Professional Documents
Culture Documents
151-Article Text-1044-1-10-20190515
151-Article Text-1044-1-10-20190515
Anwar Sholihin a*
aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya
Mojokerto
Abstract
This paper is a philosophical research that discusses the meaning of religion and its
relevance in supporting religious plurality in Indonesia. The meaning of the religion
was analyzed based on the thoughts of several philosophers. philosophy related to
religious beliefs and traditions will only be appropriate and in line if a follower of
religion always demands himself to try to understand and live rationally all teachings,
doctrines, faith and religious beliefs. Thus, philosophy is no longer seen as an enemy of
religion. The understanding of the adherents of the religion is based on the truth of the
religion he believes in. The truth that is used as a benchmark for the scavengers is based
on understanding certain religions. Meanwhile, the religious substance is universal. The
truth contained in each religion is actually the same / one. Understanding the relativity
of religion as a certain form and at the same time having substantive elements is
expected to be able to build an open understanding of religion and constructive inter-
religious interaction. For religious philosophy is born and there are several approaches
and methods in learning it. Philosophy of religion is the philosophy of religion itself,
which is thinking about the basics of religion according to free logic. With this approach
and method it can provide a clear concept in philosophizing.
Keywords: Methods, Philosophy of Religion
67
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 8 No. 1 Mei 2018
universal, logis, dan sistematis tentang antara hikmah dan kebijaksanaan itu sama,
hakikat segala sesuatu yang ada dan yang pada hal sesungguhnya maksudnya berbeda.
mungkin ada. Kedua, filsafat dalam dimensi Harun Hadiwijono mengartikan kata
produk; yaitu yang berarti pemikiran- philosophia dengan mencintai kebijaksanaan
pemikiran yang dihasilkan dari kegiatan (Hadiwijono, 1991:7), sedangkan Harun
berfilsafat (Harris, dkk, 2002:08). Dalam Hal Nasution (1983:9) mengartikan dengan
ini akan lebih spesifik lagi pembahasan hikmah. Kebijaksanaan biasanya diartikan
mengenai Filsafat Keagamaan Islam. Dalam dengan pengambilan keputusan berdasarkan
rangka menemukan jawaban yang tepat suatu pertimbangan tertentu yang kadang-
dalam pembahasan pada makalah ini, dan kadang berbeda dengan peraturan yang telah
mempermudah pemahaman terhadap hal ditentukan. Adapun hikmah sebenarnya
yang berkaitan dengan metode dan diungkapkan pada sesuatu yang agung atau
pendekatan pendekatan dalam mempelajari suatu peristiwa yang dahsyat atau berat.
filsafat keagamaan Islam, maka akan Namun dalam konteks filsafat kata
dijabarkan pengertian dan hal yang berkaitan philosophia itu merupakan terjemahan dari
dengan filsafat dan filsafat keagamaan Islam. love of wisdom (Tafsir, 1994:8).
68
Metode Filsafat Keagamaan Islam
Pertimbangan filsafat berkaitan dengan pikiran, rasa, dan keyakinan (Syadzili, dkk,
keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi 1999:37).
agama hanya akan sesuai dan sejalan apabila
Istilah filsafat dan agama mengandung
seorang penganut agama senantiasa
pengertian yang dipahami secara berlawanan
menuntut dirinya untuk berusaha memahami
oleh banyak orang. Filsafat dalam cara
dan menghayati secara rasional seluruh
kerjanya bertolak dari akal, sedangkan agama
ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan
bertolak dari wahyu. Oleh sebab itu, banyak
agamanya. Dengan demikian, filsafat tidak
kaitan dengan berfikir sementara agama
lagi dipandang sebagai musuh agama dan
banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat
salah satu faktor perusak keimanan, bahkan
mebahas sesuatu dalam rangka melihat
sebagai alat dan perantara yang bermanfaat
kebenaran yang diukur, apakah sesuatu itu
untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat
logis atau bukan. Agama tidak selalu
tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia
mengukur kebenaran dari segi logisnya
doktrin suci agama, dengan ini niscaya
karena agama kadang-kadang tidak terlalu
menambah kualitas pengahayatan dan
memperhatikan aspek logisnya.
apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran
agama. Perbedaan tersebut menimbulkan konflik
berkepan-jangan antara orang yang
Istilah filsafat dan agama mengandung
cenderung berfikir filosofis dengan orang
pengertian yang dipahami secara berlawanan
yang berfikir agamis, pada hal filsafat dan
oleh banyak orang. Filsafat dalam cara
agama mempunyai fungsi yang sama kuat
kerjanya bertolak dari akal, sedangkan agama
untuk kemajuan, keduanya tidak bisa
bertolak dari wahyu. Oleh sebab itu, banyak
dipisahkan dari kehidupan manusia. Untuk
kaitan dengan berfikir, sementara agama
menelusuri seluk-beluk filsafat dan agama
banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat
secara mendalam perlu diketahui terlebih
membahas sesuatu dalam rangka melihat
dahulu apa yang dimaksud dengan agama
kebenaran yang diukur, apakah sesuatu itu
dan filsafat itu.
logis atau bukan. Agama tidak selalu
mengukur kebenaran dari segi logisnya Nasution mengemukakan pengertian
karena agama kadang-kadang tidak terlalu filsafat agama yaitu filsafat kegamaan itu
memperhatikan aspek logisnya. Perbedaan sendiri, yang merupakan berfikir tentang
tersebut menimbulkan konflik berkepan- dasar-dasar agama menurut logika yang
jangan antara orang yang cenderung berfikir bebas. Pemikiran ini terbagi menjadi dua
filosofis dengan orang yang berfikir agamis, bentuk, yaitu: yang pertama membahas
pada hal filsafat dan agama mempunyai dasar-dasar agama secara analitis dan kritis
fungsi yang sama kuat untuk kemajuan, tanpa terikat kepada ajaran agama, dan tanpa
keduanya tidak bisa dipisahkan dari tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu
kehidupan manusia. Filsafat dan agama agama. Kedua membahas dasar-dasar agama
mempunyai hubungan yang sangat reflektif secara analitis dan kritis dengan maksud
dengan manusia, dikarenakan keduanya untuk menyatakan kebenaran suatu ajaran
mempunyai keterkaitan, keduanya tidak bisa agama atau sekurang-kurangnya untuk
berkembang apabila tidak ada alat dan tenaga menjelaskan bahwa apa yang diajarkan
utama yang berada dalam diri manusia. Tiga agama tidaklah mustahil dan tidak
alat dan tenaga utama manusia adalah akal bertentangan dengan logika.
69
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 8 No. 1 Mei 2018
Para pemikir islam sepakat bahwa contemplation. Kedua istilah ini dapat
kekuatan akal atau rasioanalisme sangat dipahami dengan contoh: Seorang laki-laki
diperlukan dalam kajian-kajian Islam. Filsafat mencintai perempuan, rasa cinta itu dinamai
agama Islam merupakan hasil pemikiran dengan enjoyment, sedangkan pemikiran
filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia, tentang rasa cinta itu disebut contemplation
dan alam yang disinari ajaran Islam dalam (Rasyidi, 1965:3).
suatu aturan pemikiran yang logis dan
Di sisi lain agama mulai dari keyakinan,
sistematis. Geddes Mac Gregor menekankan
sedangkan filsafat mulai mempertanyakan
pembahasan filsafat agama harus dibedakan
sesuatu. Mahmud Subhi mengatakan bahwa
antara hal yang menarik hati dalam agama
agama mulai dari keyakinan yang kemudian
dan berfikir tentang agama. Yang pertama
dilanjutkan dengan mencari argumentasi
adalah aktivitas hati, sedangkan yang kedua
untuk memperkuat keyakinan itu, (ya`taqidu
adalah aktivitas akal. Selanjutnya Gregor
summa yastadillu), sedangkan filsafat
mengatakan bahwa pendekatan intelektual
berawal dari mencari-cari argumen dan
terhadap agama tidak akan memuaskan hati,
bukti-bukti yang kuat dan kemudian timbul-
sementara pendekatan intelektual hanya akan
lah keyakinannya (yastadillu summa
memuaskan akal (Geddes, 1960:11). Dalam
ya`taqidu) (Mahmud Subhi, 1969:4). Dalam
definisi tersebut terlihat suatu pemilahan
pendapat Mahmud Subhi, agama di sini
antara kegiatan akal dan kegiatan hati. Daya
kelihatan identik dengan kalam, yaitu
akal berfungsi sebagai penjelasan dan
berawal dari keyakinan, bukan ber-awal dari
menganalisis ajaran agama sedangkan daya
argumen.
hati berfungsi untuk memuaskan penganut
ajaran Agama. Perbedaan lain antara agama dan filsafat
adalah bahwa agama banyak hubungannya
2. Perbadingan Agama dan Filsafat
dengan hati, sedangkan filsafat banyak
Dari uraian di atas diketahui bahwa hubungannya dengan pikiran yang dingin
antara agama dan filsafat itu terdapat dan tenang. Agama dapat diidentikkan
perbedaan. Menurut Prof. Dr. H. H. Rasyidi dengan air yang terjun dari bendungan
(1965:3), perbedaan antara filsafat dan agama dengan gemuruhnya, sedangkan filsafat
bukan terletak pada bidangnya, tetapi diumpamakan dengan air telaga yang jernih,
terletak pada cara menye-lidiki bidang itu tenang dan kelihatan dasarnya (Rasyidi,
sendiri. Filsafat adalah berfikir, sedangkan 1965:4). Seorang penganut agama biasa-nya
agama adalah mengabdikan diri, agama selalu mempertahankan agama habis-habisan
banyak hu-bungan dengan hati, sedangkan karena dia sudah mengikatkan diri kepada
filsafat banyak hubungan dengan pemikiran. agamanya itu. Sebalik-nya seorang ahli
Williem Temple, seperti yang dikutip Rasyidi, filsafat sering bersifat lunak dan sanggup
mengatakan bahwa filsafat menuntut meninggalkan pendiriannya jika ternyata
pengetahuan untuk memahami, sedangkan pendapatnya keliru (Rasyidi, 1965:3). Dalam
agama menuntut pengeta-huan untuk diri seorang ahli filsafat terdapat maksud
beribadah atau mengabdi. Pokok agama meneliti argumen-argumen yang mendukung
bukan pengetahuan tentang Tuhan, tetapi pendapatnya dan kelemahan argumen
yang penting adalah hubungan manusia tersebut walaupun untuk argumen dia
dengan Tuhan. Lewis mengidentikkan agama sendiri, sedangkan dalam diri penganut suatu
dengan enjoyment dan filsafat dengan agama tidak terdapat keinginan seperti itu.
70
Metode Filsafat Keagamaan Islam
71
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 8 No. 1 Mei 2018
72
Metode Filsafat Keagamaan Islam
73
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 8 No. 1 Mei 2018
Nasution, Harun. (1983). Filsafat Agama, Rozak, Abdul. (2008). Metodologi Studi Islam.
Jakarta:Bulan Bintang. Bandung : Pustaka Setia.
Nata, Abuddin. (1997). Filsafat Pendidikan Subhi, Ahmad Mahmud. (1969). Fi `Ilm al-
Islam. Ciputat: Logos Wacana Ilmu. Kalam, Dirasat Falsafiyyah. Dar al-Kutub al-
Jami`iyyah.
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Ciputat Pers, 2002, Syadzili, dkk. (1999). Filsafat Umum, Bandung
: Pustaka Setia.
Rasyidi. (1965). Filsafat Agama, Jakarta: Bulan
Bintang. Tafsir, Ahmad. (1990). Filsafat Umum,
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
74