Professional Documents
Culture Documents
RISANI GAZI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
SURAT PERNYATAAN
merupakan karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Risani Gazi
NRP.P052050071
ABSTRACT
RISANI GAZI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul Tesis : Analisis Kondisi Lokasi Bertelur Maleo
Senkawor (Macrocephalon maleo) di
Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat
NRP : P052050071
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc Dr. Ir. Yeni A. Mulyani, M.Sc
Ketua Anggota
Diketahui,
Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua
orang tua, Drs. H. Gazi Manan dan Hj. Salma Ibrahim, serta kedua saudara
tercinta Oche Sulawijaya, SH (beserta keluarga kecilnya) dan Adiat Gazi, SE.
Terima kasih atas dorongan, harapan, semangat, kasih sayang, doa dan materi
yang tiada henti diberikan.
Bogor,
Februari 2008
Risani Gazi
RIWAYAT HIDUP
Tahun 1994 penulis lulus dari SMP Negeri I8 Makassar. Pada tahun
1997 penulis lulus dari SMU Negeri 11 Makassar dan pada tahun yang sama
melanjutkan pendidikan pada Fakultas Peternakan, Jurusan Produksi Ternak di
Universitas Hasanuddin Makassar.
RISANI GAZI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
SURAT PERNYATAAN
merupakan karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Risani Gazi
NRP.P052050071
ABSTRACT
RISANI GAZI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul Tesis : Analisis Kondisi Lokasi Bertelur Maleo
Senkawor (Macrocephalon maleo) di
Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat
NRP : P052050071
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc Dr. Ir. Yeni A. Mulyani, M.Sc
Ketua Anggota
Diketahui,
Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua
orang tua, Drs. H. Gazi Manan dan Hj. Salma Ibrahim, serta kedua saudara
tercinta Oche Sulawijaya, SH (beserta keluarga kecilnya) dan Adiat Gazi, SE.
Terima kasih atas dorongan, harapan, semangat, kasih sayang, doa dan materi
yang tiada henti diberikan.
Bogor,
Februari 2008
Risani Gazi
RIWAYAT HIDUP
Tahun 1994 penulis lulus dari SMP Negeri I8 Makassar. Pada tahun
1997 penulis lulus dari SMU Negeri 11 Makassar dan pada tahun yang sama
melanjutkan pendidikan pada Fakultas Peternakan, Jurusan Produksi Ternak di
Universitas Hasanuddin Makassar.
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... vii
PRAKATA .............................................................................................. viii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
LAMPIRAN ............................................................................................. 63
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tekstur Tanah .................................................................................... 11
2. Penilaian Kriteria Lokasi Bertelur Maleo Senkawor ........................... 17
3. Penilaian Kondisi Umum Lokasi Bertelur Maleo Senkawor................ 19
4. Lokasi Bertelur Maleo Senkawor di Kabupaten Mamuju.................... 25
5. Kondisi Umum Lokasi Bertelur Maleo Senkawor ............................... 36
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 4
2 . Peta Lokasi Penelitian ....................................................................... 14
3. Diagram Alir Penelitian ...................................................................... 15
4. Peta Penyebaran Lokasi Bertelur Maleo Senkawor
di Kabupaten Mamuju........................................................................ 23
5. Lokasi Bertelur Aktif yang Digunakan Maleo Senkawor.................... 26
6. Lokasi Bertelur yang telah Ditinggalkan Maleo Senkawor ................ 24
7. Peta Pengelompokan Lokasi Bertelur Berdasarkan
Karakteristik Wilayah ......................................................................... 28
8. Lokasi Bertelur dengan Tanggul Pelindung....................................... 29
9. Lokasi Bertelur dengan Hutan Mangrove .......................................... 30
10. Lokasi Bertelur dengan Vegetasi Hutan Dataran Rendah................. 31
11. Lokasi Bertelur dengan Vegetasi Hutan Berbukit.............................. 32
12. Lokasi Bertelur di dalam Perkebunan Perseorangan ........................ 33
13. Lokasi Bertelur di antara Tumbuhan Semak Tinggi .......................... 33
14. Lokasi Bertelur di Pasir Longsoran Perbukitan ................................. 34
15. Peta Kondisi Umum Lokasi Bertelur Maleo Senkawor
di Kabupaten Mamuju........................................................................ 37
16. Hasil Penilaian Kondisi Fisik Lokasi Bertelur Maleo Senkawor......... 39
17. Kondisi Fisik Lokasi Bertelur Maleo Senkawor.................................. 40
18. Hasil Penilaian Gangguan Manusia di Lokasi Bertelur
Maleo Senkawor................................................................................ 41
19. Gangguan Manusia di Lokasi Bertelur Maleo Senkawor................... 42
20. Hasil Penilaian Keberadaan Vegetasi Sekunder
di Lokasi Bertelur Maleo Senkawor ................................................... 42
21. Invasi Vegetasi Sekunder di Lokasi Bertelur Maleo Senkawor ......... 43
22. Hasil Penilaian Akses Maleo Senkawor Terhadap Lokasi Bertelur... 44
23. Akses Maleo Senkawor Terhadap Lokasi Bertelur............................ 45
24. Lokasi Bertelur di Tobinta.................................................................. 46
25. Lubang Galian yang Berada di Tepi Jalan ........................................ 47
26. Lokasi Bertelur di Antara Lahan Perkebunan.................................... 49
27. Persentase Tingkat Pendidikan Masyarakat di Sekitar
Lokasi Bertelur Maleo Senkawor....................................................... 51
28. Peta Prioritas Konservasi Lokasi Bertelur ......................................... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil Penilaian Kondisi Fisik Lokasi Bertelur Maleo Senkawor
di Kabupaten Mamuju ..................................................................... 60
2. Hasil Penilaian Gangguan di Lokasi Bertelur Maleo Senkawor
di Kabupaten Mamuju ..................................................................... 61
3. Hasil Penilaian Invasi Vegetasi Sekunder di Lokasi Bertelur
Maleo Senkawor di Kabupaten Mamuju.......................................... 62
Maleo senkawor hidup dan mendiami daerah pesisir pantai hingga daerah
berbukit-bukit dan hutan primer dataran rendah dengan ketinggian hingga 1.200
meter di atas permukaan laut (Dekker, 1990). Maleo senkawor tersebar luas di
berbagai lokasi di Sulawesi Utara, Tenggara, Tengah, dan Barat, kecuali di
Sulawesi Selatan (Mallombasang, 1995). Penyebaran Maleo senkawor di
Sulawesi Barat terkonsentrasi di Kabupaten Mamuju, namun masih
membutuhkan konfirmasi mengenai penyebaran dan status lokasi bertelur Maleo
senkawor (Dekker, 1990). Beberapa lokasi bertelur di Kabupaten Mamuju telah
ditinggalkan oleh Maleo senkawor. Populasi Maleo senkawor saat ini
diperkirakan 4000-7000 pasang dan tersebar di 131 tempat bertelur di Sulawesi
Utara, sementara di Sulawesi Tengah dan Barat Maleo senkawor tersebar di 63
lokasi (Buchart dan Baker, 1999). Diperkirakan jumlah Maleo senkawor di
Kabupaten Mamuju tidak lebih dari 100 ekor (Gazi, 2004).
Maleo senkawor mempunyai dua tipe lokasi bertelur, lokasi bertelur di tepi
pantai dan lokasi bertelur di dalam hutan. Pada lokasi bertelur di tepi pantai,
Maleo senkawor menggunakan tanah berpasir di pesisir pantai untuk aktivitas
bertelur. Sumber panas untuk proses inkubasi embrio sebagian besar diperoleh
dari radiasi sinar matahari.
Lokasi bertelur di dalam hutan merupakan lokasi bertelur yang tidak umum
tersedia berupa suatu kawasan yang keadaan vegetasinya tidak terlalu rapat.
Keadaan vegetasi tersebut memudahkan akses Maleo senkawor menuju ke dan
dari lokasi tersebut. Sumber panas bagi embrio di dalam telur berasal dari
aktivitas vulkanis di dalam tanah (Gunawan, 2000). Maleo senkawor menggali
lubang dan meletakkan telur dengan suhu berkisar antara 34.00–40.70oC
(Gunawan, 1994).
1.2 Permasalahan
Lokasi Bertelur
Degradasi Habitat
di Lokasi Bertelur
Lokasi Bertelur
yang Telah Ditinggalkan
Penentuan Kriteria
Lokasi Bertelur
Ukuran telur Maleo senkawor adalah sebagai berikut berat telur: 215.71
+ 24.81 g, panjang telur: 101.84 + 2.87 cm, dan lebar telur: 61.06 + 2.22 cm.
Proporsi telur Maleo senkawor didominasi dengan jumlah kuning telur yang
banyak. Kandungan kuning telur pada Maleo senkawor sebesar 67.8%. Hal ini
menjadikan telur Maleo senkawor sangat menarik untuk dikonsumsi oleh
manusia dibandingkan telur ayam kampung yang beratnya hanya berkisar antara
50–60 g dengan kandungan kuning telur 30% (Gazi, 2004).
Habitat satwa terdiri atas dua komponen penting, yaitu lokasi geografis
dan vegetasi. Oleh karena itu, berhasil tidaknya suatu jenis satwa liar
mempertahankan kelangsungan hidupnya ditentukan salah satunya oleh faktor
karakteristik vegetasinya (Copperider dkk, 1988). Selanjutnya dikatakan bahwa
yang dimaksud dengan karakteristik vegetasi adalah :
a) Struktur vegetasi yang terdiri atas tinggi pohon, kerapatan semak, persentase
penutupan tajuk;
b) Komposisi vegetasi.
2.9 Makanan
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini terdiri atas peta lokasi skala
1 : 250.000, kompas, GPS (Global Positioning System), teropong binokular, dan
kamera. Alat yang dibutuhkan untuk pengolahan data adalah perangkat
komputer dengan program ArcView GIS 3.3.
Penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu penentuan lokasi bertelur
dan analisis lokasi bertelur. Tahap analisis lokasi bertelur dibagi menjadi analisis
kondisi lokasi bertelur dan analisis pemahaman masyarakat (Gambar 3).
Metode Penelitian
Penentuan Lokasi Bertelur
- Aktif
- Telah ditinggalkan
- Status tidak diketahui Lokasi Bertelur Aktif
- Penemuan Lokasi Baru
- Pengelompokan Lokasi
Analisis Kondisi Analisis Pemahaman
Bertelur
Lokasi Bertelur Masyarakat
Analisis Data
Invasi
1. Jenis Vegetasi 1. Pengamatan Lapangan
Vegetasi
2. Luas Tutupan Vegetasi 2. Studi Pustaka
Sekunder
Kategori Atribut
Kriteria Skor Bobot
Penilaian Dasar
4.1.3 Iklim
Berdasarkan klasifikasi curah hujan oleh Schmidt dan Ferguson
(Mallombasang, 1995), Kabupaten Mamuju termasuk dalam tipe E dengan nilai
Q = 125 %, dengan rata-rata curah hujan setiap tahun berkisar antara 34 mm
sampai 375 mm (Bappeda dan Kantor Statistik Mamuju, 1992).
Gambar 4 Peta Penyebaran Lokasi Bertelur Maleo Senkawor di Kabupaten
Mamuju
4.1.4 Flora dan Fauna
a) Flora
Secara umum vegetasi hutan di Kabupaten Mamuju termasuk tipe hutan hujan
tropis dataran rendah dan pada umumnya dijumpai jenis-jenis pohon antara lain
Diospirus sp, Kemiri (Aleurites moluccana), Dracontomelon mangiferum, Instia
bijuga, Alstonia sp. Rhizophora sp, Bruguiera sp, Ficus sp, dan sebagainya.
Vegetasi berupa semak didominasi oleh Lantana camara dan Alang-alang
(Imperata cilindrica) (Whitten dkk., 1987).
b) Fauna
Menurut Whitten, dkk (1987) jenis-jenis fauna yang dijumpai di daerah ini antara
lain : Dare (Macaca maura), Mandar Sulawesi (Aramidopsis plateni), Nuri
(Tanygnathus megalorhynchus), Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi),
Rangkong (Rhyticeros cassidix), jenis-jenis Kuntul dan Maleo senkawor
(Macrocephalon Maleo senkawor).
Lokasi bertelur yang dinyatakan sebagai lokasi bertelur yang telah tidak
aktif atau telah ditinggalkan oleh Maleo senkawor ditetapkan berdasarkan 3 (tiga)
pendekatan yaitu, pertama; referensi dari peneliti sebelumnya, kedua; informasi
dari penduduk terdekat dengan lokasi bertelur melalui kuesioner, ketiga; melalui
bukti fisik yang tersisa di lokasi bertelur. Hasil gambaran di lokasi bertelur Maleo
senkawor menunjukkan bahwa, lokasi bertelur yang telah ditinggalkan umumnya
merupakan lokasi yang telah terinvasi oleh tanaman sekunder, lokasi bertelur
telah berganti fungsi sebagai lahan yang telah dikelola oleh manusia. Kondisi
tersebut tidak memberikan ruang dan waktu untuk Maleo senkawor agar dapat
menjalankan aktfitas bertelur Maleo senkawor dengan baik.
Lokasi bertelur yang telah ditinggalkan oleh Maleo senkawor sebagai
tempat bertelur adalah Tikke dan Terbao. Kondisi terakhir di daerah tersebut,
merupakan kawasan pesisir pantai yang telah menjadi hunian penduduk, daerah
yang dulunya diperkirakan sebagai hutan mangrove, sekarang telah dikonversi
dan dikelola penduduk desa menjadi petak-petak tambak (Gambar 6).
Mamuju merupakan Ibu kota Provinsi Sulawesi Barat yang sudah ramai
dengan pelbagai aktivitas manusia. Berdasarkan informasi dari penduduk kota
Mamuju dahulu memang terdapat beberapa titik tempat Maleo senkawor bertelur,
namun saat ini telah menjadi hunian padat atau dijadikan tempat pusat kegiatan
ekonomi kota sehingga lokasi tersebut sudah sangat tidak layak disebut sebagai
lokasi bertelur Maleo senkawor.
e. Pengelompokan Lokasi Bertelur Berdasarkan Karakteristik
Wilayah
Hubungan antara kondisi umum lokasi bertelur dengan pola sebaran yang
berkelompok erat kaitannya dengan jumlah penduduk. Lokasi bertelur yang
berkelompok dengan kondisi yang buruk hingga sangat buruk, umumnya telah
menerima tekanan gangguan tambahan dikarenakan jumlah penduduk yang
padat. Lokasi bertelur juga berdekatan dengan pusat aktivitas masyarakat,
seperti dermaga dan perusahaan yang terdapat di Belang-belang. Kondisi
demikian memberi dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap
keberadaan lokasi bertelur Maleo senkawor. Lokasi bertelur makin intensif
menerima gangguan karena jumlah permukiman yang terus bertambah.
Keterangan :
Kp = kategori penilaian
Kondisi fisik = 4;baik, 3;sedang, 2;kurang, 1;tidak baik
Gangguan manusia = 4;tidak ada, 3;kurang, 2;sering, 1;aktif
Invasi vegetasi sekunder = 4;bersih, 3;kurang, sebagian tertutup, 1;tertutup
Akses = 4;bebas, 3;terbatas, 2;terganggu, 1;tidak ada akses
Kondisi umum lokasi bertelur = > 3.00; baik, 2.01 – 3.00; sedang, 1.01 – 2.00; buruk, 1.00; sangat buruk
Gambar 15 Peta Kondisi Umum Lokasi Bertelur Maleo Senkawor di Kabupaten
Mamuju
Tidak ada lokasi bertelur dalam keadaan baik memberi indikasi bahwa
semua lokasi bertelur yang ada di Kabupaten Mamuju mendapat tekanan.
Berdasarkan 4 (empat) atribut dasar untuk menilai kondisi umum suatu lokasi
bertelur, atribut yang dijadikan acuan dalam menilai kondisi umum lokasi bertelur
Maleo senkawor adalah kondisi fisik, gangguan manusia, invasi vegetasi
sekunder, dan akses Maleo senkawor yang dapat dilihat pada Tabel 5. Sebagian
besar lokasi bertelur dalam keadaan sedang yang berarti bahwa meskipun lokasi
bertelur menerima tekanan tetapi ada faktor lain yang mendukung.
33.3%
27.8% Baik
Sedang
Kurang
Tidak baik
33.3%
33.3%
Tidak ada
Kurang
Sering
Aktif
50.0%
0.0%
16.7%
22.2%
Bersih
Kurang
Sbg tertutup
Tertutup
61.1%
27.8% 27.8%
Bebas
Terbatas
Terganggu
Tdk ada akses
11.1%
33.3%
1.9%
9.4%
Tdk tamat SD
18.8% 42.2% SD
SMP
SMU
Lainnya
27.7%
1. Tobinta
2. Bambamata
3. Tanjung Tambue
4. Padongga
5. Belang-belang
6. Barang-barang
7. Tambung
1. Randomayang
2. Kayumaloa
3. Malasigo
5.1 Kesimpulan
Alikodra, H.S. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas
Kehutanan IPB, Bogor.
Butchart, S.H.M. dan G.C, Baker. 1999. Priority Site for Conservation of Maleos
(Macrocephalon maleo) in Central Sulawesi. Journal of Biological
Conservation. 94 : 79-91.
Christy, M.J. dan S.M. Lentey. 2001. Proyek Maleo Tahap 1 & 2. The Wildlife
Conservation Society.
Coates, B.J., K.D. Bishop, dan D. Gardner. 2000. Panduan Lapangan Burung-
burung di Kawasan Wallacea. Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara.
penerjemah; S.N. Kartikasari, M.D. Tapilatu, dan D. Rini. BirdLIfe
International-Indonesia Programme & Dove Publications. Bogor.
Terjemahan dari: A Guide to the birds of Wallacea: Sulawesi, The
Moluccas and Lesser Sunda Islands, Indonesia.
Cooperrider, A.Y., R.J, Boyd dan H.R. Stuart. 1988. Inventory and Monitoring of
Wildlife Habitat. The Journal of Wildlife Management 52(3): 568.
Dekker, R.W.R.J. dan J. Wattel. 1987. Egg and Image : New and Traditional
Uses for Maleo (Macrocephalon maleo). ICBP Technical Publication
6:83-87.
Dekker, R.W.R.J. dan P.J.K. McGowan. 1995. Megapodes: An Action Plan for
Their Conservation 1995-1999. IUCN, Gland, Switzerland.
Gazi, R. 2004. Karakteristik Telur Burung Maleo Pada Habitat Telur yang
Berbeda. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Gorog A.J., B, Pamungkas, dan R.J. Lee. 2005. Nesting Groound Abandonment
by the Maleo (Macrocephalon maleo) in North Sulawesi : Identifying
conservation priorities for Indonesia`s Endemic Megapode. Journal of
Biological Conservation 126: 548-555.
Gunawan, H. 1994. Karakteristik Lapangan Peneluran Alami Burung Maleo
(Macrocephalon maleo) di Taman Nasional Dumoga Bone, Sulawesi
Utara. Jurnal Penelitian Kehutanan 7(1): 175-188.
White, C.M.N. dan M.D. Bruce., 1986. The Bird of Wallacea. B.O.U. Check list
7. British Ornitologist Union.
Whitten, A.J., M, Mustopa. dan G.S. Anderson. 1987. Ekologi Sulawesi. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Keterangan :
KP = Kategori Penilaian
Pembobotan = 4;baik, 3;sedang, 2;kurang, 1;tidak baik
Lampiran 2 Hasil Penilaian Gangguan di Lokasi Bertelur di Kabupaten Mamuju
Gangguan Pembobotan
No Lokasi bertelur
Kehadiran Frekuensi
Pengambilan telur Bentuk gangguan Predator Bobot Skor KP
manusia gangguan
1 Tobinta Ya Ya Jalan, tapak Sering Anjing 0.30 2 Sering
2 Lelo Losso Ya Ya Penebangan bakau Aktif Biawak, Elang 0.30 2 Sering
3 Tambung Tangnga Ya Ya Aktivitas pemancingan Sering Biawak, Elang 0.30 3 Kurang
4 Koloe Ya Ya - Kurang Babi hutan, Biawak 0.30 3 Kurang
5 Lemo Ya Ya - Kurang Babi hutan, Biawak 0.30 3 Kurang
6 Pambua Ya Ya - Kurang Biawak 0.30 2 Sering
7 Bambamata Ya Ya Jalan Sering Anjing, Biawak 0.30 1 Aktif
8 Kasoloang Ya Ya Jalan Sering Anjing 0.30 2 Sering
9 Randomayang Ya Ya Pertanian, jalan, menangkap Sering Anjing, Biawak 0.30 1 Aktif
Maleo
10 Kayumoloa Ya Ya Pertanian, nelayan Sering Anjing, Biawak 0.30 1 Aktif
11 Tanjung Tambue Ya Ya Pertanian, jalan Kurang Anjing, Biawak 0.30 2 Sering
12 Padongga Ya Ya Penebangan pohon, Sering Biawak, Elang, 0.30 1 Aktif
pembuatan tambak Monyet Dare,
13 Belang-belang Ya Ya Jalan, pemukiman, suara Sering Anjing, Biawak 0.30 2 Sering
chain-saw, tempat rekreasi.
14 Barang-barang Ya Ya Perkebunan, jalan Sering Biawak 0.30 2 Sering
15 Malasigo Ya Ya Jalan, pemukiman Aktif Anjing, Biawak 0.30 1 Aktif
16 Tambung Ya Ya Pembuatan tambak Sering Anjing, Biawak 0.30 1 Aktif
17 Tapanduli Ya Ya Jalan, suara mesin chain-saw Sering Anjing, Biawak 0.30 2 Sering
18 Udung Butung Ya Ya Pertanian, jalan, jebakan Kurang Anjing, Biawak, 0.30 2 Sering
Elang
Keterangan :
KP = Kategori Penilaian
Pembobotan = 4;tidak ada, 3;kurang, 2;sering, 1;aktif
Lampiran 3 Hasil Pembobotan Invasi Vegetasi Sekunder di Lokasi Bertelur di Kabupaten Mamuju
1 Tobinta 20 20 Cleome ruditidosperma, Lantana camara, Calopogonium sp, Mimosa pudica 0.20 3 Kurang
2 Lelo Losso 500 75 Calopogonium sp, Coenea aquatica, Commelina nud F, Cyperus rotundus, 0.20 2 Sbg tertutup
Elettariopsis curtisii.
3 Tambung Tangnga 500 75 Calopogonium sp, Coenea aquatica, Commelina nud F, Cyperus rotundus 0.20 2 Sbg tertutup
4 Koloe 600 50 Imperata cilindrica, Lantana camara, Coenea aquatica 0.20 2 Sbg tertutup
5 Lemo 600 60 Imperata cilindrica, Coenea aquatica 0.20 2 Sbg tertutup
6 Pambua 1000 50 Coenea aquatica 0.20 2 Sbg tertutup
7 Bambamata 25 50 Piper adumcum, Coenea aquatica 0.20 2 Sbg tertutup
8 Kasoloang 200 75 Mimosa pudica, Coenea aquatica 0.20 3 Kurang
9 Randomayang 100 95 Cyperus rotundus, Commelina nud F, Lantana camara, Mimosa pudica, Piper 0.20 1 Tertutup
adumcum
10 Kayumoloa 50 80 Ipomoea pes-caprae, Coenea aquatica, calopogonium sp, Purtulaca oleraceae, 0.20 1 Tertutup
Lantana camaraCyperus rotundus
11 Tanjung Tambue 150 60 Lantana camara, Coenea aquatica 0.20 2 Sbg tertutup
12 Padongga 50 10 Imperata cilindrica, Lantana camara, Coenea aquatica 0.20 2 Sbg tertutup
13 Belang-belang 40 75 Ipomoea pes-caprae, Lantana camara, Piper adumcum. 0.20 2 Sbg tertutup
14 Barang-barang 20 50 Commelina nud F, Piper adumcum 0.20 3 Kurang
15 Malasigo 500 70 Imperata cilindrica, Cyperus rotundus, Lantana camara, Purtulaca oleraceae, 0.20 2 Sbg tertutup
Coenea aquatica
16 Tambung 450 95 Lantana camara, Purtulaca oleraceae, Emilia sonchifolia, Cleome ruditidosperma. 0.20 1 Tertutup
17 Tapanduli 100 60 Piper adumcum, Coenea aquatica, Lantana camara 0.20 2 Sbg tertutup
18 Udung Butung 1000 80 Lantana camara, Cleome ruditidosperma 0.20 3 Kurang
Keterangan :
KP = Kategori Penilaian
Pembobotan = 4;bersih, 3;kurang, 2;sebagian tertutup, 1;tetutup
Lampiran 4 Hasil Pembobotan Akses Lokasi Bertelur Maleo Senkawor di Kabupaten Mamuju
Akses
Keberadaan
Lokasi Jarak Pembobotan
No pemukiman Akses menuju lokasi Jumlah Maleo (ekor) Keterangan
bertelur terdekat hutan
bertelur
Jarak Jumlah (m)
(m) (KK)
Survey Masyarakat Literatur (tahun) Bobot Skor KP
1 Tobinta 30 10 0 > 50% dikelilingi hutan 2 2 - 0.20 4 Bebas Pelelangan ikan
2 Lelo Losso - - 0 > 50% dikelilingi hutan - 2 - 0.20 4 Bebas
3 Tambung - - 0 > 50% dikelilingi hutan 4 4 - 0.20 4 Bebas
Tangnga
4 Koloe - - 0 > 50% dikelilingi hutan - 6 1-10 (Butchart & 0.20 4 Bebas
Baker, 2000)
5 Lemo - - 0 > 50% dikelilingi hutan 4 6 1-10 (Butchart & 0.20 4 Bebas
Baker, 2000)
6 Pambua - - 0 > 50% dikelilingi hutan - 8 1-10 (Butchart & 0.20 3 Terbatas
Baker, 2000)
7 Bambamata 400 23 50 25 – 50 % dikelilingi hutan - - 1-10 (Butchart & 0.20 3 Terbatas
Baker, 2000)
8 Kasoloang 750 10 0 25 – 50 % dikelilingi hutan - 4 1-10 (Butchart & 0.20 3 Terbatas
Baker, 2000)
9 Randomayang 100 7 750 Terpisah oleh areal pertanian - 2 1-10 (Butchart & 0.20 1 Tdk ada
& perkebunan Baker, 2000) akses
10 Kayumoloa 500 50 200 25 – 50 % dikelilingi hutan - 2 1-10 (Butchart & 0.20 2 Terganggu
Baker, 2000)
11 Tanjung Tambue 1500 50 0 25 – 50 % dikelilingi hutan - 4 1-10 (Butchart & 0.20 3 Terbatas
Baker, 2000)
12 Padongga - - 1000 Terpisah oleh tambak - 6 1-10 (Butchart & 0.20 1 Tdk ada
Baker, 2000) akses
13 Belang-belang 50 25 10 Terpisah oleh jalan - 2 7 0.20 1 Tdk ada
(Mallombasang, akses
1995)
14 Barang-barang 100 10 100 Terpisah oleh jalan dan 2 2 - 0.20 1 Tdk ada
perkebunan akses
15 Malasigo 10 5 30 Terpisah oleh jalan - 2 - 0.20 2 Terganggu Pertambangan,
Pelabuhan
16 Tambung 150 15 500 Terpisah oleh tambak - 2 - 0.20 1 Tdk ada
akses
17 Tapanduli 200 10 30 Dibatasi oleh perkebunan 8 0.20 3 Terbatas
kelapa
18 Udung Butung 100 10 0 > 50% dikelilingi hutan 10 0.20 3 Terbatas
Keterangan :
KP = Kategori Penilaian
Pembobotan = 4;bebas, 3;terbatas, 2;terganggu, 1;tidak ada akses
Lampiran 5 Pengelompokan Lokasi Bertelur Maleo Senkawor Berdasarkan
Karakteristik Wilayah
Lokasi Bertelur dengan Tanggul Pelindung Lokasi Bertelur dengan Vegetasi Mangrove
Lokasi Bertelur dengan Hutan Dataran Rendah Lokasi Bertelur dengan Hutan Berbukit
Lokasi Bertelur di Perkebunan Perseorangan Lokasi Bertelur di Antara Semak Tinggi
2. Tipe lokasi :
Lokasi bertelur tepi pantai.
Lokasi bertelur di pedalaman hutan.
4. Tekstur tanah :
Pasir Lempung berkilat
Debu Liat
1. Kehadiran manusia :
Ya
Tidak
4. Frekuensi gangguan :
Tidak ada
Kurang
Sering
Aktif
I. IDENTITAS DIRI
1. Umur :
Laki- laki
2. Jenis Kelamin* :
Perempuan
3. Pendidikan* : Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMU
Lainnya, sebutkan ………
4. Pekerjaan :
* beri tanda jawaban yang dianggap paling benar!
4. Apakah pekerjaan yang setiap hari Anda kerjakan ? (jawaban Anda boleh lebih dari
satu)
Berkebun Pedagang Pelajar
Berladang Penjaga warung Pensiunan
Bertani Guru Bekerja di tambak
Nelayan Pegawai negeri Lainnya, sebutkan ……
5. Apakah Anda juga bekerja dengan mengumpulkan telur Maleo senkawor ?
Ya
Tidak
Jika Ya, Apakah mengumpulkan telur Maleo senkawor merupakan kegiatan sehari-
hari Anda ?
Ya
Tidak
Dijual di :
Pasar
Tetangga
Kota
Jika ya, untuk apa? (untuk pertanyaan ini, jawaban boleh lebih dari satu)
Dimakan
Dijual
Disimpan
Dipelihara
Lainnya, sebutkan ……
7. Apa keistimewaan telur Maleo senkawor ? (jawaban boleh lebih dari satu)
Rasanya enak
Bau/aromanya enak
Mudah diperoleh
Ukurannya besar
Didapat secara gratis
Lainnya, sebutkan ………
1. Apakah menurut Anda, Maleo senkawor adalah binatang yang dilindungi oleh
Pemerintah ?
Ya
Tidak
Terima Kasih
Lampiran 12 Tally Sheet Pembobotan Lokasi Bertelur Maleo Senkawor
Keterangan
Skor : 1 – 4
Total nilai :
> 3.00 : Baik
2.01 – 3.00 : Sedang
1.01 – 2.00 : Buruk
1.00 : Sangat Buruk
RISANI GAZI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
SURAT PERNYATAAN
merupakan karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Risani Gazi
NRP.P052050071
ABSTRACT
RISANI GAZI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul Tesis : Analisis Kondisi Lokasi Bertelur Maleo
Senkawor (Macrocephalon maleo) di
Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat
NRP : P052050071
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc Dr. Ir. Yeni A. Mulyani, M.Sc
Ketua Anggota
Diketahui,
Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua
orang tua, Drs. H. Gazi Manan dan Hj. Salma Ibrahim, serta kedua saudara
tercinta Oche Sulawijaya, SH (beserta keluarga kecilnya) dan Adiat Gazi, SE.
Terima kasih atas dorongan, harapan, semangat, kasih sayang, doa dan materi
yang tiada henti diberikan.
Bogor,
Februari 2008
Risani Gazi
RIWAYAT HIDUP
Tahun 1994 penulis lulus dari SMP Negeri I8 Makassar. Pada tahun
1997 penulis lulus dari SMU Negeri 11 Makassar dan pada tahun yang sama
melanjutkan pendidikan pada Fakultas Peternakan, Jurusan Produksi Ternak di
Universitas Hasanuddin Makassar.
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... vii
PRAKATA .............................................................................................. viii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
LAMPIRAN ............................................................................................. 63
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tekstur Tanah .................................................................................... 11
2. Penilaian Kriteria Lokasi Bertelur Maleo Senkawor ........................... 17
3. Penilaian Kondisi Umum Lokasi Bertelur Maleo Senkawor................ 19
4. Lokasi Bertelur Maleo Senkawor di Kabupaten Mamuju.................... 25
5. Kondisi Umum Lokasi Bertelur Maleo Senkawor ............................... 36
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 4
2 . Peta Lokasi Penelitian ....................................................................... 14
3. Diagram Alir Penelitian ...................................................................... 15
4. Peta Penyebaran Lokasi Bertelur Maleo Senkawor
di Kabupaten Mamuju........................................................................ 23
5. Lokasi Bertelur Aktif yang Digunakan Maleo Senkawor.................... 26
6. Lokasi Bertelur yang telah Ditinggalkan Maleo Senkawor ................ 24
7. Peta Pengelompokan Lokasi Bertelur Berdasarkan
Karakteristik Wilayah ......................................................................... 28
8. Lokasi Bertelur dengan Tanggul Pelindung....................................... 29
9. Lokasi Bertelur dengan Hutan Mangrove .......................................... 30
10. Lokasi Bertelur dengan Vegetasi Hutan Dataran Rendah................. 31
11. Lokasi Bertelur dengan Vegetasi Hutan Berbukit.............................. 32
12. Lokasi Bertelur di dalam Perkebunan Perseorangan ........................ 33
13. Lokasi Bertelur di antara Tumbuhan Semak Tinggi .......................... 33
14. Lokasi Bertelur di Pasir Longsoran Perbukitan ................................. 34
15. Peta Kondisi Umum Lokasi Bertelur Maleo Senkawor
di Kabupaten Mamuju........................................................................ 37
16. Hasil Penilaian Kondisi Fisik Lokasi Bertelur Maleo Senkawor......... 39
17. Kondisi Fisik Lokasi Bertelur Maleo Senkawor.................................. 40
18. Hasil Penilaian Gangguan Manusia di Lokasi Bertelur
Maleo Senkawor................................................................................ 41
19. Gangguan Manusia di Lokasi Bertelur Maleo Senkawor................... 42
20. Hasil Penilaian Keberadaan Vegetasi Sekunder
di Lokasi Bertelur Maleo Senkawor ................................................... 42
21. Invasi Vegetasi Sekunder di Lokasi Bertelur Maleo Senkawor ......... 43
22. Hasil Penilaian Akses Maleo Senkawor Terhadap Lokasi Bertelur... 44
23. Akses Maleo Senkawor Terhadap Lokasi Bertelur............................ 45
24. Lokasi Bertelur di Tobinta.................................................................. 46
25. Lubang Galian yang Berada di Tepi Jalan ........................................ 47
26. Lokasi Bertelur di Antara Lahan Perkebunan.................................... 49
27. Persentase Tingkat Pendidikan Masyarakat di Sekitar
Lokasi Bertelur Maleo Senkawor....................................................... 51
28. Peta Prioritas Konservasi Lokasi Bertelur ......................................... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil Penilaian Kondisi Fisik Lokasi Bertelur Maleo Senkawor
di Kabupaten Mamuju ..................................................................... 60
2. Hasil Penilaian Gangguan di Lokasi Bertelur Maleo Senkawor
di Kabupaten Mamuju ..................................................................... 61
3. Hasil Penilaian Invasi Vegetasi Sekunder di Lokasi Bertelur
Maleo Senkawor di Kabupaten Mamuju.......................................... 62
Maleo senkawor hidup dan mendiami daerah pesisir pantai hingga daerah
berbukit-bukit dan hutan primer dataran rendah dengan ketinggian hingga 1.200
meter di atas permukaan laut (Dekker, 1990). Maleo senkawor tersebar luas di
berbagai lokasi di Sulawesi Utara, Tenggara, Tengah, dan Barat, kecuali di
Sulawesi Selatan (Mallombasang, 1995). Penyebaran Maleo senkawor di
Sulawesi Barat terkonsentrasi di Kabupaten Mamuju, namun masih
membutuhkan konfirmasi mengenai penyebaran dan status lokasi bertelur Maleo
senkawor (Dekker, 1990). Beberapa lokasi bertelur di Kabupaten Mamuju telah
ditinggalkan oleh Maleo senkawor. Populasi Maleo senkawor saat ini
diperkirakan 4000-7000 pasang dan tersebar di 131 tempat bertelur di Sulawesi
Utara, sementara di Sulawesi Tengah dan Barat Maleo senkawor tersebar di 63
lokasi (Buchart dan Baker, 1999). Diperkirakan jumlah Maleo senkawor di
Kabupaten Mamuju tidak lebih dari 100 ekor (Gazi, 2004).
Maleo senkawor mempunyai dua tipe lokasi bertelur, lokasi bertelur di tepi
pantai dan lokasi bertelur di dalam hutan. Pada lokasi bertelur di tepi pantai,
Maleo senkawor menggunakan tanah berpasir di pesisir pantai untuk aktivitas
bertelur. Sumber panas untuk proses inkubasi embrio sebagian besar diperoleh
dari radiasi sinar matahari.
Lokasi bertelur di dalam hutan merupakan lokasi bertelur yang tidak umum
tersedia berupa suatu kawasan yang keadaan vegetasinya tidak terlalu rapat.
Keadaan vegetasi tersebut memudahkan akses Maleo senkawor menuju ke dan
dari lokasi tersebut. Sumber panas bagi embrio di dalam telur berasal dari
aktivitas vulkanis di dalam tanah (Gunawan, 2000). Maleo senkawor menggali
lubang dan meletakkan telur dengan suhu berkisar antara 34.00–40.70oC
(Gunawan, 1994).
1.2 Permasalahan
Lokasi Bertelur
Degradasi Habitat
di Lokasi Bertelur
Lokasi Bertelur
yang Telah Ditinggalkan
Penentuan Kriteria
Lokasi Bertelur
Ukuran telur Maleo senkawor adalah sebagai berikut berat telur: 215.71
+ 24.81 g, panjang telur: 101.84 + 2.87 cm, dan lebar telur: 61.06 + 2.22 cm.
Proporsi telur Maleo senkawor didominasi dengan jumlah kuning telur yang
banyak. Kandungan kuning telur pada Maleo senkawor sebesar 67.8%. Hal ini
menjadikan telur Maleo senkawor sangat menarik untuk dikonsumsi oleh
manusia dibandingkan telur ayam kampung yang beratnya hanya berkisar antara
50–60 g dengan kandungan kuning telur 30% (Gazi, 2004).
Habitat satwa terdiri atas dua komponen penting, yaitu lokasi geografis
dan vegetasi. Oleh karena itu, berhasil tidaknya suatu jenis satwa liar
mempertahankan kelangsungan hidupnya ditentukan salah satunya oleh faktor
karakteristik vegetasinya (Copperider dkk, 1988). Selanjutnya dikatakan bahwa
yang dimaksud dengan karakteristik vegetasi adalah :
a) Struktur vegetasi yang terdiri atas tinggi pohon, kerapatan semak, persentase
penutupan tajuk;
b) Komposisi vegetasi.
2.9 Makanan
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini terdiri atas peta lokasi skala
1 : 250.000, kompas, GPS (Global Positioning System), teropong binokular, dan
kamera. Alat yang dibutuhkan untuk pengolahan data adalah perangkat
komputer dengan program ArcView GIS 3.3.
Penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu penentuan lokasi bertelur
dan analisis lokasi bertelur. Tahap analisis lokasi bertelur dibagi menjadi analisis
kondisi lokasi bertelur dan analisis pemahaman masyarakat (Gambar 3).
Metode Penelitian
Penentuan Lokasi Bertelur
- Aktif
- Telah ditinggalkan
- Status tidak diketahui Lokasi Bertelur Aktif
- Penemuan Lokasi Baru
- Pengelompokan Lokasi
Analisis Kondisi Analisis Pemahaman
Bertelur
Lokasi Bertelur Masyarakat
Analisis Data
Invasi
1. Jenis Vegetasi 1. Pengamatan Lapangan
Vegetasi
2. Luas Tutupan Vegetasi 2. Studi Pustaka
Sekunder
Kategori Atribut
Kriteria Skor Bobot
Penilaian Dasar
4.1.3 Iklim
Berdasarkan klasifikasi curah hujan oleh Schmidt dan Ferguson
(Mallombasang, 1995), Kabupaten Mamuju termasuk dalam tipe E dengan nilai
Q = 125 %, dengan rata-rata curah hujan setiap tahun berkisar antara 34 mm
sampai 375 mm (Bappeda dan Kantor Statistik Mamuju, 1992).
Gambar 4 Peta Penyebaran Lokasi Bertelur Maleo Senkawor di Kabupaten
Mamuju
4.1.4 Flora dan Fauna
a) Flora
Secara umum vegetasi hutan di Kabupaten Mamuju termasuk tipe hutan hujan
tropis dataran rendah dan pada umumnya dijumpai jenis-jenis pohon antara lain
Diospirus sp, Kemiri (Aleurites moluccana), Dracontomelon mangiferum, Instia
bijuga, Alstonia sp. Rhizophora sp, Bruguiera sp, Ficus sp, dan sebagainya.
Vegetasi berupa semak didominasi oleh Lantana camara dan Alang-alang
(Imperata cilindrica) (Whitten dkk., 1987).
b) Fauna
Menurut Whitten, dkk (1987) jenis-jenis fauna yang dijumpai di daerah ini antara
lain : Dare (Macaca maura), Mandar Sulawesi (Aramidopsis plateni), Nuri
(Tanygnathus megalorhynchus), Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi),
Rangkong (Rhyticeros cassidix), jenis-jenis Kuntul dan Maleo senkawor
(Macrocephalon Maleo senkawor).
Lokasi bertelur yang dinyatakan sebagai lokasi bertelur yang telah tidak
aktif atau telah ditinggalkan oleh Maleo senkawor ditetapkan berdasarkan 3 (tiga)
pendekatan yaitu, pertama; referensi dari peneliti sebelumnya, kedua; informasi
dari penduduk terdekat dengan lokasi bertelur melalui kuesioner, ketiga; melalui
bukti fisik yang tersisa di lokasi bertelur. Hasil gambaran di lokasi bertelur Maleo
senkawor menunjukkan bahwa, lokasi bertelur yang telah ditinggalkan umumnya
merupakan lokasi yang telah terinvasi oleh tanaman sekunder, lokasi bertelur
telah berganti fungsi sebagai lahan yang telah dikelola oleh manusia. Kondisi
tersebut tidak memberikan ruang dan waktu untuk Maleo senkawor agar dapat
menjalankan aktfitas bertelur Maleo senkawor dengan baik.
Lokasi bertelur yang telah ditinggalkan oleh Maleo senkawor sebagai
tempat bertelur adalah Tikke dan Terbao. Kondisi terakhir di daerah tersebut,
merupakan kawasan pesisir pantai yang telah menjadi hunian penduduk, daerah
yang dulunya diperkirakan sebagai hutan mangrove, sekarang telah dikonversi
dan dikelola penduduk desa menjadi petak-petak tambak (Gambar 6).
Mamuju merupakan Ibu kota Provinsi Sulawesi Barat yang sudah ramai
dengan pelbagai aktivitas manusia. Berdasarkan informasi dari penduduk kota
Mamuju dahulu memang terdapat beberapa titik tempat Maleo senkawor bertelur,
namun saat ini telah menjadi hunian padat atau dijadikan tempat pusat kegiatan
ekonomi kota sehingga lokasi tersebut sudah sangat tidak layak disebut sebagai
lokasi bertelur Maleo senkawor.
e. Pengelompokan Lokasi Bertelur Berdasarkan Karakteristik
Wilayah
Hubungan antara kondisi umum lokasi bertelur dengan pola sebaran yang
berkelompok erat kaitannya dengan jumlah penduduk. Lokasi bertelur yang
berkelompok dengan kondisi yang buruk hingga sangat buruk, umumnya telah
menerima tekanan gangguan tambahan dikarenakan jumlah penduduk yang
padat. Lokasi bertelur juga berdekatan dengan pusat aktivitas masyarakat,
seperti dermaga dan perusahaan yang terdapat di Belang-belang. Kondisi
demikian memberi dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap
keberadaan lokasi bertelur Maleo senkawor. Lokasi bertelur makin intensif
menerima gangguan karena jumlah permukiman yang terus bertambah.
Keterangan :
Kp = kategori penilaian
Kondisi fisik = 4;baik, 3;sedang, 2;kurang, 1;tidak baik
Gangguan manusia = 4;tidak ada, 3;kurang, 2;sering, 1;aktif
Invasi vegetasi sekunder = 4;bersih, 3;kurang, sebagian tertutup, 1;tertutup
Akses = 4;bebas, 3;terbatas, 2;terganggu, 1;tidak ada akses
Kondisi umum lokasi bertelur = > 3.00; baik, 2.01 – 3.00; sedang, 1.01 – 2.00; buruk, 1.00; sangat buruk
Gambar 15 Peta Kondisi Umum Lokasi Bertelur Maleo Senkawor di Kabupaten
Mamuju
Tidak ada lokasi bertelur dalam keadaan baik memberi indikasi bahwa
semua lokasi bertelur yang ada di Kabupaten Mamuju mendapat tekanan.
Berdasarkan 4 (empat) atribut dasar untuk menilai kondisi umum suatu lokasi
bertelur, atribut yang dijadikan acuan dalam menilai kondisi umum lokasi bertelur
Maleo senkawor adalah kondisi fisik, gangguan manusia, invasi vegetasi
sekunder, dan akses Maleo senkawor yang dapat dilihat pada Tabel 5. Sebagian
besar lokasi bertelur dalam keadaan sedang yang berarti bahwa meskipun lokasi
bertelur menerima tekanan tetapi ada faktor lain yang mendukung.
33.3%
27.8% Baik
Sedang
Kurang
Tidak baik
33.3%
33.3%
Tidak ada
Kurang
Sering
Aktif
50.0%
0.0%
16.7%
22.2%
Bersih
Kurang
Sbg tertutup
Tertutup
61.1%
27.8% 27.8%
Bebas
Terbatas
Terganggu
Tdk ada akses
11.1%
33.3%
1.9%
9.4%
Tdk tamat SD
18.8% 42.2% SD
SMP
SMU
Lainnya
27.7%
1. Tobinta
2. Bambamata
3. Tanjung Tambue
4. Padongga
5. Belang-belang
6. Barang-barang
7. Tambung
1. Randomayang
2. Kayumaloa
3. Malasigo
Alikodra, H.S. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas
Kehutanan IPB, Bogor.
Butchart, S.H.M. dan G.C, Baker. 1999. Priority Site for Conservation of Maleos
(Macrocephalon maleo) in Central Sulawesi. Journal of Biological
Conservation. 94 : 79-91.
Christy, M.J. dan S.M. Lentey. 2001. Proyek Maleo Tahap 1 & 2. The Wildlife
Conservation Society.
Coates, B.J., K.D. Bishop, dan D. Gardner. 2000. Panduan Lapangan Burung-
burung di Kawasan Wallacea. Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara.
penerjemah; S.N. Kartikasari, M.D. Tapilatu, dan D. Rini. BirdLIfe
International-Indonesia Programme & Dove Publications. Bogor.
Terjemahan dari: A Guide to the birds of Wallacea: Sulawesi, The
Moluccas and Lesser Sunda Islands, Indonesia.
Cooperrider, A.Y., R.J, Boyd dan H.R. Stuart. 1988. Inventory and Monitoring of
Wildlife Habitat. The Journal of Wildlife Management 52(3): 568.
Dekker, R.W.R.J. dan J. Wattel. 1987. Egg and Image : New and Traditional
Uses for Maleo (Macrocephalon maleo). ICBP Technical Publication
6:83-87.
Dekker, R.W.R.J. dan P.J.K. McGowan. 1995. Megapodes: An Action Plan for
Their Conservation 1995-1999. IUCN, Gland, Switzerland.
Gazi, R. 2004. Karakteristik Telur Burung Maleo Pada Habitat Telur yang
Berbeda. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Gorog A.J., B, Pamungkas, dan R.J. Lee. 2005. Nesting Groound Abandonment
by the Maleo (Macrocephalon maleo) in North Sulawesi : Identifying
conservation priorities for Indonesia`s Endemic Megapode. Journal of
Biological Conservation 126: 548-555.
Gunawan, H. 1994. Karakteristik Lapangan Peneluran Alami Burung Maleo
(Macrocephalon maleo) di Taman Nasional Dumoga Bone, Sulawesi
Utara. Jurnal Penelitian Kehutanan 7(1): 175-188.
White, C.M.N. dan M.D. Bruce., 1986. The Bird of Wallacea. B.O.U. Check list
7. British Ornitologist Union.
Whitten, A.J., M, Mustopa. dan G.S. Anderson. 1987. Ekologi Sulawesi. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Keterangan :
KP = Kategori Penilaian
Pembobotan = 4;baik, 3;sedang, 2;kurang, 1;tidak baik
Lampiran 2 Hasil Penilaian Gangguan di Lokasi Bertelur di Kabupaten Mamuju
Gangguan Pembobotan
No Lokasi bertelur
Kehadiran Frekuensi
Pengambilan telur Bentuk gangguan Predator Bobot Skor KP
manusia gangguan
1 Tobinta Ya Ya Jalan, tapak Sering Anjing 0.30 2 Sering
2 Lelo Losso Ya Ya Penebangan bakau Aktif Biawak, Elang 0.30 2 Sering
3 Tambung Tangnga Ya Ya Aktivitas pemancingan Sering Biawak, Elang 0.30 3 Kurang
4 Koloe Ya Ya - Kurang Babi hutan, Biawak 0.30 3 Kurang
5 Lemo Ya Ya - Kurang Babi hutan, Biawak 0.30 3 Kurang
6 Pambua Ya Ya - Kurang Biawak 0.30 2 Sering
7 Bambamata Ya Ya Jalan Sering Anjing, Biawak 0.30 1 Aktif
8 Kasoloang Ya Ya Jalan Sering Anjing 0.30 2 Sering
9 Randomayang Ya Ya Pertanian, jalan, menangkap Sering Anjing, Biawak 0.30 1 Aktif
Maleo
10 Kayumoloa Ya Ya Pertanian, nelayan Sering Anjing, Biawak 0.30 1 Aktif
11 Tanjung Tambue Ya Ya Pertanian, jalan Kurang Anjing, Biawak 0.30 2 Sering
12 Padongga Ya Ya Penebangan pohon, Sering Biawak, Elang, 0.30 1 Aktif
pembuatan tambak Monyet Dare,
13 Belang-belang Ya Ya Jalan, pemukiman, suara Sering Anjing, Biawak 0.30 2 Sering
chain-saw, tempat rekreasi.
14 Barang-barang Ya Ya Perkebunan, jalan Sering Biawak 0.30 2 Sering
15 Malasigo Ya Ya Jalan, pemukiman Aktif Anjing, Biawak 0.30 1 Aktif
16 Tambung Ya Ya Pembuatan tambak Sering Anjing, Biawak 0.30 1 Aktif
17 Tapanduli Ya Ya Jalan, suara mesin chain-saw Sering Anjing, Biawak 0.30 2 Sering
18 Udung Butung Ya Ya Pertanian, jalan, jebakan Kurang Anjing, Biawak, 0.30 2 Sering
Elang
Keterangan :
KP = Kategori Penilaian
Pembobotan = 4;tidak ada, 3;kurang, 2;sering, 1;aktif
Lampiran 3 Hasil Pembobotan Invasi Vegetasi Sekunder di Lokasi Bertelur di Kabupaten Mamuju
1 Tobinta 20 20 Cleome ruditidosperma, Lantana camara, Calopogonium sp, Mimosa pudica 0.20 3 Kurang
2 Lelo Losso 500 75 Calopogonium sp, Coenea aquatica, Commelina nud F, Cyperus rotundus, 0.20 2 Sbg tertutup
Elettariopsis curtisii.
3 Tambung Tangnga 500 75 Calopogonium sp, Coenea aquatica, Commelina nud F, Cyperus rotundus 0.20 2 Sbg tertutup
4 Koloe 600 50 Imperata cilindrica, Lantana camara, Coenea aquatica 0.20 2 Sbg tertutup
5 Lemo 600 60 Imperata cilindrica, Coenea aquatica 0.20 2 Sbg tertutup
6 Pambua 1000 50 Coenea aquatica 0.20 2 Sbg tertutup
7 Bambamata 25 50 Piper adumcum, Coenea aquatica 0.20 2 Sbg tertutup
8 Kasoloang 200 75 Mimosa pudica, Coenea aquatica 0.20 3 Kurang
9 Randomayang 100 95 Cyperus rotundus, Commelina nud F, Lantana camara, Mimosa pudica, Piper 0.20 1 Tertutup
adumcum
10 Kayumoloa 50 80 Ipomoea pes-caprae, Coenea aquatica, calopogonium sp, Purtulaca oleraceae, 0.20 1 Tertutup
Lantana camaraCyperus rotundus
11 Tanjung Tambue 150 60 Lantana camara, Coenea aquatica 0.20 2 Sbg tertutup
12 Padongga 50 10 Imperata cilindrica, Lantana camara, Coenea aquatica 0.20 2 Sbg tertutup
13 Belang-belang 40 75 Ipomoea pes-caprae, Lantana camara, Piper adumcum. 0.20 2 Sbg tertutup
14 Barang-barang 20 50 Commelina nud F, Piper adumcum 0.20 3 Kurang
15 Malasigo 500 70 Imperata cilindrica, Cyperus rotundus, Lantana camara, Purtulaca oleraceae, 0.20 2 Sbg tertutup
Coenea aquatica
16 Tambung 450 95 Lantana camara, Purtulaca oleraceae, Emilia sonchifolia, Cleome ruditidosperma. 0.20 1 Tertutup
17 Tapanduli 100 60 Piper adumcum, Coenea aquatica, Lantana camara 0.20 2 Sbg tertutup
18 Udung Butung 1000 80 Lantana camara, Cleome ruditidosperma 0.20 3 Kurang
Keterangan :
KP = Kategori Penilaian
Pembobotan = 4;bersih, 3;kurang, 2;sebagian tertutup, 1;tetutup
Lampiran 4 Hasil Pembobotan Akses Lokasi Bertelur Maleo Senkawor di Kabupaten Mamuju
Akses
Keberadaan
Lokasi Jarak Pembobotan
No pemukiman Akses menuju lokasi Jumlah Maleo (ekor) Keterangan
bertelur terdekat hutan
bertelur
Jarak Jumlah (m)
(m) (KK)
Survey Masyarakat Literatur (tahun) Bobot Skor KP
1 Tobinta 30 10 0 > 50% dikelilingi hutan 2 2 - 0.20 4 Bebas Pelelangan ikan
2 Lelo Losso - - 0 > 50% dikelilingi hutan - 2 - 0.20 4 Bebas
3 Tambung - - 0 > 50% dikelilingi hutan 4 4 - 0.20 4 Bebas
Tangnga
4 Koloe - - 0 > 50% dikelilingi hutan - 6 1-10 (Butchart & 0.20 4 Bebas
Baker, 2000)
5 Lemo - - 0 > 50% dikelilingi hutan 4 6 1-10 (Butchart & 0.20 4 Bebas
Baker, 2000)
6 Pambua - - 0 > 50% dikelilingi hutan - 8 1-10 (Butchart & 0.20 3 Terbatas
Baker, 2000)
7 Bambamata 400 23 50 25 – 50 % dikelilingi hutan - - 1-10 (Butchart & 0.20 3 Terbatas
Baker, 2000)
8 Kasoloang 750 10 0 25 – 50 % dikelilingi hutan - 4 1-10 (Butchart & 0.20 3 Terbatas
Baker, 2000)
9 Randomayang 100 7 750 Terpisah oleh areal pertanian - 2 1-10 (Butchart & 0.20 1 Tdk ada
& perkebunan Baker, 2000) akses
10 Kayumoloa 500 50 200 25 – 50 % dikelilingi hutan - 2 1-10 (Butchart & 0.20 2 Terganggu
Baker, 2000)
11 Tanjung Tambue 1500 50 0 25 – 50 % dikelilingi hutan - 4 1-10 (Butchart & 0.20 3 Terbatas
Baker, 2000)
12 Padongga - - 1000 Terpisah oleh tambak - 6 1-10 (Butchart & 0.20 1 Tdk ada
Baker, 2000) akses
13 Belang-belang 50 25 10 Terpisah oleh jalan - 2 7 0.20 1 Tdk ada
(Mallombasang, akses
1995)
14 Barang-barang 100 10 100 Terpisah oleh jalan dan 2 2 - 0.20 1 Tdk ada
perkebunan akses
15 Malasigo 10 5 30 Terpisah oleh jalan - 2 - 0.20 2 Terganggu Pertambangan,
Pelabuhan
16 Tambung 150 15 500 Terpisah oleh tambak - 2 - 0.20 1 Tdk ada
akses
17 Tapanduli 200 10 30 Dibatasi oleh perkebunan 8 0.20 3 Terbatas
kelapa
18 Udung Butung 100 10 0 > 50% dikelilingi hutan 10 0.20 3 Terbatas
Keterangan :
KP = Kategori Penilaian
Pembobotan = 4;bebas, 3;terbatas, 2;terganggu, 1;tidak ada akses
Lampiran 5 Pengelompokan Lokasi Bertelur Maleo Senkawor Berdasarkan
Karakteristik Wilayah
Lokasi Bertelur dengan Tanggul Pelindung Lokasi Bertelur dengan Vegetasi Mangrove
Lokasi Bertelur dengan Hutan Dataran Rendah Lokasi Bertelur dengan Hutan Berbukit
Lokasi Bertelur di Perkebunan Perseorangan Lokasi Bertelur di Antara Semak Tinggi
2. Tipe lokasi :
Lokasi bertelur tepi pantai.
Lokasi bertelur di pedalaman hutan.
4. Tekstur tanah :
Pasir Lempung berkilat
Debu Liat
1. Kehadiran manusia :
Ya
Tidak
4. Frekuensi gangguan :
Tidak ada
Kurang
Sering
Aktif
I. IDENTITAS DIRI
1. Umur :
Laki- laki
2. Jenis Kelamin* :
Perempuan
3. Pendidikan* : Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMU
Lainnya, sebutkan ………
4. Pekerjaan :
* beri tanda jawaban yang dianggap paling benar!
4. Apakah pekerjaan yang setiap hari Anda kerjakan ? (jawaban Anda boleh lebih dari
satu)
Berkebun Pedagang Pelajar
Berladang Penjaga warung Pensiunan
Bertani Guru Bekerja di tambak
Nelayan Pegawai negeri Lainnya, sebutkan ……
5. Apakah Anda juga bekerja dengan mengumpulkan telur Maleo senkawor ?
Ya
Tidak
Jika Ya, Apakah mengumpulkan telur Maleo senkawor merupakan kegiatan sehari-
hari Anda ?
Ya
Tidak
Dijual di :
Pasar
Tetangga
Kota
Jika ya, untuk apa? (untuk pertanyaan ini, jawaban boleh lebih dari satu)
Dimakan
Dijual
Disimpan
Dipelihara
Lainnya, sebutkan ……
7. Apa keistimewaan telur Maleo senkawor ? (jawaban boleh lebih dari satu)
Rasanya enak
Bau/aromanya enak
Mudah diperoleh
Ukurannya besar
Didapat secara gratis
Lainnya, sebutkan ………
1. Apakah menurut Anda, Maleo senkawor adalah binatang yang dilindungi oleh
Pemerintah ?
Ya
Tidak
Terima Kasih
Lampiran 12 Tally Sheet Pembobotan Lokasi Bertelur Maleo Senkawor
Keterangan
Skor : 1 – 4
Total nilai :
> 3.00 : Baik
2.01 – 3.00 : Sedang
1.01 – 2.00 : Buruk
1.00 : Sangat Buruk
5.1 Kesimpulan