You are on page 1of 16

Relevansi Ayat Jihaad dan Qitaal dengan Konflik Kehidupan Manusia

Oleh Niswa Ikraama


ikraamaniswa@gmail.com
Abstract
This study attempts to explain the relevance or relationship of the Jihaad and Qitaal
verses to the reality of conflict in human life that is from the time of the son of Prophet Adam
(p.m.). Namely Habil and Qabil until now it still occurs along with the changes and developments
that humans go through.
The type of research in this study is Library Research or Literature Study which is
descriptive analysis. The data obtained comes from various kinds of books, journals and other
scientific articles. The results of his research are in the form of relationships or relevance of
Jihaad and Qitaal verses to conflicts of human life. Conflict occurs for several reasons including
differences in the form of thought, understanding or ideology of values that are religious or non-
religious, cultural, environmental or other things related to the social system. But religious
matters are the cause of a more prominent conflict, because religion has principles and laws that
govern and become guidelines for its adherents. Conflict in religious matters not only occurs
between different adherents but also occurs in fellow adherents due to differences in
understanding or thought. The things that cause a conflict trigger a resistance, and if the
resistance requires a ceasefire then it is called war. War in the Qur'an is mentioned as Qitaal
and jihaad with its special meaning being Qitaal Fii Sabilillah. Some verses of the Qur'an in
which the words Jihaad and Qitaal have the meaning of earnestness in the fight against discord
or conflict over even deviating from Islam.
Keywords: Jihaad, Qitaal and Conflict.
Abstrak
Studi ini mencoba untuk menjelaskan adanya relevansi atau hubungan pada ayat Jihaad
dan Qitaal dengan realita konflik dalam kehidupan manusia yang dari zaman anak Nabi Adam as.
yaitu Habil dan Qabil hingga sampai saat masih terjadi seiring dengan adanya perubahan dan
perkembangan yang dilalui manusia.
Adapun jenis penelitian dalam studi ini adalah Library Research atau Kajian Pustaka
yang bersifat deskriptif analisis. Data- data yang diperoleh berasal dari tela’ah berbagai macam
buku, jurnal dan artikel ilmiah lainnya. Hasil penelitiannnya berupa hubungan atau relevansi ayat
Jihaad dan Qitaal dengan konflik kehidupan manusia. Konflik terjadi oleh beberapa sebab
diantaranya adalah perbedaan dalam bentuk pemikiran, pemahaman atau ideologi terhadap nilai-
nilai yang bersifat keagamaan atau non keagamaan, budaya, lingkungan atau hal- hal lain yang
berhubugan dengan sistem kemasyarakatan. Namun hal- hal yang bersifat keagamaan menjadi
penyebab sebuah konflik yang lebih menonjol, karena agama memiliki prinsip dan hukum yang
mengatur dan menjadi pedoman bagi penganutnya. Konflik dalam hal keagamaan tidak hanya
terjadi antara beda penganut saja namun juga terjadi pada sesama penganut akibat perbedaan
dalam pemahaman atau pemikiran. Hal- hal yang menjadi penyebab sebuah konflik memicu
adanya sebuah perlawanan, dan apabila perlawanan tersebut membutuhkan genjatan senjata maka
hal tersebut dinamakan sebagai perang. Perang dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai Qitaal dan
jihaad dengan makna khususnya adalah Qitaal Fii Sabilillah. beberapa ayat Al- Qur’an yang
didalamnya kata Jihaad dan Qitaal memiliki makna kesungguhan dalam perlawanan menghadapi
perselisihan atau konflik terhadap hal- hal yang menyimpang terlebih dari ajaran islam.
Kata Kunci : Jihaad , Qitaal dan Konflik.

A. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan untuk hidup selalu berdampingan.
Manusia dalam Al- Qur’an disebut sebagai Al- Nas sebanyak 241 kali yang cenderung
memiliki acuan pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau
dalam hubungan kemasyarakatan.1 Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al- Hujurat
ayat 13 :

‫َّاس اِنَّا َخلَ ْقٰن ُك ْم ِّم ْن ذَ َك ٍر َّواُْنثٰى َو َج َع ْلٰن ُك ْم ُش عُ ْوبًا َّو َقبَاۤ ِٕى َل لَِت َع َار ُف ْوا ۚ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِعْن َد ال ٰلّ ِه‬
ُ ‫ٰياَيُّ َه ا الن‬
ٓ
‫اَْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن ال ٰلّهَ َعلِْي ٌم َخبِْيٌر‬
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha
Teliti.”

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki sebuah esensi berupa kesadaran tentang
status dan posisi dalam kehidupan bersama serta kesadaran untuk bertanggung jawab dan
melaksanakan kewajibannya di dalam kebersamaan tersebut.2

Dalam kehidupan sosial, pastilah sering ditemukan berbagai macam problematika


atau konflik antar individu atau kelompok. Sebagaimana yang terjadi pada Habil dan
Qabil merupakan sejarah pertentangan sesama manusia yang berawal dari sebuah
kontradisksi, dimana keduanya adalah sosok manusawi fitri, namun terlibat dalam
perseturuan yang mengakibatkan salah satu diantaranya membunuh yang lain. 3
Demikianlah konflik dan problematika antar manusia berlangsung sepanjang zaman.

Dalam hal ini, Al- Qur’an menerangkan bahwa Allah SWT memerintahkan
perang kepada umat islam guna untuk membela agama dan diri dari penganiayaan,
sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al- Furqon ayat 52 dan surah Al- Hajj ayat 39

‫اه ْد ُه ْم بِِه ِج َه ًادا َكبِْيًرا‬


ِ ‫فَاَل تُ ِط ِع الْ ٰك ِف ِرين وج‬
َ َ َْ
“Maka janganlah engkau taati orang-orang kafir, dan berjuanglah terhadap mereka
dengannya (Al-Qur'an) dengan (semangat) perjuangan yang besar.”

1
Heru Syahputra, “Manusia dalam Pandangan Filsafat”, (Jurnal Theosofi dan Peradaban Islam, Vol. 2, No. 1,
Desember- Mei 2020), hal. 16.
2
Ibid., hal. 23.
3
Siti Mariatul Kiptiyah, ”Kisah Qabil dan Habil dalam Al-Qur’an; Tela’ah Hermeneutis ”, (Al-Dzikra: Jurnal Studi Ilmu
Al- Qur’an dan Al- Hadits, Vol. 13, No. 1, Juni 2019), hal. 28.
ۙ ‫ص ِر ِه ْم لََق ِد ْيٌر‬ ٰ ِ ۗ ِ ِِ ِ
ْ َ‫اُذ َن للَّذيْ َن يُ َقاَتلُ ْو َن بِاَن َُّه ْم ظُل ُم ْوا َوا َّن اللّهَ َع ٰلى ن‬
“Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya
mereka dizalimi. Dan sungguh, Allah Mahakuasa menolong mereka itu,”

Konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan manusia dari zaman ke zaman


memiliki alasan alasan atau faktor- faktor baik individu atau kelompok yang ditinjau dari
berbagai segi. Ayat Qitaal dan Jihaad dalam Al- Qur’an memiliki hubungan dengan
konflik yang terjadi dalam kehidupan manusia.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan ayat Qitaal dan Jihaad
dalam Al- Qur’an dengan kehidupan manusia berupa konflik-konflik yang terjadi. Jenis
penelitian ini adalah Library Research yang penelitiannya dengan mengumpulkan bahan
atau data dari berbagai literatur.4 Bahan dan data yang diperoleh berasal dari buku-buku,
artikel-artikel, jurnal- jurnal, makalah atau dokumen yang memiliki relevansi dengan
penelitian ini.
Adapun metode analisis datanya adalah deskriptif analisis, yaitu metode
penelitian yang bertujuan untuk mengkaji deskripsi yaitu mengambarkan secara jelas,
sistematis, faktual dan akurat serta mengemukakan fenomena atau hubungan antara
fenomena yang diteliti.5
C. Pembahasan

1. Pengertian Qitaal dan Jihaad

a. Jihaad

Kata Jihaad berasal dari kata juhd atau jahd. Juhd memiliki arti yaitu
mengeluarklan tenaga, usaha atau kekuatan dan jahd memilki arti yaitu
kesungguhan dalam bekerja. Jadi, secara semantik, kata Jihaad berarti
mengerahkan segala tenaga dan kemampuan.6

Jihaad yang diambil dari kata Jaahada (‫)جاهد‬ Yujaahidu (‫)جياهد‬


Mujaahadatan (‫ )جماه دة‬Jihaadan (‫ )جه ادا‬dengan derivasinya memiliki makna
yaitu mengerahkan seluruh kemampuan dan perang dijalan Allah, sedangkan kata
Jahada (‫ )جهد‬dengan derivasinya memiliki makna tujuan akhir, kesulitan, dan
kemampuan.7

4
Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia, 1992), hal. 10.
5
Sugiono, Metode penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Grasindo, 2009), hal. 29.
6
Abdul Azis Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve,2003), hal. 1395.
Saddam Husein dalam penelitiannya merujuk pada pernyataan
Muhammad Khair Haykal bahwa pengertian syar’i dari Jihaad adalah Al-Qitaal
Fii Sabilillah bi Asy-syurutihi (Jihaad adalah perang dijalan Allah dengan
berbagai syarat).8

M. Rasyid Ridha berpendapat bahwa Jihaad secara tidak khusus bermakna


perang (Qitaal) namun Jihaad dapat diartikan sebagai mujaahadah atau jerih
payah selain itu juga dapat dimaknai sebagai masyaqqah (kesulitan)9

Menurut Ar-Raghib Al-Ashfahani Jihaad artinya mengerahkan


kemampuan untuk melawan musuh, dan Jihaad memiliki tiga macam yaitu,
memerangi musuh yang tampak (manusia), memerangi syaitan dan memerangi
hawa nafsu.10

Prof. Dr. Hamka menyatakan bahwa arti Jihaad adalah umum, sedangkan
perang adalah salah satu diantaranya. Kesungguhan dan kegiatan yang didorong
oleh hati tulus, ikhlas, melakukan amar ma’ruf, nahyi munkar, berdakwah,
mendidik dan mengasuh umat kepada kesadaran beragamapun termasuk dalam
Jihaad. Adapun Jihaad yang berupa perang adalah menunggu dari al Imam Al-
A’zham di negeri itu.11

Jihaad yang dimiliki suatu kelompok atau umat merupakan sebuah


perjuangan yang sungguh- sungguh dengan mengerahkan kemampuan dan
kekuatan yang ada agar dapat mencapai tujuan khususnya dalam melawan musuh
atau mempertahankan kebenaran, kebaikan dan keluhuran12. Hal tersebut menjadi
salah satu alasan dalam sebuah konflik.

Jihaad dalam Al- Qur’an terbagi menjadi tiga periode:13

a. Periode Pertama pada saat umat islam diizinkan berperang tanpa ada
kewajiban, sebagaimana firman Allah dalam surah Al- Hajj ayat 39.

b. Periode Kedua pada saat umat islam diperintahkan untuk memerangi orang-
orang yang memerangi mereka saja, sebagaimana firman Allah dalam surah
Al- Baqarah ayat 190.

c. Periode Ketiga pada saat umat islam diperintahkan untuk memerangi orang-
orang musyrik secara mutlak dengan tujuan agar kemusyrikan lenyap dari
7
Aḥmad Mukhtar Umar, al-Mu’jam al-Mausu’i Li alfaadẓ al-Qur’an al-Kariim wa Qira’atih, ( Riayad: Muassasah al-
Trath, 2002), hal. 130.
8
Saddam Husein Harahap, Tesis:“Perang dalam Perspektif Al-Qur’an Kajian Terhadap Ayat- Ayat Qital” (Tesis, UIN
Sumatera Utara, Medan, 2016), hal. 3.
9
Muhammad Rasyid Riḍha, Tafsir al-Mannar, (Kairo: Darul Manar, 1950) vol 2, hal. 230.
10
Ar-Raghib Al-Ashfahani, Al Mufrodaat Fii Ghoriibil Qur’an (Mesir: Dar Ibnul Jauzi, Jilid 1, 2017), hal. 431.
11
Hamka, Tafsir AL- Azhar (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, JIlid 1, 1989), hal. 512.
12
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Alquran, Kajian Kosa Kata, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), Jilid. I, hal. 396.
13
Saddam Husein Harahap,, Op.cit, hal. 19.
muka bumi dan manusia semuanya tunduk kepada Allah, sebagaimana firman
Allah dalam surah Al- Anfal ayat 39.

b. Qitaal

Secara bahasa kata Qitaal merupakan bentuk mashdar dari kata qaatala
yuqaatilu sulatsi mazid satu huruf dengan bab fi’aal yang berasal dari kata qatala
yang memiliki tiga arti yaitu, pertama berkelahi melawan seseorang, kedua
memusuhi, dan ketiga memerangi musuh.14

Dalam kamus Al- Munjid term Qitaal merupakan bentuk fi’il Qatala
yang berarti mematikan atau membunuh,15 sedangkan dalam Mu’jam Mufrodat
Al-Qur’an kata al-qatlu berarti menghilangkan ruh (nyawa) dari jasad seperti
mati16

Ibnu Manzur memberikan penjelasan bahwa Qitaal dari kata qatala


memiliki kandungan beberapa pengertian seperti la’ana yang artinya mengutuk.17
Dan kadangkala kata Qatala juga digunakan sebagai kiasan seperti bermalas
malasan (qatlu al-waqt) atau mempelajari dengan seksama (qatalahu bahtsan).18

Kata Qitaal dalam ayat Al-Qur’an dengan berbagai derivasinya baik fi’il
(kata kerja) maupun ism (Kata benda) ditemukan sebanyak 170 kali yang terdiri
dari 94 kali dalam bentuk sulatsi mujarrod (qatala-yaqtulu), 67 kali dalam bab
mufa’ala, 5 kali dalam bentuk taf’il, dan 4 kali dalam bentuk ifti’al, sedangkan
kata Qitaal itu sendiri disebutkan sebanyak 13 kali di dalam 7 surah.19

Qitaal merupakan makna khusus dari Jihaad yang memiliki arti luas yaitu
perjuangan total yang mencangkup seluruh aspek kehidupan untuk terwujudnya
misi islam yang sejati.20

Ibnu Faris berpendapat bahwa Qitaal memiliki dua pengertian yaitu


adalah izlal yang memiliki arti merendahkan, menghina, melecehkan dan imaatah
yang artinya adalah membunuh dan mematikan.21

14
Ibn Manzur, Lisaan Al- Arab, (Qâhirah:Dâr al-Ma‟ârif, t.t. 1981), Jilid. V, hal. 3531.
15
Louis Ma’luf, Al Munjid Fiil Lughoh (Beirut: Dar al Masyriq, 2002), hal. 608.
16
Ar-Raghib al Ashfahani, Mu’jam Mufrodat Al-Qur’an (Lebanon :Dar Al Kotob, 2004), hal. 439.
17
Ibn Manzur, Op.cit, hal. 3527.
18
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, AI-’Ashriy: Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya
Grafika, 2001), hal. 1418.
19
Muhammad Fuad Abdul-Baqiy, Mu’jam al- Mufahras Li al-Faaz al-Qur’an al- Kariim, (al-Qaahirah: Dar al- Hadits,
1364 H), hal. 533-536.
20
Muhammad Suaib Tahir, “Pendekatan Makna Al- Qital dan Batasan Etiknya Dalam AL- Qur’an” (Al Burrhan Vol.
18 No 2 Tahun 2018 ), hal. 203.
21
Abi al- Husain Ahmad Ibn Faris Ibn Zakariyya, Mu’jam Maqaayis al-Lugah, Tahqiq Abd As-Salaam Muẖammad
Ḫarun (Beirut: Dâr al-Fikr, 1979), Juz. V., hal.56.
Menurut Syihab Ad Din bahwa semua kata’ Qitaal’ yang terdapat dalam
Al- Qur’an memilki pengertian berupa perang dan peperangan. Dan kata tersebut
didapat dalam berbagai konteks pembicaraaan. Kata Qitaal dalam surah Al-
Baqarah ayat 216 dan 217 menyatakan bahwa perang atau peprangan merupakan
suatu kewajiban yang dibebankan atas orang- orang beriman. Dan Qitaal yang
dimaksud dalam ayat tersebut bermakna Jihaad sebagaimana yang dijelaskan
Syihab Ad Din:22

‫كتب عليكم القتال أي فرض عليكم اجلهاد‬


Al Qurthubi dalam tafsirnya mengemukakan bahwa Qitaal adalah
berperang melawan musuh musuh islam dari kalangan orang-orang kafir. 23 Perang
dalam Bahasa Indonesia berarti permsuhan antara dua negara, bangsa, suku dan
sebagainya atau juga berarti pertempuran bersenjata antara dua pasukan. 24 Perang
merupakan upaya terakhir dan maksimal untuk menghentikan atau melwan
sesuatu yang tidak bias dihentikan lagi dengan upaya diplomasi. Segala bentuk
tindakan tegas untuk menaklukan sesuatu terkandung dalam kata Qitaal.25

Umat manusia pada hakikatnya tidak senang berperang karena hal tersebut
mengakibatkan hilangnya nyawa, terjadinya cidera, jatuhnya korban serta harta
benda dan sebagainya.26

2. Konflik Kehidupan Manusia


Konflik adalah suatu perbuatan negatif yang merupakan bentuk proses sosial yang
dialami oleh individu atau sekelompok individu dalam memenuhi tujuannya dengan
upaya menentang pihak lawan disertai dengan ancaman atau kekerasan. 27 Hal tersebut
dapat mengganggu bahkan menghambat terapainya emosi atau stress yang dapat
berpengaruh pada efisiensi dan produktivitas kerja.28
Konflik memiliki arti sebagai realitas permanen pada suatu perubahan dan juga
perubahan tersebut merupakan realitas permanen.29. Al-Qur’an memaparkan tentang
konflik dalam surah Al-Baqarah ayat 176:

‫ق بَعِْي ٍد‬
ٍ ۢ ‫ٰب لَِف ْي ِش َقا‬
ِ ‫اخَتلَ ُف ْوا ىِف الْ ِكت‬ ِ ِ ِ ٰ ِ ِ‫ٰذل‬
ْ ‫ٰب بِاحْلَ ِّق ۗ َوا َّن الَّذيْ َن‬
َ ‫ك باَ َّن اللّهَ َنَّز َل الْكت‬
َ

22
Syihab ad-Din Aẖmad Ibn Muẖammad al- Halim al-Misri, At-Tibyaan fi Tafsir Gariib al-Qur’an, (Dar: As-Sahaabah
at-Turaas bi Tanta, 1992), Juz. I, hal.126.
23
Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkaam al-Quran, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Mishriyyah, 1964).Juz. III, hal.38.
24
Tim Penyusun Kamus Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal. 668.
25
Muhammad Suaib Tahir , Op.cit., hal. 199.
26
Saddam Husein Harahap, Op. cit., hal. 50.
27
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers), 2007, hal.335.
28
Susan Novri, Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontomporer, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), hal. 50.
29
Maryam Kasim,dkk., “Manajemen Konflik dalam Perspektif Al- Qur’an dan Hadist” (Jurnal Al-Himayah, Vol. 3, No.
2, Oktober, 2019), hal. 255.
“Yang demikian itu karena Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) dengan
(membawa) kebenaran, dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham
tentang (kebenaran) Kitab itu, mereka dalam perpecahan yang jauh”

Dalam ayat terdapat kata ikhtilaaf yang dalam kamus Al Munawwir berarti
perbedaan, perselisishan (faham), pertentangan.30 Ayat tersebut ditasirkan oleh Abu
Ja’far At- Thobari dalam bukunya “Tafsir At-Thobari” bahwa yang dimaksudkan
didalamnya adalah tentang perselisihan antara Yahudi dan Nasrani mengenai kitab
yang diturunkan Allah SWT.31
Konflik dalam kehidupan manusia sudah ada sejak zaman Nabi Adam as. dimana
kedua putra beliau berselisih sebagaimana fiman Allah dalam surah Al- Maidah ayat
27.
Berikut merupakan penyebab terjadinya konflik dan kekerasan secara umum:32
a. Adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok. Sebagaimana
firman Allah dalam Al- Qur’an surah Al- Baqoroh ayat 148
b. Adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
c. Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-
pribadi yang berbeda pula.
d. Adanya perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan-perubahan tersebut pasti dialami oleh setiap masyarakat dibelahan
dunia manapun karenanya merupakan proses yang terjadi terus menerus baik
perubahan dalam arti luas maupun dalam arti sempit, perubahan secara cepat yang
disebut revolusi atau perubahan secara lambat yang disebut evolusi.33
Konflik menjadi tidak wajar dan tidak biasa jika telah mengakibatkan jutaan
korban umat manusia.34 Konflik bersenjata yang nyata, luas dan disengaja antara
komunitas-komunitas politik yang dimotivasi oleh ketidaksepahaman yang tajam atau
lebih saling bermusuhan atas persoalan kepemerintahan disebut dengan perang. 35Sebab
terjadinya perang yang terjadi di dunia adalah sebagai berikut:36

a. Sebab- sebab Psikologis

Sebab- sebab tersebut dapat diketahui dari beberapa pendekatan yaitu:

1) Pendekatan Motivasional menjelaskan bahwa sumber penyebab terjadinya perang


ada dalam diri manusia sendiri.

30
Ahmad Warson Munawwir, Al- Munawwir; Kamus Arab- Indonesia, ( Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif,
1984), hal. 392.
31
Abu Ja’far At- Thobari, Tafsir At- Thobari,(Beirut: Muassatu Arrisalati, Jilid 1, 1994 M), hal. 470.
32
Alfitra, Konflik Sosial dalam Masyarakat Modern, (Ponorogo: Wade Group, September 2017), hal. 4.
33
Sukring, “Solusi Konflik Sosial dalam Perspektif Al- Qur’an” (Millatii, Journal of Islamic Studies and Humanities,
Vol. 1, No. 1, Juni, 2016), hal. 104.
34
Alfitra, Op.cit., hal. 1.
35
Totok Sarsito, “Perang dalam tata Kehidupan Antarbangsa”(Jurnal Komunikasi Massa, Vol. 2, No. 2, Januari,
2009), hal. 115.
36
Ibid., hal. 115-118.
2) Pendekatan Reinforsemen menjelasan bahwa kecenderungan seseorang dalam
melakukan perbuatan yang menghasilkan keuntungan serta terhidar dari kerugian
merupaka salah satu penyebab peperangan.

3) Pendekatan Kognitif menjelaskan bahwa proses persepsi yang keliru didalam


menanggapi suatu situasi yang terjadi dan cara pandang negatif pada kelompok
lain serta memandang bahwa diri sendiri jantan dan moralis dapat memicu
terjadinya peperangan.

4) Pendekatan Struktur Sosial menjelaskan bahwa masalah pada struktur atau strata
dalam kehidupan masyarakat dan kehidupan bernegara menjadi sumber pertikaian
terlebih bila strata tersebut menjadi sumber ketidakadilan.

b. Sebab- sebab Kultural dan ideologis

Merupakan penyebab yang timbul karena adanya perbedaan dalam pandangan


dan nilai-nilai diantara angggota nasional atau internasional secara nyata dan
potensial adalah sumber konflik dan perselisihan dalam masyarakat. Dalam hal ini
agama yang dianut umat manusia memiliki keterkaitan dengan ideologi serta paham
yang berbeda sehingga dapat menimbulkan konflik yang bahkan mengarah kepada
peperangan antar umat beragama, Konflik sosial yang berbau agama biasa disebabkan
oleh beberapa faktor di antaranya37 :

1) Adanya Klaim Kebenaran yang terdiri dari beberapa penyakit-penyakit seperti


absolutism (kesombongan intelektual), eksklusivme (kesombongan sosial),
fanatisme (kesombongan emosional), ekstremisme (berlebih lebihan dalam
bersikap), agresivisme (berlebih-lebihan dalam melakukan tindakan fisik).

2) Adannya Pengkaburan Persepsi antar Wilayah Agama dan Suku

3) Adanya Doktrin Jihaad dan Kurangnya Sikap Toleran dalam Kehidupan


beragama

4) Minimnya Pemahaman terhadap Ideologi Pluralisme

c. Sebab- sebab Ekonomi

Hal tersebut terjadi karena hambatan-hambatan dalam perdagangan, dan adanya


dorongan untuk memperoleh keuntungan tinggi yang berkaitan dengan sistem
kapitalis dengan tujuan agar dapat menigkatkan taraf hidup rakyatnya,

d. Sebab- sebab Politis

37
Muhammad Nazaruddin, “Konflik Antar Umat terhadap Keyakinan Beragama Di Indonesia Kajian Viktimologi”
(LEGALITE: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam,Vol. 1, No. 01, Januari-Juni, 2016), hal. 47-49.
Merupakan sebab terjadinya perang karena ketiadaan lembaga pemerintahan yang
efektif atau karena adanya anarki dimana individu atau kelompok individu dalam
suatu kondisi mencoba hidup tanpa pemerintahan yang efektif sehingga tidak adanya
kerjasama untuk bertindak di antara unsur- unsur dalam masyarakat.

3. Relevansi Ayat Qitaal dan Jihaad dalam Konflik Kehidupan Manusia

Pengertian dan pemahaman terhadap makna Jihaad dan Qitaal yang telah
dikemukakan para ulama’ dapat disimpulkan bahwa keduanya merupakan sebuah
upaya dalam melakukan perlawanan guna untuk mempertahankan diri dari baik dari
hal hal yang bersifat penindasan atau dari hal- hal yang menyimpang lainnya.

Konflik dalam kehidupan manusia sangat beraneka ragam dengan berbagai


penyebab yang dapat memicu terjadinya sebuah perlawanan antara satu dengan yang
lainnya bahkan yang terbesar adalah konflik yang memicu adanya genjatan senjata
oleh kedua belah pihak hingga menjatuhkan banyak korban.

Diantaranya Ayat Qitaal dalam Al- Qur’an surah Al- Hajj ayat 39 dan ayat
Jihaad surah At- Tahrim ayat 9 menjelaskan tentang adanya sebuah perlawanan
terhadap konflik yang berupa penindasan, penganiayaan dan hal- hal lain yang
bersifat dzalim dan tidak adil terlebih kepada agam islam dan umat islam sendiri.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Baqoroh ayat 253:

‫اخَتلَ ُف ْوا فَ ِمْن ُه ْم‬ ِ ِ ۢ ِِ ۢ ِ ِ ٰ


ْ ‫ٰت َوٰلك ِن‬
ُ ‫ َولَ ْو َشاۤءَ اللّهُ َما ا ْقتَتَ َل الَّذيْ َن م ْنَب ْعده ْم ِّم ْن َب ْعد َما َجاۤءَْت ُه ُم الَْبِّين‬..........
‫َّم ْن اٰ َم َن َو ِمْن ُه ْم َّم ْن َك َفَر ۗ َولَ ْو َشاۤءَ ال ٰلّهُ َما ا ْقتََتلُ ْو ۗا َوٰل ِك َّن ال ٰلّهَ َي ْف َع ُل َما يُِريْ ُد‬
...............Kalau Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan
berbunuh-bunuhan, setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka
berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) yang kafir. Kalau
Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah berbuat
menurut kehendak-Nya.

Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Lentera Hati menjelaskan bahwa
ayat tersebut mengandung hikmah atas kehendak Allah terhadap konflik, perselisihan
dan pertempuran antara manusia. Apabila Allah mengendaki terbebasnya manusia
dari perang niscaya dicabut Nya kebebasan berkehendak dan bertindak yang
dianugerahkan Nya kepada manusia dan diciptakan Nya manusia seperi manusia
yang yang hanya mengerjakan apa yang diperintahkan Nya38

Allah memberikan anugrah kepada umat manusia berupa kebebasan bertindak,


bersaing atau berperang guna melindungi satu dengan yang lainnya sebagaimana

38
Muhammad Quraish Shihab, Lentera Hati : Kisah dan Hikmah Kehidupan ( Bandung: Penerbit Mizan, 1994), hal.
304.
dalam Al- Qur’an surah Al- Baqoroh ayat 251, bahkan Allah telah merekayasa
melalui sunnatullah berupa hukum-hukum kemasyarakatan guna tercipta semacam
keseimbangan.39 Berikut firman Allah dalam Al- Qur’an Surah Al- Baqoroh ayat
251:

‫ْمةَ َو َعلَّ َمهُ مِم َّا يَ َشاۤءُ ۗ َولَ ْواَل َدفْ ُع ال ٰلّ ِه‬ ِ َ ‫َفهزموهم بِاِ ْذ ِن ال ٰلّ ِه ۗو َقتَل داوود جالُوت واٰ ٰتىه ال ٰلّه الْم ْل‬
َ ‫ك َواحْل ك‬ ُ ُ ُ َ َ ْ َ ُ َُ َ َ ْ ُ ُْ ََ
ِ ْ َ‫ض َوٰل ِك َّن ال ٰلّهَ ذُ ْو ف‬
َ ‫ض ٍل َعلَى الْ ٰعلَمنْي‬
ِ ٍ ‫ض ُه ْم بَِب ْع‬
ُ ‫ض لََّف َس َدت ااْل َْر‬ َ ‫َّاس َب ْع‬
َ ‫الن‬
Maka mereka mengalahkannya dengan izin Allah, dan Dawud membunuh
Jalut. Kemudian Allah memberinya (Dawud) kerajaan, dan hikmah, dan
mengajarinya apa yang Dia kehendaki. Dan kalau Allah tidak melindungi
sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Tetapi
Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam.

Demikan dalam bukunya Quraish Shihab menyimpulan bahwa hal tersebut


menjadi sebab sejarah manusia tidak pernah lepas dari peperangan dan begitu
pula masyarakat manusia tidak hanya mengenal satu adidaya atau kekuatan saja.40

Berikut merupakan macam-macam konflik antar umat manusia dari zaman nabi hingga
sekarang ini :

a. Konflik Umat Muslim dan Non Muslim

Agama sering dijadikan sebagai alat legitimasi terhadap sikap sikap agresif
dan radikal suatu kelompok terhadap kelompok lainnya. Konflik- konflik yang terjadi
antara umat muslim dan non muslim pun tidak hanya disebabkan oleh perbedaan
konsepsi diantara kedua pemeluknya, namun faktor-faktor lain seperti faktor politik,
sosial, ekonomi, dan lain sebagainya juga memiliki pengaruh di dalamnya.41

Dalam Surah At taubah ayat 36

ِ ٰ ِ ِ ِ
َ ‫وقَاتلُوا الْ ُم ْش ِركنْي َ َكاۤفَّةً َك َما يُ َقاتلُ ْونَ ُك ْم َكاۤفَّةً ۗ َو ْاعلَ ُم ْٓوا اَ َّن اللّهَ َم َع الْ ُمتَّقنْي‬........
َ
....”dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun
memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang
yang takwa.”

Dan dalam surah At- Tahrim ayat 9

39
Ibid., hal. 305.
40
Muhammad Quraish Shihab, Loc. cit.
41
Muhammad Nazaruddin, Op. Cit., hal. 59.
ِ ‫اه ِد الْ ُكفَّار والْمن ِٰف ِق وا ْغلُ ْظ علَي ِه ۗ ْم ومأْ ٰوىهم جهنَّ ۗ ُم وبِْئس الْم‬
‫صْي ُر‬ ِ ‫ٰيٓ اَيُّها النَّيِب ج‬
َ َ َ ََ ْ ُ ََ ْ َ َ َ ‫َ َ ُ نْي‬ َ ُّ َ
“Wahai Nabi! Perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan
bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahanam dan itulah
seburuk-buruk tempat kembali. “

Berikut merupakan beberapa konflik yang terjadi antara umat Muslim dan
Non Muslim beserta penyebabnya

No Nama Perang/ Konflik Penyebab


1. Perang Badar Adanya usaha kaum Muslimin melakukan
penyergapan terhadap kafilah dagang kaum
Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan42
2. Perang Ahzab Provokasi yang dilakukan kaum Yahudi terhadap
kaum kafir Mekkah agar bersatu untuk menumpas
kaum muslimin43
3. Perang Salib Adanya ambisi Paus untuk menghancurkan Islam,
keinginan umat Nashrani untuk menguasai
pelabuhan-pelabuhan yang berada di Laut Tengah,
tersebarnya bencana kelaparan, perang, penyakit,
serta perampokan di Eropa sehingga harus
mencari negeri yang kaya, dan yang paling utama
adalah bentuk balas dendam atas kekalahan
Byzantium yang sangat memalukan pada perang
Maladzkird tahun 463 H.44
4. Konflik Afghanistan Adanya tuduhan dari Amerika Serikat terhadap
Afghanistan karena melindungi teroris bernama
Osama bin Laden yang menjadi tersangka atas
serangan teroris internasional terhadap WTC
(World Trade Center) dan Pentagon pada 11
September 2001.45
5. Konflik Israel-Palestina Adanya perebutan otoritas tanah dimana kedua

42
M Raji Hasan Kinas, Sahabat Nabi, (Jakarta:Zaman, 2012), hal.203.
43
Saddam Husein Harahap,Op. Cit., hal. 23.
44
Zaenal Abidin, ‘’Perang Salib; Kronologi dan Pengaruhnya”, (Jurnal Rihlah Vol. 1 No. 1, 2013), hal. 131.
45
Zaenal Arifin, Skripsi: “Pengaruh Invasi Militer Amerika Serikat Terhadap Proses Demokrasi di Afghanistan”, (UIN
Syarif Hidayatullah Progam Studi Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Jakarta, 2008), hal. 12-
13.
belah pihak mengklaim atas kepemilikan hak yang
sama atas tanah tersebut (Tanah Suci)46

b. Konflik Sesama Umat Muslim

Radikalisme dalam agama sering dikaitkan menjadi salah satu penyebab


timbulnya sebuah konflik antara umat,seperti halnya radikalisme yang terjadi
pada kelompok Khawarij47 dimana pergerakannya lebih dominan ke dalam islam
itu sendiri sehingga mereka memaksa umat Islam lain untuk sepaham dengannya
atau bahkan dibunuh dan juga merongrong pemerintahan Islam seperti pada
Dinasti Umayyah dan Abbasiyah.48

Dalam teori konflik hal tersebut disebabkan oleh adanya pendistribusian


wewenang yang tidak merata, sehingga kelompok yang mempunyai dominasi
paling banyak memiliki kekuasaan menumpuk di kelompok tersebut yang
kemudian digunakan untuk mempertahankan kekuasaanya sehingga muncul
respon dari kelompok lain yang tidak setuju dengan keadaan.49

Adanya perebedaan perbedaan pemahaman dan praktik keagamaan dalam


menyikapi ajaran- ajaran islam yang bersifat furu’ bukan islam yang bersifat
fundamental merupakan penyebab terjadinya konflik internal umat islam50

No Nama Perang/ Konflik Penyebab


1. Konflik Sunni-Syi’ah Adanya motif kekuasan namun dalam rangka
melegitimasi dan meraik simpatik, kedua belah
pikan mengarahkannya konflik politik tersebut ke
dalam isu agama.51
2. Perang Jamal Adanya permintaan pertanggungjawaban dari
Aisyah atas kematian Ustman bin Affan.52
3. Perang Shiffin Adanya perbedaan pendapat antara Ali bin Abi
Thalib dengan Mu’awiyah mengenai masalah
qishash terhadap pembunuh Utsman53

46
Moh. Hamli, Skripsi: “Konflik Islael-Palestina Kajian Historis atas Kasus Perebutan Tanah Antara Israel dan
Palestina”(UIN Sunan Kalijaga Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, 2013), hal. 1.
47
Khawarij adalah kelompok teologi islam yang berasal dari kelompok Ali bin Abi Thalib yang kemudian keluar dan
memisahkan diri dari keompok tersebut karena kekecewaan mereka terhadap sikap Ali bin Abi Thalib yang telah
menyetujui arbitrase atau tahkim dengan kelompok Muawiyah bin Abi Sufyan yang pada saat itu menjabat sebagai
gubernur Damaskus.
48
Husna Amin dan Saiful Akmal, “Deradikalisasi Pemahaman Al- Qur’an” (Jurnal TAFSE : Journal of Qur’anic
Studies Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar Raniry Banda Aceh, Vol. 6, No. 1, 2021), hal. 144.
49
Gerald O. Barney, The Critical Issues of the 21nd Century (Virginia: Millenium Isntitute, 1993), page 81.
50
Egi Sukma Baihaki, “Konflik Internal Umat Islam Antara Warisan Sejarah dan Harapan Masa Depan ”, (Fikrah:
Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, Vol. 6, No. 1, 2018), hal.50-51.
51
Deddy Ismatullah,”Akar Konflik Sunni-Syi’ah”, https://uinsgd.ac.id/akar-konflik-sunni-syiah/ (diakses pada 18
November 2021, pukul 11.00).
52
Nirwana Pradana Maharani, “Perang Jamal: Sejarah, Penyebab, Tokoh yang Terlibat dan Hikmah”,
https://www.selasar.com/perang-jamal/, (diakses pada 20 November 2021, pukul 18.00).
Dalam surah Al- Hujurat ayat 9

‫ت اِ ْح ٰد ُىه َما َعلَى ااْل ُ ْخ ٰرى َف َقاتِلُوا الَّيِت ْ َتْبغِ ْي‬ ۢ ِ ۚ ِ َ‫واِ ْن طَاۤ ِٕى َفنٰت ِ ِمن الْمؤ ِمنِ ا ْقتتلُوا فَا‬
ْ َ‫صل ُح ْوا َبْيَن ُه َما فَا ْن َبغ‬ْ ْ ََ َ ‫َ ُ ْ نْي‬ َ
ِ‫ب الْم ْق ِسط‬ ِ ٰ ِ ِ ِ ِ ِ ٰ ٓ ِ ِ
َ ‫صل ُح ْوا َبْيَن ُه َما بِالْ َع ْد ِل َواَقْسطُْوا ۗا َّن اللّهَ حُي ُّ ُ نْي‬
ٰ
ْ َ‫َحىّٰت تَف ْۤيءَ ا لى اَْم ِر اللّه ۖفَا ْن فَاۤء‬
ْ َ‫ت فَا‬
“Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap
(golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga
golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada
perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil.
Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”

c. Konflik Sesama Umat Non Muslim

No Nama Perang/ Konflik Penyebab


1. Perang Salib Katholik- Adanya perbedaan dalam sistem nilai54
Protestan
2. Perang Masa Revolusi Adanya pertentangan antara kekuatan demokrasi
Perancis (liberty, egalty, fraternity)melawan kekuatan
ortodoks yang konservativ dan feodalistis55
3. Perang Dingin antara Uni Adanya perbedaan ideologi kapitalisme melawan
Soviet dan Amerika Serikat komunisme56
4. Perang Narkoba Meksiko Adanya keputusan agresif Presiden Meksiko atas
perdagangan narkotika yang menjadi penyebab
utama dari kekerasan dan korupsi di Meksiko
sehingga menimbulkan terbukannya perang
antara Meksiko dan para kartel.57

Manusia di dunia akan selalu dihadapkan dengan berbagai macam problematika,


konflik, dan hal- hal rumit lainnya. Al-Qur’an hadir sebagai sumber dalam proses metode
ijtihad untuk menyelesaikan segala problematika dan konflik dalam kehidupan. Al-
Qur’an sudah menerangkan segala ketentuan Allah yang disyari’atkan bagi hamba-
hambanya baik dalam bentuk akidah, ibadah, akhlak, dan muammalah. 58 Seperti firman
Allah berikut pada Surah Al- Maidah ayat 15-16

53
Sulistyowati, Skripsi: “Pengaruh Perang Shiffin Tahun 658 M Terhadap Eksistensi Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib”,
(UNS-FKIP Jurusan Pendidikan IPS-K.4406041-2010), hal.v.
54
Totok Sarsito, Op.cit., hal. 117.
55
Totok Sarsito, Loc. Cit.
56
Totok Sarsito, Loc. Cit.
57
Lucky Yusuf A,”Kartel Sebagai Penghambat Merida Initiave” , http://repository.unair.ac.id (diakses pada 19
November 2021,pukul 19.00).
58
Manna’، Kholil Al – Qaththan, Mabahits Fi Ulum al-Quran ( Riyadh : Mansyurat al – ‘Asr al –Hadits, Cet. Ke
3,1995), hal. 93.
“Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan
kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula)
yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab
yang menjelaskan(15)Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang
yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan
menunjukkan ke jalan yang lurus(16)”
D. Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial
yang tidak terlepas dari berbagai macam konflik kehidupan karena setiap individu atau
kelompok memiliki pemikiran, pandangan atau ideologi sendiri dalam menyikapi suatu
hal, sedangkan pihak yang tidak setuju pasti akan berseteru dengan yang lain. Perbedaan
tersebut merupakan anugrah dari Allah SWT yang diberikan kepada umat manusia yang
memiliki akal sebagai bentuk kelebihan dari makhluk lainnya.
Sebuah perselisihan atau konflik telah ada sejak zaman anak Nabi Adam as. yaitu
Habil dan Qabil hingga sekarang ini. Adapun penyebab terjadinya sebuah konflik
diantaranya adalah perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, perbedaan
dalam pendirian dan perasaan, perbedaan latar belakang kebudayaan, dan perubahan
nilai-nilai yang cepat dan mendadak dalam lingkup masyarakat.
Dalam Al- Qur’an terdapat ayat- ayat Qitaal dan Jihaad menjelaskan sebuah
perlawanan atas adanya sebuah konflik dan perselisihan. Agama merupakan hal yang
paling sering dijadikan sebagai alasan utama terjadinya sebuah konflik baik antara
sesama penganut agama sendiri ataupun antara penganut beda agama. Ayat Qitaal Dalam
surah Al- Hajj ayat 39, Allah SWT memberikan izin kepada hambanya untuk berperang
apabila hambanya diperangi, ditindas, atau dianiaya yang semua itu merupakan bentuk
kedzaliman, sedangkan Ayat Jihaad dalam surah At- Tahrim ayat 9 merupakan bentuk
perlawanan atau perang untuk menghadapi orang- orang kafir dan munafik. Jihaad
merupakan bentuk umum sedangkan Qitaal bentuk khushus. Tidak semua ayat Jihaad
berarti peperangan diantaranya juga memilki makna kesungguhan untuk berjuang di jalan
Allah seperti menuntuk ilmu, berdakwah, melakukan amr ma’ruf dan nahyi munkar, dan
lain sebagainya. Dan apabila Qitaal fii sabilillah memiliki arti sebagai Jihaad yang syar’i.
Sedangkan Qitaal merupakan upaya terakhir untuk menghentikan atau melawan suatu
perselisihan atau konflik yang tidak bisa dihentikan dengan permusyawaratan atau
diplomasi. Konflik yang berujung peperangan hingga saat ini masih berlanjut. Meskipun
demikian Allah SWT telah menjelaskan agar manusia berpegang pada pedoman dan
petunjuk yang benar dan membenarkan sepanjang masa yaitu Al- Qur’an agar segala
pesoalan, perselisihan dan konflik sehingga dapat diselesaikan baik dalam jalur
permusyawaratan maupun peperangan (jika mendesak atau diperlukan).

E. Daftar Pustaka
Al- Qur’an
Abidin, Zaenal. (2013). ‘’Perang Salib; Kronologi dan Pengaruhnya”. Jurnal Rihlah
Vol. 1 No. 1.
Abdul-Baqiy, Muhammad Fuad. (1364 H). Mu’jam al- Mufahras Li al-Faaz al-Qur’an
al- Kariim. Kairo: Dar al-Hadits.
Al Ashfahani, Ar-Raghib. (2004). Mu’jam Mufrodat Al-Qur’an. Lebanon :Dar Al Kotob.
Al-Ashfahani, Ar-Raghib. (2017). Al Mufrodaat Fii Ghoriibil Qur’an Jilid 1. Mesir: Dar
Ibnul Jauzi.
Alfitra. (2017). Konflik Sosial dalam Masyarakat Modern. Ponorogo: Wade Group,
September.
Ali, Atabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi. (2001). AI-’Ashriy: Kamus Kontemporer Arab
Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika.
Al-Misri, Syihab ad-Din Aẖmad Ibn Muẖammad al- Halim. (1992). At-Tibyaan fi Tafsir
Gariib al-Qur’an Juz I. Dar: As-Sahaabah at-Turaas bi Tanta.
Al – Qaththan, Manna’Kholil. (1995). Mabahits Fi Ulum al-Quran. Riyadh : Mansyurat
al – ‘Asr al –Hadits.
Al-Qurthubi. (1964). al-Jami’ li Ahkaam al-Quran Juz III. Kairo: Dar al-Kutub al-
Mishriyyah.
Amin, Husna dan Akmal, Saiful. (2021). “Deradikalisasi Pemahaman Al- Qur’an”.
Jurnal TAFSE : Journal of Qur’anic Studies Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN
Ar Raniry Banda Aceh, Vol. 6, No. 1.
Arifin, Zaenal. (2008). Skripsi: “Pengaruh Invasi Militer Amerika Serikat Terhadap
Proses Demokrasi di Afghanistan”. UIN Syarif Hidayatullah Progam Studi
Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Jakarta.
Arsya, Lucky Yusuf. (2020). ”Kartel Sebagai Penghambat Merida Initiave” ,
http://repository.unair.ac.id, diakses pada 19 November 2021,pukul 19.00.
At- Thobari, Abu Ja’far. (1994). Tafsir At- Thobari Jilid 1. Beirut: Muassatu Arrisalati.
Baihaki, Egi Sukma. (2018). “Konflik Internal Umat Islam Antara Warisan Sejarah dan
Harapan Masa Depan ”. Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, Vol.
6, No. 1.
Barney, Gerald O. (1993). The Critical Issues of the 21nd Century. Virginia: Millenium
Isntitute.
Dahlan, Abdul Azis, dkk. (2003). Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru van
Hoeve.
Hamka. (1989). Tafsir AL- Azhar JIlid 1. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD.
Hamli, Moh. (2013). Skripsi: “Konflik Islael-Palestina Kajian Historis atas Kasus
Perebutan Tanah Antara Israel dan Palestina”. UIN Sunan Kalijaga Jurusan
Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya.
Harahap, Saddam Husein. (2016). Tesis:“Perang dalam Perspektif Al-Qur’an Kajian
Terhadap Ayat- Ayat Qital”. UIN Sumatera Utara, Medan.
Ibn Zakariyya, Abi al- Husain Ahmad Ibn Faris. (1979). Mu’jam Maqaayis al-Lugah Juz
V, Tahqiq Abd As-Salaam Muẖammad Ḫarun. Beirut: Dar al-Fikr.
Ismatullah, Deddy. (2012). ”Akar Konflik Sunni-Syi’ah”. https://uinsgd.ac.id/akar-
konflik-sunni-syiah/, diakses pada 18 November 2021, pukul 11.00.
Kasim, Maryam, dkk. (2019) “Manajemen Konflik dalam Perspektif Al- Qur’an dan
Hadist”. Jurnal Al-Himayah, Vol. 3, No. 2.
Kinas, M Raji Hasan. (2012). Sahabat Nabi. Jakarta:Zaman.
Kiptiyah, Siti Mariatul. (2019) Jurnal:”Kisah Qabil dan Habil dalam Al-Qur’an; Tela’ah
Hermeneutis ”, (Al-Dzikra: Jurnal Studi Ilmu Al- Qur’an dan Al- Hadits, Vol. 13,
No. 1, Juni).
Maharani, Nirwana Pradana. (2020). “Perang Jamal: Sejarah, Penyebab, Tokoh yang
Terlibat dan Hikmah”, https://www.selasar.com/perang-jamal/, diakses pada 20
November 2021, pukul 18.00)
Ma’luf, Louis. (2002). Al Munjid Fiil Lughoh. Beirut: Dar al Masyriq.
Manzur, Ibn. (1981). Lisaan al- Arab Jilid. V. Kairo: Dar al-Ma’arif.
Munawwir, Ahmad Warson. (1984). Al- Munawwir; Kamus Arab- Indonesia. Surabaya:
Penerbit Pustaka Progressif.
Nazaruddin, Muhammad. (2016). “Konflik Antar Umat terhadap Keyakinan Beragama
Di Indonesia Kajian Viktimologi”. LEGALITE: Jurnal Perundang Undangan dan
Hukum Pidana Islam,Vol. 1, No. 01, Januari-Juni.
Novri, Susan. (2010) Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontomporer.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Riḍha, Muhammad Rasyid. (1950). Tafsir al-Mannar Volume 2. Kairo: Darul Manar.
Sarsito Totok. (2009).“Perang dalam tata Kehidupan Antarbangsa”. Jurnal Komunikasi
Massa, Vol. 2, No. 2, Januari.
Shihab, Muhammad Quraish. (2007). Ensiklopedia Alquran, Kajian Kosa Kata Jilid 1.
Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, Muhammad Quraish. (1994). Lentera Hati : Kisah dan Hikmah Kehidupan.
Bandung: Penerbit Mizan.
Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiono. (2009). Metode penelitian Kualitatif . Jakarta: PT Grasindo.
Sukring. (2016). “Solusi Konflik Sosial dalam Perspektif Al- Qur’an”. Millatii, Journal of
Islamic Studies and Humanities, Vol. 1, No. 1, Juni.
Sulistyowati. (2010). Skripsi: “Pengaruh Perang Shiffin Tahun 658 M Terhadap
Eksistensi Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib”. UNS-FKIP Jurusan Pendidikan IPS-
K.4406041.
Syahputra, Heru. (2020). “Manusia dalam Pandangan Filsafat”: Jurnal Theosofi dan
Peradaban Islam, Vol. 2, No. 1, Desember- Mei.
Tahir, Muhammad Suaib. (2018). “Pendekatan Makna Al- Qital dan Batasan Etiknya
Dalam AL- Qur’an”. Jurnal Al Burrhan Vol. 18 No 2.
Tim Penyusun Kamus Depdikbud. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Umar, Aḥmad Mukhtar. (2002). Al-Mu’jam al-Mausu’i Li alfaadẓ al-Qur’an al-Kariim
wa Qira’atih. Riayad: Muassasah al-Trath.
Warsito, Hermawan. (1992 ). Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia.

You might also like