You are on page 1of 14

Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

Optimalisasi Filantropi Islam Untuk Pengembangan UMKM


di LAZISMU Kota Parepare

Trimulato1, Djamal Abdi2, Lismawati3, Nuringsih4


1 Prodi Perbankan Syariah UIN Alauddin Makassar
234 Prodi Perbankan Syariah Universitas Muhammadiyah Parepare

trimsiuii@yahoo.co.id, abdijamalps@yahoo.co.id, lismawandy@gmail.com, inchisyafitri@gmail.com

Abstract

The development of shariaH industry increasingly visible with the presence of various
institutions based on shariah bases. Shariah economics not only has a profit oriented
industry, there are also social institutions that collecting and channeling funds to the public
for goodness. Islamic philantrophy consists of Zakah, Infaq, Shadaqah, waqf and other social
fund. All have been managed by an institution that already has a strong legal law. One of
the institutions that manage funds from Islamic Philanthropy is LAZISMU, belonging to the
Muhammadiyah community organization. LAZISMU already spread in several cities in
Indonesia, including in the town of Parepare South Sulawesi. LAZISMU Parepare make a
breakthrough philanthropy fund distribution in productive sector in the real economic
activity of Smes. This paper is qualitative descriptive describing the source and channeling
and Islamic philanthropy in Lazismu Parepare the period of 2017. And allocation of Islamic
Philanthropy funding for Smes economic activity. From the results obtained from this paper
shows that the distribution of Islamic Philanthropy funds conducted by LAZISMU Parepare
for the real economic activity of SMEs is still minimal and has not become dominant. The
totaly disbursement of funds carried LAZISMU Parepare amounted to 369.770.000 rupiah,
only 7,04 percent channeled to the real sector of SMEs or only 26,020,000 rupiah.
Keywords: Islamic Philanthropy, SMEs, and LAZISMU Parepare

Abstrak
Perkembangan industri syariah semakin terlihat dengan hadirnya berbagai lembaga
berbasis basis syariah. Ekonomi syariah tidak hanya memiliki industri yang berorientasi pada laba,
ada juga lembaga sosial yang mengumpulkan dan menyalurkan dana untuk publik demi kebaikan.
Filantropi Islam terdiri dari Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf dan dana sosial lainnya. Semua telah
dikelola oleh lembaga yang sudah memiliki payung hukum yang kuat. Salah satu lembaga yang
mengelola dana dari Filantropi Islam adalah LAZISMU, milik organisasi masyarakat
Muhammadiyah. LAZISMU sudah tersebar di beberapa kota di Indonesia, termasuk di kota Parepare
Sulawesi Selatan. LAZISMU Parepare membuat terobosan distribusi dana filantropi di sektor
produktif dalam kegiatan ekonomi riil untuk UMKM. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang
menggambarkan sumber dan penyaluran dan filantropi Islam di Lazismu Parepare periode 2017.
Serta alokasi dana Filantropi Islam untuk kegiatan ekonomi untuk UMKM. Dari hasil yang diperoleh
dari makalah ini menunjukkan bahwa distribusi dana Filantropi Islam yang dilakukan oleh
LAZISMU Parepare untuk kegiatan ekonomi riil UMKM masih minim dan belum menjadi dominan.
Total penyaluran dana yang dilakukan LAZISMU Parepare berjumlah 369.770.000 rupiah, hanya
7,04 persen disalurkan ke sektor riil UKM atau hanya 26.020.000 rupiah.

Kata kunci: Filantropi Islam, UMKM, dan LAZISMU Parepare

109 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020


Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

Pendahuluan

Semakin banyaknya kaum muslim tingkat ekonomi menengah keatas yang


religious, menjalankan perintah agama akan dibarengi dengan kewajiban memberi zakat
infaq shodakoh wakaf dan sebagainya memunculkan banyak asset di lembaga filantropi
islam untuk dikelola dan diperuntukan untuk membangun kondisi ekonomi umat yang
masih dalam katagori miskin ataupun tidak mampu untuk mengelola keuangannnya
demi membeli kebutuhan pangan dan non pangan harian. Dari laporan Badan Pusat
Statistik (BPS) per Maret 2017 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,77 juta
orang 10,64 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang kini berjumlah 261 juta jiwa.
Indikator kemiskinan yang di rujuk adalah tidak mampunya gaji ataupun pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan bulanan yang terdiri dari makanan dan non makanan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan ekonomi. Dalam
perspektif pembangunan karena pentingnya kapasitas manusia dalam upaya
meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan
nonmaterial. sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan dapat diartikan
sebagai kegiatan membantu untuk memperoleh daya guna mengambil keputusan dan
menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait dengan diri mereka termasuk
mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan melalui
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki
dengan mentransfer daya dari lingkungannya.1

Di Indonesia, praktek filantropi Islam telah berakar kuat dalam tradisi masyarakat
Indonesia yakni dalam bentuk zakat, infaq, dan sedekah. Apalagi dengan situasi krisis
moneter yang sampai kini masih terasa dan berbagai bencana alam yang datang silih
berganti telah menggairahkan dunia filantropi di Indonesia. Aktifitas lembaga-lembaga
sosial marak luar biasa, aliran bantuan uang dan barang pun tercatat mencapai triliunan
rupiah. Khusus untuk filantropi Islam, lembaga-lembaga Filantropi Islam selama hampir
tiga dekade terakhir, hadir untuk menjawab masalah kemiskinan. Namun demikian,
hanya sedikit yang mencoba mengatasi masalah ini dari akarnya. Akar masalahnya ada
dua. Pertama, pemahaman masyarakat terhadap filantropi islam masih tradisional dan
berorientasi karitatif. Penelitian CSRC telah mengkonfirmasi bahwa 90% lebih dana
zakat dan sedekah dberikan secara langsung kepada penerima (mustahik). Dimana
sebagian besar diperuntukkan bagi tujuan-tujuan konsumtif dan berjangka pendek.
Kedua, lembaga filantropi yang ada (Lembaga Amil Zakat atau LAZ/Badan Amil Zakat
atau BAZ) tidak bersinergi dengan baik dan kurang menekankan pemberdayaan
komunitas yang terintegrasi dan berkelanjutan. Kita bisa bayangkan jika seluruh lembaga
filantropi di tanah air ini bersatu dan bersinergi dalam bentuk program pengumpulan

1
Dikutip dari https://www.kompasiana.com/yuzaq/59a58b2ca0b1bb6390074302/filantropi-islam-
sebagai-identitas-gotong-royong-sesama-muslim, 10 Maret 2018.

110 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020


Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

dan penyaluran dengan menetapkan skala prioritas bersama. Sungguh akan prestisius
dan menakjubkan dampak yang akan diterima masyarakat.2

Seiring dengan itu, semangat kebangkitan zakat juga digelorakan oleh Ketua
Baznas saat ini, Prof Bambang Sudibyo, yang juga pernah menjabat menteri ekonomi dan
menteri pendidikan nasional. Estimasi potensi zakat saat ini di Indonesia mencapai Rp
240 triliun (meningkat dari sebelumnya yang 'hanya' Rp 217 triliun). Para pengelola dana
filantropi Islam (zakat, infak, dan sedekah) muncul di mana-mana dan dikelola lebih
terstruktur dan sebagian di antaranya sangat profesional. Lembaga filantropi yang mulai
berkecambah, terutama sejak akhir 1990-an itu mampu mengelola dana dalam program
pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan yang lebih terpola dan cukup
terukur. Dibanding lembaga amil zakat informal di masjid-masjid, lembaga filantropi
modern lebih punya greget karena penampilan dan visibilitasnya di mata publik lebih
kuat, meskipun dilihat dari tingkat keberhasilannya mengentaskan kemiskinan masih
bisa diperdebatkan.3

Direktorat Jenderal Pajak telah menetapkan 20 Badan/Lembaga sebagai


penerima zakat atau sumbangan Keagamaan yang sifatnya wajib. Nantinya, zakat atau
sumbangan keagamaan ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Badan/Lembaga
yang ditetapkan sebagai penerima zakat atau sumbangan meliputi satu Badan Amil Zakat
Nasional, 15 Lembaga Amil Zakat (LAZ), 3 Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shaaqah
(LAZIS) dan 1 Lembaga Sumbangan Agama Kristen Indonesia. Ke-20 Badan/Lembaga
penerima zakat atau sumbangan itu adalah sebagai berikut: Badan Amil Zakat Nasional,
LAZ Dompet Dhuafa Republika, LAZ Yayasan Amanah Takaful, LAZ Pos Keadilan Peduli
Umat, LAZ Yayasan Baitulmaal Muamalat, LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah, LAZ Baitul
Maal Hidayatullah, LAZ Persatuan Islam, LAZ Yayasan Baitul Mal Umat Islam PT Bank
Negara Indonesia, LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat, LAZ Dewan Da’wah
Islamiyah Indonesia, LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia, LAZ Yayasan Baitul
Maal wat TamwilLAZ Baituzzakah Pertamina, LAZ Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid
(DUDT), LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia, LAZIS Muhammadiyah, LAZIS Nahdlatul
Ulama (LAZIS NU), LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZIS IPHI), Lembaga
Sumbangan Agama Kristen Indonesia (LEMSAKTI). Seperti diketahui, pemerintah
sebelumnya telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 tentang
Zakat dan Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib Dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto.4

Salah satu lembaga penghimpun dana filantrofi yang terus berkembang yaitu
Lazismu. Lembaga zakat milik organisasi masyarakat yang sangat besar ini telah memiliki
banyak kantor dan tersebar diberbagai daerah. LAZISMU adalah lembaga zakat tingkat

2
Dikutip dari http://www.imz.or.id/new/article/42/mengentaskan-kemiskinan-melalui-filantropi-islam-
berbasis-pemberdayaan-komunitas/?lang=id, 11 Maret 2018.
3 Dikutip dari http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/16/08/03/obbhw74-filantropi-islam-

dan-kemiskinan, 15 Maret 2018


4 Dikutip dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-1792590/ini-dia-20-lembaga-penerima-

zakat-yang-diakui-ditjen-pajak, 17 Maret 2018

111 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020


Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan


secara produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari
perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. Didirikan oleh PP.
Muhammadiyah pada tahun 2002, selanjutnya dikukuhkan oleh Menteri Agama Republik
Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui SK No. 457/21 November 2002.
Dengan telah berlakunya Undang-undang Zakat nomor 23 tahun 2011, Peraturan
Pemerintah nomor 14 tahun 2014, dan Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia
nomor 333 tahun 2015. LAZISMU sebagai lembaga amil zakat nasional telah dikukuhkan
kembali melalui SK Mentri Agama Republik Indonesia nomor 730 tahun 2016. Latar
belakang berdirinya LAZISMU terdiri atas dua faktor. Pertama, fakta Indonesia yang
berselimut dengan kemiskinan yang masih meluas, kebodohan dan indeks pembangunan
manusia yang sangat rendah. Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan
keadilan sosial yang lemah. Berdirinya LAZISMU dimaksudkan sebagai institusi
pengelola zakat dengan manajemen modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi
bagian dari penyelesai masalah (problem solver) sosial masyarakat yang terus
berkembang.5

Lazismu telah hadir dibeberapa daerah untuk bisa menghimpun dan menyalurkan
dana filantropi dari masyarakat dan untuk masyarakat. Salah satu lazismu yang cukup
berkembang yaitu lazismu kota Parepare Sulawesi Selatan. Lazismu kota Parepare
termasuk yang banyak menghimpun dana filantropi Islam. Dalam sambutannya, Wali
Kota Parepare HM Taufan Pawe mengaku bangga bisa menjadi tuan rumah dalam agenda
Lazismu. Ia juga mengungkapkan bahwa Lazismu turut berperan aktif dan memberikan
kontribusi besar dalam meningkatkan perekonomian di Parepare. “Ini adalah sebuah
kebanggaan Parepare bisa menjadi tuan rumah Seminar Zakat Nasional dan Rakerwil
Lazismu. Saya melihat pergerakan Lazismu di Parepare sangat luar biasa. Untuk itu, mari
kita bergerak secara masif untuk bersama-sama terus mengembangkan perekonomian
masyarakat,” ujarnya. Taufan berharap, kegiatan tersebut bisa memberikan kontribusi
bagi keluarga besar Muhammadiyah dan turut memajukan Parepare serta
masyarakatnya. “Kami berharap dengan kehadiran Lazismu bisa menggenjot perolehan
zakat di Parepare,” imbuhnya. Senada dengan hal tersebut, Ketua Umum Baznas RI
Bambang Sudibyo turut mengapresiasi peran Pemkot dalam mendorong perekonomian
melalui Lazismu. Menurutnya, dukungan dan peran dari pemerintah dalam memajukan
dan mengembangkan peningkatan perekonomian dibutuhkan Lazismu dalam segala
aktifitasnya.6

Kunjungan pengurus wilayah Lazismu Sulawesi Selatan di Kota Parepare, untuk


bersilaturrahim dengan Pengurus Lazismu Kota Parepare sebagai Lazismu penyetor
zakat terbanyak di Sulawesi Selatan. Ketua Lazismu Kota Parepare, Erna Rasyid Taufan,
membenarkan hal tersebut saat ditemui setelah selesainya acara pertemuan tersebut.

5
Dikutip dari https://www.lazismu.org/latarbelakang/, pada tanggal 20 Maret 2018.
6 Dikutip dari http://www.suaramuhammadiyah.id/2017/02/13/majukan-perekonomian-parepare-
lazismu-tuai-apresiasi/, pada tanggal 20 Maret 2018.

112 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020


Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

“Alhamdulillah kami dinobatkan sebagai penyetor Zakat terbanyak antara pengurus


Lazismu se Sulawesi Selatan,”ungkap dia. Ketua Tim Penggerak PKK Kota Parepare ini
mengatakan Pengurus lazismu sendiri yang baru beroperasi selama beberapa bulan ini
pasca pengukuhan pada ramadan tahun 2016 memang aktif dalam melakukan
penyaluran zakat. “Kami aktif untuk melakukan aktifitas penyaluran zakat dengan
melakukan dakwah tentang mengeluarkan zakat harta yang kita miliki,” jelasnya.7

Pemanfaatan dana filantropi Islam tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk


keperluan individu yang bersifat konsumtif atau nonproduktif. Saat ini penyaluran
filantropi Islam untuk mengembangkan atau pemberdayaan ekonomi. Penyaluran
filantropi Islam pada sektor produktif, khususnya untuk menyentuk usaham, mikro, keci
dan menengah (UMKM) menjadi sumber permodalan. Asisten Deputi Urusan Pendanaan
Kementerian Koperasi dan UKM, Tamin Saefudin mengatakan, peluang sumber
pendanaan alternatif bagi UMKM bisa bersumber dari Ziswaf (zakat, infaq, shadaqah, dan
wakaf). Untuk mewujudkan ini, Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Koperasi
Baitul Mal Wa Tamwil (KBMT) harus didorong untuk menjadi mitra pengelola produk
keuangan berbasis syariah, termasuk ziswaf. “Kami harapkan zakat yang dihimpun
disalurkan kepada usaha mikro produktif,” kata Tamin. Ia menegaskan, wakaf dan zakat
jika dihimpun oleh amil atau pengelola zakat yang dalam hal ini adalah KJKS/KBMT yang
mepunyai kemampuan untuk memberdayakan usaha mikro, maka manfaatnya akan jauh
lebih besar apalagi jika disalurkan untuk kepentingan produktif. Pengumpulan dan
pendayagunaan zakat dan wakaf merupakan potensi pendanaan yang sangat strategis
dalam pemberdayaan UKM, khususnya bagi masyarakat miskin.8

Dari uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih
tentang penghimpunan dan penyaluran filantropi Islam yang dimiliki oleh Lazismu kota
Parepare, khususnya penyaluran untuk kegiatan ekonomi. Adapun yang menjadi
rumusan masalah dalam tulisan ini adalah pertama, bagaimana perkembangan
penghimpunan instrumen filantropi Islam di Lazismu kota Parepare pada tahun 2017.
Kedua, bagaimana perkembangan penyaluran instrumen filantropi Islam di Lazismu kota
Parepare tahun 2017. Serta besar kontribusi penyaluran filantropi Islam untuk kegiatan
pemberdayaan ekonomi produktif UMKM.

Kajian Teori

Filantropi Islam

Secara etimologis, makna filantropi (philanthropy) adalah kedermawanan,


kemurahatian, atau sumbangan sosial; sesuatu yang menunjukkan cinta kepada manusia.
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu philos (cinta) dan anthropos (manusia), yang
secara harfiah bermakna sebagai konseptualisasi dari praktik memberi (giving),
pelayanan (service) dan asosiasi (association) dengan sukarela untuk membantu pihak

7 Dikutip dari https://www.lazismu.org/lazismu-parepare-penyetor-zakat-terbanyak/, pada tanggal 21


Maret 2018
8 Dikutip dari http://mysharing.co/ziswaf-alternatif-modal-umkm/, pada tanggal 27 Maret 2018

113 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020


Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

lain yang membutuhkan sebagai ekspresi rasa cinta. Islam sebagai agama yang syāmil
dan kāmil serta rahmatan lil’alamin menampilkan dirinya sebagai agama yang berwajah
filantropis.Wujud filantropi ini digali dari doktrin keagamaan yang bersumber dari al-
Qur’an dan Hadits yang dimodifikasi dengan perantara mekanisme ijtihad sehingga
institusi zakat, infak, sedekah, dan wakaf muncul. Tujuannya adalah supaya harta itu
jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja. Filantropi Islam juga dapat
diartikan sebagai pemberian karitas (charity) yang didasarkan pada pandangan untuk
mempromosikan keadilan sosial dan maslahat bagi masyarakat umum.9

Istilah filantropi diartikan dengan rasa kecintaan kepada manusia yang terpatri
dalam bentuk pemberian derma kepada orang lain. Filantropi juga dimaknai sebagai
konseptualisasi dari praktik pemberian sumbangan sukarela (voluntary giving),
penyediaan layanan sukarela (voluntary services) dan asosiasi sukarela (voluntary
association) secara suka rela untuk membantu pihak lain yang membutuhkan sebagai
ekspresi rasa cinta. Filantropi dalam arti pemberian derma biasa juga disamakan dengan
istilah karitas (charity). Adapun istilah filantropi yang dikaitkan dengan Islam
menunjukkan adanya praktik filantropi dalam tradisi Islam melalui zakat, infak, sedekah,
dan wakaf. Istilah ini dapat membantu membawa wacana kedermawanan Islam ke dalam
sebuah diskursus yang dapat menjangkau isu-isu yang lebih luas. Tidak hanya melihat
masalahnya dari segi wacana tradisional saja, seperti fikih dan etika Islam, melainkan
juga dapat mengkaitkan dengan isu-isu keadilan sosial, kesejahteraan umat, masyarakat
madani, kebijakan publik, tata kelola yang baik dan manajemen yang profesional. 10

Zakat

Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Lembaga
Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat
yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.11

Dalam sejarah perzakatan di zaman Rasulullah SAW dan pemerintah setelah


kewafatan Nabi, didapati bahwa pemerintah menangani secara langsung pengumpulan
zakat dan pendistribusiannya. Negara memiliki kewenangan untuk untuk melantik
seseorang atau membentuk lembaga dalam mengelola zakat. Pengelolaan zakat semacam
ini merupakan manifestasi dan pelaksanaan dari firman Allah SWT yang termaktub
dalam surah al-Taubah/9:103. Ayat tersebut secara eksplisit menuntut kepada Negera
untuk hadir secara langsung dalam memastikan agar kewajiban zakat dapat ditunaikan
secara baik dan tepat. Dengan dasar ayat tersebut para ulama fiqih menyimpulkan bahwa

9 Nur Kholis, dkk. 2013. Potret Filantropi Islam di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal LaRiba
Volume 7, Nomor 1, Prodi Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Hal 64
10 Abdurrohman Kasdi. 2016. Filantropi Islam Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat (Model Pemberdayaan

ZISWAF di BMT Se-Kabupaten Demak), Jurnal Iqtishadia Volume 9, Nomor 2. Kudus: STAIN Kudus. 229
11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, Tentang Zakat.

114 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020


Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

kewenangan untuk melakukan pengambilan zakat dengan kekuatan hanya dapat


dilakukan oleh pemerintah yang memiliki otoritas dan kewenangan yang dapat
dipertanggung-jawabkan. Dalam khazanah pemikiran hukum Islam, terdapat beberapa
pandangan seputar kewenangan pengelolaan zakat oleh negara. Pertama: zakat hanya
boleh dikelola oleh negara. Kedua: zakat harus diserahkan kepada amil yang ditunjuk
oleh negara. Ketiga: pengumpulan zakat dapat dilakukan oleh badanbadan hukum swasta
di bawah pengawasan negara. Keempat: zakat merupakan kewajiban individu seorang
Muslim yang harus ia tunaikan tanpa perlu campur tangan negara. Seiring dengan
perkembangan sistem pemerintahan di berbagai negara Islam, pengelolaan zakat
memiliki bermacam bentuk, terdapat badan yang dibentuk oleh pemerintah, terdapat
lembaga yang dikelola oleh masyarakat langsung, adapula sebuah lembaga yang
didirikan oleh masyarakat dan diakui oleh pemerintah. Keragaman tersebut merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah pengelolaan zakat.12

Infaq

Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti “mengeluarkan sesuatu harta untuk
kepentingan sesuatu. Menurut syara’, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta
atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
Jika zakat ada nisbahnya, infaq tidak mengenal nishab. Infaq dikeluarkan oleh setiap
orang yang beriman, baik yang berpenghasilan berpenghasilan tinggi maupun rendah,
baik lapang maupun sempit. Zakat diperuntukkan bagi 8 golongan, sedangkan infaq tidak
ada ketentuan pasti penerimanya.13

Menurut istilah fiqh kata infaq mempunyai makna memberikan sebagian harta
yang dimiliki kepada orang yang telah disyariatkan oleh agama untuk memberinya
seperti orang-orang faqir, miskin, anak yatim, kerabat dan lain-lain. Istilah yang dipakai
dalam al-Qur’an berkenaan dengan infaq meliputi kata: zakat, sadaqah, hadyu, jizyah,
hibah dan wakaf. Jadi semua bentuk perbelanjaan atau pemberian harta kepada hal yang
disyariatkan agama dapat dikatakan infaq, baik itu yang berupa kewajiban seperti zakat
atau yang berupa anjuran sunnah seperti wakaf atau shadaqah. Adapun dalil al-Qur’an
yang menunjukkan pada anjuran berinfaq salah satunya terdapat dalam surat al-Baqarah
ayat 195.14

Shadaqah

Shadaqah berasal dari kata shadaqah yang


berarti benar, dan dapat dipahami dengan memberikan atau mendermakan sesuatu
kepada orang lain. Dalam konsep ini, sedakah merupakan wujud dari keimanan
dan ketaqwaan seseorang, artinya orang yang suka bersedekah adalah orang yang

12
Badan Amil Zakat. 2018. Outlook Zakat.
13 Indah Piliyanti, 2010. Transformasi Tradisi Filantropi Islam: Studi Model Pendayagunaan, Zakat, Infaq,
Sadaqah, Wakaf di Indonesia. Jurnal Economica Volume 11 Nomor 11. Semarang: UIN Semarang, 2
14 Qurratul Uyun. 2015. Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf Sebagai Konfigurasi Filantropi Islam. Jurnal

Islamuna Volume 2 Nomor 2. Pamengkasan: STAIN Pamengkasan, 221

115 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020


Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

benar pengakuan imannya. Dalam istilah syari’at Islam, shadaqah sama dengan
pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Sisi perbedaannya
hanya terletak pada bendanya. Infaq berkaitan dengan materi, sedangkan
shadaqah berkaitan dengan materi dan non materi, baik dalam bentuk pemberian uang
atau benda, tenaga atau jasa, menahan diri
untuk tidak berbuat kejahatan, mengucapkan takbir, tahmid, tahlil, bahkan yang
paling sederhana adalah tersenyum kepada orang lain dengan ikhlas.15

Shadaqah yang akar katanya adalah sha-da-qa bermakna jujur, benar, memberi
dengan ikhlas. Mengisyaratkan bahwa orang-orang yang bersedekah berarti telah
berlaku jujur kepada dirinya sendiri mengenai kelebihan yang telah di berikan oleh Allah
swt. Kepada dirinya. Sehingga ia memberikan sedekahnya dengan ikhlas karena
mengharap kehadiran Allah swt. Masdar dari kata sha-da-qa adalah sadaqah disebutkan
dalam Alquran sebanyak 5 kali dalam surat-surat alqur’an. Menurut istilah, sedekah
berarti sesuatu yang dikeluarkan atau di lakukan oleh seorang muslim dari harta atau
lainnya dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Sedekah meliputi
sedekah wajib (zakat) dan sedekah sunat (at-tatawwu’) (sedekah secara spontan dan
sukarela) yang sama artinya dengan infak yang hukumnya sunnah. Sedekah lebih utama
diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudrara terdekat sebelum diberikan kepada
oang lain. kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betulbetul
sedang mendambakan uluran tangan. mengenai kriteria barang yang lebih utama
disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya
barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya.16

Wakaf

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan


sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan
umum menurut syariah. Harta Benda Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya
tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut
syariah yang diwakafkan oleh Wakif. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda
miliknya. Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan
dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya. Nazhir adalah
pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan
sesuai dengan peruntukannya.17

Pengelolaan wakaf memiliki perbedaan dengan pengelolaan zakat ataupun


bentuk sedekah pada umumnya. Pengelola wakaf harus menjaga agar harta wakaf tetap

15 Jumadin Lapopo. 2012. Pengaruh ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) dan Zakat Fitrah Terhadap Penurunan
Kemiskinan di Indonesia Periode 1998-2010. Jurnal Media Ekonomi Vol. 20, No. 1, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Trisakti, Jakarta. 91
16 Saadiyah Binti Syekh Bahmid. 2014. Shadaqah Dalam Pandangan Al-Qur’an Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 10,

No. 2. Palu: IAIN Datokarama, 198


17 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, Tentang Wakaf.

116 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020


Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

utuh namun diupayakan untuk dikembangkan supaya memberikan hasil yang maksimal
kepada mauquf alaih. Sementara pengelolaan zakat, amil dapat mendistribusikan semua
harta zakat yang terkumpul kepada mustahiq. Dari segi pengelolanya, antara zakat
dengan wakaf juga berbeda. Zakat ditangani amil zakat. Amil dapat mendistribusikan
semua harta zakat yang terkumpul kepada mustahiq. Oleh karena itu bentuk dan
manajemen pengelolaan wakaf berbeda dengan zakat.18

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria
Usaha Kecil. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang.
Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara sinergis melalui penetapan
berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan
ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memperoleh pemihakan, kepastian,
kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya.19

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan


kemampuan konseptual, teoritis, teknis, dan moral individu sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. mengemukakan bahwa
pengembangan UKM lebih diarahkan untuk menjadi pelaku ekonomi yang berdaya saing
melalui perkuatan kewirausahaan dan peningkatan produktivitas yang didukung dengan
upaya peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan
penerapan teknologi. Pengaruh dari pengembangan UMKM di Indonesia dan melihat
peran serta pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan UMKM di Indonesia memiliki
hasil positif, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengembangan UMKM pada
hakikatnya merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, diperlukan upaya hal-hal
seperti: (a) Penciptaan iklim usaha yang kondusif, (b) Bantuan Permodalan, (c)

18
Rahmat Dahlan. 2016. Analisis Kelembagaan Badan Wakaf Indonesia. Jurnal Esensi Valume 6 Nomor 1.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 115.
19 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM.

117 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020


Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

Perlindungan Usaha, (d) Pengembangan Kemitraan, (e) Pelatihan, (f) Mengembangkan


Promosi, dan (g) Mengembangkan Kerjasama yang setara.20

Metodologi Penelitian

Jenis penelitian yang dugunakan pada tulisan ini yaitu menggunakan jenis
penelitian studi pustaka (library reserch). Yaitu penulis menggunakan data yang telah
disajikan sebelumnya dengan sumber-sumber yang relevan dengan judul yang ada. Data
yang diperoleh penulis dari data yang telah disajikan kemudian diolah olah penulis.
Penulis tidak melakukan pengambilan data langsung di lapangan.

Sifat penelitian yang digunakan dalam tulisan ini yaitu kualitatif. Yang akan
menjabarkan tentang penyaluran filantropi Islam, dan penghimpunan dana filantropi
Islam yang dilakukan oleh Lazismu kota Parepare. Serta menjabarkan tentang
penyaluran filantropi Islam untuk beberapa kegiatan untuk masyarakat.

Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dalam tulisan
ini yaitu data yang diperoleh langsung penulis setelah melakukan pengolahan data yang
ada. Data primer dalam tulisan berupa besarnya perkembangan pengumpulan filantropi
Islam, perkembangan penyaluran filantropi Islam yang dilakukan oleh Lazismu kota
Parepare. Serta data primer yang penulis peroleh dengan menghitung besar kontribusi
filantropi Islam untuk kegiatan ekonomi UMKM. Sedangkan yang menjadi data sekunder
dalam tulisan ini yaitu dengan menyajikan data yang telah disajikan seperti laporan
keuangan Lazismu kota Parepare. Data sekunder diperoleh dari beberapa sumber yang
dianggap relevan dengan tema yang ada.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dengan memperoleh data
yang telah disajikan dari beberapa sumber. Ada yang diperoleh dari penelitian-penelitian
sebelumnya, ada yang bersumber dari jurnal, dari internet, dan lain sebagainya.

Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik deskriptif Kualitatif, yaitu
setelah mengolah data yang ada penulis akan menguraikan dari data yang telah diolah.
Penulis akan menguraikan besarnya perkembangan penghimpunan dana filantropi Islam
pada tahun 2017 di Lazismu kota Parepare. Kemudian akan diuraikan tentang
perkembangan penyaluran dana filantropi Islam pada tahun 2017 di Lazismu kota
Parepare, serta akan menguraikan tentang kontribusi filantropi Islam untuk kegiatan
ekonomi produktif UMKM.

20
Alyas dan Muhammad Rakib. 2017. Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam
Penguatan Ekonomi Kerakyatan (Studi Kasus pada Usaha Roti Maros di Kabupaten Maros). Jurnal
Sosiohumaniora, Volume 19 No. 2. Bandung; Universitas Padjajaran, 115.

118 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020


Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

Hasil dan Pembahasan

Perkembangan Penghimpunan Filantropi Islam (Zakat, Infaq/Shadaqah,


dan Wakaf) di Lazismu Kota Parepare

Tabel 1
Penghimpunan Zakat, Infaq/ Shadaqah, dan Wakaf Lazismu Kota Parepare
No Instrumen Filantropi Januari – Juni Juli – Desember Pertumbuhan
Islam 2017 2017 %
1 Zakat Rp. 109.080.000 Rp. 15.400.000 -85,87
2 Infaq/ Shadaqah Rp. 82.156.000 Rp. 60.984.900 -25,77
3 Wakaf Rp. 21.000.000 Rp. 100.000.000 376,19
4 Total Rp. 212.156.000 Rp. 176.384.900 -16,86
Sumber: Laporan Keuangan Lazismu Kota Parepare Periode Tahun 2017 (data diolah)

Dari data diatas menunjukkan adanya penghimpunan filantropi Islam yang telah
dilakukan oleh Lazismu kota Parepare pada periode Januari- Juni sampai dengan Jul-
Desember 2017. Filantropi Islam yang mengalami pertumbuhan yaitu instrumen wakaf
tumbeh sebesar 376,19 persen atau tumbuh sebesar Rp. 79.000.000. Sedangkan
instrumen zakat, infaq/shadaqah mengalami penurunan. Secara keseluruhan dari total
instrumen yang dihimpunan mengalami penurunan sebesar 16,86 persen.

Perkembangan Penyaluran Filantropi Islam (Zakat, Infaq/Shadaqah, dan


Wakaf) di Lazismu Kota Parepare

Tabel 2
Penyaluran Zakat, Infaq/Shadaqah, dan Wakaf Lazismu Kota Parepare

No Instrumen Filantropi Januari – Juni Juli – Desember Pertumbuhan


Islam 2017 2017 %
1 Zakat Rp. 101.000.000 Rp. 13.192.000 -86,99
2 Infaq/ Shadaqah Rp. 79.500.000 Rp. 60.270.000 -24
3 Wakaf Rp. 21.000.000 Rp. 100.000.000 376,19
4 Total Rp. 201.500.000 Rp. 173.462.000 -13,91
Sumber: Laporan Keuangan Lazismu Kota Parepare Periode Tahun 2017 (data diolah)

Dari data diatas menunjukkan pertumbuhan dari penyaluran instrumen filantropi


Islam yang telah dilakukan oleh Lazismu kota Parepare pada periode Januari-Juni sampai
dengan Juli- Desember 2017. Penyaluran filantropi Islam pada instrumen zakat
mengalami penurunan sebesar 86,99 persen dan infaq/shadaqah mengalami penurunan
sebesar 24 persen. Penurunan ini mungkin terjadi karena sumber yang dimiliki juga
mengalami penurunan. Sedangkan instrumen wakaf tetap tumbuh sebesar 376,19
persen. Secara keseluruhan total penyaluran instrumen filantropi Islam mengalami
penurunan sebesar 13,91 persen atau turun sebesar Rp.28.038.000.

119 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020


Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

Kontribusi Penyaluran Instrumen Filantropi Islam Untuk Kegiatan Ekonomi


Produktif UMKM

Tabel 3

Segmen Penyaluran Zakat, Infaq/ Shadaqah, dan Wakaf Lazismu Kota Parepare

No Segmen Januari- Juni 2017 July – Total Kont


Penyaluran Desember 2017 ribus
i
1 Sosial Rp. 132.000.000 Rp. 2.500.000 Rp. 134.500.000 36,37
2 Pendidikan Rp 39.000.000 Rp. 139.500.000 Rp. 178.500.000 48,27
3 Ekonomi Rp. 18.000.000 Rp. 8.020.000 Rp. 26.020.000 7,04
4 Dakwah/ Rp. 12.500.000 Rp. 18.250.000 Rp. 30.750.000 8,32
Keagamaan
5 Total Rp. 201.500.000 Rp. 168.270.000 Rp. 369.770.000 100
Sumber: Laporan Keuangan Lazismu Kota Parepare Periode Tahun 2017 (data diolah)

Dari data diatas menunjukkan adanya penyaluran instrumen filantropi Islam pada
beberapa segmen yang telah dilakukan Lazismu kota Parepare pada periode tahun 2017.
Penyaluran dana filantropi Islam terbesar disalurkan untuk kegiatan pendidikan yaitu
sebesar 48,27 persen. Sedangkan penyaluran dana filantropi Islam terkecil disalurkan
untuk kegitan ekonomi hanya berkontribusi sebesar 7,04 persen dari total dana yang
tersalurkan. Ini artinya penyaluran dana filantropi Islam belum menjadi prioritas bagi
Lazismu kota Parepare. Padahal diharapkan dengan penyaluran pada kegiatan ekonomi
produktif UMKM akan menjadikan penerima menjadi pemberi di masa yang akan datang.

Kesimpulan

Perkembangan penghimpunan dana filantropi Islam di Lazismu kota Parepare


pada periode tahun 2017 mengalamin peneurunan pada instrumen zakat dan
infaq/shadaqah. Sedang instrumen tumbuh sebesar 376,19 persen atau tumbuh sebesar
79.000.000 rupiah.

Perkembangan penyaluran dana filantropi Islam di Lazismu kota Parepare


periode tahun 2017 mengalami penerununan pada instrumen zakat sebesar 86,99
persen, pada instrumen infaq/shadaqah turun sebesar 24 persen. Sedangkan wakaf
tumbuh sebesar 376,19 persen. Total penyaluran instrumen filantorpi Islam mengalami
penurunan sebesar 13,91 persen.

Kontribusi penyaluran filantropi Islam pada kegiatan ekonomi produktif UMKM


adalah paling kecil memberi kontribusi hanya 7,04 persen dari total dana yang disalurkan
sebesar 369.770.000 rupiah. Jadi untuk UMKM hanya sebesar 26.020.000 rupiah.
Kegiatan ekonomi paling kecil dari penyaluran dana filantropi Islam.

DAFTAR PUSTAKA

120 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020


Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

Alyas dan Muhammad Rakib. 2017. Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Dalam Penguatan Ekonomi Kerakyatan (Studi Kasus pada Usaha Roti Maros di Kabupaten
Maros). Journal Sosiohumaniora, Volume 19 No. 2. Bandung; Universitas Padjajaran.

Kasdi, Abdurrohman. 2016. Filantropi Islam Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat (Model
Pemberdayaan ZISWAF di BMT Se-Kabupaten Demak, Juornal Iqtishadia Volume 9, Nomor
2. Islamic Economic and Busniess. Kudus: STAIN Kudus.

Kholis, Nur. Dkk. 2013. Potret Filantropi Islam di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Journal
LaRiba Volume 7, Nomor 1, Departemen Of Islamic Economic, Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.

Lapopo, Jumadin. 2012. Pengaruh ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) dan Zakat Fitrah Terhadap
Penurunan Kemiskinan di Indonesia Periode 1998 – 2010, Juornal Media Ekonomi Vol. 20,
No. 1, Economic and Business. Jakarta; Universitas Trisakti.

Piliyanti, Indah. 2010. Tranformasi Tradisi Filantropi Islam : Studi Model Pendayagunaan Zakat,
Infaq, Shadaqah, dan Wakaf di Indonesia. Journal Economica Volume 11 Nomor 11.
Semarang: UIN Semarang,

Rahmat, Dahlan. 2016. Analisis Kelembagaan Badan Wakaf Indonesia. Journal Esensi Valume 6
Nomor 1. Islamic Economic dan Business Faculty. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Saadiyah Binti Syekh Bahmid. 2014. Shadaqah Dalam Pandangan Al-Qur’an. Journal Rausyan Fikr,
Vol. 10, No. 2. Palu: IAIN Datokarama.

Uyun, Qurratul. 2015. Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf Sebagai Konfigurasi Filantropi Islam.
Journal Islamuna Volume 2 Nomor 2. Pamengkasan: STAIN Pamengkasan.

Badan Amil Zakat. 2018.Outlook Zakat

Laporan Keuangan. 2017. Lazismu Kota Parepare

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Zakat

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

https://www.kompasiana.com/yuzaq/59a58b2ca0b1bb6390074302/filantropi-islam-sebagai-
identitas-gotong-royong-sesama-muslim, Tanggal 10 Maret 2018.

http://www.imz.or.id/new/article/42/mengentaskan-kemiskinan-melalui-filantropi-islam-
berbasis-pemberdayaan-komunitas/?lang=id, Tanggal 11 Maret 2018.

http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/16/08/03/obbhw74-filantropi-islam-dan-
kemiskinan, Tanggal 15 Maret 2018.

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-1792590/ini-dia-20-lembaga-penerima-zakat-
yang-diakui-ditjen-pajak, Tanggal 17 Maret 2018.

https://www.lazismu.org/latarbelakang/, Tanggal 20 Maret 2018.

http://www.suaramuhammadiyah.id/2017/02/13/majukan-perekonomian-parepare-lazismu-
tuai-apresiasi/, Tanggal 20 Maret 2018.

https://www.lazismu.org/lazismu-parepare-penyetor-zakat-terbanyak/, Tanggal 21 Maret 2018.

121 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020


Trimulato, et.al: Optimalisasi Filantropi...

http://mysharing.co/ziswaf-alternatif-modal-umkm/, Tanggal 25 Maret 2018.

122 | Al Amwal: Vol. 3 No. 1, Februari 2020

You might also like