You are on page 1of 15

JURNAL

UPAYA PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

DI BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH PADANG CABANG PASAR


RAYA

Di ajukan untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi (SE) Strata satu perbankan Syariah

Fakultas Ilmu Sosial

OLEH :

ERMA KARLINA
NPM.160314016

ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI
TELUK KUANTAN
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS

2021

1
UPAYA PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH
DI BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH PADANG
CABANG PASAR RAYA

Erma Karlina

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Kuantan Singingi, Desa Sukaraja, Kecamatan


Logas Tanah Darat, Kabupaten Kuantan Singingi
Email : Karlinaerma1@gmail.com

Abstrac

Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah di BMT At-Taqwa


Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya

Non-performing financing is financing caused by customers who do not


occupy the installment payment schedule and do not meet the requirements
stated in the contract. According to Bank Indonesia in PBI No. 5/7/2003,
the assessment and classification of the quality of non-performing
financing is divided into five groups, namely current, substandard,
doubtful, and loss. BMT At-TAqwa Muhammadiyah Padang has
Fundraising products including DEMUTA, mudharabah, Education
savings, Hajj savings, and Qurban deposits. Fund distribution products
include murabahah, Bai'Bitsaman Ajil (BBA), and Qardhul Hasan.
This study uses a qualitative approach with descriptive methods the data
used are derived from primary and secondary data.
The results of this study indicate that the initial efforts made by BMT
At-Taqwa Muhammadiyah Padang, Pasar Raya Branch by analyzing the
factors causing problematic financing.
Related to efforts to handle non-performing financing There are several
efforts by BMT At-Taqwa Muhamadiyah Pasar Raya Branch in dealing
with non-performing financing including: Rescheduling, Restructuring.
Furthermore, it is related to the Problem Financing Settlement at BMT
At-Taqwa Muhammadiyah Padang Pasar Raya Branch. If the problem
cannot be handled, the last way to do it is to carry out a guarantee
confiscation (execution) and the process of bookkeeping write-off.

Keywords: Non-performing Financing, BMT At-Taqwa Muhamadiyah


Cabang Pasar Raya.

2
3
1. PENDAHULUAN
Awal mula berdirinya bank-bank yang berprinsip Syariah dimulai dari
berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI), maka timbul peluang untuk
mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Opersionalisasi BMI kurang
menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha
untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR syariah
dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasionalisasi di
daerah. Di samping itu di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang hidup
serba berkecukupan muncul ke khawatiran akan timbulnya pengikisan
akidah. Pengikisan akidah ini bukan hanya di pengaruhi dari aspek syiar
islam tetapi juga di pengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat. Sebagai
mana di riwayatkan dari Rasululllah saw, “ kefakiran itu mendekati
kekufurn” maka keberadaan BMT diharakan mampu mengatasi masalah ini
lewat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ekonomi masyarakat. (Heri
Sudarsono, 2013 :108).
Kegiatan atau aktifitas dalam hubungan antar manusia satu dengan yang lain
telah diatur dalam islam yaitu dalam fiqh muamalat. Dari sekian banyak
Lembaga keuangan syariah yang sudah berdiri terutama yang berlandaskan
Al-Qur’an dan Hadits, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan salah
satu bentuk lembaga keuangan Syariah non bank. Sebuah lembaga
keuangan Islam yang hadir di tengah-tengah carut marutnya perekonomian
kapitalis yang diterapkan di negeri ini, kini hadir dengan menawarkan
sistem baru sistem yang bebas dari riba, bebas dari praktek ketidakadilan,
mengedepankan amanah dan juga mengemban misi sosial. Beragamnya
praktek transaksi ekonomi yang dilakukan masyarakat modern, baik yang
terjadi antara sesama umat Islam maupun antara Islam dengan umat
pemeluk agama lain dalam bentuk dan pola yang sama sekali baru, yakni
praktek transaksi ekonomi yang sebelumnya tidak pernah dijumpai dalam
tatanan masyarakat tradisional kita, dalam perkembangannya telah berhasil
menempati ruang tersendiri dalam wacana hukum Islam kontemporer. .
(Ahmad Wardi Muslich, 2010 : 290).
Baitul Maal Wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, Yaitu baitul maal
dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada Usaha-usaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, Seperti : zakat, infaq
dan shadaqah. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan
penyaluran dana komersial. . usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi
mas masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah. Secara kelembagaan
BMT di dampingi atau di dukung pusat inkubasi Bisnis Usaha kecil
(PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena mengemban misi yng
lebih luas, yakni menetaskan usaha kecil. Pada prakteeknya, PINBUK
menetaskan BMT, dan pada gilirannya BMT menetaskan usaha kecil. Peran
umum BMT yang di lakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan
yang berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip
prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga
keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masarakat

4
kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun materi maka BMT
mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala
aspek kehidupan masyarakat. (Heri Sudarsono, 2013 : 107)
BMT didirikan untuk memfalisitaskan masyarakat bawah yang tidak
terjangkau oleh bank, salah satu koperasi syariah yang membantu
kesejahteraan anggota dan masyarakat adalah BMT At-Taqwa
Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya. Dalam kegiatan
operasionalnya melakukan proses penghimpunan dana melalui simpanan
dan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan. BMT At-Taqwa
Muhammadiyah Cabang Pasar Raya merupakan salah satu lembaga
keuangan mikro syariah berbasis koperasi yang ada di indonesia khususnya
di kota Padang-Sumatera Barat yang didirikan pada 19 september 1996
yang berada di Jl. Bundo Kandung No. 1 Padang, Kecamatan Padang Barat,
sumatera Barat. BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar
Raya menempatkan dirinya dalam posisi yang sangat strategis yaitu
berhadapan langsung dengan pasar tradisional terbesar yang menjadi pusat
perdagangan utama di kota Padang. Posisi strategis tersebut tidak hanya
memiliki kewenangan dalam penarikan dan pengelolaan dana masyarakat,
tetapi dapat berperan dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui
program kemitraan usaha. Kehadiran BMT At-Taqwa Muhammadiyah
Padang Cabang Pasar Raya ini adalah solusi bagi kelompok ekonomi
masyarakat yang membutuhkan dana bagi pengembangan usahanya.
Sebagai Lembaga keuangan, BMT At-Taqwa Muhammadiyah tentu
menjalankan fungsi penghimpunan dan penyaluran dana. BMT At-Taqwa
Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya melaksanakan fungsi
penyaluran dana anggota salah satunya dengan menggunakan akad
Murabahah. Pembiayaan merupakan penyediaan uang atau modal, yang
diberikan berdasarkan pesetujuan atau kesepakatan antara pihak BMT
dengan nasabah peminjam yang mewajibkan anggota peminjam untuk
mengembalikan uang atau modal tersebut setelah jangka waktu yang telah
di tentukan. Berkaitan dengan jenis pembiayaan, BMT at-taqwa
Muammadiyah memiliki beberapa produk pembiayaan yaitu Murabahah,
Ba’i Bitsaman Ajil, Qardhul Hasan. (Brosur, produk-produk BMT At-taqwa
muhammadiyah Padang tahun 2019).
Dari sekian produk pembiayaan yang di tawarkan BMT At-Taqwa
muhammadiyah padang cabang pasar raya, timbullah minat nasabah untuk
melakukan pembiayaan.

5
Berdasarkan pengamatan berikut tabel perkembangan penyaluran
pembiayaan pada BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar
Raya dari tahun 2016-2020.
Tabel 1.1
Jumlah penyaluran pembiayaan pada BMT At-Taqwa
Muhammadiyah Cabang Pasar Raya.
N Tahun Jumlah Total
o minat
1 2016 258 Rp. 5.860.285.905

2 2017 268 Rp. 6.675.549.989

3 2018 267 Rp. 7.597.491.627

4 2019 241 Rp. 7.193.009.126

5 2020 234 Rp. 7.345.345.42

Sumber: BMT at-taqwa Muhammadiyah Cab Pasar Raya 2020


Jumlah penyaluran pembiayaaan dapat dilihat dari Tabel 1.1 diatas
dikukuhkan bahwa pada tahun 2016 jumlah penyaluran pembiayaan yaitu
258 dengan total Rp. 5.860.285.905, pada tahun 2017 jumlah penyaluran
pembiayaan sebanyak 268 dengan total Rp. 6.675.549.989, Pada tahun 2018
jumlah penyaluran pembiayaan sebanyak 267 dengan total
Rp.7.597.491.627, pada tahun 2019 jumlah penyaluran pembiayaan
sebanyak 241 dengan total Rp.7.193.009.126, pada tahun 2020 jumlah
penyaluran pembiayaan sebanyak 234 dengan total Rp.7.345.345.42. total
pembiayaan cukup tinggi yaitu terdapat pada tahun 2018 dengan total Rp.
7.597.491.627. sedangkan jumlah penyaluran pembiayaan terbanyak pada
tahun 2017 dengan jumlah sebanyak 268, dengan total Rp. 6.675.549.989.
Transaksi keuangan antara pihak BMT dengan Nasabah tidak selalu
berjalan dengan lancar, melainkan dapat terjadi sengketa yang sebagian
besar disebabkan karena adanya pembiayaan bermasalah atau
Nonperforming Finace (NPF). Pembiayaan bermasalaah dapat dikaikan
dengan bagaimana usaha yang telah dibiayai oleh koperasi dapat dijalankan,
apakah pengella dana benar-benar menjalankan usahanya sesuai dengan
yang disebutkan dalam akad ataupun sipengeola dana tersebut
mengingkarinya.
Dalam penyaluran dana, hasil yang memuaskan dari pemberian suatu
pembiayaan adalah di lunasinya kembali pembiayaan itu dalam skala waktu
yang telah di tentukan oleh perusahaan, serta tanpa menekannya untuk
menunaikan kewajiban sesuai dengan yang telah di sepakati . namun tidak
terlepas dari pada itu, resiko akan terjadinya pembiayaan yang bermasalah
mungkin saja terjadi. Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu resiko
yang pasti di hadapi oleh setiap lembaga keuangan termasuk BMT itu
sendiri. Resiko ini sering disebut juga dengan resiko kredit ataupun resiko
pembiayaan. Resiko pembiayaan adalah resiko akibat kegagalan nasabah

6
dalam memenuhi kewajiban lembaga keuangan sesuai dengan perjanjian
yang telah di sepakati (prasetyoningrum, 2015: 46-47).
Pembiayaan bermasalah terjadi ketika BMT tidak memperoleh kembali
cicilan pokok dan margin dari pinjaman yang di berikannya.banyak factor
yang menyebabkan pembiayan bermasalah khususnya pada produk
pembiayaan murabahah di BMT AT-Taqwa Muhammadiyah Padang
Cabang Pasar Raya. Pembiayaan murabahah adalah transaksi penjualan
barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli dapat
dilakukan secara tunai maupun kredit. Ada beberapa indicator yang
mmenyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah antara lain, kelemahan
dari mitra kerja yang dapat disebabkan oleh itikad atau kriteria mitra kerja
yang kurang baik, yaitu adanya ketidak jujuran mitra kerja dalam
penggunaan pembiayaan, dimana seharusnya untuk pembiayaan produktif
menjadi konsumtif, menurunnya usaha mitra kerja sehingga menurunnya
kemapuan untuk membayar angsuran, pengetahuan dan pengalaman yang
kurang dari mitra kerja dalam menjalankan usahanya, sehingga usahanya
tidak berjalan dengan lancar. Selanjutnya kelemahan dari Lembaga
keuangan atau koperasi dapat disebabkan oleh kekurang mampuan koperasi
dalam pengelolaan kredit sehingga terjadi kesalahan analisis dalam
pemberian pembiayaan, kelemahan dan kurang efektifnya koperasi dalam
membina mitra kerja atau debiturnya. (Bambang, 2013 :68-59).
Pembiayaan bermasalah dalam lembaga keuangan tidak dapat di hindari,
akan tetapi dapat di kelola dan di kendalikan. Oleh karena itu perlu adanya
serangkai prosedur dan metodologi yang dapat di gunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang
timbul dari kegiatan usaha. Untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan
bermasalah maka manajemen BMT harus memiliki keahlian dan kopetensi
yang memadai sehingga berbagai resiko yang berpotensi muncul dapat di
antisipasi dari awal, dan dicari cara penangannannya secara lebih baik.
Sehingga potensi kerugian yang akan diderita dapat ditekan seminimal
mungkin (Karim,2010:225).
Berdasarkan data tingkat kolektabilitas pertahun yang dikeluarkan oleh
BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya, dapat dilihat
dari lancar, kurang lancar, diragukan, dan macetnya. Masih banyak
dijumpai pembiayaan bermasalah. Kolektabilitas merupakan klasifikasi
status pembayaran angsuran oleh debitur serta tingkat kemungkinan
ditrimanya Kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau
penanaman lainnya.
Tabel 1.2 Tingkat kolektabilitas di BMT At-Taqwa Muhammadiyah
Padang Cabang Pasar Raya

7
Sumber : BMT At-Taqwa Muhammadiyah padang Cabang Pasar Raya
2020.

Berdasarkan data tabel 2.2 tingkat kolektibilitas pada BMT At-Taqwa


Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya dari tahun 2016 sampai tahun
2020 data lancar mengalami penurunan. Hal ini merupakan bentuk dari
pihak pengelola yang memiliki masalah dengan pembiayaan bermasalah.
Pihak pengelola juga berupaya meningkatkan pengawasan serta strategi
penanganan pembiayaan bermasalah sehingga tingkat pembiayaan
bermasalah dapat terminimalisir.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka diperoleh pokok
bahasan yang menarik pada BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang
Cabang Pasar Raya adalah tentang penanganan pembiayaan bermasalah.
Sehingga penulis mengambil judul tentang upaya penanganan pembiayaan
bermasalah di BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar
Raya.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Pembiayaan Bermasalah
Secara umum pengertian pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang diakibatkan oleh nasabah yang tidak menempati
jadwal pembayaran angsuran dan tidak memenuhi persyaratan yang
tertuang dalam akad. Mahmoeddin (2001) mengemukakan pengertian
pembiayaan bermasalah lebih spesifik lagi, yaitu pembiayaan
bermasalah adalah pembiayaan kurang lancar, di mana nasabahnya
tidak memenuhi persyaratan yang telah dituangkan dalam akad,
pembiayaan yang tidak menempati jadwal angsuran, sehingga
terjadinya penunggakan, pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan
yang tidak menempati janji pembayaran, sehingga memerlukan
tindakan hukum untuk mena gihnya, kemudian Mahmoeddin juga
menyimpulkan bahwa pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan
yang berpotensi untuk merugikan bank sehingga berpengaruh terhadap
kesehatan bank itu sendiri.
penilaian dan klasifikasi kualitas pembiayaan bermasalah dibagi
kepada 4 golongan yaitu :
 Lancar
Apabila pembayaran angsuran tepat waktu, tidak ada
tunggakan, sesuai dengan persyaratan akad, selalu menyapaikan
laporan keuangan secara teratur dan akurat, serta dokumentasi
perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat.
 Kurang Lancar
Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok
dan atau margin yang telah melewati 90 hari sampai dengan 180
hari , penyampaian laporan keuangan tidak teratur dan meragukan,
dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikat

8
agunan kuat, terjadi pelanggaran terhadap persyaratan pokok
perjanjian piutang dan berupaya melakukan perpajangan piutang
untuk menyembunyikan kesulitan keuangan.
 Diragukan
Apabila terjadi tunggakan pembayaran angsuran pokok atau
margin yang telah melewati 180 hari sampai dengan 270 hari.
Nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan atau tidak dapat
di percaya, dokumetasi perjanjian piutang tidak lengkap dan
pengikat agunan lemah serta terjadi pelanggaran yang prinsipil
terhadap persyaratan pokok perjanjian piutang.
 Macet
Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan
margin yang telah melewati 270 hari, dan dokumentasi perjanjian
piutang atau pengikat agunan tidak ada. (faturrahman, 2014 : 69-71).
2.2 Penanganan Pembiayaan Bermasalah
Dalam rangka menimalisir pembiayaan bermasalah, perlu diambil
langkah-langkah untuk penanganan pembiayaan tersebut berdasarkan
pada kelancaran pembayarannya., ada beberapa strategi yang dapat
dilakukan, yaitu: pertama, melanjutkan hubungan dengan nasabah.
Strategi ini dilakukan apabila nasabah dinilai kooperatif dan masih
memiliki prospek usaha, serta melakukan langkah-langkah restrukturisasi
(rescheduling, reconditioning atau restructuring). Dalam kondisi ini,
pihak bank akan menghubungi nasabah dan memberitahukan perihal
rencana strukturisasi atas pembiayaannya. Pihak bank akan melakukan
penghimpunan data dan informasi lengkap atas nasabah yang
pembiayaannya bermasalah. Kemudian dilakukan evaluasi/analisa
restrukturisasi berdasarkan strategi penyelamatan yang ditetapkan
melalui kesepakatan bersama. Kedua, memutuskan hubungan dengan
nasabah jika dinilai tidak lagi kooperatif dan/ atau sudah tidak memiliki
prospek usaha. Penyelesaian pembiayaan dilakukan melalui: penyerahan
agunan/ aset yang berupa eksekusi objek jaminan dan gugatan perdata.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini membahas tentang Upaya Penanganan Pembiayaan
Bermasalah di BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar
Raya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif data yang digunakan berasal dari data primer dan skunder. Data
primer diperoleh secara langsung dengan mewawancarai karyawan yang
menangani yang terkait dengan penelitian. Sedangkan data sekunder di
peroleh dari dokumentasi dengan mempelajari dari data tertulis dari BMT
At-Taqwa Muhamadiyah Padang Cabang Pasar Raya. Data tersebut
kemudian di interprentasi dengan memunculkan makna dari kasus
pembiayaan bermasalah yang terjadi di BMT At-Taqwa Muhammadiyah
Padang Cabang Pasar Raya untuk mengkaji relevansi antara kasus dengan
tujuan penelitian. (Azwar, 1998: 5). Waktu pelaksanaan penelitian ini
dimulai pada tanggal 21 desember 2020 sampai selesai diadakan peneitian
ini. Penelitian ini bertempat di BMT At-Taqwa Muhammadiyah padang

9
Cabang Pasar Raya, di Jl. Bundo Kandung No. 1 Padang Kecamatan
Padang Barat, Sumatera Barat-29562.
Dalam penelitian ini menggunakan Observasi, Wawancara,
Dokumentasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data
yang bersifat kualitatif yaitu cara penelitian yang menghasilkan data
deskriptif dimana apa yang ditanyakan oleh responden secara tertulis atau
secara lisan dan juga perilakunya yang nyata di teliti dan dipelajari sebagai
sesuatu yang utuh. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode
kualitatiff yang dapat diartikan sebagai prosedur penelitian yang yang
menghasilkan data deskritptif dengan kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang diamati.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah di BMT At-Taqwa
Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya
Pembiayaan bermasalah ada memiliki 3 kategori yaitu kurang lancer
Diragukan, macet.
1) Kurang lancar yaitu Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran
pokok atau margin yang telah melewati 60 hari, dengan jangka waktu
yang di berikan yaitu selama 4 hari.
2) Diragukan yaitu Apabila terjadi tunggakan pembayaran angsuran
pokok atau margin yang telah melewati 90 hari sampai dengan 120 hari
pihak BMT juga memberikan jangka waktu selama 4 hari.
3) Macet yaitu Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok
dan margin yang telah melewati 120 hari.
Dari beberapa tingkatan yang telah digolongkan tersebut bisa diselesaikan
dengan cara yang berbeda diantaranya :
 Pembiayaan kurang lancar
Dalam kategori kurang lancar bisa diselesaikan dengan cara menagih
kepada nasabah yang bersangkutan sebelumnya bisa melalui telpon
ataupun surat pemberitahuan. Kategori kurang lancar ini apaabila
angsuran pokok atau margin tidak dibayar selama 60 hari sehingga
dalam kategori ini cukup mudah dalam menurunkan NPF misalnya:
Besar kewajiban angsuran perbulan :
Pokok: Rp. 100.000
Margin: Rp. 30.000
jumlah : Rp. 140.000

Nasabah telah menunggak angsuran selama 3 bulan sebagai berikut :


Pokok : Rp. 300.000
Margin : Rp. 90.000
jumlah : Rp. 390.000
Selanjutnya apabila nasabah keberatan membayar sebesar Rp.
390.000 karena tidak ada kemampuan / uang tidak tersedia, maka
apabila hanya memiliki kemampuan membayar pokok dan margin
sebesar Rp. 130.000 maka kolektibilitasnya menjadi lancar. Namun

10
sebaiknya nasabah bisa membayar lebih dari kewajiban angsuran
perbulannya (lebih dari Rp. 130.000).
 Pembiayaan diragukan.
Pihak BMT bisa menyelesaikan pembiayaan diragukan ini dengan
mendatangi langsung nasabah yang bersangkutan , dalam hal ini pihak
nasabah dan BMT bisa melakukan perjanjian tertulis dimana nasabah
akan melunasi tunggakan kepada pihak BMT pada waktu yang telah
ditentukan.
Cara untuk kategori diragukan ini agar menjadi lancar Kembali dapat
dilakukan seperti Langkah penyelesaian kategori kurang lancar diatas.
Namun kelipatannya 2 kali lebih besar dari kewajiban angsuran dari
pembiayaan kurang lancar.
 Pembiayaan Macet.
Apabila sudah mencapai kategori macet, hal ini perlu dilakukan
tindakan yang tegas, pada kasus ini pihak BMT bisa melakukan tin
dakan penyitaan harga pribadi nasabah sebesar pinjamannya pada
BMT. Dengan cara demikian maka BMT tidak akan dirugikan.

Ada beberapa usaha Pihak BMT At-Taqwa Muhamadiyah Cabang


Pasar Raya dalam menangani pembiayaan bermasalah diantaranya:
1) Rescheduling (penjadwalan kembali), merupakan upaya pihak BMT At-
Taqwa Muhammadiyah Cabang Pasar Raya dalam upaya penanganan
pembiayaan bermasalah yang diberikan kepada nasabah, cara ini
dilakukan jika ternyata pihak nasabah tidak mampu untuk memenuhi
kewajibannya dalam membayar pembiayaan baik angsuran pokok
maupun marginnya. Proses rescedulling ini disesuaikan dengan
pendapatan hasil usaha nasabah yang sedang mengalami kesulitan.
Dalam melakukan rescedulling kepada nasabah yaitu dengan
penyelamatan pembiayaan yang hanya menyangkut perubahan jadwal
pembayaran pokok atau tunggakan pembayaran margin dengan cara
memperpanjang angka waktu pembayaran.
2) Restructuring ( memperbaharui persyaratan), Merupakan usaha dari
pihak BMT untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah dengan cara
mengubah Sebagian kondisi (persyaratan) yang semula disepakati.
Dalam perubahan kondisi persyaratan pembiayaan pihak BMT At-
Taqwa Muhammadiyah memperhatikan permasalahan yang sedah
dihadapi nasabah dalam menjalankan usahanya. Seperti pada saat
adanya kebakaran pada sebuah toko sembako yang mengakibatkan
usaha nasabah merugi.

B. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT At-Taqwa


Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya
Dalam upaya penangaan pembiayaan bermasalah, BMT tidak luput
dari permasalahan atau hambatan yang dihadapi di lapangan. Beberapa
hambatan yang dilalui pihak BMT At-Taqwa Muhammadiyah Cabang
Pasar Raya, walaupun pembiayaan telah ditata ulang dan diganti anggota

11
yang baru, namun proses pembayaran masih tetap terhambat, karakter
nasabah yang tidak memiliki itikad baik dan kooperatif, membuat proses
penyelesaian menjadi efesien, di karenakan perubahan susunan
pengurus, perubahan penanggung jawab pembiayaan membuat proses
penyelesaian mmenjadi lama. Apabila permasalahan tidak bisa di tangani
maka cara terakhir yang dilakukan BMT At-Taqwa Muhammadiyah
Padang Cabang Pasar Raya adalah :
1. Penyitaan Jaminan (eksekusi)
Mekanisme ini dilakukan apabila nasabah benar-benar sudah tidak
mampu lagi untuk membayarkan kewajiban angsurannya biasanya
jaminan telah diikat secara formal melalui bantuan notaris dalam
membuat aktanya. Proses penyitaan ini biasanya melalui persetujuan
pihak nasabah, kemudian dari hasil penjualan barang jaminan tersebut
digunakan untuk pelunasan angsuran pembiayaan. BMT At-Taqwa
Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya melakukan prosedur
eksekusi aminan melalui beberapa tahap:
 Pihak BMT memberikan surat peringatan kepada nasabah
sampai 2kali sebagai upaya penyelesaian secara kekeluargaan.
 Setelah 2 kali surat peringatan dikeluarkan dan tidak ada
penyelesaian yang baik dari nasabahnya maka pihak BMT
melakukan penyitaan jaminan dengan memberikan surat
pernyataan persetujuan penjualan jaminan.
 Jika Surat pernyataan sudah disetujui maka pihak BMT berhak
melakukan penyitaan jaminan, selanjutnya dilakukan
penjualan barang jaminan, penjualan jaminan dengan sistim
perorangan untuk memperoleh harga jual tertinggi.
Sebagaimana hasil wawancara dengan ibu fazat rafi’ah selaku kepala
cabang BMT At-Taqwa Muhammadiyah Cabang Pasar Raya dimana
beliau mengatakan bahwa “jika nasabah tidak sanggup membayar dan
meminta ke BMT untuk menjual jaminan tersebut maka BMT akan
membantu mencarikan pembeli dan menjualkan jaminan tersebut, dan
pinjaman dilunasi jika hasil penjualannya berlebih maka BMT Akan
memberikan kenasabah berupa sisa uangnya.”.
Menurut peneliti upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah
khususnya pada produk Murabahah yang dilakukan oleh BMT At-Taqwa
Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya sudah di jalani dengan baik,
dan sudah sesuai dengan teori yang ada. Dalam penyelesaian pembiayaan
bermasalah pada poin penyitaan jaminan juga dilakukan dengan cukup
baik oleh pihak BMT kepada naabah yang memang sudah tidak memiliki
itikad yang baik , dan kepada nasabah yang prospek usahanya tidak baik
karena kesalahan nasabah itu sendiri, dalam penyitaan jaminan tidak ada
unsur pakasaan dari pihak BMT kepada nasabah, karena hal ini sudah
tercantuk dalam surat keterangan jaminan yang menyatakan pahwa
ppihak BMT At-Taqwa Muhammadiiyah Padang Cabang Pasar Raya
berhak atas pelelangan agunan yang telah dijaminkan, apabila terjadi
kemacetan atau permasalahan pada pembiayaan yang nasabah ajukan.

12
5. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai Upaya
Penanganan Pembiayaan Bermasalah di BMT At-Taqwa Muhammadiyah
Padang Cabang Pasar Raya Dapat ditarikesimpulan sebagai berikut :
1. Ada beberapa usaha dalam menangani pembiayaan bermasalah yang
dilakukan BMT At-Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya aya
di di antaranya adalah :
a) Rescheduling (penjadwalan kembali),
. Proses penjadwalan Kembali (rescheduling) tersebut bisa berbentuk:
 Perpanjangan waktu pembiayaan
 Memperpanjang jangka waktu angsuran, misalnya yang semula
angsuran di tetapkan 1 bulan sekali menjadi 2 bulan sekali
b) Restructuring ( memperbaharui persyaratan).
Perubahan persyaratan meliputi yang dilakukan oleh pihak BMT At-
Taqwa Muhammadiyah Cabang Pasar Raya:
 Penundaan pembayaran Margin
 Penurunan margin,
Proses dalam memperbaharui persyaratan (reconditioning) telah ditetapkan
pada nasabah yang diberikan kelonggaran dengan menunda pembayaran
margin atau bagihasilnya.
2. Apabila permasalahan tidak bisa di tangani Ada Langkah dalam
Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT At-Taqwa Muhammadiyah
Padang Cabang Pasar Raya yaitu dengan melakukan Penyitaan Jaminan
(eksekusi),
Mekanisme ini dilakukan apabila nasabah benar-benar sudah tidak mampu
lagi untuk membayarkan kewajiban angsurannya.

13
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan sungguh tak
terhingga, kepada:
1. Bapak Dr. H. Nopriadi, S.K.M., M.Kes selaku Rektor Universitas Islam
Kuantan Singingi.
2. Ibu Rika Ramadhanti, S.IP., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang
telah memberikan sumbangsih yang cukup besar kepada mahasiswa Program
Studi Perbankan Syariah Universitas Islam Kuantan Singingi.
3. Ibu Meri Yuliani, SE.Sy., ME. Sy selaku ketua program studi Perbankan
Syariah Universitas Islam Kuantan Singingi, selaku Penasehat Akademik dan
juga selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktunya serta
memeberikan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Alek Saputra, S.Sy.,ME selaku pembimbing II, yang telah meluangkan
waktunya serta memberikan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Kuantan Singingi
yang telah memberikan kelancaran segala urusan dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Bapak dan ibu dosen di lingkungan Universitas Islam Kuantan Singingi yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama penulis menempuh
perkuliahan di Universitas Islam Kuantan Singingi.
7. Ibu Fazat Rafi’ah, SE selaku pimpinan BMT At Taqwa Muhammadiyah
Padang Cabang Pasar Raya yang telah mengizinkan dan meluangkan
waktunya untuk melakukan penelitian skripsi ini.
8. Bapak/ Ibu staff BMT At Taqwa Muhammadiyah Padang Cabang Pasar Raya
yang telah memberi andil dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.
9. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, ayahanda dan ibunda, sanak
saudara serta adik-adik atas limpahan doa dan kasih sayang, pengorbanan,
ketabahan dan kegigihan telah mendidik dan memberikan semangat kepada
penulis dalam membina ilmu sampai ke perguruan tinggi.
10. Sahabat seperjuangan prodi Perbankan Syariah terimakasih atas solidaritas
yang luar biasa sehingga membuat hari-hari semasa kuliah lebih berarti dan
berwarna.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Wardi Muslich, 2010. Fiqh Muamalat, Jakarta : Amzah.


Al-Quran dan Terjemah
Azwar, Saifudin, 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Azwar ,Saifudin, 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offiset.
Bambang Rianto Rustam, 2013. Manajemen Risiko Perbankan Syariah di
Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Fathurrohman, PuPuh. 2014. Strategi Belajar Mengajar : Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Pemahaman konsep Umum dan Islami.
Bandung : Redaksi Rafika Aditama.
Kasmir, 2009. Pengantar manajemen keuangan. Jakarta : kencana.
Karim, Adiwarman A, 2009. . Jakarta : PT Raja Grafindo persada.
Mahmoeddin. (2001). Melacak Pembiayaan Bermasalah. Jakarta : Iqtishadia
Volume 10 Nomor 1 2017.
Muhamad Syafii Antoni, 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema
Insani .
Jurnal :
Siti Saleha Madjid, 2018. Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada Bank
Syariah,2 : 3-4.
Nurma Hanik, 2020. Perspektif Ekonomi Syariah dalam system Pembiayaan, 8 :
62-77
Wahyuni, K.T., dan Werastuti, D.N.S, 2013. Prosedur Penyelesaian Pembiayaan
Mikro Bermasalah Pada PT. Bank Syariah Mandiri KCP Buleleng, 2 : 175-
192.

Skripsi :
Arif Putra Al Hafiz, 2018. Manajemen Resiko Pembiayaan pada BMT At-Taqwa
muhammadiyah cabang bandar buat. Padang : program sarjana Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negri Batusangkar,
(http://www.repo.iainbatusangkar.ac.id, diakses 19 juni 2020)

15

You might also like