. Dengan klien, jika merasa tidak siap maka demikian proses komunikasi dapat berjalan perlu belajar kembali dengan baik dan efektif. 3. Mengumpulkan data tentang klien, Menurut Christina (dalam sebagai dasar dalam membuat rencana Damaiyanti, 2008:12) manfaat komunikasi interaksi terapeutik adalah : 4. Membuat rencana pertemuan a. Mendorong dan mengajarkan kerja secara tertulis, yang akan sama antara perawat dengan pasien diimplementasikan saat bertemu melalui hubungan perawat – klien. dengan klien.” (Musliha & Siti Fatmawati, 2010 : 116).
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 4
1. Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan; 2. Terminasi akhir, terjadi bila b. Tahap Perkenalan / Orientasi pengobatan sudah benar-benar Pada masa inilah kesempatan bagi sembuh dan tidak diperlu lagi tenaga kesehatan untuk menjalin hubungan melakukan perawatan rutin. (Musliha yang baik dengan pasiennya, karena pada & Siti Fatmawati, 2010 : 117). fase inilah ia akan membentuk citranya melalui pertemuan pertama dengan pasiennya. Baiknya pada fase ini, tenaga Sikap Komunikasi Terapeutik kesehatan memberikan sikap yang ramah Menurut Egan terdapat lima sikap dan menunjukkan sikap empatinya dalam ataupun cara yang dapat dilakukan oleh menerima kedatangan pasien. Adapun perawat yang dapat memfasilitasi tugas-tugas tenaga kesehatan pada tahap komunikasi yang terapeutik, yaitu: ini adalah : a. Berhadapan, arti dari posisi ini 1. Membina hubungan saling percaya, adalah menunjukkan bahwa perawat menunjukkan sikap penerimaan dan tersebut sudah siap dalam melayani komunikasi terbuka. Misalnya seperti pasiennya. bersikap jujur, iklas, ramah, menepati b. Mempertahankan kontak mata. janji dan menghargai pasiennya. Dengan mempertahankan kontak 2. Merumuskan kontrak bersama mata dengan pasien, dapat pasien, seperti waktu pertemuan membuktikan bahwa perawat berikutnya. tersebut menghargai pasiennya dan 3. Menggali perasaan dan pikiran serta menyatakan keinginan untuk tetap mengidentifikasi masalah pasien. berkomunikasi. 4. Merumuskan tujuan dengan klien, c. Membungkuk ke arah pasien seperti proses yang akan dilalui dalam posisi ini menunjukkan bahwa pengobatan pasien.” (Musliha & Siti perawat sedang ingin Fatmawati, 2010 : 116). memberitahukan sesuatu ataupun mendengar sesuatu dengan seksama. c. Tahap Kerja d. Mempertahankan sikap terbuka, Tahap ini merupakan tahap yang dengan tidak melipat tangan atau paling penting, dimana dalam menjalani kaki berarti perawat menunjukkan proses pengobatan pasien, seorang tenaga keterbukaan untuk berkomunikasi. kesehatan juga harus tetap menerapkan e. Tetap rileks, perawat harus komunikasi terapeutik. Teknik komunikasi tetap dapat menyeimbangkan antara terapeutik yang biasa digunakan oleh ketegangan dan relaksasi dalam tenaga kesehatan adalah mendengarkan memberi respon kepada pasiennya dengan aktif, refleksi, memberikan (Musliha, 2010 : 121). persepsi yang positif, dan kemudian membantu meyakinkan pasien bahwa Berikut ini Machfoedz (2009:108-113) pengobatan tersebut dapat membantu menjelaskan tentang sikap dan penampilan penyembuhan pasien. yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kerja. d. Tahap Terminasi 1. Kehadiran secara fisik, tenaga Terminasi merupakan tahap akhir kesehatan perlu memperhatikan perilaku dalam komunikasi terapaeutik dan akhir nonverbal sebagai berikut: dari pertemuan antara perawat dan a. Gerakan mata. Dengan pasiennya. Terbagi menjadi dua, yaitu: menggunakan gerakan mata, tenaga
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 5
kesehatan dapat menunjukkan perhatian kepada pasien. b. Ekspresi wajah. Sikap tidak percaya dapat diketahui melalui HASIL PENELITIAN DAN ekspresi wajah yang berubah secara PEMBAHASAN reflek, tanpa disadari. Tenaga Tahapan Komunikasi Terapeutik kesehatan perlu secara sadar Perawat dengan Penderita Kusta di menjaga ekspresi wajahnya pada Rumah Kusta Bagansiapiapi Rokan waktu memberikan pertolongan Hilir kepada pasien. Tahapan Pra Interaksi c. Sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam Kusta merupakan jenis penyakit hubungan antara tenaga kesehatan yang berbeda dengan penyakit lain yang dan pasien. Meskipun demikian, lazim kita kenal sehari-hari dikarenakan tetap harus memperhatikan norma penyakit ini terlihat menjijikkan dan sosial. menakutkan bagi sebagian masyarakat akibat adanya kerusakan pada kulit, saraf- 2. Kehadiran secara psikologis, dapat saraf, anggota gerak, dan mata penderita diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yang menimbulkan kecacatan. Penderita yaitu: kusta akan mengalami kecemasan dan a. Dimensi respon, yaitu sikap perasaan takut yang berpengaruh pada terapis secara psikologis dalam psikologis pasien, sehingga proses berkomunikasi dengan pasien. penyembuhannya pun akan berbeda. Pada Dimensi ini berupa respon terapis proses penyembuhan penyakit kusta, selain yang tulus, menghargai, empatik, melalui obat-obatan khusus, juga dan konkrit. Dimensi respon melibatkan suatu proses penyembuhan merupakan sikap yang perlu yang berhubungan dengan kegiatan diperhatikan pada awal komunikasi komunikasi. dengan pasien untuk membina Terapi merupakan salah satu hubungan saling percaya dan prosedural yang harus dilakukan oleh terbuka. Respon ini harus penderita kusta, karena terapi merupakan dipertahankan sampai akhir latihan menggerakkan bagian-bagian tubuh komunikasi. yang mengalami kerusakan sistem saraf b. Dimensi tindakan, yang dilakukan dari penderita kusta. dalam konteks perhatian dan Dari hasil wawancara peneliti kehangatan suasana komunikasi. menunjukkan bahwa komunikasi yang Dimensi tindakan meliputi unsur dilakukan oleh tenaga medis merupakan konfrontasi, kesegaran keterbukaan, bagian yang menentukan dalam proses emotional chatarsis, dan bermain penyembuhan pasien penderita kusta. peran. Pada dasarnya bagi penderita penyakit kusta yang dibutuhkan dalam Kehadiran secara fisik meliputi sikap-sikap penyembuhannya adalah dengan nonverbal yang harus diperhatikan oleh pendekatan secara khusus. Pada saat tenaga kesehatan. Kehadiran fisik penelitian di Rumah Kusta Bagansiapi merupakan simbol awal dari pasien untuk Rokan Hilir, peneliti melihat bahwa mau menerima kehadiran terapis atau kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tidak. Sedangkan kehadiran secara sehari-harinya kepada pasien adalah psikologis mengarah pada perasaan tenaga kegiatan pendekatan yang bersifat kesehatan yang serius, tulus, dan benar- mengajak pasien untuk bisa lebih terbuka, benar peduli atau tidaknya pada pasiennya. sehingga tercipta kepercayaan diantara
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 6
perawat dan pasien. Perawat dapat informasi mengenai pasien baik berupa menyisipkan pesan-pesan atau suatu nama, umur, jenis kelamin, keluhan informasi kepada pasien untuk dapat penyakit dan sebagainya. Kemudian membuat pasien lebih percaya diri lagi. perawat merancang strategi untuk Konsultasi yang dilakukan oleh pertemuan pertama dengan pasien. Tahap pasien dan perawat merupakan komunikasi ini harus dilakukan oleh perawat untuk yang sangat penting, karena perawat akan memahami dirinya, mengatasi selalu menanyakan keluhan apa yang kecemasannya, dan meyakinkan dirinya dirasakan pasien dan bahkan pasien pun bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan akan bertanya tentang semua hal yang pasien. dirasakannya. Dari wawancara yang penulis Usaha pendekatan dalam lakukan dapat dilihat bahwa tahap mendapatkan kepercayaan dari pasien persiapan perawat sebelum melakukan merupakan hal penting yang harus asuhan keperawatan kepada pasien, adalah dilakukan oleh perawat dalam proses mengenai kondisi pasien yang ada, terapeutik. Melalui komunikasi ini, perkembangan proses pemulihan pasien, diharapkan perawat mampu memperkecil dan kesiapan perawat dalam menangani kecemasan dan ketakutan yang dialami pasien. pasien dalam menghadapi penyakitnya. Tahap pra interaksi dilakukan Terlebih pasien yang menderita penyakit sebelum berinteraksi dengan pasien. yang menakutkan, yang dapat melemahkan Perawat menggali perasaan dan semangat mereka untuk hidup. mengidentifikasi kelebihan dan Persoalan mendasar dari kekurangannya, sehingga tidak bisa komunikasi terapeutik adalah adanya diabaikan begitu saja. Sebelum perawat saling membutuhkan antara perawat dan melakukan sesi konsultasi dan terapi pasien, sehingga dapat dikategorikan ke medis, mereka juga melihat latar belakang dalam komunikasi antar pribadi di antara pasien, sebagai acuan untuk melakukan perawat dan pasien, perawat membantu sesi konsultasi dan terapi sehingga pasien dan pasien menerima bantuan, memudahkan perawat mengambil langkah berlangsung secara verbal dan non verbal selanjutnya, sehingga dapat memudahkan (Indrawati, 2003:48). Untuk mendapatkan dokter berkomunikasi dengan pasien dan informasi yang menyeluruh tentang mendapatkan sesi komunikasi yang efektif keadaan pasien , maka dibutuhkn dan efesien. keterbukaan dalam berkomunikasi. Tahap pra-interaksi merupakan Komunikasi terapeutik, khusus salah satu tahap yang penting dalam dilaksanakan oleh penyelenggara jasa melaksanakan komunikasi terapeutik, kesehatan yang dalam hal ini adalah sehingga tidak bisa diabaikan begitu saja. perawat dan tenaga kesehatan. Komunikasi Untuk perawat yang telah berpengalaman terapeutik bukan pekerjaan yang bisa biasanya persiapan awal ini sudah bukan dikesampingkan, namun harus menjadi pemasalahan lagi. Tahap direncanakan, disengaja, dan merupakan persiapan ini dilakukan oleh perawat di tindakan profesional. Akan tetapi, jangan Rumah Kusta Bagansiapiapi Rokan Hilir sampai karena terlalu asik bekerja, secara baik, bahkan terkoordinasi. kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang Tahapan Orientasi dan masalahnya. (Arwani, 2003:50). Seorang perawat harus dapat Tahap perkenalan adalah kegiatan mempersiapkan dirinya dengan baik pertama yang dilakukan oleh perawat saat sebelum bertemu pasien. Selain itu, pertama kali bertemu dengan pasien. perawat harus mengetahui beberapa Tujuan dalam tahap ini adalah
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 7
memvalidasi keakuratan data dan rencana pertemuan, sehingga dapat terbangun yang telah dibuat sesuai dengan keadaan kepercayan dalam suatu komunikasi. pasien, serta mengevaluasi hasil tindakan Penderita kusta tidak akan mendapat yang telah lalu. Hal-hal yang dilakukan pengobatan yang baik jika perawat tidak adalah menyapa pasien dengan memberi mengetahui informasi menyeluruh salam, memperkenalkan diri perawat, mengenai penyakit yang di derita. Maka menanyakan nama pasien, memulai perawat perlu membangun komunikasi percakapan awal, menggali perasaaan dan yang nyaman bagi pasien. pikiran pasien, serta menyepakati Pengobatan pada penderita kusta pertemuan berikutnya. dilakukan secara berulang-ulang dan Persiapan yang telah dilakukan bukan hanya terapi saja yang dilakukan perawat pada tahap pra-interaksi tetapi lebih mengutamakan komunikasi. diaplikasikan pada tahap ini. Tahapan ini Terapi dimulai dengan terapi fisik bagi menjadi sangat penting bagi perawat para penderita kusta yang mengalami karena merupakan dasar bagi hubungan kelumpuhan pada berbagai bagian anggota terapeutik antara perawat dan pasien. tubuh seperti tidak berfungsinya bagian Tugas utama perawat pada tahapan ini kaki dan tangan atau pusat gerak lainnya. adalah memberikan situasi lingkungan Terapi ini sebenarnya harus dilakukan yang peka dan menunjukkan penerimaan, terus menerus untuk melancarkan serta membantu klien dalam pergerakan pasien. mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tahap perkenalan terbagi menjadi Pada tahap perkenalan, perawat dua bagian yang harus dilakukan oleh harus mampu membuat pasien nyaman perawat dalam melakukan pengobatan berkonsultasi, sehingga informasi pasien kepada pasien, yaitu: yang berkaitan dengan penyakitnya, baik a. Perkenalan itu keluhan, perasaan dan hal-hal lain bisa Perawat memperkenalkan dirinya diungkapkan pasien kepada dengan kepada pasien, bertanya hal-hal membina hubungan saling percaya mendasar dalam perkenalan. Hal dengan menunjukan penerimaan dan utama yang dilakukan oleh perawat komunikasi terbuka terhadap pasien. pada tahap ini adalah upaya Ada hubungan yang begitu mendapatkan kepercayaan dari pasien. menarik dari komunikasi terapeutik. Pada pertemuan selanjutnya perawat Dengan tahap perkenalan yang ramah dan tetap meyampaikan salam terlebih tahap dimana perawat dapat membangun dahulu yang bertujuan untuk rasa nyaman, maka hal tersebut dapat perkenalan lebih dekat. Perkenalan membantu proses komunikasi terapeutik seperti ini dilakukan berulang kali yang dilakukan perawat terhadap pasien oleh perawat hingga mendapat respon penderita kustanya. baik dari pasien tersebut. Untuk pasien penderita kusta, b. Orientasi perawat lebih gigih melakukan perkenalan Tahap ini dilakukan pada awal melalui sapaan dan pertanyaan ringan, pertemuan kedua dan seterusnya. yang membuat pasien semakin membuka Tujuannya adalah untuk melengkapi diri, serta suasana yang tercipta antara data yang kurang pada saat pertemuan perawat dan pasien lebih santai dan tidak sebelumnya serta mengevaluasi kaku. Karena tugas seorang perawat adalah tindakan sebelumnya. Hal ini tentu bagaimana membuat pasien tersebut dilakukan jika perawat sudah merasa merasa nyaman ketika melakukan sesi mendapatkan perhatian dan terapi. kepercayaan yang cukup baik dari Perawat dengan sabar memberi pasien motivasi kepada pasien dari awal
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 8
Tahap perkenalan merupakan tahap dirasakan pasien penderita kusta, serta yang menentukan kelanjutan komunikasi bagaimana cara mengatasi hal tersebut terapeutik selanjutnya. Jika tahap ini tidak hingga pasien bisa lebih percaya diri lagi, berjalan dengan baik, maka proses dimana upaya ini dilakukan secara selanjutnya tidak akan bisa dilaksanakan . bertahap. Jadi wajar dari yang telah disampaikan Perawat selalu mendengarkan dan perawat bahwa pada tahap ini memerlukan tersenyum saat memberikan saya waktu yang lebih lama dan dituntut kesempatan berbicara langsung tanpa di kesabaran dan kegigihan dari perawat. tanya dulu. Saya sudah kehilangan kaki saya, tentu hal itu membuat saya tidak Tahapan Kerja percaya diri. Tapi perawat disini terus Tahap kerja merupakan bagian inti melakukan terapi dan yang paling penting dari keseluruhan proses komunikasi motivasi-motivasi untuk saya. Tidak terapeutik. Tahap kerja merupakan tahap langsung, tapi bertahap. Awalnya susah yang terpanjang dalam komunikasi bagi saya, namun lama-kelamaan sekarang terapeutik. Pada tahap ini perawat dan saya sudah dapat bergaul dengan orang pasien bekerja bersama-sama untuk lain. mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Pada tahap ini pasien diberi Dalam tahap ini pula dituntut kemampuan kesempatan untuk menceritakan semua perawat dalam mendorong pasien keluhan yang dirasakannya. Dengan mengungkap perasaan dan pikirannya. demikian perawat memberikan pasien Perawat mendengarkan secara aktif dan kesempatan untuk memberikan informasi dengan penuh perhatian sehingga mampu yang dibutuhkan dalam menganalisis membantu pasien untuk mendefinisikan penyakit pasien tersebut. masalah yang sedang dihadapi oleh pasien, Berdasarkan hasil observasi mencari penyelesaian masalah dan peneliti, perawat yang menangani pasien mengevaluasinya. penderita kusta di Rumah Kusta Pada tahapan ini perawat akan Bagansiapiapi Rokan Hilir mempunyai bertanya secara mendalam mengenai strategi pengobatan yang terbagi menjadi penyakit yang di derita oleh pasien. Pada beberapa tahap, yaitu: saat pasien memberitahu keluhan-keluhan yang ia derita maka perawat dapat a.Strategi Pengobatan 1 melakukan metode komunikasi terapeutik Hal pertama yang dilakukan oleh seorang yang sesuai agar komunikasi bisa berjalan perawat adalah niat ikhlas dan penuh dengan baik. Perawat diharapkan mampu kesabaran pada awal proses. Keterbukaan meyimpulkan percakapannya dengan dan sikap hangat yang ditunjukkan oleh pasien. Teknik menyimpulkan ini perawat menjadi kunci untuk terciptanya merupakan usaha untuk memadukan dan rasa saling percaya antara perawat dan menegaskan hal-hal penting dalam pasien penderita kusta. Terutama perasaan percakapan, dan membantu perawat dan pasien penderita kusta yang ketakutan pasien memiliki pikiran dan ide yang sama akibat penyakitnya. (Murray B & Judith, dalam Suryani, 2005) Setelah perawat mendapatkan Tahap kerja dapat dikatakan perhatian dan tumbuh rasa saling percaya sebagai tahap utama dalam usaha antara keduanya, perawat mulai pemulihan pasien penderita kusta melalui mengarahkan komunikasi ke arah pribadi komunikasi terapeutik. Kepercayaan yang pasien dengan sabar dan tidak tergesa-gesa sudah terbentuk baik diantara perawat seolah pasien tersebut berbicara dengan dengan pasien bisa dimanfaatkan oleh sahabatnya sendiri. Perawat membantu perawat untuk menggali lebih dalam lagi mengenalkan pasien keuntungan ketakutan atau kekhawatiran yang berinteraksi dengan orang lain dengan
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 9
memberikan sugesti jika pasien pasien penderita kusta berkumpul, dan bersosialisasi dengan menunjukkkan hal- melakukan terapi dengan interaksi yang hal positif, kare pasien penderita kusta ditingkatkan pada sesama mereka, dan lebih sering menutup diri dari orang lain. tentunya dengan penuh kesabaran. Begitu juga dengan membantu mengenalkan pasien kerugian tidak Pasien akan diajak untuk berinteraksi dengan orang lain. berkomunikasi interpersonal terlebih Proses terakhir dari tahap ini dahulu dengan perawat. Dengan adanya adalah mengajarkan pasien berkenalan. kepercayaan dari pasien, perawat akan Jika pasien sudah mulai terbuka, perawat mengajarkan kepada pasien untuk bisa mulai mengenalkannya dengan orang lain. lebih terbuka tahap demi tahap, mau Untuk perkenalan awal, perawat akan bercerita tentang masalah dan keluhannya. mengenalkan dengan perawat lainnya Kemudian perawat mulai menunjukkan terlebih dahulu yang pada dasarnya kepada pasien hal-hal positif jika mengerti tentang proses komunikasi berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa terapeutik yang dijalankan. takut dijauhi akibat penyakitnya, perawat bisa menunjukkan beberapa kegiatan yang b.Strategi Pengobatan 2 bisa dilakukan bersama. Yang penting Pada strategi pengobatan yang pasien tidak merasa adanya paksaan dari kedua ini, perawat mulai menunjukkan perawat. kepada pasien bagaimana cara Perawat terus membiasakan diri berinteraksi. Hal ini tidak dilakukan melakukan hal ini, sehingga pasien langsung, namun diberikan gambaran awal terbiasa berada dalam suatu komunitas. terlebih dahulu dengan membawa pasien Perawat juga akan mengenalkan pasien bertemu sesama pasien, berkumpul dengan orang lain. Respon yang baik bersama pasien penderita kusta lainnya. adalah jika pasien mau memperkenalkan Upaya memulihkan kepercayaan dirinya. diri pasien penderita kusta tentu diawali Keberhasilan tahap kerja tercipta dengan pengobatan terlebih dahulu bagi karena tindakan perawat yang berulang pasien yang mengalami luka pada bagian dan bertahap dalam melakukan tubuhnya, selanjutnya perawat pengobatan. Jika ada pasien yang menunjukkan bagaimana cara berinteraksi menolak, maka tugas perawat adalah tanpa rasa takut dan ragu terutama tanpa memulai lagi pengobatan dari awal, ada rasa jijik terhadap penyakit kusta sampai terjadinya penerimaan diri. sehingga pasien juga percaya dan terbiasa. Perawat akan mencoba melepas Tahapan Terminasi pasien setelah mereka mulai percaya diri Tahap ini merupakan akhir dari dan terbiasa untuk berinteraksi, seperti pertemuan perawat dengan pasien. Tahap dengan perawat lain, sesama pasien, terminasi dibagi dua yaitu terminasi maupun warga yang datang berkunjung. sementara dan terminasi akhir. Terminasi Perawat akan berusaha bagaimana pasien sementara adalah saat akhir dari tersebut mau berbicara dengan membawa pengobatan terhadap penderita kusta, pemicaraan pada hal-hal yang disukai masih dilakukan pertemuan kembali pada pasien. waktu yang berbeda sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan c.Strategi Pengobatan 3 terminasi akhir adalah ketika pasien tidak Strategi terakhir adalah perawat kembali bertemu dengan perawat. terus melatih gerak pasien, dan melatih Kalau pengobatan berhasil, pasien berinteraksi terus-menerus secara berjalan baik, dan pasien sudah bisa di bertahap. Perawat akan mengajak sesama diagnosa pulih oleh dokter, maka pasien
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 10
sudah diperbolehkan pulang. Ada pasien perencanaan dan waktu. Kesabaran dan yang dijemput keluarganya, namun ada ketekunan dalam menjalankannya adalah juga pasien yang memilih tetap tinggal di kunci dalam menghadapi pasien penderita Rumah Kusta untuk membantu pasien lain, kusta. atau masih ingin mengikuti kegiatan terapi. Kalau pasien yang sudah pulang, berarti Sikap Komunikasi Terapeutik Perawat sudah terminasi akhir. dengan Penderita Kusta di Rumah Hasil observasi yang telah peneliti Kusta Bagansiapiapi Rokan Hilir lakukan mengenai tahap akhir / terminasi yang menunjukkan ada dua jenis terminasi Pemulihan pasien penderita kusta yang dilakukan oleh perawat untuk dua merupakan suatu upaya yang jenis keadaan, yaitu: membutuhkan proses. Dalam usaha mencapai kondisi pulih tersebut ada sikap a. Terminasi Sementara ataupun cara yang dapat dilakukan oleh Terminasi ini terjadi pada setiap akhir perawat demi memperlancar proses pertemuan antara perawat dengan pasien. komunikasi terapeutik dalam mencapai Perawat akan bertemu lagi dengan pasien kondisi pulih bagi pasien. pada waktu yang telah ditentukan, Oservasi dan wawancara yang misalnya pada beberapa jam atau pada hari peneliti lakukan selama penelitian melihat berikutnya. Komunikasi pada tahap ini beberapa sikap komunikasi terapeutik berupa evaluasi hasil, tindak lanjut, dan yang dilakukan perawat dalam proses kontrak yang akan datang. Setiap akhir pemulihan pasien penderita kusta. pertemuan, perawat akan membuat Sikap menghadirkan diri sangat perjanjian baru dengan pasien untuk penting bagi perawat pada saat pertemuan berikutnya sesuai dengan berinteraksi dengan pasien. Sikap kesepakatan, tanpa unsur memaksa. menghadirkan diri ini dapat dilakukan salah satunya dengan mengambil posisi b. Terminasi Akhir duduk berhadapan dengan pasien, arti Terminasi yang terjadi jika pasien duduk berhadapan adalah "saya siap untuk didiagnosa dokter sudah tidak lagi berada anda". Selain itu dengan menggunakan pada tingkat penyakit kusta berbahaya dan sentuhan dapat membangun rasa percaya terkendali metabolisme tubuhnya sehingga antara perawat dengan pasien. Dengan dapat dikembalikan kepada keluarga. bertanya bagaimana keadaan pasien pada Komunikasi yang terjalin pada tahap ini saat melakukan pengobatan dapat lebih mengarah pada keramahtamahan menunjukan rasa perhatian perawat pada serta nasehat-nasehat untuk pasien pasien sehingga diharapakan pasien mulai sebelum berbaur kembali dengan membuka dirinya terhadap perawat. masyarakat, seperti yang dijelaskan oleh salah seorang perawat berikut ini: Selain duduk berhadapan perawat Komunikasi terapeutik akan berjalan baik juga harus memperhatikan kontak mata. dan memperoleh hasil yang maksimal jika Kontak mata menunjukan bahwa perawat tiap-tiap tahapan dapat dijalankan dengan mendengar dan memperhatikan pasien. baik. Perawat yang bekerja dalam proses Kontak mata juga harus dipertahankan pengobatan pasien penderita kusta harus terhadap pasien. Dengan mempertahankan benar-benar mendalami tahapan terapeutik kontak mata dengan pasien, dapat yang ada, mulai dari tahap persiapan yang membuktikan bahwa perawat tersebut mencakup personal perawat, hingga tahap menghargai pasiennya dan menyatakan terminasi. Tahap-tahap ini tidak bisa keinginannya untuk tetap berkomunikasi. dijalankan dengan tergesa-gesa, perlu
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 11
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Lidia di bagaimana sikap komunikasi terapeutik bawah ini: yang dilakukan oleh perawat. “Ketika mata kami saling Istilah kusta itu sendiri berasal dari bertatapan, saya merasa bahwa perawat bahasa sansekerta, yakni kushtha yang benar-benar ingin merawat saya. Tatapan berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara nya yang lembut dan ikhlas membuat saya umum. Penyakit kusta disebut juga percaya kalau masih ada yang menghargai Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang saya dengan kondisi penyakit seperti ini.” menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard (Wawancara dengan Ibu Lidia, 20 Armauwer Hansen pada tahun 1874, September 2016) sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen (zulkifli, 2003). Membungkuk ke arah pasien juga Penyakit kusta adalah penyakit merupakan sikap yang dilakukan perawat kronik yang disebabkan oleh dengan penderita kusta. Ketika melakukan Mycobacterium lepra yang pertama kali pengobatan dan terapi, khususnya jika menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat perawat ingin memberitahukan sesuatu menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran ataupun mendengarkan sesuatu dengan nafas bagian atas, sistem retikuloendotelia, seksama dari pasien. mata, otot, tulang dan testis (Amirudin Proses komunikasi terapeutik juga dalam Harahap, 2000). dipengaruhi oleh sikap terbuka dari Pengobatan penderita kusta seorang perawat. Semaksimal mungkin ditujukan untuk mematikan kuman kusta, membuat pasien nyaman dan tidak sehingga tidak berdaya merusak jaringan menganggap pasien dalam proses tubuh, dan tanda-tanda penyakit menjadi pengobatan, misalnya dengan tidak kurang aktif dan akhirnya hilang. Dengan melipat tangan atau kaki yang hancurnya kuman, maka sumber penularan menunjukkan keterbukaan perawat untuk dari penderita terutama tipe multi basiler berkomunikasi. (MB) keorang lain terputus (Hiswani , Pasien yang sulit disembuhkan 2001) . Penderita kusta akan mengalami adalah pasien yang pendiam, menarik diri penurunan fungsi tubuhnya. Depresi, dari lingkungan sehingga sulit digali oleh perubahan mental, penurunan kemampuan perawat apa yang dialami oleh pasien. komunikasi dan kelumpuhan adalah Pasien dengan tipe menarik diri lebih sulit keluhan yang dialami. diajak bicara karena sangat pemalu dan Pengobatan pada penderita kusta tidak mudah percaya sama orang. Pasien dilakukan dengan harapan pasien belajar yang seperti ini mendapatkan perhatin merawat dirinya sendiri, berpikir dan khusus dari para perawat karena memakan bergerak. Supaya proses pengobatan ini waktu yang cukup lama hingga akhirnya berjalan baik dengan hasil optimal, dia mau berbaur dengan lingkunganya. bimbingan tenaga kesehatan sangat Sikap perawat untuk tetap rileks dibutuhkan. sangat diperlukan agar dapat Pengobatan terapi memiliki menyeimbangkan antara ketegangan dan berbagai tujuan menurut badan kesehatan relaksasi dalam memberi respon kepada dunia WHO, antara lain: pasiennya. a. Upaya dalam perbaikan fungsi kognitif, wicara, motorik dan fungsi PEMBAHASAN penting lainnya. Komunikasi terapeutik yang b. Beradaptasi dengan lingkungan dimaksud adalah untuk mengetahui sosial dan membentuk mental dalam bagaimana tahapan komunikasi terapeutik pemulihan aktivitas sosial dan hubungan yang dilakukan oleh perawat, dan interpesonal.
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 12
c. Bisa melakukan berbagai aktivitas harian. KESIMPULAN Komunikasi terapeutik yang Wilbur Schramm menguraikan bertujuan untuk kesembuhan pasien, komunikasi sebagai suatu proses berbagi memiliki manfaat besar dalam proses (sharing process), apabila kita pemulihan pasien penderita kusta melalui berkomunikasi, sebenarnya kita sedang empat tahapan dan sikap-sikap yang berusaha menumbuhkan suatu dilakukan oleh perawat di Rumah Kusta kebersamaan dengan seseorang. Kita Bagansiapiapi Rokan Hilir. Berdasarkan berusaha berbagai informasi, ide atau hasil dan pembahasan pada penelitian ini sikap. Misalnya saya sedang berusaha maka penulis menyimpulkan penelitian berkomunikasi dengan para pembaca sebagai berikut : untuk menyampaikan ide bahwa hakikat 1. Tahapan persiapan/pra- sebuah komunikasi sebenarnya adalah interaksi komunikasi terapeutik perawat usaha membuat penerima atau pemberi dengan penderita kusta adalah membahas komunikasi memiliki pengertian yang tentang kemajuan perawatan yang sama terhadap pesan tertentu. (Suprapto, dilakukan tiap-tiap perawat, baik yang 2006 : 2-3). menangai pasien penderita kusta maupun Joseph A Devito mengemukakan yang merawat di Fatima ini, yang komunikasi sebagai transaksi. Transaksi dilakukan saat briefing pagi. Pada tahapan yang dimaksudkannya bahwa komunikasi ini perawat mempersiapkan diri sebelum merupakan suatu proses dimana melakukan tugas keperawatan. Perawat komponen-komponennya saling terkait juga melihat data dan rekam medis pasien, dan bahwa para komunikatornya beraksi mengetahui tentang riwayat keluarga dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan pasien. keseluruhan. Dalam setiap proses 2. Pada tahapan perkenalan transaksi, setiap elemen berkaitan secara untuk mendapatkan perhatian dan integral dengan elemen lain (Suprapto, kepercayaan dari pasien, perawat harus 2006 : 5). selalu melakukan pendekatan. Rasa takut Smith mengatakan komunikasi dan gugup yang dihadapi pasien ditangani sebagai proses, sekaligus bersifat khas dan dengan memberi senyum ramah dan umum, sempit dan luas dalam ruang beberapa candaan yang disampaikan untuk lingkupnya. “Komunikasi antarmanusia pasien. merupakan suatu rangkaian proses yang 3. Tahapan kerja komunikasi halus dan sederhana. Selalu dipenuhi terapeutik yang berguna untuk mengubah dengan berbagai unsur-sinyal, sandi, arti perilaku pasien menjadi lebih baik dan tak peduli bagaimana sederhananya normal, perawat di sini sedikit demi sebuah pesan atau kegiatan itu. sedikit mengajak pasien bicara tentang Komunikasi antarmanusia juga merupakan pribadinya, tentang keluhan dan rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia masalahnya. Sehingga perawat dapat dapat menggunakan beratus-ratus alat memberi saran dan nasehat supaya lebih yang berbeda, baik kata maupun isyarat termotivasi lagi untuk sembuh. Perawat ataupun kartu berlubang baik berupa mempunyai tiga tahap strategi pengobatan percakapan pribadi maupun melalui media yang sudah dibuat, dan melakukan terapi massa dengan audience di seluruh dunia serta motivasi untuk pasien secara ketika manusia berinteraksi saat itulah bertahap dan berkesinambungan. Pada mereka berkomunikasi saat orang tahap ini, perawat harus melakukan mengawasi orang lain, mereka melakukan banyak informasi mengenai pasien. melalui komunikasi” (Blake dan Sehingga perawat dapat memberikan Haroldsen, 2003 : 2-3). pengobatan yang tepat kepada pasien.
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 13
4. Tahapan terminasi yang Hiswani. 2001. Kusta Salah Satu Penyakit dilakukan yaitu perawat memutuskan Menular Yang Masih Dijumpai di untuk menyelesaikan pertemuan secara Indonesia. http ://library.usu.ac.id/ sementara untuk bertemu kembali dilain Irawan. 2008. Manajemen Pemasaran waktu yang telah dijanjikan bersama atau Modern, Edisi Kedua, Cetakan Ke- untuk selamanya dikarenakan pasien telah tigabelas. Yogyakarta : Liberty didiagnosa pulih. Pasien terminasi akhir Offset. akan diberi nasehat untuk tetap menjaga Keliat, B.A. 2009. Proses Keperawatan kesehetan, dan jangan minder, serta Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. mengharapkan dukungan keluarga untuk Kriyantono, Rachmat. 2011. Teknik Praktis menciptakan suasana yang nyaman bagi Riset Komunikasi. Jakarta : pasien di lingkungan rumahnya. Kencana Prenada Media Group. 5. Sikap komunikasi terapeutik Liliweri, Alo. 2008. Dasar-dasar yang dilakukan perawat dalam proses Komunikasi Kesehatan. Jakarta : pemulihan pasien penderita kusta, antara Pustaka Pelajar. lain: Sikap menghadirkan diri, yang dapat Machfoedz, Mahmud. 2009. Komunikasi dilakukan salah dengan mengambil posisi Keperawatan (Komunikasi duduk berhadapan, menggunakan Terapeutik). Yogyakarta : Ganbika sentuhan yang dapat membangun rasa Moelong, Lexy J. 2006. Metodologi percaya antara perawat dengan pasien, Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. memperhatikan dan mempertahankan Remaja RosdakaryaOffset. kontak mata, membungkuk ke arah pasien . . 2005. Metodologi Penelitian ketika berbicara, sikap terbuka, tetap rileks Kualitatif. Bandung : PT. Remaja agar dapat menyeimbangkan antara RosdakaryaOffset. ketegangan dan relaksasi dalam memberi Musliha & Siti Fatmawati. 2010. respon kepada pasiennya. Komunikasi Keperawatan Plus Materi Komunikasi Terapeutik. Yogyakarta : Mulia Medika. DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan: Alwi, Hasan. 2008. Kamus Besar Bahasa Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Cipta. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Praswoto, Andi. 2011. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Kualitatif. Yogyakarta : Ar-Ruzz PT Rineka Cipta. Media. Arwani. 2003. Komunikasi Dalam Purwaningsih, W dan Karlina. 2009. Keperawatan, Cetakan I. Jakarta : Asuhan Keperawatan Jiwa. Buku Kedokteran EGC. Yogyakarta : Nuha Medika Press. Blake, Reed H dan Haroldsen. 2003. Rakhmat, Jalaludin. 2008. Psikologi Taksonomi Konsep Komunikasi Komunikasi. Bandung : PT Cetakan Ke-1. Surabaya : Papyrus RemajaRosdaKarya. Copel, Linda Carman. 2007. Keperawatan Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Jiwa dan Psikiatri, Pedoman Klinis Public Relations dan Komunikasi. Perawat Edisi 2. Jakarta : EGC. Jakarta : Rajawali Press. Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Komunikasi Terapeutik dalam Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. Praktik Keperawatan. Bandung : Stuart, Gail Wiscarz dan Sandra J. Refika Aditama. Sundeen. 2006. Buku Saku Harahap M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta Jakarta : Hipokrates : EGC
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 - Februari 2017 14
Suprapto, Tommy. 2006. Pengantar Teknik Komunikasi. Yogyakarta : Media Pressindo Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik: Teori dan Praktek. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Yasir. 2011. Teori Komunikasi. Pekanbaru : Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Yuwono, Trisno & Silvita, I.S. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Arkola Zulkifli. 2003. Penyakit kusta dan Masalah Yang Ditimbulkannya. http://library.usu.ac.id.