You are on page 1of 8

Metode Filsafat Keagamaan Islam

Metode Filsafat Keagamaan Islam

Anwar Sholihin a*

aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya
Mojokerto

*Koresponden penulis: anwarsholikhin9@gmail.com

Abstract
This paper is a philosophical research that discusses the meaning of religion and its
relevance in supporting religious plurality in Indonesia. The meaning of the religion
was analyzed based on the thoughts of several philosophers. philosophy related to
religious beliefs and traditions will only be appropriate and in line if a follower of
religion always demands himself to try to understand and live rationally all teachings,
doctrines, faith and religious beliefs. Thus, philosophy is no longer seen as an enemy of
religion. The understanding of the adherents of the religion is based on the truth of the
religion he believes in. The truth that is used as a benchmark for the scavengers is based
on understanding certain religions. Meanwhile, the religious substance is universal. The
truth contained in each religion is actually the same / one. Understanding the relativity
of religion as a certain form and at the same time having substantive elements is
expected to be able to build an open understanding of religion and constructive inter-
religious interaction. For religious philosophy is born and there are several approaches
and methods in learning it. Philosophy of religion is the philosophy of religion itself,
which is thinking about the basics of religion according to free logic. With this approach
and method it can provide a clear concept in philosophizing.
Keywords: Methods, Philosophy of Religion

A. Latar Belakang mempelajarinya khususnya mengenai filsafat


keagamaan Islam. Secara etimologis filsafat
Pendidikan Islam dalam prakteknya
(Indonesia) atau falsafah (Arab) atau philosophy
sangat memerlukan metode yang tepat dan
(Inggris), berasal dari bahasa Yunani
sesuai untuk menghantarkan kegiatan
philosophia yang merupakan kata majemuk
pendidikannya kearah tujuan yang akan
dari dua kata, philo yang berarti cinta dan
dicapainya. Bagaimanapun baik dan
Sophia yang berarti kebijaksanaan. Dengan
sempurnanya suatu konsep sebuah keilmuan,
demikian filsafat dapat diartikan cinta
ia tidak akan berarti apa-apa manakala tidak
kebijaksanaan (love of wisdom). Hasan
memiliki sebuah metode atau cara dalam
(1989:10) berpendapat bahwa filsafat adalah
sebuah transformasi keilmuan. Ketidak
suatu ikhtiar untuk berfikir radikal, radikal
tepatan dalam menerapankan sebuah metode
dalam arti mulai dari radix-nya sesuatu dari
secara praktis akan menghambat proses
gejala, dari akarnya sesuatu yang hendak
keilmuan itu sendiri, karenanya metode
dipermasalahkan dan dengan penjajagan
adalah sebuah syarat untuk efisiennya
yang radikal itu, filsafat berusaha untuk
aktivitas keilmuan baik umum ataupun
sampai kepada kesimpulan yang universal
agama, bahkan ia lebih penting dari pada
(Tafsir, 1990:8), sedangkan secara
pembahasan atau teori yang disampaikan.
terminologis filsafat mempunyai dua makna,
Demikian pula dengan filsafat, perlu adanya
pertama filsafat dalam dimensi aktivitas;
sebuah metodelogi yang tepat dalam
berfilsafat yaitu berfikir secara radikal,

67
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 8 No. 1 Mei 2018

universal, logis, dan sistematis tentang antara hikmah dan kebijaksanaan itu sama,
hakikat segala sesuatu yang ada dan yang pada hal sesungguhnya maksudnya berbeda.
mungkin ada. Kedua, filsafat dalam dimensi Harun Hadiwijono mengartikan kata
produk; yaitu yang berarti pemikiran- philosophia dengan mencintai kebijaksanaan
pemikiran yang dihasilkan dari kegiatan (Hadiwijono, 1991:7), sedangkan Harun
berfilsafat (Harris, dkk, 2002:08). Dalam Hal Nasution (1983:9) mengartikan dengan
ini akan lebih spesifik lagi pembahasan hikmah. Kebijaksanaan biasanya diartikan
mengenai Filsafat Keagamaan Islam. Dalam dengan pengambilan keputusan berdasarkan
rangka menemukan jawaban yang tepat suatu pertimbangan tertentu yang kadang-
dalam pembahasan pada makalah ini, dan kadang berbeda dengan peraturan yang telah
mempermudah pemahaman terhadap hal ditentukan. Adapun hikmah sebenarnya
yang berkaitan dengan metode dan diungkapkan pada sesuatu yang agung atau
pendekatan pendekatan dalam mempelajari suatu peristiwa yang dahsyat atau berat.
filsafat keagamaan Islam, maka akan Namun dalam konteks filsafat kata
dijabarkan pengertian dan hal yang berkaitan philosophia itu merupakan terjemahan dari
dengan filsafat dan filsafat keagamaan Islam. love of wisdom (Tafsir, 1994:8).

B. Tujuan Kajian Dari pengertian kebahasaan itu dapat


dipahami bahwa filsafat berarti cinta kepada
Artikel ini bertujuan mendiskripsikan
kebijaksanaan. Tetapi pengertian itu belum
bagaimana metode filsafat keagamaan Islam
memberikan pemahaman yang cu-kup,
C. Pembahasan karena maksudnya belum dipahami dengan
1. Definisi Filsafat Keagamaan Islam baik. Pemahaman yang mendasar tentang
filsafat diperoleh melalui pengertian. Karena
Filsafat/filosofi berasal dari kata Yunani
berbagai pandangan dalam melihat sesuatu
yaitu philos (suka) dan sophia (kebijaksanaan),
menyebabkan pandangan pemikir tentang
yang diturunkan dari kata kerja filosoftein,
filsafat juga berbeda. Oleh sebab itu, banyak
yang berarti : mencintai kebijaksanaan, tetapi
orang mem-berikan pengertian yang berbeda
arti kata ini belum menampakkan arti filsafat
pula tentang filsafat.
sendiri karena “mencintai” masih dapat
dilakukan secara pasif. Pada hal dalam Herodotus mengatakan filsafat adalah
pengertian filosoftein terkandung sifat yang perasaan cinta kepada ilmu kebijaksanaan
aktif (Gee, 1991:1). Filsafat adalah pandangan dengan memperoleh keahalian tentang
tentang dunia dan alam yang dinyatakan kebijaksanaan itu (Hamzah, 1991:3). Plato
secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu atau mengatakan filsafat ada-lah kegemaran dan
metode berfikir untuk memecahkan gejala- kemauan untuk mendapatkan penge-tahuan
gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat yang luhur. Aristoteles (384-322 sm)
bukanlah dogma atau suatu kepercayaan mengatakan filsafat adalah ilmu tentang
yang membuta. Filsafat mempersoalkan soal- kebenaran. Cicero (106-3 sm.) mengatakan
soal, etika/moral, estetika/seni, sosial dan filsafat adalah pengetahuan terluhur dan
politik, epistemology (tentang asal keinginan untuk mendapatkannya (Hamzah,
pengetahuan), ontology (tentang manusia), 1991:3). Secara etimologis, filsafat diambil
dan Aksiologi dll. Dalam al-Quran kata filsafat dari bahasa Arab yaitu falsafah. Dengan
tidak ada, yang ada hanya adalah kata demikian secara etimologis, filsafat
hikmah. Pada umumnya orang mema-hami memberikan pengertian cinta kebijaksanaan.

68
Metode Filsafat Keagamaan Islam

Pertimbangan filsafat berkaitan dengan pikiran, rasa, dan keyakinan (Syadzili, dkk,
keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi 1999:37).
agama hanya akan sesuai dan sejalan apabila
Istilah filsafat dan agama mengandung
seorang penganut agama senantiasa
pengertian yang dipahami secara berlawanan
menuntut dirinya untuk berusaha memahami
oleh banyak orang. Filsafat dalam cara
dan menghayati secara rasional seluruh
kerjanya bertolak dari akal, sedangkan agama
ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan
bertolak dari wahyu. Oleh sebab itu, banyak
agamanya. Dengan demikian, filsafat tidak
kaitan dengan berfikir sementara agama
lagi dipandang sebagai musuh agama dan
banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat
salah satu faktor perusak keimanan, bahkan
mebahas sesuatu dalam rangka melihat
sebagai alat dan perantara yang bermanfaat
kebenaran yang diukur, apakah sesuatu itu
untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat
logis atau bukan. Agama tidak selalu
tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia
mengukur kebenaran dari segi logisnya
doktrin suci agama, dengan ini niscaya
karena agama kadang-kadang tidak terlalu
menambah kualitas pengahayatan dan
memperhatikan aspek logisnya.
apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran
agama. Perbedaan tersebut menimbulkan konflik
berkepan-jangan antara orang yang
Istilah filsafat dan agama mengandung
cenderung berfikir filosofis dengan orang
pengertian yang dipahami secara berlawanan
yang berfikir agamis, pada hal filsafat dan
oleh banyak orang. Filsafat dalam cara
agama mempunyai fungsi yang sama kuat
kerjanya bertolak dari akal, sedangkan agama
untuk kemajuan, keduanya tidak bisa
bertolak dari wahyu. Oleh sebab itu, banyak
dipisahkan dari kehidupan manusia. Untuk
kaitan dengan berfikir, sementara agama
menelusuri seluk-beluk filsafat dan agama
banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat
secara mendalam perlu diketahui terlebih
membahas sesuatu dalam rangka melihat
dahulu apa yang dimaksud dengan agama
kebenaran yang diukur, apakah sesuatu itu
dan filsafat itu.
logis atau bukan. Agama tidak selalu
mengukur kebenaran dari segi logisnya Nasution mengemukakan pengertian
karena agama kadang-kadang tidak terlalu filsafat agama yaitu filsafat kegamaan itu
memperhatikan aspek logisnya. Perbedaan sendiri, yang merupakan berfikir tentang
tersebut menimbulkan konflik berkepan- dasar-dasar agama menurut logika yang
jangan antara orang yang cenderung berfikir bebas. Pemikiran ini terbagi menjadi dua
filosofis dengan orang yang berfikir agamis, bentuk, yaitu: yang pertama membahas
pada hal filsafat dan agama mempunyai dasar-dasar agama secara analitis dan kritis
fungsi yang sama kuat untuk kemajuan, tanpa terikat kepada ajaran agama, dan tanpa
keduanya tidak bisa dipisahkan dari tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu
kehidupan manusia. Filsafat dan agama agama. Kedua membahas dasar-dasar agama
mempunyai hubungan yang sangat reflektif secara analitis dan kritis dengan maksud
dengan manusia, dikarenakan keduanya untuk menyatakan kebenaran suatu ajaran
mempunyai keterkaitan, keduanya tidak bisa agama atau sekurang-kurangnya untuk
berkembang apabila tidak ada alat dan tenaga menjelaskan bahwa apa yang diajarkan
utama yang berada dalam diri manusia. Tiga agama tidaklah mustahil dan tidak
alat dan tenaga utama manusia adalah akal bertentangan dengan logika.

69
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 8 No. 1 Mei 2018

Para pemikir islam sepakat bahwa contemplation. Kedua istilah ini dapat
kekuatan akal atau rasioanalisme sangat dipahami dengan contoh: Seorang laki-laki
diperlukan dalam kajian-kajian Islam. Filsafat mencintai perempuan, rasa cinta itu dinamai
agama Islam merupakan hasil pemikiran dengan enjoyment, sedangkan pemikiran
filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia, tentang rasa cinta itu disebut contemplation
dan alam yang disinari ajaran Islam dalam (Rasyidi, 1965:3).
suatu aturan pemikiran yang logis dan
Di sisi lain agama mulai dari keyakinan,
sistematis. Geddes Mac Gregor menekankan
sedangkan filsafat mulai mempertanyakan
pembahasan filsafat agama harus dibedakan
sesuatu. Mahmud Subhi mengatakan bahwa
antara hal yang menarik hati dalam agama
agama mulai dari keyakinan yang kemudian
dan berfikir tentang agama. Yang pertama
dilanjutkan dengan mencari argumentasi
adalah aktivitas hati, sedangkan yang kedua
untuk memperkuat keyakinan itu, (ya`taqidu
adalah aktivitas akal. Selanjutnya Gregor
summa yastadillu), sedangkan filsafat
mengatakan bahwa pendekatan intelektual
berawal dari mencari-cari argumen dan
terhadap agama tidak akan memuaskan hati,
bukti-bukti yang kuat dan kemudian timbul-
sementara pendekatan intelektual hanya akan
lah keyakinannya (yastadillu summa
memuaskan akal (Geddes, 1960:11). Dalam
ya`taqidu) (Mahmud Subhi, 1969:4). Dalam
definisi tersebut terlihat suatu pemilahan
pendapat Mahmud Subhi, agama di sini
antara kegiatan akal dan kegiatan hati. Daya
kelihatan identik dengan kalam, yaitu
akal berfungsi sebagai penjelasan dan
berawal dari keyakinan, bukan ber-awal dari
menganalisis ajaran agama sedangkan daya
argumen.
hati berfungsi untuk memuaskan penganut
ajaran Agama. Perbedaan lain antara agama dan filsafat
adalah bahwa agama banyak hubungannya
2. Perbadingan Agama dan Filsafat
dengan hati, sedangkan filsafat banyak
Dari uraian di atas diketahui bahwa hubungannya dengan pikiran yang dingin
antara agama dan filsafat itu terdapat dan tenang. Agama dapat diidentikkan
perbedaan. Menurut Prof. Dr. H. H. Rasyidi dengan air yang terjun dari bendungan
(1965:3), perbedaan antara filsafat dan agama dengan gemuruhnya, sedangkan filsafat
bukan terletak pada bidangnya, tetapi diumpamakan dengan air telaga yang jernih,
terletak pada cara menye-lidiki bidang itu tenang dan kelihatan dasarnya (Rasyidi,
sendiri. Filsafat adalah berfikir, sedangkan 1965:4). Seorang penganut agama biasa-nya
agama adalah mengabdikan diri, agama selalu mempertahankan agama habis-habisan
banyak hu-bungan dengan hati, sedangkan karena dia sudah mengikatkan diri kepada
filsafat banyak hubungan dengan pemikiran. agamanya itu. Sebalik-nya seorang ahli
Williem Temple, seperti yang dikutip Rasyidi, filsafat sering bersifat lunak dan sanggup
mengatakan bahwa filsafat menuntut meninggalkan pendiriannya jika ternyata
pengetahuan untuk memahami, sedangkan pendapatnya keliru (Rasyidi, 1965:3). Dalam
agama menuntut pengeta-huan untuk diri seorang ahli filsafat terdapat maksud
beribadah atau mengabdi. Pokok agama meneliti argumen-argumen yang mendukung
bukan pengetahuan tentang Tuhan, tetapi pendapatnya dan kelemahan argumen
yang penting adalah hubungan manusia tersebut walaupun untuk argumen dia
dengan Tuhan. Lewis mengidentikkan agama sendiri, sedangkan dalam diri penganut suatu
dengan enjoyment dan filsafat dengan agama tidak terdapat keinginan seperti itu.

70
Metode Filsafat Keagamaan Islam

3. Metodelogi Filsafat Keagamaan Islam ilmu. Irfan (makrifat) berkaitan dengan


pengetahuan yang diperoleh secara
Terdapat beberapa metode dalam filsafat
langsung dari Tuhan (kasyf) lewat olah
agama Islam, terdiri atas 3 metode dalam
ruhani (riyadhah) yang dilakukan atas
mempelajari filsafat keagamaan Islam, yaitu
dasar hub (cinta) atau iradah (kemauan
metode Bayani, irfani, dan burhani.
yang kuat). Secara epistimologis, irfan
Penjelasannya sebagai berikut:
dapat diartikan sebagai pengungkapan
a) Metode Bayani, yaitu metode istinbath atas pengetahuan yang diperoleh lewat
melalui penafsiran terhadap kata yang penyinaran hakekat oleh Tuhan kepada
digunakan dalam teks (nash) dan susunan hamba-Nya serta adanya oleh ruhani yang
kalimatnya sendiri, berarti penjelasan. dilakukan atas dasar cinta. Irfan adalah
Metode bayani merupakan metode wujud mutlak, yaitu Allah SWT
pemikiran khas Arab yang menekankan (Muthahhari, 2002:114).
otoritas teks (nash), secara langsung atau
c) Metode “Burhani”, suatu pengetahuan
tidak langsung dan dijustifikasi oleh akal
berdasarkan prinsip logika. Metode ini
kebahasan yang digali lewat inferensi
menyadarkan diri pada kekuatan rasio
(istidlal). Secara langsung artinya
atau akal, yang dilakukan lewat dalil-dalil
memahami teks sebagai pengetahuan jadi
logika. Burhani (demonstratif), secara
dan langsung mengaplikasikan tanpa
sederhana, bisa diartikan sebagai suatu
perlu pemikiran. Secara tidak langsung
aktivitas berpikir untuk menetapkan
berarti memahami teks pengetahuan
kebenaran proposisi (qadhiyah) (Khallaf,
mentah sehingga perlu tafsir dan
1978:34-35) melalui pendekatan deduktif
penalaran. Dalam bayani rasio dianggap
(Al-Istintaj) dengan mengaitkan proposisi
tidak mampu memberikan pengetahuan
yang satu dengan proposisi yang lain yang
kecuali disandarkan pada teks. Dalam
telah terbukti kebenarannya secara
perspektif keagamaan, sasaran bidik
aksiomatik (badhihi). Sumber pengetahuan
metode bayani adalah aspek eksoterik
burhani adalah rasio, bukan teks atau
(syariat). Sementara itu, secara terminologi,
intuisi. Rasio inilah yang dengan dalil-dalil
bayan mempunyai dua arti, yaitu:
logika memberikan penilaian dan
1) Sebagai aturan penafsiran wacana keputusan terhadap informasi yang masuk
(qawanin tafsir al-khithabi); lewat indera yang dikenal dengan istilah
2) Syarat-syarat memproduksi wacana “Tasawur” dan “Tashdiq”. Tasawur adalah
(syuruth intaj al-khithab). proses pembentukan konsep berdasarkan
data-data dan indera, sedangkan Tashdiq
b) Metode “irfani” adalah salah satu model
adalah proses pembuktian terhadap
penalaran yang dikenal dalam tradisi
kebenaran konsep tersebut.
keilmuan Islam. Epistemologi ini
dikembangkan dan digunakan dalam Idealnya ketiga model berpikir tersebut
masyarakat Sufi, berbeda dengan bekerja secara sinergis dan berjalin-kelindan
epistemologi burhani yang dikembangkan dalam mengurai makna tiap-tiap kebenaran
dan digunakan dalam keilmuan- keilmuan berdasarkan disiplin ilmu dan perspektif
Islam pada umumnya. Istilah irfan („arafa, yang berbeda. Nalar bayani digunakan untuk
bahasa arab) semakna dengan makrifat, memahami teks dalam pendekatan
yang berarti pengetahuan berbeda dengan kebahasaan dan aspek normatifnya,

71
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 8 No. 1 Mei 2018

sedangkan nalar burhani menuntun untuk a) Pendekatan Ontologik, yaitu mempelajari


memaksimalisasi kerja rasio dalam suatu objek filsafat tertentu (misalnya:
memahami teks dan sumber ilmu lainnya filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat
dengan berdasarkan hukum-hukum logika, Pancasila, filsafat agama, filsafat sejarah,
dan nalar irfani yang menyasar aspek batin filsafat politik, filsafat ilmu, filsafat seni
dari teks dan pengetahuan berfungsi untuk dan sebagainya), untuk mencari hakekat
memahami kebenaran secara langsung. realitas yang terdalam, atau mencari
hakikat objek terdalam dari segala sesuatu.
4. Hubungan dan Perbedaan antara Metode
Burhani, Bayani dan Irfani. b) Pendekatan kosmologik mempelajari suatu
filsafat tertentu (seperti contoh di atas)
Dalam khazanah filsafat Islam, dikenal
adalah mencari kebenaran segala sesuatu
ada 3 buah metodologi pemikiran, yakni
terdalam yang bekaitan dengan hakekat
burhani, irfani, dan bayani. Ketiga model
ruang, waktu dan dinamika atau gerak
epistemologi ini, dalam sejarahnya telah
dari hakekat segala sesuatu itu,
menunjukkan keberhasilannya masing-
masing. Masing-masing model epistimologi c) Pendekatan Rasional/Logika, artinya
ini tidak dapat digunakan secara mandiri dalam mempelajari suatu filsafat tertentu
untuk pengembangan ilmu-ilmu keislaman adalah dengan mencari hakekat kebenaran
kontemporer. Untuk mencapai hal tersebut, dari segala sesuatu secara mendalam
ketiganya harus disatukan dalam sebuah dengan menggunakan logika deduktif atau
jalinan yang disebut “hubungan silkuler”. logika formal dan menggunakan logika
induktif atau logika material. memberi
Burhani berbeda dengan bayani dan irfani,
kerangka pemikiran yang koheren dan
yang masih berkaitan dengan teks suci,
logis.
burhani sama sekali tidak mendasarkan diri
pada teks, juga tidak pada pengalaman. d) Pendekatan Teologis, artinya dalam
burhani menyandarkan diri pada kekuatan mempelajari suatu filsafat tertentu adalah
rasio, akal, yang dilakukan lewat dali-dalil dengan selalu mengkaitkan antara
logika. Bahkan, dalil-dalil agama hanya bisa fenomena rasional, empiris dan kekuatan
diterima sepanjang ia sesuai dengan logika supra natural (Tuhan). Hakekat kebenaran
rasional. Perbandingan ketiga epistimologi ini itu sejatinya adalah terbagi dalam kategori
adalah, bayani menghasilkan pengetahuan kebenaran ilmu (science), kebenaran filsafat
lewat analogi realita non-fisik atas realitas (phylosofis), dan kebenaran agama
fisik; irfani menghasilkan pengetahuan lewat (religious), ketiganya saling mengkait. Jadi,
proses penyatuan rohani pada Tuhan dengan pendekatan teologis meletakkan kebenaran
pernyataan universal; dan burhani agama sebagai kebenaran mutlak (absolut),
menghasilkan pengetahuan melalui prinsip- sedangkan kebenaran filsafat dan ilmu
prinsip logika atas pengetahuan sebelumnya bersifat relatif, oleh karena itu ketika
yang telah diyakini kebenarannya (Soleh, manusia ingin meraih hakekat kebenaran
2002:219). maka ia harus taat kepada ajaran
agamanya.Al Ahwani mengatakan teologi
5. Pendekatan Filosofis
diartikan sebagai rangkaian argumentasi
Ada beberapa pendekatan filosofis dalam rasional yang disusun secara sistematik
memahami hakekat segala sesuatu terdalam untuk memperkokoh akidah dalam agama
dalam kehidupan ini, antara lain: islam (Ahwani, dkk, 1995:17).

72
Metode Filsafat Keagamaan Islam

e) Pendekatan Etika, artinya dalam pengetahuan yang menjadi induknya.


mempelajari suatu filsafat tertentu adalah Adapun metode dalam rangka mempelajari
dengan selalu mengkaitkan antara kajian filsafat Keagamaan, terdiri atas metode
hakekat dari segala sesuatu terdalam bayani, metode burhani dan metode irfani.
dengan prinsip-prinsip nilai-norma sosial- Dengan pedekatan filsafat seperti pendekatan
budaya yang berlaku di masyarakat, atau ontologik, pendekatan kosmologik,
bagaimana kajian hakekat dari segala pendekatan logika, pendekatan etika.
sesuatu itu mempunyai makna aksiologis
E. Daftar Pustaka
atau nilai pragmatis, nilai fungsional dan
mampu membentuk keunggulan etika Abdulhak, Ishak. (2003). Filsafat Ilmu
manusia dalam proses kehidupan di pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda
sepanjang usia hidupnya di masyarakat. karya

f) Pendekatan Empiris yaitu memastikan Ahmadi, Asmoro. (2001). Filsafat Umum


kebenaran memberikan kerangka PT.Raja Grafindo.
pengujiannya. Menurut Hume manusia
Al Ahwani dan Ahmad fuad. (1995). Filsafat
tidak membawa pengetahuan sejak
Islam. Jakarta: pustaka firdaus.
bawaan dalam hidupnya. sumber
pengetahuan adalah pengamatan Arifin. (2003). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
pengalaman lebih memberikan kesan Bumi Aksara.
keyakinan dibandingkesimpulan Logika
Bakhtiar, Amsal. (1997). Filsafat Agama.
(Mayer, 1951:216). Hasilnya pengetahuan Ciputat Logos wacana ilmu..
yang didapat ialah pengetahuan yang
konsisten dan sistematis serta dapat Dewey, John, An Introduction to Rreflective
Thinking, by Columbia Univercity
diandalkan, karena telah diuji secara
Associates In Philoshophy
empiris Sebagai sebuah cara untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah, metode Frederic Mayer. (1951). A History of Modern
ilmiah dilakukan dengan cara dan Philosophy. New York. America Book
prosedur tertentu Company.

D. Kesimpulan Gazalba, Siddi. (1992). Sistematika Filsafat,


Jakarta : Bulan Bintang.
Filsafat keagamaan Islam merupakan
pemikiran mendasar yang berlandaskan dan Gee, Liang. (1991). Pengantar Filsafat Ilmu,
mengarahkan proses pelaksanaan pendidikan Jakarta: Liberti.
berdasarkan al-Qur’an dan Hadits. Filsafat ini
Greggor, Ma Geddes. (1960). Introduction to
juga memberikan gambaran tentang sampai
Religious Philosophy. London: Macmillan
dimana proses tersebut dapat direncanakan
LTD.
dan dalam ruang lingkup serta dimensi
bagaimana proses tersebut dilaksanakan. Hadiwijoyo, Harun. (1991). Sari-Seri Sejarah
Filsafat keagmaan Islam sebagai bagian atau Filsafat Barat I, Yogyakarta: Kanisius.
komponen dari suatu sistem, ia memegang Hamzah Ya`qub. (1991). Filsafat Agama,
dan mempunyai peranan tertentu pada Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
sistem di mana ia merupakan bagiannya.
Sebagai cabang ilmu pengetahuan, maka ia Hasan, Fuad. (1989). Berkenalan dengan Filsafat
Eksistensialisme. Jakarta: Pustaka Jaya, cet4.
berperan dalam pengembangan ilmu

73
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 8 No. 1 Mei 2018

Nasution, Harun. (1983). Filsafat Agama, Rozak, Abdul. (2008). Metodologi Studi Islam.
Jakarta:Bulan Bintang. Bandung : Pustaka Setia.

Nata, Abuddin. (1997). Filsafat Pendidikan Subhi, Ahmad Mahmud. (1969). Fi `Ilm al-
Islam. Ciputat: Logos Wacana Ilmu. Kalam, Dirasat Falsafiyyah. Dar al-Kutub al-
Jami`iyyah.
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Ciputat Pers, 2002, Syadzili, dkk. (1999). Filsafat Umum, Bandung
: Pustaka Setia.
Rasyidi. (1965). Filsafat Agama, Jakarta: Bulan
Bintang. Tafsir, Ahmad. (1990). Filsafat Umum,
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

74

You might also like