Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The development of shariaH industry increasingly visible with the presence of various
institutions based on shariah bases. Shariah economics not only has a profit oriented
industry, there are also social institutions that collecting and channeling funds to the public
for goodness. Islamic philantrophy consists of Zakah, Infaq, Shadaqah, waqf and other social
fund. All have been managed by an institution that already has a strong legal law. One of
the institutions that manage funds from Islamic Philanthropy is LAZISMU, belonging to the
Muhammadiyah community organization. LAZISMU already spread in several cities in
Indonesia, including in the town of Parepare South Sulawesi. LAZISMU Parepare make a
breakthrough philanthropy fund distribution in productive sector in the real economic
activity of Smes. This paper is qualitative descriptive describing the source and channeling
and Islamic philanthropy in Lazismu Parepare the period of 2017. And allocation of Islamic
Philanthropy funding for Smes economic activity. From the results obtained from this paper
shows that the distribution of Islamic Philanthropy funds conducted by LAZISMU Parepare
for the real economic activity of SMEs is still minimal and has not become dominant. The
totaly disbursement of funds carried LAZISMU Parepare amounted to 369.770.000 rupiah,
only 7,04 percent channeled to the real sector of SMEs or only 26,020,000 rupiah.
Keywords: Islamic Philanthropy, SMEs, and LAZISMU Parepare
Abstrak
Perkembangan industri syariah semakin terlihat dengan hadirnya berbagai lembaga
berbasis basis syariah. Ekonomi syariah tidak hanya memiliki industri yang berorientasi pada laba,
ada juga lembaga sosial yang mengumpulkan dan menyalurkan dana untuk publik demi kebaikan.
Filantropi Islam terdiri dari Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf dan dana sosial lainnya. Semua telah
dikelola oleh lembaga yang sudah memiliki payung hukum yang kuat. Salah satu lembaga yang
mengelola dana dari Filantropi Islam adalah LAZISMU, milik organisasi masyarakat
Muhammadiyah. LAZISMU sudah tersebar di beberapa kota di Indonesia, termasuk di kota Parepare
Sulawesi Selatan. LAZISMU Parepare membuat terobosan distribusi dana filantropi di sektor
produktif dalam kegiatan ekonomi riil untuk UMKM. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang
menggambarkan sumber dan penyaluran dan filantropi Islam di Lazismu Parepare periode 2017.
Serta alokasi dana Filantropi Islam untuk kegiatan ekonomi untuk UMKM. Dari hasil yang diperoleh
dari makalah ini menunjukkan bahwa distribusi dana Filantropi Islam yang dilakukan oleh
LAZISMU Parepare untuk kegiatan ekonomi riil UMKM masih minim dan belum menjadi dominan.
Total penyaluran dana yang dilakukan LAZISMU Parepare berjumlah 369.770.000 rupiah, hanya
7,04 persen disalurkan ke sektor riil UKM atau hanya 26.020.000 rupiah.
Pendahuluan
Di Indonesia, praktek filantropi Islam telah berakar kuat dalam tradisi masyarakat
Indonesia yakni dalam bentuk zakat, infaq, dan sedekah. Apalagi dengan situasi krisis
moneter yang sampai kini masih terasa dan berbagai bencana alam yang datang silih
berganti telah menggairahkan dunia filantropi di Indonesia. Aktifitas lembaga-lembaga
sosial marak luar biasa, aliran bantuan uang dan barang pun tercatat mencapai triliunan
rupiah. Khusus untuk filantropi Islam, lembaga-lembaga Filantropi Islam selama hampir
tiga dekade terakhir, hadir untuk menjawab masalah kemiskinan. Namun demikian,
hanya sedikit yang mencoba mengatasi masalah ini dari akarnya. Akar masalahnya ada
dua. Pertama, pemahaman masyarakat terhadap filantropi islam masih tradisional dan
berorientasi karitatif. Penelitian CSRC telah mengkonfirmasi bahwa 90% lebih dana
zakat dan sedekah dberikan secara langsung kepada penerima (mustahik). Dimana
sebagian besar diperuntukkan bagi tujuan-tujuan konsumtif dan berjangka pendek.
Kedua, lembaga filantropi yang ada (Lembaga Amil Zakat atau LAZ/Badan Amil Zakat
atau BAZ) tidak bersinergi dengan baik dan kurang menekankan pemberdayaan
komunitas yang terintegrasi dan berkelanjutan. Kita bisa bayangkan jika seluruh lembaga
filantropi di tanah air ini bersatu dan bersinergi dalam bentuk program pengumpulan
1
Dikutip dari https://www.kompasiana.com/yuzaq/59a58b2ca0b1bb6390074302/filantropi-islam-
sebagai-identitas-gotong-royong-sesama-muslim, 10 Maret 2018.
dan penyaluran dengan menetapkan skala prioritas bersama. Sungguh akan prestisius
dan menakjubkan dampak yang akan diterima masyarakat.2
Seiring dengan itu, semangat kebangkitan zakat juga digelorakan oleh Ketua
Baznas saat ini, Prof Bambang Sudibyo, yang juga pernah menjabat menteri ekonomi dan
menteri pendidikan nasional. Estimasi potensi zakat saat ini di Indonesia mencapai Rp
240 triliun (meningkat dari sebelumnya yang 'hanya' Rp 217 triliun). Para pengelola dana
filantropi Islam (zakat, infak, dan sedekah) muncul di mana-mana dan dikelola lebih
terstruktur dan sebagian di antaranya sangat profesional. Lembaga filantropi yang mulai
berkecambah, terutama sejak akhir 1990-an itu mampu mengelola dana dalam program
pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan yang lebih terpola dan cukup
terukur. Dibanding lembaga amil zakat informal di masjid-masjid, lembaga filantropi
modern lebih punya greget karena penampilan dan visibilitasnya di mata publik lebih
kuat, meskipun dilihat dari tingkat keberhasilannya mengentaskan kemiskinan masih
bisa diperdebatkan.3
Salah satu lembaga penghimpun dana filantrofi yang terus berkembang yaitu
Lazismu. Lembaga zakat milik organisasi masyarakat yang sangat besar ini telah memiliki
banyak kantor dan tersebar diberbagai daerah. LAZISMU adalah lembaga zakat tingkat
2
Dikutip dari http://www.imz.or.id/new/article/42/mengentaskan-kemiskinan-melalui-filantropi-islam-
berbasis-pemberdayaan-komunitas/?lang=id, 11 Maret 2018.
3 Dikutip dari http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/16/08/03/obbhw74-filantropi-islam-
Lazismu telah hadir dibeberapa daerah untuk bisa menghimpun dan menyalurkan
dana filantropi dari masyarakat dan untuk masyarakat. Salah satu lazismu yang cukup
berkembang yaitu lazismu kota Parepare Sulawesi Selatan. Lazismu kota Parepare
termasuk yang banyak menghimpun dana filantropi Islam. Dalam sambutannya, Wali
Kota Parepare HM Taufan Pawe mengaku bangga bisa menjadi tuan rumah dalam agenda
Lazismu. Ia juga mengungkapkan bahwa Lazismu turut berperan aktif dan memberikan
kontribusi besar dalam meningkatkan perekonomian di Parepare. “Ini adalah sebuah
kebanggaan Parepare bisa menjadi tuan rumah Seminar Zakat Nasional dan Rakerwil
Lazismu. Saya melihat pergerakan Lazismu di Parepare sangat luar biasa. Untuk itu, mari
kita bergerak secara masif untuk bersama-sama terus mengembangkan perekonomian
masyarakat,” ujarnya. Taufan berharap, kegiatan tersebut bisa memberikan kontribusi
bagi keluarga besar Muhammadiyah dan turut memajukan Parepare serta
masyarakatnya. “Kami berharap dengan kehadiran Lazismu bisa menggenjot perolehan
zakat di Parepare,” imbuhnya. Senada dengan hal tersebut, Ketua Umum Baznas RI
Bambang Sudibyo turut mengapresiasi peran Pemkot dalam mendorong perekonomian
melalui Lazismu. Menurutnya, dukungan dan peran dari pemerintah dalam memajukan
dan mengembangkan peningkatan perekonomian dibutuhkan Lazismu dalam segala
aktifitasnya.6
5
Dikutip dari https://www.lazismu.org/latarbelakang/, pada tanggal 20 Maret 2018.
6 Dikutip dari http://www.suaramuhammadiyah.id/2017/02/13/majukan-perekonomian-parepare-
lazismu-tuai-apresiasi/, pada tanggal 20 Maret 2018.
Dari uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih
tentang penghimpunan dan penyaluran filantropi Islam yang dimiliki oleh Lazismu kota
Parepare, khususnya penyaluran untuk kegiatan ekonomi. Adapun yang menjadi
rumusan masalah dalam tulisan ini adalah pertama, bagaimana perkembangan
penghimpunan instrumen filantropi Islam di Lazismu kota Parepare pada tahun 2017.
Kedua, bagaimana perkembangan penyaluran instrumen filantropi Islam di Lazismu kota
Parepare tahun 2017. Serta besar kontribusi penyaluran filantropi Islam untuk kegiatan
pemberdayaan ekonomi produktif UMKM.
Kajian Teori
Filantropi Islam
lain yang membutuhkan sebagai ekspresi rasa cinta. Islam sebagai agama yang syāmil
dan kāmil serta rahmatan lil’alamin menampilkan dirinya sebagai agama yang berwajah
filantropis.Wujud filantropi ini digali dari doktrin keagamaan yang bersumber dari al-
Qur’an dan Hadits yang dimodifikasi dengan perantara mekanisme ijtihad sehingga
institusi zakat, infak, sedekah, dan wakaf muncul. Tujuannya adalah supaya harta itu
jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja. Filantropi Islam juga dapat
diartikan sebagai pemberian karitas (charity) yang didasarkan pada pandangan untuk
mempromosikan keadilan sosial dan maslahat bagi masyarakat umum.9
Istilah filantropi diartikan dengan rasa kecintaan kepada manusia yang terpatri
dalam bentuk pemberian derma kepada orang lain. Filantropi juga dimaknai sebagai
konseptualisasi dari praktik pemberian sumbangan sukarela (voluntary giving),
penyediaan layanan sukarela (voluntary services) dan asosiasi sukarela (voluntary
association) secara suka rela untuk membantu pihak lain yang membutuhkan sebagai
ekspresi rasa cinta. Filantropi dalam arti pemberian derma biasa juga disamakan dengan
istilah karitas (charity). Adapun istilah filantropi yang dikaitkan dengan Islam
menunjukkan adanya praktik filantropi dalam tradisi Islam melalui zakat, infak, sedekah,
dan wakaf. Istilah ini dapat membantu membawa wacana kedermawanan Islam ke dalam
sebuah diskursus yang dapat menjangkau isu-isu yang lebih luas. Tidak hanya melihat
masalahnya dari segi wacana tradisional saja, seperti fikih dan etika Islam, melainkan
juga dapat mengkaitkan dengan isu-isu keadilan sosial, kesejahteraan umat, masyarakat
madani, kebijakan publik, tata kelola yang baik dan manajemen yang profesional. 10
Zakat
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Lembaga
Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat
yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.11
9 Nur Kholis, dkk. 2013. Potret Filantropi Islam di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal LaRiba
Volume 7, Nomor 1, Prodi Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Hal 64
10 Abdurrohman Kasdi. 2016. Filantropi Islam Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat (Model Pemberdayaan
ZISWAF di BMT Se-Kabupaten Demak), Jurnal Iqtishadia Volume 9, Nomor 2. Kudus: STAIN Kudus. 229
11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, Tentang Zakat.
Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti “mengeluarkan sesuatu harta untuk
kepentingan sesuatu. Menurut syara’, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta
atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
Jika zakat ada nisbahnya, infaq tidak mengenal nishab. Infaq dikeluarkan oleh setiap
orang yang beriman, baik yang berpenghasilan berpenghasilan tinggi maupun rendah,
baik lapang maupun sempit. Zakat diperuntukkan bagi 8 golongan, sedangkan infaq tidak
ada ketentuan pasti penerimanya.13
Menurut istilah fiqh kata infaq mempunyai makna memberikan sebagian harta
yang dimiliki kepada orang yang telah disyariatkan oleh agama untuk memberinya
seperti orang-orang faqir, miskin, anak yatim, kerabat dan lain-lain. Istilah yang dipakai
dalam al-Qur’an berkenaan dengan infaq meliputi kata: zakat, sadaqah, hadyu, jizyah,
hibah dan wakaf. Jadi semua bentuk perbelanjaan atau pemberian harta kepada hal yang
disyariatkan agama dapat dikatakan infaq, baik itu yang berupa kewajiban seperti zakat
atau yang berupa anjuran sunnah seperti wakaf atau shadaqah. Adapun dalil al-Qur’an
yang menunjukkan pada anjuran berinfaq salah satunya terdapat dalam surat al-Baqarah
ayat 195.14
Shadaqah
12
Badan Amil Zakat. 2018. Outlook Zakat.
13 Indah Piliyanti, 2010. Transformasi Tradisi Filantropi Islam: Studi Model Pendayagunaan, Zakat, Infaq,
Sadaqah, Wakaf di Indonesia. Jurnal Economica Volume 11 Nomor 11. Semarang: UIN Semarang, 2
14 Qurratul Uyun. 2015. Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf Sebagai Konfigurasi Filantropi Islam. Jurnal
benar pengakuan imannya. Dalam istilah syari’at Islam, shadaqah sama dengan
pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Sisi perbedaannya
hanya terletak pada bendanya. Infaq berkaitan dengan materi, sedangkan
shadaqah berkaitan dengan materi dan non materi, baik dalam bentuk pemberian uang
atau benda, tenaga atau jasa, menahan diri
untuk tidak berbuat kejahatan, mengucapkan takbir, tahmid, tahlil, bahkan yang
paling sederhana adalah tersenyum kepada orang lain dengan ikhlas.15
Shadaqah yang akar katanya adalah sha-da-qa bermakna jujur, benar, memberi
dengan ikhlas. Mengisyaratkan bahwa orang-orang yang bersedekah berarti telah
berlaku jujur kepada dirinya sendiri mengenai kelebihan yang telah di berikan oleh Allah
swt. Kepada dirinya. Sehingga ia memberikan sedekahnya dengan ikhlas karena
mengharap kehadiran Allah swt. Masdar dari kata sha-da-qa adalah sadaqah disebutkan
dalam Alquran sebanyak 5 kali dalam surat-surat alqur’an. Menurut istilah, sedekah
berarti sesuatu yang dikeluarkan atau di lakukan oleh seorang muslim dari harta atau
lainnya dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Sedekah meliputi
sedekah wajib (zakat) dan sedekah sunat (at-tatawwu’) (sedekah secara spontan dan
sukarela) yang sama artinya dengan infak yang hukumnya sunnah. Sedekah lebih utama
diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudrara terdekat sebelum diberikan kepada
oang lain. kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betulbetul
sedang mendambakan uluran tangan. mengenai kriteria barang yang lebih utama
disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya
barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya.16
Wakaf
15 Jumadin Lapopo. 2012. Pengaruh ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) dan Zakat Fitrah Terhadap Penurunan
Kemiskinan di Indonesia Periode 1998-2010. Jurnal Media Ekonomi Vol. 20, No. 1, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Trisakti, Jakarta. 91
16 Saadiyah Binti Syekh Bahmid. 2014. Shadaqah Dalam Pandangan Al-Qur’an Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 10,
utuh namun diupayakan untuk dikembangkan supaya memberikan hasil yang maksimal
kepada mauquf alaih. Sementara pengelolaan zakat, amil dapat mendistribusikan semua
harta zakat yang terkumpul kepada mustahiq. Dari segi pengelolanya, antara zakat
dengan wakaf juga berbeda. Zakat ditangani amil zakat. Amil dapat mendistribusikan
semua harta zakat yang terkumpul kepada mustahiq. Oleh karena itu bentuk dan
manajemen pengelolaan wakaf berbeda dengan zakat.18
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria
Usaha Kecil. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang.
Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara sinergis melalui penetapan
berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan
ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memperoleh pemihakan, kepastian,
kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya.19
18
Rahmat Dahlan. 2016. Analisis Kelembagaan Badan Wakaf Indonesia. Jurnal Esensi Valume 6 Nomor 1.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 115.
19 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM.
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang dugunakan pada tulisan ini yaitu menggunakan jenis
penelitian studi pustaka (library reserch). Yaitu penulis menggunakan data yang telah
disajikan sebelumnya dengan sumber-sumber yang relevan dengan judul yang ada. Data
yang diperoleh penulis dari data yang telah disajikan kemudian diolah olah penulis.
Penulis tidak melakukan pengambilan data langsung di lapangan.
Sifat penelitian yang digunakan dalam tulisan ini yaitu kualitatif. Yang akan
menjabarkan tentang penyaluran filantropi Islam, dan penghimpunan dana filantropi
Islam yang dilakukan oleh Lazismu kota Parepare. Serta menjabarkan tentang
penyaluran filantropi Islam untuk beberapa kegiatan untuk masyarakat.
Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dalam tulisan
ini yaitu data yang diperoleh langsung penulis setelah melakukan pengolahan data yang
ada. Data primer dalam tulisan berupa besarnya perkembangan pengumpulan filantropi
Islam, perkembangan penyaluran filantropi Islam yang dilakukan oleh Lazismu kota
Parepare. Serta data primer yang penulis peroleh dengan menghitung besar kontribusi
filantropi Islam untuk kegiatan ekonomi UMKM. Sedangkan yang menjadi data sekunder
dalam tulisan ini yaitu dengan menyajikan data yang telah disajikan seperti laporan
keuangan Lazismu kota Parepare. Data sekunder diperoleh dari beberapa sumber yang
dianggap relevan dengan tema yang ada.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dengan memperoleh data
yang telah disajikan dari beberapa sumber. Ada yang diperoleh dari penelitian-penelitian
sebelumnya, ada yang bersumber dari jurnal, dari internet, dan lain sebagainya.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik deskriptif Kualitatif, yaitu
setelah mengolah data yang ada penulis akan menguraikan dari data yang telah diolah.
Penulis akan menguraikan besarnya perkembangan penghimpunan dana filantropi Islam
pada tahun 2017 di Lazismu kota Parepare. Kemudian akan diuraikan tentang
perkembangan penyaluran dana filantropi Islam pada tahun 2017 di Lazismu kota
Parepare, serta akan menguraikan tentang kontribusi filantropi Islam untuk kegiatan
ekonomi produktif UMKM.
20
Alyas dan Muhammad Rakib. 2017. Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam
Penguatan Ekonomi Kerakyatan (Studi Kasus pada Usaha Roti Maros di Kabupaten Maros). Jurnal
Sosiohumaniora, Volume 19 No. 2. Bandung; Universitas Padjajaran, 115.
Tabel 1
Penghimpunan Zakat, Infaq/ Shadaqah, dan Wakaf Lazismu Kota Parepare
No Instrumen Filantropi Januari – Juni Juli – Desember Pertumbuhan
Islam 2017 2017 %
1 Zakat Rp. 109.080.000 Rp. 15.400.000 -85,87
2 Infaq/ Shadaqah Rp. 82.156.000 Rp. 60.984.900 -25,77
3 Wakaf Rp. 21.000.000 Rp. 100.000.000 376,19
4 Total Rp. 212.156.000 Rp. 176.384.900 -16,86
Sumber: Laporan Keuangan Lazismu Kota Parepare Periode Tahun 2017 (data diolah)
Dari data diatas menunjukkan adanya penghimpunan filantropi Islam yang telah
dilakukan oleh Lazismu kota Parepare pada periode Januari- Juni sampai dengan Jul-
Desember 2017. Filantropi Islam yang mengalami pertumbuhan yaitu instrumen wakaf
tumbeh sebesar 376,19 persen atau tumbuh sebesar Rp. 79.000.000. Sedangkan
instrumen zakat, infaq/shadaqah mengalami penurunan. Secara keseluruhan dari total
instrumen yang dihimpunan mengalami penurunan sebesar 16,86 persen.
Tabel 2
Penyaluran Zakat, Infaq/Shadaqah, dan Wakaf Lazismu Kota Parepare
Tabel 3
Segmen Penyaluran Zakat, Infaq/ Shadaqah, dan Wakaf Lazismu Kota Parepare
Dari data diatas menunjukkan adanya penyaluran instrumen filantropi Islam pada
beberapa segmen yang telah dilakukan Lazismu kota Parepare pada periode tahun 2017.
Penyaluran dana filantropi Islam terbesar disalurkan untuk kegiatan pendidikan yaitu
sebesar 48,27 persen. Sedangkan penyaluran dana filantropi Islam terkecil disalurkan
untuk kegitan ekonomi hanya berkontribusi sebesar 7,04 persen dari total dana yang
tersalurkan. Ini artinya penyaluran dana filantropi Islam belum menjadi prioritas bagi
Lazismu kota Parepare. Padahal diharapkan dengan penyaluran pada kegiatan ekonomi
produktif UMKM akan menjadikan penerima menjadi pemberi di masa yang akan datang.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Alyas dan Muhammad Rakib. 2017. Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Dalam Penguatan Ekonomi Kerakyatan (Studi Kasus pada Usaha Roti Maros di Kabupaten
Maros). Journal Sosiohumaniora, Volume 19 No. 2. Bandung; Universitas Padjajaran.
Kasdi, Abdurrohman. 2016. Filantropi Islam Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat (Model
Pemberdayaan ZISWAF di BMT Se-Kabupaten Demak, Juornal Iqtishadia Volume 9, Nomor
2. Islamic Economic and Busniess. Kudus: STAIN Kudus.
Kholis, Nur. Dkk. 2013. Potret Filantropi Islam di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Journal
LaRiba Volume 7, Nomor 1, Departemen Of Islamic Economic, Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Lapopo, Jumadin. 2012. Pengaruh ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) dan Zakat Fitrah Terhadap
Penurunan Kemiskinan di Indonesia Periode 1998 – 2010, Juornal Media Ekonomi Vol. 20,
No. 1, Economic and Business. Jakarta; Universitas Trisakti.
Piliyanti, Indah. 2010. Tranformasi Tradisi Filantropi Islam : Studi Model Pendayagunaan Zakat,
Infaq, Shadaqah, dan Wakaf di Indonesia. Journal Economica Volume 11 Nomor 11.
Semarang: UIN Semarang,
Rahmat, Dahlan. 2016. Analisis Kelembagaan Badan Wakaf Indonesia. Journal Esensi Valume 6
Nomor 1. Islamic Economic dan Business Faculty. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Saadiyah Binti Syekh Bahmid. 2014. Shadaqah Dalam Pandangan Al-Qur’an. Journal Rausyan Fikr,
Vol. 10, No. 2. Palu: IAIN Datokarama.
Uyun, Qurratul. 2015. Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf Sebagai Konfigurasi Filantropi Islam.
Journal Islamuna Volume 2 Nomor 2. Pamengkasan: STAIN Pamengkasan.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
https://www.kompasiana.com/yuzaq/59a58b2ca0b1bb6390074302/filantropi-islam-sebagai-
identitas-gotong-royong-sesama-muslim, Tanggal 10 Maret 2018.
http://www.imz.or.id/new/article/42/mengentaskan-kemiskinan-melalui-filantropi-islam-
berbasis-pemberdayaan-komunitas/?lang=id, Tanggal 11 Maret 2018.
http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/16/08/03/obbhw74-filantropi-islam-dan-
kemiskinan, Tanggal 15 Maret 2018.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-1792590/ini-dia-20-lembaga-penerima-zakat-
yang-diakui-ditjen-pajak, Tanggal 17 Maret 2018.
http://www.suaramuhammadiyah.id/2017/02/13/majukan-perekonomian-parepare-lazismu-
tuai-apresiasi/, Tanggal 20 Maret 2018.