You are on page 1of 12

Oka Ferry Sandy/ JIAP Vol. 6 No.

3 (2020) 415-422

JIAP Vol 6, No 3, pp 415-422, 2020


© 2020 FIA UB. All right reserved
ISSN 2302-2698
e-ISSN 2503-2887
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)
URL:

Analisis Peran Aktor dalam Implementasi Kebijakan Pembangunan Sanitasi


di Kabupaten Probolinggo

Oka Ferry Sandy a


a
Bappeda Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia

INFORMASI ART IKEL ABSTRACT

Article history: Implementation is an important stage that must be carried out after a policy is
Dikirim tanggal: 05 November 2019 formulated. The implementation of sanitation policies in Probolinggo District has
Revisi pertama tanggal: 26 November 2020 a high complexity with various problems because what will be changed is not only
Diterima tanggal: 30 November 2020
Tersedia online tanggal: 14 Desember 2020
the physical building but also the knowledge and also the attitude of the people to
behave in a clean and healthy life. The involvement of various parties is needed in
helping to overcome these problems so that goals and objectives can be achieved.
This study aims to identify, map and formulate the role of stakeholders in the
implementation of sanitation development in Probolinggo Regency. Data
collection was carried out through interviews, observations and documentation and
then analyzed descriptively qualitatively. From the results of the study, 13 actors
were involved in the implementation of sanitation development. Actors who are
key players are BAPPEDA, Public Health Office , the Housing and Resettlement
Zone Office, the Community and Village Empowerment Office, USAID
IUWASH PLUS and the Village Government. Good coordination, synergy and
Keywords: implementation, sanitation, communication are needed in the successful implementation
stakeholder analysis
INTISARI
Implementasi merupakan tahap penting yang harus dilakukan setelah sebuah
kebijakan dirumuskan. Implementasi kebijakan pembangunan sanitasi di
Kabupaten Probolinggo memiliki kompleksitas yang tinggi dengan masalah yang
beragam karena yang akan dirubah bukan hanya bangunan fisiknya melainkan
juga pengetahuan dan juga sikap masyarakat agar berperilaku hidup bersih dan
sehat. Perlu keterlibatan berbagai pihak dalam membantu mengatasi berbagai
permasalahan tersebut agar tujuan dan sasaran dapat tercapai. Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi, memetakan, dan merumuskan peran aktor dalam
pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Probolinggo. Pengumpulan data
dilakukan melalui kegiatan wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk
kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian didapatkan
13 aktor yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan sanitasi. Aktor yang
menjadi key player adalah BAPPEDA, Dinas Kesehatan, Dinas Perumahan
Kawasan Permukiman dan Pertanahan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa, USAID IUWASH PLUS, serta pemerintah desa. Koordinasi, sinergi dan
komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam keberhasilan pelaksanaanya.

2020 FIA UB. All rights reserved.

———
 Corresponding author. Tel.: +62-823-314-91199; e-mail: okafs81@gmail.com

1
Oka Ferry Sandy/ JIAP Vol. 6 No. 3 (2020) 415-422

1. Pendahuluan dioptimalkan untuk pembangunan layanan air minum


Pembangunan suatu wilayah seharusnya tidak dan sanitasi.
diarahkan pada pembangunan yang bersifat fisik saja, Pemerintah Kabupaten Probolinggo, tentunya wajib
tetapi juga harus bergerak dibidang pembangunan non mendukung Program Universal Akses yang telah
fisik atau sosial. Oleh karena itu harus ada digaungkan oleh pemerintah pusat, dengan
keseimbangan antara keduanya, pembangunan tersebut mengoptimalkan berbagai macam instrument kebijakan.
haruslah bersinergi satu sama lain dan jangan sampai Instrumen kebijakan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
pembangunan bertumpu pada salah satu aspek saja. instrumen regulasi, instrumen ekonomi, dan instrumen
Pembangunan kesehatan dalam hal ini pembangunan informasi. Klasifikasi ini didasarkan pada tingkat
sanitasi masyarakat merupakan salah satu contoh yang otoritatif atau tingkat paksaan yang dilakukan oleh
harus menerapkan perpaduan antara pembangunan fisik pemerintah (Vedung, 1998, pp. 249-250).
dan non fisik tersebut. Kabupaten Probolinggo telah membuat beberapa
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014 kebijakan terkait pembangunan sanitasi antara lain
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; membuat regulasi berupa Peraturan Daerah No.1 Tahun
disebutkan bahwa pembangunan kesehatan: 2019 tentang Air Limbah Domestik; dan Peraturan
Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan Bupati No. 32 Tahun 2016 tentang Gerakan Sanitasi
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sebagai Acuan
supaya terwujud derajat kesehatan warga dalam pelaksanaan pembangunan sanitasi telah dibuat
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai beberapa dokumen perencanaan, antara lain Buku Putih
investasi bagi pembangunan SDM (Sumber Daya Sanitasi, Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK),
Manusia) yang produktif secara sosial dan Rencana Induk Sistem Air Limbah Domestik, Rencana
ekonomis. Aksi Daerah AMPL.
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya Secara empiris berdasarkan kondisi eksisting,
merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran, pelaksanaan kebijakan tentang sanitasi tersebut sampai
kemauan, serta kemampuan setiap orang untuk dapat saat ini masih banyak kendala yang dihadapi dan
berperilaku hidup yang sehat dalam mencapai derajat seakan- akan semangat untuk segera keluar dari kondisi
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam sanitasi buruk masih jalan ditempat karena capaian yang
mewujudkannya perlu pelaksanaan pembangunan ada masih cukup rendah. Jika merujuk Dokumen
kesehatan yang sistematis, terarah, terpadu, dan holistik, Strategis Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten
serta dibutuhkan keterlibatan berbagai sektor dalam Probolinggo (2017), pada Tahun 2016 cakupan sanitasi
pelaksanaannya. masih berada pada angka 64% terdiri dari sanitasi layak
Pada Pasal 12 Ayat 1 UU No 23 Tahun 2014 sebesar 46, 62%, sanitasi dasar sebesar 17,29, % dan
tentang Pemerintah Daerah; bahwa pelayanan air minum Buang Air Besar Sembarangan (BABS) sebesar 36,09%.
dan sanitasi merupakan kewenangan daerah dan menjadi Hal ini diakui oleh berbagai aktor bahwa
urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar. pembangunan sanitasi di Kabupaten Probolinggo belum
Pentingnya sanitasi layak secara khusus dicantumkan optimal karena masih banyak dilakukan secara parsial,
pada tujuan enam (6) SDGs (Sustaiable Development masing-masing institusi melaksanakan kegiatannya
Goals), dimana ditetapkan target atau sasaran capaian sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri-
Pada tahun 2030, mencapai akses sanitasi dan sendiri, seringkali kegiatan tersebut sebetulnya dapat
kebersihan yang memadai dan layak untuk semua, dan diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling
mengakhiri buang air besar sembarangan (BABS). bersinergi. Kurangnya koordinasi dan sinergi antar
Berdasarkan hal diatas, maka saat ini Pemerintah institusi tersebut membuat pembangunan sanitasi tidak
Indonesia menyadari sepenuhnya akan pentingnya banyak bergerak menuju tujuan dan terget yang ingin
pembangunan sanitasi. Upaya tersebut dijabarkan dalam dicapai.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Ketika sebuah kebijakan diimplementasikan
(RPJMN) 2015-2019 dengan diluncurkannya program Pemerintah Kabupaten Probolinggo telah membentuk
agenda nasional Akses Universal Air Minum dan unit-unit pelaksana yang khusus menangani sanitasi,
Sanitasi Tahun 2019. Target yang ditetapkan terhadap yaitu Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan
indikator outcome 2015-2019, yaitu 100% capaian Penyehatan Lingkungan (AMPL) dengan SK Bupati No.
pelayanan akses air minum, 0% permukiman kumuh 650/176/426.32/2019 tentang Pembentukan POKJA
dikawasan perkotaan, dan 100% capaian pelayanan AMPL. Pokja AMPL adalah sebuah lembaga adhoc
akses sanitasi. Untuk memastikan keberhasilan program yang dibentuk sebagai wadah komunikasi dan
tersebut, pemerintah pusat mendorong pemerintah koordinasi agar pembangunan air minum dan sanitasi
daerah untuk memprioritaskan program dan anggaran berjalan lebih baik. Mengingat aspek pembangunan
daerah sanitasi cukup luas, maka Pokja AMPL ini diperkuat

2
Oka Ferry Sandy/ JIAP Vol. 6 No. 3 (2020) 415-422
oleh anggota tim yang

3
terdiri dari berbagai aktor dengan peran dan fungsi yang dari kebijakan, mengkaji apa yang dilakukan dan tidak
berbeda-beda. Menurut Syahrir (2004, p. 5) disebutkan dilakukan oleh pembuat kebijakan, serta konsekuensi
bahwa:
Kemitraan multi aktor terdiri dari pemerintah yang
berperan sebagai regulator. Swasta, mendukung
kebijakan dengan membuat program untuk
pembangunan masyarakat. Sedangkan masyarakat
berperan dalam bentuk pastisipasi.
Adapun di Kabupaten probolinggo, selain aktor
internal pemerintah Kabupaten Probolinggo juga
dibantu oleh aktor yang berasal dari masyarakat dan
pihak swasta. Berdasarkah hal diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian “Analisis Peran
Aktor Dalam Implementasi Kebijakan
Pembangunan Sanitasi di Kabupaten Probolinggo”.
Dalam pembangunan sanitasi terdapat tiga sektor yang
menjadi ruang lingkup pembangunannya, yaitu sektor
air limbah, sektor persampahan, dan
sektor drainase. Namun pada
penelitian ini peneliti membatasi pada sanitasi untuk
sektor air limbah.
2. Teori
2.1 Kebijakan Publik
Menurut Winarno (2008, p. 16) secara umum
istilah “kebijakan” atau policy digunakan untuk
menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang
pejabat, suatu kelompok maupun suatu lembaga
pemerintahan) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang
kegiatan tertentu.
Sedangkan Frederickson & Hart dalam Tangkilisan
(2003, p. 19), mengemukakan bahwa:
Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah
pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam lingkungan
tertentu sehubungan adanya hambatan-hambatan
tertentu sambil mencari peluang-peluang untuk
mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang
diinginkan.
Sementara itu, proses kebijakan menurut Dunn
(2003, p. 22), adalah sebagai berikut:
Proses kebijakan adalah serangkaian aktivitas
intelektual yang dilakukan didalam proses kegiatan
yang pada dasarnya bersifat politis, aktivitas politis
tersebut divisualisasikan sebagai serangkaian tahap
yang saling tergantung yang diatur menurut urutan
waktu.
2.2 Implementasi Kebijakan Publik
Terdapat dua bagian besar dalam analisis kebijakan
publik yaitu analisis kebijakan publik dan proses
kebijakan publik. Salah satu bagian dari proses
kebijakan publik adalah implementasi kebijakan publik.
Bagian analisis kebijakan publik biasanya mengkaji
hubungan antara suatu kebijakan dengan masalah, isi
yang akan tercipta (output) dari suatu kebijakan. Aktor ini
Analisis kebijakan pada dasarnya merupakan bentuk
perekayasaan dan perbaikan terhadap suatu kebijakan
(Parsons, 2006, pp. 19-31).
Pada bagian proses kebijakan publik, kebijakan
publik dipandang sebagai sebuah proses. Artinya,
kebijakan publik akan dilihat berdasarkan tingkatan
praktisnya, yaitu bagaimana kebijakan dibuat,
dimplementasikan dan pada akhirnya kebijakan harus
melakukan perubahan-perubahan tertentu. Banyak
pakar yang menawarkan bentuk dari proses kebijakan
ini, tetapi dari sebagian banyak tawaran itu Jones
menyimpulkan bahwa pada dasarnya semua bentuk
proses itu dapat dikelompokkan menjadi empat tahap,
yaitu sebagai berikut (Putra, 2003, pp. 26-32):
a) Tahap bagaimana masalah-masalah yang ada bisa
masuk ke ruang publik;
b) Tahap bagaimana pemerintah melakukan tindakan-
tindakan konkret menyikapi masalah tersebut;
c) Tahap dimana tindakan-tindakan pemerintah itu
masuk ke masalah di lapangan; dan
d) Dan kemudian tahap dimana kebijakan kembali ke
pemerintah agar ditinjau kembali dan diadakan
perubahan-perubahan yang dianggap mungkin.
Implementasi kebijakan merupakan tahap dari
proses kebijakan segera setelah penetapan kebijakan
baik yang berupa undang-undang ataupun peraturan.
Implemntasi dipandang secara luas mempunyai makna
pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor,
organisasi, prosedur, dan teknik bekerja bersama-sama
untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk
meraih tujuan-tujuan kebijakan.
2.3 Aktor Dalam Implementasi Kebijakan
Gonsalves dalam Iqbal (2005, p. 90)
mendeskripsikan aktor implementasi atas siapa yang
memberi dampak dan/ atau siapa yang terkena dampak
kebijakan, program, dan aktivitas pembangunan.
Mereka bisa laki-laki atau perempuan, komunitas,
kelompok sosial ekonomi, atau lembaga dalam
berbagai dimensi pada setiap tingkat golongan
masyarakat. Pada umumnya peran aktor dalam
implementasi dibagi menjadi tiga, yaitu pemerintah,
swasta, dan masyarakat.
Thompson dalam Wakka (2014, p. 51)
mengungkapkan bahwa peran aktor dalam pelaksanaan
suatu kebijakan atau program dipengaruhi oleh
kekuatan (power) dan kepentingan (interest) yang
dimiliki oleh aktor tersebut, sehingga dapat
dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu sebagai
berikut:
a) Aktor dengan tingkat kepentingan (interest) yang
tinggi tetapi memiliki kekuatan (power) yang rendah
diklasifikasikan sebagai subyek (subjects). Aktor ini
memiliki kapasitas yang rendah dalam pencapaian
tujuan, akan tetapi dapat menjadi berpengaruh
dengan membentuk aliansi dengan aktor lainnya.
sering bisa sangat membantu sehingga hubungan Berdasarkan pada pemikiran diatas maka yang
dengan aktor ini harus tetap dijaga dengan baik; menjadi fokus penelitian adalah:
b) Aktor dengan tingkat kepentingan (interest) dan a) Mendeskripsikan dan menganalisis peran akor dalam
kekuatan (power) yang tinggi diklasifikasikan implementasi kebijakan pembangunan sanitasi di
sebagai pemain kunci (key players). Aktor ini harus Kabupaten Probolinggo; dan
lebih aktif dilibatkan secara penuh termasuk dalam b) Menemukan faktor-faktor pendukung dan
mengevaluasi strategi baru; penghambat dalam implementasi kebijakan
c) Aktor dengan tingkat kepentingan (interest) dan pembangunan sanitasi di Kabupaten Probolinggo.
kekuatan (power) yang rendah diklasifikasikan Adapun teknik pengumpulan data dilakukan
pengikut lain (crowd), untuk melibatkan aktor ini melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
lebih jauh karena kepentingan dan pengaruh yang Wawancara dilakukan kepada Kepala Bidang
dimiliki biasanya berubah seiring berjalannya waktu. Infrastruktur Bappeda Kabupaten Probolinggo, Kepala
Aktor ini harus tetap dimonitor dan dijalin Sub Bidang Pembiayaan pada Bappeda, Kepala Seksi
komunikasi dengan baik; dan Kesehatan Lingkungan Pada Dinas Kesehatan, Kepala
d) Aktor dengan tingkat kepentingan (interest) yang Bidang Perumahan, Kepala Seksi Pengolahan Air
rendah tetapi memiliki kekuatan (power) yang tinggi Limbah Domestik pada DPKPP, Kepala UPT ALD,
diklasifikasikan sebagai pendukung (contest setters). Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Desa pada
Aktor ini dapat mendatangkan resiko sehingga DPMD, Kepala Seksi Pengendalian Lingkungan Hidup
keberadaannya perlu dipantau dan dikelola dengan pada DLH, Governance Specialist dan Senior Associate
baik. Aktor ini dapat berubah menjadi key players for Behaviour Change Marketing IUWASH-PLUS,
karena suatu peristiwa. Hubungan baik dengan Asisten Kota Mandiri KOTAKU, Preparation,
stakeholder ini terus dibina. Untuk itu segala Appraisal, and Oversight (PAO) pada sAIIG, Petugas
informasi yang dibutuhkan harus tetap diberikan, Sanitarian Kecamatan Leces, Kepala Desa Alas
sehingga mereka dapat terus berperan aktif dalam Kandang.
pencapaian tujuan. Observasi dilakukan dengan melihat keadaan
Menurut Yakin (2011, p. 95) ada empat unsur yang dilapangan dengan cara datang ke kantor-kantor
perlu diperhatikan untuk menganalisis keberhasilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), ke desa-desa dan
peran para aktor dalam implementasi suatu kebijakan, kegiatan-kegiatan seperti rapat-rapat, stakeholder
yaitu sebagai berikut: meeting, FGD, dan lain-lain. Dokumentasi dilakukan
a) Partisipasi aktor, yaitu dengan menilai bagaimana dengan cara mencatat atau meng-copy dokumen-
peran aktor-aktor terkait dalam pelaksanaan suatu dokumen, arsip-arsip maupun data lain yang terkait
kebijakan; dengan masalah yang diteliti.
b) Perspektif aktor, yaitu dengan menilai bagaimana Teknik analisis data yang dipergunakan adalah
aktor-aktor memahami program; model interaktif dari Miles, Huberman, & Saldana
c) Aksesibilitas aktor, yaitu dengan menilai bagaimana (2014). Dalam model ini terdapat satu langkah
akses aktor-aktor dalam pelaksanaan program; dan pengumpulan data dan tiga langkah analisis, yaitu
d) Penentuan tindakan, yaitu dengan menilai bagaimana
prosedur kondensasi data, penyajian data, dan menarik
peran aktor dalam menentukan tindakan.
kesimpulan.
3. Metode Penelitian 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian 4.1 Peran Aktor dalam Implementasi Kebijakan
kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini Pembangunan Sanitasi
bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
fakta-fakta yang terjadi dilapangan terkait peran masing- 4.1.1 Identifikasi Aktor Implementasi
masing aktor dalam proses implementasi kebijakan
Pembangunan sanitasi merupakan pembangunan
pembangunan sanitasi di Kabupaten Probolinggo dan
yang sangat kompleks dengan masalah yang beragam
juga faktor pendukung dan penghambatnya.
karena yang akan dirubah adalah tiga hal penting, yaitu
Peneliti menentukan lokasi penelitian secara
merubah mindset/ pengetahuan, merubah sikap/ perilaku
purposive (sengaja), yaitu pada Pemerintah Daerah
dan merubah bangunannya/ infrastrukturnya. Oleh
Kabupaten Probolinggo khususnya pada aktor yang
karenanya dalam melaksanakan pembangunan sanitasi
mengimplementasikan kebijakan pembangunan sanitasi.
banyak aktor yang terlibat didalamnya. Indentifikasi
Penentuan ini didasarkan pada pertimbangan, yaitu
aktor merupakan hal mendasar yang harus dilakukan
kondisi akses sanitasi masyarakat di Kabupaten
terlebih dahulu karena akan memberikan gambaran yang
Probolinggo berada pada peringkat tiga terbawah
lebih terstruktur mengenai siapa saja aktor yang terlibat.
di Provinsi Jawa Timur.
Aktor dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten
Probolinggo jika diklasifikasikan dapat dibagi
kedalam
tiga kelompok, yaitu aktor dari pemerintah, swasta dan dalam kelompok ini, yaitu Bappeda, Dinas
masyarakat. Berdasarkan hasil dokumentasi terhadap SK Kesehatan, DPKPP, DPMD, IUWASH PLUS,
Bupati No. 650/176/426.3 2/2019 tentang Pembentukan pemerintah desa. Untuk pencapaian tujuan yang
POKJA AMPL; serta hasil wawancara dan observasi ditargetkan, maka harus lakukan upaya terbesar
yang dilakukan oleh peneliti, maka aktor-aktor dalam untuk memuaskan mereka. Stakeholder dalam
pembangunan sanitasi di Kabupaten Probolinggo, adalah kelompok ini harus lebih aktif dilibatkan secara
sebagai berikut: penuh termasuk dalam mengevaluasi strategi baru;
a) Aktor Pemerintah : Badan Perencanaan b) High power, less interested buat mereka puas dan
Pembangunan Daerah, Dinas Kesehatan, Dinas nyaman (Keep Satisfied): Stakeholder dalam
Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan, kelompok ini yaitu KOTAKU, sAIIG, dan CSR,
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pemberdayaan berikan tugas dan pekerjaan yang cukup untuk
Masyarakat dan Desa, Pemerintah Desa; kelompok stakeholder ini untuk membuat mereka
b) Aktor Masyarakat: Kelompok Swadaya Masyarakat puas, tetapi jangan terlalu banyak agar tidak
(KSM), Masyarakat Desa; dan membuat mereka bosan dengan pesan dan instruksi
c) Aktor Swasta: USAID-IUWASH PLUS (United yang diberikan. Aktor ini dapat berubah menjadi key
States Agencyor International Development- players karena suatu peristiwa. Hubungan baik
Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene – dengan stakeholder ini terus dibina. Untuk itu segala
Penyehatan Lingkungan untuk Semua), Forum informasi yang dibutuhkan harus tetap diberikan
Kabupaten Probolinggo Sehat (FKPS), KOTAKU sehingga mereka dapat terus berperan aktif dalam
(Kota Tanpa Kumuh), Program Hibah Australia- pencapaian tujuan;
Indonesia untuk Pembangunan Infrastruktur Sanitasi c) Low power, interested stakeholder jaga hubungan
(sAIIG) dan Corporate Social Responsibility (CSR). dan tetap jalin komunikasi (Keep Informed):
Stakeholder dalam kelompok ini yaitu DLH, FKPS,
dan KSM, memberi informasi stakeholder dalam
kelompok ini secara memadai, dan berbicaralah
dengan mereka untuk memastikan tidak ada masalah
besar yang muncul. Stakeholder dalam kategori ini
seringkali dapat sangat membantu dengan detail
pencapaian tujuan yang akan dicapai; dan
d) Low power, less interested lakukan pemantauan
(Monitor): Stakeholder dalam kelompok ini adalah
Masyarakat. Pantau stakeholder ini, tetapi jangan
membuat mereka bosan dengan komunikasi yang
berlebihan. Kepentingan dan pengaruh yang dimiliki
biasanya berubah seiring berjalannya waktu.
Stakeholder ini harus tetap dimonitor dan dijalin
komunikasi dengan baik karena bagaimanapun
masyarakat yang menjadi sasaran dalam
pembangunan sanitasi yang mungkin dengan
peningkatan pengetahuan dan pemicuan lambat laun
akan memiliki kesadaran untuk ikut terlubat dalam
pelaksanaan pembangunan sanitasi.
Gambar 1 Tahapan Perencanaan Tata Ruang dan Bappeda selaku kordinator dalam mensinergikan
tahapan Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS pembangunan sanitasi adalah salah satu “pemain kunci”
Sumber: Muta’ali, 2019 (key player) harus dapat melibatkan secara penuh key
player lainnya dalam merumuskan dan mengevaluasi
Penjelasan dari hasil klasifikasi stakeholder strategi pembangunan sanitasi. Peran Bappeda harus
berdasarkan kekuatan dan kepentingan mereka atas dikuatkan dalam koordinasi, sinergi, dan integrasi.
pembangunan sanitasi sebagaimana ditampilkan pada Selain harus melibatkan key players lainnya secara
Gambar 1, adalah sebagai berikut: penuh (Dinas Kesehatan, DPKPP, DPMD, IUWASH
a) High power, interested stakeholder kelola dengan PLUS,
dekat (Manage Closely): merupakan key player atau Pemerintah Desa), Bappeda juga harus menjalin
aktor kunci dalam pelaksanaan pembangunan sanitasi komunikasi dengan aktor pada kuadran yang lain karena
di Kabupaten Probolinggo. Dalam pembangunan kepentingan dan pengaruhnya bisa berubah seiring
sanitasi harus sepenuhnya melibatkan stakeholder berjalannya waktu.
4.1.2 Peran Aktor ketaatan
Mengingat luasnya cakupan pembangunan sanitasi
dan banyaknya aktor yang terlibat, perlu adanya
pengintegrasian dari semua sektor agar semua ini bisa
berjalan dengan baik dan tidak ego sektoral, oleh
karenanya pendekatan yang digunakan menggunakan
Pokja AMPL. Pokja ini harus berfungsi merekatkan dan
mesinergikan kegiatan antar aktor itu. Dengan adanya
pokja semua kegiatan itu harus bisa diintegrasikan dan
di sinergikan, karena akan membuat sebuah pekerjaan
menjadi lebih efektif dan efisien.
Melihat apa yang telah diuraikan tersebut, maka
perlu keterlibatan semua aktor dalam pembangunan
sanitasi dengan melihat potensi, karakteristik dan
kewenangannya masing-masing. Penjabaran tentang
peran tersebut dapat dijelaskan, antara lain sebagai
berikut:
a) Bappeda berperan dalam menyiapkan dokumen
perencanaan terkait pembangunan sanitasi, serta
memastikan pengalokasian anggaran terhadap
rencana yang sudah ada. Fungsi Bappeda sebagai
ketua kelompok kerja AMPL dapat mempengaruhi
aktor lainnya. Bappeda dapat memberi pengaruh
berupa memaksa kepada aktor lain untuk
mengerjakan sesuatu yang telah menjadi rencana.
Implementasi Itu diperlukan tangan-tangan besi dari
bappeda dan keberanian untuk membuat trobosan
dan mengawal pembangunan supaya terarah dan
terjadi akselerasi dalam pencapaian akses sanitasi;
b) Dinas Kesehatan berperan dalam mensukseskan
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM), perannya bukan pada fisik, tetapi
bagaimana merubah perilaku masyarakat supaya
dengan kemandiriannya mereka bisa berubah
menjadi lebih bersih dan lebih sehat. Dalam hal
pemicuan dimasyarakat DINKES dibantu oleh tenaga
sanitarian yang bersentuhan langsung ditengah
masyarakat;
c) Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan
Pertanahan berperan dalam pembangunan fisiknya,
dalam pembangunan sanitasi ini bidang yang
bersentuhan langsung adalah bidang perumahan dan
bidang permukiman. Dibidang perumahan ada
program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dimana
dalam pembangunan RTLH tersebut harus ada
jambannya. Untuk Bidang Permukiman bangunan
fisiknya berupa IPAL Komunal, dan jamban yang
sudah terstandarisasi sesuai indikator aman dari
Kementrian PUPR;
d) Dinas Lingkungan Hidup berperan dalam
pemantauan dan pengawasan pencemaran air tanah
dan air permukaan dari air limbah domestik. Selain
itu DLH adalah salah satu aktor yang berperan
memberikan rekomendasi terhadap kelayakan sebuah
perusahaan atas buangan limbahnya. Memastikan
perusahaan telah membuat dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) serta
UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup) dengan
benar serta mengawasi pelaksanannya;
e) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa berperan
dalam membina masyarakat agar secara mandiri
dapat berdaya dan melakukan perilaku hidup sehat
dengan sanitasi yang baik. Selain itu DPMD
memiliki kekuatan untuk mengawasi dan
mengintervensi setiap anggaran dana desa agar porsi
untuk pembangunan sanitasi benar-benar
teralokasikan dan dilaksanakan didesa;
f) Pemerintah desa berperan dalam memberikan
bantuan pembangunan jamban dan sarana sanitasi
lainnya sebagaimana yang telah dianggarkan dalam
APBDES. Selama ini pembangunan sanitasi untuk
sektor air limbah domestik berupa jamban
dimasukkan dalam program RTLH;
g) Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
keberadaannya sangat penting dalam pembangunan
sanitasi, baik itu dalam penyiapan masyarakat
sebelum pelaksanaan pembangunan dan
keberlanjutan dari program setelah pasca
pembangunan. Posisi KSM yang merupakan orang
pilihan masyarakat sendiri dengan pertimbangan
ketokohan dan figurnya dapat membuat pelaksanaan
pembangunan sanitasi menjadi lebih cepat;
h) Masyarakat dalam pembangunan sanitasi
di Kabupaten Probolinggo adalah sebagai sasaran
pembangunan sanitasi, masyarakat juga merupakan
pelaku dalam pelaksanaan pembangunan sanitasi
tersebut. Kepentingan masyarakat untuk memiliki
akses terhadap sanitasi sebenarnya besar sekali
namun itu semua tidak muncul karena pengetahuan
yang rendah, sehingga menganggap sanitasi bukan
kebutuhan dasar. Upaya pendampingan dan
pemicuan harus terus dilakukan dan bersinergi
diantara pelaku pembangunan sanitasi;
i) IUWASH-PLUS merupakan mitra dari pemerintah
Kabupaten Probolinggo yang dibiayai oleh USAID
(Lembaga donor milik amerika yang fokus dalam
pembangunan di sektor air minum dan sanitasi).
Mandatorinya adalah bagaimana mendorong pada
Pemerintah Kabupaten Probolinggo untuk mencapai
visi misi yang ada di RPJMD terkait pembangunan
sanitasi. Acuan atau dasar yang digunakan oleh
IUWASH-PLUS dalam membantu pembangunan
sanitasi adalah dokumen-dokumen atau kajian yang
ada dipemerintah antara lain RPJMD, SSK,
RISPAM, RISPAL. Bantuannya bukan investasi
infrastruktur namun berupa meningkatkan SDM
para aktor sanitasi dari pengetahuan, skill, mindset
motivasi, yang didasarkan pada kondisi eksisting
yang termaktub dalam dokumen SSK tersebut
untuk mencapai target
SDGs point 6. Fokus IUWASH pada air limbah d) Kabupaten Probolinggo sudah memiliki Instalasi
domestik; Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) sebagai prasyarat
j) FKPS berperan sebagai mitra dinas kesehatan, yaitu dasar dalam indikator sanitasi aman adalah lumpur
bekerjasama dengan sanitarian dalam pemicuan tinja harus diangkut dan diolah.
perilaku hidup bersih dimasyarakat, umumnya
mensupport dari sisi ketokohannya agar program ini 4.2.2 Faktor Penghambat
bisa diikuti oleh masyarakat. Peran FKPS yang lain
Beberapa faktor penghambat dalam implementasi
dalam hal mempersiapkan ajang penilaian kabupaten
kebijakan pembangunan sanitasi yang didapatkan dari
sehat, munculnya penilaian-penilaian terhadap
hasil penelitian, adalah sebagai berikut:
indikator kesehatan tersebut memicu upaya
a) Dukungan anggaran untuk sektor sanitasi masih
optimalisasi kesehatan lingkungan di masyarakat;
rendah, tercatat anggaran untuk sanitasi dari Tahun
k) KOTAKU adalah Program Kementerian PUPR
2014 sampai dengan Tahun 2018 masih dibawah 1%
Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk mempercepat
dari total APBD. Hal ini jauh dari batas minimal
penanganan permukiman kumuh dalam upaya untuk
sebagaimana yang oleh Aliansi Kabupaten Kota
mendukung “Gerakan 100-0-100”, yaitu 100% akses
Peduli Sanitasi (AKKOPSI) disepakati bahwa alokasi
air minum, 0% permukiman kumuh, dan 100% akses
anggaran (APBD) minimal 2% untuk pembangunan
sanitasi layak. Untuk di Kabupaten Probolinggo
sanitasi;
KOTAKU menangani Kawasan kumuh yang sudah
b) Permasalahan data, setiap aktor memiliki data yang
ditetapkan dalam SK Kumuh. Saat ini kotaku
berbeda-beda, setiap Aktor memiliki capaian akses
menangani 47 desa dalam tiga kecamatan yang
sanitasi yang berbeda, kemudian target daerah yang
termasuk dalam kawasan perkotaan;
akan menjadi sasaran pembangunan sanitasi juga
l) sAAIG berperan dalam membangun Instalasi
belum dipastikan loksainya. Sehingga pembangunan
Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat (IPALD-
sanitasi tidak terarah dan sulit dalam pencapain target
T) pada kawasan permukiman dengan kapasitas 150
dan sasaran;
hingga 400 Sambungan Rumah (SR). sAAIIG
c) Ego sektoral membuat komunikasi antar aktor itu
merupakan program Australia Indonesia
tidak terjadi, masing-masing aktor memiliki
Infrastructure Grants for Sanitation (sAIIG). Saat ini
mandatori sendiri, tetapi antar mandat tersebut tidak
sudah terbangun IPALD-T di Daerah Patokan
paham bahawa masing-masing mandat tersebut untuk
Kecamatan Kraksaan, dan pada Tahun 2019 ini ada
menuju satu visi yang tertuang dalam RPJMD;
penambahan pembangunan IPALD-T lagi
d) Kebijakan berupa regulasi dan dokumen perencanaan
di Kelurahan Semampir, Kecamatan Kraksaan; dan
tidak ditindaklanjuti dan digunakan sebagai petunjuk
m) CSR Berperan dalam membantu pemerintah
dalam pembangunan sanitasi. para aktor dan
Kabupaten Probolinggo untuk segala aspek
masyarakat tidak paham terhadap regulasi yang
pembangunan yang bersifat sosial. Dalam hal
sudah dibuat tersebut;
pembangunan sanitasi CSR lebih menekankan pada
e) Kapasitas dan kapabilitas SDM masih rendah dimana
pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
banyak penempatan pegawai tidak memiliki
dimana didalamnya sudah termasuk pembangunan
kompetensi yang memadai tentang sanitasi;
jamban sehat.
f) Problem pengangkatan birokrasi menjadi
4.2 Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat permasalahan terhadap keberlanjutan sebuah isu,
Implementasi Kebijakan Pembangunan Sanitasi program, komitmen (komitmennya akan berubah
Di Kabupaten Probolinggo seiring pergantian orang). Semisal orang yang benar-
benar memahami dan ahli didalam sanitasi dan
4.2.1 Faktor Pendukung
menangani sanitasi sejak lama dimutasi dan
Beberapa faktor pendukung implementasi digantikan oleh orang baru yang sama sekali tidak
kebijakan pembangunan sanitasi yang didapatkan dari memahami;
hasil penelitian, adalah sebagai berikut: g) SOP untuk melakukan pembangunan sanitasi secara
a) Produk kebijakan sebagai payung hukum dan acuan holistik menyeluruh pada tataran makro dalam
dalam pembangunan sanitasi sudah ada, yaitu berupa pengintegrasian seluruh aktor belum ada. SOP yang
Perda, Perbup, dokumen perencaaan; ada hanya pada tataran sektoral masing-masing aktor
b) Sudah ada POKJA AMPL sebagai wadah dalam melaksanakan pembangunan sanitasi sesuai
komunikasi untuk mensinergikan pembangunan mandatorinya;
disektor sanitasi; h) Kontrol terhadap pembangunan sanitasi masih lemah.
c) Multi stakeholder dalam pembangunan sanitasi Kontrol disini terkait monitoring dan evaluasi, salah
merupakan modal utama yang dimiliki mengingat satu contohnya adalah tidak ada teguran saat aktor
kompleksitas dalam pelaksanaannya; dan
melakukan pembangunan yang diluar kebijakan/ Iqbal, Muhammad. (2007). Analisis Peran Pemangku
dokumen perencanaan; dan Kepentingan dan Implementasinya dalam
i) Faktor lingkungan sosial dan ekonomi kurang Pembangunan Pertanian. Jurnal Litbang
mendukung terlihat dari mindset masyarakat terbiasa Pertanian, 26(3), 89-99.
menerima bantuan, sehingga susah untuk swadaya. Miles, M.B., Huberman, A.M., & Saldana, J. (2014).
Kondisi lingkungan/ kebiasaan, apalagi daerah- Qualitative Data Analysis: A Methods
daerah yang dekat dengan sungai, itu akan susah Sourcebook. London: Sage.
sekali untuk dirubah agar tidak BABS. Dukungan Muta’ali, Lutfi. (2019). KLHS Kajian Lingkungan
dari desa masih rendah karena aspek sanitasi belum Hidup Strategis (Pengalaman Penyusunan KLHS
dianggap sebagai sesuatu yang prioritas. RTRW dan RPJMD). Yogyakarta: Badan Penerbit
5. Kesimpulan Fakultas Geografi – UGM.
Parsons, Wayne. (2006). Public Policy: Pengantar
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan dengan Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. (T.W.B.
metode penelitian kualitatif dan hasil analisis yang Santoso, Terjemahan). Jakarta: Kencana Prenada
dilakukan, kesimpulan yang didapat, antara lain sebagai Media Group.
berikut: Putra, Fadillah. (2003). Paradigma Kritis dalam Studi
a) Implementasi kebijakan pembangunan sanitasi Kebijakan Publik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
di Kabupaten Probolinggo sudah dilengkapi dengan Syahrir. (2004). Kemitraan Di Era Otonomi Daerah.
instrumen-instrumen regulasi serta pedoman Materi disampaikan pada Bintek Kemitraan
pelaksanaan berupa dokumen-dokumen perencanaan Otonomi Daerah. Jakarta.
yang memadai. Hasil identifikasi aktor yang menjadi Tangkilisan. (2003). Kebijakan dan Manajemen Publik.
pelaksana dalam pembangunan sanitasi terdapat tiga Jakarta: PT. Grasindo.
belas aktor yang terdiri dari aktor internal Wakka, Abdul Kadir. (2014). Analisis Stakeholder
pemerintah, aktor masyarakat, dan aktor swasta; Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan
b) Peneliti berhasil mengidentifikasi aktor kunci (key Khusus (KHDTK) Mengkendek. Jurnal
players) dalam hal ini yang memiliki kekuatan dan Penelitian Kehutanan Wallacea, 3(1), 47-45.
kepentingan tinggi dan harus sepenuhnya dilibatkan Winarno, Budi. (2008). Kebijakan Publik: Teori dan
dalam setiap pembangunan sanitasi. Stakeholder Proses. Jakarta: PT Buku Kita.
yang berhasil teridentifikasi dan masuk dalam Vedung, Evert. (1998). Policy Instrument: Typologies
kelompok ini, yaitu Badan Perencanaan dan and Theories. Dalam Bemelmans-Videc, Marie-
Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Kesehatan, Louise., C. Rist, Ray., & Evert Vedung (Ed).
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Carrots, Sticks & Sermons, First Edition (pp. 21-
(DPKPP), Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan 58). NJ: Transaction Publishers.
Desa (DPMD), USAID IUWASH PLUS, dan Yakin, Husnul. (2013). Analisis Peran Aktor Dalam
pemerintah desa. Oleh sebab itu, harus dilakukan Formulasi Kebijakan Program Nasional
upaya maksimal untuk membuat key players ini Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan Di
nyaman baik dari segi komunikasi, kecukupan Kelurahan Kemijen, Kota Semarang. Journal of
sumberdaya, dan kewenangan; dan Public Policy and Management Review, 2(2), 91-
c) Pembangunan kesehatan dalam hal ini pembangunan 100.
sanitasi merupakan perpaduan antara pembangunan
fisik dan non fisik atau pembangunan infrastruktur
dan pembangunan manusia. Oleh karena itu harus
ada keseimbangan antara keduanya serta
pembangunan tersebut haruslah bersinergi satu sama
lain dan jangan sampai pembangunan bertumpu pada
salah satu aspek saja.

Daftar Pustaka

Bappeda Kabupaten Probolinggo. (2017). Strategi


Sanitasi Kabupaten Probolinggo Tahun 2016.
Probolinggo: Bappeda Kabupaten probolinggo.
Dunn, William N. (2003). Analisis Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

You might also like